DAMPAK BERGABUNGNYA AFRIKA SELATAN KE BRICS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI AFRIKA SELATAN (2011-2013)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh: Eko Nordiansyah 1110113000082
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLTIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAKSI
Skripsi ini menganalisa mengenai dampak bergabungnya Afrika Selatan terhadap pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan selama periode 2011-2013. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana dampak yang dirasakan oleh Afrika Selatan setelah bergabung ke dalam kelompok new emerging economic, BRICS. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi pustaka, berupa kajian melalui buku-buku serta jurnal yang berkaitan dengan masalah ini. Adapun kerangka teori yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori neoliberal institusionalis, yang di dalamnya juga terdapat konsep kerjasama dan konsep regionalisme. Dari penelitian kali ini dapat diketahui bahwa dengan bergabungnya Afrika Selatan ke BRICS dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya aktivitas perdagangan dan investasi yang dilakukan oleh Afrika Selatan dengan negara anggota BRICS lainnya. Meskipun hal tersebut tidak diimbangi oleh Afrika Selatan, karena jumlah angka perdagangan maupun investasi yang masuk ke Afrika Selatan lebih besar daripada yang keluar dari Afrika Selatan. Selain itu dari kerjasama dalam BRICS, tidak hanya Afrika Selatan yang mendapatkan keuntungan melainkan juga benua Afrika secara keseluruhan. Selain dampak ekonomi bagi Afrika Selatan, bergabungnya negara tersebut ke BRICS juga memberikan pengaruh bagi peran dan pengaruh Afrika Selatan di regional dan internasional. Argumen ini dirumuskan melalui tahapan analisa, yaitu dengan melihat kelompok ini terbentuk, kerangka kerjasama di dalamnya dan proses yang dilalui Afrika Selatan untuk bergabung dalam kelompok, kemudian juga melihat hubungan kerjasama Afrika Selatan dengan negara anggota BRICS sebelum bergabung dalam kelompok dan sesudahnya.
Kata Kunci : BRIC, BRICS, Afrika Selatan, Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan Internasional, Investasi Luar Negeri, New Emerging Economic.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan. Meskipun banyak hambatan yang dihadapi oleh penulis selama menyelesaikan skripsi ini, baik yang berasal dari diri penulis sendiri maupun dari luar. Namun berkat keridhoan Allah dan bimbingan serta dukungan dari banyak pihak, akhirnya skripsi dengan judul “Dampak Bergabungnya Afrika Selatan ke BRICS Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Afrika Selatan (2011-2013)” ini dapat selesai dan bisa digunakan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam menempuh studi di Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini juga merupakan hal utama yang menjadi tanggungjawab penulis, sehingga bantuan banyak pihak merupakan hal yang sangat berarti. Oleh karena itu ucapan terimakasih disampaikan kepada pihakpihak berikut ini: 1. Kepada kedua orang tua penulis, yang selalu mendo’akan serta memberikan dukungan selama ini. Semua ini tidak lepas dari hasil kerja keras dan perjuangan kalian untukku, terima kasih ayah dan mama. 2. Bapak Taufiq Rahman, M.A, selaku pembimbing skripsi yang juga telah banyak memberikan batuan serta masukan bagi penulis selama penyelesaian skripsi ini. 3. Ibu Debbie Affianty, M.Si, selaku ketua jurusan sekaligus juga sebagai dosen yang telah mengajarkan banyak ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan. Dan juga Bapak Agus Nilmada Azmi, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik.
vi
4. Ibu Aurora, Ibu Eva, Ibu Dina, Ibu Mutiara, Bapak Nazaruddin, Bapak Armein Daulay, Bapak Kiki, Bapak Arisman, Bapak Adian, Bapak Faisal, dan seluruh dosen yang telah mengajarkan banyak ilmu serta menambahkan banyak pengalaman selama penulis penempuh pendidikan di kampus. 5. Kepada saudara, adik, dan seluruh keluarga yang selama ini juga telah membantu penulis selama perkuliahan, maupun yang mendo’akan bagi kesuksesan penulis di masa yang akan datang. 6. Kepada teman-teman dari keluarga besar HI B 2010, Dede, Mely, Fahmi, Fatah, Rasyid, Rizal, Whisnu, Chandra, Ibad, Fini, Noval, Rifkah, Rifky, Thufeil, Dhimas, Faisal, Wildan, Ray, Sabana, Sauri, Riko, Ami, Asri, Balqis, Dara, Selly, Shofi, Dini, Dea, Airin, Khalilah, Siska, Windy, Uum, Rizka, Hazna, Anisah, Rahmi, Sarah, Laili, Hasna, Afrilia, Qobul, Dendi, Randi, dan Adit. Kalian semua luar biasa, sukses selalu untuk kita semua. 7. Rika Amelina, terima kasih atas do’a dan dukungannya. Terima kasih untuk semangatnya setiap hari, semoga semua yang kita cita-citakan dapat tercapai. 8. Kepada semua teman yang selalu memberikan dukungannya, baik yang secara langsung maupun tidak langsung. Dan seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih, karena tanpa kalian apa yang saya dapatkan tidaklah berarti.
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI .......................................................................................................... v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii DAFTAR TABEL .................................................................................................. x DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 4 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 5 D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 6 E. Kerangka Teori .......................................................................................... 9 1. Teori Neoliberal Institusionalisme ....................................................... 9 2. Konsep Kerjasama ............................................................................. 12 3. Konsep Regionalisme ........................................................................ 13 F. Metode Penelitian .................................................................................... 16 G. Sistematika Penulisan .............................................................................. 17
BAB II BRICS DAN AFRIKA SELATAN A. Pembentukan Kelompok BRICS ............................................................. 19 B. Proses Bergabungnya Afrika Selatan ke BRICS ..................................... 22 C. Kerangka Kerjasama dalam BRICS ......................................................... 27
viii
BAB III HUBUNGAN KERJASAMA EKONOMI AFRIKA SELATAN DENGAN NEGARA ANGGOTA BRICS (2000-2010) A. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Brasil .................................. 34 B. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan India ................................... 38 C. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Rusia .................................. 41 D. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Cina .................................... 44
BAB IV DAMPAK BERGABUNGNYA AFRIKA SELATAN KE BRICS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI AFRIKA SELATAN (2011-2013) A. Dampak Pada Perdagangan Internasional ................................................ 48 B. Dampak Pada Investasi Luar Negeri ........................................................ 56 C. Agregat Data Perdagangan ....................................................................... 61
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... xiv LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. xxi
ix
DAFTAR TABEL
Tabel. IV.A.1. Tren dalam Perdagangan Intra-BRICS 2009-2011 ...................... 49 Tabel. IV.A.2. Ekspor Afrika Selatan 2011 ......................................................... 50 Tabel. IV.A.3. BRIC’s Export Value to South Africa in 2013 ............................ 55 Tabel. IV.B.1. Bilateral FDI among the five countries January 2003 - July 2013 ............................................................................................................................... 58 Tabel. IV.B.2. BRIC’s FDI Into South Africa ...................................................... 59 Tabel. IV.C.1. Perbandingan Ekspor-Impor Afrika Selatan dengan BRICS ........ 61 Tabel. IV.C.2. Selected trade partners for South Africa 2009-2013 (US$ Million) ............................................................................................................................... 65
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar. III.A.1. Perkembangan perdagangan Brasil-Afrika .............................. 36 Gambar. III.B.1. Perdagangan India-Afrika ........................................................ 39 Gambar. III.C.1. Perdagangan Rusia-Afrika ....................................................... 42 Gambar. III.D.1. Volume Perdagangan Cina-Afrika ........................................... 45 Gambar. IV.A.1. Total Perdagangan intra-BRICS 2012 ..................................... 52 Gambar. IV.C.1. Pertumbuhan Ekspor ke BRICS ............................................... 63
xi
DAFTAR SINGKATAN
BRIC
Brazil, Russia, India, China
BRICS
Brazil, Russia, India, China, South Africa
FDI
Foreign Direct Investment
GDP
Gross Domestic Product
G7/8
Group of Seven/Eight: Canada, France, Germany, Italy, Japan, United Kingdom, United States, (G7), including Russia (G8).
G20
Group of Twenty: Argentina, Australia, Brazil, Canada, China, France, Germany, India, Indonesia, Italy, Japan, Mexico, Russia, Saudi Arabia, South Africa, South Korea, Turkey, United Kingdom, United States and the European Union.
IBSA
India, Brazil, South Africa
ICBC
Industrial Commercial Bank of China
IMF
International Monetary Fund
NATO
North Atlantic Treaty Organization
OECD
Organisation for Economic Cooperation and Development
SADC
Southern African Development Community
SADPA
South African Development Partnership Agency
SSA
Sub-Sahara Afrika
UNECA
United Nations Economic Commission for Africa
UNCTAD
United Nations Conference on Trade and Development
WTO
World Trade Organization
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Joint Statement of the BRIC Countries’ Leaders ............................. xx Lampiran 2 II BRIC SUMMIT – JOINT STATEMENT BRASILIA .................... xxii Lampiran 3 SANYA DECLARATION .............................................................. xxviii Lampiran 4 BRICS Summit: Delhi Declaration .............................................. xxxiv Lampiran 5 Fifth BRICS Summit eThekwini Declaration .................................. xliv
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perkembangan pada era pasca Perang Dingin di dunia internasional mulai bergeser dari yang sebelumnya negara-negara berfokus untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan, kini telah mengalami perubahan ke arah ekonomi. Hal ini yang mendorong munculnya isu-isu dalam ekonomi politik internasional. Terdapat beberapa persoalan penting yaitu, hubungan antara politik dan ekonomi, pembangunan dan keterbelakangan di dunia ketiga, dan sifat luasnya globalisasi ekonomi. Dalam konteks tersebut, liberalisme ekonomi diimplementasikan dalam bentuk kerjasama ekonomi baik bilateral maupun multilateral.1 Pemerintah Afrika Selatan memutuskan untuk bergabung dengan BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa) pada tahun 2011. Pada mulanya, BRICS hanya beranggotakan empat negara selain Afrika Selatan. Menurut Jim O'Neill dari Goldman Sachs, alasan didirikannya kelompok tersebut karena pada tahun 2050 gabungan ekonomi negara-negara ini diprediksi akan mampu mengalahkan negara-negara terkaya yang saat ini ada di dunia. Bagi Afrika Selatan, hal ini juga akan membantu mendorong kemajuan perekonomian bagi negaranya. Dengan luas wilayah mencapai 1,221,037 km2, Afrika Selatan memiliki populasi penduduk yang berjumlah 49,3 juta. Namun begitu letaknya yang berada 1
Robert Jackson & George Sorensen. 2009. Internasional.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 227-228.
1
Pengantar
Studi
Hubungan
di Benua Afrika dianggap kurang menarik untuk pengembangan ekonomi. Afrika Selatan terus berusaha menjadi salah satu negara yang menghilangkan paradigma negatif tersebut. Dengan bergabung dalam kelompok BRICS, Afrika Selatan berharap dapat membantu akses pertumbuhan ekonomi mereka meningkat. Efek integrasi ekonomi yang diharapkan tidak hanya dirasakan oleh Afrika Selatan saja, tetapi juga meliputi negara-negara lain yang berada di kawasan tersebut. Seperti kebanyakan negara lain, Afrika Selatan juga sempat merasakan dampak krisis ekonomi global, terutama pada aktivitas perdagangan dan keuangan. Meskipun output pertumbuhannya melambat dari pertengahan tahun 2007, pertumbuhan PDB riil kembali positif sampai dengan tahun 2008. Krisis juga memberikan efek pada kepercayaan internasional dan modal yang mengalir ke pasar negara berkembang karena investor menghitung risiko yang muncul. Hal ini kemudian menjadikan arus perdagangan global menurun. Akhirnya, volume ekspor dan impor jatuh, sedangkan harga sebagian besar komoditas utama ekspor Afrika Selatan melemah. Pada tahun 2009, GDP Afrika Selatan sejumlah 2,4 miliar rand, dengan total ekspor mencapai 27,1% dari total GDP dan impor 28,0% dari total GDP negaranya. Menurut OECD, pada 2010, satu dari tiga warga Afrika Selatan dalam angkatan kerja, termasuk setengah dari orang-orang muda kulit hitam yang berusia 15-24, menjadi pengangguran. Hal ini kemudian menjadi masalah yang paling membatasi pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan.2
2
OECD. OECD Economic Surveys: South Africa. Volume 2010/11 July 2010. Hal. 7
2
Namun, keberhasilan Afrika Selatan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia 2010 juga memberikan manfaat tersendiri bagi peningkatan perekonomian. Dari penyelenggaraan Piala Dunia 2010, Afrika Selatan mampu meraup keuntungan yang cukup fantastis. Presiden Jacob Zuma menyampaikan bahwa keuntungan yang diterima Afrika Selatan sebesar 33 miliar rand (setara dengan Rp 38,6 triliun). Bahkan, hal ini menjadikan Afrika Selatan negara paling maju di Benua Afrika dengan pendapatan mencapai Rp 707,5 triliun selama 20092010. Dampak lain yang juga dirasakan Afrika Selatan sejak menyelenggarakan Piala Dunia 2010 adalah menurunnya tingkat pengangguran. Sebelumnya, angka pengangguran yang tercatat di Afrika Selatan mencapai 40%, setelah Piala Dunia 2010 angkanya menurun hingga menjadi 25%.3 Pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh Afrika Selatan semenjak keberhasilanya menggelar Piala Dunia 2010 juga dirasakan hingga saat ini. Sejak Piala Dunia 2010 usai, Afrika Selatan terus memberikan image positif pada dunia internasional sehingga menarik para investor untuk menanamkan investasinya di sana. Meskipun pada mulanya pencalonan Afrika Selatan sebagai tuan rumah Piala Dunia 2010 dianggap sebagai muatan politik untuk menjual Afrika Selatan kepada asing. Namun peningkatan yang dirasakan hingga saat ini menunjukan adanya sebuah kontinuitas dari pemerintah Afrika Selatan dalam upayanya untuk meningkatkan perekonomian negaranya. Selain karena banyaknya sumber daya alam yang tersedia dan masih minimnya pengelolaan membuat Afrika Selatan menjadi kawasan lain yang dapat 3
Hinca Pandjaitan. 2011. Kedaulatan Negara Versus Kedaulatan FIFA. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 184.
3
dieksplorasi. Terlebih lagi kawasan Timur Tengah yang selama ini menjadi sumber investasi di bidang energi tengah mengalami pergolakan politik di beberapa negaranya. Ini membuat negara-negara yang sedang mengalami peningkatan ekonomi seperti Cina dan India harus mencari kawasan lain untuk berinvestasi. Ditambah lagi Afrika Selatan juga menyediakan sumber daya manusia yang melimpah untuk dijadikan buruh pekerja. Untuk itu dalam penelitian kali ini akan dibahas mengenai pertumbuhan ekonomi yang sedang dialami oleh Afrika Selatan dan pengaruh yang diterima setelah bergabungnya Afrika Selatan ke dalam kolompok BRICS. Akan tetapi fokus kajiannya hanya pada integrasi ekonomi khususnya di bidang perdagangan dan investasi yang terjadi di Afrika Selatan. Dengan ruang lingkup penelitian yang dibatasi mulai dari 2011 hingga 2013 dan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi di bidang perdagangan dan investasi.
B. Pertanyaan Penelitian Pertumbuhan ekonomi di Afrika Selatan yang berkembang cukup baik pasca keberhasilannnya menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010 menjadi awal kebangkitan ekonomi negara ini. Banyaknya investor yang mulai menanamkan modalnya, kemudian diikuti juga oleh kebijakan pemerintah untuk lebih membuka kesempatan dengan bergabung ke BRICS. Untuk itu pada penelitian kali ini akan diangkat mengenai permasalahan “Bagaimana dampak dari bergabungnya Afrika Selatan ke BRICS terhadap pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan?”
4
C. Tujuan dan Manfaaat Penelitian Tujuan penelitian kali ini adalah sebagai berikut: a. Menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang saat ini tengah dialami oleh Afrika Selatan. b. Menganalisis bagaimana kelompok BRICS mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang saat ini sedang dirasakan oleh Afrika Selatan. Untuk itu penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian-penelitian berikutnya. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai dampak yang muncul dari bergabungnya
Afrika Selatan
ke BRICS
terhadap
pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan. b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan mahasiswa jurusan Hubungan Internasional, khususnya di Univeritas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa Hubungan Internasional yang ingin mendalami tentang pertumbuhan ekonomi yang saat ini sedang dialami oleh beberapa negara berkembang, khususnya Afrika Selatan.
D. Tinjauan Pustaka Terdapat beberapa tulisan dari para ahli yang menjelaskan mengenai keterkaitan antara kelompok BRICS dan Afrika Selatan. Salah satu diantaranya adalah dalam SAIIA Policy Briefing 62 yang ditulis oleh Memory Dube berjudul
5
BRICS Summit 2013: Strategies for South Africa’s Engagement, yang menyatakan bahwa hubungan antara BRICS dengan Afrika lebih didasari pada kepentingan ekonomi.4 Seperti hanya akan dijadikan pasar ekspor bagi produk-produk negara anggota BRICS lainnya. Selain itu juga merupakan sumber penting bagi investasi asing langsung di Afrika, investasi ini meliputi pembangunan infrastruktur, sektor pertanian, dan pembangunan zona industri yang dirancang untuk membantu mengintegrasikan Afrika. Namun menurutnya, jika melihat keanggotaan yang dilakukan oleh Afrika Selatan di BRICS, maka lebih dipengaruhi oleh perspektif politik dibandingkan dengan ekonomi. Hal ini dikarenakan keanggotaan BRICS Afrika Selatan berasal dari persepsi bahwa Afrika Selatan merupakan pemimpin regional. Sebelumnya keanggotaan BRICS Afrika Selatan memang bertujuan sebagai “pintu gerbang ke Afrika”. Tetapi kini Afrika Selatan telah memposisikan keanggotaannya dalam BRICS pada tiga hal, yaitu untuk memajukan kepentingan nasionalnya, untuk mempromosikan program integrasi regional dan pembangunan infrastruktur, dan untuk mengembangkan kemitraan Selatan-Selatan bagi reformasi pemerintahan global. Dari tulisan lainnya, Hany Besada, Evren Tok dan Kristen Winters juga menyatakan bahwa tujuan keanggotaan Afrika Selatan di BRICS hanya sebagai peningkatan ekonomi. Dalam artikel yang dikeluarkan oleh Africa Insight Vol. 42(4)–March 2013 berjudul South Africa in the BRICS: Opportunities, Challenges and Prospects, ketiganya juga menyoroti hal lain yang menjadi perdebatan, yaitu 4
Memory Dube. 2013. BRICS Summit 2013: Strategies for South Africa’s Engagement dalam SAIIA Policy Briefing 62, March 2013.
6
mengenai motif lain dibalik bergabungnya Afrika Selatan selain sebagai alat ekonomi dan politik, karena dari seluruh negara anggota BRICS lainnya, tingkat PDB Afrika Selatan merupakan yang paling rendah dengan populasi jumlah penduduk yang juga paling sedikit. Sehingga Afrika Selatan kurang memiliki kekuatan ekonomi yang signifikan daripada anggota lain.5 Selain itu tantangan yang kemudian muncul dari keanggotaan Afrika Selatan di BRICS adalah masalah ketidaksetaraan yang parah, tingkat kemiskinan dan pengangguran yang tinggi. Dari Survei Ekonomi 2010 Afrika Selatan yang dilakukan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menguraikan beberapa kekhawatiran tentang berlanjutnya tingkat pengangguran yang tinggi, tumbuhnya dualisme di pasar tenaga kerja, dan rendahnya tingkat wirausaha kalangan penduduk kulit hitam. Inilah yang kemudian menunjukan adanya pesimisme akan keberhasilan Afrika Selatan dalam kelompok BRICS. Permasalahan yang ada dari keanggotaan Afrika Selatan ini juga menjadi perhatian Jim O'Neil sebagai pendiri BRICs (sebelum bergabungnya Afrika Selatan). Dari jurnal yang dikeluarkan oleh Gauteng Province, berjudul South Africa’s position in BRICS, Jim O'Neil menyatakan bahwa bergabungnya Afrika Selatan ke dalam BRICS adalah sebuah kesalahan. Penyebabnya yaitu sama,
5
Hany Besada, Evren Tok dan Kristen Winters. 2013. South Africa in the BRICS: Opportunities, Challenges and Prospects dalam Africa Insight Vol. 42(4) – March 2013.
7
rendahnya tingkat ekonomi dan sedikitnya populasi Afrika Selatan dibandingkan dengan negara anggota BRICS lainnya.6 Meskipun demikian, bergabungnya Afrika Selatan merupakan kesempatan bagi negara itu dan juga Benua Afrika. Afrika Selatan memang negara yang terkecil dalam hal luas lahan, jumlah penduduk, tabungan, dan nilai ekspor dan impor sebagai persentase dari PDB. Sehingga menjadi wajar jika kemudian muncul kekhawatiran ketika Afrika Selatan harus bergabung dengan negaranegara yang lebih besar. Selain dianggap sebagai “pintu gerbang ke Afrika”, alasan lain masuknya Afrika Selatan juga didasarkan pada kenyataan bahwa Afrika Selatan memiliki perekonomian terbesar di Sub-Sahara Afrika dan sistem perbankan canggih. Adapun dalam buku yang ditulis oleh Stephanie Jones, berjudul BRICs and Beyond: Lessons on Emerging Markets, menerangkan bagaimana BRICS akan berkembang sebagai kekuatan ekonomi baru yang akan mengganggu dominasi ekonomi Barat, karena di dalam BRICS yang diisi oleh negara-negara ekonomi berkembang ini memberikan kesempatan lebih untuk saling membuka peluang ekonomi seperti pasar produksi dan investasi. Meskipun bagi Afrika Selatan sendiri bergabungnya ke dalam BRICS tentu akan menimbulkan resiko juga. Alasannya juga masih sama yaitu, kekhawatiran Afrika Selatan hanya dijadikan sebagai pasar bagi negara anggota lainnya. 7
6
South Africa’s position in BRICS dalam Quarterly Bulletin – January to March 2013 Gauteng Province: Provincial Treasury Republic of South Africa. 7 Stephanie Jones. 2012. BRICs and Beyond: Lessons on Emerging Markets. London: Wiley Publisher.
8
Dari beberapa tulisan diatas setidaknya memberikan gambaran mengenai bagaimana hubungan yang terjadi antara Afrika Selatan dan BRICS. Dijelaskan juga bahwa tujuan Afrika Selatan bergabung dengan BRICS adalah ekonomi, namun kita juga perlu melihat efek yang ditimbulkan kemudian. Jika para penulis diatas lebih banyak menunjukan sikap pesimisme yang muncul dari keanggotaan Afrika Selatan di kelompok BRICS. Maka dari itu pada penelitian kali ini, akan lebih dibahas mengenai dampak yang telah dirasakan oleh Afrika Selatan setelah bergabung ke dalam BRICS.
E. Kerangka Teori Dari pertanyaan penelitian yang telah disampaikan sebelumnya, maka teori yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian adalah teori Neoliberal Institusionalisme. Selain itu ada pula beberapa konsep yang akan digunakan, yaitu konsep kerjasama, dan konsep aliansi. 1. Teori Neoliberal Institusionalisme Teori neoliberal institusionalisme berasal dari asumsi-asumsi dasar seperti yang terdapat dalam teori liberalisme. Sehingga beberapa asumsinya juga merupakan pengembangan dari teori liberalisme. Seperti asumsinya tentang penyelesaian masalah-masalah internasional melalui aksi sosial yang lebih kolaboratif dan kooperatif daripada konfliktual.8 Hal inilah yang kemudian mendorong setiap negara untuk berusaha menghindari terjadinya perang dengan melakukan upaya-upaya kerjasama yang lebih menguntungkan. 8
Robert Jackson & George Sorensen. Internasional.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 139.
9
2009.
Pengantar
Studi
Hubungan
Robert Keohane dan Josep Nye adalah dua pemikir yang memberikan pengaruh besar dalam pengembangan teori ini. Neoliberalisme Institusional menyatakan bahwa institusi internasional menolong untuk memajukan kerjasama di antara negara-negara.9 Secara lebih spesifik Robert Keohane mendefinisikan institusi internasional sebagai seperangkat peraturan (formal dan informal) yang saling berhubungan dan berkesinambungan yang akan menjelaskan pola perilaku negara, aktivitas
yang memaksa, dan bentuk-bentuk harapan. Institusi
internasional dapat diartikan sebagai salah satu dari tiga bentuk, yaitu organisasi formal antara pemerintah atau organisasi antar negara non pemerintah, rejim internasional, dan konvensi.10 Neoliberal institusionalisme meyakini bahwa kerjasama bukanlah sebuah kebetulan, melainkan tindakan yang disadari untuk mencapai tujuan bersama dan institusi internasional ada sebagai salah satu cara memfasilitasi kerjasama internasional. Memang tidak semua institusi internasional memfasilitasi kerjasama pada tatanan global, tetapi hampir seluruh bentuk kerjasama internasional dituangkan dalam sebuah bentuk institusi. Neoliberal institusionalisme juga memandang institusi sebagai mediator dan alat untuk menciptakan kerjasama diantara para aktor dalam sistem.11 Selain itu kerjasama dalam neoliberal institusionalisme juga akan menghasilkan adanya absolute gain (keuntungan absolut). Absolute gain adalah 9
Joseph Nye. 2009. Understanding International Conflict, 7th Ed. New York: Pearson Longman. Hal. 155. 10 Robert O. Keohane. 1989. International Institutions and State Power (Essay in International Relations Theory). London: Westvie Presshal. Hal. 3-4. 11 Robert Jackson & George Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan Internasional.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 154
10
keuntungan yang dapat diperoleh setiap negara dalam melakukan interaksinya dengan negara lain dengan bentuk kerjasama. Hanya dengan kerjasama negara dapat meraih hasil yang pasti (absolut).12 Pemikiran ini memandang keuntungan dari kerjasama tersebut absolut didapat setiap negara meski tidak mungkin kedua negara mendapatkan keuntungan yang sama besar. Namun hal ini tentunya memastikan setidaknya keuntungan akan diraih bagi negara yang dapat melakukan kerjasama. Dalam perkembangan kontemporer, hasil yang didapatkan dari kerjasama dalam sebuah institusi internasional dapat berupa kemajuan ekonomi bersama, seperti Uni Eropa. Sebab dalam sebuah kerangka Uni Eropa setiap negara diharuskan untuk saling bekerjasama untuk tercapainya tujuan bersama. Mekanisme
yang
ada
di
dalamnya
juga
mendorong
setiap
negara
mengesampingkan kepentingannya akan tetapi dengan tujuan bahwa kepentingan bersamanya dapat terealisasi dengan baik. Keberhasilan Uni Eropa dalam menyatukan banyak kepentingan negara menjadi kepentingan bersama, khususnya integrasi ekonomi akan dirasakan oleh semua negara anggotanya. Dengan menggunakan teori neoliberal institusionalisme dalam kasus ini, kita dapat melihat bagaimana negara-negara anggota BRICS membentuk kelompok ini. Kelompok BRICS juga merupakan salah satu bentuk organisasi internasional dengan tujuan ekonomi. Tujuan ini selanjutnya akan mendorong negara-negara di dalamnya untuk saling memberikan kontribusinya melalui mekanisme yang telah disepakati guna tercapainya tujuan tersebut. 12
Robert Powell. 1991. Absolute and Relative Gains in International Relations Theory. The American Political Science Rewiew, Vol. 85, No. 4 (December). Hal. 303-305
11
2. Konsep Kerjasama Kerjasama terjadi biasanya didorong oleh kepentingan nasional (national interest) suatu negara, di mana negara memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan kebutuhan negara. Kepentingan nasional identik pada tujuan nasional, seperti pembangunan ekonomi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan lain sebagainya. Pada hakikatnya negara tidak akan dapat berdiri sendiri, artinya negara membutuhkan bantuan dari negara lain. Oleh karena itu, kepentingan nasional mengundang para pengambil keputusan (decision makers) untuk menetapkan langkah kebijakan yang akan diambil, baik itu kerjasama. Kerjasama dapat tumbuh dari suatu komitmen individu terhadap kesejahteraan bersama atau sebagai usaha pemenuhan kepentingan pribadi. Kunci dari perilaku kerjasama ada pada sejauh mana setiap pribadi percaya bahwa yang lainnya akan bekerjasama. Sehingga isu utama dari konsep kerjasama didasarkan pada pemenuhan kepentingan pribadi, di mana hasil yang menguntungkan kedua belah pihak dapat diperoleh dengan bekerja sama daripada dengan usaha sendiri atau dengan persaingan.13 Hal yang demikian juga dapat berlaku pada negara yang melakukan kerjasama antar negara. Sehingga negara memiliki kepentingan yang dapat menguntungkan negaranya dari kerjasama yang dijalaninya. Kerjasama dapat berlangsung dalam berbagai konteks yang berbeda. Kebanyakan hubungan dan interaksi yang berbentuk kerjasama terjadi langsung di antara dua pemerintah yang memiliki kepentingan atau menghadapi masalah yang sama secara bersamaan. Bentuk kerjasama lainnya dilakukan antara negara yang 13
James E. Dougherty & Robert L. Pfaltzgraff. 1997. Contending Theories. New York: Harper and Row Publisher. Hal. 217.
12
bernaung dalam organisasi dan kelembagaan internasional. Ada beberapa alasan mengapa negara melakukan kerjasama dengan negara lainnya. Pertama, demi meningkatkan kesejahteraan ekonominya, dimana melalui kerjasama dengan negara lainnya, negara tersebut dapat mengurangi biaya yang harus ditanggung dalam memproduksi suatu produk kebutuhan bagi rakyatnya karena keterbatasan yang dimiliki negara tersebut. Kedua adalah untuk meningkatkan efisiensi yang berkaitan dengan pengurangan biaya. Ketiga, karena adanya masalah-masalah yang mengancam keamanan bersama. Dan yang keempat, dalam rangka mengurangi kerugian negatif yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan individual negara yang memberi dampak terhadap negara lain.14 3. Konsep Regionalisme Regionalisme merupakan salah satu bagian dalam dinamika hubungan internasional. Hubungan internasional yang dulunya bersifat state-centric hingga akhirnya meluas menjadi non-state, dengan salah satu penyebabnya adalah karena berkembangnya regionalisme. Menurut Couloumbis dan Wolfe, terdapat empat kategorisasi yang dapat digunakan untuk mendefinisikan atau mengelompokkan suatu kawasan yaitu, Kriteria Geografis yang mengelompokan negara-negara berdasarkan lokasinya dalam suatu benua, sub benua, kepulauan, dan lain sebagainya. Contohnya adalah Kawasan Eropa, Kawasan Asia, dan lainnya. Selanjutnya ada Kriteria Politik atau Militer yang mengelompokan negaranegara dengan keikutsertaannya pada berbagai aliansi atau berdasarkan pada orientasi ideologis dan politik. Contohnya seperti Blok Kapitalis, Blok Komunis, 14
K.J. Holsti. 1992. Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis. Bandung: Binacipta. Hal. 362-363.
13
NATO, Pakta Warsawa. Ada juga Kriteria Ekonomi yang mengelompokan negara-negara berdasarkan pada kriteria terpilih dalam pembangunan ekonomi. Contohnya seperti adanya negara maju, negara berkembang, dan negara Dunia Ketiga. Dan yang terakhir adalah Kriteria Transasksional yang mengelompokan negara-negara berdasarkan pada jumlah frekuensi mobilitas penduduk, barang dan jasa, seperti imigran, turis, perdagangan, dan berita. Contoh kriteria ini dapat kita lihat pada kawasan Amerika, Kanada, dan Pasar Tunggal Eropa.15 Teorisi lain mengklasifikasikan kawasan ke dalam lima karakteristik. Pertama, negara-negara yang tergabung ke dalam suatu kawasan memiliki kedekatan geografis. Kedua, mereka memiliki kemiripan sosio-kultural. Ketiga, terdapatnya sikap dan tindakan politik yang tercermin dalam organisasi internasional. Keempat, kesamaan keanggotaan dalam organisasi internasional. Dan terakhir, adanya ketergantungan ekonomi yang diukur dari perdagangan luar negeri sebagai bagian dari proporsi pendapatan internasional.16 Sementara itu menurut Hurrell, regionalisme mengacu pada proyek-proyek kerjasama kepala negara yang muncul sebagai akibat dari dialog dan perjanjian antar pemerintah.17 Bentuk regionalisme ini tentunya akan mengarah pada penciptaan perdagangan (trade creation) atau pengalihan perdagangan (trade diversion). Seperti yang disampaikan oleh Jacob Viner bahwa penciptaan perdagangan dalam 15
Theodore A. Couloumbis dan James H. Wolfe (1986) dalam I Nyoman Sudira, “Regionalisme dalam Studi Hubungan Internasional” dalam Andre H. Pareira. 1999. Perubahan Global dan Perkembangan Studi HI. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal. 152 16 Stephen C. Calleya (2000) dalam Yanyan Moch. Yani dan Anak Agung Banyu Perwita. 2006. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal. 104 17 Hurrel (1995) dalam Shaun Breslin, Richard Higgott and Ben Rosamond. “Regions in comparative perspective” dalam Shaun Breslin, dkk (ed). 2002. New Regionalisms in the Global Political Economy. London: Routledge. Hal. 13.
14
regionalisme akan terjadi ketika produksi dalam negeri suatu negara lebih mahal dan diganti dengan produk impor yang lebih murah dari negara yang berpartisipasi. Sebaliknya, pengalihan perdagangan terjadi ketika barang impor murah diproduksi dari negara-negara bukan negara anggota diganti oleh impor lebih mahal dari negara-negara anggota.18 Dari sini dapat dilihat bahwa BRICS merupakan salah satu bentuk regionalisme karena adanya kesamaan tujuan yaitu tujuan ekonomi di antara negara anggota. Meskipun secara geografis antara negara anggota BRICS terletak berjauhan, namun sesama new emerging economic powers BRICS juga bertujuan mengimbangi dominasi Utara (developed countries). Selain itu dengan adanya mekanisme kerjasama dalam BRICS untuk saling menguntungkan sesama negara anggota, maka akan menciptakan penciptaan perdagangan (trade creation). Untuk dapat mengukur terciptanya perdagangan dari bentuk regionalisme ini, maka dapat digunakan volume perdagangan dan investasi sebagai alat ukur. Menurut Dominick Salvatore perdagangan internasional dapat digunakan sebagai mesin bagi pertumbuhan ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth). Dengan adanya aktifitas perdagangan internasional maka diharapkan akan mendorong percepatan pembangunan ekonomi di negara tersebut.19 Salvatore juga menyatakan bahwa salah satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari aktifitas perdagangan internasional adalah adanya pengaruh aliran modal. Ketika terjadi
18
Jacob Viner (1950) dalam Wieslaw Michalak dan Richard Gibb. 1997. “Trading Blocs and Multilateralism in the World Economy” dalam Annals of the Association of American Geographers, 87(2). Oxford: Blackwell Publishers. Hal. 264–279 19 Dominick Salvatore. 2007. International Economics. New Jersey: Prentice-Hall. Hal. 66-68
15
aktifitas perdagangan internasional yakni berupa kegiatan ekspor dan impor, maka juga terjadi perpindahan faktor-faktor produksi.20
F. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono terdapat beberapa jenis penelitian, namun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan data kualitatif yang berbentuk kata, skema, dan gambar.21 Sedangkan menurut Strauss dan Corbin penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang membuahkan berbagi penemuan yang tidak dapat dicapai dan diperoleh dengan menggunakan data statistik seperti layaknya penelitian kuantitatif. Sehingga penelitian yang menggunakan metode ini lebih ditekankan untuk mendeskripsikan objek penelitiannya.22 Sedangkan
untuk
teknik
pengumpulan
datanya,
penelitian
ini
menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan (library search). Dengan perpustakaan yang dikunjungi adalah Perpustakaan Universitas Indonesia, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Freedom
Institute, dan
Perpustakaan FISIP UIN Syarif Hidayatullah. Sumber informasi didapatkan melalui buku-buku, jurnal ilmiah, artikel dalam koran dan data-data lainnya. Setelah itu data yang didapatkan dianalisis untuk selanjutnya akan dideskripsikan guna menjawab pertanyaan penelitian yang telah ada sebelumnya. Hal ini yang 20
Dominick Salvatore. International Economics. Hal. 71 Sugiyono. 2003. Metode Penelitian. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas. Hal. 14. 22 Anselm Strauss & Juliet Corbin, 2003. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 39. 21
16
kemudian akan menunjukan hubungan antara keanggotaan Afrika Selatan dalam kelompok BRICS dengan pertumbuhan ekonomi negaranya.
G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. B. Pertanyaan Penelitian. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian. D. Tinjauan Pustaka. E. Kerangka Teori. 1. Teori Neoliberal Institusionalisme. 2. Konsep Kerjasama. 3. Konsep Regionalisme. F. Metode Penelitian. G. Sistematika Penulisan. BAB II BRICS DAN AFRIKA SELATAN A. Pembentukan Kelompok BRICS. B. Proses Bergabungnya Afrika Selatan ke BRICS. C. Kerangka Kerjasama dalam BRICS. BAB III
HUBUNGAN KERJASAMA EKONOMI AFRIKA SELATAN
DENGAN NEGARA ANGGOTA BRICS (2000-2010) A. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Brasil. B. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan India.
17
C. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Rusia. D. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Cina. BAB IV DAMPAK BERGABUNGNYA AFRIKA SELATAN KE BRICS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI AFRIKA SELATAN (2011-2013) A. Dampak Pada Perdagangan Internasional. B. Dampak Pada Investasi Luar Negeri. C. Agregat Data Perdagangan. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
18
BAB II BRICS DAN AFRIKA SELATAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai bagaimana awal mula terbentuknya kelompok BRICS. Dimulai dari gagasan Jim O’Neill sejak tahun 2001 hingga terealisasinya ide tersebut di tahun 2009. Selain itu akan dibahas pula mengenai bergabungnya Afrika Selatan sebagai anggota kelima kelompok ini. Proses yang dilalui oleh Afrika Selatan untuk bergabung menjadi anggota BRICS tidak mudah, karena pada waktu bersamaan juga muncul kandidat lain yang juga berpotensi menjadi anggota. Namun melalui proses diplomasi yang dilakukan pemerintah Afrika Selatan di bawah kepemimpinan Jacob Zuma, akhirnya Afrika Selatan resmi bergabung ke dalam kelompok pada tahun 2011. Dalam bab ini juga akan dibahas tentang kerangka kerjasama yang berhasil dibentuk oleh BRICS melalui KTT yang setiap tahunnya dilaksanakan.
A. Pembentukan Kelompok BRICS BRIC (Brasil, Rusia, India dan Cina) merupakan ide yang pertama kali disusun oleh seorang ekonom dari Goldman Sachs sebagai bagian dari pemodelan ekonomi untuk perkiraan tren ekonomi global selama setengah abad berikutnya. Singkatan BRIC pertama kali digunakan pada tahun 2001 oleh Goldman Sachs dalam Global Economics Paper No. 66, dengan judul “Building Better Global Economic BRICs”. Jim O'Neill, yang menciptakan istilah BRIC untuk menunjukkan empat negara berkembang yang tumbuh paling cepat di dunia. Dan
19
di tengah-tengah banyaknya perdebatan dan kontroversi, dirinya berhasil menarik perhatian bagi terciptanya peluang pertumbuhan yang tersedia di luar pasar tradisional dari dunia Barat.23 Faktor yang dapat dilihat sebagai penghubung BRIC adalah populasi yang besar, pemerintah relatif stabil dan potensi pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Bahkan pada tahun 2003, prediksi Goldman Sachs menjadi lebih optimis karena mereka memperkirakan bahwa pada tahun 2050 ekonomi gabungan dari BRIC dapat lebih besar dari kelompok G6 (Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Jepang).24 Selain karena alasan ekonomi, kemunculan BRIC juga jelas bahwa kelompok ini berkeinginan meningkatkan kehadiran mereka di bidang lain dan juga menjadi aktor penting di panggung internasional baik melalui peran mereka dalam lembaga-lembaga lainnya. Selain itu menurut BRICS Research Group keterkaitan antara negara anggota BRICS adalah lima negara anggota secara bersama-sama meliputi 43 persen dari populasi dunia, 30 persen dari daratan bumi, dan 25 persen saham di dunia dari produk domestik bruto (PDB). Cadangan devisa negara BRICS adalah lebih dari 40 persen dari total cadangan devisa dunia, sebesar sekitar AS $ 4.4 triliun. Sebuah laporan dari The Economist menunjukkan bahwa jika negaranegara BRICS menyisihkan seperenam dari total cadangan mereka, mereka bisa
23
Jim O'Neill. 2001. Building Better Global Economic BRICs. Goldman Sachs Global Economics Paper 66 30 November 2001, dalam http://www2.goldmansachs.com/ideas/brics/building-betterdoc.pdf diakses pada 25 Juli 2014 pkl. 10.00 24 Dominic Wilson dan Roopa Purushothaman. 2003. Dreaming With BRICs: The Path to 2050. Goldman Sachs Global Economics Paper 99, 1 Oktober 2003. Hal. 1.
20
menciptakan sebuah lembaga dengan ukuran setara International Monetary Fund (IMF).25 Perdagangan antara kelima negara pada 2011 adalah senilai $ 230 miliar dengan tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan mencapai 28 persen. Hal ini diharapkan mencapai AS $ 500 miliar pada tahun 2015. Pangsa pasar BRICS dalam perdagangan global juga telah meningkat dua kali lipat dalam periode ini dan diperkirakan mencapai 14 persen pada tahun 2008. Foreign Direct Investment (FDI) dari negara-negara BRICS juga meningkat dari AS $ 10 miliar di 2002 menjadi AS $ 146 miliar pada tahun 2010. Meskipun Cina dan Rusia mewakili lebih dari 75 persen dari total FDI negara BRICS, sementara Brazil dan India mencapai sekitar 10 persen masing-masing.26 Setiap tahunnya sejak tahun 2009, para pemimpin negara anggota BRIC selalu mengadakan pertemuan untuk membahas mengenai kerjasama-kerjasama yang akan dibentuk dan isu-isu internasional yang sedang berkembang. Setiap negara anggota juga secara bergantian akan menjadi tuan rumah penyelenggara pertemuan. Pada tahun 2010, Afrika Selatan memulai upaya untuk bergabung dengan kelompok BRIC, dan proses masuknya secara formal dimulai pada bulan Agustus tahun itu. Akhirnya Afrika Selatan resmi menjadi negara anggota pada tanggal 24 Desember 2010, setelah secara resmi diundang oleh negara-negara BRIC untuk bergabung. Pada akhinya kelompok ini berganti nama menjadi
25
Lysa John. 2012. Engaging BRICS: Challenges and Opportunities for Civil Society. Oxfam India working papers series September 2012 OIWPS – XII. Hal. 2. 26 John. Engaging BRICS: Challenges and Opportunities for Civil Society. Hal. 3.
21
BRICS, dengan penambahan huruf “S” yang merujuk pada South Africa (Afrika Selatan). Penciptaan alternatif ekonomi global jelas merupakan faktor kunci dari optimisme dalam kelompok BRICS. Dalam sebuah artikel yang ditulis menjelang BRICS Summit 2012, Jim O’Neill menunjukan bahwa PDB kolektif sementara mereka mendekati angka AS $ 13 triliun.27 Demikian pula, BRICS Research Group menunjukkan bahwa pada tahun 2030, GDP kumulatif Negara-negara BRICS akan melebihi dari negara-negara G8, dengan proyeksi hampir dua kali lipat ukuran G8, yang pada gilirannya akan meningkatkan pengaruh mereka di panggung dunia.28
B. Proses Bergabungnya Afrika Selatan ke BRICS Melalui upaya diplomasi yang signifikan, Afrika Selatan berhasil masuk ke dalam kelompok BRICS pada akhir 2010, hanya beberapa bulan sebelum Summit ke-3 dilaksanakan. Hal ini dapat dianggap sebagai salah satu prestasi kebijakan luar negeri utama Afrika Selatan selama beberapa tahun terakhir. Ini juga secara fundamental mengubah sifat kelompok BRICS dan memberikannya struktur yang lebih global. Dengan masuknya Afrika Selatan, kemudian sifat BRICS telah berubah menjadi aliansi yang lebih global dengan kapasitas yang lebih kuat untuk berbicara atas nama “new emerging world”.
27
Jim O'Neill. 2012. Building BRICS: from conceptual category to rising reality. Dalam John Kirton, Marina Larionova, dan Yoginder K. Alagh (Ed). 2012. “BRICS: The 2012 New Delhi Summit”. London: Newsdesk Media. Hal. 24. 28 John. Engaging BRICS: Challenges and Opportunities for Civil Society. Hal. 3.
22
Pada tahun 2010, Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma, mengunjungi empat negara BRIC dalam upayanya untuk bergabung dengan kelompok ini. Pada bulan April, Zuma mengunjungi Brasília untuk IBSA Summit ke-4, yang juga bersamaan dengan BRIC Summit ke-2. Hal ini memberikan kesempatan kepada Presiden Afrika Selatan untuk mengadakan pertemuan bilateral dengan semua pemimpin BRIC. Berselang dua bulan kemudian, Jacob Zuma juga mengunjungi India. Selanjutnya, pada awal Agustus, Zuma mengunjungi Rusia bersama menteri kabinetnya dan lebih dari 100 orang pebisnis Afrika Selatan. Ini ia lakukan sebagai bentuk usaha mempromosikan hubungan perdagangan dan negaranya untuk bergabung ke dalam BRIC.29 Kemudian pada bulan yang sama, Zuma bersama dengan delegasi dari 400 perwakilan pebisnis lokal dan sebelas menteri pemerintahannya, mengunjungi Cina untuk mempromosikan ide masuknya ke dalam kelompok BRIC. Selama pidatonya di Beijing, ia berpendapat bahwa partisipasi Afrika Selatan di BRIC tidak berarti bahwa hanya untuk Afrika Selatan saja, akan tetapi ini juga berarti bahwa seluruh benua yang memiliki populasi lebih dari satu miliar orang itu akan diwakili. Pada saat yang sama, ia juga melawan kritik yang muncul dari semakin besarnya peran Cina di Afrika. Pada pertemuan tersebut, Cina dan Afrika Selatan meningkatkan
hubungan
dengan
membentuk
29
kemitraan
strategis
yang
Stuenkel Oliver. 2013. South Africa’s BRICS membership: A win-win situation?. African Journal of Political Science and International Relations Vol. 7(7), pp. 310-319, October 2013. Hal. 311
23
komprehensif. Ini adalah bagian dari kampanye diplomatik untuk membantu Afrika Selatan menjadi anggota tetap kelompok BRIC.30 Kerjasama dengan Cina ini terdiri dari upaya memproyeksikan Afrika Selatan sebagai kekuatan baru yang muncul dan pemimpin kawasan, memperkuat hubungan bilateral dengan negara-negara BRIC, dan melobi Jim O'Neill, yang menciptakan akronim, untuk memasukkan Afrika Selatan ke dalam Akronim BRIC. Meskipun begitu, Jim O'Neill tidak pernah setuju untuk mengubah singkatannya, namun keaktifan Afrika Selatan akhirnya terbukti berhasil. Hanya satu bulan setelah kunjungan Zuma ke Cina, pada pertemuan tanggal 21 September 2010 di New York, para menteri luar negeri BRIC sepakat bahwa Afrika Selatan akan diundang untuk bergabung dengan kelompok ini. Akhirnya pada Desember 2010, pemerintah Cina mengundang Afrika Selatan untuk menghadiri KTT ke-3 negera-negara BRIC, yang dilaksanakan pada tanggal 14 April 2011 di Sanya, Cina. Setelah dua KTT sebelumnya sukses di Yekaterinburg pada tahun 2009 dan Brasilia di 2010, pertemuan ketiga di Cina ini menandai definitif pembentukan BRICS sebagai bagian penting dari Kerjasama Selatan-Selatan. Namun yang paling penting, untuk pertama kalinya Afrika Selatan berpartisipasi sebagai anggota kelima kelompok ini, yang secara resmi juga mengubah nama BRIC menjadi BRICS.31
30
Khadija Patel. 2012. Analysis: Scrutinising South Africa's inclusion in Brics. Daily Maverick, April 3. Dalam http://www.dailymaverick.co.za/article/2012-04-03-analysis-scrutinising-southafricas-inclusion-inbrics/#.Uelef9Ip9DQ, diakses pada 25 Juli 2014 pkl. 15.20 31 Sebastien Hervieu. 2011. South Africa gains entry to Bric club. The Guardian, April 19. Dalam http://www.guardian.co.uk/world/2011/apr/19/south-africajoins-bric-club, diakses pada 25 Juli 2014 pkl. 15.20
24
Masuknya Afrika Selatan ke dalam kelompok BRIC mengikuti permintaan negara tersebut untuk bergabung dengan grup dan juga banyak kunjungan kenegaraan oleh Presiden Afrika Selatan ke negara-negara tersebut selama tahun 2010. Negara ini diundang untuk bergabung dengan kelompok untuk berbagai alasan, termasuk karena memiliki ekonomi terbesar di wilayah Sub-Sahara Afrika (SSA). Selain juga fakta bahwa Afrika Selatan merupakan penyumbang dari sekitar sepertiga PDB regional. Menurut Gateway House, faktor lain yang mendukung Afrika Selatan masuk adalah sumber daya alam yang luas seperti emas, berlian dan platinum, infrastruktur yang sangat baik, banyaknya perusahaan yang didirikan, budaya inovasi, akses mudah untuk membiayai bisnis, iklim keuangan makro dan mikro yang stabil, sistem perbankan yang canggih dan berfungsinya kerangka peraturan.32 Bergabungnya Afrika Selatan ke dalam kelompok BRIC juga telah menimbulkan reaksi yang beragam. Beberapa kritikus merasa bahwa negara berkembang lainnya dengan pertumbuhan ekonomi lebih cepat dari Afrika Selatan bisa dimasukkan. Bahkan menurut Jim O'Neil, masuknya Afrika Selatan dalam kelompok adalah sebuah kesalahan. Jim O'Neil juga menunjukkan bahwa perekonomian Afrika Selatan itu terlalu kecil untuk dibandingkan dengan negara BRIC lainnya. Selain itu dirinya juga menunjukkan bahwa, negara-negara seperti Korea Selatan, Indonesia, Meksiko dan Turki berada di daftar negara yang lebih
32
Gateway House. Why South Africa bric?. http://www.gatewayhouse.in/publication/gateway-house/features/why-south-africa-bric, pada 10 Oktober 2014, pkl. 20.10
25
Dalam diakses
pantas untuk menjadi bagian kelompok BRIC karena ukuran populasi yang sangat besar dan ukuran PDB yang relatif besar dari mereka.33 Analis juga merasa bahwa Nigeria akan menjadi pilihan yang lebih baik untuk sebuah negara Afrika untuk bergabung BRICS. Menurut World Atlas, Nigeria memiliki ukuran populasi yang lebih besar, diperkirakan 158.300.000 pada tahun 2012 dari Afrika Selatan, diperkirakan 49,9 juta pada tahun 2012.34 Selain itu Nigeria juga merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil di benua itu, dengan tingkat pertumbuhan ekonomi hingga kuartal keempat tahun 2010 adalah 6,8%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan Afrika Selatan 4,4%.35 Nigeria dianggap memiliki potensi secara pertumbuhan ekonomi, namun Afrika Selatan secara politis lebih penting dan memegang lebih pengaruh, khususnya melalui keanggotaannya dalam G20. Nigeria juga belum diundang untuk menjadi anggota, mengingat situasi politik di negara itu, terutama tentang isu-isu tata kelola yang penting, seperti pemilu cacat dan korupsi. Meskipun kedua negara terlibat dalam organisasi multilateral kawasan, dengan Afrika Selatan di Southern African Development Community (SADC) dan Nigeria menjadi anggota Economic Community of West African States, Afrika Selatan dilihat lebih baik melalui keterlibatannya juga di blok IBSA bersama dengan India
33
Sharda Naidoo. 2012. South Africa's presence 'drags down Brics. Mail & Guardian Online, 23 Maret 2012 dalam http://mg.co.za/article/2012-03-23-sa-presence-drags-down-brics, diakses pada 10 Oktober 2014, pkl. 20.15. 34 Countries of the World. Dalam http://www.worldatlas.com/aatlas/populations/ctypopls.htm, diakses pada 10 Oktober 2014, pkl. 20.30 35 Bradley Dubbelman. 2011. South Africa’s role in Brics: Implications and effects. Creamer Media’s Research Channel Africa July 2011. Hal. 4.
26
dan Brasil. Dengan Brazil dan India menjadi Anggota BRIC, indikasi bahwa Afrika Selatan telah telah mengikat kesepakatan politik dan ekonomi dengan negara-negara ini untuk mempromosikan kerjasama di antara mereka.36 Peran Cina dalam bergabungnya Afrika Selatan ke BRICS juga tidak dapat dilepaskan. Cina yang dianggap sebagai konstituen yang paling dominan dari BRICS, khususnya memandang Afrika Selatan sebagai negara yang menarik karena memiliki sejumlah besar konsumen. Negara ini juga memiliki kapasitas produksi energi terbesar dan juga merupakan produsen terbesar logam mulia, seperti emas dan platinum. Kedua fitur ini menarik bagi investasi dan kepentingan perdagangan Cina. Selain itu Cina memiliki saham keuangan besar di negara itu terutama di sektor perbankan, infrastruktur, pertambangan, transportasi dan energi terbarukan. Menurut Gateway House, Industrial Commercial Bank of China (ICBC) memiliki saham 20 persen (AS $ 4,7 miliar) di salah satu bank terbesar di Afrika Selatan, Standard Bank.37
C. Kerangka Kerjasama dalam BRICS Sebagai sebuah lembaga atau institusi yang menaungi beberapa negara, BRICS juga membentuk kerangka kerjasama sebagai landasan dalam menentukan kebijakan. Kerangka kerjasama dianggap sebagai perjanjian kerjasama yang telah disepakati bersama dalam setiap pertemuan yang dilakukan. Sejak tahun 2009, BRICS setiap tahunnya melaksanakan annual summit yang secara bergantian
36
Dubbelman. South Africa’s role in Brics. Hal. 4. South Africa’s position in BRICS dalam Quarterly Bulletin – January to March 2013 Gauteng Province: Provincial Treasury Republic of South Africa. Hal. 8.
37
27
digelar di negara-negara anggota. Dari setiap pertemuan yang dilaksanakan, seluruh kepala negara anggota akan membahasa isu-isu tertentu yang berkaitan dengan kepentingan dalam kelompok ini. Pertemuan pertama yang dilangsungkan pada tanggal 16 Juni 2009, di Yekaterinburg, Rusia, dihadiri oleh pemimpin masing-masing negara anggota, yaitu, Luiz Inácio Lula da Silva (Brasil), Dmitry Medvedev (Rusia), Manmohan Singh (India), dan Hu Jintao (Cina). Fokus Pertemuan ini adalah peningkatan situasi ekonomi global dan reformasi lembaga keuangan, serta pembahasan mengenai bagaimana empat negara ini bisa lebih baik dalam kerjasama di masa depan. Adapun diskusi lebih lanjut adalah mengenai bagaimana cara negaranegara berkembang, seperti anggota BRIC, bisa menjadi lebih terlibat dalam urusan global.38 Pertemuan negara anggota BRIC kembali dilakukan yang mengambil tempat di kota Brasília, Brasil pada 15-16 April, 2010. Ini adalah pertemuan kedua dari para kepala negara anggota untuk membahas labih lanjut kerjasama dalam kelompok tersebut. Selain dihadiri oleh keempat kepala negara anggota, ada pula Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma, dan Menteri Luar Negeri Palestina, Riad Al-Malki, yang juga ikut menghadiri pertemuan kali ini. Dengan pembahasan isu lanjutan seperti pada KTT yang pertama, ditambah juga dengan isu-isu internsional yang sedang berlangsung saat itu.39
38
Nations eye stable reserve system dalam http://news.bbc.co.uk/2/hi/business/8102216.stm, diakses pada 25 Juli 2014 pkl. 12.35 39 Konstantin Rozhnov. BRIC countries try to shift global balance of power. Thursday, 15 April 2010. Diakses dari http://news.bbc.co.uk/2/hi/8620178.stm pada 3 September 2014 pkl 14.30
28
Setelah itu KTT BRICS ketiga diselenggarakan pada 14 April 2011 di Sanya di pulau Hainan, Cina. Dalam pertemuan kali ini ada perbedaan yang signifikan dengan masuknya Afrika Selatan sebagai anggota baru di kelompok ini. Jika pada pertemuan di Brasilia tahun 2010, Afrika Selatan diundang sebagai tamu, kelompok ini kemudian mengundang Afrika Selatan untuk bergabung sebagai anggota penuh pada tahun 2011 dan mengubah kelompok yang sebelumnya disebut BRIC resmi menjadi BRICS.40 India berkesempatan menjadi tuan rumah KTT BRICS selanjutnya yang bertempat di New Dehli, 29 Maret 2012. Pertemuan ini menandai pertemuan tahunan kelompok BRICS yang juga dilangsungkan untuk keempat kalinya. Pada pertemuan kali ini kelima kepala negara anggota ikut menghadiri, Dilma Rousseff (Brasil), Dmitry Medvedev (Rusia) Manmohan Singh (India), Hu Jintao (Cina), dan Jacob Zuma (Afrika Selatan). Dengan mengambil tema pertemuan "BRICS Partnership for Global Stability, Security and Prosperity".41 Pada tahun 2013 pertemuan tahunan BRICS dilaksanakan di Durban, Afrika Selatan, pada 26-27 Maret 2013. Dengan dihadiri oleh Dilma Rousseff (Brasil), Vladimir Putin (Rusia), Narendra Modi (India), Xi Jinping (Cina), dan Jacob Zuma (Afrika Selatan), yang mewakili seluruh negara anggota kelompok ini. Dengan bertema “BRICS and Africa: Partnership for Development,
40
Michael Forsythe, et al. BRICS Prod China's Hu to Import Value-Added Goods as Well as Raw Materials, Bloomberg, April 13, 2011. Dalam http://www.bloomberg.com/news/2011-0413/countries-at-brics-summit-push-china-to-import-more-airliners-medicines.html, diakses pada 3 September 2014 pkl. 15.50 41 Zeebiz Bureau. 2012. BRICS summit in Delhi begins today. Press Trust of India, Zee News, 29 March 2012. Dalam http://zeenews.india.com/business/news/economy/brics-summit-in-delhibegins-today_44828.html, diakses pada 4 September 2014 pkl. 11.50
29
Integration and Industrialisation”, pertemuan ini juga menandai bahwa seluruh anggota telah menjadi tuan rumah penyelenggaraan KTT dan untuk pertama kalinya pertemuan dilaksanakan di Benua Afrika.42 Adapun dari KTT tersebut, para pemimpin BRIC menyerukan peningkatan reformasi ekonomi dengan menuntut hak suara dan representasi di lembagalembaga keuangan internasional, dan agar penunjukan kepala dan pemimpin senior di lembaga tersebut harus melalui proses seleksi yang transparan dan terbuka. Sedangkan secara politik, peningkatan status dan peran para negara anggota setidaknya dapat lebih diperhitungan di dunia internasional, khususnya di PBB. Serta komitmen untuk saling bekerjasama dalam membendung krisis pangan internasional yang terjadi.43 Untuk masalah perdagangan internasional para pemimpin kelompok ini sepakat untuk menekankan pentingnya sistem perdagangan multilateral, yang diwujudkan dalam World Trade Organization (WTO), untuk menyediakan lingkungan yang terbuka, stabil, adil dan tidak diskriminatif untuk perdagangan internasional. Para anggota BRIC juga akan mendesak semua negara untuk menolak segala bentuk proteksionisme perdagangan dan melawan pembatasan perdagangan.44 Kelompok ini juga mengumumkan keputusan mereka untuk menghentikan pembayaran perdagangan menggunakan dolar AS dan selanjutnya memberikan 42
Fifth BRICS Summit Background. Dalam http://www.brics5.co.za/, diakses pada 4 September 2014 pkl. 15.20 43 Susan Houlton. First BRIC summit concludes. Dalam http://www.dw.de/first-bric-summitconcludes/a-4335954, diakses pada 3 September 2014 pkl. 12.55 44 Jenilee Guebert. 2011. BRIC Summit Commitments: 2010 Brasilia Summit. BRICS Research Group, 4 Juli 2011. Hal. 1-4
30
kredit kepada satu sama lain dalam mata uang nasional mereka sendiri. Bank pembangunan masing-masing negara akan menandatangani perjanjian untuk lebih secara bertahap mengubah mata uang pinjaman dari dolar AS. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat kerjasama keuangan antara negara-negara BRICS, serta untuk memperluas signifikansi internasional dari mata uang nasional mereka.45 Dalam kaitannya dengan peningkatan perdagangan dalam mata uang lokal, negara-negara BRICS juga menandatangani Perjanjian untuk memperluas fasilitas kredit dalam mata uang lokal dan Perjanjian Fasilitas Kredit Multilateral untuk menggantikan dolar AS sebagai unit utama perdagangan di antara mereka. Dalam rangka membawa ekonomi BRICS lebih dekat, semua anggota sepakat untuk meluncurkan turunan indeks ekuitas, yang memungkinkan investor di satu negara BRICS untuk bertaruh pada kinerja pasar saham di empat negara anggota lainnya tanpa risiko mata uang.46 Hasil dari pertemuan kelima kelompok BRICS adalah bahwa para pemimpin BRICS menyetujui pembentukan Bank Pembangunan baru dan menunjukkan bahwa kontribusi modal awal ke bank harus besar dan cukup untuk bank menjadi efektif dalam pembiayaan infrastruktur. Selain itu, pemimpin juga menyepakati pembentukan susunan cadangan kontinjen (Contingent Reserve Arrangement (CRA)) dengan ukuran awal sebesar AS $ 100 miliar. CRA ini akan membantu negara-negara BRICS mencegah tekanan likuiditas jangka pendek dan
45
Countries of BRICS refuse dollars. What shall investors expect?. Dalam http://www.profiforex.us/news/entry4000001367.html, diakses pada 3 September 2014 pkl. 16.20 46 BRICS. 2012. The BRICS Report. New Delhi: Oxford University Press. Hal. 172-173
31
lebih memperkuat stabilitas keuangan. Hal ini juga akan memberikan kontribusi untuk memperkuat jaringan pengaman keuangan global dan melengkapi peraturan internasional sebagai garis pertahanan.47 Selain itu terdapat dua Perjanjian yang menyimpulkan mengenai Mekanisme Kerjasama Interbank BRICS. Pertama, The BRICS Multilateral Infrastructure Co-Financing Agreement untuk membuka jalan Afrika bagi pembentukan, pengaturan, pembiayaan, untuk proyek-proyek infrastruktur di Benua Afrika. Kedua, The BRICS Multilateral Cooperation and Co-Financing Agreement untuk menetapkan pembangunan berkelanjutan, mengeksplorasi pembentukan perjanjian bilateral yang bertujuan untuk membangun kerjasama dan pengaturan pembiayaan bersama, khususnya di sekitar pembangunan berkelanjutan dan elemen ekonomi hijau.48 Untuk kerjasama multilateral di antara negara BRICS, mereka sepakat untuk memperkuat koordinasi di Organisasi Perdagangan Dunia Putaran Doha, serta dalam forum-forum multilateral lainnya di mana perdagangan dan investasi dapat berkembang. Selain itu juga melakukan pertemuan rutin antara pejabat tinggi
BRICS
dalam
organisasi
multilateral
dan
internasional.
Serta
mengidentifikasi area untuk kemungkinan kegiatan kerjasama pembangunan
47
Fifth BRICS Summit Background. Dalam http://www.brics5.co.za/, diakses pada 4 September 2014 pkl. 15.20 48 Yarygina Irina. Financial challenges for BRICS. Diakses dari http://www.brics5.co.za/assets/BRICS-Financial-challenges-by-Yarygina-Irina.pdf, pada 4 September 2014 pkl. 15.30
32
BRICS yang dapat mendukung aspirasi pembangunan dari negara-negara berkembang.49 Sementara untuk mempromosikan dan memfasilitasi perdagangan dan investasi di antara mereka, mereka sepakat untuk, pertama, meningkatkan pertukaran informasi kebijakan perdagangan, investasi dan peluang bisnis melalui mekanisme, termasuk website untuk berbagi informasi perdagangan dan investasi. Kedua, mendorong lembaga perdagangan dan investasi mereka untuk membangun hubungan yang lebih kuat, dan memberikan dukungan kebijakan untuk misi perdagangan dan investasi antara anggota BRICS.50 Ketiga, memperluas kerjasama pada platform promosi perdagangan dan investasi seperti pameran dagang dan pameran untuk meningkatkan peluang bagi perusahaan BRICS untuk bertemu, berkomunikasi dan bekerjasama satu sama lain. Keempat, meningkatkan transparansi lingkungan perdagangan dan investasi sesuai dengan hukum dan peraturan masing-masing. Kelima meningkatkan komunikasi dan kerjasama di bidang standarisasi, sertifikasi, inspeksi dan karantina. Keenam, meningkatkan komunikasi dan kerjasama antara lembagalembaga yang bertanggung jawab untuk ganti rugi perdagangan. Ketujuh, mendukung untuk peningkatan perdagangan intra-BRICS, mengingat efek yang positif dari tugas Departemen Keuangan dan Bank Sentral dalam penyelesaian mata uang lokal.51
49
BRICS. 2013. BRICS Trade and Invesment Cooperation Framework”. Fifth BRICS Summit Durban, South Africa 26 March 2013. Hal. 1. 50 BRICS. BRICS Trade and Invesment Cooperation Framework. Hal. 2. 51 BRICS. BRICS Trade and Invesment Cooperation Framework. Hal. 3.
33
BAB III HUBUNGAN KERJASAMA EKONOMI AFRIKA SELATAN DENGAN NEGARA ANGGOTA BRICS (2000-2010)
Pembahasan pada bab III ini akan berfokus tentang hubungan kerjasama yang dilakukan antara Afrika Selatan dengan negara anngota BRICS lainnya. Akan tetapi terdapat pembatasan periode yang dimulai dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2010. Hal ini untuk melihat bagaimana bentuk kerjasama Afrika Selatan dengan sesama negara anggota sebelum terbentuknya kelompok BRICS. Dengan begitu akan terlihat apakah ada perubahan pada hubungan kerjasama yang dilakukan antara sebelum BRICS dan sesudah bergabung BRICS.
A. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Brasil Brasil adalah negara yang paling besar di Amerika Selatan, dan negara yang paling maju serta kekuatan ekonominya paling kuat di antara negara-negara yang terdapat di bagian benua tersebut. Sebagai negara kesepuluh ekonomi terbesar di dunia, Brasil memiliki GDP mencapai 706 miliar dolar AS pada tahun 2005.52 Dengan begitu tentunya Brasil memiliki potensi yang cukup besar sebagai partner peningkatan kerjasama ekonomi. Hal ini pula yang kemudian mendorong Afrika Selatan untuk membuka hubungan kerjasama di bidang ekonomi dengan Brasil. 52
Research and Information System for Developing Countries (RIS). 2008. Trinity of the South: Potential of India-Brasil-South Africa (IBSA) Partnership. New Delhi: Acedemic Foundation. Hal. 34
34
Bagi kawasan Afrika, Brasil berada di urutan keempat sebagai mitra dagang di belakang anggota BRICS lainnya, Cina dan India, dan juga Korea Selatan. Negara-negara gabungan Afrika saat ini menempatkan Brasil sebagai mitra dagang terbesar kelima untuk ekspor dan impor. Investasi Brasil di Afrika sendiri masih didominasi seperti halnya negara-negara BRICS lainnya, yaitu investasi yang terkonsentrasi di sumber daya dan sektor konstruksi. Akan tetapi fakta juga menunjukan bahwa sebagian besar perusahaan terbesar di Brasil mengkhususkan diri di bidang konstruksi sipil dan sumber daya (misalnya Odebrecht, Andrade Gutierrez, Petrobras, Vale). Kerjasama antara Afrika dengan Brasil sudah dimulai sejak lama, akan tetapi beberapa tahun belakangan kerjasama keduanya semakin meningkat. Kepemimpinan Presiden Luiz Inácio Lula da Silva, yang dimulai pada tahun 2002, menunjukan adanya peralihan fokus Brasil ke Afrika pada kebijakan ekonomi, perdagangan dan investasi, serta pertanian, minyak, pertambangan, infrastruktur, kesehatan, dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kepentingan kerjasama Selatan-Selatan yang menjadi fokus kebijakannya menjadikan aktivitas perdagangan keduanya meningkat secara signifikan. Perdagangan Brasil dengan negara Benua Afrika meningkat lebih dari enam kali lipat sejak tahun 2000 hingga 2008, dari AS $ 4,2 miliar menjadi AS $ 25,9 miliar. Meskipun pada tahun 2009 terjadi penurunan perdagangan dengan Afrika yang menjadi AS $ 17,1 miliar. Ini merupakan refleksi dari tren perluasan pasar, selain daripada efek negatif dari krisis ekonomi dan keuangan global yang
35
terjadi. Namun tahun berikutnya, 2010, kembali terjadi kenaikan dalam perdagangan antara Brasil dan Afrika hingga mencapai AS $ 20,0 miliar.53
Gambar. III.A.1: Perkembangan perdagangan Brasil-Afrika (AS $ juta) 30000 Ekspor
25000
Impor
20000
Total Perdagangan
15000 10000 5000 0 2000
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: Christina Stolte. 2012. Brasil in Africa: Just Another BRICS Country Seeking Resources?. Chatham House Briefing paper.
Dari gambar di atas dapat dilihat adanya peningkatan dalam hal aktivitas perdagangan antara Brasil dengan Afrika. Meskipun terjadi penurunan pada tahun 2009, hal tersebut tidak pengaruh banyak karena setahun setelahnya tren perdagangan keduanya kembali meningkat. Mitra dagang utama Brasil di Afrika adalah Nigeria (32 persen), Angola (16 persen), dan Aljazair (12 persen). Sedangkan Afrika Selatan sendiri menempati posisi keempat dengan 10 persen dari total perdagangan Brasil dengan negara-negara Afrika. 53
Simon Freemantle and Jeremy Stevens. 2009. Tectonic Shifts Tie BRIC and Africa’s Economic Destinies. Standard Bank Economics, BRIC and Africa, 14 Oktober 2009. Hal. 10.
36
Dalam hal kerja sama keuangan dua lembaga keuangan pembangunan, Industrial Development Corporation di Afrika Selatan dan Brazilian Development Bank, menandatangani perjanjian kerjasama yang bertujuan antara lain, memperkuat hubungan perdagangan dan ekonomi antara Afrika Selatan dan Brasil melalui kerja sama pada sejumlah proyek, termasuk beberapa yang berfokus pada perusahaan otomotif dan komponennya, pengolahan makanan dan sektor farmasi. Beberapa perusahaan dan industri Afrika Selatan juga telah berhasil menembus pasar Brasil dalam beberapa tahun terakhir. Perusahaan tambang Afrika Selatan, seperti AngloGold Ashanti, dan salah satu bank terbesarnya, Standard Bank, telah berjalan dengan sukses di Brasil. Sementara sebuah perusahaan gabungan antara perusahaan farmasi di Afrika Selatan dan Brasil bertujuan untuk mengembangkan dan memproduksi produk farmasi pada skala global. Sedangkan sebuah penerbit Afrika Selatan, Naspers, telah mengakuisisi saham di penerbit majalah terbesar Brasil. Sementara itu berbagai liberalisasi dan kerjasama program keuangan dan komersial juga telah memberikan kontribusi untuk memajukan hubungan perdagangan antara Afrika Selatan dan Brasil. Salah satu proyek yang paling penting adalah India, Brazil, and South Africa (IBSA), yaitu sebuah inisiatif untuk pembangunan trilateral yang menghubungkan tiga negara tersebut. Inisiatif ini bertujuan
untuk
mempromosikan
kerja
sama
Selatan-Selatan
untuk
mengeksplorasi peluang perdagangan dan investasi, pertukaran informasi, pertambangan, infrastruktur, teknologi dan keterampilan. Forum bisnis Afrika
37
Selatan dan Brasil telah memperkuat hubungan perdagangan dan investasi antara negara-negara tersebut dan dengan bisnis di Afrika Selatan. Meskipun Afrika Selatan saat ini hanya merupakan sebagian kecil ekspor dari total ekspor ke Amerika Latin, namun nilai ekspornya telah mengalami pertumbuhan selama beberapa tahun terakhir. Afrika Selatan dan Brasil berfokus pada semakin pentingnya perdagangan antara Selatan-Selatan dan ditambah dengan meningkatnya liberalisasi keuangan dan komersial, serta program kerjasama bilateral. Ini juga berarti bahwa Brasil memiliki potensi untuk memberikan bisnis di Afrika Selatan dengan peluang investasi dan ekspor yang luas.
B. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan India Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi India mengalami kenaikan yang didorong kuat oleh bidang manufaktur dan ekspansi yang cepat dalam perdagangan dan investasi. Perdagangan bilateral antara Afrika dengan India memiliki berkembang pesat selama dua dekade belakangan, angkanya terus berkembang dari AS $ 1 miliar pada tahun 1990 yang kemudian menjadi AS $ 3 miliar pada tahun 2000. Kemudian jumlah tersebut mengalami peningkatan secara besar-besaran menjadi AS $ 36 miliar pada tahun 2007-2008. Namun sejak krisis keuangan global, jumlahnya menurun menjadi sekitar AS $ 32 miliar pada tahun 2010-2011. Melonjaknya volume perdagangan mencerminkan neraca perdagangan positif untuk Afrika. Impor India dari Afrika tumbuh dari AS $ 587,5 juta menjadi AS $ 18,8 miliar antara 1990 dan 2009,
38
sementara ekspor ke benua tersebut meningkat dari AS $ 436,8 juta menjadi AS $ 13,2 miliar selama periode yang sama.54
Gambar. III.B.1 : Perdagangan India-Afrika (AS $ juta) 40000 35000 30000 Ekspor 25000 Impor
20000
Total Perdagangan
15000 10000 5000 0 2000
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: The African Development Bank Group Chief Economist Complex. India’s Economic Engagement with Africa. Dalam Africa Economic Brief Volume 2, Issue 6 11 May, 2011. India hampir tidak memiliki hubungan perdagangan dengan Afrika Selatan sampai dengan tahun 1980-an. Impor dari Afrika Selatan hanya kurang dari AS $ 1 miliar selama periode 1993-1995, sedangkan negara-negara seperti Maroko, Mesir dan Nigeria mengekspor lebih banyak ke India. Namun hubungan ekonomi keduanya telah berubah secara signifikan dan mitra dagang terbesar India di Afrika saat ini adalah Afrika Selatan, yang merupakan 56% impor India dari
54
Sharon Davis. SA and India growing partners in trade http://www.wbsjournal.co.za/articles/sa-and-india-growing-partners-in-trade-850.html, pada 21 Juli 2014 pkl. 11.50
39
dalam diakses
benua tersebut. Pada saat yang sama, ekspor ke India dari beberapa negara Afrika yang lebih besar, seperti Mesir, Tunisia, Nigeria, Zambia, Aljazair dan Libya, juga telah mengalami penurunan.55 Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa India dan Afrika Selatan juga membentuk kerjasama perdagangan bersama dengan Brasil dalam kerangka India, Brazil, and South Africa (IBSA). Pembentukan IBSA berawal dari pertemuan para menteri luar negeri dari India, Brazil dan Afrika Selatan, pada bulan Juni 2003 di Brasilia, untuk membahas hubungan yang lebih erat antara negara-negara mereka. Salah satu tujuan utama dari Forum IBSA adalah untuk mempromosikan peningkatan perdagangan antara negara IBSA. Rencana Aksi IBSA diadopsi di New Delhi pada tahun 2004, yang di dalamnya menteri dari negara-negara IBSA secara eksplisit berkomitmen untuk meningkatkan arus perdagangan intra-IBSA menjadi AS $ 10 miliar pada 2007. Target ini kemudian akan digantikan oleh komitmen untuk meningkatkan perdagangan trilateral sebesar AS $ 15 miliar pada 2010 dan AS $ 25 miliar pada 2015.56 Satu dekade dari pembentukan Forum IBSA, muncul efek menguntungkan dalam hal peningkatan perdagangan di antara tiga negara dan bahwa perdagangan intra-IBSA telah berkembang secara signifikan. Antara 2003 dan 2012, nilai impor IBSA dari negara selain IBSA (impor intra-IBSA) tumbuh sebesar 22,7% per tahun, sedangkan nilai dari total impor IBSA tumbuh sebesar 20,3% per tahun. Demikian pula, data ekspor intra-IBSA meningkat sebesar 26,9% per tahun 55
Mohanty, S. K. dan Sachin Chaturvedi. 2008. India-Africa Economic Partnership: Trends and Prospects. Diakses dari http://www.ris.org.in/dp134_pap.pdf pada 21 Juli 2014 pkl. 15.35 56 Woolfrey, S. 2013. A closer look at India-Brazil-South Africa (IBSA) trade. tralac Trade Brief No. S13TB08/2013 September 2013. Hal. 3
40
antara tahun 2003 dan 2012, sementara total ekspor IBSA meningkat hanya 15,9% per tahun selama periode yang sama.57
C. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Rusia Pentingnya Rusia sebagai partner perdagangan untuk negara-negara Afrika yang cukup minim bila dibandingkan dengan pasar negara-negara maju dan berkembang lainnya seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, Cina, India, dan Brazil. Perdagangan bilateral antara Rusia dan Afrika mencapai puncaknya sebesar AS $ 7,3 miliar pada tahun 2008. Meskipun peningkatan ini sepuluh kali lipat dari volume perdagangan yang sangat rendah sebesar AS $ 740 juta di 1994, hal ini tidak cukup signifikan untuk menjamin perusahaan Rusia terlibat dengan negaranegara Afrika. Khusus untuk Afrika Selatan, perjanjian ekonomi dan perdagangan antar pemerintah ditandatangani pada tanggal 22 Oktober 1993, dalam Agreement on the Promotion and Reciprocal Protection of Investment. Kerjasama dalam pengembangan sumber daya mineral, khususnya berlian, emas, pangan, kelompok logam platinum adalah salah satu yang paling menjanjikan dari kerjasama bilateral kedua negara. Kesepakatan antar pemerintah tentang kerjasama dalam eksplorasi, ekstraksi, pengolahan dan pengolahan mineral ditandatangani di Moskow pada 29 April 1999. Bersama Committee on trade and economic cooperation, Pemerintah antara Rusia dan Afrika Selatan, mengadakan sidang pertama pada bulan April
57
Woolfrey. A closer look at India-Brazil-South Africa (IBSA) trade. Hal. 4
41
1999 di Moskow. Selanjutnya, pada bulan November 2002 di Pretoria, dinyatakan bahwa pemerintah Afrika Selatan telah memutuskan untuk menerima Federasi Rusia sebagai pasar ekonomi sehingga memudahkan hubungan perdagangan, serta fakta bahwa Afrika Selatan juga didukung akses masuk ke WTO oleh Federasi Rusia. Untuk meningkatkan hubungan politik dan komersialnya dengan Afrika dan memfasilitasi akses pasar untuk perusahaan, pemerintah Rusia menganut kebijakan luar negeri baru terhadap Afrika. Salah satunya dengan melakukan kunjungan resmi untuk beberapa negara Afrika, selain itu juga menganjurkan untuk resolusi konflik, bantuan kemanusiaan, dan bantuan utang untuk Afrika. Hal ini tentunya efektif untuk terus berupaya memperbaiki hubungan antara keduanya. Gambar. III.C.1: Perdagangan Rusia-Afrika (AS $ juta) 20000
Ekspor
15000
Impor 10000
Total Perdagangan
5000
0 2000
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: The African Development Bank Group Chief Economist Complex. Russia’s Economic Engagement with Africa. Dalam Africa Economic Brief Volume 2, Issue 7 11 May, 2011.
42
Sejak tahun 2000, perdagangan Rusia dengan Afrika mulai meningkat, akan tetapi dengan impor produk Afrika berjalan lebih lambat daripada ekspor Rusia ke Afrika. Impor dari Afrika secara keseluruhan pada tahun 2000 adalah sebesar AS $ 350 juta. Pada tahun 2002, perdagangan bilateral Afrika Selatan dengan Rusia mencapai 138.1 juta dolar AS, atau 92% lebih dari tahun 2001. Pada tahun 2002 juga, ekspor Rusia ke Afrika Selatan meningkat sebesar 147.5%, sementara ekspor Afrika Selatan ke Rusia 25,7% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dalam tahun-tahun berikutnya omset perdagangan antara Rusia dan Afrika Selatan terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2007, angkanya mencapai sebesar AS $ 284.4 juta, dan pada tahun 2008 telah mencapai AS $ 484.1 juta. Ekspor dan impor yang terus tumbuh dari kedua negara selama 2000-2008, setelah itu angkanya sedikit menurun karena dampak dari krisis keuangan dan ekonomi dunia. Rusia telah mempertahankan surplus perdagangan dengan Afrika, yang tercatat sebesar AS $ 597 juta pada tahun 2000, kemudian naik menjadi AS $ 3,3 miliar pada tahun 2008 dan turun ke AS $ 2,3 miliar pada 2009.58 59 Rusia menempati urutan ke-41 sebagai negara tujuan ekspor untuk Afrika Selatan dan ke-56 sebagai negara sumber impor. Jika dibandingkan situasi ekspor
58
The African Development Bank Group Chief Economist Complex. Russia’s Economic Engagement with Africa. Dalam Africa Economic Brief Volume 2, Issue 7 11 May, 2011, diakses dari http://www.afdb.org/fileadmin/uploads/afdb/Documents/Publications/Russia’s_Economic_Engage ment_with_Africa.pdf pada 22 Juli 2014 pkl. 12.15 59 Alexandra A Arkhangelskaya. 2011. Russia – South Africa, BRICS format. Dalam http://www.brics5.co.za/assets/AAA1.pdf, diakses pada 22 Juli 2014 pkl. 13.20
43
dari Afrika Selatan ke Rusia sedikit lebih baik daripada yang sebaliknya. Saham yang di ekspor Afrika Selatan secara keseluruhan secara signifikan lebih tinggi, dan sejak tahun 2000 telah menunjukkan pertumbuhan yang konsisten dari 0,1% menjadi 0,4% pada tahun 2010.60
D. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Cina Saat ini Cina telah menjadi mitra dagang terbesar Afrika, dan Afrika juga merupakan sumber impor utama, proyek konstruksi terbesar kedua di luar negeri, pasar dan tujuan investasi terbesar keempat bagi Cina. Pembangunan ekonomi dan perdagangan Cina-Afrika telah meningkatkan kehidupan masyarakat dan pembangunan ekonomi di negara-negara Afrika. Selain itu juga memberikan dukungan yang kuat untuk pembangunan sosial-ekonomi Cina, dan memberikan kontribusi untuk mempromosikan kerjasama Selatan-Selatan dan pembangunan ekonomi dunia yang seimbang.
60
Natalya Volchkova, dan Maria Ryabtseva. 2013. Russia–South Africa Relations: Collaboration in BRICS and the G-20. SAIIA Occasional Paper No 63, February 2013. Hal. 14.
44
Gambar. III.D.1: Volume Perdagangan Cina-Afrika (AS $ juta) 150000
120000 Ekspor 90000
Impor
60000
Total Perdagangan
30000
0 2000
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: WhitePaper. 2013. China-Africa Economic and Trade Cooperation. The People's Republic of China, Beijing, August 2013. Afrika Selatan sendiri merupakan mitra dagang terbesar Cina di wilayah Afrika. Menurut statistik yang dirilis di Cina, volume perdagangan bilateral antara kedua negara ini mencapai AS $ 72,7 miliar pada tahun 2005, yang kemudian naik hingga 23% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu ekspor Cina ke Afrika Selatan mencapai angka AS $ 3,83 miliar, atau meningkat 29,6 persen, sedangkan impor Cina dari Afrika Selatan tumbuh sebesar 16,4 persen yang mencapai AS $ 3,44 miliar. Dari angka tersebut Cina memiliki surplus perdagangan sebesar AS $ 0,39 miliar dengan Afrika Selatan.61 Pada tahun 2009, Cina telah menjadi mitra dagang nomer satu di Afrika Selatan. Dalam tahun berikutnya, skala perdagangan Cina-Afrika berkembang cukup pesat. Pada tahun 2010, total volume perdagangan Cina-Afrika mencapai
61
Bilateral trade relations, dalam http://www.china.org.cn/english/features/fmar/167995.htm, diakses pada 23 Juli 2014 pkl 12.30
45
AS $ 138,49 miliar, dengan pertumbuhan dari tahun ke tahunnya sebesar 19,3%. Dari jumlah ini, sebesar AS $ 65,319 miliar terdiri dari ekspor Cina ke Afrika, yang naik 16,7%, dan AS $ 53,171 miliar telah disumbangkan oleh impor Cina dari Afrika, yang artinya naik 21,4%.62 Pada tahun 2012, Afrika Selatan mendominasi dengan 30 persen dari total perdagangan Cina ke Afrika, ini jauh dari partner perdagangan utama Cina di Afrika lainnya, yaitu Angola (19 persen), Nigeria (5 persen), Mesir (5 persen), dan Libya (4 persen). Untuk itu baik Cina maupun Afrika Selatan telah menjalin hubungan kerjasama ekonomi dengan sangat baik. Bahkan, jika dibandingkan dengan keempat negara anggota BRICS lainnya, Cina memiliki peranan yang lebih besar pada perekonomian Afrika Selatan. Ini tentunya menunjukan bagaimana adanya ketergantungan ekonomi baik bagi Cina maupun Afrika Selatan dari kerjasama yang mereka jalani. Dari data yang telah ditampilkan dalam bab ini, dapat disimpulkan bahwa Afrika Selatan telah terlebih dahulu melakukan kerjasama bilateral dengan negara anggota BRIC sebelum bergabung dengan kelompok tersebut.bahkan hubungan antara Afrika Selatan dengan Cina telah mengalami peningkatan yang paling signifikan salam satu decade terakhir. Kerjasama antara Brasil dan India dengan Afrika Selatan telah dilakukan dalam sebuah kerangka kerjasama, yaitu IBSA. Sedangkan Rusia yang lebih sedikit melakukan kerjasama dengan Afrika Selatan dibandingkan tiga negara BRIC lainnya, namun lebih memberikan surplus perdagangan bagi Afrika Selatan. 62
Bilateral trade relations, dalam http://www.china.org.cn/english/features/fmar/167995.htm, diakses pada 23 Juli 2014 pkl 12.30
46
Bergabungnya Afrika Selatan dengan kelompok BRICS juga secara jelas menunjukan keinginan Afrika Selatan untuk terus meningkatkan kerjasama yang telah terbangun. Tren positif yang dirasakan dari kerjasama perdagangan antara Afrika Selatan dengan Brasil, India, Rusia, dan Cina akan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Bukan hanya Afrika Selatan yang akan diuntungkan dari bergabungnya negara tersebut dalam kelompok, melainkan juga bagi Benua Afrika secara keseluruhan. Hal ini tidak terlepas dari bukan hanya Afrika Selatan yang menjadi mitra kerjasama dari negara BRIC, akan tetapi beberapa negara di kawasan tersebut.
47
BAB IV DAMPAK BERGABUNGNYA AFRIKA SELATAN KE BRICS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI AFRIKA SELATAN (2011-2013)
Sejak bergabung ke dalam kelompok BRICS, perekonomian Afrika Selatan menjadi semakin meningkat. Ini dibuktikan dengan lebih terbukanya akses kerjasama ekonomi antara sesama anggota BRICS. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur bagaimana dampak yang dirasakan oleh Afrika Selatan setelah bergabung ke dalam kelompok BRICS, adalah dampak pada perdagangan internasional, dan investasi luar negeri. Dua hal ini digunakan karena merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Akan tetapi di luar dampak yang tercipta untuk perekonomian Afrika Selatan, masih adapula dampak yang bersifat sosial dan politik yang muncul setelah bergabungnya Afrika Selatan ke BRICS.
A. Dampak pada Perdagangan Internasional Afrika Selatan tidak hanya mewakili sumber daya kaya Benua Afrika dalam
BRICS,
tetapi
berpotensi
memiliki
banyak
keuntungan
dari
keanggotaannya dalam kelompok ini pada tahun-tahun mendatang. Meskipun Afrika Selatan telah melakukan perdagangan dengan Uni Eropa, Amerika Serikat (AS), Jepang, dan negara Benua Afrika lainnya selama bertahun-tahun, Cina telah
48
menjadi tujuan ekspor utama Afrika Selatan di tingkat masing-masing negara dan pasar utama Afrika Selatan dalam BRICS. Dalam kerangka BRICS, perdagangan bilateral antara Afrika Selatan dengan Cina pada tahun 2011 menempati posisi pertama dibandingkan dengan negara anggota BRICS lainnya. Nilai perdagangannya yang dicapainya juga hampir sekitar R 188 miliar. Selanjutnya perdagangan Afrika Selatan dengan India pada tahun yang sama menempati posisi kedua, dengan nilai mencapai R 55 miliar. Brasil kemudian ada di posisi ketiga dengan nilai perdagangan senilai R 18 miliar. Sedangkan perdagangan dengan Rusia memang bernilai lebih kecil dibandingkan dengan negara anggota lainnya, yaitu hanya sekitar R 3.8 miliar.63 Tabel. IV.A.1. Tren dalam Perdagangan Intra-BRICS 2009-2011 (% total ekspor) Ekspor (% total ekspor)
Impor (% total impor)
Negara 2009
2010
2011
2009
2010
2011
Brasil
18,13
20,11
20,86
15,63
17,97
18,88
Rusia
7,91
7,14
8,73
16,52
18,39
19,62
India
8,53
11,57
---
15,76
15,71
---
Cina
5,71
6,70
7,09
7,16
7,15
8,50
Afrika Selatan
15,36
16,95
18,20
18,51
19,71
20,12
Sumber: Suresh P Singh, dan Memory Dube. 2013. BRICS and the World Order: A Beginner’s Guide.
63
Steady growth in SA, BRICS trade. Dalam http://www.southafrica.info/global/brics/brics300812.htm, diakses pada 14 September 2014, pkl. 13.20
49
Indikasi menunjukkan bahwa negara-negara dalam kelompok BRICS memberikan fokus untuk peningkatan perdagangan intra-grup. Hal ini tercermin secara khusus oleh data perdagangan untuk Brasil dan Afrika Selatan. Perdagangan intra-grup untuk kedua negara ini sekitar 20% dari total perdagangan. Di negara-negara BRICS lainnya, kerjasama intra-BRICS dalam perdagangan juga membaik (lihat Tabel IV.A.1). Khusus untuk Afrika Selatan, sejak tahun 2009-2011 tidak hanya total impor saja yang mengalami kenaikan, melainkan juga untuk ekspor yang dilakukannya dengan kelompok BRICS.
Tabel. IV.A.2. Ekspor Afrika Selatan 2011 (% total ekspor) Negara 2009 2010 2011 Brazil
0.66
1.00
0.88
India
3.84
4.17
3.63
Cina
10.53
11.38
13.36
Rusia
0.33
0.40
0.33
Sumber: Suresh P Singh, dan Memory Dube. 2013. BRICS and the World Order: A Beginner’s Guide.
Dari Tabel. IV.A.2 di atas dapat dilihat bahwa ekspor yang dilakukan oleh Afrika Selatan banyak bertuju ke Cina dibanding negara lainnya. Bahkan sejak tahun 2009 angka ekspornya terus mengalami kenaikan hingga tahun 2011 dengan total 13,36% dari total ekspor afrika Selatan. Ini membuat Cina berada di atas dibandingkan dengan negara anggota BRICS lainnya. Sementara itu India juga menjadi penerima ekspor Afrika Selatan nomor dua di antara negara BRICS. Meskipun terjadi penurunan dari tahun 2010, pada tahun 2011 tercatat 3,63% dari 50
total ekspor Afrika Selatan menuju ke India. Sama seperti India, Brasil dan Rusia juga mengalami penurunan jumlah total ekspor Afrika Selatan pada 2011, dengan masing-masing hanya memiliki 0,88% dan 0,33% dari total ekspor Afrika Selatan. Pada 2012 perdagangan bilateral antara Rusia dengan Afrika Selatan mengalami kenaikan hingga mencapai hampir AS $ 1 miliar. Ekspor Rusia ke Afrika Selatan tahun 2012 adalah sebesar AS $ 278.700.000. Sebagian besar ekspor tersebut adalah produk minyak, produksi industri kimia, peralatan, transportasi, mesin, makanan dan produk pertanian, dan kayu. Sedangkan Impor Rusia pada tahun 2012 yang senilai AS $ 685.600.000, terdiri dari logam, aluminium, kayu, dan pupuk. Selain itu impor dari Afrika Selatan juga terdiri dari makanan, dalam bentuk buah-buahan dan sayuran, bahan baku logam, dan minuman beralkohol dan non-alkohol.64 Sementara itu Cina telah menjadi mitra dagang utama Afrika Selatan pada tahun 2012, dan juga tujuan bagi sekitar 67% dari ekspor Afrika Selatan ke BRICS selama waktu yang sama. Nilai ekspor Afrika Selatan ke Cina mencapai AS $ 10,1 miliar dari AS $ 15 miliar. Hal ini kemudian diikuti oleh India, yang nilai ekspornya diklaim hampir mencapai 25% (AS $ 3,7 miliar) dari total ekspor Afrika Selatan ke negara BRICS pada tahun 2012.65
64
Alexandra Arkhangelskaya, dan Vladimir Shubin. 2013. Russia–South Africa Relations: Beyond Revival. SAIIA Policy Briefing 75, Oktober 2013. Hal. 3. 65 Department of Research and Information. 2014. Trade report: Export opportunities for South Africa in other BRICS economies. Industrial Development Corporation. Hal. 1
51
Gambar. IV.A.1 Total Perdagangan intra-BRICS 2012 (AS $ miliar) 280
210 Afrika Selatan Cina 140
India Rusia Brasil
70
0 Brasil
Rusia
India
Cina
Afrika Selatan
Sumber: Simon Freemantle dan Jeremy Stevens. 2013. BRICS trade is flourishing, and Africa remains a pivot. Africa MacroEM10 & Africa, Standard Bank, 12 February 2013
Dari data perdagangan yang didapat bahwa pada tahun 2102 Cina merupakan negara yang paling dominan untuk perdagang dalam kelompok ini. Hampir seluruh negara angggota BRICS melakukan transaksi perdagangan dengan Cina. Berbeda dengan Afrika Selatan yang memang lebih sedikit dalam melakukan perdagangan dalam kelompok. Selain dengan Cina pada tahun 2012, perdagangan Afrika Selatan-India juga mencapai sebesar AS $ 13.3 miliar.66 Perdagangan bilateral antara Afrika Selatan dengan Rusia pada periode Januari - November 2013 meningkat sebesar 22,1% menjadi AS $ 998,0 juta.
66
Simon Freemantle dan Jeremy Stevens. 2013. BRICS trade is flourishing, and Africa remains a pivot. Africa MacroEM10 & Africa, Standard Bank, 12 February 2013. Hal. 4.
52
Dengan ekspor Rusia yang juga meningkat 59,1% menjadi AS $ 260,5 juta, nilai impornya juga tumbuh sebesar 12,9% menjadi AS $ 737,5 juta. Ekspor utama Rusia pada tahun ini masih terdiri dari produk kimia dan agro-industri, logam mulia, batu bara, pupuk, mesin, peralatan, kendaraan, alat-alat, tekstil, alas kaki dan produk mineral. Impor Rusia dari Afrika Selatan didominasi oleh buahbuahan, produk mineral, mesin, peralatan, kendaraan, produk kimia, logam mulia, tekstil dan alas kaki.67 Perdagangan bilateral Afrika Selatan dengan Cina juga mengalami peningkatan sebesar 32 persen pada tahun 2013 dibandingkan tahun sebelumnya. Perdagangan antara kedua negara meningkat dari 205 miliar rand (AS $ 19,2 miliar) pada 2012 menjadi 270 miliar rand (AS $ 25 miliar) pada akhir tahun 2013.68 Hal ini tidak mengherankan karena Cina memang merupakan partner dagang utama Afrika Selatan dalam kelompok dibanding negara anggota lainnya. Di tahun 2013 ekspor Cina ke Afrika Selatan merupakan yang paling besar di antara negara BRICS lainnya. Dengan total nilai ekspor yang mencapai lebih dari AS $ 16,8 miliar, yang ekspornya didominasi oleh peralatan elektronik, mesin, reaktor nuklir, dan boiler. Pada tahun 2013 juga, ekspor dari India ke Afrika Selatan senilai sekitar AS $ 5,7 miliar. India juga menempati posisi setelah Cina untuk nilai ekspornya ke Afrika Selatan, dengan berkonsentrasi pada ekspor bahan bakar mineral, minyak, dan produk distilasi. 67
Embassy of the Russian Federation in the Republic of South Africa. Russian-South African Economic Cooperation. Dalam http://www.russianembassy.org.za/economic/Coop.html, diakses pada 15 September 2014, pkl. 13.40. 68 South Africa's trade with China surges by 32% in 2013. Chinadaily.com.cn, 13-03-2014. Diakses dari http://www.chinadaily.com.cn/business/2014-03/13/content_17343780.htm, pada 15 September 2014, pkl. 15.40
53
Pada tahun yang sama, ekspor Brasil ke Afrika Selatan adalah sekitar AS $ 1,84 miliar, sedangkan nilai ekspor dari Afrika Selatan ke Brasil adalah sebesar AS $ 657.000.000.69 Jika dibandingkan, perdagangan antara Brasil-Afrika Selatan hanya sekitar sepertiga dari total ekspor India ke Afrika Selatan. Ekspor Afrika Selatan ke Brazil didominasi oleh bahan bakar mineral, minyak, produk distilasi, produk kimia lain, dan mesin, reaktor nuklir, boiler. Meskipun begitu ada persaingan untuk beberapa komoditi di atas karena India juga mengekspor barang yang hampir sama ke Brasil.
69
Bipul Chatterjee, Purna Jena, dan Surendar Singh. 2014. Intra-BRICS Trade & Its Implications for India. Jaipur: CUTS International. Hal. 11.
54
Tabel. IV.A.3. BRIC’s Export Value to South Africa in 2013 (US$million) Brazil’s Export (2013: US$ 1.84bn) 35.2
Sector
Aluminium and articles thereof
Russia’s Export (2013: US$ 0.29bn) 6.31
India’s Export (2013: US$ 5.74bn)
China’s Export (2013: US$ 16.83bn)
Articles of apparel, accessories, knit or crochet 952.4 Articles of apparel, accessories, not knit or crochet 873.9 Articles of iron or steel 101.9 621.4 Ceramic products 413.03 Cereals 65.9 124.4 203.9 Electrical, electronic equipment 79.6 287.7 2989.8 Footwear, gaiters and the like, parts thereof 853.6 Furniture, lighting, signs, prefabricated buildings 1166.2 Iron and steel 33.6 6.3 118.7 Machinery, nuclear reactors, boilers 164.5 209.8 2459.9 Meat and edible meat offal 163.4 Mineral fuels, oils, distillation products 56.2 2002.6 Optical, photo, technical, medical apparatus 6.35 Ores, slag and ash 52.5 Organic chemicals 170.1 Organic chemicals 170.1 Pearls, precious stones, metals, coins 256.2 Pharmaceutical products 510.3 Plastics and articles thereof 106.8 608.8 Printed books, newspapers, pictures 4.80 Rubber and articles thereof 13.3 Sugars and sugar confectionery 198.1 Tobacco and manufactured tobacco substitutes 10.8 Tools, implements, cutlery of base metal 5.31 Vehicles other than railway, tramway 374.1 1067.4 611.4 Sumber: Bipul Chatterjee, Purna Jena, dan Surendar Singh. 2014. Intra-BRICS Trade & Its Implications for India. Jaipur: CUTS International. Hal. 12, 17, 21.
55
B. Dampak pada Investasi Luar Negeri Menurut Konferensi PBB mengenai Perdagangan dan Pembangunan (United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD)), investasi langsung asing (FDI) yang mengalir ke BRICS tahun 2013 diperkirakan sebesar AS $ 322 miliar, atau lebih dari dua kali lipat rata-rata tahunan yang sebesar AS $ 158 miliar. Angka ini juga 21% lebih tinggi dari tahun 2012 dan mewakili sekitar 22% dari arus masuk FDI di dunia pada tahun 2013, yang mencapai sekitar AS $ 1.461 miliar. Ini hampir dua kali lipat pangsa rata-rata tahunan 11% dari arus masuk FDI global yang diklaim oleh BRICS dari 2005-2007.70 Seperlima dari saham keluar FDI Afrika Selatan adalah terletak di BRIC pada tahun 2011, terutama di Cina. Rusia adalah yang terbesar kedua, diikuti oleh India dan Brasil yang telah menarik volume investasi marjinal dari Afrika Selatan. Dengan pangsa 20% di BRIC pada 2011, saham ini hanya sedikit kurang dari saham luar negeri negara Afrika lainnya, yang mencapai 23%. Dalam hal distribusi sektoral, FDI keluar Afrika Selatan di BRIC terkonsentrasi di bidang pertambangan, infrastruktur dan konstruksi, dan jasa keuangan dan bisnis.71 Antara Januari 2003 dan Januari 2014 di Afrika Selatan, total terdapat 38 proyek FDI yang tercatat. Proyek-proyek ini merupakan investasi modal dengan total sampai dengan 13.33 miliar rand (sekitar AS $ 1,24 miliar), yang merupakan investasi rata-rata 350.480.000 rand (AS $ 33 juta) per proyek. Investasi ini
70
Department of Research and Information. 2014. Trade report: Export opportunities for South Africa in other BRICS economies. Industrial Development Corporation. Hal. 1 71 UNCTAD. 2013. The Rise of BRICS FDI and Africa. Dalam Global Investment Trends Monitor, 25 March 2013. Diakses dari http://unctad.org/en/PublicationsLibrary/webdiaeia2013d6_en.pdf, pada 17 September 2014, pkl. 13.30.
56
tersebar untuk beberapa jenis komoditas, seperti logam, mobil, komunikasi, jasa keuangan, makanan dan tembakau, bahan kimia, mesin industri, konstruksi, mesin dan turbin, dan sektor transportasi.72 Dari Tabel. IV.B.1 menunjukan bahwa India merupakan penyumbang FDI terbesar ke Afrika Selatan dengan nilai yang mencapai AS $ 5,3 miliar atau setengah dari total FDI yang masuk ke Afrika Selatan. Kemudian Cina mengikuti sebagai penyumbang FDI terbesar kedua di antara negara BRICS dengan total AS $ 1,8 miliar. Akan tetapi dengan AS $ 7,7 miliar lebih, Cina merupakan tujuan utama bagi FDI keluar Afrika Selatan. Bahkan nilai tersebut jauh di atas Brasil yang menempati posisi selanjutnya dengan hanya menerima AS $ 1,3 miliar dari FDI Afrika Selatan.
72
South Africa's trade with China surges by 32% in 2013. Chinadaily.com.cn, 13-03-2014. Diakses dari http://www.chinadaily.com.cn/business/2014-03/13/content_17343780.htm, pada 17 September 2014, pkl. 15.45
57
Tabel. IV.B.1. Bilateral FDI among the five countries January 2003 – July 2013 (US$ million) Destination Countries Sources Countries
South Brazil
Brazil
China 1.613
India
Russia 528
25
2.628
14.273
12.272
1.818
41.133
2.511
5.381
22.082
1.377
12.365
12.769
India
3.568
10.622
117
5.895
4.976
1.325
7.761
574
326
17.806
25.891
20.286
15.637
South Africa Total
Total
462
China
Russia
Africa
10.013 8.601
88.220
Sumber: Renato Baumann. 2013. Intra-BRICS Trade and Investment. Caracas: Sela. Hal. 13.
Jika melihat pada Tabel. IV.B.2, maka India menjadi penyumbang FDI ke Afrika Selatan untuk jenis barang dan jasa yang lebih banyak. Dengan lebih dari setengah FDI India yang masuk ke Afrika Selatan didominasi oleh sektor batu bara, minyak, dan gas alamnya. Sedangkan bagi Cina, FDI yang disumbangkan ke Afrika Selatan banyak berkonsentrsi pada jenis logam mulia. Ini juga diikuti oleh Rusia yang investasinya mencapai 72,8% untuk logam mulia. Sedangkan FDI Brasil yang masuk ke Afrika Selatan lebih banyak untuk jenis otomotif, berupa bahan dan komponen otomotif yang mencapai 82,2% dari total FDI negara tersebut.
58
Tabel. IV.B.2. BRIC’s FDI Into South Africa (%) Brazil (2006-2012) Russia (2004-2013) India (2003-2013) China (2004-2013) Automotive Coal, Oil & Natural Component 41,7 Metals 72,8 Gas 50,6 Metals 37,0 Automotive Alternative/Renewable Automotive OEM 40,5 Minerals 19 Energy 15,8 OEM 23,4 Chemicals 10,1 Aerospace 3,1 Hotels & Tourism 6,1 Chemicals 13,7 Building & Software & Coal, Oil & Construction IT Services 7,7 Natural Gas 2,2 Metals 1,0 Materials 12,2 Financial Software & IT Services 1,4 Services 5,5 Food & Tobacco 3,6 Software & IT Services 0,8 Automotive OEM 4,7 Communications 3,5 Consumer Communications 0,6 Rubber 2,4 Electronic 3,0 Financial Transportation 0,3 Financial Services 2,3 Services 1,0 Industrial Machinery, Equipment & Biotechnology 1,3 Tools 0,5 Consumer Product 0,5 Medical Devices 0,1 Automotive Component 0,4 Ceramics & Glass 0,3 Egines & Turbines 0,2 Leisure & Entertainment 0,1 Communications 0,1 Minerals 4,9 Industrial Machinery, Equipment & Tools 2,2 Transportation 1,0 Sumber: Renato Baumann. 2013. Intra-BRICS Trade and Investment. Caracas: Sela. Hal. 16-19.
59
Investasi Rusia dan Afrika Selatan termasuk yang cukup besar, di mana investasi Rusia di Afrika Selatan mencapai lebih dari satu miliar dolar, sedangkan investasi Afrika Selatan di Rusia mencapai lebih dari 75 juta dolar. Adapun beberapa perusahaan besar Rusia yang beroperasi di Afrika Selatan termasuk Renova Group (eksplorasi dan produksi bijih mangan), Norilsk Nickel (produksi dan pertambangan nikel), dan Evraz Group (produksi vanadium dan baja). Sedangkan terdapat pula beberapa perusahaan Afrika Selatan yang beroperasi di Rusia termasuk SABMiller (produksi bir), Naspers (teknologi informasi), dan Mondi (pulp). Pada 2012 Renova menginvestasikan $ 350 juta untuk pengembangan dan modernisasi tambang mangan untuk
The Joint United Manganese Kalahari
Project. Dan saat ini Renova juga sedang mempersiapkan sebuah proyek besarbesaran untuk merenovasi pabrik logam Ferrous (diperkirakan $ 250 juta). Sementara itu Norilsk Nickel sukses mengoperasikan Tati Nickel Mining Company di Botswana dan Nkomati Joint Venture (bersama-sama dengan African Rainbow Minerals) di Afrika Selatan. Perusahaan ini sudah menginvestasikan lebih dari AS $ 100 juta dalam rekonstruksi dari pabrik tembaga dan nikel. Evraz Group memiliki saham di salah satu pemasok terkemuka vanadium dan logam produksi di Afrika Selatan. Sementara itu Severstal & Renaissance Capital memiliki keterlibatan kecil seperti pemegang saham dalam beberapa usaha.73
73
Alexandra Arkhangelskaya, dan Vladimir Shubin. 2013. Russia–South Africa Relations: Beyond Revival. SAIIA Policy Briefing 75, Oktober 2013. Hal. 3.
60
C. Agregat Data Perdagangan dan Investasi Jika membandingkan antara total ekspor dan impor Afrika Selatan dalam kelompok BRICS, maka terdapat ketidakseimbangan. Hal ini disebabkan oleh angka impor dari negara BRIC ke Afrika Selatan lebih besar dibandingkan dengan angka ekspor Afrika Selatan ke BRIC. Namun begitu, angka impor dari negara BRIC ke Afrika Selatan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Defisit perdagangan antara jumlah yang diterima oleh Afrika Selatan dan yang keluar dari Afrika Selatan juga tetap ada.
Tabel. IV.C.1. Perbandingan Ekspor-Impor Afrika Selatan dengan BRICS (AS $ Juta) Sebelum bergabung Sesudah bergabung dengan BRICS
dengan BRICS
2009
2010
2011
2012
2013
Import from BRIC
11.804
15.798
20.067
21.110
23.372
Export to BRIC
8.272
12.114
16.924
15.016
16,117
Trade Balance
-3.532
-3.684
-3.142
-6.093
-7.255
Sumber: Andras Tetenyi. 2014. South Africa vs. Nigeria: competing countries for leadership position in Sub-Saharan Africa. Budapest: Department of World Economy, Corvinus University of Budapest. Hal. 12.
Jumlah impor yang masuk dari negara BRIC ke Afrika Selatan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Bahkan setelah bergabung menjadi anggota, nilai impor Afrika Selatan dari negara BRIC meningkat lebih dari 25% dari total pada tahun sebelumnya. Tidak hanya itu, total ekspor Afrika Selatan
61
menuju negara BRIC juga meningkat hingga 30%. Peningkatan cukup jelas terjadi dari tahun 2010 yang hanya senilai AS $ 12,1 miliar, kemudian melonjak pada tahun 2011 yang bernilai hingga AS $ 16,9 miliar. Hal ini tidak terlepas dari diterimanya Afrika Selatan menjadi anggota kelompok BRICS pada tahun tersebut. Meskipun terjadi peningkatan pada nilai ekspor maupun impor Afika Selatan dengan BRICS, tetapi masih terdapat defisit perdagangan yang cukup tinggi. Sebelum bergabung dengan kelompok BRICS, defisit perdagangan antara Afrika Selatan dengan BRIC adalah sebesar minus AS $ 3,5 miliar pada tahun 2009. Setahun kemudian, angka tersebut mengalami kenaikan sebesar AS $ 154 juta menjadi sekitar AS $ 3,6 miliar. Setelah bergabung dengan BRICS pada tahun 2011, keseimbangan perdagangan antara Afrika Selatan dengan BRIC tetap mengalami ketimpangan, yaitu minus AS $ 3,1 miliar. Sedangkan pada tahun 2012 dan 2013 defisit perdagangan dari perdagangan Afrika Selatan dengan BRIC mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari tahun sebelumnya dengan minus AS $ 6 miliar dan minus AS $ 7,2 miliar. Pada tahun 2012 juga terjadi defisit perdagangan antara Afrika Selatan dengan Cina yang meningkat menjadi hampir AS $ 4,5 miliar. Ekspor ke Cina sebesar AS $ 10,1 miliar pada tahun 2012, lebih besar dibandingkan dengan permintaan impor yang sebesar AS $ 14,6 miliar. Defisit perdagangan juga terjadi antara Afrika Selatan dengan Brasil yang meningkat dari AS $ 636 juta pada tahun 2010 menjadi AS $ 881 juta pada tahun 2012, dengan ekspor sebesar AS $ 790 juta berbanding dengan impor dari Brazil senilai hampir AS $ 1,7 miliar.
62
Setelah mencapai surplus perdagangan dengan India selama periode 2008-2010, defisit muncul pada tahun 2011, yang semakin meningkat pada 2012 menjadi hampir AS $ 923 juta. Meskipun ekspor Afrika Selatan ke India naik menjadi AS $ 3,7 miliar pada tahun 2012, ini menurun dari permintaan impor yang lebih tinggi dari India sebesar AS $ 4,6 miliar.74 Pada tahun 2012 memang terjadi dominasi Cina dalam kegiatan eksporimpor Afrika Selatan di kelompok. Dibandingkan negara anggota BRICS lainnya peran Cina memang terlihat lebih dominan bukan hanya di Afrika Selatan, namun juga di dalam kelompok ini. Akan tetapi pada tahun yang sama nilai antara ekspor dan impor dengan Rusia lebih menuntungkan. Meskipun nilainya lebih sedikit dibandingkan Cina, India, dan Brasil, namun surplus dari nilai perdagangan antara Rusia-Afrika Selatan lebih menguntungkan. Perdagangan Afrika Selatan dengan Rusia memang lebih baik dengan memberikan surplus dari total ekspor-impornya. Pada tahun 2013, ekspor Afrika Selatan adalah senilai AS $ 737,7 juta, dan lebih besar dibandingkan dengan impor Afrika Selatan dari Rusia yang berjumlah AS $ 260,5 juta. Nilai ini memang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan yang didapat dari perdangan Afrika Selatan-Cina atau Afrika Selatan-India. Bahkan ekspor Brasil ke Afrika Selatan yang mencapai AS $ 1,84 miliar hanya berbanding dengan impor dari Afrika Selatan yang AS $ 657 juta.75
74
Department of Research and Information. 2014. Trade report: Export opportunities for South Africa in other BRICS economies. Industrial Development Corporation. Hal. 9-10. 75 Embassy of the Russian Federation in the Republic of South Africa. Russian-South African Economic Cooperation. Dalam http://www.russianembassy.org.za/economic/Coop.html, diakses pada 17 September 2014, pkl. 13.40.
63
Gambar. IV.C.1. Pertumbuhan Ekspor ke BRICS (%)
20
16 Brasil Rusia 12
India Cina Afrika Selatan
8
4
2001
2003
2005
2007
2009
2011
Sumber: Simon Freemantle dan Jeremy Stevens. 2013. BRICS trade is flourishing, and Africa remains a pivot. Africa MacroEM10 & Africa, Standard Bank, 12 February 2013
Meskipun secara aggregat perdagangan Afrika Selatan lebih banyak menerima impor dari negara BRICS lainnya, masih terdapat pentingnya BRICS bagi Afrika Selatan. Satu dekade yang lalu perdagangan dengan BRIC hanya menyumbang 5% dari total perdagangan Afrika Selatan dengan dunia. Pada tahun 2012, angka ini mencapai 19%. Secara nominal, pada periode waktu yang sama, perdagangan Afrika Selatan dengan BRIC melonjak lebih dari sepuluh kali lipat dari seluruh AS $ 3,2 miliar ke AS $ 37 miliar. Tahun 2012 lalu, Ekspor Afrika Selatan ke sesama anggota BRICS meningkat hampir 17%, yang merupakan tingkat tercepat pertumbuhan ekspor dalam lima negara anggota. Ekspor Cina ke
64
BRICS membengkak sebesar 16%, diikuti oleh Rusia dan Brasil (14,5%) dan India (9%).76 Sedangkan untuk investasi langsung yang berasal dari Afrika Selatan, Cina menjadi negara tujuan di antara negara BRICS (lihat Tabel. IV.B.1). Dengan nilai investasi yang mencapai AS $ 7,7 miliar, ini artinya hampir lebih 70% dari total investasi Afrika Selatan yang senilai AS $ 10 miliar lebih. Angka tersebut jelas jauh di atas Brasil dan India yang masing-masing hanya AS $ 1,3 miliar dan AS $ 574 juta, sedangkan Rusia hanya menjadi tujuan investasi Afrika Selatan dengan nilai mencapai AS $ 326 juta. Dari agrerat data perdagangan ini dapat terlihat bagaimana Afrika Selatan hanya menyumbang sedikit dibandingkan anggota kelompok BRICS yang lain. Afrika Selatan lebih banyak menjadi penerima baik dalam perdagangan maupun investasi langsung atau FDI. Dari total ekspor yang lebih besar dibandingkan dengan total impor, jelas Afrika Selatan hanya merupakan pasar bagi negara anggota lainnya. Dari keempat negara anggota BRICS yang lain, Rusia menjadi satu-satunya negara yang memberikan surplus dalam perdagangan. Tabel. IV.C.2. Selected trade partners for South Africa 2009-2013 (US$ Million) 2009 2010 2011 2012 2013 Import from Africa
4.751
6.281
7.676
9.677
12.252
Export to Africa
10.529
12.324
14.769
16.056
27.399
Trade Balance
5.777
6.043
7.092
6.379
15.147
Import from EU
20.561
25.728
30.579
29.201
29.382
76
Simon Freemantle dan Jeremy Stevens. 2013. BRICS trade is flourishing, and Africa remains a pivot. Africa MacroEM10 & Africa, Standard Bank, 12 February 2013. Hal. 3.
65
Export to EU
14.292
18.680
20.714
17.399
16.789
Trade Balance
-6.269
-7.047
-9.864
-11.801
-12.503
Import from SADC
2.513
3.756
4.283
5.395
7.391
Export to SADC
7.239
8.950
10.790
12.110
23.630
Trade Balance
4.726
5.194
6.507
6.715
16.239
Import from US
4.949
5.837
7.954
7.496
6.565
Export to US
4.859
7.060
8.356
7.586
6.894
Trade Balance
-90
1.223
402
-90
-329
Sumber: Andras Tetenyi. 2014. South Africa vs. Nigeria: competing countries for leadership position in Sub-Saharan Africa. Budapest: Department of World Economy, Corvinus University of Budapest. Hal. 12.
Sedangkan jika dibandingkan, kerjasama Afrika Selatan dengan kawasan lainnya tidak menunjukan kenaikan yang signifikan. Impor Afrika Selatan dari Uni Eropa merupakan yang bernilai paling tinggi, akan tetapi terjadi penurunan dari tahun 2011 ke tahun 2012 sekitar AS $ 800 juta. Hal yang sama juga terjadi pada ekspor Afrika Selatan ke Eropa di tahun selanjutnya. Bahkan selisih neraca perdagangan antara Afrika Selatan-Uni Eropa merupakan yang paling besar jumlahnya dibandingkan dengan yang lainnya. Sementara itu, kerjasama Afrika Selatan dengan Amerika Serikat juga mengalami fluktuasi yang sama seperti kerjasama dengan kawasan lainnya. Hanya kerjasama dengan SADC yang terus memberikan surplus bagi neraca dagang Afrika Selatan. Hal ini tentunya tidak terlepas dari peran BRICS yang juga mendorong integrasi ekonomi tida hanya di Afrika Selatan, tetapi juga di kawasan
66
tersebut. Di samping itu, peran Afrika Selatan dalam SADC juga terus ditingkatkan setelah negara tersebut mengalami peningkatan perekonomian setelah bergabung dengan negara BRICS. Peningkatan aktivitas perdagangan dan investasi dengan negara BRICS juga memberikan pengaruh lain bagi Afrkia Selatan. Tingkat pengangguran Afrika Selatan turun menjadi 24,9 persen dalam tiga bulan terakhir 2012 dari 25,5 persen pada kuartal sebelumnya. Statistik juga menunjukkan bahwa ada 4,5 juta orang menganggur pada kuartal keempat 2012, akan tetapi angka tersebut turun dari 4,67 juta di tiga bulan sebelumnya.77 Selain itu angka GDP Afrika Selatan pada tahun 2013 adalah sebesar AS $ 410,7 miliar. Sedangkan rata-rata pertumbuhan riil selama 5 tahun terakhir adalah 2,7 (0,8%).78 Meskipun secara ekonomi keuntungan yang begitu besar tidak hanya dirasakan oleh Afrika Selatan, melainkan juga benua ini secara keseluruhan. Secara signifikan, sebenarnya perdagangan BRICS dengan Afrika melebihi yang mereka lakukan di antara mereka sendiri. Total perdagangan BRICS dengan Afrika tahun 2012 mencapai AS $ 340 miliar, atau menunjukan peningkatan lebih dari sepuluh kali lipat selama satu dekade. Peran Cina di Afrika juga lebih proporsional dengan kekuatan ekonominya. Cina menyumbang hampir 60% dari total perdagangan BRICS dengan Afrika. Demikian pula, peran India yang juga konsisten, sementara Rusia dan Brasil relatif kurang berkontribusi.79
77
South Africa unemployment rate falls. The BRICS Post, 5 February 2013. Dalam http://thebricspost.com/south-africa-unemployment-rate-falls/ 78 OECD. 2013. OECD Economic Surveys: South Africa. OECD Publishing. Hal. 6. 79 Simon Freemantle dan Jeremy Stevens. 2013. BRICS trade is flourishing, and Africa remains a pivot. Africa MacroEM10 & Africa, Standard Bank, 12 February 2013. Hal. 4.
67
Sebagai salah satu kekuatan ekonomi dan politik pada Benua Afrika, Afrika Selatan juga merupakan sumber utama FDI di negara-negara Afrika lainnya. Pada tahun 2005 saja terdapat 34 dari perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Johannesburg memiliki proyek di 27 Negara-negara Afrika. Proyek pengeluaran FDI ini meliputi pertambangan, infrastruktur, mesin, manufaktur, ritel, media dan jasa keuangan. Meskipun tidak ada kebijakan regulasi resmi untuk pengeluaran FDI Afrika Selatan, tetapi pemerintah telah mendorong perusahaan lokal untuk berinvestasi di benua itu.80 Adapun dampak lain yang didapatkan oleh Afrika Selatan dengan bergabungnya ke dalam kelompok tidak hanya dalam bentuk ekonomi. Dengan bergabung ke dalam kelompok BRICS, pemerintah Afrika Selatan tentu mengharapkan tidak hanya peningkatan secara ekonomi akan tetapi juga untuk sosial politik Afrika Selatan dalam regional maupun internasional. Secara perlahan-lahan, pemerintah Afrika Selatan berfokus pada kebijakan, strategi dan partisipasi multilateral baik di dalam maupun di luar PBB untuk memperkuat perannya sebagai pendonor dan pemimpin dalam perdamaian dan integrasi di regional Afrika. Dalam setiap perjanjian bilateral dan regional, BRICS selalu menekankan solidaritas antara Selatan-Selatan dan kerjasama horisontal yang berbeda dengan dominasi Barat. Namun, dalam forum global seperti G20, Dewan Keamanan PBB atau Konferensi Iklim Dunia, BRICS selalu mengklaim atas nama negara-negara berkembang dan secara bertahap menantang supremasi Barat di politik 80
EDIP Research Team. 2013. BRICS FDI: A Preliminary View. Dalam SAIIA Policy Briefing 63, March 2013. Hal. 3.
68
internasional. Ini tentunya memberikan jalan bagi Afrika Selatan untuk semakin berperan dalam lingkup regional dan internasional. Keterlibatan dalam BRICS juga kemudian melengkapi kegiatan Afrika Selatan lainnya yang dimaksudkan untuk tujuan mendorong pembangunan di Benua Afrika. Hal ini tentu termasuk perdebatan tentang perdamaian dan keamanan, dan reformasi struktural pemerintahan global. Selain itu, hal ini juga mencakup unsur kompetisi, sebagaimana perusahaan Afrika Selatan yang akan menghadapi persaingan dengan aktor BRICS lainnya di regional Afrika untuk ekspansi ekonomi. Bergabungnya Afrika Selatan dalam kelompok BRICS juga mendorong peran negara ini dalam lingkup regional. Salah satunya dengan meningkatkan peran Afrika Selatan sebagai pemberi bantuan ke seluruh Afrika. Ini juga didukung dengan berdirinya instansi bantuan sendiri, yaitu SADPA (South African Development Partnership Agency). Sebagian besar bantuan negara dicairkan secara tahunan oleh African Renaissance and Inter Cooperation Fund. African Renaissance and Inter Cooperation Fund sendiri muncul pada Januari 2001 melalui Undang-undang Parlemen dan menunjukkan perkiraan sepertiga sampai setengah dari dana kerjasama internasional Afrika Selatan. Tujuannya adalah mencakup promosi demokrasi dan good governance, pencegahan konflik dan penyelesaian, pembangunan sosial dan ekonomi serta bantuan kemanusiaan
69
dan dukungan untuk pengembangan sumber daya manusia. Selain itu lembaga ini memprioritaskan satu tujuan, yaitu fokus di regional Afrika. 81 Pencairan dana dari lembaga tersebut adalah untuk sekitar 10-20 proyek setiap tahun, terkait erat dengan inisiatif kebijakan luar negeri Afrika Selatan. Dengan dana yang dikeluarkan adalah sekitar 45 juta Euro untuk selama tahun 2011-2012, atau berkembang pesat dari 30 juta Euro pada tahun 2008. Beberapa proyek berada di negara-negara pasca-konflik dan menawarkan dukungan untuk pemilihan umum, seperti di Republik Demokratik Kongo dan Sudan. Selain itu kerjasama pembangunan Afrika Selatan juga hampir secara eksklusif oleh alam Afrika. Perkiraan lebih dari 95 persen adalah untuk negara-negara Afrika, terutama di sub-wilayah Selatan Kongo, tetapi juga termasuk proyek-proyek di Sudan Selatan, Guinea atau Rwanda.82 Dalam BRICS, Afrika Selatan juga menggunakan diplomasi dan meningkatkan pengaruh politiknya di seluruh Afrika untuk mempromosikan kepentingannya. Hal ini juga memainkan peran penting dalam meluncurkan kemitraan baru untuk Pembangunan Afrika pada tahun 2001 dan transisi dari Organisasi Persatuan Afrika ke Uni Afrika pada tahun 2002. Afrika Selatan juga telah mendirikan banyak komisi bilateral dengan negara-negara Afrika lainnya dan mempromosikan investasi Afrika Selatan di benua tersebut melalui Industrial Development Corporation dan Bank Pembangunan Afrika Selatan. Inisiatif ini
81
UNECA. 2013. Africa–BRICS cooperation: implications for growth, employment and structural transformation. Addis Ababa: Economic Commission for Africa. Hal. 18. 82 Sven Grimm. 2013. South Africa: BRICS Member and Development Partner in Africa. Dalam The China Monitor. 2013. The BRICS Summit 2013 – Is the Road from Durban Leading into Africa?. Stellenbosch: Centre for Chinese Studies. Hal. 30-31.
70
tentunya membantu perusahaan untuk memainkan peran utama dalam perbankan, retail, telekomunikasi, makanan dan pertambangan.83 Selain daripada yang telah disebutkan sebelumnya bahwa sampai saat ini Afrika Selatan juga terus meningkatkan peranannya di kawasan Afrika. Seperti untuk kasus penanganan wabah penyakit Ebola, pemerintah Afrika Selatan bekerjasama dengan perusahaan swasta terkemuka negara itu. Dalam kerjasama tersebut Afrika Selatan kemudian meluncurkan Ebola Response Fund untuk berkontribusi dalam perang melawan intensifikasi wabah Ebola di Afrika Barat. Terdapat delapan belas perusahaan yang akan memberikan bantuan berupa layanan kesehatan, barang-barang kebutuhan dan uang tunai dalam menangani krisis kemanusiaan di Afrika Barat ini, dengan total senilai 12 juta rands.84
83
UNECA. 2013. Africa–BRICS cooperation: implications for growth, employment and structural transformation. Addis Ababa: Economic Commission for Africa. Hal. 19. 84 Thuso Khumalo. 2014. South Africa Launches Fund to Fight West Africa Ebola Outbreak. VOA News, October 10, 2014. Dalam http://www.voanews.com/content/south-africa-fund-fight-westafrica-ebola-outbreak/2479651.html, diakses pada 4 November 2014, pkl. 20.10.
71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan BRIC pertama kali muncul pada tahun 2001 oleh Jim O'Neill dari Goldman Sachs. Akronim ini merujuk kepada empat negara yang memiliki populasi besar, pemerintah relatif stabil dan potensi pertumbuhan ekonomi yang signifikan, yaitu Brasil, Rusia, India, dan Cina. Selain karena alasan ekonomi, kemunculan BRIC juga jelas bahwa kelompok ini berkeinginan meningkatkan kehadiran mereka di bidang lain dan juga menjadi aktor penting di panggung internasional baik melalui peran mereka dalam lembaga-lembaga lainnya. Sejak tahun 2009, para pemimpin negara anggota BRIC mengadakan pertemuan untuk membahas mengenai kerjasama-kerjasama dengan sesama negara anggota. Pertemuan ini kemudian secara rutin dilakukan setiap tahunnya dengan setiap negara anggota secara bergantian akan menjadi tuan rumah pertemuan tersebut. Pertemuan pada tahun 2010 ditandai dengan diundangnya Afrika Selatan, yang kemudian pada tahun selanjutnya berhasil bergabung ke dalam kelompok ini. Dengan bergabungnya Afrika Selatan membuat kelompok ini kemudian berganti nama menjadi BRICS, dengan penambahan huruf “S” yang merujuk pada South Africa (Afrika Selatan). Akses kerjasama yang didapatkan oleh Afrika Selatan setelah bergabung dengan
kelompok
BRICS,
berhasil
meningkatkan
volume
perdagangan
negaranya. Sejak bergabung dengan kelompok ini, Afrika Selatan juga
72
diuntungkan dengan meningkatnya kerjasama perdagangan sesama negara anggota. Tren perdagangan yang ada dengan negara anggota BRICS juga semakin meningkat selama periode 2011-2013, sehingga membuat perekonomian Afrika Selatan juga semakin berkembang pesat. Jika dibandingkan, angka dari perdagangan Afrika Selatan dengan Cina merupakan yang paling tinggi dibandingkan dengan negara anggota lainnya. Sedangkan India menempati urutan selanjutnya dengan kemudian disusul oleh Brasil dan Rusia. Meskipun nilai perdagangan antara Afrika Selatan dengan Rusia adalah yang paling kecil, kerjasama perdagangan ini merupakan yang menghasilkan surplus perdagangan bagi Afrika Selatan. Hal ini terjadi karena Rusia melakukan lebih banyak impor barang dan jasa yang berasal dari Afrika Selatan, dan mengekspor lebih sedikit barang dan jasa ke negara tersebut. Sedangkan untuk investasi asing yang masuk ke Afrika Selatan setelah bergabung ke dalam anggota BRICS juga mengalami peningkatan. Jika untuk sektor perdagangan Cina menjadi partner utama dengan Afrika Selatan, berbeda dengan investasi yang menempatkan India sebagai negara yang paling banyak berinvestasi di Afrika Selatan. Dari total keseluruhan FDI yang masuk ke Afrika Selatan melalui kelompok BRICS, India menjadi penyumbang dengan lebih dari 60% dari total FDI masuk ke Afrika Selatan. Bukan hanya itu, FDI masuk yang berasal dari India juga berasal dari komoditas barang dan jasa yang lebih banyak dibandingkan dengan negara anggota lainnya. Peningkatan perdagangan dan investasi berhasil dirasakan oleh Afrika Selatan setelah bergabung dengan kelompok BRICS. Meskipun begitu, hal ini
73
tidak mampu diimbangi dengan surplus perdagangan maupun berimbangnya antara arus FDI yang keluar dari Afrika Selatan dengan FDI yang masuk ke Afrika Selatan. Dalam kelompok BRICS, Cina merupakan aktor yang paling dominan dengan transaksi perdagangan dan investasi yang hampir merata ke seluruh negara anggota kelompok. Sedangkan Afrika Selatan yang hanya sedikit melakukan aktivitas perdagangan dan investasi, justru lebih banyak menjadi penerima barang impor dan FDI masuk yang berasal dari negara anggota lainnya. Dampak ekonomi juga tidak hanya dirasakan oleh Afrika Selatan dengan bergabung ke dalam kelompok BRICS. Akan tetapi negara-negara lain yang ada di kawasan Afrika juga merasakan dampaknya. Proses integrasi ekonomi inilah yang kemudian juga didorong oleh negara anggota BRICS untuk terus meingkatkan investasi dan kerjasam perdagangan dengan negara Afrika lainnya. Dan sama seperti yang diungkapkan beberapa penulis dalam Tinjauan Pustaka bahwa bergabungnya Afrika Selatan ke BRICS juga sebagai pintu masuk kelompok tersebut ke Benua Afrika. Selain dampak dalam hal pertumbuhan ekonomi yang dapat dirasakan oleh Afrika Selatan, terdapat dampak lain dalam hal sosial dan politik. Dengan bergabung ke dalam BRICS, menunjukan bahwa pemerintah Afrika Selatan berusaha lebih meningkatkan peran dan partisipasinya dalam kerangka kerjasama regional maupun multilateral. Selain itu secara regional, Afrika Selatan juga berhasil menunjukan perannya sebagai negara pendonor dan pemimpin dalam proses perdamaian dan integrasi regional.
74
Bergabung dengan aliansi BRICS menjadi penting bagi perkembangan dalam sejarah hubungan internasional Afrika Selatan. Setelah Afrika Selatan menjadi anggota penuh dari BRICS, ini merupakan kesempatan yang penting untuk pengakuan dari perannya di Benua Afrika sebagai kekuatan ekonomi baru. Namun, ekonomi Afrika Selatan yang lebih kecil dari perekonomian BRICS telah menyebabkan beberapa pertanyaan dari keanggotaan negara ini. Namun, dapat memainkan peran utama dalam BRICS akan membantu untuk memfasilitasi integrasi yang lebih dalam hubungan antara negara-negara Afrika dan negara anggota BRICS lainnya, selain dengan berfokus pada keuntungan lainnya. Afrika Selatan mungkin memiliki pasar yang paling terbuka dan dapat diakses dari semua negara BRICS. Oleh karena itu, dalam semangat peningkatan kerjasama komersial, anggota BRICS lainnya harus berusaha untuk memfasilitasi akses pasar dengan mengatasi secara efektif rintangan yang ada dalam pengembangan perdagangan, seperti prosedur birokrasi, standar dan peraturan, proteksi impor, serta kriteria pengadaan sektor publik, dan yang lainnya.
75
DAFTAR PUSTAKA
Andre H. Pareira. 1999. Perubahan Global dan Perkembangan Studi HI. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Arkhangelskaya, Alexandra A dan Vladimir Shubin. 2013. Russia–South Africa Relations: Beyond Revival. SAIIA Policy Briefing 75, Oktober 2013. Arkhangelskaya. Alexandra A. 2011. Russia – South Africa, BRICS format. Dalam http://www.brics5.co.za/assets/AAA1.pdf Baumann, Renato. 2013. Intra-BRICS Trade and Investment. Caracas: Sela. Besada, Hany, Evren Tok dan Kristen Winters. 2013. South Africa in the BRICS: Opportunities, Challenges and Prospects dalam Africa Insight Vol. 42(4) – March 2013. Botha, Linda (ed). 2013. Proceedings of the BRICS Think Tank Workshop and 5th BRICS Academic Forum. Pretoria: Department of International Relations and Cooperation and Africa Institute of South Africa. Breslin, Shaun, dkk (ed). 2002. New Regionalisms in the Global Political Economy. London: Routledge. BRICS. 2012. The BRICS Report. New Delhi: Oxford University Press. BRICS. 2013. “BRICS Trade and Invesment Cooperation Framework”. Fifth BRICS Summit Durban, South Africa 26 March 2013. Calleya, Stephen C. (2000) dalam Yanyan Moch. Yani dan Anak Agung Banyu Perwita. 2006. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Chatterjee, Bipul Purna Jena, dan Surendar Singh. 2014. Intra-BRICS Trade & Its Implications for India. Jaipur: CUTS International. Couloumbis, Theodore A. dan James H. Wolfe (1986) dalam I Nyoman Sudira, “Regionalisme dalam Studi Hubungan Internasional” dalam Andre H. Pareira. 1999. Perubahan Global dan Perkembangan Studi HI. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
xiv
Department of Research and Information. 2014. Trade report: Export opportunities for South Africa in other BRICS economies. Industrial Development Corporation. Dougherty, James E, dan Robert L. Pfaltzgraff. 1997. Contending Theories. New York: Harper and Row Publisher. Dube. Memory. 2013. BRICS Summit 2013: Strategies for South Africa’s Engagement dalam SAIIA Policy Briefing 62, March 2013. Dubbelman, Bradley. 2011. South Africa’s role in Brics: Implications and effects. Creamer Media’s Research Channel Africa July 2011. EDIP Research Team. 2013. BRICS FDI: A Preliminary View. Dalam SAIIA Policy Briefing 63, March 2013. Freemantle, Simon, dan Jeremy Stevens. 2009. Tectonic Shifts Tie BRIC and Africa’s Economic Destinies. Standard Bank Economics, BRIC and Africa, 14 Oktober 2009. Freemantle, Simon, dan Jeremy Stevens. 2013. BRICS trade is flourishing, and Africa remains a pivot. Africa MacroEM10 & Africa, Standard Bank, 12 February 2013. Guebert, Jenilee. 2011. BRIC Summit Commitments: 2010 Brasilia Summit. BRICS Research Group, 4 Juli 2011. Grimm, Sven. 2013. South Africa: BRICS Member and Development Partner in Africa. Dalam The China Monitor. 2013. The BRICS Summit 2013 – Is the Road from Durban Leading into Africa?. Stellenbosch: Centre for Chinese Studies. Holsti, K.J. 1992. Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis. Bandung: Binacipta. Hurrel (1995) dalam Shaun Breslin, Richard Higgott and Ben Rosamond. “Regions in comparative perspective” dalam Shaun Breslin, dkk (ed). 2002. New Regionalisms in the Global Political Economy. London: Routledge.
xv
Irina,
Yarygina.
2013.
Financial
challenges
for
BRICS.
Dalam
http://www.brics5.co.za/assets/BRICS-Financial-challenges-by-YaryginaIrina.pdf Jackson, Robert, dan George Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. John, Lysa. 2012. Engaging BRICS: Challenges and Opportunities for Civil Society. Oxfam India working papers series September 2012 OIWPS – XII. Jones, Stephanie. 2012. BRICs and Beyond: Lessons on Emerging Markets. London: Wiley Publisher. Keohane, Robert O. 1989. International Institutions and State Power (Essay in International Relations Theory). London: Westvie Presshal. Nye, Joseph. 2009. Understanding International Conflict, 7th Ed. New York: Pearson Longman. OECD. 2011. OECD Economic Surveys: South Africa. Volume 2010/11 July 2010. OECD. 2013. OECD Economic Surveys: South Africa. OECD Publishing. Oliver, Stuenkel. 2013. South Africa’s BRICS membership: A win-win situation?. African Journal of Political Science and International Relations Vol. 7(7), pp. 310-319, October 2013. O'Neill, Jim. 2001. Building Better Global Economic BRICs. Goldman Sachs Global
Economics
Paper
66
30
November
2001.
Dalam
http://www2.goldmansachs.com/ideas/brics/building-better-doc.pdf Jim O'Neill. 2012. Building BRICS: from conceptual category to rising reality. Dalam John Kirton, Marina Larionova, dan Yoginder K. Alagh (Ed). 2012. BRICS: The 2012 New Delhi Summit. London: Newsdesk Media. Pandjaitan, Hinca. 2011. Kedaulatan Negara Versus Kedaulatan FIFA. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Perwita, Anak Agung Banyu, & Yanyan Mochamad Yani. 2006. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
xvi
Powell, Robert. 1991. Absolute and Relative Gains in International Relations Theory. The American Political Science Rewiew, Vol. 85, No. 4 (December). Press Release Embassy of The Russian FederationIn The Republic of South Africa. The Second Summit of the BRIC (Brazil-Russia-India-China) Countries. April 2010. Research and Information System for Developing Countries (RIS). 2008. Trinity of the South: Potential of India-Brasil-South Africa (IBSA) Partnership. New Delhi: Acedemic Foundation. S.K, Mohanty, dan Sachin Chaturvedi. 2008. India-Africa Economic Partnership: Trends and Prospects. Dalam http://www.ris.org.in/dp134_pap.pdf Salvatore, Dominick. 2007. International Economics. New Jersey: Prentice-Hall. Sekine, Eiichi. 2011. The Impact of the Third BRICS Summit. Nomura Journal of Capital Markets Summer 2011 Vol.3 No.1. Singh, Suresh P, dan Memory Dube. 2013. Trends In Intra-BRICS Co-Operation. South Africa’s position in BRICS dalam Quarterly Bulletin – January to March 2013 Gauteng Province: Provincial Treasury Republic of South Africa. Stolte, Christina. 2012. Brasil in Africa: Just Another BRICS Country Seeking Resources?. Chatham House Briefing paper. Strauss, Anselm dan Juliet Corbin, 2003. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas. Tetenyi, Andras. 2014. South Africa vs. Nigeria: competing countries for leadership position in Sub-Saharan Africa. Budapest: Department of World Economy, Corvinus University of Budapest. The African Development Bank Group Chief Economist Complex. 2011. Russia’s Economic Engagement with Africa. Dalam Africa Economic Brief Volume 2,
Issue
7
11
May,
2011.
Dalam
http://www.afdb.org/fileadmin/uploads/afdb/Documents/Publications/Russ ia’s_Economic_Engagement_with_Africa.pdf
xvii
The African Development Bank Group Chief Economist Complex. 2011. India’s Economic Engagement with Africa. Dalam Africa Economic Brief Volume 2,
Issue
6
11
May,
2011.
Dalam
http://www.afdb.org/fileadmin/uploads/afdb/Documents/Publications/Indi a’s_Economic_Engagement_with_Africa.pdf UNECA. 2013. Africa–BRICS cooperation: implications for growth, employment and structural transformation. Addis Ababa: Economic Commission for Africa UNCTAD. 2013. The Rise of BRICS FDI and Africa. Dalam Global Investment Trends
Monitor,
25
March
2013.
Dalam
http://unctad.org/en/PublicationsLibrary/webdiaeia2013d6_en.pdf, Volchkova, Natalya, dan Maria Ryabtseva. 2013. Russia–South Africa Relations: Collaboration in BRICS and the G-20. Dalam SAIIA Occasional Paper No 63, February 2013. Wieslaw, Michalak dan Richard Gibb. 1997. Trading Blocs and Multilateralism in the World Economy dalam Annals of the Association of American Geographers, 87(2). Oxford: Blackwell Publishers. Wilson, Dominic dan Roopa Purushothaman. 2003. Dreaming With BRICs: The Path to 2050. Goldman Sachs Global Economics Paper 99, 1 Oktober 2003. Woolfrey, S. 2013. A closer look at India-Brazil-South Africa (IBSA) trade. Tralac Trade Brief No. S13TB08/2013 September 2013. WhitePaper. 2013. China-Africa Economic and Trade Cooperation. Information Office of the State Council The People's Republic of China, Beijing, August 2013.
xviii
Internet: Bilateral
trade
relations.
Dalam
http://www.china.org.cn/english/features/fmar/167995.htm Countries of BRICS refuse dollars. What shall investors expect?. Dalam http://www.profi-forex.us/news/entry4000001367.html Countries
of
the
World.
Dalam
http://www.worldatlas.com/aatlas/populations/ctypopls.htm Fifth BRICS Summit Background. Dalam http://www.brics5.co.za/ Nations
eye
stable
reserve
system.
Dalam
http://news.bbc.co.uk/2/hi/business/8102216.stm Bureau, Zeebiz. 2012. BRICS summit in Delhi begins today. Press Trust of India, Zee
News,
29
March
2012.
Dalam
http://zeenews.india.com/business/news/economy/brics-summit-in-delhibegins-today_44828.html Embassy of the Russian Federation in the Republic of South Africa. RussianSouth
African
Economic
Cooperation.
Dalam
http://www.russianembassy.org.za/economic/Coop.html Forsythe, Michael, et al., BRICS Prod China's Hu to Import Value-Added Goods as Well as Raw Materials, Bloomberg, April 13, 2011. Dalam http://www.bloomberg.com/news/2011-04-13/countries-at-brics-summitpush-china-to-import-more-airliners-medicines.html Gateway
House.
Why
South
Africa
bric.
Dalam
http://www.gatewayhouse.in/publication/gateway-house/features/whysouth-africa-bric, Houlton,
Susan.
2009.
First
BRIC
summit
concludes.
Dalam
http://www.dw.de/first-bric-summit-concludes/a-4335954 Khumalo, Thuso. 2014. South Africa Launches Fund to Fight West Africa Ebola Outbreak.
VOA
News,
October
10,
2014.
Dalam
http://www.voanews.com/content/south-africa-fund-fight-west-africaebola-outbreak/2479651.html,
xix
Naidoo, Sharda. 2012. South Africa's presence 'drags down Brics. Mail & Guardian Online, 23 Maret 2012 dalam http://mg.co.za/article/2012-0323-sa-presence-drags-down-brics Patel, Khadija. 2012. Analysis: Scrutinising South Africa's inclusion in Brics. Daily
Maverick,
April
3.
Dalam
http://www.dailymaverick.co.za/article/2012-04-03-analysis-scrutinisingsouth-africas-inclusion-inbrics/#.Uelef9Ip9DQ Rozhnov, Konstantin. 2010. Bric countries try to shift global balance of power. Thursday, 15 April 2010. Dalam http://news.bbc.co.uk/2/hi/8620178.stm Sebastien Hervieu. 2011. South Africa gains entry to Bric club. The Guardian, April 19. Dalam http://www.guardian.co.uk/world/2011/apr/19/southafricajoins-bric-club Sharon Davis. 2013. SA and India - growing partners in trade dalam http://www.wbsjournal.co.za/articles/sa-and-india-growing-partners-intrade-850.html South Africa's trade with China surges by 32% in 2013. Chinadaily.com.cn, 1303-2014.
Dalam
dari
http://www.chinadaily.com.cn/business/2014-
03/13/content_17343780.htm South Africa unemployment rate falls. The BRICS Post, 5 February 2013. Dalam http://thebricspost.com/south-africa-unemployment-rate-falls/ Steady
growth
in
SA,
BRICS
trade.
Dalam
http://www.southafrica.info/global/brics/brics-300812.htm Wanfeng Zhou. 2009. Dollar slides after Russia comments, BRIC summit. Dalam http://www.reuters.com/article/2009/06/16/us-markets-forexidUSTRE5530NQ20090616
xx
Lampiran 1
Joint Statement of the BRIC Countries’ Leaders
We, the leaders of the Federative Republic of Brazil, the Russian Federation, the Republic of India and the People’s Republic of China, have discussed the current situation in global economy and other pressing issues of global development, and also prospects for further strengthening collaboration within the BRIC, at our meeting in Yekaterinburg on June 16, 2009. We have arrived at the following conclusions: 1. We stress the central role played by the G20 Summits in dealing with the financial crisis. They have fostered cooperation, policy coordination and political dialogue regarding international economic and financial matters. 2. We call upon all states and relevant international bodies to act vigorously to implement the decisions adopted at the G20 Summit in London on April 2, 2009. We shall cooperate closely among ourselves and with other partners to ensure further progress of collective action at the next G20 Summit to be held in Pittsburgh in September 2009. We look forward to a successful outcome of the United Nations Conference on the World Financial and Economic Crisis and its Impact on Development to be held in New York on June 24-26, 2009. 3. We are committed to advance the reform of international finаncial institutions, so as to reflect changes in the global economy. The emerging and developing economies must have greater voice and representation in international financial institutions, whose heads and executives should be appointed through an open, transparent, and merit-based selection process. We also believe that there is a strong need for a stable, predictable and more diversified international monetary system. 4. We are convinced that a reformed financial and economic architecture should be based, inter alia, on the following principles: - democratic and transparent decision-making and implementation process at the international financial organisations; - solid legal basis; - compatibility of activities of effective national regulatory institutions and international standard-setting bodies; - strengthening of risk management and supervisory practices. 5. We recognise the important role played by international trade and foreign direct investments in the world economic recovery. We call upon all parties to work together to improve the international trade and investment environment. We urge the international community to keep the multilateral trading system stable, curb trade protectionism, and push for comprehensive and balanced results of the WTO’s Doha Development Agenda.
xxi
6. The poorest countries have been hit hardest by the financial crisis. The international community needs to step up efforts to provide liquid financial resources for these countries. The international community should also strive to minimise the impact of the crisis on development and ensure the achievement of the Millennium Development Goals. Developed countries should fulfil their commitment of 0.7% of Gross National Income for the Official Development Assistance and make further efforts in increasing assistance, debt relief, market access and technology transfer for developing countries. 7. The implementation of the concept of sustainable development, comprising, inter alia, the Rio Declaration, Agenda for the 21st Century and multilateral environmental agreements, should be a major vector in the change of paradigm of economic development. 8. We stand for strengthening coordination and cooperation among states in the energy field, including amongst energy producers and consumers and transit states, in an effort to decrease uncertainty and ensure stability and sustainability. We support diversification of energy resources and supply, including renewable energy, security of energy transit routes and creation of new energy investments and infrastructure. 9. We support international cooperation in the field of energy efficiency. We stand ready for a constructive dialogue on how to deal with climate change based on the principle of common but differentiated responsibility, given the need to combine measures to protect the climate with steps to fulfill our socio-economic development tasks. 10. We reaffirm to enhance cooperation among our countries in socially vital areas and to strengthen the efforts for the provision of international humanitarian assistance and for the reduction of natural disaster risks. We take note of the statement on global food security issued today as a major contribution of the BRIC countries to the multilateral efforts to set up the sustainable conditions for this goal. 11. We reaffirm to advance cooperation among our countries in science and education with the aim, inter alia, to engage in fundamental research and development of advanced technologies. 12. We underline our support for a more democratic and just multi-polar world order based on the rule of international law, equality, mutual respect, cooperation, coordinated action and collective decision-making of all states. We reiterate our support for political and diplomatic efforts to peacefully resolve disputes in international relations. 13. We strongly condemn terrorism in all its forms and manifestations and reiterate that there can be no justification for any act of terrorism anywhere or for whatever reasons. We note that the draft Comprehensive Convention against
xxii
International Terrorism is currently under the consideration of the UN General Assembly and call for its urgent adoption. 14. We express our strong commitment to multilateral diplomacy with the United Nations playing the central role in dealing with global challenges and threats. In this respect, we reaffirm the need for a comprehensive reform of the UN with a view to making it more efficient so that it can deal with today’s global challenges more effectively. We reiterate the importance we attach to the status of India and Brazil in international affairs, and understand and support their aspirations to play a greater role in the United Nations. 15. We have agreed upon steps to promote dialogue and cooperation among our countries in an incremental, proactive, pragmatic, open and transparent way. The dialogue and cooperation of the BRIC countries is conducive not only to serving common interests of emerging market economies and developing countries, but also to building a harmonious world of lasting peace and common prosperity. 16. Russia, India and China welcome the kind invitation of Brazil to the next BRIC summit it will host in 2010. Yekaterinburg, June 16, 2009 Sumber: http://www.brics5.co.za/about-brics/summit-declaration/first-summit/
Lampiran 2
II BRIC SUMMIT – JOINT STATEMENT BRASILIA
We, the leaders of the Federative Republic of Brazil, the Russian Federation, the Republic of India and the People’s Republic of China, met in Brasília on 15 April 2010 to discuss major issues of the international agenda as well as concrete steps to move forward the cooperation and coordination within BRIC. WE HAVE AGREED ON THE FOLLOWING: COMMON VISION AND GLOBAL GOVERNANCE 1. We share the perception that the world is undergoing major and swift changes that highlight the need for corresponding transformations in global governance in all relevant areas. 2. We underline our support for a multipolar, equitable and democratic world order, based on international law, equality, mutual respect, cooperation, coordinated action and collective decision-making of all States. 3. We stress the central role played by the G-20 in combating the crisis through unprecedented levels of coordinated action. We welcome the fact that the G-20
xxiii
was confirmed as the premier forum for international economic coordination and cooperation of all its member states. Compared to previous arrangements, the G20 is broader, more inclusive, diverse, representative and effective. We call upon all its member states to undertake further efforts to implement jointly the decisions adopted at the three G-20 Summits. We advocate the need for the G-20 to be proactive and formulate a coherent strategy for the post-crisis period. We stand ready to make a joint contribution to this effort. 4. We express our strong commitment to multilateral diplomacy with the United Nations playing the central role in dealing with global challenges and threats. In this respect, we reaffirm the need for a comprehensive reform of the UN, with a view to making it more effective, efficient and representative, so that it can deal with today’s global challenges more effectively. We reiterate the importance we attach to the status of India and Brazil in international affairs, and understand and support their aspirations to play a greater role in the United Nations. 5. We believe the deepened and broadened dialogue and cooperation of the BRIC countries is conducive not only to serving common interests of emerging market economies and developing countries, but also to building a harmonious world of lasting peace and common prosperity. We have agreed upon steps to promote dialogue and cooperation among our countries in an incremental, proactive, pragmatic, open and transparent way. INTERNATIONAL ECONOMIC AND FINANCIAL ISSUES 6. The world economic situation has improved since our first meeting in June 2009, in Ekaterinburg. We welcome the resumption of economic growth, in which emerging market economies are playing a very important role. However, we recognize that the foundation of world economic recovery is not yet solid, with uncertainties remaining. We call upon all states to strengthen macroeconomic cooperation, jointly secure world economic recovery and achieve a strong, sustainable and balanced growth. We reiterate our determination to make positive efforts in maintaining domestic economic recovery and promoting development in our own countries and worldwide. 7. We underline the importance of maintaining relative stability of major reserve currencies and sustainability of fiscal policies in order to achieve a strong, longterm balanced economic growth. 8. We are convinced that emerging market economies and developing countries have the potential to play an even larger and active role as engines of economic growth and prosperity, while at the same time commit to work together with other countries towards reducing imbalances in global economic development and fostering social inclusion.
xxiv
9. G-20 members, with a significant contribution from BRIC countries, have greatly increased resources available to the IMF. We support the increase of capital, under the principle of fair burden-sharing, of the International Bank for Reconstruction and Development and of the International Finance Corporation, in addition to more robust, flexible and agile client-driven support for developing economies from multilateral development banks. 10. Despite promising positive signs, much remains to be done. We believe that the world needs today a reformed and more stable financial architecture that will make the global economy less prone and more resilient to future crises, and that there is a greater need for a more stable, predictable and diversified international monetary system. 11. We will strive to achieve an ambitious conclusion to the ongoing and long overdue reforms of the Bretton Woods institutions. The IMF and the World Bank urgently need to address their legitimacy deficits. Reforming these institutions’ governance structures requires first and foremost a substantial shift in voting power in favor of emerging market economies and developing countries to bring their participation in decision making in line with their relative weight in the world economy. We call for the voting power reform of the World Bank to be fulfilled in the upcoming Spring Meetings, and expect the quota reform of the IMF to be concluded by the G-20 Summit in November this year. We do also agree on the need for an open and merit based selection method, irrespective of nationality, for the heading positions of the IMF and the World Bank. Moreover, staff of these institutions needs to better reflect the diversity of their membership. There is a special need to increase participation of developing countries. The international community must deliver a result worthy of the expectations we all share for these institutions within the agreed timeframe or run the risk of seeing them fade into obsolescence. 12. In the interest of promoting international economic stability, we have asked our Finance Ministers and Central Bank Governors to look into regional monetary arrangements and discuss modalities of cooperation between our countries in this area. In order to facilitate trade and investment, we will study feasibilities of monetary cooperation, including local currency trade settlement arrangement between our countries. 13. Recent events have shattered the belief about the self-regulating nature of financial markets. Therefore, there is a pressing need to foster and strengthen cooperation regarding the regulation and supervision of all segments, institutions and instruments of financial markets. We remain committed to improve our own national regulations, to push for the reform of the international financial regulatory system and to work closely with international standard setting bodies, including the Financial Stability Board.
xxv
INTERNATIONAL TRADE 14. We stress the importance of the multilateral trading system, embodied in the World Trade Organization, for providing an open, stable, equitable and non discriminatory environment for international trade. In this connection, we commit ourselves and urge all states to resist all forms of trade protectionism and fight disguised restrictions on trade. We concur in the need for a comprehensive and balanced outcome of the Doha Round of multilateral trade talks, in a manner that fulfills its mandate as a “development round”, based on the progress already made, including with regard to modalities. We take note and strongly support Russia’s bid for accession to the WTO. DEVELOPMENT 15. We reiterate the importance of the UN Millennium Declaration and the need to achieve the Millennium Development Goals (MDGs). We underscore the importance of preventing a potential setback to the efforts of poor countries aimed at achieving MDGs due to the effects of the economic and financial crisis. We should also make sustained efforts to achieve the MDGs by 2015, including through technical cooperation and financial support to poor countries in implementation of development policies and social protection for their populations. We expect the UN MDG Summit, in September 2010, to promote the implementation of MDGs through policy recommendations. We stress that sustainable development models and paths of developing countries should be fully respected and necessary policy space of developing countries should be guaranteed. 16. The poorest countries have been the hardest hit by the economic and financial crisis. The commitments regarding the aid to the developing states, especially those related to the MDGs, should be fulfilled, and there should be no reduction in development assistance. An inclusive process of growth for the world economy is not only a matter of solidarity but also an issue of strategic importance for global political and economic stability. AGRICULTURE 17. We express our satisfaction with the Meeting of Ministers of Agriculture and Agrarian Development in Moscow, where they discussed ways of promoting quadripartite cooperation, with particular attention to family farming. We are convinced that this will contribute towards global food production and food security. We welcome their decision to create an agricultural information base system of the BRIC countries, to develop a strategy for ensuring access to food for vulnerable population, to reduce the negative impact of climate change on food security, and to enhance agriculture technology cooperation and innovation.
xxvi
FIGHT AGAINST POVERTY 18. We call upon the international community to make all the necessary efforts to fight poverty, social exclusion and inequality bearing in mind the special needs of developing countries, especially LDCs, small islands and African Countries. We support technical and financial cooperation as means to contribute to the achievement of sustainable social development, with social protection, full employment, and decent work policies and programmes, giving special attention to the most vulnerable groups, such as the poor, women, youth, migrants and persons with disabilities. ENERGY 19. We recognize that energy is an essential resource for improving the standard of living of our peoples and that access to energy is of paramount importance to economic growth with equity and social inclusion. We will aim to develop cleaner, more affordable and sustainable energy systems, to promote access to energy and energy efficient technologies and practices in all sectors. We will aim to diversify our energy mix by increasing, where appropriate, the contribution of renewable energy sources, and will encourage the cleaner, more efficient use of fossil fuels and other fuels. In this regard, we reiterate our support to the international cooperation in the field of energy efficiency. 20. We recognize the potential of new, emerging, and environmentally friendly technologies for diversifying energy mix and the creation of jobs. In this regard we will encourage, as appropriate, the sustainable development, production and use of biofuels. In accordance with national priorities, we will work together to facilitate the use of renewable energy, through international cooperation and the sharing of experiences on renewable energy, including biofuels technologies and policies. 21. We believe that BRIC member countries can cooperate in training, R&D, Consultancy services and technology transfer, in the energy sector. CLIMATE CHANGE 22. We acknowledge that climate change is a serious threat which requires strengthened global action. We commit ourselves to promote the 16th Conference of the Parties to the United Nations Framework Convention on Climate Change and the 6th Conference of the Parties serving as the Meeting of the Parties to the Kyoto Protocol, in Mexico, to achieve a comprehensive, balanced and binding result to strengthen the implementation of the Convention and the Protocol. We believe that the Convention and the Protocol provide the framework for international negotiations on climate change. The negotiations in Mexico should be more inclusive, transparent, and should result in outcomes that are fair and effective in addressing the challenge of climate change, while reflecting the
xxvii
principles of the Convention, especially the principle of equity and common but differentiated responsibilities. TERRORISM 23. We condemn terrorist acts in all forms and manifestations. We note that the fight against international terrorism must be undertaken with due respect to the UN Charter, existing international conventions and protocols, the UN General Assembly and Security Council resolutions relating to international terrorism, and that the prevention of terrorist acts is as important as the repression of terrorism and its financing. In this context, we urge early conclusion of negotiations in the UN General Assembly of the Comprehensive Convention on International Terrorism and its adoption by all Member States. 24. Brazil and China express their sympathy and solidarity with the people and Governments of Russia and India which suffered from recent barbaric terrorist attacks. Terrorism cannot be justified by any reason. ALLIANCE OF CIVILIZATIONS 25. We affirm the importance of encouraging the dialogue among civilizations, cultures, religions and peoples. In this respect, we support the “Alliance of Civilizations”, a United Nations’ initiative aimed at building bridges, mutual knowledge and understanding around the world. We praise the Brazilian decision to host, in Rio de Janeiro, in May 2010, the 3rd Global Forum and confirm our intention to be present at the event, in appropriate high level. HAITI 26. We reaffirm our solidarity towards the Haitian people, who have been struggling under dire circumstances since the earthquake of January 12th, and reiterate our commitment to gather efforts with the international community in order to help rebuilding the country, under the guidance of the Haitian government, and according to the priorities established by the Action Plan for National Recovery and Development of Haiti. COOPERATION 27. We welcome the following sectoral initiatives aimed at strengthening cooperation among our countries:
the first Meeting of Ministers of Agriculture and Agrarian Development; the Meetings of Ministers of Finance and Governors of Central Banks; the Meetings of High Representatives for Security Issues; the I Exchange Program for Magistrates and Judges, of BRIC countries, held in March 2010 in Brazil following the signature in 2009 of the Protocol of Intent among the BRIC countries’ Supreme Courts;
xxviii
the first Meeting of Development Banks; the first Meeting of the Heads of the National Statistical Institutions; the Conference of Competition Authorities; the first Meeting of Cooperatives; the first Business Forum; the Conference of think tanks. 28. We also endorse other important manifestations of our desire to deepen our relationship, such as: the joint publication by our respective national statistical institutions which is going to be released today; a feasibility study for developing a joint BRIC encyclopedia. 29. We reaffirm our commitment to advance cooperation among BRIC countries in science, culture and sports. 30. We express our confidence in the success of the 2010 World Expo in Shanghai, the 2010 Commonwealth Games in New Delhi, the 2013 World Student Games in Kazan, the 2014 Winter Olympic and Paralympic Games in Sochi, the FIFA 2014 World Cup in Brazil and the 2016 Olympic and Paralympic Games in Rio de Janeiro. 31. We reaffirm the efforts to strengthen our cooperation and assistance for reduction of natural disasters. Russia and India express their condolences and solidarity with the people and Governments of Brazil and China, for the lives lost in the mudslide in Rio de Janeiro, Brazil, and in the earthquake in Yushu, China. III BRIC SUMMIT 32. Brazil, Russia and India appreciate the offer of China to host the III BRIC Summit in 2011. 33. Russia, India and China express their profound gratitude to the Government and people of Brazil for hosting the II BRIC Summit. Brasilia July 4, 2010 Sumber: http://www.brics5.co.za/about-brics/summit-declaration/second-summit/
Lampiran 3
SANYA DECLARATION
1. We, the Heads of State and Government of the Federative Republic of Brazil, the Russian Federation, the Republic of India, the People’s Republic of China and the Republic of South Africa, met in Sanya, Hainan, China for the BRICS Leaders Meeting on 14 April 2011.
xxix
2. The Heads of State and Government of Brazil, Russia, India and China welcome South Africa joining the BRICS and look forward to strengthening dialogue and cooperation with South Africa within the forum. 3. It is the overarching objective and strong shared desire for peace, security, development and cooperation that brought together BRICS countries with a total population of nearly 3 billion from different continents. BRICS aims at contributing significantly to the development of humanity and establishing a more equitable and fair world. 4. The 21st century should be marked by peace, harmony, cooperation and scientific development. Under the theme “Broad Vision, Shared Prosperity”, we conducted candid and in-depth discussions and reached broad consensus on strengthening BRICS cooperation as well as on promoting coordination on international and regional issues of common interest. 5. We affirm that the BRICS and other emerging countries have played an important role in contributing to world peace, security and stability, boosting global economic growth, enhancing multilateralism and promoting greater democracy in international relations. 6. In the economic, financial and development fields, BRICS serves as a major platform for dialogue and cooperation. We are determined to continue strengthening the BRICS partnership for common development and advance BRICS cooperation in a gradual and pragmatic manner, reflecting the principles of openness, solidarity and mutual assistance. We reiterate that such cooperation is inclusive and non-confrontational. We are open to increasing engagement and cooperation with non-BRICS countries, in particular emerging and developing countries, and relevant international and regional organizations. 7. We share the view that the world is undergoing far-reaching, complex and profound changes, marked by the strengthening of multipolarity, economic globalization and increasing interdependence. While facing the evolving global environment and a multitude of global threats and challenges, the international community should join hands to strengthen cooperation for common development. Based on universally recognized norms of international law and in a spirit of mutual respect and collective decision making, global economic governance should be strengthened, democracy in international relations should be promoted, and the voice of emerging and developing countries in international affairs should be enhanced. 8. We express our strong commitment to multilateral diplomacy with the United Nations playing the central role in dealing with global challenges and threats. In this respect, we reaffirm the need for a comprehensive reform of the UN, including its Security Council, with a view to making it more effective, efficient and representative, so that it can deal with today’s global challenges more successfully. China and Russia reiterate the importance they attach to the status of
xxx
India, Brazil and South Africa in international affairs, and understand and support their aspiration to play a greater role in the UN. 9. We underscore that the concurrent presence of all five BRICS countries in the Security Council during the year of 2011 is a valuable opportunity to work closely together on issues of peace and security, to strengthen multilateral approaches and to facilitate future coordination on issues under UN Security Council consideration. We are deeply concerned with the turbulence in the Middle East , the North African and West African regions and sincerely wish that the countries affected achieve peace, stability, prosperity and progress and enjoy their due standing and dignity in the world according to legitimate aspirations of their peoples. We share the principle that the use of force should be avoided. We maintain that the independence, sovereignty, unity and territorial integrity of each nation should be respected. 10. We wish to continue our cooperation in the UN Security Council on Libya. We are of the view that all the parties should resolve their differences through peaceful means and dialogue in which the UN and regional organizations should as appropriate play their role. We also express support for the African Union High-Level Panel Initiative on Libya. 11. We reiterate our strong condemnation of terrorism in all its forms and manifestations and stress that there can be no justification, whatsoever, for any acts of terrorism. We believe that the United Nations has a central role in coordinating the international action against terrorism within the framework of the UN Charter and in accordance with principles and norms of the international law. In this context, we urge early conclusion of negotiations in the UN General Assembly of the Comprehensive Convention on International Terrorism and its adoption by all Member States. We are determined to strengthen our cooperation in countering this global threat. We express our commitment to cooperate for strengthening international information security. We will pay special attention to combat cybercrime. 12. We note that the world economy is gradually recovering from the financial crisis, but still faces uncertainties. Major economies should continue to enhance coordination of macro-economic policies and work together to achieve strong, sustainable and balanced growth. 13. We are committed to assure that the BRICS countries will continue to enjoy strong and sustained economic growth supported by our increased cooperation in economic, finance and trade matters, which will contribute to the long-term steady, sound and balanced growth of the world economy. 14. We support the Group of Twenty (G20) in playing a bigger role in global economic governance as the premier forum for international economic cooperation. We expect new positive outcomes in the fields of economy, finance, trade and development from the G20 Cannes Summit in 2011. We support the
xxxi
ongoing efforts of G20 members to stabilize international financial markets, achieve strong, sustainable and balanced growth and support the growth and development of the global economy. Russia offers to host the G20 Summit in 2013. Brazil, India, China and South Africa welcome and appreciate Russia’s offer. 15. We call for a quick achievement of the targets for the reform of the International Monetary Fund agreed to at previous G20 Summits and reiterate that the governing structure of the international financial institutions should reflect the changes in the world economy, increasing the voice and representation of emerging economies and developing countries. 16. Recognizing that the international financial crisis has exposed the inadequacies and deficiencies of the existing international monetary and financial system, we support the reform and improvement of the international monetary system, with a broad-based international reserve currency system providing stability and certainty. We welcome the current discussion about the role of the SDR in the existing international monetary system including the composition of SDR’s basket of currencies. We call for more attention to the risks of massive cross-border capital flows now faced by the emerging economies. We call for further international financial regulatory oversight and reform, strengthening policy coordination and financial regulation and supervision cooperation, and promoting the sound development of global financial markets and banking systems. 17. Excessive volatility in commodity prices, particularly those for food and energy, poses new risks for the ongoing recovery of the world economy. We support the international community in strengthening cooperation to ensure stability and strong development of physical market by reducing distortion and further regulate financial market. The international community should work together to increase production capacity, strengthen producer-consumer dialogue to balance supply and demand, and increase support to the developing countries in terms of funding and technologies. The regulation of the derivatives market for commodities should be accordingly strengthened to prevent activities capable of destabilizing markets. We also should address the problem of shortage of reliable and timely information on demand and supply at international, regional and national levels. The BRICS will carry out closer cooperation on food security. 18. We support the development and use of renewable energy resources. We recognize the important role of renewable energy as a means to address climate change. We are convinced of the importance of cooperation and information exchange in the field of development of renewable energy resources. 19. Nuclear energy will continue to be an important element in future energy mix of BRICS countries. International cooperation in the development of safe nuclear energy for peaceful purposes should proceed under conditions of strict observance
xxxii
of relevant safety standards and requirements concerning design, construction and operation of nuclear power plants. 20. Accelerating sustainable growth of developing countries is one of the major challenges for the world. We believe that growth and development are central to addressing poverty and to achieving the MDG goals. Eradication of extreme poverty and hunger is a moral, social, political and economic imperative of humankind and one of the greatest global challenges facing the world today, particularly in Least Developed Countries in Africa and elsewhere. 21. We call on the international community to actively implement the outcome document adopted by the High-level Plenary Meeting of the United Nations General Assembly on the Millennium Development Goals held in September 2010 and achieve the objectives of the MDGs by 2015 as scheduled. 22. Climate change is one of the global threats challenging the livelihood of communities and countries. China, Brazil, Russia and India appreciate and support South Africa’s hosting of UNFCCC COP17/CMP7. We support the Cancun Agreements and are ready to make concerted efforts with the rest of the international community to bring a successful conclusion to the negotiations at the Durban Conference applying the mandate of the Bali Roadmap and in line with the principle of equity and common but differentiated responsibilities. We commit ourselves to work towards a comprehensive, balanced and binding outcome to strengthen the implementation of the United Nations Framework Convention on Climate Change and its Kyoto Protocol. The BRICS will intensify cooperation on the Durban conference. We will enhance our practical cooperation in adapting our economy and society to climate change. 23. Sustainable development, as illustrated by the Rio Declaration on Environment and Development, Agenda 21, the Johannesburg Plan of Implementation and multilateral environmental treaties, should be an important vehicle to advance economic growth. China, Russia, India and South Africa appreciate Brazil as the host of the 2012 UN Conference on Sustainable Development and look forward to working with Brazil to reach new political commitment and achieve positive and practical results in areas of economic growth, social development and environmental protection under the framework of sustainable development. Brazil, Russia, China and South Africa appreciate and support India’s hosting of the eleventh meeting of the Conference of the Parties to the Convention on Biological Diversity. Brazil, China and South Africa also appreciate and support the sixth meeting of the Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to the Cartagena Protocol on Biosafety to be held in October 2012. 24. We underscore our firm commitment to strengthen dialogue and cooperation in the fields of social protection, decent work, gender equality, youth, and public health, including the fight against HIV /AIDS.
xxxiii
25. We support infrastructure development in Africa and its industrialization within framework of the New Partnership for Africa’s Development (NEPAD). 26. We have agreed to continue further expanding and deepening economic, trade and investment cooperation among our countries. We encourage all countries to refrain from resorting to protectionist measures. We welcome the outcomes of the meeting of BRICS Trade Ministers held in Sanya on 13 April 2011. Brazil, China, India and South Africa remain committed and call upon other members to support a strong, open, rule-based multilateral trading system embodied in the World Trade Organization and a successful, comprehensive and balanced conclusion of the Doha Development Round, built on the progress already made and consistent with its development mandate. Brazil, India, China and South Africa extend full support to an early accession of Russia to the World Trade Organization. 27. We reviewed the progress of the BRICS cooperation in various fields and share the view that such cooperation has been enriching and mutually beneficial and that there is a great scope for closer cooperation among the BRICS. We are focused on the consolidation of BRICS cooperation and the further development of its own agenda. We are determined to translate our political vision into concrete actions and endorse the attached Action Plan, which will serve as the foundation for future cooperation. We will review the implementation of the Action Plan during our next Leaders Meeting. 28. We intend to explore cooperation in the sphere of science, technology and innovation, including the peaceful use of space. We congratulate the Russian people and government upon the 50th anniversary of the flight of Yury Gagarin into the space, which ushered in a new era in development of science and technology. 29. We express our confidence in the success of the 2011 Universiade in Shenzhen, the 2013 Universiade in Kazan, the 2014 Youth Olympic Games in Nanjing, the 2014 Winter Olympic and Paralympics Games in Sochi, the FIFA 2014 World Cup in Brazil, the 2016 Olympic and Paralympics Games in Rio de Janeiro and the FIFA 2018 World Cup in Russia. 30. We extend our deepest condolences to the people of Japan with the great loss of life following the disasters that struck the country. We will continue our practical support to Japan in overcoming consequences of these catastrophes. 31. The leaders of Brazil, Russia, India and South Africa extend our warm appreciation to China for hosting the BRICS Leaders Meeting and the Hainan Provincial Government and Sanya Municipal Government and their people for their support to the Meeting. 32. Brazil, Russia, China and South Africa thank India for hosting the BRICS Leaders Meeting in 2012 and offer their full support.
xxxiv
Sanya April 14, 2011 Sumber: http://www.brics5.co.za/about-brics/summit-declaration/third-summit/
Lampiran 4
BRICS Summit: Delhi Declaration
Published March 29, 2012 Leaders of the BRICS countries (Brazil, the Russian Federation, India, China, and South Africa) made this declaration at the fourth BRICS Summit in New Delhi on March 29, 2012. 1. We, the leaders of the Federative Republic of Brazil, the Russian Federation, the Republic of India, the People's Republic of China and the Republic of South Africa, met in New Delhi, India, on 29 March 2012 at the Fourth BRICS Summit. Our discussions, under the overarching theme, "BRICS Partnership for Global Stability, Security and Prosperity", were conducted in an atmosphere of cordiality and warmth and inspired by a shared desire to further strengthen our partnership for common development and take our cooperation forward on the basis of openness, solidarity, mutual understanding and trust. 2. We met against the backdrop of developments and changes of contemporary global and regional importance - a faltering global recovery made more complex by the situation in the euro zone; concerns of sustainable development and climate change which take on greater relevance as we approach the UN Conference on Sustainable Development (Rio+20) and the Conference of Parties to the Convention on Biological Diversity being hosted in Brazil and India respectively later this year; the upcoming G20 Summit in Mexico and the recent 8th WTO Ministerial Conference in Geneva; and the developing political scenario in the Middle East and North Africa that we view with increasing concern. Our deliberations today reflected our consensus to remain engaged with the world community as we address these challenges to global well-being and stability in a responsible and constructive manner. 3. BRICS is a platform for dialogue and cooperation amongst countries that represent 43% of the world's population, for the promotion of peace, security and development in a multi-polar, inter-dependent and increasingly complex, globalizing world. Coming, as we do, from Asia, Africa, Europe and Latin America, the transcontinental dimension of our interaction adds to its value and significance. 4. We envision a future marked by global peace, economic and social progress and enlightened scientific temper. We stand ready to work with others, developed and developing countries together, on the basis of universally recognized norms of international law and multilateral decision making, to deal with the challenges and
xxxv
the opportunities before the world today. Strengthened representation of emerging and developing countries in the institutions of global governance will enhance their effectiveness in achieving this objective. 5. We are concerned over the current global economic situation. While the BRICS recovered relatively quickly from the global crisis, growth prospects worldwide have again got dampened by market instability especially in the euro zone. The build-up of sovereign debt and concerns over medium to long-term fiscal adjustment in advanced countries are creating an uncertain environment for global growth. Further, excessive liquidity from the aggressive policy actions taken by central banks to stabilize their domestic economies have been spilling over into emerging market economies, fostering excessive volatility in capital flows and commodity prices. The immediate priority at hand is to restore market confidence and get global growth back on track. We will work with the international community to ensure international policy coordination to maintain macroeconomic stability conducive to the healthy recovery of the global economy. 6. We believe that it is critical for advanced economies to adopt responsible macroeconomic and financial policies, avoid creating excessive global liquidity and undertake structural reforms to lift growth that create jobs. We draw attention to the risks of large and volatile cross-border capital flows being faced by the emerging economies. We call for further international financial regulatory oversight and reform, strengthening policy coordination and financial regulation and supervision cooperation, and promoting the sound development of global financial markets and banking systems. 7. In this context, we believe that the primary role of the G20 as premier forum for international economic cooperation at this juncture is to facilitate enhanced macroeconomic policy coordination, to enable global economic recovery and secure financial stability, including through an improved international monetary and financial architecture. We approach the next G20 Summit in Mexico with a commitment to work with the Presidency, all members and the international community to achieve positive results, consistent with national policy frameworks, to ensure strong, sustainable and balanced growth. 8. We recognize the importance of the global financial architecture in maintaining the stability and integrity of the global monetary and financial system. We therefore call for a more representative international financial architecture, with an increase in the voice and representation of developing countries and the establishment and improvement of a just international monetary system that can serve the interests of all countries and support the development of emerging and developing economies. Moreover, these economies having experienced broadbased growth are now significant contributors to global recovery. 9. We are however concerned at the slow pace of quota and governance reforms in the IMF. We see an urgent need to implement, as agreed, the 2010 Governance xxxvi
and Quota Reform before the 2012 IMF/World Bank Annual Meeting, as well as the comprehensive review of the quota formula to better reflect economic weights and enhance the voice and representation of emerging market and developing countries by January 2013, followed by the completion of the next general quota review by January 2014. This dynamic process of reform is necessary to ensure the legitimacy and effectiveness of the Fund. We stress that the ongoing effort to increase the lending capacity of the IMF will only be successful if there is confidence that the entire membership of the institution is truly committed to implement the 2010 Reform faithfully. We will work with the international community to ensure that sufficient resources can be mobilized to the IMF in a timely manner as the Fund continues its transition to improve governance and legitimacy. We reiterate our support for measures to protect the voice and representation of the IMF's poorest members. 10. We call upon the IMF to make its surveillance framework more integrated and even-handed, noting that IMF proposals for a new integrated decision on surveillance would be considered before the IMF Spring Meeting. 11. In the current global economic environment, we recognise that there is a pressing need for enhancing the flow of development finance to emerging and developing countries. We therefore call upon the World Bank to give greater priority to mobilising resources and meeting the needs of development finance while reducing lending costs and adopting innovative lending tools. 12. We welcome the candidatures from developing world for the position of the President of the World Bank. We reiterate that the Heads of IMF and World Bank be selected through an open and merit-based process. Furthermore, the new World Bank leadership must commit to transform the Bank into a multilateral institution that truly reflects the vision of all its members, including the governance structure that reflects current economic and political reality. Moreover, the nature of the Bank must shift from an institution that essentially mediates North-South cooperation to an institution that promotes equal partnership with all countries as a way to deal with development issues and to overcome an outdated donorrecipient dichotomy. 13. We have considered the possibility of setting up a new Development Bank for mobilizing resources for infrastructure and sustainable development projects in BRICS and other emerging economies and developing countries, to supplement the existing efforts of multilateral and regional financial institutions for global growth and development. We direct our Finance Ministers to examine the feasibility and viability of such an initiative, set up a joint working group for further study, and report back to us by the next Summit. 14. Brazil, India, China and South Africa look forward to the Russian Presidency of G20 in 2013 and extend their cooperation.
xxxvii
15. Brazil, India, China and South Africa congratulate the Russian Federation on its accession to the WTO. This makes the WTO more representative and strengthens the rule-based multilateral trading system. We commit to working together to safeguard this system and urge other countries to resist all forms of trade protectionism and disguised restrictions on trade. 16. We will continue our efforts for the successful conclusion of the Doha Round, based on the progress made and in keeping with its mandate. Towards this end, we will explore outcomes in specific areas where progress is possible while preserving the centrality of development and within the overall framework of the single undertaking. We do not support plurilateral initiatives that go against the fundamental principles of transparency, inclusiveness and multilateralism. We believe that such initiatives not only distract members from striving for a collective outcome but also fail to address the development deficit inherited from previous negotiating rounds. Once the ratification process is completed, Russia intends to participate in an active and constructive manner for a balanced outcome of the Doha Round that will help strengthen and develop the multilateral trade system. 17. Considering UNCTAD to be the focal point in the UN system for the treatment of trade and development issues, we intend to invest in improving its traditional activities of consensus-building, technical cooperation and research on issues of economic development and trade. We reiterate our willingness to actively contribute to the achievement of a successful UNCTAD XIII, in April 2012. 18. We agree to build upon our synergies and to work together to intensify trade and investment flows among our countries to advance our respective industrial development and employment objectives.We welcome the outcomes of the second Meeting of BRICS Trade Ministers held in New Delhi on 28 March 2012. We support the regular consultations amongst our Trade Ministers and consider taking suitable measures to facilitate further consolidation of our trade and economic ties. We welcome the conclusion of the Master Agreement on Extending Credit Facility in Local Currency under BRICS Interbank Cooperation Mechanism and the Multilateral Letter of Credit Confirmation Facility Agreement between our EXIM/Development Banks. We believe that these Agreements will serve as useful enabling instruments for enhancing intra-BRICS trade in coming years. 19. We recognize the vital importance that stability, peace and security of the Middle East and North Africa holds for all of us, for the international community, and above all for the countries and their citizens themselves whose lives have been affected by the turbulence that has erupted in the region. We wish to see these countries living in peace and regain stability and prosperity as respected members of the global community. 20. We agree that the period of transformation taking place in the Middle East and North Africa should not be used as a pretext to delay resolution of lasting conflicts xxxviii
but rather it should serve as an incentive to settle them, in particular the ArabIsraeli conflict. Resolution of this and other long-standing regional issues would generally improve the situation in the Middle East and North Africa. Thus we confirm our commitment to achieving comprehensive, just and lasting settlement of the Arab-Israeli conflict on the basis of the universally recognized international legal framework including the relevant UN resolutions, the Madrid principles and the Arab Peace Initiative. We encourage the Quartet to intensify its efforts and call for greater involvement of the UN Security Council in search for a resolution of the Israeli-Palestinian conflict. We also underscore the importance of direct negotiations between the parties to reach final settlement. We call upon Palestinians and Israelis to take constructive measures, rebuild mutual trust and create the right conditions for restarting negotiations, while avoiding unilateral steps, in particular settlement activity in the Occupied Palestinian Territories. 21. We express our deep concern at the current situation in Syria and call for an immediate end to all violence and violations of human rights in that country. Global interests would best be served by dealing with the crisis through peaceful means that encourage broad national dialogues that reflect the legitimate aspirations of all sections of Syrian society and respect Syrian independence, territorial integrity and sovereignty. Our objective is to facilitate a Syrian-led inclusive political process, and we welcome the joint efforts of the United Nations and the Arab League to this end. We encourage the Syrian government and all sections of Syrian society to demonstrate the political will to initiate such a process, which alone can create a new environment for peace. We welcome the appointment of Mr. Kofi Annan as the Joint Special Envoy on the Syrian crisis and the progress made so far, and support him in continuing to play a constructive role in bringing about the political resolution of the crisis. 22. The situation concerning Iran cannot be allowed to escalate into conflict, the disastrous consequences of which will be in no one's interest. Iran has a crucial role to play for the peaceful development and prosperity of a region of high political and economic relevance, and we look to it to play its part as a responsible member of the global community. We are concerned about the situation that is emerging around Iran's nuclear issue. We recognize Iran's right to peaceful uses of nuclear energy consistent with its international obligations, and support resolution of the issues involved through political and diplomatic means and dialogue between the parties concerned, including between the IAEA and Iran and in accordance with the provisions of the relevant UN Security Council Resolutions. 23. Afghanistan needs time, development assistance and cooperation, preferential access to world markets, foreign investment and a clear end-state strategy to attain lasting peace and stability. We support the global community's commitment to Afghanistan, enunciated at the Bonn International Conference in December 2011, to remain engaged over the transformation decade from 2015-2024. We affirm our commitment to support Afghanistan's emergence as a peaceful, stable and democratic state, free of terrorism and extremism, and underscore the need for
xxxix
more effective regional and international cooperation for the stabilisation of Afghanistan, including by combating terrorism. 24. We extend support to the efforts aimed at combating illicit traffic in opiates originating in Afghanistan within the framework of the Paris Pact. 25. We reiterate that there can be no justification, whatsoever, for any act of terrorism in any form or manifestation. We reaffirm our determination to strengthen cooperation in countering this menace and believe that the United Nations has a central role in coordinating international action against terrorism, within the framework of the UN Charter and in accordance with principles and norms of international law. We emphasize the need for an early finalization of the draft of the Comprehensive Convention on International Terrorism in the UN General Assembly and its adoption by all Member States to provide a comprehensive legal framework to address this global scourge. 26. We express our strong commitment to multilateral diplomacy with the United Nations playing a central role in dealing with global challenges and threats. In this regard, we reaffirm the need for a comprehensive reform of the UN, including its Security Council, with a view to making it more effective, efficient and representative so that it can deal with today's global challenges more successfully. China and Russia reiterate the importance they attach to the status of Brazil, India and South Africa in international affairs and support their aspiration to play a greater role in the UN. 27. We recall our close coordination in the Security Council during the year 2011, and underscore our commitment to work together in the UN to continue our cooperation and strengthen multilateral approaches on issues pertaining to global peace and security in the years to come. 28. Accelerating growth and sustainable development, along with food, and energy security, are amongst the most important challenges facing the world today, and central to addressing economic development, eradicating poverty, combating hunger and malnutrition in many developing countries. Creating jobs needed to improve people's living standards worldwide is critical. Sustainable development is also a key element of our agenda for global recovery and investment for future growth. We owe this responsibility to our future generations. 29. We congratulate South Africa on the successful hosting of the 17th Conference of Parties to the United Nations Framework Convention on Climate Change and the 7th Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties to the Kyoto Protocol (COP17/CMP7) in December 2011. We welcome the significant outcomes of the Conference and are ready to work with the international community to implement its decisions in accordance with the principles of equity and common but differentiated responsibilities and respective capabilities.
xl
30. We are fully committed to playing our part in the global fight against climate change and will contribute to the global effort in dealing with climate change issues through sustainable and inclusive growth and not by capping development. We emphasize that developed country Parties to the UNFCCC shall provide enhanced financial, technology and capacity building support for the preparation and implementation of nationally appropriate mitigation actions of developing countries. 31. We believe that the UN Conference on Sustainable Development (Rio+20) is a unique opportunity for the international community to renew its high-level political commitment to supporting the overarching sustainable development framework encompassing inclusive economic growth and development, social progress and environment protection in accordance with the principles and provisions of the Rio Declaration on Environment and Development, including the principle of common but differentiated responsibilities, Agenda 21 and the Johannesburg Plan of Implementation. 32. We consider that sustainable development should be the main paradigm in environmental issues, as well as for economic and social strategies. We acknowledge the relevance and focus of the main themes for the Conference namely, Green Economy in the context of Sustainable Development and Poverty Eradication (GESDPE) as well as Institutional Framework for Sustainable Development (IFSD). 33. China, Russia, India and South Africa look forward to working with Brazil as the host of this important Conference in June, for a successful and practical outcome. Brazil, Russia, China and South Africa also pledge their support to working with India as it hosts the 11th meeting of the Conference of Parties to the Convention on Biological Diversity in October 2012 and look forward to a positive outcome. We will continue our efforts for the implementation of the Convention and its Protocols, with special attention to the Nagoya Protocol on Access to Genetic Resources and the Fair and Equitable Sharing of Benefits Arising from their Utilization, Biodiversity Strategic Plan 2011-2020 and the Resource Mobilization Strategy. 34. We affirm that the concept of a 'green economy', still to be defined at Rio+20, must be understood in the larger framework of sustainable development and poverty eradication and is a means to achieve these fundamental and overriding priorities, not an end in itself. National authorities must be given the flexibility and policy space to make their own choices out of a broad menu of options and define their paths towards sustainable development based on the country's stage of development, national strategies, circumstances and priorities. We resist the introduction of trade and investment barriers in any form on the grounds of developing green economy. 35. The Millennium Development Goals remain a fundamental milestone in the development agenda. To enable developing countries to obtain maximal results in xli
attaining their Millennium Development Goals by the agreed time-line of 2015, we must ensure that growth in these countries is not affected. Any slowdown would have serious consequences for the world economy. Attainment of the MDGs is fundamental to ensuring inclusive, equitable and sustainable global growth and would require continued focus on these goals even beyond 2015, entailing enhanced financing support. 36. We attach the highest importance to economic growth that supports development and stability in Africa, as many of these countries have not yet realised their full economic potential. We will take our cooperation forward to support their efforts to accelerate the diversification and modernisation of their economies. This will be through infrastructure development, knowledge exchange and support for increased access to technology, enhanced capacity building, and investment in human capital, including within the framework of the New Partnership for Africa's Development (NEPAD). 37. We express our commitment to the alleviation of the humanitarian crisis that still affects millions of people in the Horn of Africa and support international efforts to this end. 38. Excessive volatility in commodity prices, particularly those for food and energy, poses additional risks for the recovery of the world economy. Improved regulation of the derivatives market for commodities is essential to avoid destabilizing impacts on food and energy supplies. We believe that increased energy production capacities and strengthened producer-consumer dialogue are important initiatives that would help in arresting such price volatility. 39. Energy based on fossil fuels will continue to dominate the energy mix for the foreseeable future. We will expand sourcing of clean and renewable energy, and use of energy efficient and alternative technologies, to meet the increasing demand of our economies and our people, and respond to climate concerns as well. In this context, we emphasise that international cooperation in the development of safe nuclear energy for peaceful purposes should proceed under conditions of strict observance of relevant safety standards and requirements concerning design, construction and operation of nuclear power plants. We stress IAEA's essential role in the joint efforts of the international community towards enhancing nuclear safety standards with a view to increasing public confidence in nuclear energy as a clean, affordable, safe and secure source of energy, vital to meeting global energy demands. 40. We have taken note of the substantive efforts made in taking intra-BRICS cooperation forward in a number of sectors so far. We are convinced that there is a storehouse of knowledge, know-how, capacities and best practices available in our countries that we can share and on which we can build meaningful cooperation for the benefit of our peoples. We have endorsed an Action Plan for the coming year with this objective.
xlii
41. We appreciate the outcomes of the Second Meeting of BRICS Ministers of Agriculture and Agrarian Development at Chengdu, China in October 2011. We direct our Ministers to take this process forward with particular focus on the potential of cooperation amongst the BRICS to contribute effectively to global food security and nutrition through improved agriculture production and productivity, transparency in markets and reducing excessive volatility in commodity prices, thereby making a difference in the quality of lives of the people particularly in the developing world. 42. Most of BRICS countries face a number of similar public health challenges, including universal access to health services, access to health technologies, including medicines, increasing costs and the growing burden of both communicable and non-communicable diseases. We direct that the BRICS Health Ministers meetings, of which the first was held in Beijing in July 2011, should henceforth be institutionalized in order to address these common challenges in the most cost-effective, equitable and sustainable manner. 43. We have taken note of the meeting of S&T Senior Officials in Dalian, China in September 2011, and, in particular, the growing capacities for research and development and innovation in our countries. We encourage this process both in priority areas of food, pharma, health and energy as well as basic research in the emerging inter-disciplinary fields of nanotechnology, biotechnology, advanced materials science, etc. We encourage flow of knowledge amongst our research institutions through joint projects, workshops and exchanges of young scientists. 44. The challenges of rapid urbanization, faced by all developing societies including our own, are multi-dimensional in nature covering a diversity of interlinked issues. We direct our respective authorities to coordinate efforts and learn from best practices and technologies available that can make a meaningful difference to our societies. We note with appreciation the first meeting of BRICS Friendship Cities held in Sanya in December 2011 and will take this process forward with an Urbanization and Urban Infrastructure Forum along with the Second BRICS Friendship Cities and Local Governments Cooperation Forum. 45. Given our growing needs for renewable energy resources as well as on energy efficient and environmentally friendly technologies, and our complementary strengths in these areas, we agree to exchange knowledge, know-how, technology and best practices in these areas. 46. It gives us pleasure to release the first ever BRICS Report, coordinated by India, with its special focus on the synergies and complementarities in our economies. We welcome the outcomes of the cooperation among the National Statistical Institutions of BRICS and take note that the updated edition of the BRICS Statistical Publication, released today, serves as a useful reference on BRICS countries.
xliii
47. We express our satisfaction at the convening of the III BRICS Business Forum and the II Financial Forum and acknowledge their role in stimulating trade relations among our countries. In this context, we welcome the setting up of BRICS Exchange Alliance, a joint initiative by related BRICS securities exchanges. 48. We encourage expanding the channels of communication, exchanges and people-to-people contact amongst the BRICS, including in the areas of youth, education, culture, tourism and sports. 49. Brazil, Russia, China and South Africa extend their warm appreciation and sincere gratitude to the Government and the people of India for hosting the Fourth BRICS Summit in New Delhi. 50. Brazil, Russia, India and China thank South Africa for its offer to host the Fifth BRICS Summit in 2013 and pledge their full support. Delhi Action Plan 1. Meeting of BRICS Foreign Ministers on sidelines of UNGA. 2. Meetings of Finance Ministers and Central Bank Governors on sidelines of G20 meetings/other multilateral (WB/IMF) meetings. 3. Meeting of financial and fiscal authorities on the sidelines of WB/IMF meetings as well as stand-alone meetings, as required. 4. Meetings of BRICS Trade Ministers on the margins of multilateral events, or stand-alone meetings, as required. 5. The Third Meeting of BRICS Ministers of Agriculture, preceded by a preparatory meeting of experts on agro-products and food security issues and the second Meeting of Agriculture Expert Working Group. 6. Meeting of BRICS High Representatives responsible for national security. 7. The Second BRICS Senior Officials' Meeting on S&T. 8. The First meeting of the BRICS Urbanisation Forum and the second BRICS Friendship Cities and Local Governments Cooperation Forum in 2012 in India. 9. The Second Meeting of BRICS Health Ministers. 10. Mid-term meeting of Sous-Sherpas and Sherpas. 11. Mid-term meeting of CGETI (Contact Group on Economic and Trade Issues). 12. The Third Meeting of BRICS Competition Authorities in 2013. 13. Meeting of experts on a new Development Bank. 14. Meeting of financial authorities to follow up on the findings of the BRICS Report. 15. Consultations amongst BRICS Permanent Missions in New York, Vienna and Geneva, as required. 16. Consultative meeting of BRICS Senior Officials on the margins of relevant environment and climate related international fora, as necessary. 17. New Areas of Cooperation to explore: (i) Multilateral energy cooperation within BRICS framework. (ii) A general academic evaluation and future long-term strategy for BRICS. xliv
(iii) BRICS Youth Policy Dialogue. (iv) Cooperation in Population related issues. New Delhi March 29, 2012 Sumber: http://www.brics5.co.za/about-brics/summit-declaration/fourth-summit/
Lampiran 5
Fifth BRICS Summit
BRICS and Africa: Partnership for Development, Integration and Industrialisation eThekwini Declaration 1. We, the leaders of the Federative Republic of Brazil, the Russian Federation, the Republic of India, the People’s Republic of China and the Republic of South Africa, met in Durban, South Africa, on 27 March 2013 at the Fifth BRICS Summit. Our discussions took place under the overarching theme, “BRICS and Africa: Partnership for Development, Integration and Industrialisation”. The Fifth BRICS Summit concluded the first cycle of BRICS Summits and we reaffirmed our commitment to the promotion of international law, multilateralism and the central role of the United Nations (UN). Our discussions reflected our growing intra-BRICS solidarity as well as our shared goal to contribute positively to global peace, stability, development and cooperation. We also considered our role in the international system as based on an inclusive approach of shared solidarity and cooperation towards all nations and peoples. 2. We met at a time which requires that we consider issues of mutual interest and systemic importance in order to share concerns and to develop lasting solutions. We aim at progressively developing BRICS into a full-fledged mechanism of current and long-term coordination on a wide range of key issues of the world economy and politics. The prevailing global governance architecture is regulated by institutions which were conceived in circumstances when the international landscape in all its aspects was characterised by very different challenges and opportunities. As the global economy is being reshaped, we are committed to exploring new models and approaches towards more equitable development and inclusive global growth by emphasising complementarities and building on our respective economic strengths. 3. We are open to increasing our engagement and cooperation with non-BRICS countries, in particular Emerging Market and Developing Countries (EMDCs), and relevant international and regional organisations, as envisioned in the Sanya Declaration. We will hold a Retreat together with African leaders after this Summit, under the theme, “Unlocking Africa’s potential: BRICS and Africa Cooperation on Infrastructure”. The Retreat is an opportunity for BRICS and
xlv
African leaders to discuss how to strengthen cooperation between the BRICS countries and the African Continent. 4. Recognising the importance of regional integration for Africa’s sustainable growth, development and poverty eradication, we reaffirm our support for the Continent’s integration processes. 5. Within the framework of the New Partnership for Africa’s Development (NEPAD), we support African countries in their industrialisation process through stimulating foreign direct investment, knowledge exchange, capacity-building and diversification of imports from Africa. We acknowledge that infrastructure development in Africa is important and recognise the strides made by the African Union to identify and address the continent’s infrastructure challenges through the development of the Programme for Infrastructure Development in Africa (PIDA), the AU NEPAD Africa Action Plan (2010-2015), the NEPAD Presidential Infrastructure Championing Initiative (PICI), as well as the Regional Infrastructure Development Master Plans that have identified priority infrastructure development projects that are critical to promoting regional integration and industrialisation. We will seek to stimulate infrastructure investment on the basis of mutual benefit to support industrial development, jobcreation, skills development, food and nutrition security and poverty eradication and sustainable development in Africa. We therefore, reaffirm our support for sustainable infrastructure development in Africa. 6. We note policy actions in Europe, the US and Japan aimed at reducing tail-risks in the world economy. Some of these actions produce negative spillover effects on other economies of the world. Significant risks remain and the performance of the global economy still falls behind our expectations. As a result, uncertainty about strength and durability of the recovery and the direction of policy in some major economies remains high. In some key countries unemployment stays unusually elevated, while high levels of private and public indebtedness inhibit growth. In such circumstances, we reaffirm our strong commitment to support growth and foster financial stability. We also underscore the need for appropriate action to be taken by advanced economies in order to rebuild confidence, foster growth and secure a strong recovery. 7. Central Banks in advanced economies have responded with unconventional monetary policy actions which have increased global liquidity. While this may be consistent with domestic monetary policy mandates, major Central Banks should avoid the unintended consequences of these actions in the form of increased volatility of capital flows, currencies and commodity prices, which may have negative growth effects on other economies, in particular developing countries. 8. We welcome the core objectives of the Russian Presidency in the G20 in 2013, in particular the efforts to increased financing for investment and ensure public debt sustainability aimed at ensuring strong, sustainable, inclusive and balanced growth and job creation around the world. We will also continue to prioritise the xlvi
G20 development agenda as a vital element of global economic stability and longterm sustainable growth and job creation. 9. Developing countries face challenges of infrastructure development due to insufficient long-term financing and foreign direct investment, especially investment in capital stock. This constrains global aggregate demand. BRICS cooperation towards more productive use of global financial resources can make a positive contribution to addressing this problem. In March 2012 we directed our Finance Ministers to examine the feasibility and viability of setting up a New Development Bank for mobilising resources for infrastructure and sustainable development projects in BRICS and other emerging economies and developing countries, to supplement the existing efforts of multilateral and regional financial institutions for global growth and development. Following the report from our Finance Ministers, we are satisfied that the establishment of a New Development Bank is feasible and viable. We have agreed to establish the New Development Bank. The initial contribution to the Bank should be substantial and sufficient for the Bank to be effective in financing infrastructure. 10. In June 2012, in our meeting in Los Cabos, we tasked our Finance Ministers and Central Bank Governors to explore the construction of a financial safety net through the creation of a Contingent Reserve Arrangement (CRA) amongst BRICS countries. They have concluded that the establishment of a self-managed contingent reserve arrangement would have a positive precautionary effect, help BRICS countries forestall short-term liquidity pressures, provide mutual support and further strengthen financial stability. It would also contribute to strengthening the global financial safety net and complement existing international arrangements as an additional line of defence. We are of the view that the establishment of the CRA with an initial size of US$ 100 billion is feasible and desirable subject to internal legal frameworks and appropriate safeguards. We direct our Finance Ministers and Central Bank Governors to continue working towards its establishment. 11. We are grateful to our Finance Ministers and Central Bank Governors for the work undertaken on the New Development Bank and the Contingent Reserve Arrangement and direct them to negotiate and conclude the agreements which will establish them. We will review progress made in these two initiatives at our next meeting in September 2013. 12. We welcome the conclusion between our Export-Import Banks (EXIM) and Development Banks, of both the “Multilateral Agreement on Cooperation and Cofinancing for Sustainable Development” and, given the steep growth trajectory of the African continent and the significant infrastructure funding requirements directly emanating from this growth path, the “Multilateral Agreement on Infrastructure Co-Financing for Africa”. 13. We call for the reform of International Financial Institutions to make them more representative and to reflect the growing weight of BRICS and other developing countries. We remain concerned with the slow pace of the reform of xlvii
the IMF. We see an urgent need to implement, as agreed, the 2010 International Monetary Fund (IMF) Governance and Quota Reform. We urge all members to take all necessary steps to achieve an agreement on the quota formula and complete the next general quota review by January 2014. The reform of the IMF should strengthen the voice and representation of the poorest members of the IMF, including Sub-Saharan Africa. All options should be explored, with an open mind, to achieve this. We support the reform and improvement of the international monetary system, with a broad-based international reserve currency system providing stability and certainty. We welcome the discussion about the role of the SDR in the existing international monetary system including the composition of SDR’s basket of currencies. We support the IMF to make its surveillance framework more integrated and even-handed. The leadership selection of IFIs should be through an open, transparent and merit-based process and truly open to candidates from the emerging market economies and developing countries. 14. We emphasise the importance of ensuring steady, adequate and predictable access to long term finance for developing countries from a variety of sources. We would like to see concerted global effort towards infrastructure financing and investment through the instrumentality of adequately resourced Multilateral Development Banks (MDBs) and Regional Development Banks (RDBs). We urge all parties to work towards an ambitious International Development Association(IDA)17 replenishment. 15. We reaffirm our support for an open, transparent and rules-based multilateral trading system. We will continue in our efforts for the successful conclusion of the Doha Round, based on the progress made and in keeping with its mandate, while upholding the principles of transparency, inclusiveness and multilateralism. We are committed to ensure that new proposals and approaches to the Doha Round negotiations will reinforce the core principles and the developmental mandate of the Doha Round. We look forward to significant and meaningful deliverables that are balanced and address key development concerns of the poorest and most vulnerable WTO members, at the ninth Ministerial Conference of the WTO in Bali. 16. We note that the process is underway for the selection of a new WTO Director-General in 2013. We concur that the WTO requires a new leader who demonstrates a commitment to multilateralism and to enhancing the effectiveness of the WTO including through a commitment to support efforts that will lead to an expeditious conclusion of the DDA. We consider that the next Director-General of the WTO should be a representative of a developing country. 17. We reaffirm the United Nations Conference on Trade and Development’s (UNCTAD) mandate as the focal point in the UN system dedicated to consider the interrelated issues of trade, investment, finance and technology from a development perspective. UNCTAD’s mandate and work are unique and necessary to deal with the challenges of development and growth in the increasingly interdependent global economy. We also reaffirm the importance of xlviii
strengthening UNCTAD’s capacity to deliver on its programmes of consensus building, policy dialogue, research, technical cooperation and capacity building, so that it is better equipped to deliver on its development mandate. 18. We acknowledge the important role that State Owned Companies (SOCs) play in the economy and encourage our SOCs to explore ways of cooperation, exchange of information and best practices. 19. We recognise the fundamental role played by Small and Medium-Sized Enterprises (SMEs) in the economies of our countries. SMEs are major creators of jobs and wealth. In this regard, we will explore opportunities for cooperating in the field of SMEs and recognise the need for promoting dialogue among the respective Ministries and Agencies in charge of the theme, particularly with a view to promoting their international exchange and cooperation and fostering innovation, research and development. 20. We reiterate our strong commitment to the United Nations (UN) as the foremost multilateral forum entrusted with bringing about hope, peace, order and sustainable development to the world. The UN enjoys universal membership and is at the centre of global governance and multilateralism. In this regard, we reaffirm the need for a comprehensive reform of the UN, including its Security Council, with a view to making it more representative, effective and efficient, so that it can be more responsive to global challenges. In this regard, China and Russia reiterate the importance they attach to the status of Brazil, India and South Africa in international affairs and support their aspiration to play a greater role in the UN. 21. We underscore our commitment to work together in the UN to continue our cooperation and strengthen multilateral approaches in international relations based on the rule of law and anchored in the Charter of the United Nations. 22. We are committed to building a harmonious world of lasting peace and common prosperity and reaffirm that the 21st century should be marked by peace, security, development, and cooperation. It is the overarching objective and strong shared desire for peace, security, development and cooperation that brought together BRICS countries. 23. We welcome the twentieth Anniversary of the World Conference on Human Rights and of the Vienna Declaration and Programme of Action and agree to explore cooperation in the field of human rights. 24. We commend the efforts of the international community and acknowledge the central role of the African Union (AU) and its Peace and Security Council in conflict resolution in Africa. We call upon the UNSC to enhance cooperation with the African Union, and its Peace and Security Council, pursuant to UNSC resolutions in this regard. We express our deep concern with instability stretching from North Africa, in particular the Sahel, and the Gulf of Guinea. We also
xlix
remain concerned about reports of deterioration in humanitarian conditions in some countries. 25. We welcome the appointment of the new Chairperson of the AU Commission as an affirmation of the leadership of women. 26. We express our deep concern with the deterioration of the security and humanitarian situation in Syria and condemn the increasing violations of human rights and of international humanitarian law as a result of continued violence. We believe that the Joint Communiqué of the Geneva Action Group provides a basis for resolution of the Syrian crisis and reaffirm our opposition to any further militarization of the conflict. A Syrian-led political process leading to a transition can be achieved only through broad national dialogue that meets the legitimate aspirations of all sections of Syrian society and respect for Syrian independence, territorial integrity and sovereignty as expressed by the Geneva Joint Communiqué and appropriate UNSC resolutions. We support the efforts of the UN-League of Arab States Joint Special Representative. In view of the deterioration of the humanitarian situation in Syria, we call upon all parties to allow and facilitate immediate, safe, full and unimpeded access to humanitarian organisations to all in need of assistance. We urge all parties to ensure the safety of humanitarian workers. 27. We welcome the admission of Palestine as an Observer State to the United Nations. We are concerned at the lack of progress in the Middle East Peace Process and call on the international community to assist both Israel and Palestine to work towards a two-state solution with a contiguous and economically viable Palestinian state, existing side by side in peace with Israel, within internationally recognized borders, based on those existing on 4 June 1967, with East Jerusalem as its capital. We are deeply concerned about the construction of Israeli settlements in the Occupied Palestinian Territories, which is a violation of international law and harmful to the peace process. In recalling the primary responsibility of the UNSC in maintaining international peace and security, we note the importance that the Quartet reports regularly to the Council about its efforts, which should contribute to concrete progress. 28. We believe there is no alternative to a negotiated solution to the Iranian nuclear issue. We recognise Iran´s right to peaceful uses of nuclear energy consistent with its international obligations, and support resolution of the issues involved through political and diplomatic means and dialogue, including between the International Atomic Energy Agency (IAEA) and Iran and in accordance with the provisions of the relevant UN Security Council Resolutions and consistent with Iran’s obligations under the Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT). We are concerned about threats of military action as well as unilateral sanctions. We note the recent talks held in Almaty and hope that all outstanding issues relating to Iran’s nuclear programme will be resolved through discussions and diplomatic means.
l
29. Afghanistan needs time, development assistance and cooperation, preferential access to world markets, foreign investment and a clear end-state strategy to attain lasting peace and stability. We support the global community’s commitment to Afghanistan, enunciated at the Bonn International Conference in December 2011, to remain engaged over the transformation decade from 2015-2024. We affirm our commitment to support Afghanistan’s emergence as a peaceful, stable and democratic state, free of terrorism and extremism, and underscore the need for more effective regional and international cooperation for the stabilisation of Afghanistan, including by combating terrorism. We extend support to the efforts aimed at combating illicit traffic in opiates originating in Afghanistan within the framework of the Paris Pact. 30. We commend the efforts of the AU, the Economic Community of West African States (ECOWAS) and Mali aimed at restoring sovereignty and territorial integrity of Mali. We support the civilian efforts of the Malian Government and its international community partners in realising the transitional programme leading up to the presidential and legislative elections. We emphasise the importance of political inclusiveness and economic and social development in order for Mali to achieve sustainable peace and stability. We express concern about the reports of the deterioration in humanitarian conditions in Mali and call upon the international community to continue to cooperate with Mali and its neighbouring countries in order to ensure humanitarian assistance to civilian population affected by the armed conflict. 31. We are gravely concerned with the deterioration in the current situation in the Central African Republic (CAR) and deplore the loss of life. We strongly condemn the abuses and acts of violence against the civilian population and urge all parties to the conflict to immediately cease hostilities and return to negotiations. We call upon all parties to allow safe and unhindered humanitarian access. We are ready to work with the international community to assist in this endeavour and facilitate progress to a peaceful resolution of the conflict. Brazil, Russia and China express their sympathy to the South African and Indian governments for the casualties that their citizens suffered in the CAR. 32. We are gravely concerned by the ongoing instability in the Democratic Republic of the Congo (DRC). We welcome the signing in Addis Ababa on 24 February 2013 of the Peace, Security and Cooperation Framework for the Democratic Republic of the Congo and the Region. We support its independence, territorial integrity and sovereignty. We support the efforts of the UN, AU and sub-regional organisations to bring about peace, security and stability in the country. 33. We reiterate our strong condemnation of terrorism in all its forms and manifestations and stress that there can be no justification, whatsoever, for any acts of terrorism. We believe that the UN has a central role in coordinating international action against terrorism within the framework of the UN Charter and in accordance with principles and norms of international law. In this context, we li
support the implementation of the UN General Assembly Global CounterTerrorism Strategy and are determined to strengthen cooperation in countering this global threat. We also reiterate our call for concluding negotiations as soon as possible in the UN General Assembly on the Comprehensive Convention on International Terrorism and its adoption by all Member States and agreed to work together towards this objective. 34. We recognize the critical positive role the Internet plays globally in promoting economic, social and cultural development. We believe it’s important to contribute to and participate in a peaceful, secure, and open cyberspace and we emphasise that security in the use of Information and Communication Technologies (ICTs) through universally accepted norms, standards and practices is of paramount importance. 35. We congratulate Brazil on hosting the UN Conference on Sustainable Development (Rio+20) in June 2012 and welcome the outcome as reflected in “The Future we Want”, in particular, the reaffirmation of the Rio Principles and political commitment made towards sustainable development and poverty eradication while creating opportunities for BRICS partners to engage and cooperate in the development of the future Sustainable Development Goals. 36. We congratulate India on the outcome of the 11th Conference of the Parties to the United Nations Conference on Biological Diversity (CBD COP11) and the sixth meeting of the Conference of the Parties serving as the Meeting of the Parties to the Cartagena Protocol on Biosafety. 37. While acknowledging that climate change is one of the greatest challenges and threats towards achieving sustainable development, we call on all parties to build on the decisions adopted in COP18/CMP8 in Doha, with a view to reaching a successful conclusion by 2015, of negotiations on the development of a protocol, another legal instrument or an agreed outcome with legal force under the Convention applicable to all Parties, guided by its principles and provisions. 38. We believe that the internationally agreed development goals including the Millennium Development Goals (MDGs) address the needs of developing countries, many of which continue to face developmental challenges, including widespread poverty and inequality. Low Income Countries (LICs) continue to face challenges that threaten the impressive growth performance of recent years. Volatility in food and other commodity prices have made food security an issue as well as constraining their sources of revenue. Progress in rebuilding macroeconomic buffers has been relatively slow, partly due to measures adopted to mitigate the social impact of exogenous shocks. Many LICs are currently in a weaker position to deal with exogenous shocks given the more limited fiscal buffers and the constrained aid envelopes, which will affect their ability to sustain progress towards achieving the MDGs. We reiterate that individual countries, especially in Africa and other developing countries of the South, cannot achieve the MDGs on their own and therefore the centrality of Goal 8 on Global lii
Partnerships for Development to achieve the MDGs should remain at the core of the global development discourse for the UN System. Furthermore, this requires the honouring of all commitments made in the outcome documents of previous major international conferences. 39. We reiterate our commitment to work together for accelerated progress in attaining the Millennium Development Goals (MDGs) by the target date of 2015, and we call upon other members of the international community to work towards the same objective. In this regard, we stress that the development agenda beyond 2015 should build on the MDG framework, keeping the focus on poverty eradication and human development, while addressing emerging challenges of development taking into consideration individual national circumstances of developing countries. In this regard the critical issue of the mobilization of means of implementation in assisting developing countries needs to be an overarching goal. It is important to ensure that any discussion on the UN development agenda, including the “Post 2015 Development Agenda” is an inclusive and transparent inter-Governmental process under a UN-wide process which is universal and broad based. 40. We welcome the establishment of the Open Working Group on the Sustainable Development Goals (SDGs), in line with the Rio+20 Outcome Document which reaffirmed the Rio Principles of Sustainable Development as the basis for addressing new and emerging challenges. We are fully committed to a coordinated inter-governmental process for the elaboration of the UN development agenda. 41. We note the following meetings held in the implementation of the Delhi Action Plan: • Meeting of Ministers of Foreign Affairs on the margins of UNGA. • Meeting of National Security Advisors in New Delhi. • Meetings of Finance Ministers, and Central Bank Governors in Washington DC and Tokyo. • Meeting of Trade Ministers in Puerto Vallarta. • Meetings of Health Ministers in New Delhi and Geneva. 42. We welcome the establishment of the BRICS Think Tanks Council and the BRICS Business Council and take note of the following meetings which were held in preparation for this Summit: • Fifth Academic Forum • Fourth Business Forum • Third Financial Forum 43. We welcome the outcomes of the meeting of the BRICS Finance Ministers and Central Bank Governors and endorse the Joint Communique of the Third Meeting of the BRICS Trade Ministers held in preparation for the Summit. 44. We are committed to forging a stronger partnership for common development. To this end, we adopt the eThekwini Action Plan.
liii
45. We agree that the next summit cycles will, in principle, follow the sequence of Brazil, Russia, India, China and South Africa. 46. Brazil, Russia, India and China extend their warm appreciation to the Government and people of South Africa for hosting the Fifth BRICS Summit in Durban. 47. Russia, India, China and South Africa convey their appreciation to Brazil for its offer to host the first Summit of the second cycle of BRICS Summits, i.e. the Sixth BRICS Summit in 2014 and convey their full support thereto. eThekwini Action Plan: 1. Meeting of BRICS Ministers of Foreign Affairs on the margins of UNGA. 2. Meeting of BRICS National Security Advisors. 3. Mid-term meeting of Sherpas and Sous-Sherpas. 4. Meetings of Finance Ministers and Central Bank Governors in the margins of G20 meetings, WB/IMF meetings, as well as stand-alone meetings, as required. 5. Meetings of BRICS Trade Ministers on the margins of multilateral events, or stand-alone meetings, as required. 6. Meeting of BRICS Ministers of Agriculture and Agrarian Development, preceded by a preparatory meeting of experts on agro-products and food security issues and the Meeting of Agriculture Expert Working Group. 7. Meeting of BRICS Health Ministers and preparatory meetings. 8. Meeting of BRICS Officials responsible for population on the margins of relevant multilateral events. 9. Meeting of BRICS Ministers of Science and Technology and meeting of BRICS Senior Officials on Science and Technology. 10. Meeting of BRICS Cooperatives. 11. Meetings of financial and fiscal authorities in the margins of WB/IMF meetings as well as stand-alone meetings, as required. 12. Meetings of the BRICS Contact Group on Economic and Trade Issues (CGETI). 13. Meeting of the BRICS Friendship Cities and Local Governments Cooperation Forum. 14. Meeting of the BRICS Urbanisation Forum. 15. Meeting of BRICS Competition Authorities in 2013 in New Delhi. 16. 5th Meeting of BRICS Heads of National Statistical Institutions. 17. Consultations amongst BRICS Permanent Missions and/or Embassies, as appropriate, in New York, Vienna, Rome, Paris, Washington, Nairobi and Geneva, where appropriate. 18. Consultative meeting of BRICS Senior Officials in the margins of relevant sustainable development, environment and climate related international fora, where appropriate.
liv
New areas of cooperation to be explored - BRICS Public Diplomacy Forum. - BRICS Anti-Corruption Cooperation. - BRICS State Owned Companies / State Owned Enterprises. - National Agencies Responsible for Drug Control. - BRICS virtual secretariat. - BRICS Youth Policy Dialogue. - Tourism. - Energy. - Sports and Mega Sporting Event. Durban March 27, 2013 Sumber: http://www.brics5.co.za/about-brics/summit-declaration/fifth-summit/
lv