BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Hakikat Kemampuan Setiap manusia pada umumnya dibekali kemampuan untuk membaca. Dalam kehidupan sehari-hari kemampuan membaca sangat dibutuhkan baik untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari secara individu maupun secara kelompok.
Dalam KBBI (2007:1023) kemampuan adalah kesanggupan kecakapan, kekuatan, dan kekayaan. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya. Kemampuan merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran karena sebagai pendukung terbentuknya prestasi diberbagai sendi kehidupan. Menurut Sanjaya, W. (2000: 67), kemampuan merupakan bawaan kesanggupan sejak lahir atau merupakan hasil dari latihan yang digunakan untuk melakukan suatu pekerjaan. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan fisik dan kemampuan intelektual. Berdasarkan pendapat ahli di atas maka kemampuan merupakan kecakapan tubuh baik berupa intelektual maupun fisik untuk melakukan suatu perbuatan yang diperoleh melalui latihan atau pun faktor genitas.
7
8
2.2 Hakikat Membaca 2.2.1 Pengertian Membaca Menurut Tarmizi (2011:31) Membaca adalah tahap awal anak belajar membaca dengan fokus pada pengenalan simbol - simbol huruf dan aspek - aspek yang mendukung pada kegiatan membaca lanjut’’ Berdasarkan pendapat diatas penulis dapat simpulkan bahwa membaca nyaring adalah tahap awal anak belajar mengenal huruf atau symbol bunyi dan menyuarakanya,sebagai dasar anak dalam pembelajaran membaca berikutnya. Pada tingkatan membaca nyaring, pembaca belum memiliki ketrampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh ketrampilan / kemampuan membaca. Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta digunakan pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis melalui media kata kata atau tulisan. Tarigan dalam Sulistiawati (2008 : 1) Membaca merupakan suatu proses mengenali dan memaknai segala sesuatu yang terdapat dalam bacaan, baik secara bersuara maupun dalam hati. Membaca
juga adalah
suatu proses
untuk
memperoleh pengertian dari kombinasi beberapa huruf dan kata. Menurut Danial Mohamad Mohamad (2008 :1) Bahwa membaca adalah “ Perbuatan yang agung dan mulia. Apabila manusia ingin mulia maka ia
harus
membaca ”. Membaca merupakan gerbang segala ilmu pengetahuan, sedangkan ilmu pengetahuan merupakan sumber perkembangan peradaban didunia sekaligus di
9
akhirat. Oleh karenanya, pentinglah bagi kita untuk menanamkan bahwa membaca adalah simbol kemajuan sebuah peradaban. Setelah memahami pengertian membaca, maka pada prinsifnya membaca adalah memahami apa yang dibaca, dan pada tujuannya membaca di sekolah ialah untuk meningkatkan kompetensi kebahasaan atau pemerolehan kemampuan berbahasa. Dengan demikian dapat disimpulan bahwa, membaca merupakan suatu perbuatan yang agung, dan juga mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan yang dapat menyerap berbagai informasi yang bermanfaat. 2.2.2 Tujuan Membaca Tujuan membaca di sekolah adalah untuk meningkatkan kemampuan kebahasaan atau pemerolehan kemampuan berbahasa. Menurut pendapat Nuttall (2008) tujuan membaca adalah meningkatkan
kemampuan
siswa
agar
dapat
membaca teks asli yang belum pernah dikenalnya, dengan tingkat kecepatan yang memadai dan pemahaman yang memadai tanpa mengalami hambatan. Memahami tujuan membaca menurut Mohamad (2008:27) Terdapat tiga tujuan yaitu: 1. Membaca sebagai hiburan tanpa perlu memeras otak terlalu keras. 2. Membaca memperoleh ilmu pengetahuan yang tujuannya adalah mencari dan memahami ilmu yang terkandung dalam bacaan. 3. Membaca kritis artinya dengan membaca kita mencari ilmu.
10
Menurut Tarigan (Sulistiawati 2008:9 ) membaca merupakan suatu proses mengenali dan memaknai segala sesuatu yang terdapat dalam bacaan,baik secara bersuara maupun dalam hati dan tujuan utama membaca adalah untuk mencari informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan.Dan mengemukakan pula tujuan membaca dapat dibagi menjadi dua yaitu : 1. Tujuan behaviore (tujuan intruksional) yang diarahkan pada kegiatan: a. Memahami makna kata b. Keterampilan-sketerampilan studi c. Pemahaman. 2. Tujuan ekspresi (tujuan terbuka) yang meliputi. a. Membaca mengarahkan diri b. Membaca penafsiran dan membaca interpretatif c. Membaca kreatif Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca adalah untuk memperoleh berbagai ilmu pengetahuan dan dapat menghibur bagi pembaca itu sendiri.dan sangat beragam tergantung pada situasi dan kondisi pembaca.karena seseorang yang membaca dengan tujuan cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Menurut Pandawan,dkk (2009:4) bahwa tujuan membaca mencakup: 1. Kesenagan 2. Menyempurnakan membaca nyaring 3. Menggunakan strategi tertentu
11
4. Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik 5. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui 6. Memperoleh informasi untuk lisan atau tertulis 7. Mengkonfirmasikan dan menolak prediksi 8. Menampilkan suatu esperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks. 9. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik. Dari beberapa tujuan membaca seperti yang telah dikemukakan di atas tujuan seseorang dalam membaca dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Untuk mencari serta memperoleh informasi,mencakup isi,memahami makna bacaan,makna arti erat sekali hubungannya dengan maksud tujuan atau isenstif dalam membaca. 2. Untuk mendapat kesenagan atau hiburan. 3. Untuk menentang waktu dalam hal ini orang membaca hanya karena iseng. 4. Untuk melepaskan diri dari kenyataan misalnya pada saat ia merasa jenuh bosan sedih bahkan putus asa. 5. Tujuan membaca yang tinggi ialah untuk mencari nilai-nilai keindahan atau pengalaman estetis dan nilai-nilai kehidupan lainya, Mohamad (2008:27). Dari
beberapa
pendapat
yang
dikemukakan
tentang
tujuan
dalam
membaca,dapat disimpulkan bahwa tujuan yang diinginkan oleh setiap orang. dari kegiatan membaca berbeda-beda dengan memperoleh dari tujuan serta faedah dari membaca tersebut.
12
2.2.3 Kemampuan Membaca Permulaan Kegiatan belajar, tidak lepas dari kegiatan membaca. Karenanya, kemampuan untuk dapat membaca sangat penting untuk dikuasai. Apalagi, jika kemampuan membaca yang baik yang telah dimiliki, dapat diterapkan lagi dengan menggemari kegiatan membaca tersebut dan menjadikan sebuah kebiasaan. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa mendatang Definisi membaca permulaan mencakup: pertama, membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Kedua, membaca adalah strategis. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruk makna ketika membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca. Ketiga, membaca merupakan interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks, (Santosa, 2007:15). Oleh karena itu, kemampuan membaca permulaan merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Namun, anak-anak yang tidak memahami
13
pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus-menerus, dan anak-anak yang melihat tingginya nilai (value) membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca. Ada dua pendekatan penting pada instruksi membaca (reading instruction) dan komentar tentang bagaimana bukti penelitian dipertimbangkan dalam topik ini. Pada dasarnya (dan secara sederhana) instruksi membaca dapat dipikirkan sebagai, baik itu (1) proses bawah ke atas (bottom-up process), anak-anak mempelajari komponen-komponen individu suatu bacaan (mengidentifikasi huruf, korespondensi suara-huruf [letter-sound correspondence] dan meletakkannya bersamaan untuk memperoleh makna; atau (2) proses atas ke bawah (top-down process), tujuan, pengetahuan latar belakang, dan ekspektasi anak-anak menentukan informasi apa yang dipilih dari teks. Proses terakhir ini merupakan suatu perspektif konstruktifis, mengingat kembali ide-ide Piaget. Tentu saja, membaca yang terampil melibatkan bottom-up dan top-down process, pembuatan tiap dikotomi artifisial. Namun demikian, reading instruction, terutama pada tingkat awal, sering menekankan satu terhadap lainnya, dan oleh karena itu dikotomi memiliki beberapa dasar dalam realitas, (Hairudin, 2007:43). Selanjutnya adalah belajar membaca lewat kosa kata yaitu pembentuk kalimat dan belajar membaca lewat suku kata. Lewat kosa kata yang makin beragam, kalimat yang kita keluarkan pun akan semakin kaya. Lewat kosa kata, anak-anak akan belajar
14
tak hanya kemampuan membaca tetapi juga perbendaharaan dan pemahaman akan kata-kata yang akan mereka gunakan dalam berbicara. Hal-hal khusus yang menyertai model ini adalah kemungkinan anak-anak untuk mengenal pola lebih lama. Artinya, bisa jadi untuk bisa benar-benar membaca semua kata yang diperlihatkan kepada mereka (meski belum diajarkan) membutuhkan waktu yang cukup lama, tergantung kecepatan anak. Belajar membaca lewat suku kata paling banyak digunakan, terutama di sekolah-sekolah. Prinsip dasarnya adalah terlebih dulu mengenali pola sebelum masuk pada fase membaca. Belajar lewat suku kata misalnya ba bi bu be bo dan seterusnya juga memiliki efek tersendiri, diantaranya kecepatan membaca yang sedikit lambat jika tidak diiringi latihan langsung lewat buku atau bacaan-bacaan. Mengapa demikian? Karena anak-anak akan terbiasa dengan membaca pola lebih dulu baru membaca. Kerja otak kiri lebih dominan dalam hal tersebut. Untuk mengimbanginya, kita harus lebih sering memotivasi anak untuk membaca kata-kata secara langsung lewat buku tanpa harus memilah suku katanya. (Brata, 2009. Online) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh apa yang disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. 2.3 Konsep Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
15
bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Dalam KBBI (2007:1023) Tema berarti pokok pemikiran, ide atau gagasan serta yang akan disampaikan oleh penulis dalam tulisannya. Tema dapat diartikan sebagai pengungkapan maksud dan tujuan, tujuan yang dirumuskan secara singkat dan wujudnya berupa satu kalimat. Adapun pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Sehingga dapat diketahui bahwa prinsip pembelajaran tematik merupakan pembelajaran pada siswa kelas rendah yang melibatkan beberapa mata pelajaran berdasarkan tujuan yang telah ditentukan dalam rencan pelaksanaan pembelajaran.
Adapun tujuannya antara lain: 1) siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu
tema
tertentu,
2)
siswa
mampu
mempelajari
pengetahuan
dan
mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama, 3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan, 4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa, 5) siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas, 6) siswa mampu lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan
16
dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain, 7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan atau pengayaan, (Sutirjo, 2005:23).
2.4 Langkah-langkah Pengembangan Pembelajaran Tematik Dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik, diperlukan penyusunan
perencanaan pembelajaran yang meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Untuk menghasilkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan
pemetaan
kompetensi
dasar,
pengembangan
jaringan
tema,
pengembangan silabus dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, (Sanjaya, 2006:74). 1) Pemetaan Kompetensi Dasar Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh dari semua standar kometensi dan kompetensi dasar dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah:
17
a.
Menentukan tema Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni; cara
pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai. Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi kometensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang cocok dengan tema yang ada. Dalam menetapkan tema, perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu; 1) memperhatikan lingkungan yang dekat dengan siswa, 2) dari yang termudah menuju yang sulit, 3) dari yang sederhana menuju yang kompleks, 4) dari yang konkrit menuju yang abstrak, 5) tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berfikir pada siswa, 6) ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya, (Sanjaya, 2006:61). Ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak terlalu luas atau terlalu sempit. Tema yang terlalu luas bisa dijabarkan lagi menjadi anak tema atau subtema yang sifatnya lebih spesifik dan lebih konkrit. Anak tema atau subtema tersebut selanjutnya dapat dikembangkan lagi menjadi suatu materi/isi pembelajaran. Bila digambarkan akan tampak seperti berikut ini:
18
TEMA
ANAK TEMA 1
ANAK TEMA 2
ANAK TEMA 3
Sebagai contoh adalah: Tema ”alat transportasi” dapat dikembangkan menjadi anak tema: (1) alat transportasi darat, (2) alat transportasi laut, (3) alat transportasi udara. Tema ”Peristiwa alam” dapat dikembangkan menjadi anak tema: (1) banjir, (2) gempa bumi, (3) gunung meletus, (4) tanah longsor, dsb. b. Penjabaran Kompetensi dasar ke dalam indikator Setelah tema ditentukan, kegiatan selanjutnya adalah mengembangkan indikator pencapaiannya dari setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada pada setiap mata pelajaran dengan cara mengidentifikasi dan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar, dan menjabarkannya ke dalam acuan hasil yang ingin dicapai dari proses pembelajaran. 2) Menetapkan Jaringan Tema Membuat Jaringan tema, yaitu dengan menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.
19
3) Penyusunan Silabus Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, alat/sumber, dan penilaian. 4) Penyusunan Rencana Pembelajaran/Desain Pembelajaran Tematik Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran, maka adapun langkahlangkah dalam pembelajaran 1.
Membuka pertemuan pembelajaran.
2.
Memberikan pengantar materi membaca.
3.
Memberikan pengenalan huruf kepada siswa.
4.
Memberikan/memusatkan perhatian siswa terhadap topik yang akan dipelajari
5.
Melakukan kegiatan evaluasi akhir untuk ditarik kesimpulan tentang hasil belajar yang dicapai siswa.
6.
Menutup kegiatan pembelajaran, (Sanjaya, 2006:63).
Sehingga
Guru
perlu
menyusun
rencana
pembelajaran.
Rencana
pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Kompenen rencana pembelajaran tematik meliputi; a. identitas mata pelajaran (nama pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
20
b. Kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai. c. Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator. d. Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkrit yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup). e. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. f. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penilaian, (Sardiman, 2007:21). 2.5 Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Menurut (Sanjaya, W., 2006:69) Tahap pembelajaran tematik melalui beberapa tingkatan. Tahap ini merupakan pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar sebagai unsur inti dari aktivitas pembelajaran, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan rambu-rambu yang telah disusun dalam perencanaan sebelumnya. Secara prosedural langkah-langkah kegiatan yang ditempuh diterapkan ke dalam tiga langkah sebagai berikut:
21
1. Kegiatan awal/pembukaan (opening) Tujuan dari kegiatan membuka pelajaran adalah pertama, untuk menarik perhatian siswa, yang dapat dilakukan dengan cara seperti meyakinkan siswa bahwa materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan berguna untuk dirinya; melakukan hal-hal yang dianggap aneh bagi siswa; melakukan interaksi yang menyenangkan. Kedua, menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang dapat dilakukan dengan cara seperti membangun suasana akrab sehingga siswa merasa dekat, misalnya menyapa dan berkomunikasi secara kekeluargaan; menimbulkan rasa ingin tahu, misalnya mengajak siswa untuk mempelajari suatu kasus yang sedang hangat dibicarakan; mengaitkan materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan dengan kebutuhan siswa. Ketiga, memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan, yang dapat dilakukan dengan cara seperti mengemukakan tujuan yang akan dicapai serta tugas-tugas yang harus dilakukan dalam hubungannya dengan pencapian tujuan, (Sanjaya, W., 2006:32) 2. Kegiatan inti Kegiatan inti merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran. Dalam kegiatan inti dilakukan pembahasan terhadap tema dan subtema melalui berbagai kegiatan belajar dengan menggunakan multi metode dan media sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Pada waktu penyajian dan pembahasan tema, guru harus mampu berperan sebagai model pembelajar yang baik bagi siswa. Artinya guru secara aktif dalam kegiatan belajar berkolaborasi dan berdiskusi dengan siswa dalam mempelajari tema atau sub tema yang sedang dipelajari. Peran inilah yang
22
disebutkan oleh Nasution (2004:21) sebagai suatu aktivitas mengorganisasi dan mengatur lingkungan sebaikbaiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Dengan demikian pada langkah kegiatan inti guru menggunakan strategi pembelajaran dengan upaya menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa agar murid aktif mempelajari permasalahan berkenaan dengan tema atau subtema. Untuk itu maka selama proses pembelajaran siswa mengamati obyek nyata berupa benda nyata atau lingkungan sekitar, melaporkan hasil pengamatan, melakukan permainan, berdialog, bercerita, mengarang, membaca sumber-sumber bacaan, bertanya dan menjawab pertanyaan, serta bermain peran. Selama proses pembelajaran hendaknya guru selalu memberikan umpan agar anak berusaha mencari jawaban dari permasalahan yang dipelajari. Umpan dapat diberikan guru melalui pertanyaanpertanyaan menantang yang membangkitkan anak untuk berfikir dan mencari solusi melalui kegiatan belajar. 3. Kegiatan akhir (penutup) Kegiatan akhir dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Cara yang dapat dilakukan guru dalam menutup pembelajaran adalah meninjau kembali dan mengadakan evaluasi pada akhir pembelajaran. Dalam kegiatan meninjau kembali dapat dilakukan dengan merangkum
23
inti pelajaran atau membuat ringkasan. Sedangkan dalam kegiatan evaluasi, guru dapat menggunakan bentukbentuk mendemontrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide-ide baru pada situasi lain, mengekspresikan pendapat murid sendiri atau mengerjakan soal-soal tertulis juga dapat mengetahui apa yang telah mereka pelajari. Caranya dapat menggunakan cheklist, refleksi tertulis, journal, (Wijaya, 2006:73).
2.6 Kajian Penelitian yang relevan Adapun kajian penelitian yang relevan yaitu sebagai berikut: Nurma Yeni, Skipsi tahun 2012. Dengan judul penerapan metode tematik dalam pembelajaran di kelas I - III di SD Muhammadiyah. Hasil penelitian menunjukan; 1) Penerapan metode tematik di kurang sesuai dengan konsep yang sebenarnya dari Departemen Pendidikan Nasional sehingga cara penerapan kurang bisa maksimal dan belum berhasil dilakukan. Pelaksanaan metode tematik dalam pembelajaran di kelas juga diselingi dengan metode pembelajaran yang lain seperti: metode ceramah, metode tanya jawab, diskusi, resitasi dan metode demonstrasi. 2) Faktor-faktor yang mendukung dalam keberhasilan pembelajaran dapat dibagi menjadi dua yaitu: faktor eksternal meliputi pembelajaran yang efektif, lingkungan yang kondusif, fasilitas yang memadai dan sumber belajar yang telah tersedia, sedangkan untuk faktor internal meliputi pengajar yang profesional dan kurikulum yang tepat, sedangkan faktor yang menjadi penghambat yaitu keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh guru tentang pembelajaran tematik sehingga dalam pembelajaran kurang berjalan dengan maksimal, guru-guru di sekolah ini masih sering menggunakan metode yang
24
seharusnya ditinggalkan karena hal ini akan membuat perkembangan peserta didik lambat dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Fitriyani A. Malasugi, 2011. ”Penerapan Metode Pembelajaran Tematik Dan Implikasinya Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas II SD, Hasil penelitian ini adalah: Guru kelas rendah di SD Inpres Lobu Gio kecamatan Moutong telah menerapkan metode pembelajaran tematik dengan kondisi yang apa adanya. Penerapan metode ini tidak lepas dari bimbingan dan arahan kepala sekolah sehingga memaksa guru kelas rendah untuk menerapkannya. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik dapat dilihat dari ekspresi dan aktivitas siswa dalam pembelajaran yang begitu bersemangat. Pemahaman siswa tidak hanya terpusat pada materi tetapi lebih meluas dan komprehensif. Dengan pembelajaran tematik, siswa dapat memahami materi serta dapat menyelesaikan masalah secara holistik. Hambatan-hambatan dalam penerapan metode pembelajaran tematik adalah terutama berasal dari guru; di mana dapat ditemukan ada kendala utama yaitu Pertama, guru kurang mempelajari rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang; Kedua masih kurangnya pemahaman guru terhadap pembelajaran tematik. Ketiga, kurangnya koordinasi antara guru kelas II dengan guru sehingga jalinan materi masih belum terlalu utuh. Dari penelitian di atas dapat diketahui bahwa penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dimana penelitian ini dan penelitian sebelumnya membahas tentang peningkatan hasil belajar peserta didik melalui metode tematik. Namun perbedaanya penelitian yang dilakukan penulis di
25
fokuskan pada peningkatan kemampuan membaca siswa dan pada materi membaca pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
2.7 Hipotesis Tindakan Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : ”Jika pembelajaran melalui tema kegemaran membaca permulaan dilasanakan pada siswa kelas I SDN Karangetang Kecamatan Dengilo, maka kemampuan membaca akan meningkat” 2.6 Indikator Kinerja Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian ini adalah adanya peningkatan kemampuan siswa membaca melalui tema kegemaran sebesar 75% dari 13 orang siswa.