6
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Kemampuan Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata “mampu”bisa. Kemampuan adalah
suatu kesanggupan dalam melakukan
sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Setiap anak usia SD mempunyai kemampuan berbeda – beda. Kemampuan disini dapat diartikan sebagai kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi atau kemampuan kongnitif. Kemampuan berkomunikasi adalah kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikiranya dalam bentuk ungkapan kalimat yang bermakna, logis, dan sistematis. Kemampuan atau bakat merupakan kemampuan anak dalam pengamatan, kekuatan, kecepatan, ketelitian, keluwesan, cara berpikir, ingatan dan evaluasi yang dilakukan anak setelah mendapatkan latihan-latihan. Menurut Robert J Sterenberg dan Grigorenko (2010: 60) kemampuan anak dapat dilihat dari rasa keingintahuan dan rasa suka, kreatifitas yang dimiliki anak terhadap sesuatu. 2.2 Pengertian Menyimak Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau 6
7
bahasa lisan. Dalam memahami isi pembicaraan, atau makna setiap kata yang disajikan suatu cerita, kita perlu memusatkan perhatian secara sungguh-sungguh sehingga pesan disampaikan tercerna dengan baik. Menurut Hasan alwai (dalam Dendy Sugono, 2007: 14) menyimak merupakan proses mendengarkan, mengenal, menginterprestasi lambang-lambang lisan atau ujaran. Dalam menyimak dituntuk kegiatan mengengarkan dengan penuh perhatian. Selain itu menyimak dan membaca berhubungan erat karena keduanya
merupakan
alat
untuk
menerima
pesan
dalam
komunikasi,
perbedaannya terdapat pada jenis komunukasi. Menyimak berhubungan dengan komunikasi lisan, sedangkan membacaberkaitan dengan komunikasi tulis. Dalam hal ini tujuan keduannya mengandung kesamaan, yaitu untuk memperoleh informasi, menangkap isi, dan memahami makna komunikasi. Pembelajaran Menyimak menggunakan indra pendengaran, namun bukan berarti
saat
mendengar
seseorang sudah
dikatakan
sedang menyimak.
Sesungguhnya proses menyimak tidak sekadar mendengar, tetapi lebih dari itu, yaitu mendengar dengan memusatkan perhatian kepada objek yang disimak. Proses menyimak merupakan kegiatan mendengarkan yang disengaja dalam rangka mencapai maksud-maksud tertentu. Maksud-maksud tersebut misalnya, untuk tujuan belajar, mengapresiasi sebuah karya, mendapatkan informasi khusus, memecahkan masalah, atau untuk memahami aspek-aspek sebuah bahasa. Berdasarkan pendapat diatas dan dikaitkan dengan penelitian ini, maka menyimak yang dimaksud disini adalah menyimak cerita dongeng melalui model pembelajaran talking stick. Jadi, menyimak cerita dongeng harus menyimak
8
dengan penuh perhatian tentang apa yang disampaikan oleh sipembicara, setelah itu cerita tersebut diceritakan kembali oleh siswa tersebut, melalui model talking stick. 2.2.1 Tujuan Menyimak Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan menyimak tak pernah terlewati. Secara sadar atau tidak sadar perbuatan menyimak yang dilakukan mempunyai tujuan tertentu.Menyimak dilakukan untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, dan memahami komunikasi. Menurut Wawan (2011:15) Didalam pembelajaran menyimak, bahan simakan yang berupa cerita dongeng dapat berupa penyajian secara langsung, dibacakan, atau melalui rekaman. Adapun tujuan pembelajaran menyimak cerita dongeng adalah siswa mampu mendengarkan cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan mengungkapkan unsur-unsur di dalamnya. Ketercapaian tujuan tersebut ditandai oleh indikator 2.2.2 Ragam Menyimak Seperti yang diketahui bahwa tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan sang pembicara melalui ujaran. Inilah yang merupakan tujuan umum. Di samping tujuan umum itu terdapat pula berbagai tujuan khusus, yang menyebabkan adanya aneka ragam menyimak, yaitu:
9
1. Menyimak Ekstensif Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru. 2. Menyimak Intensif Menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu.” Dalam kegiatan ini diperlukan pengarahan dari guru. Salah satu cara yang sederhana untuk melatih tipe menyimak seperti ini adalah menyuruh siswa menyimak tanpa memberi teks tertulis sekali atau dua kali, misalnya teks mengenai suatu cerita. Dalam kegiatan menyimak intensif, dapat dikatakan sebagai kegiatan menyimak atau mendengarkan dengan sempurna, tetapi belum tentu memahami maknanya. Oleh karena menyimak makna merupakan suatu keterampilan penting untuk dikembangkan, haruslah disadari benar-benar isi yang terkandung sebenarnya dari pesan tersebut dan berada dalam jangkauan intlektual dan kedewasaan siswa. 2.2.3 Konsep Menyimak Menurut Conny Semiawan (2008:18) Menyimak merupakan suatu proses. Sebagai
sebuah
proses,
peristiwa
menyimak
diawali
dengan
kegiatan
mendengarkan bunyi bahasa secara langsung atau tidak langsung. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga diidentifikasi jenis dan pengelompokannya menjadi suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Jeda dan intonasi juga ikut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian ditafsirkan
10
maknanya dan dinilai kebenarannya agar dapat diputuskan diterima tidaknya. Dengan kata lain, menyimak merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menafsirkan, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalam wacana lisan. 2.2.4 Tehnik Menyimak Agar pembelajaran menyimak berhasil dengan memuaskan perlu dipilih teknik pembelajaran yang sesuai. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan teknik pembelajaran, antara lain teknik yang dipilih hendaknya: 1. Relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai 2. Menantang dan merangsang siswa untuk belajar 3. Mengembangkan kreativitas siswa secara individual/kelompok 4. Memudahkan siswa memahami materi pelajaran 5. Mengarahkan aktivitas belajar siswa pada tujuan pembelajaran 6. Mudah diterapkan dan tidak menuntut peralatan yang rumit, dan 7. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Ada beberapa teknik pembelajaran menyimak, beberapa di antaranya dipaparkan di bawah ini. 1. Simak-Ulang Ucap Teknik simak-ulang ucap biasanya digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas. Guru dapat mengucapkan atau memutar rekaman bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, ungkapan, semboyan, kata mutiara dengan lafal dan intonasi yang tepat.
11
Setelah itu, siswa menirukan ucapan guru. Pengucapan ulang bunyi bahasa tersebut dapat dilakukan secara klasikal, kelompok, atau individual. 2. Menjawab Pertanyaan Melalui teknik ini siswa dilatih untuk memahami isi bahan simakan. Setelah menyimak, siswa diminta menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan isi wacana yang diperdengarkan. Pertanyaan yang harus dijawab siswa tentu saja dikembangkan sesuai dengan bahan simakan. 3. Menyelesaikan Cerita Guru atau salah seorang siswa diminta menceritakan sebuah kisah yang sudah dipersiapkan, sedangkan siswa lain mendengarkan cerita tersebut. Setelah guru/siswa mengisahkan sebagian cerita, siswa lain diminta meneruskan cerita tersebut. Demikian seterusnya secara bergiliran siswa diminta melanjutkan cerita temannya sampai cerita itu berakhir. Dengan cara demikian, siswa harus menyimak jalan cerita yang disampaikan sebab pada giliran berikutnya setiap siswa mungkin ditunjuk guru untuk melanjutkan cerita. Demikianlah sebagian dari beberapa teknik pembelajaran yang dapat dipilih dalam pembelajaran kemampuan mendengarkan. Tentu saja, dalam pelaksanaannya teknik-teknik tersebut dapat dimodifikasi, divariasi, digabungkan, ditambah, atau dikurangi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Di samping itu, teknik pembelajaran mendengarkan juga dapat dikembangkan sendiri oleh guru sesuai dengan keperluan.
12
2.2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Menyimak faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses kegiatan menyimak menurut Egoyono (2011: 18) adalah: (1) faktor fisik, (2) faktor psikologis, (3) faktor pengalaman, (4) faktor sikap, (5) faktor motivasi, (6) faktor jenis kelamin, (7) faktor lingkungan, dan (8) faktor peranan dalam masyarakat adalah sebagai berikut : 1) Faktor Fisik Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang turut menentukan keefektifan serta kualitas dalam menyimak. Misalnya, ada orang yang sukar sekali mendengar. Dalam keadaan seperti itu, mungkin saja dia terganggu atau kehilangan ide-ide pokok seluruhnya. Juga secara fisik dia berada jauh di bawah ukuran gizi yang normal, sangat lelah, serta tingkah polahnya tidak karuan. Kesehatan serta kesejahteraan fisik merupakan modal penting dalam melakukan kegiatan menyimak. Lingkungan fisik juga mempengaruhi dalam menyimak, seperti ruangan terlalu panas, lembab atau terlalu dingin, dan suara bising dapat mengganggu orang yang sedang melakukan kegiatan menyimak. 2) Faktor Psikologis Menyebutkan bahwa faktor-faktor psikologis dalam menyimak mencakup masalah-masalah: 1) prasangka dan kurangnya simpati terhadap para pembicara dengan aneka sebab dan alasan; 2) keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat pribadi serta masalah pribadi; 3) kepicikan yang menyebabkan pandangan yang kurang luas; 4) kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tiadanya perhatian
13
sama sekali pada pokok pembicaraan; 5) sikap yang tidak layak terhadap sekolah, terhadap guru, terhadap pokok pembicaraan, atau terhadap sang pembicara. 3) Faktor Pengalaman Latar belakang pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam menyimak. Kurangnya minat dalam menyimak merupakan akibat dari kurangnya pengalaman dalam bidang yang akan disimak tersebut. Sikap-sikap yang menentang dan bermusuhan timbul dari pengalaman yang tidak menyenangkan. Misalnya, siswa tidak akan “mendengar” ide-ide yang berada di luar jangkauan pengertian serta pemahaman mereka. 4) Faktor Sikap Setiap orang akan cenderung menyimak secara seksama pada topik-topik atau pokok-pokok pembicaraan yang dapat disetujui dibanding dengan yang kurang atau tidak disetujuinya. Pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama mengenai segala hal, yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi bersikap menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya. 5) Faktor Motivasi Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Kalau motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan. Dorongan dan tekad diperlukan dalam mengerjakan segala sesuatu. Dalam mengutarakan maksud dan tujuan yang
14
hendak dicapai, bagi seorang guru merupakan suatu bimbingan kepada para siswa untuk menanamkan serta memperbesar motivasi mereka untuk menyimak dengan tekun. 6) Faktor Jenis Kelamin Berdasarkan beberapa penelitian, para pakar menarik kesimpulan bahwa pria dan wanita pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara mereka memusatkan perhatian pada sesuatu pun berbeda pula. Silverman dan Webb, misalnya, menemui fakta-fakta bahwa gaya menyimak pria pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala atau tidak mau mundur, menetralkan, intrusif (bersifat mengganggu), dapat menguasai/mengendalikan emosi; sedangkan gaya menyimak wanita cenderung lebih subjektif, pasif, ramah/simpatik, difusif (menyebar), sensitif, mudah dipengaruhi/gampang terpengaruh, mudah mengalah, reseptif, bergantung (tidak berdikari), dan emosional. 7) Faktor Lingkungan Faktor lingkungan terdiri atas dua, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Dalam lingkungan fisik, ruangan kelas merupakan faktor penting dalam memotivasi kegiatan menyimak, seperti menaruh perhatian pada masalah-masalah dan sarana-sarana akustik, agar siswa dapat mendengar dan menyimak dengan baik tanpa ketegangan dan gangguan. Para guru harus dapat mengatur dan menata letak meja dan kursi sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menyimak.
15
Lingkungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam menyimak. Anak-anak cepat sekali merasakan suatu suasana dimana mereka didorong untuk mengekspresikan ide-ide mereka, juga cepat mengetahui bahwa
sumbangan-sumbangan
mereka
akan
dihargai.
Anak-anak
yang
mempunyai kesempatan untuk didengarkan akan lebih siap lagi mendengarkan apabila seseorang mempunyai kesempatan berbicara. Jadi, suasana dimana guru merencanakan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan anak-anak dapat memanfaatkan
situasi
ruangan
kelas
untuk
meningkatkan
keterampilan
berkomunikasi mereka. 8) Faktor Peranan dalam Masyarakat Kemauan menyimak dapat dipengaruhi oleh peranan dalam masyarakat. Sebagai guru dan pendidik, dipandang perlu untuk menyimak ceramah, kuliah atau siaran-siaran radio dan televisi yang berhubungan dengan masalah pendidikan dan pengajaran. Sebagai seorang mahasiswa, diharapkan dapat menyimak lebih seksama dan penuh perhatian daripada sebagai karyawan harian pada sebuah perusahaan setempat. Jelaslah betapa pentingnya faktor peranan dalam masyarakat bagi peningkatan menyimak. 2.3. Pengertian Dongeng Menurut Supriyadi (2006: 28) Kata Dongeng berarti cerita rekaan/ tidak nyata/ fiksi, seperti: fabel (binatang dan benda mati), sage (cerita petualangan), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal usul), mythe (dewa-dewi, peri, roh halus), ephos (cerita besar; Mahabharata, Ramayana, saur sepuh, tutr tinular). Jadi. Cerita
16
dongeng adalah cerita prosa rakyat yang dianggap tidak benar-benar terjadi. Dongeng berisi petuah atau nasihat yang sangat berguna bagi pembacanya. Menurut Enung Nuraeni (2010: 183) Beberapa bentuk dongeng yaitu legenda, mite, sage dan fabel yaitu sebagai berikut : 1. Legenda legenda adalah cerita yang berkaitan dengan asal-usul terjadinya suatu tempat peristiwa. Misalnya : Danau toba, Tangkuban perahu 2. Mite Mite adalah cerita yang berkaitan tentang dewa, roh yang bersifat mistis. Misalnya : Nyai Roro Kidul 3. Sage Sage adalah cerita yang berkaitan dengan nilai-nilai kejujuran atau kepahlawanan. Misalnya : Diponegoro, Sultan Hasanuddin 4. Fabel Fabel adalah cerita yang tokoh dan perannya binatang. Misalnya : Si kancil , Burung kenari. Menurut Sutanto (2011:12) Dongeng juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi dari pemikiran seseorang yang kemudian diceritakan secara turuntemurun dari generasi ke generasi. Terkadang kisah dongeng bisa membawa pendengarnya terhanyut ke dalam dunia fantasi, tergantung cara penyampaian dongeng tersebut dan pesan moral yang disampaikan. Kisah dongeng yang sering
17
diangkat menjadi saduran dari kebanyakan sastrawan dan penerbit, lalu dimodifikasi menjadi dongeng modern. Dongeng sampai saat ini masih diminati anak-anak. Dongeng termasuk dalam cerita rakyat lisan, cerita rakyat lisan terdiri dari legenda, dan dongeng. Dongeng juga termasuk cerita tradisional. Cerita tradisional merupakan cerita yang disampaikan secara turu menurun, suatu cerita tradisional dapat disebarkan secara luas keberbagai tempat. Kemudian, cerita itu disesuaikan dengan kondisi daerah setempat. Dongeng biasanya memiliki tema sebagai berikut : 1. kejadian yang terjadi dimasa lampau 2. moral tentang kebaikan yang selalu menang melawan kejahatan 3. kejahatan ibu tiri 4. kecemburuan saudara kandung yang lebih tua 5. mantra ajaib, misalnya mantra untuk mengubah orang menjadi binatang 2.3.1 Unsur-Unsur Penting Dalam Sebuah Dongeng Unsur-unsur Penting dalam sebuah dongeng menurut Sutanto (2011: 19) sebagai berikut : 1. Tema Pengarang menampilkan sesuatu tema karena ada maksud tertentu atau pesan yang ingin disampaikan. Maksud atau pesan yang ingin disampaikan itu disebut amanat. Selain itu tema merupakan persoalan yang diajukan, amanat merupakan pemecahan persoalan yang melahirkan pesan-pesan. Tema cerita
18
merupakan konsep abstrak yang dimasukkan pengarang ke dalam cerita yang ditulisnya, sekaligus sebagai pusat yang terdapat dalam suatu cerita. 2. Tokoh Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa yang ada dalam cerita. Setiap cerita memiliki paling sedikit satu tokoh dan biasanya ada lebih dari satu. Tokoh-tokohnya mungkin binatang, orang, obyek, atau makhluk khayal. Tokoh dapat memiliki dua sifat, yaitu protogonis (karakter yang melambangkan kebaikan, menunjukkan sikap positif dan merupakan contoh yang layak ditiru) dan antagonis (karakteristik yang berlawanan dengan tokoh protagonis, merupakan contoh karakter yang harus dijauhi sikap dan perbuatannya). Penokohan yang dipilih dipengaruhi oleh sifat, ciri pendidikan, hasrat, pikiran dan perasaan yang akan diangkat oleh pengarang untuk menghidupkan dongeng. 3. Alur Alur adalah konstruksi mengenai sebuah deretan peristiwa secara logis dan kronologis selain itu saling berkaitan yang dialami oleh pelaku itu sendiri. Alur dibagi menjadi dua macam, yaitu alur lurus dan alur sorot balik. Alur lurus adalah peristiwa yang disusun mulai dari awal, tengah, yang diwujudkan dengan pengenalan, mulai bergerak, menuju puncak dan penyelesaian. Alur sorot balik adalah urutan peristiwa yang dimulai dari tengah, awal, akhir atau sebaliknya. Alur dapat melibatkan ketegangan, pembayangan dan peristiwa masa lalu. Hal ini dimaksudkan untuk membangun cerita agar peristiwa ditampilkan tidak membosankan. Selanjutnya alur ditutup dengan ending, yaitu happy ending
19
(bahagia) atau sad ending (sedih). Untuk ending terserah kepada pendongeng apakah akan membuatnya menjadi akhir yang bahagia atau akhir yang menyedihkan. 4. Latar/Setting Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacauan yang berkaitan dengan ruang, waktu dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra. Dengan demikian sebuah latar cerita akan memberi warna cerita yang ditampilkan, disamping juga memberikan informasi situasi dan proyeksi keadaan batin paratokoh. Istilah latar biasanya diartikan tempat dan waktu terjadinya cerita. Hal tersebut sebagian benar, tetapi latar sering berarti lebih dari itu. Disamping tempat dan periode waktu yang sebenarnya dari suatu cerita, latar meliputi juga cara tokoh-tokoh cerita hidup dan aspek kultural lingkungan. Berikut penjelasan tentang latar atau setting: Ada dua macam latar yang kerap digunakan, yaitu latar sosial (mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikapnya, adat kebisaaan, cara hidup, maupun bahasa yang melatari peristiwa) dan latar fisik atau material (mencakup tempat, seperti bangunan atau daerah). Latar adalah cerita akan memberi warna cerita yang ditampilkan, disamping juga memberikan informasi situasi dan proyeksi keadaan batin para tokoh. Satu unsur di atas dapat lebih menonjol diantara unsur lainnya, karena bisa jadi sebuah dongeng dikatakan menarik karena alur dan settinnya.
20
2.3.2 Manfaat Dongeng Menurut para ahli pendidikan bercerita kepada anak-anak memiliki beberapa fungsi yang amat penting, yaitu: 1. Membangun kedekatan emosional antara pendidik dengan anak 2. Media penyampai pesan/nilai moral dan agama yang efektif 3. Pendidikan imajinasi/fantasi 4. Menyalurkan dan mengembangkan emosi 5. Membantu proses peniruan perbuatan baik tokoh dalam cerita 6. Memberikan dan memperkaya pengalaman batin 7. Sarana Hiburan dan penarik perhatia 8. Sarana membangun watak mulia
2.4 Model Talking Stick Menurut Aziz Wahab (2009 : 54)
Menggunakan model talking stick
pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan yaitu informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Menurut Arends (dalam Agus suprijono, 2009:109) Pembelajaran dengan menggunakan model talking stick mendorong peserta didik untuk berani
mengemukakan pendapat.
Pembelajaran dengan menggunakan model talking stick diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Peserta didik di beri kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini.
21
2.4.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Talking Stick 1. Guru menyiapkan sebuah tongkat. 2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi. 3. Setelah selesai membaca materi/ buku pelajaran dan mempelajari, siswa menutup bukunya. 4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa sambil menyanyikan lagu (satu-satu aku sayang ibu), setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertayaan dari guru, apabila jawabannya benar akan diberikan hadiah dan juga diberikan penguatan. 5. Guru bersama siswa menyimpulkan materi 6. Memberikan evaluasi 7. Penutup 2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Talking Stick Model talking stick mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain : a. Kelebihan 1. Menguji kesiapan siswa 2. Melatih membaca dan memahami dengan cepat 3. Agar lebih giat belajar ( belajar dahulu )
22
b. Kekurangan Membuat siswa senam jantung, artinya harus waspada apabila tongkat secara digilir dan akan berhenti pada siswa tersebut. Maka wajib menjawab soal, dengan demikian siswa harus siap menjawab pertanyaan guru kalau tidak siswa tersebut merasa malu. Karena tidak mampu menjawab soal. 2.5 Kajian Penelitian Yang Relevan Kajian penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah : 1. Agustin Usman. 2011. Kreativitas siswa menyimak dongeng di kelas II SDN Pauwo Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango Fakultas Ilmu pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa aspek penelitian menyimak cerita dongeng dari jumlah 21 orang siswa, guru menentukan aspek yang dinilai dengan kriteria penilaian siswa berani sebanyak 17 orang atau 5,23% ketidakberanian siswa sebanyak 4 orang 1,90% . selanjutnya siswa yang lancar 14 orang atau 6,67%, ketidaklancaran 8 orang siswa atau 3,80% sesuai urutan siswa menyimak cerita dongeng 11 orang siswa atau 5,23%, ketidak urutan siswa dalam menyimak cerita dongeng 10 orang siswa atau 4,76%. Dengan melihat data yang ada, siswa sudah dapat dikategorikan sudah mampu dalam menyimak cerita dongeng. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kreativitas siswa menyimak cerita dongeng di kelas II SDN Pauwo Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango dapat memberikan motifasi kepada siswa dalam mengikuti mata pelajaran Bahasa Indonesia.
23
2. Farida Suleman. 2011. Meningkatkan kemampuan menyimak siswa melalui cerita dongeng di kelas II SDN 1 Pentadio Barat Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontala. Hasil penelitian menunjukan bahwa menyimak belum dapat di kuasai melalui cerita dongeng. Kegiatan observasi awal menunjukan bahwa hanya 17 orang siswa (50%) yang memiliki minat untuk menyimak. Sedangkan, 17 orang siswa (50%) lainya minat terendah dari 34 siswa, yang ada di SDN 1 Pentadio Barat Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa jika di gunakan cerita dongeng, maka minat siswa dalam menyimak dapat di tingkatkan.