BAB II KAJIAN TEORI
A. Kompetensi 1. Pengertian Kompetensi Kompetensi berasal dari bahasa Inggris yaitu ”competence means fitness and ability” yang berarti adalah kemampuan atau kecakapan. Depdikbud (1982: 51) menyebutkan kompetensi menunjukkan kepada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan. Dalam hubungannya dengan tenaga profesional kependidikan, kompetensi menunjukkan kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi
tertentu
dalam
melaksanakan
tugas-tugas
kependidikan.
Kompetensi adalah kemampuan melakukan tugas mengajar dan mendidik yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan, (Piet Suhertian 1994: 73). Senada dengan pernyataan ini Soeleman (1985: 9) mengartikan kompetensi mengajar yaitu sebagai kemampuan dasar yang dapat mengimplikasikan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya. Menurut Barlow melalui tesis Sugeng Eko Putro Widoyoko (2005: 20) kompetensi guru (teacher competency) adalah merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajibannya secara bertanggung jawab. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwasannya kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi menunjuk pada performance dan perbuatan rasional untuk memenuhi
spesifikasi
tertentu
14
didalam
melaksanakan
tugas-tugas
15
kependidikan. Hal tersebut dikatakan rasional karena mempunyai arahan dan tujuan yang jelas. Sedangkan performance merupakan perilaku yang lebih jauh dari yang tidak tampak. Nana Sudjana (2002: 17), menyatakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Guru memiliki peranan yang sangat penting didalam keberhasilan pembelajaran di sekolah, yaitu berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidup dan cita-citanya serta memberikan arahan untuk bertanggung jawab disetiap perbuatannya. Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh panutan dan identifikasi para peserta didik yang diterapkan pada jalur pendidikan formal dan pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah yang berada dilingkungannya. Seorang guru harus memiliki standar kualitas kepribadian yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri serta disiplin. Guru juga harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, dan intelektual dalam pribadinya serta harus memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi. Berkembangnya teknologi pada masa kini telah mengubah peran guru dari pengajar yang bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan dalam belajar. Guru memiliki peranan yang sangat penting di dalam keberhasilan pembelajaran di sekolah, dan berperan dalam membantu perkembangan peserta didik guna mewujudkan tujuan hidup dan cita-citanya dan memberikan arahan untuk bertanggung jawab dalam setiap perbuatannya.
16
Berdasarkan ilustrasi di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai pembimbing guru memerlukan kompetensi yang tinggi yaitu: a). Guru harus mampu merancang tujuan dan mengidentifikasikan kompetensi yang akan dicapai. b). Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, peserta didik harus dibimbing untuk mendapatkan pengalaman belajar. c). Guru harus memaknai kegiatan belajar. d). Guru harus melakukan penelitian (Mulyasa, 2005: 41-42). Seorang guru yang kompeten dituntut untuk menguasai bahan ajar, mampu mengelola program belajar mengajar, pengelolaan kelas, penggunaan metode dan media pembelajaran,guru harus mampu mengelola interaksi belajar mengajar, guru mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan penyuluhan, serta menguasai landasan pendidikan. Proses pembelajaran sangat memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual, maupun psikomotorik sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar yang seuai dengan potensi masing-masing. Dalam kompetensi guru, seorang guru dituntut untuk menunjukkan kompetensinya yakni dengan mengembangkan kepribadiannya yaitu bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghayati serta mencerminkan sikap saling menghargai sesama umat. Sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia pendidikan guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan sebagai seorang pendidik. Pepatah jawa mengatakan ”Guru yaiku digugu lan ditiru” yang artinya guru sebagai dan dapat dijadikan panutan oleh masyarakat.
17
Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi: (a). kompetensi pedagogik, (b). kompetensi kepribadian, (c). kompetensi sosial, dan (d). kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
a. Kompetensi Pedagogik
Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan
kompetensi
pedagogik
adalah
“kemampuan
mengelola
pembelajaran peserta didik”. Suharsimi Arikunto (1996:175) menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan evaluasi atau penilaian.
b. Kompetensi Kepribadian
Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di contoh sikap dan perilakunya).Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik. Dalam kaitan ini, Mulyasa (2005:225-226) menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik
18
dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).
Muhammad Surya (2003:138) menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik. Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri. Johnson sebagaimana dikutip Mochammad Idochi Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan personal guru, mencakup (1) penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya, (2) pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru, (3) kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya. Suharsimi Arikunto (1993:239)
mengemukakan
kompetensi
personal
mengharuskan
guru
memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subyek didik, dan patut diteladani oleh siswa.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi kepribadian guru tercermin dari indikator (1) sikap, dan (2) keteladanan.
19
c. Kompetensi Profesional
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”. Muhammad Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi profesional meliputi kecakapan atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya. Mulyasa (2005:138) merujuk pada pendapat Asian Institute for Teacher Education, mengemukakan kompetensi profesional guru mencakup kemampuan dalam hal (1) mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofis, psikologis, dan sebagainya, (2) mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku peserta didik, (3) mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan kepadanya, (4) mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai, (5) mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas belajar lain, (6) mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran, (7) mampu melaksanakan evaluasi belajar dan (8) mampu menumbuhkan motivasi peserta didik.
20
d. Kompetensi Sosial
Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”. Muhammad Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi sosial adalah kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kompetensi sosial ini termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial. Suharsimi Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki kemampuan komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha, bahkan dengan anggota masyarakat.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi sosial guru tercermin melalui indikator (1) interaksi guru dengan siswa, (2) interaksi guru dengan kepala sekolah, (3) interaksi guru dengan rekan kerja, (4) interaksi guru dengan orang tua siswa, dan (5) interaksi guru dengan masyarakat.
Kompetensi
seorang
guru
menunjukkan
kepada
kemampuan
melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran dan latihan. Menurut Key yang dikutip oleh Mulyasa dengan bukunya berjudul menjadi guru profesional (2005: 78) mengemukakan bahwa kompetensi selalu dilandasi rasional yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Dengan demikian
21
dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan indikator yang menunjukkan kepada perbuatan yang bisa diamati sebagai konsep yang mencakup aspekaspek pengetahuan, ketrampilan, nilai, sikap serta dalam pelaksanaanya yang utuh. 2. Pengertian Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, (Undang-Undang guru dan dosen No. 14 tahun 2005 pasal 10 ayat 1). Di dalam standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat (3) dikemukakan bahwa
kompetensi
pedagogik
adalah:
kemampuan
untuk
mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisaikan berbagai potensi yang dimilikinya. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, menyebutkan secara rinci bahwa cakupan kompetensi pedagogik terbagi menjadi 10 kompetensi inti yaitu: a. Menguasai Karakteristik Peserta Didik dari Aspek Moral, Spiritual, Sosial, Fisik Kultural, Emosional, dan Intelektual. Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh seorang guru. Memahami peserta didik dengan memanfaatkan tingkat kecerdasannya, kreatififitas, cacat fisik dan perkembangan kognitifnya. Jika pendidikan berhasil baik maka sejumlah orang kreatif akan lahir karena tugas utama pendidikan ádalah menciptakan orang-orang yang mampu melakukan atau menciptakan sesuatu yang baru.
22
Secara umum guru diharapkan menciptakan kondisi yang baik, memungkinkan setiap peserta didik dapat mengembangkan kreatifitasnya antara lain dengan kerja kelompok, tugas, diskusi, dan lain sebagainya. Kondisi-kondisi yang diciptakan oleh guru seperti ini akan menjamin timbulnya belajar dengan baik. Proses pembelajaran di kelas yang pada umumnya lebih menekankan pada aspek kognitif, sehingga kemampuan mental berpusat pada pemahaman, pengetahuan serta ingatan. b. Menguasai Teori Pembelajaran dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran yang Mendidik Kompetensi ini terbagi menjadi dua sub kompetensi yaitu: 1). Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata pelajaran yang diampu. 2). Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam mata pelajaran yang diampu. Pemahaman dan penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik harus dimiliki oleh seorang guru. Hal ini karena teori-teori belajar merupakan suatu acuan atau dasar dalam perancangan suatu sistem pembelajaran dan pelaksanaan proses pembelajaran. Di dalam dunia pendidikan kita mengenal bermacam-macam teori pembelajaran misalnya: teori behaviorisme, teori belajar kognitif, teori pemrosesan informasi dari Robert Gagne, teori belajar Gestalt, dan masih banyak lagi teori-teori belajar yang lain. Dari berbagai macam teori-teori belajar itu guru harus dapat memahami, memilih, dan menerapkan teoriteori pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, untuk
23
kemudian menggunakan teori belajar itu dalam perancangan sistem pembelajaran yang akan dipakai dalam proses pembelajaran kepada peserta didik. c. Mengembangkan Kurikulum yang Terkait Dengan Mata Pelajaran yang Diampu Untuk dapat mengembangkan suatu kurikulum yang tepat, seorang guru dituntut untuk memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Asep Herry Hernawan sebagaimana dikutip Mulyasa (2005: 257-265) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu : 1). Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebut memiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistemologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi
sosiologis).
2). Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya,
memungkinkan
terjadinya
penyesuaian-penyesuaian
berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta
kemampuan
dan
latar
belakang
peserta
didik.
3). Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan,
24
baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis
pekerjaan.
4). Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai. 5). Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.. Apabila guru sudah memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum,
maka
langkah
selanjutnya
adalah
menentukan
tujuan
pembelajaran dan pengalaman belajar yang harus dicapai siswa. Agar tujuan pembelajaran dan pengalaman belajar dapat tercapai diperlukan materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan karakteristik siswa, maka guru harus memilih dan menata materi pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Langkah terakhir dalam pengembangan kurikulum adalah penentuan instrumen penilaian dan evaluasi. d. Menyelenggarakan Pembelajaran yang Mendidik Untuk menyelenggarakan suatu pembelajaran seorang guru perlu untuk merancang satu rancangan pembelajaran yang tertuang dalam RPP. RPP adalah rencana kegiatan mengajar guru yang berupa scenario pembelajaran tahap demi tahap mengenai aktifitas yang akan dilakukan siswa bersama guru terkait materi yang akan dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Tujuan penyusunan RPP
25
dimaksudkan untuk mempermudah guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. RPP dapat difngsikan sebagai pengingat guru mengenai halhal yang harus dipersiapkan terkait dengan metode dan strategi yang digunakan, media yang dipakai, sistem penilaian yang digunakan, dan halhal teknis lainnya dalam pembelajaran. Perencanaan pembelajaran sangat penting peranannya dalam proses belajar mengajar. Menurut PP.19 tahun 2005 pasal 20, perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan RPP yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, dan evaluasi. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapain kompetensi untuk penilaian. Perencanaan proses pembelajaran yang dibuat guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah dengan menguasai metode mengajar. Menurut E.T, Russefendi (1982: 55), dalam strategi belajar mengajar dalam proses pembelajaran metode yang dapat digunakan misalnya : metode ceramah, diskusi, inquiri, eksperimen, demonstrasi, karyawisata, sosiodrama, dan lain-lain. Masing-masing teknik itu mempunyai keunggulan dan kelemahan tersendiri, sehingga guru harus dapat menentukan metode yang cocok dan sesuai dengan materi pelajaran yang akan diberikan pada siswa. Sistem pembelajaran yang baik seharusnya dapat membantu mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Meskipun proses belajar mengajat tidak
26
dapat sepenuhnya berpusat pada siswa seperti pada pendidikan terbuka, tetapi yang perlu dicermati adalah bahwa pada hakekatnya siswa yang harus belajar dan mengembangkan diri. Dengan demikian proses belajar mengajar perlu berorientasi pada kebutuhan dan kemampuan siswa. Kegiatankegiatan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar harus dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan berguna bagi siswa. Guru perlu memberikan bermacam-macam situasi belajar yang memadai untuk materi yang disajikan, dan menyesuaikannya dengan kemampuan serta karakteristik siswanya e. Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran. Di abad 21 ini merupakan abad pengetahuan, informasi, dan teknologi sehingga disebut era globalisasi karena kecanggihan penggunaan pengetahuan, informasi dan kecanggihan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan yang menimbulkan hubungan global keseluruh dunia. Sudah sewajarnya apabila di abad ini seorang guru dituntut untuk memilki kompetensi dalam pemanfaatan teknologi pembelajaran terutama Internet (e-learning) agar guru mampu memanfaatkan berbagai pengetahuan, teknologi, dan informasi dalam melaksanakan tugas utamanya yaitu mengajar. Pada hakekatnya seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan menggunakan dan mempersiapkan materi pembelajaran dalam suatu sistem jaringan komputer yang diakses oleh peserta didik. Sebaiknya seorang guru atau calon guru dibekali dengan berbagai kompetensi yang berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi pembelajaran.
27
fasilitas pendidikan pada umumnya mencakup sumber belajar yang meliputi sarana penunjang lainnya, sehingga peningkatan fasilitas pendidikan harus pada
peningkatan
sumber-sumber
belajar
baik
kualitas
maupun
kuantitasnya. Adanya perkambangan teknologi pendidikan, sumber-sumber belajar untuk peserta didik memungkinkan belajar tanpa adanya batasan tidak hanya di ruang kelas, tapi bisa di laboratorium, perpustakaan, di rumah, dan di tempat-tempat yang mendukung untuk belajar. Teknologi pembelajaran merupakan sarana pendukung untuk membantu memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran dan pembentukan kompetensi guna memudahkan penyajian data, informasi, dan materi pembelajaran. Memasuki abad 21 ini sumber belajar dapat dengan mudah diakses melalui teknologi informasi khususnya internet yang didukung oleh komputer. Perubahan prinsip belajar berbasis komputer memberikan dampak pada profesionalisme guru, sehingga guru harus menambah pengetahuan dan kompetensi baru terkait adanya perubahan prinsip belajar ini. Dalam hal ini guru dituntut untuk memiliki kemampuan mengorganisir, menganalisis dan memilih informasi yang paling tepat yang berkaitan langsung dengan pembentukan kompetensi peserta didik serta tujuan pembelajaran. Dengan demikian, penguasaan guru terhadap stándar kompetensi dalam bidang teknologi pembelajaran dapat dijadikan sebagai salah satu indikator stándar dan sertifikasi kompetensi guru.
28
f.
Memfasilitasi
Pengembangan
Potensi
Peserta
Didik
Untuk
Mengaktualisasikan Berbagai Potensi yang Dimiliki Guru sebagai tenaga pengajar tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran dan menformulasikannya menjadi sajian yang menarik bagi siswa, namun juga dituntut untuk dapat melakukan berbagai kegiatan pengiring agar anak didiknya dengan kesadaran sendiri mau belajar dan berusaha untuk memperoleh ilmu pengetahuan, sikap, dan perilakunya. Menurut Mulyasa (2005: 143), tugas guru pada dasarnya terbagi menjadi 2 kelompok besar yaitu, tugas sebagai pengajar dan tugas sebagai pendidik. Dalam sub kompetensi aktualisasi potensi peserta didik ini esensi yang akan dibahas yaitu mengenai tugas guru sebagai pendidik dalam menjalankan tugas-tugasnya, guru mampu menyelami pikiran, kemampuan, kemauan, dan perasaan siswanya, selain itu guru juga harus dapat mendorong dan memotifasi siswa untuk berkembang secara maksimal Fungsi guru sebagai pendidik menurut Imam Barnadib (1995: 86), diantaranya adalah : 1). Guru sebagai inspirator, yaitu memberikan semangat kepada siswa tanpa memandang taraf kemampuan intelektual atau tingkat motivasi belajar yang ada pada siswanya. 2). Guru sebagai motivator dalam proes belajar mengajar menjadi sumber inspirasi dan motivasi belajar siswa. 3). Guru sebagai fasilitator, mengandung pengertian bahwa guru harus berusaha untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan pokok yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran, sehingga fungsi guru sebagai fasilitator adalah
29
mengetahui secara pasti dan menyediakan sumber-sumber belajar yang dibutuhkan siswanya. g. Berkomunikasi Secara Efektif Empatik dan Santun Dengan Peserta Didik Agar dapat melaksanakan proses pembelajaran yang optimal, seorang guru harus mampu untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan efektif dengan para siswanya. Proses komunikasi antara guru dan murid akan dapat terjalin dengan baik apabila guru mampu menguasai strategi berkomunikasi yang efektif dengan peserta didik. Cara-cara komunikasi itu dapat berlangsung secara lisan, tulisan atau bentuk-bentuk lain tergantung dari kreatifitas guru dalam menerapkan strategi berkomunikasi dengan para siswanya. Untuk dapat mewujudkan proses komunikasi yang efektif, empatik dan santun dengan para siswanya, terlebih dahulu seorang guru juga harus memiliki kompetensi kepribadian dan juga kompetensi sosial yang baik, diantaranya berkepribadian santun, komunikatif dan mudah bergaul dengan semua orang. Kalau potensi diri itu sudah dimiliki oleh seorang guru maka biasanya guru tidak akan mengalami kesulitan dalam menjalin komunikasi dengan para siswanya. Selain itu pemahaman terhadap peserta didik juga sangat diperlukan bagi guru dalam menjalin komunikasi yang efektif dengan para siswa, baik itu komunikasi secara umum saat proses pembelajaran maupun komunikasi personal dengan siswa. h. Menyelenggarakan Penilaian, Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengetahui sampai manakah tujuan yang diharapkan telah tercapai. Evaluasi sangat penting dilakukan
30
untuk mengetahui kesanggupan siswa, kemampuan siswa dan untuk menilai metode yang telah digunakan oleh guru dalam mengajar. Apabila hasil seluruh siswa tidak sesuai harapan maka kemungkinan metode dan media yang digunakan dalam mengajar tidak sesuai atau tujuan yang diinginkan terlalu tinggi. Evaluasi dilakukan bukan hanya sekedar memberikan angka, tetapi juga suatu usaha untuk memberikan bimbingan yang serasi kepada siswa ke arah tujuan pembelajaran. Evaluasi dilakukan juga untuk menilai pengetahuan, pengertian, kesanggupan memecahkan soal, berfikir kritis, apresiasi serta aspek-aspek kelakuan siswa. Evaluasi digunakan bukan hanya tes tertulis saja melainkan juga pada pemahaman siswa serta kemampuan siswa dalam menangkap pelajaran. Pasal 20, yang tercantum dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik guru berkewajiban: 1) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembalajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. 2)
Meningkatkan
dan
mengembangkan
kualifikasi
akademik
dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 3) Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, ras dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
31
4) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, kode etik guru, nilai-nilai agama, etika, dan memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Tujuan dari metode mengajar dan evaluasi saling bertalian erat satu sama lain. Evaluasi hendaknya tidak hanya dilakukan pada saat akhir pelajaran atau satu minggu sebelum ujian atau tes, tetapi dilakukan secara terus menerus. Proses belajar seorang guru dapat melontarkan pertanyaan kepada siswa, baik secara individual maupun secara kelompok, berdialog antar siswa dan bagaimana mereka memecahkan masalahnya. Sesuai dengan arah pembelajaran yang sekarang evaluasi dapat dilakukan
pada
saat
berlangsungnya
pambelajaran
atau
penilaian
berkelanjutan atau yang disebut otentik. Hal ini dilakukan dengan penugasan seperti merangkum, PR, dan lain sebagainya atau dengan penilaian blok. Penilaian blok yaitu penilaian atau tes yang dilakukan setelah satu kompetensi dasar selesai. Secara sistematis penilaian hasil belajar pendidikan kewarganegaraan dapat dilihat pada: a). Aspek yang dinilai.. (1). Afektif. (2). Kognitif. (3). Psikomotor. b). Bentuk penilaian. (1). Tes tertulis. (2). Tes lisan.
32
c). Pelaksanaan. (1). Tes tertulis dilaksanakan sesudah KBM berlangsung. (2). Tes lisan dilaksanakan selama KBM berlangsung. (3). Penugasan atau tugas-tugas Manfaat evaluasi adalah mengarahkan para guru dan mengembangkan program pembelajaran yang efektif, sesuai yang tercantum dalam perencanaannya. Dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses yang berkesinambungan dengan terintegrasi dalam program pembelajaran secara total. Pelaksanaan evaluasi yang baik dan benar akan meningkatkan mutu pembelajaran yang pada akhirnya akan meningkatkan output dari pembelajaran itu sendiri yaitu berupa tujuan pembelajaran yang optimal bagi siswa. Upaya untuk meningkatkan minat dan antusias siswa pada waktu mengikuti pelajaran dapat dilakukan dengan jalan evaluasi dan hasil dari evaluasi tersebut harus diberikan kepada siswa yang bersangkutan sehingga mereka dapat mengetahui letak keberhasilan dan kegagalannya. Dalam pelajaran pendidikan kewarganegaraan sendiri guru melaksanakan tetapi evaluasi bisa dilakukan ketika proses belajar sedang berlangsung misalnya, pemberian tugas, aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan guna mengumpulkan informasi agar dapat mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan yang telah dicapai. i.
Memanfaatkan
Pembelajaran
Hasil
Penilaian
dan
Evaluasi
Untuk
Kepentingan
33
Jika evaluasi pembelajaran telah dilakukan, maka tindakan selanjutnya yang dilakukan oleh guru adalah melihat hasil dari evaluasi itu untuk kemudian menentukan program lanjutan sebagai tindak lanjut atas hasil evaluasi itu. Apabila hasil evaluasi itu ternyata banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar maka guru akan melaksanakan program remedial, yaitu pengulangan materi dan evaluasi yang diberikan pada yang belum mencapai ketuntasan belajar tersebut. Dengan adanya program remedial ini diharapkan para siswanya akan mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan bagi siswanya yang telah mencapai atau melebihi standar nilai ketuntasan belajar guru akan membuat program pengayaan atau enrichment. Program ini biasanya diperuntukkan bagi siswa yang mempunyai kemampuan akademik di atas rata-rata, sehingga program ini biasanya jarang dilakukan dan guru lebih sering membuat program remedial. Dari informasi hasil evaluasi dan program lanjutan inilah seorang guru yang kompeten berusaha untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya. Karena evaluasi merupakan tolok ukur keberhasilan atau kegagalan sebuah sistem pembelajaran, apabila hasil evaluasi tidak sesuai harapan maka dapat dipastikan ada yang salah dalam sistem pembelajarannya. Sehingga guru pasti akan merubah sistem pembelajaran atau mencari solusi agar masalah itu dapat teratasi. Dan apabila hasil evaluasi menggembirakan maka guru pasti akan berusaha meningkatkan lagi kualitas pembelajarannya agar hasil yang dicapai lebih bagus lagi.
34
j. Melakukan Tindakan Reflektif Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Refleksi merupakan kegiatan paling akhir yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran. Refleksi ini berfungsi untuk menganalisis dan melihat kembali proses pembelajaran yang telah dilakukan. Dari kegiatan ini guru dapat mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses pembelajaran yang telah dilakukan dan juga kendala atau hambatan-hambatan selama melaksanakan pembelajaran. Dari hasil refleksi itu seorang guru dapat menentukan kebijakan atau tindakan selanjutnya untuk menyikapi berbagai permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan, dan berusaha untuk mencari solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut pada pembelajaran yang akan datang. Salah satu tindakan reflektif yang bisa dilakukan oleh guru yaitu dengan melakukan penelitian tindakan kelas.
B. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pembelajaran Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (learning is a change of behaviour as a results of experience), demikian pendapat John Dewey salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran behavioural approach. Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif akumulatif, mengarah pada kesempurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan
35
(cogintive domain), aspek afektif (afektif domain), maupun aspek psikomotorik (psycomotor domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Ada 4 pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, yaitu: a. Learning to know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai teknik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan. b. Learning to do, adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk melaksanakan controlling, maintening, designing, dan organizing. Belajar dengan menggunakan sesuatu dalam potensi yang konkret tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, serta mengelola dan mengatasi konflik. c. Learning to live together, adalah membekali kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertian dan tanpa prasangka. d. Learning to be, Adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua , dan ketiga. Ketiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu memecahkan masalah, bekerja sama, bertenggang rasa, dan bertoleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya berhasil dengan memuaskan akan menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa, sehingga akan menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri,
36
memiliki kemantapan intelektual dan emosional yang dapat mengendalikan dirinya secara konsisten yang disebut kecerdasan emosional. 2. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Negara Indonesia merupakan negara demokrasi,
mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan diharapkan dapat membentuk warga Negara yang dapat menerapkan nilai-nilai demokrasi. Menurut Dimon definisi pendidikan kewarganegaraan di sekolah adalah ilmu yang membahas tentang status legal seseorang dalam suatu Negara, aktifitas-aktifitasnya dalam
melaksanakan
fungsi-fungsi politik seperti pemberian suara, organisasi pemerintah, pejabatpejabat publik, dan hak-hak kewajiban sebagaimana diatur oleh hukum Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 memberikan penjelasan tentang pendidikan
kewarganegaraan
adalah
sebagai
berikut:
Mata
pelajaran
pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Penjelasan Undang-Undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 pasal 37 ayat 1, menyatakan bahwa mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki kebanggaan dan cinta tanah air. Melihat pengertian di atas maka mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupaan mata pelajaran yang penting bagi pembentukan kepribadian dan karakter peserta didik. Menurut Cholisin (2000: 16-23) ada 3 cakupan PKn yaitu sebagai berikut: a. Pengetahuan Kewarganegaraan (civic knowledge)
37
Merupakan materi substansi yang harus diketahui oleh warga negara. Pada prinsipnya pengetahuan yang harus diketahui oleh warga negara berkaitan dengan hak-kewajiban/peran sebagai warga pengetahuan
yang
mendasar
tentang
struktur
dan
negara dan sistem
politik,
pemerintahan dan sistem sosial yang ideal sebagaimana yang terdokumentasi dalam Pancasila dan UUD 1945, maupun yang telah menjadi konvensi dalam kehidupan bernegara serta nilai-nilai universal dalam masyarakat demokratis serta cara-cara kerjasama untuk mewujudkan kemajuan bersama dan hidup berdampingan secara damai dalam masyarakat internasional. b. Keterampilan Kewarganegaraan (civic skills) Merupakan ketrampilan
yang dikembangkan dari pengetahuan
kewarganegaraan, agar pengetahuan yang diperoleh menjadi sesuatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara. Civic skills mencakup intelectual skills (ketrampilan intelektual), dan participation skills (ketrampilan partisipasi). c. Karakter Kewarganegaraan (civic dispositions) Merupakan sifat-sifat yang harus dimiliki setiap warga negara untuk mendukung efektifitas partisipasi politik, berfungsinya sistem politik yang sehat, berkembangnya martabat dan harga diri dan kepentingan umum. 3. Misi Pendidikan Kewarganegaraan a. Sebagai pendidikan wawasan kebangsaan yang berarti pendidikan yang menyiapkan peserta didik agar memiliki pemahaman yang mendalam dan komitmen yang kuat serta konsistensi terhadap prinsip dan semangat
38
kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. b. Sebagai pendidikan demokrasi yang berarti pendidikan yang menyiapkan peserta didik agar memiliki dan mampu menjalankan hak-hak sebagai warga negara untuk menjalankan prinsip-prinsip demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. c. Pendidikan yang menyiapkan peserta didik agar menjadi warganegara yang memiliki rasa patriotisme, penghargaan terhadap HAM, kemajemukan bangsa, pelestarian ligkungan hidup, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, serta sikap dan perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme (Winarno, 2006: 29). 4. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Depdiknas merumuskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang bertujuan untuk memberikan kompetensi berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menangkap isu-isu kewarganegaraan, berpartisipasi serta bermutu, bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri bedasarkan pada karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Depdiknas, UU No. 20, 2003: 7). Sesuai dengan Permendiknas No. 22 tahun 2006, maka pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memilki kemampuan sebagai berikut:
39
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter bangsa Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain. d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam teknologi dan informasi.
C. Metode dan Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 1. Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan a. Menurut Winarno Surahmat (1980: 96), metode pembelajaran adalah caracara pelaksanaan dari suatu proses pengajaran dan bagaimana teknisnya suatu bahan atau materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa di sekolah. b. Menurut Roestiyah (1991: 1), metode mengajar adalah teknik dalam penyajian yang harus dikuasai oleh seorang guru dalam mengajar atau menyajikan materi pelajaran kepada siswa di dalam kelas, sehingga pelajaran tersebut dapat dimengerti dan dipahami siswa dengan baik. Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara-cara yang digunakan dalam proses pembelajaran di kelas sehingga mempermudah siswa dalam proses memahami materi pelajaran secara optimal. Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang berkaitan dengan keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar.
40
Kedudukan metode pembelajaran yang diungkapkan Syaiful Bahri Djamarah (1992: 82), yakni sebagai berikut: a. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, yakni dalam proses belajar mengajar, penggunaan satu metode saja cenderung akan menghasilkan suasana belajar yang membosankan. Seorang guru harus menguasai berbagai bentuk metode belajar untuk menyampaikan materi pelajaran bagi siswa. Tiap-tiap metode belajar memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, sehingga dalam penggunaan metode tersebut guu harus menyesuaikan dengan kondisi dan situasi kelas. Dengan demikian, penggunaan metode yang tepat dan bervariasi dapat dijadikan sebagai alat motivasi ektrinsik dalam kegiatan pembelajaran. b. Metode sebagai strategi pengajaran, yakni dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua peserta didik mempu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap peserta didik terhadap materi pun bermacam-macam, dengan adanya perbedaan daya serap tersebut maka diperlukan strategi pembelajaran yang tepat.penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat mempermudah guru unuk mencapai tujuan yang efektif dala pembelajaran. c. Metode pembelajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan, yakni dengan kemampuan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pembelajaran yamg diharapkan. Metode pembelajaran adalah salah satu alat yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakan satu metode pembelajaran saja tidak akan efektif sebab tiap-tiap metode memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Untuk dapat berlangsungnya proses belajar mengajar maka guru di sekolah harus
41
menggunakan cara-cara atau metode tertentu dalam pembelajaran. Sementara itu menurut pendapat yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (1980, 159), metode pembelajaran adalah cara-cara pelaksanaan proses pengajaran atau teknis bahan pelajaran yang diberikan kepada murid-murid di sekolah. Berkaitan dengan pembelajaran kewarganegaraan,
maka metode
pembelajaran yang akan digunakan sangat bergantung pada kompetensi pedagogik seorang guru. Perlu diingat guru harus memperhatikan kemampuan siswa, jumlah mata pelajaran, dan jumlah siswa dalam memilih metode pembelajaran. Proses pembelajaran akan berhasil apabila ada kerjasama antara guru dengan siswa. Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, antara lain sebagai berikut: 1). Metode Pemberian Tugas Merupakan metode penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas agar siswa melakukan kegiatan belajar sesuai ketentuan yang disyaratkan oleh guru. Metode ini mempunyai tiga fase yaitu: guru memberikan tugas kepada siswa, siswa melaksanakan tugas, dan siswa mempertanggungjawabkan tugas, Simandjuntak (1989: 30). Metode ini bisa berupa pemberian tugas di dalam kelas, di perpustakaan, di rumah, ataupun
berupa
pengamatan
di
tempat-tempat
tertentu.
Dalam
melaksanakan tugas ini siswa dapat memanfaatkan berbagai sumber misalnya dari buku-buku yang tersedia di perpustakaan, mencari lewat internet, dan juga dapat memanfaatkan sumber-sumber yang seperi koran, majalah, atau media massa yang lain.
42
2). Metode Diskusi Metode diskusi merupakan cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa dihadapkan pada suatu masalah. Masalah tersebutdapat beupa pernyataan ataupun pertanyaan yang menarik untuk dibahas dan dipecahkan bersama-sama. Metode tidak diarahkan oleh guru, tapi siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan ide-ide mereka, James Popham, dkk (1992:84). Peranan guru dalam metode diskusi adalah: a). Guru sebagai ahli yang mengetahui banyak mengenai berbagai hal daripada siswanya. Disini guru memberitahu, menjawab pertanyaan atau mengkaji sesuatu yang sedang didskusikan oleh siswa. Sesuai dengan tugas utamanya yaitu ”guru berperan sebagai agent of information”. b). Guru sebagai pengawas, disamping sebagai sumber informasi maka guru harus bertindak sebagai pengawas dan penilai dalam proses belajar mengajar dalam diskusi ini. c). Guru sebagai penghubung kemasyarakatan, guru dapat memperjelas dan menunjukkan jalan-jalan pemecahannya sesuai dengan kriteria yang ada dan hidup dalam masyarakat. Peranan guru yakni sebagai socializing agent. d). Guru sebagai pendorong atau fasilitator, guru perlu membantu atau mendorong setiap anggota kelompok untuk menciptakan dan mengembangkan kreativitas setiap siswa seoptimal mungkin.
43
3). Metode Tanya Jawab Cara penyajian materi pelajaran dalam bentuk pertanyaanpertanyaan yang harus dijawab. Pertanyaan tersebut bisa berasal dari guru dan juga bisa berasal dari siswa. Pertanyaan dari siswa yang dianggap kurang dimengerti maka disini guru bertugas memberikan jawaban yang sesuai dengan aeah pembelajaran. Begitu juga guru memberikan pertanyaan kepada siswa yakni sebagai evaluasi pembelajaran dengan tujuan pemahaman siswa
terhadap materi yang telah diberikan. Metode ini
digunakan untuk meninjau pelajaran yang telah lalu, agar siswa memusatkan perhatian terhadap kemajuan yang telah dicapai, Simandjuntak (1989: 22). 4). Metode Ceramah Metode ini sring dilakukan dilakukan sebagai metode tradisional, sebab sejak dulu metode ini telah digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan murid dalam proses pembelajaran. Metode ceramah lebih menuntut keaktifan guru daripada siswa, dan metode ini tidak dapat ditinggalkan begitu saja dalam proses belajar mengajar. Menurut Winarno Surakhmad (1980), metode ceramah sebagai metode mengajar adalah penerangan atau penuturan secara lisan oleh guru terhadap siswa di kelasnya, serta guru dapat menggunakan alat bantu seperti gambar-gambar, bagan, globe, dan peta. Dalam hal ini utamanya adalah berbicara. 5). Permainan Permainan adalah salah satu bentuk kegiatan dimana peserta didik yang terlibat didalamnya atau pemain-pemainnya bertindak sesuai dengan
44
aturan-aturan yang telah ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Misalnya dengan menggunakan permainan kartu, yaitu guru membuat pertanyan serta jawaban yang benar lalu disebarkan secara acak kemudian para siswa diperintahkan untuk menjodohkan jawaban yang benar. Permainan kartu dalam proses pambelajaran mengharapkan para siswa dapat memahami isi jawaban yang benar.para siswa diharapkan melakukan interaksi satu sama lain dengan membawa seperangkat masalah. Secara tidak langsung metode permainan ini menuntut pengetahuan dan pemahaman siswa dalam pelajaran kewarganegaraan. 6). Metode Karyawisata Merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu yang banyak memberikan data atau sumber-sumber belajar. Metode inipun disesuaikan dengan materi pelajaran yang diberikan. Untuk mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dapat mengadakan karyawisata ke gedung MPR/DPR, KPU,pengadilan, atau ke tempat-tempat lain yang berhubungan dengan materi yang dipelajari. Dengan metode karyawisata
ini
diharapkan
dapat
memberi
suasana
baru
dalam
pembelajaran, lebih menarik para siswa, dan juga dapat menambah pengalaman baru bagi para siswa. Tujuan dari metode ini yaitu agar siswa mendapat pengetahuan dan pengalaman langsung dari lapangan tentang materi pelajarannya serta memberikan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan dan menyesuaikan teori sesuai dengan kondisi sesungguhnya. Simandjuntak (1989: 29).
45
7). Metode Portofolio Menurut Eric Digest (2000), “Portofolios are used in various professions together typical..; art students assamble a portfolio for an art class..”. Portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa sebagai hasil belajarnya. Portofolio, selain sangat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kemampuan dan pemahaman siswa serta memberikan gambaran mengenai sikap dan minat siswa terhadap pelajaran yang diberikan, juga dapat menunjukkan pencapaian atau peningkatan yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran (Stiggins, 1991 : 20).
Melalui model pembelajaran portofolio, selain diupayakan dapat membangkitkan minat belajar siswa secara aktif, kreatif, juga dapat mengembangkan pemahaman nilai-nilai kemampuan berpartisipasi secara efektif, serta diiringi suatu sikap tanggung jawab. Adapun alasan penggunaan model pembelajaran portofolio, yang mendasari kegiatan serta proses pembelajaran PKn mengacu pada pendekatan sistem : (a). CTL (Contextual Teaching Learning) dan (b). Model Kegiatan Sosial dan PKn.
a). CTL (Contextual Teaching Learning)
CTL adalah suatu bentuk pembelajaran yang memiliki karakteristik berikut: (1). Keadaan yang mempengaruhi langsung kehidupan siswa dan pembelajarannya; (2). Dengan menggunakan waktu/kekinian, yaitu masa yang lalu,
46
sekarang, dan yang akan datang; (3). Lawan dari textbook centered; (4). Lingkungan budaya, sosial, pribadi, ekonomi, dan politik; (5). Belajar tidak hanya menggunakan ruang kelas, bisa dilakukan di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara; (6). Mengaitkan isi pelajaran dengan dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan mereka; dan (7). Membekali siswa dengan pengetahuan yang fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lain, dari satu konteks ke konteks lain.
Model CTL disebut juga REACT, yaitu Relating (belajar dalam kehidupan nyata), Experiencing (belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan dan penciptaan), Applying (belajar dengan menyajikan pengetahuan untuk kegunaannya), Cooperating (belajar dalam konteks interaksi kelompok), dan Transfering (belajar dengan menggunakan penerapan dalam konteks baru/konteks lain).
b). Model Kegiatan Sosial dan PKn
Model
yang dipelopori oleh
Fred
Newman ini
mencoba
mengajarkan pada siswa bagaimana mempengaruhi kebijakan umum, dengan demikian pendekatan tersebut mencoba memperbaiki kehidupan siswa dalam masyarakat atau negara, dengan mencoba mengembangkan
47
kompetensi lingkungan yang merupakan kemampuan siswa untuk mempengaruhi lingkungan, dan memberikan dampak pada keputusankeputusan kebijakan, memiliki tingkat kompetensi dan komitmen sebagai pelaksana yang bermoral. Model ini mendorong partisipasi aktif siswa dalam kehidupan politik, ekonomi dan sosial dalam masyarakat.
Kedua model di atas, yang menjadi dasar acuan pendekatan sistem pada model pembelajaran portofolio membina siswa dalam rangka pemerolehan kompetensi lingkungan dan membekali siswa dengan life skill : civic skill, civic life, serta dapat mengembangkan dan membekali siswa bagaimana belajar ber-PKn-dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektifitas dalam berpartisipasi, juga untuk membina suatu tatanan nilai terutama nilai kepemimpinan pada diri siswa, agar siswa dapat mempertanggungjawabkan ucapan, sikap, perbuatan pada dirinya sendiri, kemudian pada masyarakat, bangsa, dan negara. Implementasi model pembelajaran portofolio akan menjadikan PBM PKn yang sangat menyenangkan
bagi
siswa,
bila
pembelajaran
tersebut
beserta
komponennya memiliki kegunamanfaatan bagi siswa dan kehidupannya.
Metode yang telah diterapkan oleh guru tentunya sesuai dengan materi yang telah diberikan. Selama ini metode yang paling dominan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah metode ceramah, walaupun dalam kurikulum sekarang para guru dituntut untuk menggunakan
metode
pembelajaran
yang
bervariasi
yang
lebih
48
mengaktifkan siswa. Metode pembelajaran yang paling ideal adalah metode yang mampu membuat siswa benar-benar memahami konsep, teori, materi serta mengaplikasikannya dalam kehidupan seharihari.penggunaan metode yang tidak sesuai dengan kebuuhan siswa, situasi dan kondisi kelas akan berdampak pada timbulnya kendala dalam pencapaian tujuan pengajaran. Efektivitas penggunaan metode dapat dicapai bila terjadi kesesuaian antara semua komponen dalam proses pengajaran.
Winarno Surakhmad (1980: 23) mengemukakan lima faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar, yaitu sebagai berikut: a. Pribadi guru serta kemampuan profesionalannya yang berbeda-beda. b. Tujuan yang bermacam-macam dan fungsinya. c. Situasi yang bermacam-macam keadannya. d. Fasilitas yang bermacam-macam kualitas dan kuantitasnya. e. Anak didik yang bermacam-macam tingkat kematangannya. Dalam pemilihan metode pembelajaran guru harus mempertimbangkan aspek kegagalan dan keberhasilan serta keaktifan siswa dan keefisienan waktu yang diperlukan agar apa yang menjadi tujuan dapat tercapai dengan baik. Maka dari itu perlu didukung oleh peran aktif siswa selama proses pembelajaran. Guru juga harus menciptakan pembelajaran yang efektif sehingga dapat terselenggaranya proses pembelajaran yang efektif. Metode mengajar memegang peranan penting sebagai sarana interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Penggunaan metode pembelajaran yang
49
tepat akan sangat berpengaruh terhadap prestasi siswa,oleh sebab itu guru perlu memperhatikan adanya kesesuaian antara metode mengajar yang digunakan dengan tujuan yang hendak dicapai, situasi dan kondisi pembelajaran serta kemampuan siswa dalam memahami pelajaran tersebut. 2. Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kata media tidak asing bagi kita semua, kata media yang berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah yang berarti perantara atau pengantar (Azhar Arshad, 2004: 6). Dari pengertian yang dikemukakan oleh Arief dkk, media adalah perantara atau pesan dari dari pengirim kepada penerima pesan. Adapun macam-masam media diantaranya; (a). Media berbasis visual yang meliputi guru, instruktur, buku, dan sumber-sumber belajar seperti peta, globe, gambar. (b). Media berbasis audio visual yang meliputi video,film, televisi, OHP, komputer, LCD, dan lain sebagainya. Media pembelajaran diartikan sebagai sesuatu yang dapat menyampaikan pesan atau isi pelajaran. Menggunakan media dalam pembelajaran dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa. Berbagai macam media dapat digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar. Menurut Nana Sudjana, (1989: 17), media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan ide, sehingga ide, pendapat atau gagasan yang dikemukakan atau disampaikan itu dapat sampai pada penerima. Media disebut sebagai saluran/channel, karena menyampaikan pesan atau informasi dari sumber informasi itu kepada penerima informasi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan media adalah saluran komunikasi yang
50
digunakan untuk menyampaikan pesan antara sumber (pemberi pesan) dengan penerima pesan. Sementara itu pendapat yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik, (2002: 21) hubungan komunikasi interaksi itu akan lancar serta tercapainya hasil yang maksimal, apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi. J.D. Latuheru (1998:14), mengatakan bahwa media pembelajaran adalah alat secara fisik untuk menyampaikan isi pengajaran, dan media yang dimaksud adalah: buku,tape recorder, kaset, film, video, televisi, kamera foto, gambar, radio dan lan sebagainya. Terpenting dari penggunaan media adalah pesan dan informasi, yang dapat disiapkan atau disampaikan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan belajar seseorang serta dapat dikembangkannya agar siswa dapat berprestasi dengan aktif selama proses belajar di kelas. Pemilihan media harus sesuai dengan perkembangan jiwa dan taraf berpikir siswa sehingga akan lebih dipahami, dengan penggunaan media tersebut diharapkan akan tercipta lingkungan pengajaran yang interaktif yang dapat memberikan respon terhadap kebutuhan belajar yang efektif guna menjamin terciptanya suasana belajar mengajar yang baik. Penggunaan media dalam suatu proses belajar mangajar bertujuan agar proses elajar mengajar bisa berlangsung secara tepat guna, sehingga diharapkan mutu pendidikan akan meningkat. Seorang guru harus berusaha agar materi pelajaran yang disampaikan atau disajikan harus mampu diserap dan dimengerti oleh peserta didiknya. Bagi seorang guru harus memilih media yang berdasarkan atas kemampuan siswa sehingga dengan mudah siswa dapat menerima materi yang diberikan oleh guru. Adapun media-media yang seiring digunakan dalam
51
proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di SMA N I Seyegan antara lain sebagai berikut:
a. Komputer Munculnya teknologi komputer merupakan alternatif solusi bagi para pendidik untuk membuat pembelajaran menjadi lebih efektif. Saat ini berkembang multimedia dengan komputer yang dihubungkan dengan media lainnya. Muculnya teknologi komputer dalam pembelajaran seiring dengan kreativitas para pendidik dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran. Penggunaan komputer dalam pembelajaran bertujuan untuk mendorong partisipasi aktif siswa dan dapat merespon setiap tindakan siswa. Komputer adalah sebuah mesin yang khusus dirancang untuk mengolah informasi yang masuk. Dengan menggunakan media komputer siswa akan dapat meningkatkan kualitas belajar secara individu atau mampu memecahkan
permasalahan
secara
lengkap.penggunaan
multimedia
komputer sangat menguntungkan dalam proses belajar mengajar, karena komputer melibatkan berbagai kegiatan yang mulai dari tugas yang terencana sampai laporan hasil kerja siswa. Dalam dunia pendidikan komputer digunakan dalam banyak hal. Misalnya untuk membantu siswa dalam hal mempelajari kemempuankemampuan dasar, serta membantu siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Komputer dalam perkembangan masa kini merupakan suatu perangkat peralatan yang canggih dan dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Dengan komputer akan sangat membantu siswa untuk
52
menyelesakikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, sementara itu Radikun (1993: 4), mengemukakan bahwa disamping belajar dari guru siswa dapat belajar dari media-media atau sumber-sumber lain sehingga guru hanya sebagai fasilitator. Misalnya guru memberikan tugas untuk membuat laporan hasil studi lapangan dan harus diketik serta tugas-tugas yang diberikan oleh guru dapat dimasukkan kedalam data atau file guru yang telah tersedia dikomputer, sehingga guru akan lebih mudah dalam mengkoreksi pekerjaan siswa dalam komputer. b. OHP (Overhead Projector) Media ini dkenal sebagai media audio visual dalam dunia pendidikan. Media ini sangat sederhana, yakni cahaya dari suatu lampu yang ada dalam kotak dan media ini disatukan oleh semacam lensa khusus kemudian disalurkan menembus satu plastik transparansi yang diletakkan pada permukaan alat tersebut. Penyajian informasi dapat dilakukan secara sistematis
yang
berdasarkan
urutan
yang
ditetepkan
oleh
guru,
perencanaanya pun cukup sederhana dan dapat digunakan untuk kelas yang besar secara bersama-sama. Media OHP ini digunakan untuk pembelajaran dengan menggunakan transparansi. Misalnya guru memberikan materi yang berkaitan dengan penjelasan, guru cukup menampilkan transparansi dengan OHP, Sehingga akan lebih mudah diterima siswa. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media merupakan bentuk peralatan yang berfungsi merangsang pikiran, membangktkan perasaan dalam kehidupan masyarakat luas. Dengan demikian media mempunyai fungsi yang sangat penting dalam aspek kehidupan manusia baik secara individu maupun
53
secara sosial hal ini dikarenakan
media sebagai pengantar pesan dapat
dimanfaatkan unuk berbagai maksud dan tujuan tertentu baik secara individu maupun secara kelompok dalam kaitannya dengan pembelajaran. Media mempunyai fungsi edukatif yaitu media dapat membeikan informasi yang mengandung nilai-nilai edukatif untuk mencapai keberhasilan. Sebagai sarana transformasi ilmu pengetahuan, sekolah tidak bisa menutup diri terhadap perkembangan teknologi. Sekolah yang mempunyai potensi untuk maju dan bekembang hendaknya didorong untuk mengembangkan multimedia dengan melalui penggunaan informasi dan komunikasi. Berawal dari pemikiran tersebut akan lebih bermakna
langkah pengembangan ini apabila dalam
pembelajaran di sekolah-sekolah selalu dikembangkan media pembelajaran sebagai penunjang dalam proses pembelajaran, karena dalam belajar memerlukan seluruh indera mulai dari indera pendengaran, penglihatan, perabaan dan penciuman. Agar kebutuhan indera dalam belajar terpenuhi penggunaan lebih dari satu media yaitu media audio visual dan media yang merupakan keputusan bijak.
D. Kerangka Berpikir Upaya guru dalam menerapkan kompetensi pembelajaran di kelas secara keseluruhan menuntut seorang guru menjadi tenaga yang profesional, dan merupakan usaha guru untuk mengembangkan sikap yang positif pada siswanya. Guru harus mempunyai strategi pembelajaran, metode dan media pembelajaran untuk menciptakan kualitas dan tujuan yang baik sehingga tumbuh semangat pada diri siswa dalam belajar pendidikan kewarganegaraan.
54
Seorang guru sangat berperan atas keberhasilan siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas. Mengingat PKn selama ini kurang banyak diminati siswa karena sulit, membosankan, dan banyak sekali guru PKn hanya terpaku pada satu metode saja, serta kurang memanfaatkan media pembelajaran. Maka ini merupakan sebuah tuntutan bagi guru agar mampu mempersiapkan metode dan media pembelajaran yang tepat sehingga tercipta suasana pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan yang dapat merangsang perhatian siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru. Sebagai tenaga pendidik guru mempunyai etika yang dimana seorang guru memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan guna terwujudnya sebuah cita-cita. Metode pembelajaran yang diterapkan di dalam kelas harus disesuaikan dengan materi pembelajaran yang menyangkut penguasan materi atau bahan ajar, pengelolaan kelas, dan keberhasilan. Begitu juga media pembelajaran yang berperan sebagai penyampai pesan atau isi pelajaran. Agar program pengajaran ini dapat terlaksana dengan baik maka sangat dibutuhkan dukungan oleh siswa dan guru, dalam kurukulum pembelajaran, sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai sangat menunjang proses pembelajaran. Latar belakang guru sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil dari kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran ini akan terlaksana apabila didukung oleh kompetensi pedagogik guru dalam penerapan metode dan pemanfaatan media pembelajaran dan tentu saja didukung oleh kurikulum yang tepat dan profesionalisme guru. Dari berbagai kreatifitas dan aktifitas yang terjadi selama proses pembelajaran, maka dapat diketahui hasil dari pembelajaran sehingga dapat diketahui apakah tujuan yang diharapkan dapat tercapai atau tidak. Jika sikap dan tingkat perhatian siswa terhadap pelajaran
55
pendidikan kewarganegaran positif, maka siswa itu mempunyai aktifitas yang tinggi dalam pembelajaran PKn. Namun apabila tingkat kreatifitas siswa negatif dalam pelajaran PKn, maka aktifitasnya dalam pelajaran PKn juga rendah. Untuk meningkatkan aktifitas dan keaktifan siswa dalam pembelajarn, guru memegang peranan yang sangat penting dan yang dibutuhkan oleh siswa diantaranya adalah; motivasi dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan khususnya. Untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat dalam skema berikut.
Latar Belakang Pendidikan
GURU
Output/Tujuan Pembelajaran
Proses Pembelajaran
Kurukulum PKn
Aktifitas Siswa
Kreatifitas Tingkat Perhatian Siswa Sikap Siswa Keaktifan Siswa
Kompetensi Guru: Metode dan Media Pembelajaran
Sarana Pembelajaran