Penelitian tentang klausa belum pernah diteliti pada Program Studi Bahasa Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul yang telah ada adalah “Analisis Konstrastif Kalimat Verbal dan Kalimat Nominal dalam Bahasa Arab” kakanda Khairina Nasution (810711831), dan “Analisis Dasar Jumlah Murakkab dalam Bahasa Arab” oleh kakanda Mardiah Siregar (850706009). Sedangkan dalam penelitian ini peneliti menganalisis tentang “Analisis Klausa Verbal pada Hikayat
/jundīyyun muslimun/” dalam Buku Al-Qirā’atu
Al ‘Arabiyyatu karya Ibnu Malik DKK. Menurut Al-khuli, klausa dalam A Dictionary of Theoretical Linguistics English-Arabic (1982:44) adalah :
/Tarkībun lugawiyyun yusybihu al-jumlata fī ‘anāșirihi illā annahu yusyakkilu jur’an min jumlatin. Wa qad takūnu al-jumaīlatu tābi‘atan aw ra’īsatan. Amma al-jumaylatu al-tābi‘atu fahiya jumailatun taqūmu bi waẓīfatin mā ḍimna al-jumlati al-raī’siyyati. Faqad tasuddu masadda alna’ti aw al-ismi aw al-ẓarfi/ ‘Klausa secara bahasa adalah yang menyerupai kalimat dalam unsur-unsurnya akan tetapi klausa merupakan bagian dari kalimat. Kadang-kadang mengikuti / bergabung dengan kalimat atau kadangkadang berdiri sendiri. Jika klausanya mengikuti kalimat maka klausanya lengkap yang terdiri dari kalimat utama, kadang bersandar pada kata sifat, kata benda, atau keterangan.’ Sedangkan menurut Badri dalam Asrori (2004:69) mengistilahkan klausa dengan /al-tarkīb/ yaitu:
/Yata`allafu al-tarkību min ṭarfaini yusammā awwalahumā al-musnadu ilaihi wa al-śānī al-musnadu/ ’’Adalah satuan linguistik yang terdiri atas dua unsur pokok, yaitu musnad ilaihi (pokok kalimat, tema, mubtada, fi’il, ism, inna, dan lainnya) dan musnad yang mencakup (predikat, khabar, rema, khabar inna,khabar kana).’
Universitas Sumatera Utara
Kridalaksana mengemukakan bahwa klausa berpotensi untuk menjadi kalimat. Hal ini mengindikasikan bahwa klausa itu bukan kalimat melainkan bagian dari kalimat. (Asrori, 2004:69) Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata frase, yang berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam konstruksi klausa ini, fungsi subjek boleh dikatakan bersifat wajib, sedangkan yang lainnya bersifat tidak wajib.(Chaer, 1994:231) Asrori mengemukakan bahwa klausa mempunyai dua unsur inti, yaitu S (subjek) dan P (predikat) (Asrori, 2004:74). Dalam bahasa Arab, fungtor S (subjek) /musnad ilaihi/ dan fungtor P (predikat)
dapat disepadankan dengan dapat disepadankan dengan
/musnad/. Kedua istilah tersebut kurang populer di
kalangan pembelajar bahasa Arab, karena kedua istilah itu digunakan dalam Ilmu Balagah (retorika bahasa Arab), bukan di dalam ilmu nahwu. Istilah-istilah yang digunakan ilmu nahwu antara lain: /isim kana/,
fa’i/l,
/mubtada/’,
/fa’il/,
/isim inna/,
/na’ib /khabar dan fi’il/.
Tetapi istilah-istilah nahwu tersebut masing – masing mempunyai pengertian khusus yang tidak seratus persen sama dengan konsep
/musnad ilaih/ S (subjek)
dan musnad P (predikat), atau bahkan berlawanan. Karena itu ilaih/ dan
/musnad
/musnad/ lebih sepadan dengan S (subjek) dan P (predikat).
Selain fungtor subjek S (subjek) dan P (predikat) terdapat juga fungtor O (objek) dan K (keterangan). Fungtor O (objek) sepadan dengan
maf’ul bih
dan dalam bahasa Arab fungtor K (keterangan) dapat dirinci menjadi: a. b.
/Maf’ul fih/ = keterangan tempat dan waktu. /Maf’ul mutlaq = keterangan penegas,frekuensi dan model.
c. d.
/Maf’ul liajlih/ = keterangan maksud / sebab. /Maf’ul ma’ah/ = keterangan penyerta.
Universitas Sumatera Utara
e.
/Hal/ = keterangan keadaan.
Bertolak pada penjelasan tersebut, berikut ini dikemukakan bagan padanan fungtor di atas. 1. Subjek (S) = Musnad ilaih = Mubtada’ Fa’il Naib fa’il Isim kana Isim inna 2. Predikat (P) = Musnad
= Khabar Fi’il
3. Objek (O)
= Maf’ul bih
4. Keterangan (K) = K1
= Maf’ul fih
K2
= Maf’ul muthlaq
K3
= Maf’ul liajlih
K4
= Maf’ul ma’ah
K5
= Hal
Menurut Asrori (2004:76), klausa dapat dikelompokkan berdasarkan sejumlah aspek yaitu sebagai berikut: A. Jenis kata/frasa yang menduduki fungsi P/M (predikat/ musnad) Berdasarkan kata/frasa yang menduduki fungsi P/M, klausa dapat dibedakan menjadi empat kategori yaitu klausa nominal, klausa verbal, klausa bilangan, dan klausa depan. 1. Klausa nominal adalah klausa yang P-nya (predikat) terdiri dari kata atau frase golongan nominal. Contoh:
/Marwānu qā`idan ’aẓīman/ “Marwan adalah seorang pemimpin yang besar 2. Klausa verbal adalah klausa yang P-nya (predikat) terdiri dari kata atau frase verbal. Contoh:
Universitas Sumatera Utara
/Yaqzifūna al-muslimīna binīrānin syadīdatin/ “Mereka melempar umat Islam dengan api yang keras” 3. Klausa bilangan adalah klausa yang P-nya (predikat) terdiri dari kata atau frase golongan bilangan. Contoh: /Qāma ṡalāṡatu junūdun/ ’’Tiga orang tentara berdiri.” 4. Klausa preposisional (depan) adalah klausa yang P-nya (predikat) terdiri dari frase kata depan yaitu frase yang diawali oleh kata depan sebagai kata penanda. Contoh: /Wā fī yadihi fa’sun hā’ilatun/ ”Di tangannya pedang yang sangat besar.” B. Struktur Intern Klausa Struktur intern klausa adalah lengkap tidaknya kedua unsur inti klausa. Maksudnya klausa mempunyai unsur inti yaitu S dan P (subjek dan predikat) atau MI dan M (musnad ilaih dan musnad). Meskipun S/MI (subjek/musnad ilaih) merupakan unsur inti klausa, ia sering tidak dimunculkan sebagai akibat dari penggabungan klausa atau berada dalam kalimat jawaban ataupun dalam klausa, khususnya klausa bahasa Arab yang fungtor subjek atau musnad ilaihnya dapat diindikasikan secara spesifik oleh morfem yang ada pada predikat atau musnad. Klausa yang mengandung fungtor subjek dan predikat atau musnad ilaih dan musnad disebut klausa lengkap sedangkan yang tidak mengandung fungtor subjek atau musnad ilaih disebut klausa tidak lengkap. Contoh klausa lengkap dan yang tidak lengkap:
/ yahduru al-tājiru wa yadkhulūna al-sūqa/ mereka masuk ke pasar”
”datang pedagang itu dan
/ yahduru al-tājiru/” datang pedagang itu”
Universitas Sumatera Utara
Contoh di atas adalah contoh klausa yang lengkap. Dimana klausa yang mengandung fungtor S (subjek) dan P (predikat) atau Mi dan M (musnad ilaihi dan musnad) disebut klausa lengkap. Karena klausa di atas menunjukan bahwasanya S (subjek) nya atau MI (musnad ilaih) di muncul kan.
/wa yadkhulūna al-sūqa/ ”mereka masuk ke pasar” Contoh di atas adalah klausa yng tidak lengkap. Pada contoh ini, klausa yang tidak mengandung fungtor S/MI ( subjek atau musnad ilaihi) yang disebut klausa tidak lengkap. Karena S (subjeknya) berupa dhamir mustatir atau yang tidak di munculkan.
C. Berdasarkan Peran Fungtor S (subjek) Apabila fungtor P (predikat) di tempati oleh verba aktif, maka fungtor S (subjek) berperan sebagai pelaku (fa’il), sebaliknya fungtor P (predikat) di tempati oleh verba pasif, maka S (subjek) berperan sebagai penderita (naib fa’il). Klausa yang S (subjek) nya berperan sebagi pelaku disebut klausa aktif (jumlah ma’lumiyah) dan yang S- nya (subjek) berperan sebagai penderita disebut klausa pasif (jumlah majhuliyah). Selain itu terdapat klausa yang P (predikat) nya berupa kata atau frasa non verba (nominal dan preposisional), yang disebut klausa netral. Klausa verba aktif : /kataba muḥammadun al-darsa/’Muhammad menulis pelajaran’ Contoh kalimat diatas adalah klausa verba aktif, karena S (subjek) nya berperan sebagai pelaku (jumlah ma’lumiyah). Klausa verba pasif :
/kutiba al-darsa/’pelajaran itu ditulis.’ Contoh kalimat diatas adalah klausa verba pasif, karena S (subjek) nya berperan sebagai penderita (jumlah majhuliyah). D. Berdasarkan Urutan Fungtor 1. Klausa berfungtor S (subjek) dan P (predikat)
Universitas Sumatera Utara
Contoh : /huwa yamsyī/’dia berjalan’ 2. Klausa berfungtor P (predikat), S (subjek), dan O (objek) Contoh : /kataba muḥammadun al-risālata/ ’Muhammad menulis surat’ 3. Klausa berfungtor S (subjek), P (predikat), dan K (keterangan) Contoh : /anā ażhabu ila al-masjidi/’saya pergi ke mesjid.’ 4. Klausa berfungtor P (predikat), S (subjek), O (objek), dan K (keterangan) Contoh : /ḥafaẓat faṭimatu al-qur`ana fi al-gurfati/’Fatimah menghafal AlQur`an di kamar.’ 5. Klausa berfungtor P (predikat) dan O (objek) Contoh : /ya’kulu al-ṭa’āma/’dia makan makanan.’ 6. Klausa berfungtor P (predikat) dan K (keterangan) Contoh : /ażkuru jayyidan/’saya menghafal dengan baik.’ 7. Klausa berfungtor P (predikat), O (objek), dan K (keterangan) Contoh : /yatażakkaru waladahu kaśīran/’dia banyak mengingat anaknya.’
Universitas Sumatera Utara