Budidaya SAPI POTONG
DAFTAR PUSTAKA Hadi, P.U., N. Ilham, A. Thahar, B. Winarso, D. Vincent and D. Quirke. 2002. Improving Indonesia's Beef Industry. Australian Center for International Agricultural Research (ACIAR) Monograph. No. 35, vi + 128 p. Ilham, B., B. Wiryono, I.K. Kariyasa, M.N.A. Kirom dan Sri Hastuti. 2001. Analisis Penawaran Dan Permintaan Komoditas Peternakan Unggulan. Laporan Hasil Penelitian . Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sosial Eknomi Pertanian. Bogor. Murtidjo, B. A. 1990. Beternak Sapi Potong. Penerbit Kanisus. Yogyakarta. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi Dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak. 2010. Rekomendasi Teknologi Peternakan dan Veteriner mendukung Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) Tahun 2014. Bogor. Rahmanto, B. 2004. Analisis Usaha Peternakan Sappi Potong Rakyat. ICASERD Working Paper No.59. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Eknomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor. Umiyasih dan Anggraeny, 2007. Petunjuk Teknis Ransum Seimbang, Strategi Pakan Pada Sapi potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor. Tillman, Hartadi. H, Rekso Hadiprojo. S., Prowirokusumo, Lebdosoekodjo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta. Yusran, M.A., T. Purwanto, B. Suryanto, M. Sabrani, M. Winugroho and E. Teleni. 1998. Applikation Of Surge Feeding For Improving The Post Partum An Estrus Of Ongole Cows Calve In Rainy Season In Dry Land Of East Java. Seminar The 2 Nd ISTAP, Juli 1998. Fakultas Peternakan UGM. Yokyakarta.
30
BPTP Kalimantan Selatan
Budidaya SAPI POTONG
ISBN : 978-979-3112-32-9
Budidaya
SAPI POTONG Penanggung Jawab
: Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan
Penyusun
: 1. A. Hamdan, S.Pt, MP 2. Ir. Eni Siti Rohaeni, MP
Penyunting
: 1. Ir. Fatma Dewi, M.Si 2. A. Subhan, S.Pt, MP 3. Siti Nurawaliah, S.Pt
Design Grafis / Setting : M. Isya Ansari, SP Sumber Dana
: Kegiatan Program PSDS pada BPTP Kalimantan Selatan T. A. 2010
Alamat : Jl. Panglima Batur Barat No.4 P.O. Box. 1032 Banjarbaru 70711 Telp. 0511 - 772346 Fax. 0511 - 781810 website : //www.kalsel.litbang.deptan.go.id e-mail :
[email protected] [email protected]
d. Mulut dan Kuku/PMK (AE) Penyebab : Rhinovirus Tanda-tanda : · Rongga mulut, lidah dan telapak kaki, teracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan · Sapi tampak pincangatau tidak bisaberjalan akibat kukunya bengkak · Demam atau panas tinggi kemudian menurun drastis · Nafsu makan menurun atau tidak mau makan sama sekali · Air liurkeluar berlebihan Pengobatan : dengan antibiotik, sulfa maupun suplemen vit. A Pencegahan : · Sapi yang sakit pisahkan · Vaksinasi AE · Menjaga kebersihan kandang dan lingkungan sekitarnya
PENUTUP Berdasarkan uraian di atas sudah cukup jelas hal-hal yang perlu diperhatikan dalam usaha budidaya sapi potong. Oleh karena itu, besar harapan penulis kepada para pengguna dan praktisi peternakan serta para peternak bisa bersama-sama mencoba membudidayakan sapi potong sesuai petunjuk sehingga bisa mendapatkan keberhasilan dan keuntungan yang optimal guna mendukung program pemerintah dalam mensukseskan Program Swasembada Sapi Potong (PSDS) 2014.
BPTP Kalimantan Selatan
29
Budidaya SAPI POTONG
Pengobatan : Disuntik dengan antibiotik Procain Penecillin G, dosis 6000 – 10000 /kg bb. Pencegahan : · Vaksin dg vaksin spora (Max Sterne) 1 cc/6 bl, atau dg serum anti antrax 50- 100 cc/ekor · Bakar/kubur sedalam 7 meter ternak yg mati dan pada permukaan tanah ditaburi kapur c. Ngorok/Septichaemia Efizootica (SE) Penyebab : Bakteri Pasturella multocida Umunya menyerang sapi muda umur 6- 24bulan Tanda-tanda : · Kulit kepala dan selaput leder lidah bengkak berwarna merah kebiruan · Terjadi peradangan pd daerah sinus, faring, laring, trakea dan bronkia · Leher, anus dan vulva membengkak · Paru-paru meradang · Bedah bangkai terlihat ususdan perut menjadi asamdan berwarna merah tua · Badan panas tinggi dan demam · Sulit bernapas sehingga suara seperti ngorok, dan dalam keadaan sangat parah bisa mati dlm waktu 12-36 jam Pengobatan : Disuntik dg antibiotik atau preparat sulfa Pencegahan : · Vaksin SE setiap 6 bl sekali · Sapi yang sakit dipisahdarikelompoknya
28
BPTP Kalimantan Selatan
KATA PENGANTAR Kalimantan Selatan memiliki potensi cukup besar untuk pembangunan peternakan terutama sapi potong. Hal ini didukung dengan sumber daya alam yang luas untuk padang penggembalaan, limbah pertanian dan perkebunan yang belum dimanfaatkan secara optimal serta bahan pakan lokal yang tersedia cukup banyak. Alhamdulillah, Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena penerbitan Brosur dengan judul “ Budidaya Sapi Potong “ dapat terlaksana dengan baik. Brosur ini diterbitkan dalam rangka mendukung Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) di Kalimantan Selatan. Brosur ini memuat tentang beberapa hal penting dalam budidaya sapi potong yaitu bibit, pakan dan tatalaksana dalam beternak sapi. Diharapkan dengan menerapkan inovasi teknologi, maka dapat dihasilkan produktivtas yang maksimal, yang pada akhirnya dapat meningkatkan keuntungan dan pendapatan petani-peternak. Harapan kami, Brosur ini dapat membantu para Penyuluh dan Petugas di lapangan dalam menjalankan tugasnya untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan Budidaya Sapi Potong khususnya kepada petani-peternak. Banjarbaru, Nopember 2010 Kepala Balai,
Dr. Agus Supriyo, MS NIP. 19561224 198203 1 001
-i-
Budidaya SAPI POTONG
Beberapa penyakit yang sering dijumpai dalam usaha pemeliharaan sapi potong antara lain : a. Jembrana Penyebab : Virus Tanda-tanda : • Keluar lender dari hidung dalam jumlah yang berlebihan, mulai encer lama-kelamaan mengental • Kalau sudah parah keluar keringat darah • Suhu badan mencapai 40ºC • Nafsu makan menurun bahkan hilang sama sekali Pengobatan : Belum ada tetapi diusahakan kondisi badannya diperbaiki dengan memberikan pakan yang berkualitas dan penyakit ini bisa sembuh sendiri. Pencegahan : Vaksinasi b. Radang Limpa (Antrax) Penyebab : Bakteri Bacillus antracis Bersifat Zoonosis (menular kepada manusia) Tanda-tanda : · Demam tinggi , badan lemah dan gemetar · Terjadi ganguan pernapasan, sering mengeluarkan darah dari hidung · Terjadi pembengkakan pd kelenjar dada,leher dan alat kelamin serta badan penuh bisul · Keluar darah berwarna merah hitam dr telinga, anus, mulut dan vagina · Kotoran ternak cair (diare) sering bercampur darah · Bila dilakukan pembedahan limpa bengkak
BPTP Kalimantan Selatan
27
Budidaya SAPI POTONG
terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah : a. Pemanfaatan kandang karantina. Sapi bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat. b. Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya. Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit. c. Vaksinasi untuk bakalan baru. Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax.
26
BPTP Kalimantan Selatan
DAFTAR ISI halaman KATA PENGANTAR ................................................................
i
I.
PENDAHULUAN...............................................................
1
II. BANGSA SAPI POTONG..................................................
4
III. PERKANDANGAN...........................................................
7
IV. SELEKSI BIBIT..................................................................
12
V. BAHAN PAKAN DAN BAHAN PENYUSUN RANSUM............................................................................
14
VI. TATALAKSANA................................................................
20
PENUTUP................................................................................
29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................
30
- iii -
Budidaya SAPI POTONG
menghindari penularan penyakit atau kawin sedarah. Teknologi IB bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ternak sapi melalui penggunaan pejantan pilihan dan menghindari penularan penyakit atau kawin sedarah. Perkawinan induk sapi secara IB dapat dilakukan apabila induk sapi telah menunjukkan gejala berahi, seperti halnya pada perkawinan secara alami. Apabila berahi pagi maka induk sapi dikawinkan pada sore hari dan apabila berahi sore dikawinkan pada besok pagi hingga siang. Setelah 6-12 jam terlihat gejala berahi, perkawinan secara IB pada induk sapi dilakukan pada saat ini.
Gambar 6. Inseminasi Buatan 3. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak BPTP Kalimantan Selatan
25
Budidaya SAPI POTONG
I. PENDAHULUAN
Manajemen Perkawinan 1. Intensifikasi kawin alam (IKA) dengan pejantan terpilih Apabila birahi pagi dikawinkan pada sore hari dan apabila birahi sore dikawinkan pada besok pagi hingga siang. Setelah 6-12 jam terlihat gejala birahi, sapi induk dibawa dan diikat ke kandang kawin yang dapat dibuat dari besi atau kayu, kemudian didatangkan pejantan yang dituntun oleh dua orang dan dikawinkan dengan induk yang birahi tersebut minim dua kali ejakulasi.
Gambar 5. Sapi induk yang sedang birahi dan dikawinkan secara alami Setelah 21 hari (hari ke 18-23) dari perkawinan, dilakukan pengamatan birahi lagi dan apabila tidak ada gejala birahihinggga dua siklus (42 hari) berikutnya, kemungkinan sapi induk tersebut berhasil bunting. Untuk meyakinkan bunting tidaknya, setelah 60 hari sejak di kawinkan, dapat dilakukan pemerik kebuntingan dengan palpasi rektal, yaitu adanya pembesaran uterus seperti balon karet (10-16 cm) dan setelah hari ke 90 sebesar anak tikus 2. Teknik inseminasi buatan (IB) dengan semen beku dan teknik IB dengan semen cair Teknologi IB bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ternak sapi melalui penggunaan pejantan pilihan dan
24
Budidaya SAPI POTONG
BPTP Kalimantan Selatan
Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) tahun 2014 yang telah dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dilakukan melalui lima kegiatan pokok yaitu, 1) Penyediaan sapi bakalan lokal; 2) Peningkatan produktivitas dan reproduktivitas ternak sapi lokal; 3) Pencegahan pemotongan sapi betina produktif; 4) Penyediaan bibit sapi dan 5) Revitalisasi aturan distribusi dan pemasaran ternak/hewan (Puslitbangnak, 2010). Kegiatan pokok tersebut dijabarkan dalam langkah operasional sebagai berikut : 1) Pengembangan usaha pengembangbiakan dan penggemukan sapi lokal; 2) Pengembangan pupuk organik dan biogas; 3) Pengembangan integrasi; 4) Peningkatan kualitas Rumah Potong Hewan (RPH); 5) Revitalisasi Inseminasi Buatan (IB) dan Intensifikasi Kawin Alam (INKA); 6) Penyediaan pakan dan air; 7) Penanggulangan gangguan reproduksi dan peningkatan pelayanan kesehatan hewan; 8) Penyelamatan betina produktif; 9) Penguatan wilayah sumber bibit dan kelembagaan usaha perbibitan; 10) Pengembangan perbibitan sapi potong melalui Village Breeding Centre (VBC); 11) Penyediaan bibit melalui subsidi bunga pada Kredit Usaha Perbibitan Sapi (KUPS); 12) Revitalisasi aturan impor sapi bakalan dan daging; 13) Revitalisasi aturan distribusi dan pemasaran ternak sapi dan daging di dalam negeri (Puslitbangnak, 2010). Swasembada adalah kemampuan penyediaan dalam negeri sebesar 90-95%, sementara sisanya 5-10% dapat dipenuhi dari impor. Percepatan yang dilakukan harus tetap mengacu pada prinsip : 1) Keberlanjutan (sustainable); 2) Sumberdaya domestik; 3) Pemberdayaan peternakan rakyat; 4) Aman, sehat, utuh dan halal (ASUH); 5) Keterkaitan antara pemerintah pusat, provinsi,
BPTP Kalimantan Selatan
1
Budidaya SAPI POTONG
kabupaten/kota, masyarakat dan swasta; 6) Prinsip perdagangan internasional yang free dan fair, dan 7) Membuka peluang ekspor. Luaran yang diharapkan dalam PSDS dari sistem pembibitan adalah ; 1) Service per conception (S/C) < 1,55; 2) Calving Interval < 14 bulan; 3) Angka kelahiran pedet dari populasi induk ≥ 70%; 4) Kematian pedet pra sapih < 3%; dan 5) Pertambahan Berat Badan Harian (PBBH) pedet pra-sapih pada sapi Bali/Madura ≥0,3 kg, sapi PO ≥0,4 kg dan sapi silangan ≥0,8 kg. Dan keluaran yang diharapkan dari model penggemukan yang efisien adalah : 1) PBBH sapi PO ≥0,7 kg, sapi Bali/Madura ≥0,6 kg dan sapi silangan ≥0,9 kg/hari; 2) Bobot potong minimal PO ≥450 kg, Bali/Madura ≥300 kg, silangan ≥500 kg dan 3) Tingkat kematian nol (Puslitbangnak, 2010). Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor pertanian, karena diantara produk daging yang bersumber dari usaha peternakan dan perikanan, konsumsi daging sapi menduduki urutan ketiga setelah ikan dan produk unggas (poultry), yaitu mencapai sekitar 1,99 kg karkas/kapita/tahun atau sekitar 10,3 persen dari total konsumsi daging pada tahun 2001 (GMI database dalam Hadi et al., 2002). Selain itu komoditas sapi potong merupakan salah satu cabang usaha tani dan mayoritas masih diusahakan secara tradisional/ekstensif dengan skala usaha kecil. Salah satu diantaranya disebabkan karena besarnya investasi jika dilakukan secara besar dan modern, dengan skala usaha kecilpun usaha sapi potong akan mendapatkan keuntungan yang baik jika dilakukan dengan prinsip budidaya K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan). Beberapa permasalahan penyebab keterbatasan produksi daging dalam negeri ini, antara lain adalah : masih tingginya pemotongan sapi yang memiliki kondisi baik induk/betina produktif; terjadinya perkawinan dalam keluarga (inbreeding) karena terbatasnya ketersediaan pejantan unggul, serta penurunan populasi sapi antara lain
2
BPTP Kalimantan Selatan
Budidaya SAPI POTONG
Pengamatan birahi dapat dilakukan setiap hari pada waktu pagi dan sore hari dengan melihat gejala birahi secara langsung dengan tanda-tanda estrus seperti ; Abuh, Abang dan Angat pada kemaluan sapi betina serta diikuti keluarnya cairan bening, seperti tampak pada Gambar 4 . Tanda-tanda lain dari sapi betina yang sedang berahi adalah, sapi tampak gelisah (tidak tenang) dan sering menaiki teman yang lain serta diam apabila dinaiki pejantan. Persentase kejadian birahi yang terbanyak pada pagi hari, seperti tampak pada Tabel 2 dibawah. Tabel 2. Persentase waktu kejadian birahi pada sapi induk Waktu birahi
Persentase gejala birahi (%)
06.00-12.00 22
22
12.00-18.00 10
10
18.00-24.00 25
25
24.00-06.00 43
43
Sumber : Selk (2000)
Gambar 4. Ciri-ciri sapi betina berahi BPTP Kalimantan Selatan
23
Budidaya SAPI POTONG
Budidaya SAPI POTONG
2). Sapi Induk Bunting Tua Hingga Laktasi Rendahnya kualitas ransum dalam tiga bulan awal setelah beranak; khususnya protein kasar (PK) yang hanya sekitar 50 - 65% dari kebutuhan merupakan penyebab tidak optimalnya lama waktu periode birahi setelah melahirkan (an estrus post partus) (Yusran, 1998). Oleh sebab itu, pemanfaatan sumber pakan asal biomass lokal disertai dengan teknologi peningkatan nilai nutrien, misalnya melalui suplementasi merupakan alternatif pilihan. Suplementasi dengan menggunakan daun tanaman leguminosa pohon dan semak selama dua bulan pertama setelah beranak merupakan salah satu alternatif untuk memperpendek periode birahi setelah melahirkan (Yusran et al., 1998). 2. Manajemen Perkawinan Sapi Potong Swasembada ternak dan daging dapat dicapai melalui peningkatan populasi sapi potong dengan cara meningkatkan jumlah kelahiran pedet dan calon induk sapi dalam jumlah besar. Untuk itu diperlukan suatu teknologi tepat guna spesifik lokasi sesuai dengan kondisi agroekosistem dan kebutuhan pengguna yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Permasalahan yang terjadi di lapangan adalah masih terjadi kawin berulang (S/C > 2) dan rendahnya angka kebuntingan, sehingga menyebabkan panjangnya jarak beranak pada induk ( > 18 bulan). Salah satu faktor penyebab rendahnya perkembangan populasi sapi adalah manajemen perkawinan yang tidak tepat, yakni: (1) pola perkawinan yang kurang benar, (2) pengamatan birahi dan waktu kawin tidak tepat, (3) rendahnya kualitas atau kurang tepatnya pemanfaatan pejantan dalam kawin alam dan (4) kurang terampilnya beberapa petugas serta (5) rendahnya pengetahuan peternak tentang kawin suntik/IB.
karena kemampuan reproduksi yang rendah. Kondisi yang demikian jika tidak diantisipasi dengan upaya terobosan dalam peningkatan produksi di dalam negeri akan menyebabkan Indonesia selalu bergantung pada pasokan impor dan menjadi target potensial pemasaran ternak sapi hidup dan produk-produk turunannya bagi negara-negara produsen utama.
22
BPTP Kalimantan Selatan
BPTP Kalimantan Selatan
3
Budidaya SAPI POTONG
II. BANGSA SAPI POTONG Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Masing-masing jenis sapi potong itu mempunyai sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luar (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan). Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (Peranakan Ongole) dan sapi Madura. Selain itu juga sapi Aceh yang banyak diekspor ke Malaysia (Penang). Populasi sapi potong yang ada, penyebarannya dianggap merata masing-masing adalah: sapi Bali, sapi PO, Madura dan Brahman. Beberapa ciri bangsa sapi yang ditemui dan berkembang yaitu :
Budidaya SAPI POTONG
dapat tercapai apabila jumlah pemberian bahan kering pakan pada sapi dara adalah 3% dari berat badan. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa konsentrat yang mengandung protein kasar (PK) 12 % dan TDN sebanyak 60% ideal digunakan sebagai pakan penguat pada sapi potong dara karena selain menghasilkan PBBH yang optimal juga menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi.
B. Sapi Ongole Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik, bertanduk pendek dan hampir tidak terlihat. Jenis ini telah disilangkan
b. Sapi Induk Bunting 1). Sapi Induk Bunting Muda Kebutuhan pakan sapi bunting diperlukan untuk pembentukan jaringan-jaringan baru janin, membrana janin, pembesaran uterus dan perkembangan glandula mammary (kelenjar susu). Namun standart pemberian pakan untuk sapi bunting hanya untuk 1/3 masa kebuntingan terakhir, sedangkan pada masa kebuntingan sebelumnya dapat menggunakan standar pakan untuk kebutuhan pokok sapi dewasa biasa (Tillman et al., 1998). Mengingat sapi betina muda yang bunting juga masih mengalami pertumbuhan badan, maka pemberian pakan hendaknya harus menjamin tercukupinya kebutuhan untuk pertumbuhan jaringan selama terjadi kebuntingan dan pertumbuhan induk semangnya. Penggunaan dedak sebagai pakan penguat pada sapi induk bunting muda sebanyak 2 % berat badan berdasarkan kebutuhan bahan kering dengan penambahan suplemen yang mengandung kalsium, fosfat dan vitamin ADEK dapat menghasilkan PBBH 0,7 kg dan perbandingan keuntungan biaya produksi B/C yang tinggi yaitu 2,7 (Umiyasih dan Anggraeny, (2007).
4
BPTP Kalimantan Selatan
A. Sapi Bali Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru. Berat badan sapi Bali mencapai 300-400 kg. dan persentase karkasnya 56,9%.
BPTP Kalimantan Selatan
21
Budidaya SAPI POTONG
VI. TATALAKSANA 1. Pemeliharaan a. Sapi dara Pemeliharaan sapi dara merupakan bagian penting dalam upaya pengembangan sapi potong karena merupakan calon penghasil bakalan. Pengikatan efesiensi usaha pemeliharaan sapi potong dara perlu dilakukan melalui efesiensi biaya pakan. Pembesaran sapi dara berhubungan erat dengan efesiensi reproduksi dimana keberhasilannya tergantung pada pola pemeliharaan yang 95% dipengaruhi oleh pakan, kesehatan dan faktor lingkungan (Umiyasih, 2001). Perkembangan organ reproduksi terjadi selama masa pertumbuhan sehingga status fisiologis sapi dara harus benar-benar diperhatikan, karena kekurangan gizi dapat menyebabkan tidak berfungsinya ovarium (Matondang et al., 2001 dalam Umiyasih dan Anggraeny, 2007) sebaliknya bisa mengalami gangguan reproduksi seperti terjadinya kegagalan kebuntingan dan terjadinya kemajiran bila berat badan sapi menjingkat secara berlebihan (Wijono, 1992 dalam Umiyasih dan Anggraeny, 2007). Untuk mendukung keberhasilan reproduksi dan produksi sapi dara diharapkan berat badan saat kawin sekitar 250 kg – 300 kg (Schmidt et al., (1988), namun kondisi ini di lapangan jarang tercapai pada sapi dara umur 15 bulan. Hal tersebut diduga disebabkan oleh rendahnya potensi pertumbuhan calon induk atau kurang terpenuhinya pakan. Menurut Umiyasih et al., (2003) pertambahan bobot badan harian (PBBH) optimal untuk sapi dara yaitu 0,5 kg/hari
20
BPTP Kalimantan Selatan
Budidaya SAPI POTONG
dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah. Berat badan sapi Ongole mencapai 400 kg dengan persentase karkas 58,8% (Murtidjo, 1990). C. Sapi Brahman Cirinya berwarna bulu putih keabu-abuan, dan juga merah, dengan warna putih pada bagian kepala. Punuk besar dan kulit longgar dengan banyak lipatan di bawah leher dan perut, dan mempunyai gelambir dari rahang bawah sampai bagian ujung tulang dada bagian depan serta telinganya menggantung. Daya pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong Indonesia. Sapi Brahman (dari India), banyak dikembangkan di Amerika, persentase karkasnya 45%. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun. Berat hidup rata-rata sapi jantan 600kg dan yang betina 500 kg. D. Sapi Madura Sapi ini merupakan keturunan perkawinan antara Bos Sondaicus dan Bos Indicus. Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor dan BPTP Kalimantan Selatan
5
Budidaya SAPI POTONG
kaki bawah dan tanduknya melengkung ke depan dengan melingkar seperti bulan sabit. Berat hidup rata-rata 324,3 kg dengan persentase karkas 60,8%. E. Sapi Limousin Sapi ini merupakan keturunan Bos Taurus yang berhasil dijinakkan dan dikembangkan di Perancis. Ciri Sapi Limousin berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik. Bentuk tubuh memanjang, bagian perut agak mengecil tetapi bagian paha dan pinggul cukup besar, penuh daging dan sangat padat. Berat badan sapi betina dapat mencapai 650 kg dan jantan 850 kg (Murtidjo, 1990). F. Sapi Simental Sapi Simental (Swiss) bertanduk kecil, bulu berwarna coklat muda atau kekuningkuningan. Pada bagian muka, lutut kebawah dan gelambir, ujung ekor berwarna putih. Sapi Simental bertanduk kecil, bulu berwarna coklat muda atau kekuning-kuningan. Pada bagian muka, lutut ke bawah dan jenis gelambir, ujung ekor berwarna putih.
6
BPTP Kalimantan Selatan
Budidaya SAPI POTONG
pemilihan sapi bakalan. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa sapi jantan memiliki pertumbuhan (PBBH) yang lebih baik, persentase karkas yang lebih tinggi, efisiensi pakan lebih tinggi, cenderung memiliki persentase lemak yang lebih rendah dari pada sapi betina. Umur sapibakalan yang ideal untuk penggemukan adalah ternak dewasa yaitu antara 1,5-2,5 tahun dan pada saat dijual tidak melebihi umur 3 tahun. Bobot badan dan kondisi awal sapi bakalan yang akan digemukan berpengaruh terhadap lama penggemukan, bobot badan ideal untuk pasar sebesar 400-500 kg sehingga diperlukan bobot badan awal antara 260-300 kg. Pemberian pakan bagi usaha penggemukan komersial (feedlot) dengan masa penggemukkan 3 bulan dikenal dengan teknologi grain feed, maka kualitas pakan diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan hasil yang menunjang pertumbuhan yang optimal dan menghasilkan kualitas daging yang baik. Teknologi grain feed menggunakan hijauan sebasar 15-20% dan pakan konsentrat sebesar 80-85%, tergantung dari nilai ekonomi yang didasarkan pada konversi pakan yang diperoleh. Ransum sapi yang digemukkan memerlukan bahan kring sebanyak ≥3% dari bobot badan, dan kandungan protein minimal 9% dan energi (TDN) sebesar 60-70%. Pakan hijauan yang diberikan meliputi rumput, leguminosa dan limbah pertanian. Rumput dapat diberikan 10% dari BB, leguminosa seperti lamtoro, turi atau gamal dapat diberikan anatara 20-60% dari total hijauan dan dapat menurunkan jumlah pemberian konsentrat. Limbah pertanian seperti jerami padi, jerami jagung dll disarankan tidak lebih dari 3% BB. Konsentrat yang diberikan harus mengandung BK > 88%, PK > 12%, LK < 6%, SK 12-17%, TDN > 64% dan abu < 10%. Penggunaan limbah industri pertanian aksimal untuk bungkil kelapa 20%, bungkil kedele 25%, dedak padi 100% dan ampas sagu 15% dari konsentrat. BPTP Kalimantan Selatan
19
Budidaya SAPI POTONG
c. Sapi Bunting Tua Teknologi steaming up, challenge dan flushing dilakukan secara berkesinambungan sejak sapi induk bunting 9 bulan hingga menyusui anak umur 2 bulan. Pakan konsentrat murah sebanyak 1-3% dari bobot badan dengan kandungan PK minimal 10%, TDN minimal 60%, SK maksimal 20% dan abu maksimal 10%. Alternatif model pakan yang diberikan untuk sapi induk bunting tua dengan bobot badan 325-350 kg adalah 3,5 kg dedak, tumpi jagung 4-6 kg, kulit kopi 1 kg, rumput segar 3-4 kg dan jerami padi kering ad-libitum 4-7 kg/ekor/hari. d. Sapi Menyusui Penyapihan pedet dianjurkan pada umur 7 bulan mengingat susu merupakan pakan terbaik bagi pedet. Sapi induk dapat menghasilkan susu sampai umur kebuntingan 7 bulan tanpa berpengaruh terhadap kebuntingannya. Pemberian pakan murah untuk induk menyusui dapat berupa 1,5-3% dari bobot badan dengan kandungan PK minimal 12%, TDN minimal 60%, SK maksimal 20% dan abu maksimal 10%. Alternatif model pakan yang diberikan untuk sapi induk menyusui dengan bobot 300 kg berupa dedak 4-7 kg, tumpi jagung 6 kg, rumput segar 4 kg dan jerami padi kering adlibitum 4-7 kg/ekor/hari. 2. Penggemukan Sapi Beberapa faktor teknis yang menetukan dalam nilai ekonomis usaha penggemukan sapi potong yaitu bangsa, jenis kelamin (seks), umur, bobot badan dan kondisi awal, dan pemberian pakan. Bangsa sapi bakalan yang digunakan dalam penggemukan ikut menentukan keuntungan atau keberhasilan terkait dengan pencapaian pertambahan bobot badan yang optimal. Jenis kelamin ternak merupakan faktor yang menjadi pertimbangan dalam
18
BPTP Kalimantan Selatan
Budidaya SAPI POTONG
III. PERKANDANGAN Dalam beternak, kandang merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan. Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi adalah : a) Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari b) Mempermudah perawatan dan pemantauan dan c) Menjaga keamanan dan kesehatan sapi Secara umum, kandang memiliki dua tipe yaitu kandang individu dan kelompok. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m, sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak sapi cukup 1,5 x 1 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan. Perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjakinjak/ tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai.
BPTP Kalimantan Selatan
7
Budidaya SAPI POTONG
Budidaya SAPI POTONG
Manajemen Pemberian Pakan Berikut adalah hasil penelitian pakan dan nutrisi sapi PO yang dilakukan di Loka Penelitian Sapi Potong sejak tahun 2002 sampai tahun 2008, merekomendasikan strategi dan alternatif model pakan. Rekomendasi ini masih perlu untuk dikaji sehingga diperoleh hasil yang lebih sempurna.
Kandang individu satu baris dengan posisi kepala searah
Kandang kelompok beratap sebagian Gambar 1. Contoh tipe atau bentuk kandang
8
BPTP Kalimantan Selatan
1. Pembibitan Sapi a. Sapi Sapihan Penyapihan dilakukan setelah pedet berumur 205 hari atau sekitar 7 bulan yang diharapkan pedet telah mampu mengkonsumsi dan memanfaatkan pakan kasar dengan baik. Introduksi teknologi pakan yang dilakukan untuk efisiensi biaya pemeliharaan dengan target PBBH > 0,6 kg/ekor/hari berupa pemberian pakan sebanyak 1-3% dari bobot badan dengan kandungan PK ≥10%, TDN ≥60%, SK ≤15% dan abu ≤10%. Alternatif pakan yang diberikan berupa dedak 2-3 kg, kulit ubi kayu 2-3 kg, rumput segar 3-4 kg dan jerami padi kering 2-4 kg. Alternatif pakan ini untuk sapi sapihan dengan bobot badan 150-175 kg dan skor kondisi badan 6-7. b. Sapi Dara Introduksi teknologi pakan dilakukan untuk efisiensi biaya biaya pemeliharaan dengan target PBBH > 0,6 kg/ekor/hari. Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang optimal dan ekonomis pada sapi dara adalah konsentrat murah/komersial yang memiliki kandungan PK > 8% dan TDN 60% sebanyak 13% dari bobot badan. Alternatif model pakan untuk sapi dara dengan bobot badan 200 kg adalah 2 kg konsentrat komersial/dedak padi, tumpi jagung 3 kg, kulit kopi 1 kg, rumput segar 3-4 kg dan jerami padi kering ad-libitum (±4 kg/ekor/hari).
BPTP Kalimantan Selatan
17
Budidaya SAPI POTONG
Tabel 1. Kebutuhan zat-zat makanan untuk induk-induk sapi dan pejantan sapi pedaging Bobot Badan (kg)
PBBH
Konsu msi BK (kg )
Konsentr at (% ran su m)
T otal Protein (%)
Induk sapi umur 1 tahun, bunting 323 0.4 6.6 0 8.8 0.6 8.5 0 8.8 0.8 9.4 0 - 15 9 350 0.4 6.9 0 8.8 0.6 8.9 0 8.8 0.8 10 0 - 15 8.8 375 0.4 7.2 0 8.7 0.6 9.3 0 8.7 0.8 11 0 - 15 8.7 400 0.4 7.5 0 8.7 0.6 9.7 0 8.7 0.8 11.6 0 - 15 8.7 Induk sapi, bunting 4 - 6 bulan, kering 350 5.5 0 5.9 400 6.1 0 5.9 450 6.7 0 5.9 500 7.2 0 5.9 Induk sapi bunting trimester II - lahir 350 0.4 6.9 0 5.9 400 0.4 7.5 0 5.9 450 0.4 8.1 0 5.9 500 0.4 8.6 0 5.9 Induk sapi menyus ukan, 3 - 4 bulan post partum, produk si air susu 350 8.2 0.1 9.2 400 8.8 0 9.2 450 9.3 0 9.3 500 9.8 0 9.8 Pejantan s edang tumbuh aktivitas sedang 350 1 8.8 25 - 30 10.2 400 0.9 11 26 - 30 9.4 500 0.7 12.2 15 - 20 8.8
TDN (%)
Ca (% )
P (%)
52 52 58 52 52 58 52 52 55 52 52 55
0.23 0.21 0.21 0.22 0.21 0.21 0.21 0.20 0.20 0.21 0.2 0.19
0.23 0.21 0.21 0.22 0.21 0.21 0.21 0.20 0.20 0.21 0.2 0.19
52 52 52 52
0.18 0.18 0.18 0.18
0.18 0.18 0.18 0.18
0.18 0.18 0.18 0.18
0.18 0.18 0.18 0.18
0.29 0.28 0.28 0.28
0.29 0.28 0.28 0.28
0.31 0.21 0.18
0.26 0.21 0.18
52 52 52 52 sedang 52 52 52 52 64 64 61
Budidaya SAPI POTONG
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dapat dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat. Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan bahan lainnya. Temperatur di sekitar kandang 25-40°C (rata-rata 33°C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m). Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang. 1) Konstruksi dan Letak Kandang Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang. Konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring ke arah selokan di luar kandang. Maksudnya adalah agar air yang
Sumber : Parakkasi, A. (1999).
16
BPTP Kalimantan Selatan
BPTP Kalimantan Selatan
9
Budidaya SAPI POTONG
tampak, termasuk kencing sapi mudah mengalir ke luar dan lantai kandang tetap kering. Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara di dalamnya lancar. Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang bersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan tidak boleh kehabisan setiap saat. 2) Ukuran Kandang Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. 3) Perlengkapan Kandang Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai, dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur di dalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi.
Budidaya SAPI POTONG
alang-alang dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi. Disamping hijauan ternak sapi juga perlu diberi pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan yang biasa diberikan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum. Pakan (ransum) merupakan campuran dari dua atau lebih bahan pakan yang diberikan untuk seekor ternak selama sehari semalam. Ransum harus dapat memenuhi kebutuhan zat nutrien yang diperlukan ternak untuk berbagai fungsi tubuhnya, yaitu untuk hidup pokok, produksi maupun reproduksi (Siregar, 1995 dalam Umiyasih dan Anggraeny, 2007). Pada mumumnya ransum untuk ternak ruminansia terdiri dari pakan hijauan dan pakan konsentrat. Pakan pokok (basal) dapat berupa rumput, legum, perdu, pohon-pohonan serta tanaman sisa panen. Sedangkan pakan konsentrat antara lain berupa biji-bijian, bungkil, bekatul dan tepung ikan. Kebutuhan zat-zat makanan untuk induk-induk sapi dan pejantan sapi pedaging (Tabel 1.)
Rumput & Rendeng
Konsetrat
Jerami Padi
Gambar 3. Bahan pakan sapi potong (rumput, rendeng, konsentrat dan jerami padi)
10
BPTP Kalimantan Selatan
BPTP Kalimantan Selatan
15
Budidaya SAPI POTONG
Budidaya SAPI POTONG
V. BAHAN PAKAN DAN BAHAN PENYUSUN RANSUM Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dapat dicerna sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak yang memakannya. Zat nutrien adalah za-zat gizi dalam bahan pakan yang sangat diperlukan untuk hidup ternak meliputi protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air (Tillman et al., 1998). Bahan pakan terdiri dari 2 kelompok , yaitu bahan pakan asal tanaman dan asal non tanaman (ternak atau ikan). Berdasarkan sifat fisik dan kimianya dibedakan menjadi 8 klas yaitu : hijauan kering dan jerami, tanaman padang rumput, hijauan segar, silase dan haylage; sumber energi; sumber protein; suplemen vitamin, mineral; aditif dan non aditif (Kellems and Church, 1998 dalam Umiyasih dan Anggraeny, 2007). Kualitas suatu bahan pakan ditentukan oleh kandungan zat nutrien atau komposisi kimianya, serta tinggi rendahnya zat anti nutrisi yang terkandung di dalamnya (Soejono et al., 2006 dalam Umiyasih dan Anggraeny, 2007). Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan (dalam berat segar) tiap ekor adalah 10% berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung,
Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjakinjak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.
14
BPTP Kalimantan Selatan
BPTP Kalimantan Selatan
Gambar 2. Konstruksi bangunan kandang sapi
11
Budidaya SAPI POTONG
IV. SELEKSI BIBIT Seleksi adalah tindakan memilih sapi yang mempunyai sifat yang dikehendaki dan membuang sapi yang tidak mempunyai sifat yang dikehendaki. Beberapa syarat ternak yang harus diperhatikan adalah: 1) Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya. 2) Matanya tampak cerah dan bersih. 3) Tidak cacat dan tidak terdapat tanda-tanda terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir. 4) Kukunya tidak terasa panas bila diraba. 5) Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya. 6) Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur. 7) Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu. 8) Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari.
Budidaya SAPI POTONG
kondisi ini dapat dicapai dengan pemeliharaan yang baik, sedangkan sapi jantan untuk dapat digunakan sebagai pejantan (pemacek) sebaiknya setelah berumur 2-2,5 tahun. Umur sapih disarankan setelah anak sapi berumur 140 hari, sehingga induk bisa mempersiapkan kebuntingan berikutnya.
Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi yang cocok yaitu jenis sapi Bali, sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok serta banyak dijumpai di daerah setempat. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging adalah sebagai berikut: 1) Tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola. 2) Kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan. 3) Laju pertumbuhannya relatif cepat. 4) Efisiensi pakannya tinggi. Umur dewasa kelamin dan bobot badan ideal untuk sapi betina dikawinkan adalah 1,5 tahun dan bobot badan berkisar 250-300 kg,
12
BPTP Kalimantan Selatan
BPTP Kalimantan Selatan
13