223
DAFTAR PUSTAKA Abidin, S. Z. 2002. Kebijakan Publik. Penerbit Yayasan Pancur Siwah, Jakarta. Ambler, S. J. 1991. “Dinamika Irigasi Petani: Kerangka dan Prinsip-prinsip Kelembagaan”. Dalam John S. Ambler (ed). Irigasi di Indonesia: Dinamika Kelembagaan Petani. LP3ES, Jakarta. Arif, S.S, Wayan W., Endry M., Renyasih J. 2000. Pengelolaan Sumberdaya Air Dalam Konteks Otonomi Daerah. Pusat Dinamika Pembangunan Universitas Padjadjaran, Bandung. Avianto, T. W. 1997. Sistem Hak Guna Air untuk Solusi Konflik di Daerah Irigasi Ciwalengke. Prosiding Lokakarya Nasional Jaminan Air Bagi Petani. Pusat Dinamika Pembangunan Universitas Padjadjaran, Bandung. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Cianjur. 2003. Laboran Akhir Rencana Induk Pengairan. Bappeda Kabupaten Cianjur. Barney, J. B. 1997. Gaining and Sustaining Competitive Advantage. Addison_Wesley Pub.co, Massachusetts. Bawono, I. R. 2008. Manajemen Strategik Sektor Publik: Langkah Tepat Menuju Good Governance.
. Bell, M. M. 1998. An Invitation to Environmental Sociology. Pine Forge Press, Thousand Oaks: California. Badan Pusat Statistik Cianjur. 2005. Kabupaten Cianjur Dalam Angka 2005. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. Comhar. 2007. Principle for Sustainable Development. Comhar-the-National Sustainable Development Partnership. Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. 2004. Kebijakan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Untuk Kelestarian Hutan dan Lahan Serta Penataan Ruang Wilayah. Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan, Jakarta. Departemen Pertanian. 2005. Rencana Pembangunan Pertanian tahun 2005 – 2009. Departemen Pertanian Republik Indonesia, Jakarta. Dikun, S. 2003. Infrastruktur Indonesia: Sebelum, Selama, dan Pasca Krisis. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Perum Percetakan Negara RI, Jakarta. Dubrin, A. J. 1990. Publishing Co.
Essensials of Management.
Ohio: South Western
224
Dunn, W. N. 1994. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Edisi Kedua. Terjemahan Samodra Wibawa, Diah Asitadani, Agus Heruanto Hadna, dan Erwan Agus Purwanto. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. Institut Pertanian Bogor Press, Bogor. _______. 2003. Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. Jilid 1. Edisi Ketiga. IPB Press, Bogor. Eriyatno dan Sofyar, F. 2006. Metoda Penelitian Pascasarjana Untuk Analisa dan Rancangan Kebijakan. IPB Press, Bogor. Gany, H. A. 2007. Problems and Perspectives of Participatory Irrigation Management Under The Small Land-Holding Condition: With a Sepcial Reference to Indonesian Practice. The 4th Asian Regional Conference & 10th International Seminar on Participatory Irrigation Management (2-5 May). Teheran, Iran. Grant, R. M. 1995. Contemporary Strategy Analysis: Concepts, Techniques, Applications. Second Edition. Blackwell Pub., Cambridge Massachusetts. Hartono, M. D. 2004. Pendekatan Ekonomi Lingkungan, Dasar Pembangunan di Kawasan Merapi. SEACA: Yogyakarta. Helmi. 1997. Penyesuaian Kelembagaan Pengelolaan Sumber Daya Air dan Pemberdayaan Petani. Jurnal Ilmiah Studi dan Pengembangan Irigasi. Visi Irigasi Indonesia 14. Pusat Studi Irigasi Universitas Andalas, Padang. Hunger, J.D. & Wheelen, T.L. 2001. Manajemen Strategis. Yogyakarta.
Penerbit Andi,
Iskandar, J. 1998. Teori dan Isu Pembangunan. Program Pascasarjana Ilmu Administrasi STISIP, Garut. Islamy, M. I. 1997. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara, Jakarta. Jackson, M. C. 2005. Systems Thinking: Creative Holism for Managers. John Wiley & Sons Ltd, The Atrium, Southern Gate, Chichester, West Sussex PO198SQ, England. ________________. 2000. System Approaches to Management. Academics/Plenum Publisher, New York.
.
Kluwer
Japan International Cooperation Agency (JICA). 1993. The Study for Formulation of Irrigation Development Program in the Republic of Indonesia. Final Report Volume 1 Executive Summary. Nippon Koei Co.LTD in Association with Japan Irrigation and Reclamation Cosultants Co.LTD.
225
Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Pokok-pokok Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Bidang Air. Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Jakarta. Kanungo, S dan V.V. Batnagar. 2002. Beyond Generic Models for Information System Quality: The Use of Interpretative Structural Modeling (ISM). Journal System Research and Behavior Science. Vol 19, No. 2. Kartasasmita, G. 1995. Kebijaksanaan Publik Dalam Pembangunan: Sebuah Tinjauan Mengenai Lingkungan Kebijaksanaan (Policy Environmental). Lembaga Administrasi Negara, Bandung. Kleden, I. 1992. Kearah Pembangunan yang Berkelanjutan (dalam Pembangunan yang Berkelanjutan: Mencari Format Politik). PT. Gramedia, Jakarta. Kodoatie R. J. dan Roestam S. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Penerbit Andi, Yogyakarta. Koontz, H., Cyril O., Heinz W. 1993 Jakarta: Erlangga.
Manajemen.
Edisi Kedelapan, Jilid 2.
Kwik Kian Gie. 2002. Pembangunan Infrastruktur di Indonesia. Whorkshop on Asset Management for Hydrolic Infrastructure. Kerjasama Bappenas dan World Bank, 1 -2 November 2002, Denpasar. Luenberger, D. G. 1979. Introduction to Dynamic Systems: Theory, Models, & Applications. John Wiley & Sons, Inc., Canada. MacNaughton, A.L. and John S. 2004. Achieving Sustainable Development: Meeting Economic Development, Environmental Protection, and Quality of Life Goals Through Effective Stakeholder Management Systems, Strategies, and Methodologies. CES: International Journal for Sustainable Business. Published by NetLogex, LLC. Makinuddin dan Tri H. S. 2006. Irigasi. Akatiga, Bandung.
Analisis Sosial: Bersaksi Dalam Advokasi
Manetsch, T.J. dan G.L. Park. 1977. System Analysis and Simulations with Application to Economic and Social Systems. Part I and II. Michigan State University, USA. Manila, I. G. K. 1996. Praktek Manajemen Pemerintahan Dalam Negeri. PT. Gramedia, Jakarta. Mardianto, S., Ketut K., dan M. Maulana. 2005. Kebijakan Lokasi Program Perbaikan Irigasi Berdasarkan Peluang Peningkatan Indeks Pertanaman (IP). Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 3 No.1,Maret 2005. Mawardi, M. 1995. “Irrigation in Java: Its Development and Current Problems”. Dalam Visi Irigasi Indonesia: Jurnal Ilmiah Studi dan Pengembangan Irigasi, 11 (5). Pusat Studi Irigasi Universitas Andalas, Padang.
226
Merrey, D. J. 1995. “Konteks Kelembagaan Untuk Pengelolaan Pertanian Beririgasi”. Dalam Visi Irigasi Indonesia: Jurnal Ilmiah Studi dan Pengembangan Irigasi, 10 (5). Pusat Studi Irigasi Universitas Andalas, Padang. Midgley, G. 2000. Systemic Intervention: Philosophy, Methodology, and Practice. Kluwer Academics/Plenum Publisher, New York. Moran, M., Martin R., and Robert E. G. 2006. The Oxford Handbook of Public Policy. Oxford University Press, New York. Murdick, R. G., J. E. Ross dan J. R. Claggett. 1993. Sistem Informasi untuk Manajemen Modern. Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga, Jakarta. Nawawi, H. 2000. Manajemen Stratejik Organisasi Non Profit di Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Nisjar, K. dan Winardi. 1997. Teori Sistem dan Pendekatan Sistem dalam Bidang Manajemen. Penerbit CV. Mandar Maju, Bandung. Pasandaran, E. 1991. LP3ES, Jakarta.
Irigasi di Indonesia: Strategi dan Pengembangan.
Rangkuti, F. 2002. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Robbins, S. P. 1995. Teori Organisasi: Struktur, Desain & Aplikasi. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Arcan Sanim, B. 2006. Analisis Ekonomi Lingkungan dan Audit Lingkungan. Makalah Pada Pelatihan Audit Lingkungan, 11 – 20 September 2006, Cisarua Bogor. Kerjasama Departemen Biologi FMIPA IPB dengan PKSDM Ditjen Dikti Depdiknas, Bogor. Santoso, B. 2005. Journalist Workshop on Water Policy Issues in Indonesia. Paper disampaikan dalam Workshop dengan Asian Development Bank. Saladin, D. 2004. Manajemen Strategi & Kebijakan Perusahaan. Penerbit Linda Karya, Bandung. Salim, E. 1990. Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Kantor Kementerian Lingkungan Hidup, Jakarta. Salusu, J. 2003. Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Organisasi nonprofit. Rasindo, Jakarta. Saxena, J. P. 1992. Hierarchy and Classification of Program Plan Element Using Interpretative Structural Modeling. Systems Practice, Vol. 12 (6).
227
Siagian, P. S. 2004. Manajemen Stratejik. Bumi Aksara, Jakarta. Simatupang, T. M. 1995. Permodelan Sistem. Penerbit Nindita, Klaten. Sirait, J. T. 2006. Memahami Aspek-Aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia Dala Organisasi. Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Siskel, S. E. dan S.R. Hutapea. 1995. Irigasi di Indonesia: Peran Masyarakat dan Penelitian. LP3ES, Jakarta. Small, L. E dan Mark S. 1995. “Sebuah Kerangka untuk Menilai Keragaan Irigasi”. Dalam Visi Irigasi Indonesia: Jurnal Ilmiah Studi dan Pengembangan Irigasi, 11 (5). Pusat Studi Irigasi Universitas Andalas, Padang. Soehartono, I. 1998. Bandung.
Metode Penelitian Sosial.
PT. Remaja Rosdakarya,
Soenarno. 1995. “Pembangunan Pengairan Khususnya Irigasi pada PJP I dan Prospeknya pada PJP II”. Dalam Siskel dan Hutapea (ed). Irigasi di Indonesia: Peran Masyarakat dan Penelitian. LP3ES, Jakarta. Sugiarto, A. T. 2000. Peranan Pemerintah, Pengusaha, dan Masyarakat Dalam Mengatasi Permasalahan Lingkungan Hidup. Proceeding of the Fourth Symposium on Agri-Bioche. Institute for Science and Technology Studies (ISTECS), Miyamae, Kawasaki-Shi, Japan. Sumarwoto, O. 2003. Dualisme Propenas dan Agenda 21. Harian Kompas, PT Gramedia, Jakarta. Sunggono, B. 1994. Hukum dan Kebijaksanaan Publik. Sinar Grafika, Jakarta. Stylianou AC dan Kumar RL. 2000. An Integrative Framework for IS Quality Management. Communications of the ACM. Tangkilisan, H. N. S. 2004. Kebijakan dan Manajemen Lingkungan Hidup. Penerbit YPAPI, Yogyakarta. Tjokroamidjojo, B. Jakarta.
1995.
Pengantar Administrasi Pembangunan.
LP3ES,
Varley, R. C.G. 1995. Masalah dan Kebijakan Irigasi: Pengalaman Indonesia. LP3ES, Jakarta. Wibowo. 2006. Manajemen Perubahan. Edisi Kedua. Persada, Jakarta.
PT.
RajaGrafindo
Wignyosukarto, B. 2005. Air dan Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
228
Wilopo. 2003. Improvisasi Manajemen Strategi Sektor Publik. Administrasi Negara-Volume III No.1 Februari .
Jurnal 2003.
Wynpenny, J. 1994. Managing Water as an Economic Resource. Routledge: London. Wahab, A. S. 1997. Analisis Kebijaksanaan: dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara, Jakarta. Yasin, F. A.Z. dan Djaimi B. 2000. Otonomi Pengelolaan Irigasi. Prosiding Pengelolaan Sumberdaya Air Dalam Konteks Otonomi Daerah. Penyunting Sigit Supadmo Arif, Wayan Windia, Endry Martius, dan Renyasih Judawinata. Pusat Dinamika Pembangunan Universitas Padjadjaran, Bandung. Zahedy F. 1998. Quality Information Systems: a Unifying Framework. International Journal of Technology Management. Zain, A. S. 1998. Aspek Pembinaan Kawasan Hutan dan Stratifikasi Hutan Rakyat. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Dokumen: Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Pasal 1, ayat (1), (2), (5), dan (6). Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 13 dan Pasal 14 (Jakarta: BP. Cipta Jaya, 2004). Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi. Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 1997 mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2007 tentang Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Sistim Irigasi Partisipatif. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 31/PRT/M/2007 tentang Pedoman Mengenai Komisi Irigasi.
229
Lampiran 1. Perbandingan tatanan kebijakan tentang irigasi JENIS ASPEK
PP No. 20/2006
PP No. 77/2001
Tujuan dan fungsi Tidak ada pasal irigasi yang menyebutkan tujuan dan fungsi irigasi. Dalam UU ini menyatakan bahwa “mengenai pengembangan sistem irigasi diatur dengan Peraturan Pemerintah (Psl 41, ayat 6).
Fungsi irigasi untuk meningkatkan produktivitas usahatani dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani. (Psl 2)
Prinsip penyelenggaraan irigasi
Dalam pasal 4 ayat (2), menyatakan bahwa irigasi diselenggarakan secara partisipatif, terpadu, berwawasan lingkungan hidup, transparan, akuntabel, dan berkeadilan.
Tujuan irigasi untuk mewujudkan kemanfaatan air yang menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan, untuk meningkatkan kesejahteraan msyarakat, khususnya petani. Irigasi berfungsi mempertahankan dan meningkatkan produktivitas lahan. (Psl 2 dan 3) Irigasi diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan petani dan dengan menempatkan organisasi petani pemakai air sebagai pengambil keputusan dan pelaku utama dalam pengelolaan irigasi yang menjadi tanggungjawabnya . (pasal 4) Untuk mendukung air keandalan irigasidilaksanakan dengan membangun waduk atau waduk lapangan, mengendalikan kualitas air, jaringan drainase yang sepadan, dan memanfaatkan kembali air pembuangan/drain ase (pasal 6 ayat (3) Pada PP ini tidak digunakan istilah
Keandalan untuk irigasi.
air
Pengembangan dan pengelolaan
UU No. 7/2004
Tidak menyebutkan pasal tentang prinsip pengembangan/pen gelolaan irigasi.
Pada pasal 29 ayat (3) menyatakan Bahwa “Penyediaan air untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan irigasi bagi pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada, merupakan prioritas utama penyediaan sumberdaya air di atas semua kebutuhan. Dalam UU ini hanya menyebutkan tentag
Keandalan air irigasi diwujudkan melalui kegiatan membangun waduk, waduk lapangan , bendungan, bendung, pompa, dan jaringan drainase yang memadai. (psl 3 ayat 1a)
Kewenangan untuk
Inpres No.3/1999
---
---
---
230
JENIS ASPEK sistem irigasi.
Kelembagaan Pengelolaan irigasi
Penyerahan kewenangan pengelolaan irigasi
UU No. 7/2004
PP No. 20/2006
PP No. 77/2001
pengembangan sistem irigasi, dimana sistem irigasi primer dan sekunder lintas propinsi, serta luas diatas 3000 ha menjadi kewenangan pemerintah; sistem irigasi primer dan sekunder lintas kabupaten, serta luas antara 1000 – 3000 ha menjadi kewenangan provinsi; sistem irigasi primer dan sekunder yang utuh dalam satu kabupaten/kota, serta luas dibawah 1000 ha menjadi kewenangan kabupaten/kota. (pasal 31 ayat 2) Tidak ada pasal yang menyebutkan tentang kelembagaan pengelolaan irigasi.
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi pada PP ini sama seperti pada UU No. 7/2004, dan penyelenggaraan nya dilakukan secara partisipatif, terpadu, berwawasan lingkungan hidup. (pasal 4 ayat 2)
pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi, tapi digunakan istilah “pembangunan dan pengelolaan irigasi”. Pembangunan menjadi kewenangan pemerintah. sedangkan pengelolaan menjadi kewenangan organisasi petani, pemerintah wajib memberikan fasilitasi sesuai permintaan organisasi petani. (Psl 32 dan 35 ayat 2).
Kelembagaan pengelolaan irigasi meliputi instansi pemerintah yang membidangi irigasi, perkumpulan petani pemakai air, dan komisi irigasi. (pasal 9 ayat 2)
Tidak ada kebijakan penyerahan kewenangan pengelolaan irigasi, dalam UU ini. Tetapi dalam UU ini mengatur pembagian wewenang dan tanggung jawab
Tidak ada kebijakan tentang penyerahan kewenangan pengelolaan irigasi dalam PP ini. Tetapi dalam PP ini mengatur pembagian wewenang dan
Kelembagaan pengelolaan irigasi meliputi instansi pemerintah/pemeri ntah daerah, perkumpulan petani pemakai air, pihak lain yang kegiatannya berkaitan dengan pengelolaan irigasi seperti LSM, perguruan tinggi, dllnya, serta komisi irigasi. (pasal 7 ayat 1 dan 3, serta penjelasannya). Kebijakan penyerahan kewenangan pengelolaan irigasi dari pemerntah/pemeri ntah daerah kepada organisasi petani dilakukan secara demokratis
Inpres No.3/1999 ---
---
Dalam ini Inpres diinstruksika n oleh Presiden agar pemerintah/ pemerintah daerah melaksanak
231
JENIS ASPEK
UU No. 7/2004
PP No. 20/2006
PP No. 77/2001
pemerintah/pemerin tah daerah dalam pengembangan sistem irigasi.
tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah, desa, dan masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi (pasal 16 s/d 20)
dan melalui kesepakatan. (pasal 9 s/d 12).
Redefinisi wewenang, tugas dan tanggung jawab lembaga pengelola irigasi
Tidak ada pasal yang menyebutkan tentang redefinisi wewenang, tugas, dan tanggung jawab lembaga pengelola irigasi.
Tidak ada pasal yang menyebutkan tentang redefinisi wewenang, tugas dan tanggung jawab lembaga pengelola irigasi.
Akibat dari adanya kebijakan penyerahan kewenangan pengelolaan irigasi, maka ada kebijakan untuk melakukan redefinisi wewenang, tugas dan tanggung jawab lembaga pengelola irigasi ( Penjelasan pasal 7 ayat 1)
Pemberdayaan terhadap kelembagaan irigasi
Tidak ada pasal yang menjelaskan tentang kebijakan pemberdayaan terhadap kelembagaan irigasi.
Pemerintah melakukan pemberdayaan kepada organisasi petani, dan memberikan bantuan teknis secara berjenjang dari pemerintah , pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.( pasal 28 dan 29)
Pemerintah daerah melakukan pemberdayaan kepada oranisasi petani pemakai air, dan memberikan bantuan dan fasilitasi berdasarkan kesepakatan. (pasal 13)
Hak Guna Air
Hak guna air terdiri dari hak guna pakai
Hak guna air irigasi berupa hak
Hak guna air irigasi tidak dibagi
Inpres No.3/1999 an program penyerahan kewenanga n pengelolaan irigasi kepada organisasi petani, sebagai salah satu usaha untuk memberday akan petani. (Instruksi Kedua) Dalam Inpres ini menginstruk sikan agar pemerintah/ pemerintah daerah melakukan “redefinisi wewenang, tugas dan tanggung jawab terhadap lembaga pengelola irigasi”.(Instr uksi Pertama) Dalam ini Inpres menginstruk sikan agar pemerintah/ pemerintah daerah melaksanak an pemberday aan masyarakat petani pemakai air. ( Instruksi Ketiga)
232
JENIS ASPEK
Penyediaan irigasi
air
Pembangunan atau pengembangan jaringan irigasi
UU No. 7/2004
PP No. 20/2006
PP No. 77/2001
air dan hak guna usaha air (pasal 7)
guna pakai air untuk irigasi dan hak guna usaha air irigasi. (pasal 31). Hak guna pakai air irigsi diberkan dengan tanpa izin, sedangkan hak guna usaha air irgasi deberikan dengan melalui izin . (pasal 33 ayat 1 dan 2)
Dalam UU ini tidak hanya untuk irigasi akan tetapi untuk kebutuhan yang lebih luas seperti kebutuhan pokok, sanitasi lingkungan, pertanian, industri, ketenagaan, pertambangan, perhubungan, ……, serta kebutuhan lainnya ditetapkan melalui peraturan perundangan. (pasal 29 ayat 1 dan 2). Penyediaan air, sumberdaya direncanakan dan ditetapkan sebagai bagian dalam rencana pengelolaan sumberdaya air pada setiap wilayah sungai oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya. (Pasal 29 ayat 6) Dalam UU ini aspek pengembangan yang dimaksud yaitu pengembangan sumberdaya air, tidak hanya irigasi.
Dalam air penyediaan irigasi, pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kotase suai kewenangannya mengupayakan optimalisasi pemanfaatan air irigasi, dan keandalan ketersediaan air irigasi serta pengendalian dan perbaikan mutu air irigasi . (pasal 36 ayat 4)
dalam 2 pengertian seperti pada PP No. 20/2006. Hak guna air irgasi diberikan dalam bentuk izin pengambilan air, yang diberikan oleh Bupati/walikota, Gubernur, dan Menteri sesuai kewenangannya kepada organisasi petani pemakai air. Dalam penyediaan air irigasi, Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengusahakan optimalisasi penyediaan air dalam satu daerah irigasi maupun antar daerah irigasi. ( pasal 17 ayat 2) Pemerintah dan Pemerintah daerah mengupayakan ketersediaan, pengendalian dan perbaikan mutu air irigasi. (pasal 17 ayat 3)
Dalam PP ini yang dimaksudkan dengan pengembangan jaringan irigasi
Dalam PP ini yang dimaksud dengan pembangunan jaringan irigasi yaitu pembangunan
Inpres No.3/1999 --
233
JENIS ASPEK
Pengelolaan jaringan irigasi
UU No. 7/2004
PP No. 20/2006
PP No. 77/2001
Dalam pasal 34, dikatakan bahwa pengembangan sumberdaya air dilakukan pada wilayah sungai, dengan tujuan untuk meningkatkan kemanfaatan fungsi sumberdaya air guna memenuhi kebutuhan air baku untuk rumah tangga, pertanian, industri pariwisata dan sebagainya, yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan lingkungan hidup, daya dukung sumberdaya ir, kekhasan dan aspirasi daerah, serta masyarakat, keanekaragaman hayati.
yaitu pembangunan jaringan irigasi baru dan peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada. (Pasal 1 ayat 32, dalam ketentuan umum) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggungjawa b dalam pembangunan jaringan irigasi primer dan sekunder. P3A dapat melakukan pembangunan jaringan irigasi primer dan sekunder dengan izin pemerintah dan pemerintah daerah. (pasal 49 ayat 1 dan 2)
Dalam UU ini aspek pengelolaan meliputi sumberdaya air, dan tidak hanya irigasi. Dalam pasal 11, disebutkan bahwa dalam menyusun pola pengelolaan sumberdaya air perlu melibatkan peran masyarakat dan dunia usaha, serta didasarkan pada prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah, antara upaya konservasi dan pendayagunaan sumberdaya air.
Pada PP ini yang dimaksudkan dengan pengelolaan jaringan irigasi yaitu meliputi kegiatan operasi dan pemeliharaan, serta rehabilitasi jaringan irigasi. (pasal 1 ayat 36). Untuk kegiatan dan operasi pemeliharaan, serta rehabilitasi jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi wewenang dari pemerintah dan pemerintah
jaringan irigasi baru, dari belum ada menjadi ada. Sedangkan pengembangan jaringan irigasi yaitu peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada, untuk meningkatkan fungsi dan kemampuan pelayanannya. (pasal 1 ayat 20 dan 25). Pemerintah dan pemerintah daerah memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam pembangunan jaringan irigasi utama berdasarkan kesepakatan dengan masyarakat setempat. (pasal 29 ayat 2) Pada PP ini yang dimaksud dengan pengelolaan jaringan irigasi yaitu meliputi kegiatan operasi dan pemeliharaan, rahabilitasi, pengamanan, dan peningkatan jaringan irigasi. (pasal 1 ayat 21) Dalam pelaksanaan pengelolaan jaringan irigasi, untuk jaringan irigasi yang sudah diserahkan kewenangan pengelolaannya kepada P3A,
Inpres No.3/1999
234
JENIS ASPEK
Manajemen aset irigasi, inventarisasi daerah irigasi, audit pengelolaan irigasi
UU No. 7/2004
Dalam UU ini tidak tentang mengatur manajemen aset, inventarisasi dan audit sumberdaya air. Tetapi dalam pasal 65 s/d 69 mengatur tentang sistem informasi sumberdaya air, yang meliputi tentang informasi tentang kondisi hidrologis, hidrometorologis, hidrogeologis, kebijakan sumberdaya ir, prasarana sumberdaya air, , dan kegiatan sosial ekonomi dan budaya masyarakat yang terkait dengan sumberdaya air.
PP No. 20/2006
PP No. 77/2001
daerah. P3A dapat berperan serta dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan, serta rehabilitasi. (pasal 56 ayat 2, dan pasal 63 ayat 1)
menjadi kewenangan P3A. Akan tetapi pemerintah dan pemerinthah daerah tetap menyediakan bantuan dan fasilitasi dengan memperhaikan prinsip kemandirian (pasal 32). Untuk jaringan irigasi yang menjadi kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah kegiatan pengelolaannya menjadi wewenang dan tanggungjawab pemerintah dan pemerntah daerah. Sama dengan PP No. 20/2006,dalam PP 77/2001 ini pengertian manajemen aset irigasi yaitu kegiatan inventarisasi, audit, perencanaan, pemanfaatan, pengamanan aset irigasi, dan evaluasi. (pasal 1 ayat 26). Pelaksanaan inventariasi aset irigasi dilakukan oleh Pemerintah kabupaten/kota dan P3A di wilayahnya masing-masing. Pemerintah dan pemerintah provinsi melakukan kompilasi data dan
Dalam PP ini penegertian manajemen aset irigasi yaitu mencakup inventarisasi, perencanaan pengelolaan, pelaksanaan pengelolaan, dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan aset irigasi, serta pemutakhiran hasil inventarisasi aset irigasi. (pasal 65) Untuk inventarisasi aset irigasi , dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan pemerintah desa. (pasal 66 ayat 4)
Inpres No.3/1999
235
JENIS ASPEK
UU No. 7/2004
PP No. 20/2006
Pembiayaan
Pembiayaan pegelolaan sumberdaya air yang menjadi tanggungjawab pemerintah dan pemerintah daerah didasarkan pada kewenangan masing-masing dalam pengelolaan sumberdaya air. (pasal 78 ayat 2). Jenis pembiayaan pengelolaan sumberdaya air meliputi : biaya sistem informasi, biaya perencanaan, biaya pelaksanaan konstruksi, biaya operasi dan pemeliharaan, biaya pemantauan, evaluasi, dan pemberdayaan masyarakat. (pasal 77 ayat 2)
Pembiayaan pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah. Pembiayaan pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi didasarkan atas Angka Kebutuhan Nyata Pengelolaan irigasi (pasal 74 dan 75.
Keberlanjutan sistem irigasi
Dalam UU ini tidak ada pasal khusus yang mengatur tentang keberlanjutan sistem irigasi, akan tetapi aspek tersebut telah diatur pada aspek penyediaan sumberdaya air dan keandalan
Dalam PP ini aspek keberlanjutan sistem irigasi, diatur pada bab alih fungsi lahan. (Bab 12).. sedangkan dalam pasal 82 ayat 1, disebutkan bahwa untuk menjamin
PP No. 77/2001 menetapkan daftar inventarisasi aset irigasi. (pasal 36) Dalam pasal 41 dijelaskan bahwa Biaya pembangunan jaringan irigasi menjadi tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah, berdasarkan kesepakatan antara pemerintah dan pemerintah daerah. Sedang pembiayaan pengelolaan irigasi yang sudah diserahkan dilakukan oleh P3A . Pemerintah dan pemerintah daerah membantu dalam menyediakan dan pengelolaan irigasi. Pembiayaan pengelolaan igasi disalurkan melalui Dana Pengelolaan Irigasi Kabupaten/Kota untuk mendukung efisiensi dan efektivitas dan pengelolaan irigasi. (pasal 42 ayat 1) Dalam PP ini untuk aspek keberlanjutan sistem irigasi diatur dalam bab tersendiri yaitu Bab 14. Sedangkan dalam pasal 43 dan 44 disebutkan bahwa Pemerintah, pemerintah daerah
Inpres No.3/1999
Dalam ini Inpres Presiden menginstruk sikan agar pemerintah melakukan pengaturan kembali dalam pembiayaan pengelolaan irigasi. (Instruksi Keempat)
Dalam ini Inpres menginstruk sikan agar pemerintah melaksanak an keberlanjuta n sistem irigasi. (Instruksi Kelima)
236
JENIS ASPEK
UU No. 7/2004 sumberdaya air.
PP No. 20/2006
PP No. 77/2001
kelestarian fungsi dan manfaat jaringan irigasi, Meneteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya mengupayakan ketersediaan lahan beririgasi dan atau mengendalikan alih fungsi lahan beririgasi, serta menetapkan wilayah potensial irigasi dalam tata ruang wilayah. (pasal 82 ayat 1 dan 2)
dan masyarakat, sesuai kewenangannya, mempertahankan sistem irigasi secara berkelanjutan dengan mewujudkan kelestarian sumberdaya air, melakukan pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air, mencegah alih fungsi lahan beririgasi untuk kepentingan lain, dan mendukung peningkatan pendapatan petani. Selain itu pemerintah daerah melakukan penertiban pada lahan beririgasi yang tidak berfungsi dengan memfungsikan kembali sesuai dengan tata ruang yang sudah ditetapkan.
Inpres No.3/1999
237
Lampiran 2. Struktur biaya usaha tani beririgasi Tanah milik sendiri Peralatan milik sendiri Harga gabah Rp. 1500/kg Biaya pemanenan 10% dari hasil yang didapat Frekuensi tanam padi 2 kali per tahun Keterangan I. Pengeluaran a. Sarana Produksi Bibit pupuk TSP pupuk urea pupuk KCL Jumlah b. Tenaga kerja Pengerjaan pematang pengolahan tanah 1&2 pengolahan tanah3 pencaplakan persemaian penanaman benih penyemprotan penyiangan 1 penyiangan 2 pembersihan pematang pemanenan (10% dari hasil) jumlah e. IPI
jumlah
35 210 350 105
satuan
kg kg kg kg
20 1 15 7 10 17 5 12 12 14
hkp buah hkp hkp hkp hkw hkp hkp hkp hkp
50
kg padi
harga (Rp/Unit)
4,500 2,300 1,600 3,300
157,500 420,000 784,000 231,000 1,592,500
15,000 700,000 15,000 15,000 15,000 11,000 15,000 15,000 15,000 15,000
300,000 700,000 225,000 105,000 150,000 187,000 75,000 180,000 180,000 210,000 1,050,000 3,362,000
1,500
75,000
Jumlah pengeluaran II. Pendapatan hasil panen III. Laba bersih
Laba pertahun
total(Rp/Ha)
5,029,500
7,000
kg padi
1,500
10,500,000 5,470,500
10,941,000
238
Lampiran 3. Struktur biaya usaha tani non irigasi Tanah milik sendiri Peralatan milik sendiri Harga gabah Rp. 1500/kg Biaya pemanenan 10% dari hasil yang didapat Frekuensi tanam padi 2 kali per tahun Keterangan I. Pengeluaran a. Sarana Produksi Bibit pupuk TSP pupuk urea pupuk KCL Jumlah b. Tenaga kerja Pengerjaan pematang pengolahan tanah 1&2 pengolahan tanah3 pencaplakan persemaian penanaman benih penyemprotan penyiangan 1 penyiangan 2 pembersihan pematang pemanenan (10% dari hasil) jumlah
jumlah
35 210 350 105
20 1 15 7 10 17 5 12 12 14
satuan
kg kg kg kg
hkp buah hkp hkp hkp hkw hkp hkp hkp hkp
harga (Rp/Unit)
4,500 2,300 1,600 3,300
157,500 483,000 560,000 346,500 1,547,000
15,000 700,000 15,000 15,000 15,000 11,000 15,000 15,000 15,000 15,000
300,000 700,000 225,000 105,000 150,000 187,000 75,000 180,000 180,000 210,000 750,000 3,062,000
Jumlah pengeluaran II. Pendapatan hasil panen
total(Rp/Ha)
4,609,000
5,000
kg padi
1,500
7,500,000
III. Laba bersih
2,891,000
laba pertahun
5,782,000
239
Lampiran 4 Data usaha tani irigasi (PI) dan non irigasi (PN) Responden
Biaya per tahun (Rp/tahun)
Pendapatan per tahun (Rp/tahun)
Laba per tahun (Rp/tahun)
Produksi per panen (kg/panen)
Produktivitas per tahun (kg/tahun)
BEP Volume (kg/tahun)
BEP Harga (Rp/tahun)
B/C Ratio (%) PI
PN
922
2.09
1.63
914
2.07
1.64
739
1,021
2.03
1.47
719
927
2.09
1.62
746
1,032
2.01
1.45
710
1,025
2.11
1.46
6,183
695
966
2.16
1.55
6,235
714
974
2.10
1.54
6,171
729
945
2.06
1.59
PI
PN
PI
PN
PI
PN
PI
PN
PI
PN
PI
PN
PI
PN
1
10,059,000
9,415,600
21,000,000
13,200,000
10,461,000
3,784,400
7,000
5,000
14,000
10,000
6,706
6,145
719
2
10,157,000
9,135,000
21,000,000
15,000,000
10,843,000
5,865,000
7,000
5,000
14,000
10,000
6,771
6,090
726
3
10,351,000
8,981,000
21,000,000
13,200,000
10,649,000
4,219,000
7,000
4,400
14,000
8,800
6,711
5,987
4
10,067,000
9,268,000
21,000,000
15,000,000
10,933,000
5,732,000
7,000
5,000
14,000
10,000
6,711
6,179
5
10,141,000
9,292,000
20,400,000
13,500,000
10,259,000
4,208,000
6,800
4,500
13,600
9,000
6,761
6,195
6
10,217,000
9,221,000
21,600,000
13,500,000
11,383,000
4,279,000
7,200
4,500
14,400
9,000
6,811
6,147
7
10,291,000
9,275,000
22,200,000
14,400,000
11,909,000
5,125,000
7,400
4,800
14,800
9,600
6,861
8
10,141,000
9,353,000
21,300,000
14,400,000
11,159,000
5,047,000
7,100
4,800
14,200
9,600
6,761
9
10,067,000
9,257,000
20,700,000
14,700,000
10,633,000
5,443,000
6,900
4,900
13,800
9,800
6,711
10
10,381,000
9,353,000
21,300,000
14,700,000
10,919,000
5,347,000
7,100
4,900
14,200
9,800
6,921
6,235
731
954
2.05
1.57
11
10,157,000
9,135,000
21,000,000
15,000,000
10,843,000
5,865,000
7,000
5,000
14,000
10,000
6,771
6,090
726
914
2.07
1.64
12
10,351,000
9,161,000
21,000,000
15,000,000
10,649,000
5,839,000
7,000
5,000
14,000
10,000
6,901
6,107
739
916
2.03
1.64
13
10,059,000
9,218,000
21,000,000
15,000,000
10,941,000
5,782,000
7,000
5,000
14,000
10,000
6,706
6,145
719
922
2.09
1.63
14
10,141,000
9,292,000
20,400,000
13,500,000
10,259,000
4,208,000
6,800
4,500
13,600
9,000
6,761
6,195
746
1,032
2.01
1.45
15
10,059,000
9,218,000
21,000,000
15,000,000
10,941,000
5,782,000
7,000
5,000
14,000
10,000
6,706
6,145
719
922
2.09
1.63
16
10,059,000
9,218,000
21,000,000
15,000,000
10,941,000
5,782,000
7,000
5,000
14,000
10,000
6,706
6,145
719
922
2.09
1.63
17
10,141,000
9,292,000
20,400,000
13,500,000
10,259,000
4,208,000
6,800
4,500
13,600
9,000
6,761
6,195
746
1,032
2.01
1.45
18
10,059,000
9,218,000
21,000,000
15,000,000
10,941,000
5,782,000
7,000
5,000
14,000
10,000
6,706
6,145
719
922
2.09
1.63
19
10,059,000
9,218,000
21,000,000
15,000,000
10,941,000
5,782,000
7,000
5,000
14,000
10,000
6,706
6,145
719
922
2.09
1.63
20
10,365,000
9,649,000
20,700,000
14,700,000
10,335,000
5,051,000
6,900
4,900
13,800
9,800
6,910
6,433
751
985
2.00
1.52
21
10,059,000
9,218,000
21,000,000
15,000,000
10,941,000
5,782,000
7,000
5,000
14,000
10,000
6,706
6,145
719
922
2.09
1.63
22
10,329,000
9,565,600
21,600,000
14,700,000
11,271,000
5,134,400
7,200
4,900
14,400
9,800
6,886
6,377
717
976
2.09
1.54
23
10,059,000
9,218,000
21,000,000
15,000,000
10,941,000
5,782,000
7,000
5,000
14,000
10,000
6,706
6,145
719
922
2.09
1.63
24
10,141,000
9,353,000
21,300,000
14,400,000
11,159,000
5,047,000
7,100
4,800
14,200
9,600
6,761
6,235
714
974
2.10
1.54
25
10,059,000
9,218,000
21,000,000
15,000,000
10,941,000
5,782,000
7,000
5,000
14,000
10,000
6,706
6,145
719
922
2.09
1.63
240
Responden
Biaya per tahun (Rp/tahun)
Pendapatan per tahun (Rp/tahun)
Laba per tahun (Rp/tahun)
Produksi per panen (kg/panen)
Produktivitas per tahun (kg/tahun)
BEP Volume (kg/tahun)
BEP Harga (Rp/tahun)
B/C Ratio (%) PI
PN
974
2.08
1.54
739
1,029
2.03
1.46
742
1,070
2.02
1.40
6,215
739
992
2.03
1.51
6,711
6,171
729
945
2.06
1.59
10,000
6,706
6,145
719
922
2.09
1.63
9,800
6,886
6,377
717
976
2.09
1.54
13,800
9,800
6,711
6,171
729
945
2.06
1.59
5,000
14,000
10,000
6,706
6,145
719
922
2.09
1.63
4,900
13,800
9,800
6,711
6,171
729
945
2.06
1.59
7,000
5,000
14,000
10,000
6,706
6,145
719
922
2.09
1.63
5,443,000
6,900
4,900
13,800
9,800
6,711
6,171
729
945
2.06
1.59
5,134,400
7,200
4,900
14,400
9,800
6,886
6,377
717
976
2.09
1.54
10,941,000
5,782,000
7,000
5,000
14,000
10,000
6,706
6,145
719
922
2.09
1.63
13,500,000
10,641,000
4,082,000
7,000
4,500
14,000
9,000
6,906
6,279
740
1,046
2.03
1.43
14,700,000
10,633,000
5,443,000
6,900
4,900
13,800
9,800
6,711
6,171
729
945
2.06
1.59
21,600,000
14,700,000
11,271,000
5,134,400
7,200
4,900
14,400
9,800
6,886
6,377
717
976
2.09
1.54
9,353,000
21,300,000
14,700,000
10,919,000
5,347,000
7,100
4,900
14,200
9,800
6,921
6,235
731
954
2.05
1.57
9,268,000
21,000,000
15,000,000
10,933,000
5,732,000
7,000
5,000
14,000
10,000
6,711
6,179
719
927
2.09
1.62
10,067,000
9,268,000
21,000,000
15,000,000
10,933,000
5,732,000
7,000
5,000
14,000
10,000
6,711
6,179
719
927
2.09
1.62
10,067,000
9,268,000
21,000,000
15,000,000
10,933,000
5,732,000
7,000
5,000
14,000
10,000
6,711
6,179
719
927
2.09
1.62
47
10,381,000
9,353,000
21,300,000
14,700,000
10,919,000
5,347,000
7,100
4,900
14,200
9,800
6,921
6,235
731
954
2.05
1.57
48
10,059,000
9,218,000
21,000,000
15,000,000
10,941,000
5,782,000
7,000
5,000
14,000
10,000
6,706
6,145
719
922
2.09
1.63
49
10,381,000
9,353,000
21,300,000
14,700,000
10,641,000
5,347,000
7,100
4,900
14,200
9,800
6,921
6,235
731
954
2.05
1.57
50
10,381,000
9,353,000
21,300,000
14,700,000
10,641,000
5,347,000
7,100
4,900
14,200
9,800
6,921
6,235
731
954
2.05
1.57
PI
PN
PI
PN
PI
PN
PI
PN
PI
PN
PI
PN
PI
26
10,111,000
9,353,000
21,000,000
14,400,000
10,889,000
5,047,000
7,000
4,800
14,000
9,600
6,741
6,235
722
27
10,051,000
9,263,000
20,400,000
13,500,000
10,349,000
4,237,000
6,800
4,500
13,600
9,000
6,701
6,175
28
10,239,000
9,415,600
20,700,000
13,200,000
10,461,000
3,784,400
6,900
4,400
13,800
8,800
6,826
6,277
29
10,051,000
9,323,000
20,400,000
14,100,000
10,349,000
4,777,000
6,800
4,700
13,600
9,400
6,701
30
10,067,000
9,257,000
20,700,000
14,700,000
10,633,000
5,443,000
6,900
4,900
13,800
9,800
31
10,059,000
9,218,000
21,000,000
15,000,000
10,941,000
5,782,000
7,000
5,000
14,000
32
10,329,000
9,565,600
21,600,000
14,700,000
11,271,000
5,134,400
7,200
4,900
14,400
33
10,067,000
9,257,000
20,700,000
14,700,000
10,633,000
5,443,000
6,900
4,900
34
10,059,000
9,218,000
21,000,000
15,000,000
10,941,000
5,782,000
7,000
35
10,067,000
9,257,000
20,700,000
14,700,000
10,633,000
5,443,000
6,900
36
10,059,000
9,218,000
21,000,000
15,000,000
10,941,000
5,782,000
37
10,067,000
9,257,000
20,700,000
14,700,000
10,633,000
38
10,329,000
9,565,600
21,600,000
14,700,000
11,271,000
39
10,059,000
9,218,000
21,000,000
15,000,000
40
10,359,000
9,418,000
21,000,000
41
10,067,000
9,257,000
20,700,000
42
10,329,000
9,565,600
43
10,381,000
44
10,067,000
45 46
PN
241
Lampiran 5 Grafik usaha tani irigasi (PI) dan non irigasi (PN) A. Grafik sebaran biaya per tahun (Rp/tahun) 10,600,000 10,400,000 10,200,000
Rp/tahun
10,000,000 9,800,000 9,600,000 9,400,000 9,200,000 9,000,000 8,800,000 1
4
7
10
13
16
19
22
25
28
31
34
37
40
43
46
49
31
34
37
40
43
46
49
31
34
37
40
Responden PI
PN
B. Grafik sebaran pendapatan per tahun (Rp/tahun) 24,000,000
Rp/tahun
22,000,000 20,000,000 18,000,000 16,000,000 14,000,000 12,000,000 10,000,000 1
4
7
10
13
16
19
22
PN
PI
25
28
Responden
C. Grafik sebaran laba pertahun (Rp/tahun) 13,000,000 12,000,000
Rp/tahun
11,000,000 10,000,000 9,000,000 8,000,000 7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 1
4
7
10
13
16
19
22
25
28
43
46
49
Responden PI
PN
D. Grafik sebaran produksi per panen (Kg/panen) 8,000 7,500
Kg/panen
7,000 6,500 6,000 5,500 5,000 4,500 4,000 1
PI
4
PN
7
10
13
16
19
22
25
28
Re sponde n
31
34
37
40
43
46
49
242
E. Grafik sebaran produktivitas per tahun (Kg/tahun) 16,000 15,000
Kg/tahun
14,000 13,000 12,000 11,000 10,000 9,000 8,000 7,000 1
4
7
10
13
16
19
22
25
28
31
34
37
40
43
46
49
Re sponde n PI
PN
F. Grafik sebaran BEP volume (Kg/tahun) 7,000
Kg/tahun
6,800 6,600 6,400 6,200 6,000 5,800 1
4
7
10
13
16
19
22
25
28
31
34
37
40
43
46
49
Re sponde n PN
PI
G. Grafik sebaran BEP harga (Rp/tahun) 1,200 1,100
Rp/tahun
1,000 900 800 700 600 500 400 300 1
4
7
10
13
16
19
22
25
28
31
34
37
40
43
46
49
34
37
40
43
46
49
Re sponde n PN
PI
H. Grafik sebaran B/C ratio (%) 2.40 2.20 2.00 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 1
4
7
10
13
16
19
22
25
28
Re sponde n PI
PN
31
243
Lampiran 6 Tabel perhitungan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
6
7
8
5
4
4
2
7
3
6
2
6
3
6
4
5
4
3
6
4
4
3
6
4
6
4
2
3
3
5
4
6
5
5
3
7
3
2
3
6
7
2
2
2
1
5
5
3
2
4
5
6
2
4
2
3
5
5
4
1
2
6
7
2
2
1
3
7
7
3
4
5
4
4
3
2
2
5
5
6
3
2
2
3
5
2
2
2
4
7
6
1754
1601
1922
21877
822
9432
771
9995
3699
14556
Koordinasi antara lembaga dan seluruh pemangku kepentingan terkait (BAPPEDA, Dinas PSDA, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan/PKT, PT/LSM, LKM, dan P3A/GP3A/IP3A)
Pembentukan Peraturan Daerah tentang irigasi
5
Pencegahan alih fungsi lahan pertanian beririgasi
4
Kredit Usaha Rakyat (KUR) & KUM
3
Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E)
Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian Meningkatkan Pendapatan Petani Pemerataan Distribusi dan Stabilitas Aliran Air Irigasi Pemerataan Produktivitas Lahan Pertanian Beririgasi (Hulu-Hilir) Terpeliharanya Bangunan Jaringan Irigasi (hulu-hilir) Pengembangan Konservasi Lahan dan Air Optimalisasi Fungsi Kelembagaan Irigasi total
Kredit Konservasi Masyarakat Hutan (KKMH)
2
Operasi, Pemeliharaan, dan Rahabilitasi Jaringan Irigasi
Meningkatkan Ketahanan Pangan Daerah
Nilai Alternatif Kegiatan Normalisasi Sungai (O&P dan program padat karya)
1
Bobot
Reboisasi dan Gerakan Rehabilitasi Lahan
Kriteria
Kesepakatan Konservasi Desa (KKD)
No.
244
Lampiran 7 Matriks VAXO Intepretative Structural Modelling (ISM) A. Matrik VAXO elemen aktivitas yang diperlukan
B. Matrik VAXO elemen hal yang dapat berubah
C. Matrik VAXO elemen kebutuhan program
D. Matrik VAXO elemen kendala program
E. Matrik VAXO elemen lembaga terkait
245
F. Matrik VAXO elemen masyarakat yang terlibat
G. Matrik VAXO elemen sasaran program
H. Matrik VAXO elemen tolak ukur aktivitas
I.
Matrik VAXO elemen tolak ukur sasaran
246
Lampiran 8 Hasil verifikasi model melalui FGD Jawaban Responden No 1
2
3
4
Keterangan Mengapa irigasi tidak terlaksana dengan baik? (a) Peningkatan luas lahan kritis (b) Tingkat kerusakan jaringan irigasi yang tinggi (60%) (c) Kinerja Kelembagaan Pengelolaan Irigasi belum optimal (d) Kerusakan wilayah konservasi air di daerah hulu (e) Pendanaan yang tidak mencukupi baik dari pemerintah maupun iuran wajib irigasi (f) Kurangnya koordinasi antara lembaga terkait dalam pengelolaan irigasi (g) Perubahan peraturan irigasi Dalam rancangan model PKSARI kegiatan utama yang harus dilakukan? (a) Kegiatan konservasi sumber daya air di daerah hulu (b) Peningkatan pengelolaan, pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi (c) Peningkatan pendapatan petani Dalam perancangan model Sub-model PKSARI Konservasi Sumber Daya Air, kebutuhannya adalah: (a) Aktor/lembaga yang terlibat adalah Pemda, Bappeda, Dinas Kehutanan, LSM/PT, Komir, Masyarakat Konservasi Hutan, danTokoh Masyarakat/Tokoh Agama (b) Program konservasi tanah dan air dan reboisasi hutan Dalam perancangan model Sub-model Pengelolaan dan Rehabilitasi jaringan irigasi, kebutuhannya adalah: (a) Aktor/lembaga yang terlibat adalah Pemda, Bappeda, Dinas PSDAP, LSM/PT, Komir, KPL, Kelembagaan Pengelolaan Irigasi danTokoh Masyarakat/Tokoh Agama (b) Optimalisasi jaringan irigasi (c) Pendanaan OPOR
Jumlah
Presentase (%)
23 25
92% 100%
24
96%
25
100%
25
100%
25
100%
22
88%
25
100%
25
100%
25
100%
25
100%
23
92%
25
100%
25 25
100% 100%
247
Jawaban Responden No 5
Keterangan Dalam perancangan model Sub-model Peningkatan Pendapatan Petani, kebutuhannya adalah: (a) Aktor/lembaga yang terlibat adalah Pemda, Bappeda, Dinas Pertanian, LSM/PT, Komir, LKM, ASKRINDO, Kelembagaan Pengelolaan Irigasi, Masyarakat Petani danTokoh Masyarakat/Tokoh Agama (b) Intensifikasi dan Ekstensifikasi Lahan Pertanian (c) Perluasan Jaringan Pasar Produk Pertanian (d) Kredit Permodalan Melalui Penjaminan Kredit
Jumlah
Presentase (%)
25
100%
25
100%
25
100%
25
100%
248
Lampiran 9 Contoh gambar kerusakan jaringan irigasi
A. Keusakan lining
B. Kerusakan pintu air
249
C. Kerusakan akibat sedimentasi
250
Lampiran 10 Peta potensi sumber daya air dan daerah irigasi Kabupaten Cianjur
Januari I II 2 3
1 Gn lanjung / Rw Peuti 0.406 0.405 2 Ciraden / Cibalu 0.649 0.674 3 Cianjur Leutik 0.330 0.428 4 Cimenteng 0.648 1.133 5 Cibalagung 3.119 4.328 6 Ciheulang 0.288 0.997 7 Cisarua / Lw Jubleg 1.995 0.946 8 Cipanyusuhan / Citalib 1.409 2.065 9 Cipadang / Cibeleng 0.979 1.105 10 Susukan Gede 1.611 1.218 11 Cihea 6.366 20.982 12 Cinangka 1.478 1.962 13 Cisalak / Bt. Sahulu 3.217 5.139 14 Leuwi Bokor 0.635 0.332 15 Ciraden / Lw Leungsir 6.323 5.048 16 Cikawung 1.749 1.376 17 Leuwi Sodong 2.934 2.061 18 cimanggu Kanan 1.481 1.708 19 Nagrog 0.879 0.883 20 Cijampang 4.298 1.386 21 Cilumut / Ps Kerud 0.553 0.309 22 Babancong Sumber: Dinas PSDAP Kabupaten Cianjur, 2007
1
DAERAH IRIGASI
2.745 1.409 1.055 1.119 5.105 0.644
0.827 0.731 0.630 3.397 3.464 1.249 2.187 4.859 1.304 2.191 39.033 6.851 10.065 rusak
0.823 0.762 1.438 5.390 4.892 1.702 2.191 5.614 3.569 15.210 46.329 4.845 7.642 rusak 10.262 2.690 1.100 1.708 1.211 9.614 0.965
Februari I II 4 5 0.612 0.799 0.838 2.596 5.402 1.703 1.610 3.782 2.064 4.498 55.656 3.319 7.109 8.626 7.854 2.629 1.358 1.708 1.252 4.907 1.579
I 6
II 7
0.744 0.688 2.526 5.639 1.337 2.068 2.121 0.706 2.882 28.194 3.005 6.117 7.027 15.788 2.038 1.808 1.708 1.261 4.818 1.799
Maret
1.116 0.676 0.548 1.791 4.674 1.220 1.905 2.138 2.668 3.060 45.546 2.027 7.705 4.695 37.292 3.181 5.320 1.708 1.414 5.930 1.886
I 8
II 9 1.100 0.868 1.120 2.481 7.028 1.644 2.217 3.401 2.319 2.953 57.885 3.239 6.948 8.190 40.584 2.377 5.385 1.708 1.364 5.160 2.215
April
0.882 0.744 0.687 1.367 6.464 0.891 1.645 0.841 0.950 2.859 4.073 1.645 5.959 0.916 5.220 2.205 4.382 1.708 1.601 5.270 2.020
I 10
II 11 0.915 0.764 0.532 1.598 5.599 0.667 5.255 0.933 0.069 2.859 38.639 1.890 5.086 0.916 9.075 1.625 5.113 1.026 1.357 4.244 1.242
Mei
0.814 0.699 0.523 0.992 8.228 0.839 1.480 3.238 0.876 3.730 8.613 1.786 4.839 0.576 5.927 0.759 4.375
II 13
II 15 0.397 0.410 0.189 0.423 2.599 0.038 0.094 0.513 1.046 1.195 3.107 0.821 1.847 0.313 1.218
Juli
0.403 0.496 0.425 0.543 2.996 0.325 0.351 1.362 1.789 1.879 5.249 0.765 3.287 0.632 1.688
I 14
BULAN
0.986 0.333 0.136 0.301 0.303 0.038 0.064 0.132 0.138 0.858 1.988 2.061 1.733 3.160 0.871
0.988 0.475 0.211 0.222 0.275 0.188 0.053 0.544 0.934 0.687 1.118 0.722 2.218 3.160 2.554
Agustus I II 16 17 0.601 0.326 0.120 0.129 0.053 0.053 0.084 0.576 0.099 0.423 0.609 0.605 1.340 0.705 1.782 0.805 2.541 0.683 1.055
0.646 0.333 2.174 2.212 0.217 0.217 0.053 0.128 0.275 0.393
September I II 18 19 0.380 0.526 0.385 0.059 2.646 0.473 0.293 8.821 0.313 0.983 1.449 1.844 1.937 0.561 2.061
0.424 0.330 0.765 0.807 4.780 1.755 1.766 4.487 1.210 1.615 3.067 4.894 4.894 0.632 7.869
Oktober I II 20 21
0.418 1.434 1.219 2.482 7.811 0.082 5.697 5.945 1.696 3.987 6.852 1.927 7.260 0.794 4.879
0.514 1.508 0.527 2.012 7.634 0.082 2.794 4.070 1.018 2.521 5.505 1.861 5.940 0.794 8.104
Nopember I II 22 23
1.372 0.752 0.483 1.789 12.366 2.044 7.024 3.518 1.696 2.521 31.293 2.574 7.345 0.635 12.678
0.818 0.726 0.834 0.255 11.532 1.677 6.027 4.828 1.343 3.790 28.361 5.445 8.078 0.636 14.182
Desember I II 24 25
1.913 1.502 1.515 1.526 0.443 0.445 0.423 0.412 0.416 0.458 0.860 1.086 1.417 1.068 3.078 1.423 0.717 0.556 0.446 0.358 0.267 0.213 0.196 0.279 0.818 1.210 3.098 3.835 1.908 0.994 0.576 0.488 0.447 0.357 0.315 0.264 0.318 0.370 0.464 0.522 0.746 1.195
0.819 0.600 0.401 1.350 0.327 1.467 0.939 2.318 0.805 2.876 2.742 1.922 5.999 0.576 5.222 1.257 3.946
I 12
Juni
Rata-Rata Setengah Bulanan ( dalam m3/ detik ) Tahun 2007
DEBIT SUNGAI TAHUNAN
251
Lampiran 11. Data debit air daerah irigasi lokasi penelitian tahun 2007
252
Lampiran 12. Keputusan Bupati Tentang Komisi Irigasi
253
254
255
256