DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................
I
DAFTAR ISI ..................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
1
BAB II KONSEP DASAR MEDIA PEMBELAJARAN ...........................
3
2.1 Pengertian Media Pembelajaran ...............................................................
3
2.2 Ciri-ciri Media Pembelajaran ...................................................................
4
BAB III FUNGSI DAN MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN .............
6
3.1 Fungsi Media Pembelajaran ....................................................................
6
3.2 Manfaat Media Pembelajaran .................................................................
7
BAB IV JENIS MEDIA PEMBELAJARAN ...............................................
11
4.1 Penggolongan Media Pembelajaran ........................................................
11
4.2 Media Pembelajaran Berbasis Komputer ...............................................
14
BAB V PENGEMBANGAN DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA ...............
16
5.1 Pengembangan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia ................ .......
16
5.2 Penggunaan Media dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia ...................
18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
29
i
BAB I PENDAHULUAN
Media pembelajaran merupakan satu komponen yang membentuk sistem pembelajaran. Bersama komponen lain, media pembelajaran ikut menentukan tingkat keberhasilan suatu proses pembelajaran. Perencanaan dan penggunaan media yang tepat memungkinkan tercapainya pembentukan kompetensi siswa. Sebaliknya, pengabaian media pembelajaran akan berakibat pada terhambatnya pembentukan kompetensi yang memadai. Pentingnya media pembelajaran menuntut setiap guru, termasuk guru bahasa Indonesia, memperhatikan komponen pembelajaran ini. Bentuk perhatian tersebut harus diawali dari pemahaman secara mendalam tentang hakikat serta fungsi media. Selanjutnya, melalui pemahaman tersebut guru dapat menentukan media yang tepat. Bahkan, guru seyogyanya dapat mengembangkan serta menyediakan media berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan situasi yang dihadapi. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa belum semua guru merancang dan menggunakan media secara maksimal. Alasan yang dikemukakan bermacam-macam, seperti sulit mencari media yang tepat, tidak tersedia biaya, tidak memiliki cukup waktu untuk merancangnya, dan lain-lain. Hal tersebut tidak perlu terjadi jika guru memiliki komitmen yang tinggi untuk mengoptimalkan pembelajaran yang dikelolanya dengan berbekal pengetahuan dan keterampilan dalam hal media pembelajaran. Buku ini disajikan dengan tujuan agar pembaca dapat meningkatkan (1) pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep dasar dan jenis media pembelajaran; (2) keterampilan dalam memilih dan menentukan media yang tepat untuk pembelajaran bahasa Indonsia; (3) keterampilan dalam merancang/membuat media pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran; dan (4) keterampilan dalam menggunakan media pembelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
BAB I KONSEP DASAR MEDIA PEMBELAJARAN 1.1 . Pengertian Media Pembelajaran Kata ‘’media’’ berasal dari bahasa Latin, ‘’medium’’, artinya perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab dikenal istilah wasail yang berarti pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Secara umum media diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber kepada penerima. Ada berbagai pendapat ahli mengenai pengertian istilah media pembelajaran. Gagne dan Briggs (dikutip Arsyad, 2002) menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang antara lain terdiri atas: buku, tape recorder, film, foto, grafik, kaset, video kamera, televisi, computer, dan lain-lain. Rumusan ini menyiratkan pengertian bahwa media adalah komponen sumber belajar atau peralatan fisik yang mengandung materi pembelajaran di lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Adapun AECT (Assosiation of Education and Communication Technology, 1977) menyebutkan bahwa media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Sejalan dengan itu, menurut NEA (National Education Assosiation), media adalah segala benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang digunakan untuk mendukung suatu kegiatan. Dalam Depdiknas (2003) dinyatakan bahwa media pembelajaran adalah media pendidikan yang secara khusus dugunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang sudah dirumuskan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa alat peraga adalah benda/alat yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata/konkrit. Alat bantu adalah alat/benda yang digunakan guru untuk mempermudah tugas dalam mengajar sama halnya dengan AVA (audio visual aids). Ketiga istilah tersebut termasuk dalam pengertian media pembelajaran. Bagaimana kaitan media pembelajaran dengan sumber belajar? Masih dalam Depdiknas (2003) diungkapkan bahwa sumber belajar memiliki cakupan yang lebih luas daripada media pembelajaran. Sumber belajar bisa berupa pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar/lingkungan. Sedangkan media adalah alat (perangkat keras/hardware) dan bahan (software) belajar tersebut. Transparansi, program kaset audio, dan program video merupakan contoh bahan
belajar, yang hanya bisa disajikan bila ada alat, seperti: OHP, radio kaset, video player. Jadi, salah satu atau kombinasi perangkat lunak dan perangkat keras bersama-sama dinamakan media. Sementara menurut H Malik (1994) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan si belajar dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Berdasarkan beberapa batasan pengertian media, dapat dikemukakan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam proses belajar-mengajar yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak yang digunakan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
1.2 Ciri-ciri Media Pembelajaran Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2004) mengemukakan tiga karakteristik media pembelajaran sebagai sarana pendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Ketiga karakteristik tersebut diuraikan berikut ini. a. Ciri Fiksatif (Fixative Property) Ciri ini menggambarkan kemampuan media untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Ciri fiksatif berhubungan dengan keberadaan media sebagai dokumen yang memuat berbagai informasi. Suatu peristiwa atau objek dapat disusun dan disimpan dalam berbagai wujud, seperti foto, video, audio, disket, dan film. Peristiwa atau objek yang telah direkam dapat diproduksi dalam berbagai format sesuai dengan kebutuhan. Ciri fiktatif memungkinkan media untuk menampilkan rekaman suatu peristiwa yang terjadi serta objek yang ada pada waktu lalu kapan dan dimana saja. Ciri ini penting karena kejadian-kejadian atau objek yang telah direkam atau disimpan dapat digunakan untuk menanamkan berbagai konsep serta melatihkan berbagai kompetensi kepada peserta didik.
b. Ciri Manipulatif (Manipulative Property) Ciri ini dilihat dari kemampuan media dalam mentransformasi suatu kejadian atau objek. Media dapat menampilkan peristiwa atau kejadian serta objek dengan upaya penyederhanaan dengan tetap memperhatikan sifat dasar peristiwa serta objek aslinya agar tetap dapat memenuhi fungsi sebagai pendukung pembelajaran. Dengan cirri ini kejadian yang memakan waktu lama dapat disajikan kepada siswa dalam waktu beberapa menit. Hal ini dimungkinkan karena pengembang media, termasuk guru, dapat mengambil bagian-bagian tertentu, mengedit, mempercepat, memperlambat tampilan peristiwa atau proses sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Oleh sebab itulah media pembelajaran dikatakan berciri manipulatif. Manipulasi kejadian atau objek sebagaimana disebutkan sejalan dengan tuntutan tujuan pembelajaran dan keterbatasan waktu. Keberadaan media dengan ciri manipulatifnya memerlukan perhatian sungguh-sungguh agar tidak terjadi kesalahan yang dapat mengurangi atau menghilangkan makna dan fungsinya sebagai pendukung pembelajaran. Bahkan, dikhawatirkan dapat pula menimbulkan kesalahan penafsiran yang akan membingungkan dan menyesatkan. Kesalahan yang dimaksud, misalnya kesalahan dalam pengaturan kembali urutan kejadian atau pemotongan bagian-bagian. Ciri Distributif (Distributive Property) Ciri ini memungkinkan suatu kejadian atau objek disajikan kepada sejumlah besar siswa secara bersamaan, bahkan pada lokasi yang berbeda. Distribusi media dengan cakupan yang luas dimungkinkan karena media dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan. Dewasa ini distribusi media lebih mudah dilakukan karena fasilitas yang terdapat dalam bidang teknologi informasi sangat mendukung. Kemajuan teknologi memungkinkan konsistensi informasi yang telah direkam serta lebih menjamin kesesuaian informasi dengan aslinya.
1.3 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran Secara umum, fungsi media adalah sebagai penyalur pesan. Dalam proses pembelajaran, fungsi media adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien serta hasilnya lebih baik (Hairuddin dkk., 2007). Dalam proses belajar-mengajar, media memiliki fungsi yang sangat penting. Enoch (1992) mengemukakan bahwa penggunaan media dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan minat, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam proses belajarmengajar, serta dapat mempengaruhi psikologis siswa. Penggunaan media juga dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman, menyajikan materi/data dengan menarik, memudahkan menafsirkan data, dan memadatkan informasi. Dalam proses pembelajaran, media memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu sebagai penyalur pesan. Levie & Lentz (dalam arsyad, 2004) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yakni fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Fungsi afektif media fisual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar. Gambar atau tampilan visual lainnya dapat menggugah emosi dan sikap siswa yang pada gilirannya dapat memelihara perhatian mereka untuk terus terlibat dalam proses pembelajaran. Fungsi kognitif terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa gambar atau tampilan visual lain dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung di dalamnya. Fungsi kompensatoris media terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang membarikan konteks untuk memahami teks atau materi membantu siswa yang lemah dalam memahami informasi dan mengingatnya kembali. Saudara, melengkapi pendapat di atas, Hafni (1985) menjelaskan bahwa fungsi media pembelajaran, khususnya media audio-visual, bukan saja sekedar menyalurkan pesan, melainkan juga membantu menyederhanakan proses penerimaan pesan yang sulit sehingga proses komunikasi menjadi lancar tanpa distorsi.
Berbagai fungsi media sebagaimana dikemukakan mengarah pada berbagai manfaat yang diperoleh dari penggunaan media sebagai pendukung proses pembelajaran. Secara lebih khusus, Kemp dan Dayton (1985) mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran, yaitu: a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan Dengan bantuan media, penafsiran yang beragam dapat dihindari sehingga dapat disampaikan kepada siswa secara seragam, mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa. Misalnya, guru mengajarkan perbedaan paragraf deskriptif dan paragraf deduktif. Dengan menggunakan media berupa contoh paragraf deskriptif dan paragraf deduktif yang dibuat dalam carta disertai dengan tanda-tanda yang membedakan keduanya, maka setiap siswa akan mendapat kesan yang tidak jauh berbeda. b.
Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik Dengan media, materi sajian bisa membangkitkan rasa keingintahuan siswa, merangsang siswa bereaksi baik secara fisik maupun emosional. Media dapat membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton, dan tidak membosankan. Materi pelajaran yang dikemas melalui program media, akan lebih jelas, lengkap, menarik minat siswa. Misalnya, guru mau mengajarkan caa membaca puisi yang baik. Guru dapat memanfaatkan media berupa kaset (dan tape recorder) atau rekaman video (VCD) berisi rekaman pembacaan puisi oleh model, siswa diminta memperhatikan pembacaan tersebut, memberi komentar, selanjutnya siswa bergantian membacakan puisi. c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif Jika dipilih dan dirancang secara baik, media dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif selama proses pembelajaran. Tanpa media, seorang guru mungkin akan cenderung berbicara satu arah kepada siswa. Namun, dengan media guru dapat mengatur kelas sehingga bukan hanya guru sendiri yang aktif tetapi juga siswanya.
Misalnya
dalam
pembelajaran
keterampilan
berbicara,
guru
dapat
memanfaatkan media rekaman atau video berbagai kegiatan diskusi, debat, seminar, symposium, konferensi, berpidato dari berbagai aktivitas nyata, rekaman tersebut
diperlihatkan kepada siswa untuk diperhatikan dan dikomentari, setelah itu siswa diminta melakukannya sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. d. Pemakaian waktu dan tenaga lebih efisien Dengan media, tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Dengan media, guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab hanya dengan sekali sajian menggunakan media, siswa lebih mudah memahami pelajaran. e. Kualitas hasil belajar siswa meningkat Penggunaan media bukan hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi belajar lebih mendalam dan utuh. Jika hanya dengan mendengarkan informasi verbal dari guru saja, siswa mungkin kurang memahami pelajaran secara baik. Namun, jika hal itu diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan atau mengalami sendiri melalui media, maka pemahaman siswa pasti akan lebih baik. Oleh karena itu, penggunaan media pembelajaran sebaiknya dapat dimanipulasi/dimanfaatkan oleh siswa bukan hanya oleh guru. f. Proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja Media memungkinkan pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara lebih leluasa, kapan pun dan di mana pun, tanpa tergantung pada keberadaan seorang guru. Program-program pembelajaran audio visual, termasuk program pembelajaran menggunakan computer, memungkinkan siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri, tanpa terikat oleh waktu dan tempat, seperti yang Saudara alami sekarang. Saudara belajar dengan memanfaatkan computer dan video. g. Menumbuhkan sikap positif siswa terhadap proses belajar Dengan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan. Kebiasaan siswa untuk belajar dari berbagai sumber tersebut, dapat
menanamkan sikap kepada siswa untuk senantiasa berinisiatif mencari berbagai sumber belajar yang diperlukan. h. Mengubah peran guru kea rah yang lebih positif dan produktif Dengan memanfaatkan media secara baik, seorang guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Seorang guru tidak perlu menjelaskan seluruh materi pelajaran, karena bisa berbagi peran dengan media. Dengan demikian, guru akan lebih banyak memiliki waktu untuk memberi perhatian kepada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, atau memotivasi siswa. Sudjana dan Rivai (1992) mengemukakan empat manfaat media pembelajaran, yakni: (1) pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; (2) bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran; (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga. (4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga melalui berbagai aktivitas lainnya. Jika dicermati, berbagai fungsi dan manfaat yang dipaparkan pada bagian ini dilihat dan dirumuskan dari berbagai sisi, terutama dari sisi siswa. Hal ini dapat dipahami karena pada hakikatnya kehadiran media dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Di sisi lain, siswalah yang merupakan subjek pembelajaran yang akan mencapai tujuan tersebut.
BAB III JENIS MEDIA PEMBELAJARAN
3.1 Penggolongan Media Pembelajaran Ada berbagai penggolongan media. Garlach (1971) mengklasifikasikan jenis media berdasarkan teknologi yang digunakan, yaitu: media tradisional dan media dengan teknologi mutakhir. Media tradisional meliputi (1) media visual diam yang doproyeksikan, contohnya: proyeksi overhead dan slides; (2) media visual yang tak diproyeksikan, contohnya: gambar, poster, foto, charts, grafik, diagram, dan papan info;(3) media audio, contohnya: radio, piringan hitam, dan tape recorder, (4) multimedia, contohnya: tape recorder dan multi- image, (5) visual yang diproyeksikan, contohnya: film, televisi, dan video, (6) media cetak, contohnya: buku teks, modul, workbook, majalah, dan hand out; (7) permainan, misalnya: teka-teki dan simulasi, dan (8) realita, contohnya: model, manipulatif seperti boneka dan peta. Media dengan teknologi mutakhir meliputi dua jenis. Pertama, media berbasis telekomunikasi, contohnya teleconference dan kuliah jarak jauh. Kedua, media berbasis mikroprosesor, contohnya: computer-assisted instruction dan permainan (games) Atmohoetomo (dalam Rohani, 1997) membagi media pembelajaran menjadi tiga jenis, yaitu: media audio, media visual, dan media audio visual. Media audio meliputi: radio, piringan hitam, dan tape rcorder. Media visual dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, media yang penempilannya perlu diproyeksikan. Yang tergolong dalam media ini adalah (a) slide dan film bisu, (b) film strip/loop, (c) overheadproyector, dan (d) epidiascope. Kedua, media yang penampilannya tidak perlu diproyeksikan. Yang tergolong dalam kelompok ini adalah (a) wall sheets, contohnya: peta, chart, diagram, dan poster, (b) model, contohnya: mook up, miniature, dan market, dan (c) objek, contohnya: specimen (hebarium-aquarium-insektarium). Sementara itu, media audio-visual meliputi: televise, radio vision/video film (bicara), dan sound slides. Saudara, bila kita kaji berbagai leteratur, ada banyak pendapat lagi mengenai penggolongan media. Namun, yang penting media yang kita pilih/gunakan harus sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran.
Pembelajaran bahasa Indonesia selain untuk meningkatkan ketrampilan berbahasa, juga meningkatkan kemampuan berpiir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Selain itu, juga diarahkan untuk mempertajam kepekaan perasaan siswa. Siswa tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas atau langsung, tetapi juga yang disampaikan secara terselubung atau tidak langsung. Kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, sastra, dan kebahasaan. Untuk memperlancar pencapaian kompetensi tersebut, diperlukan media yang sesuai. Beragam media yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, seperti: gambar, sketsa, gambar grafis, chart, bagan, tabel, grafik, tape recorder, dan overhead proyektor. a. Gambar Gambar yang digunakan sebagai media dapat berupa gambar jadi, misalnya gambar dari majalah, booklet, brosur, selebaran, dan lain-lain, dapat pula gambar garis atau sketsa/stick figure. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, gambar dapat digunakan dalam mengajarkan berbagai kompetensi, baik dalam aspek kebahasaan maupun aspek keterampilan berbahasa. b. Bagan Bagan dapat dibuat secara vertial maupun horizontal. Bagan secara vertial bagan pohon biasanya digunakan untuk menunjukkan rantai komando/perintah dalam suatu organisasi. Sedangkan bagan secara horizonta atau bagan alir digunakan untuk menunjukkan urutan sebuah proses dan prosedur. Misalnya guru mau mengajarkan proses penyusunan suatu karangan dari awal sampai akhir, dapat memanfaatkan bagan. c. Overhead Proyektor (OHP) OHP merupakan media yang relatif sederhana. OHP terdiri atas dua bagian yaitu hardware (berupa overhead) dan software (transparan projector). Sekarang OHP sudah disediakan di sekolah, guru dapat memanfaatkannya untuk berbagai tujuan materi yang sesuai. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan OHP-transparan:
1) tegangan listrik harus sesuai dengan peralatannya. 2) letak posisi transparan harus benar. 3) tombol pengatur fokus harus diatur sedemikian rupa sehingga gambar yang diproyeksikan bisa dilihat dengan jelas. 4) tulisan pada OHP harus jelas dan dapat menggunakan spidol warna yang bervariasi (maksimal 4 warna). e. Tape Recorder Tape Recorder merupakan salah satu media audio elektronik yang terdiri atas hardware (tape recorder) dan software (kaset yang berisi pesan). Tape recorder ini sangat cocok untuk pembelajaran keterampilan berbahasa, lebih-lebih menyimak. Jenis media ini cukup praktis dan dan sederhana, sehingga dapat digunakan di setiap sekolah. Hanya saja, guru sering terkendala oleh terbatasnya software yang memuat berbagai materi. Saudara, di sekolah mungkin Saudara dapat memanfaatkan berbagai media tersebut. Namun, media pembelajaran saat ini cukup canggih. Belajar tidak hanya menggunakan modul, tapi juga menggunakan komputer dengan internet, CIA, dan video. Saudara, selain yang diuraikan di atas, ada lagi pengelompokkan media yang dilakukan dilakukan Anderson. Dalam buku Media Pembelajaran (Depdiknas, 2003: 21-22) dinyatakan bahwa Anderson membagi 10 golongan media, yaitu sebagai berikut.
No.
Contoh dalam Pembelajaran
Golongan Media
Bahasa Indonesia
1.
Audio
Kaset audio, siaran radio, CD, telepon, dll
2.
Cetak
Buku pelajaran, modul, brosur, gambar, kliping, dll
3.
Audio-cetak
Kaset audio yang dilengkapi bahan tulis, dll.
4.
Proyeksi visual diam
Overhead transfaransi (OHT), film bingkai, …
5.
Proyeksi audio visual diam
Film bingkai (slide) bersuara, dll.
6.
Visual gerak
Film bisu
7.
Audio visual gerak
Film gerak bersuara, CD, televisi, dll.
8.
Objek fisik
Benda nyata, model, specimen
9.
Manusia dan lingkungan
Guru, pustakawan, laboran/nara sumber, dll.
10.
Komputer
CAI (pembelajaran berbantuan computer) dan CBI (pembelajaran berbasis computer)
Sepuluh penggolongan media yang dikemukakan oleh Anderson tersebut dapat Saudara manfaatkan
untuk
merancang
pembelajaran
Bahasa
Indonesia.
Tentu
saja,
dengan
memperhatikan berbagai aspek yang terkait dengan praktik penggunaan media, seperti siswa, kompetensi yang akan dicapai, dan materi. 3.2 Media Pembelajaran Berbasis Komputer Jenis media ini menggunakan komputer beserta berbagai program yang ada sebagai sarana pendukung utama suatu proses pembelajaran. Berbagai aplikasi berbasis komputer dalam pembelajaran umumnya dikenal dengan istilah computer assisted instruction (CAI) yang dalam bahasa Indonesia dinyatakan dengan istilah pembelajaran berbantuan komputer. Dewasa ini, penerapan CAI telah banyak memberikan manfaat. Hal ini terkait kelebihan teknologi berbasis komputer, terutama sejalan dengan tuntutan perkembangan jaman yang harus direspon oleh penyelenggara pendidikan dan peserta didik. Sebagai media inovatif, media berbasis komputer memiliki beberapa ciri. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
(1) dapat digunakan secara acak, nonsekuensial, atau secara linier; (2) dapat digunakan berdasarkan keinginan siswa atau guru sebagaimana direncanakan; (3) biasanya gagasan-gagasan disampaikan dengan gaya absrak dengan kata, simbol, atau grafik; (4) pembelajaran dapat berorientasi pada siswa dan menyebabkan interaktivitas siswa yang tinggi. Menurut Arsyad (2004) Pembelajaran berbantuan komputer menyajikan isi pelajaran dalam berbagai bentuk, yakni tutorial, latihan dan praktik, simulasi, dan permainan. Berbagai bentuk isi pelajaran tersebut disesuaikan dengan kompetensi dasar serta tujuan yang ingin dicapai. Dalam bentuk tutorial, informasi atau pesan tentang suatu konsep disajikan di layar komputer dengan teks, gambar, atau grafik. Materi yang disajikan juga dilengkapi dengan berbagai latihan. Program ini memungkinkan siswa berinteraksi dengan komputer ketika mereka melaksanakan tugas-tugas latihannya. Program yang berbentuk Drill and Practice lebih terfokus pada pemberian materi latihan, bukan pada pemaparan konsep seperti pada program tutorial. Program simulasi dimaksudkan untuk “mendekati” proses dinamis yang terjadi di alam nyata. Sedangkan permainan instruksional dimaksudkan untuk mencapai kompetensi tertentu melalui prosedur yang menyenangkan. Berbagai program yang dikemukakan, tentunya dapat diterapkan jika kondisi lapangan mendukung. Kondisi ini mencakup banyak hal serta pihak. Kesiapan sumberdaya, terutama guru, dan aspek finansial terkait dengan pengadaan perangkat dan program, merupakan aspek yang sangat berperan dalam implementasi program seperti ini.
3.3 Media Pembelajaran Berbasis Web Web merupakan salah satu bentuk media dengan teknologi mutakhir yang berbasis telekomunikasi. Melalui web dapat dilakukan komunikasi interaktif dengan menggunakan bahasa tulis. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Parapak (1995) bahwa teknologi informasi
mencakup teknologi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, mentransfer, dan mengaplikasikan informasi. Fasilitas dalam web yang di antaranya adalah program e-learning, e-mail, dan blog dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pembelajaran bahasa Indonesia jika dimanfaatkan secara maksimal. Melalui berbagai fasilitas tersebut siswa dimungkinkan akan mendapatkan layanan yang memadai sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya sebagaimana ditegaskan oleh Beagley (1995) bahwa bagi siswa, web membuat belajar lebih bersifat personal di samping tetap dapat mengakomodasikan kerja kelompok. Layanan yang dimaksud berupa bimbingan pengajar dan masukan dari sumber lain dalam proses belajarnya. Sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang menekankan terwujudnya kompetensi berbahasa dan bersastra, web dapat menjembatani komunikasi akademik antara siswa dengan guru dan sebaliknya serta komunikasi akademik antarsiswa. Dalam kondisi seperti ini hasil latihan berbahasa selalu dapat dipantau dan dibenahi kapan saja dan dimana saja. Ditegaskan oleh Haryono (1995) bahwa web tidak menuntut adanya kesempatan komunikator dan komunikan dalam waktu yang bersamaan, sebagaimana yang terjadi dalam komunikasi melalui telepon. Web juga tidak bergantung pada satu tempat yang dapat mempertemukan komunikator dengan komunikan. Berbagai program yang dikemukakan, tentunya dapat diterapkan jika kondisi lapangan mendukung. Kondisi ini mencakup banyak hal serta banyak pihak. Kesiapan sumberdaya, terutama guru, dan aspek finansial terkait dengan pengadaan perangkat dan program, merupakan aspek yang sangat berperan dalam implementasi program seperti ini. Namun demikian, tampaknya kondisi saat ini menunjukkan bahwa sudah banyak sekolah yang memiliki kesiapan dalam berbagai hal sebagaimana disebutkan, sehingga pengembangan dan penerapan media berbasis komputer dan web dapat diwujudkan.
BAB IV PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Penggunaan media dimaksudkan agar proses belajar-mengajar berjalan secara efektif. Untuk itu sangat tidak tepat dan ironis apabila terjadi kasus proses belajar-mengajar tidak lancar atau terhambat yang disebabkan oleh penggunaan media. Agar tidak terjadi kasus yang demikian, dalam memilih dan menggunakan media diperlukan perencanaan secara matang. 5.1 Pengembangan Media Saudara, perlu diingat bahwa untuk merencanakan suatu media ada enam kegiatan yang harus diperhatikan/dilakukan, yaitu: (1) menganalisis karakteristik siswa (jenjang sekolah, kemampuan, latar belakang budaya, dan social ekonomi); (2) merumuskan tujuan pembelajaran, yaitu kemampuan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses belajar-mengajar berlangsung; (3) memilih atau memodifikasi media yang akan digunakan. Pemilihan dan pemodifikasian media ini terkait dengan media yang sudah tersedia dapat digunakan untuk mencapai tujuan, dapat membangkitkan minat siswa, memiliki ketepatan informasi, memiliki kualitas yang baik, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif; (4) menggunakan materi dan media. Kegiatan ini terkait dengan prosedur penggunaan media yang telah ditetapkan, waktu yang dibutuhkan, fasilitas yang diperlukan, serta penataan ruang; (5) meminta respon siswa yang berkaitan dengan media yang akan digunakan; dan (6) mengevaluasi tanggapan siswa. Terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan guru dalam memilih media. Hafni (1985) mengemukakan bahwa media yang akan dipilih hendaknya memiliki karakteristik berikut. a. Relevan dangan tujuan Media yang dipilih/dirancang untuk digunakan dalam sautu pembelajaran harus sesuai/relevan dengan tujuan yang ingin dicapai.
b. Sederhana Media yang digunakan hendaknya bias menyederhanakan hal-hal yang ruwet atau sulit serta bias merangkum penjelasan yang bertele-tele sehingga siswa mudah memahami pesan yang ada dalm media tersebut. c. Esensial Sering terjadi kasus dalam suatu ruang yang besar yang dipenuhi oleh siswa, guru hanya mengandalkan suara dalam caramahnya. Akan tetapi, suaru tersebut tidak dapat didengar oleh seluruh siswa. Akibatnya suasana kelas menjadi gaduh dan proses belajar mengajar menjadi kacau serta tidak efektif. Dalam kondisi yang demikian, barangkali OHP dan pengeras suara dapat menjadi media yang esensial. d. Menarik dan Menantang Apabila dalam proses pembelajaran guru selalu memilih dan menggunakan media yang sama, siswa dapat menjadi bosan. Untuk itu, guru perlu menggunakan media yang bervariasi sehingga dapat menarik siswa dan menimbulkan tantangan bagi magi mereka. Media yang menantang dapat memotivasi siswa untuk mengetahui lebih jauh dan mencoba sesuatu yang akan berdampak positif bagi upaya pembentukan kompetensi berbahasanya. Terdapat beberapa pertanyaan yang dapat memandu kita dalam memilih media pembelajaran bahasa Indonesia. a. Apakah bahan-bahan atau perangkat media sudah tersedia dan apakah mutunya baik? b. Apakah biaya persiapan dan pengadaannya terjangkau? c. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk persiapan? d. Syarat-syarat apa yang dibutuhkan untuk mengoperasikan media tersebut? e. Apakah tidak ada lagi media yang lebih praktis?
5.2 Penggunaan Media dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pembelajaran bahasa di sekolah diarahkan pada pencapaian kompetensi dalam keempat keterampilan berbahasa, kebahasaan, dan sastra. Keterampilan berbahasa mencakup aspek menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, penguasaan keempat keterampilan berbahasa tersebut dilandasi oleh pengetahuan tentang kaidah dan kosakata bahasa Indonesia. Dengan demikian, pembelajaran aspek kebahasaan diarahkan untuk mendukung terciptanya kompetensi siswa dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Sementara itu, pembelajaran sastra dilangsungkan dalam format keempat keterampilan berbahasa tersebut. Pilihan media dalam pembelajaran bahasa Indonesia bersifat fleksibel. Artinya, tidak ada media khusus untuk aspek pembelajaran tertentu yang tidak berlaku pada pembelajaran aspek lain. Hal ini terutama terjadi karena sifat pembelajaran behasa Indonesia yang berfokus pada pembentukan kompetensi berbahasa serta prinsip integratif yang berlaku di dalamnya. Berbagai jenis media sebagaimana dipaparkan pada bagian terdahulu dapat digunakan dalam pembelajaran kompetensi berbahasa. Hal yang perlu diperhatikan adalah kesesuaiannya dengan tipe kompetensi dasar yang diajarkan. Media berupa film tanpa suara, misalnya, dapat digunakan dalam pembelajaran berbicara dan menulis, bahkan dapat difungsikan sebagai sarana untuk berlatih menyusun kalimat majemuk yang merupakan salah satu fokus dalam aspek kebahasaan. Sebagai bahan pertimbangan dalam memilih media, berikut ini dipaparkan beberapa alternatif penggunaan media dalam berbagai aspek kompetensi, yang mencakup kompetensi menyimak, berbicara, membaca, menulis, kebahasaan, dan sastra. Paparan pada bagian ini mencakup informasi tentang jenis kompetensi, media yang digunakan, dan prosedur penggunaan media tersebut. A. Menyimak Sebagaimana keterampilan berbahasa yang lain, menyimak merupakan kegiatan yang kompleks. Menyimak bukan sekedar kegiatan mendengarkan bunyi bahasa. Menyimak melibatkan keterampilan mendengarkan, memahami, menilai, dan merespon. Berkaitan dengan kompleksitas menyimak tersebut, tentunya guru memiliki tanggung jawab untuk menyajikan pembelajaran menyimak yang memungkinkan siswa untuk berlatih menyimak secara leluasa.
Pada dasarnya, materi simakan dapat disampaikan oleh guru. Namun, karena luasnya materi simakan yang diambil dari berbagai konteks penggunaan bahasa, kemungkinan kecil guru dapat “mewakili” sumber asli seperti dalam konteks yang sebenarnya. Di samping itu, penyajian materi-materi faktual dan kontekstual lebih diharapkan. Dalam kondisi seperti ini media audio akan banyak mendukung proses pembelajaran menyimak. Selain jenis media ini, pembelajaran menyimak juga dapat menghadirkan jenis media lain, seperti media audio-visual, model, dan bagan. Guru dapat menyiapkan rekaman berita, laporan, cerita, dan sebagainya baik yang diperoleh melalui perekaman kembali materi yang sudah ada, maupun melalui perekaman langsung. Pembuatan rekam perlu mempertimbangkan unsur-unsur pendukung , seperti efek bunyi, ilustrasi musik, dan sebagainya sesuai dengan isi rekamannya. Hasil rekaman (software) kemudian diputar melalui tape recorder (hardware} dan disajikan di depan siswa setelah sebelumnya dijelaskan seperangkat tugas menyimak yang diberikan. Tugas menyimak ini sesuai dengan kompetensi dasar yang sedang dipelajari, misalnya konsentrasi pada tugas menceritakan kembali, menyimpulkan isi, mengidentifikasi pendapat dan fakta, san sebagainya. Konsentrasi atau fokus menyimak ini perlu ditegaskan agar anak dapat menerapkan strategi menyimak yang tepat. Rekaman yang diputar melalui tape recorder ini juga dapat berisi materi yang bersumber dari siswa yang dihasilkan melalui pembelajaran berbicara atau sengaja diproduksi untuk media pembelajaran menyimak. Tugas mengungkapkan kembali cerita pengalaman atau isi wawancara, misalnya, dapat menggunakan materi simakan yang bersumber dari siswa tersebut. Dengan demikian, siswa dapat memperoleh pengalaman menyimak untuk mengasah keterampilannya melalui suasana yang meneyenangkan karena materi yang bersumber dari mereka untuk mereka dinilai akan lebih menarik. Tentu saja, jika kualitas rekaman cukup baik dan memenuhi persyaratan sebagai suatu media. Media berupa perangkat keras audio seperti pengeras suara juga dapat digunakan dalam pembelajaran menyimak. Jika guru atau siswa menjadi model yang membaca atau menyampaikan materi simakan, pengeras suara merupakan alat bantu yang tepat. Dengan pengeras suara materi simakan dapat diterima oleh setiap siswa dalam kelas. Masalah yang
berkaitan dengan volume suara dalam materi simakan dapat diatasi. Kehadiran alat bantu ini juga dinilai dapat memelihara perhatian siswa. Fungsi media audio dapat pula digantikan oleh media audio-visual. Penggunaan jenis media ini sama dengan media audio. Pada umumnya madia audio visual yang difungsikan dalam pembelajaran menyimak berisi berita, ceramah, atau pidato. Dalam penggunaan jenis media ini fokus kegiatan siswa tetap pada rekaman verbal, bukan pada rekaman gambarnya. Latihan menyimak juga dapat dilakukan dengan menyimak langsung tuturan yang disampaikan oleh seorang model. Model ini adalah seseorang yang menyampaikan uraian tentang perihal tertentu. Guru dapat mendatangkan model yang sesuai dengan fokus kompetensi dasar yang hendak dicapai. Untuk menciptakan situasi pembelajaran menyimak yang ideal, tentu saja kehadiran model perlu didukung oleh
alat bantu seperti pengeras suara, OHP, dan
sebagainya. B. Berbicara Berbicara merupakan kegiatan penyampaian pesan melalui bahasa lisan. Untuk dapat menyampaikan pesan secara akurat, penutur dituntut dapat menggunakan bahasa secara tepat. Penutur harus menguasai lafal, tatabahasa, dan kosakata dalam bahasa yang digunakannya. Selain itu, diperlukan juga penguasaan masalah yang akan disampaikan serta pemahaman konteks. Itu pun belum cukup sebagai modal untuk menjadi penutur yang baik karena masih ada faktor lain yang ikut menentukan keberhasilan seseorang dalam berbicara, yakni keberanian dan rasa percaya diri. Dalam situasi tertentu acapkali penutur terkendala oleh kedua masalah tersebut. Kendala ini pula yang sering ditemukan pada pembelajaran berbicara. Dalam kondisi seperti ini peran media amat diperlukan. Guru hendaknya memilih media yang tepat, difungsikan secara maksimal dalam proses pembelajaran, serta dapat meminimalisasi rasa cemas, takut, dan minder siswa. Dengan demikian, siswa dapat menghasilkan beragam tuturan lisan dalam berbagai konteks dan tujuan sekaligus berkesempatan memperoleh masukan perbaikan. Banyak macam media yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbicara, dari media yang paling sederhana sampai media yang melibatkan teknologi mutakhir. Media sederhana yang sering digunakan di antaranya adalah gambar, baik gambar tunggal maupun gambar seri. Gambar tunggal, misalnya, sesuai untuk latihan mendeskripsikan secara lisan sesuatu atau objek yang
diamati, sementara gambar seri pada umumnya digunakan sebagai tuntunan bagi siswa dalam menuturkan cerita.
Yang dimaksud dengan gambar di sini dapat berupa hasil proses
menggambar ataupun berupa foto. Sejalan dengan prinsip pembelajaran PAIKEM, gambargambar yang ditampilkan hendaknya menarik. Daya tarik gambar ini tidak saja ditinjau dari sisi penggarapannya, melainkan termasuk materi gambar yang ditampilkan. Pembelajaran kompetensi dasar berbicara di sekolah menengah banyak membutuhkan kehadiran media audio ataupun audio-visual yang memuat contoh sebagai acuan bagi siswa dalam berlatih berbagai bentuk komunikasi lisan. Di antara kompetensi dasar yang dimaksud adalah berwawancara dengan nara sumber, bermain peran, menyampaikan pendapat dalam diskusi, dan membawakan acara dengan bahasa yang baik dan benar. Sebelum berlatih dalam berbagai kompetensi tersebut, siswa diajak mencermati contoh yang telah disiapkan oleh guru. Di sini guru memberikan penekanan terhadap hal-hal penting yang perlu diperhatikan siswa untuk diakomodasikan dalam latihannya nanti. Dalam hal ini contoh yang dihadirkan tidak harus “ditiru” sepenuhnya oleh siswa. Yang terpenting adalah pemahaman terhadap hal-hal yang bersifat prinsip dalam setiap bentuk kegiatan berbicara yang dilatihkan. Rekaman contoh wawancara, misalnya, disajikan terutama untuk memberikan pemahaman tentang teknik membuka wawancara, jenis dan wujud kalimat tanya yang digunakan, pilihan kata, serta aspek kesantunan. Dengan berpedoman pada pemahaman tentang hal-hal tersebut, selanjutnya siswa diharapkan dapat berlatih dalam melakukan kegiatan serupa dengan ciri dan gaya masing-masing. Media berupa rekaman wawancara baik audio maupun audio-visual di sini dapat dipadukan dengan kehadiran media realita seperti seseorang dengan profesi tertentu, misalnya guru olah raga sebagai nara sumber yang diwawancarai. Media audio atau audio-visual dalam konteks ini digunakan untuk menampilkan contoh. Sementara itu, nara sumber yang menjadi model berfungsi lebih banyak berfungsi sebagai mitra bagi siswa dalam berlatih. Kehadiran model nyata ini dapat mendekatkan siswa pada situasi nyata. Masih banyak jenis media yang bisa ditampilkan dalam pembelajaran aspek berbahasa ini. Benda-benda nyata dari lingkungan siswa dapat menjadi objek deskripsi yang menarik. Siswa dan guru dapat menghadirkan benda-benda nyata ke kelas, ataupun mencari objek di luar kelas untuk dijadikan bahan pembicaraan. Dalam hal ini kegiatan berbicara dapat dilangsungkan di kelas atau di luar kelas sesuai dengan keberadaan objek yang dikaji.
C. Membaca Pada hakikatnya membaca terdiri atas dua bagian, yakni membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik dan mental ketika seseorang sedang membaca. Sedangkan membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca. Produk kegiatan membaca dapat dilihat dari tingkat pemahaman pembaca terhadap materi yang dibacanya. Dalam pembelajaran membaca, aktivitas dan latihan membaca diarahkan pada terbentuknya kompetensi siswa dalam memahami isi bacaan serta dalam membacakan berbagai teks untuk orang lain. Untuk itu, pembelajaran aspek keterampilan membaca perlu dikelola dengan baik dengan dukungan media yang memadai. Pembelajaran kompetensi dasar membaca banyak memerlukan dukungan media cetak. Di antara kompetensi dasar tersebut adalah menyimpulkan isi teks bacaan, membacakan teks berita, dan menemukan informasi dalam ensiklopedia/buku telpon. Pada umumnya media untuk kompetensi dasar membaca sebagaimana disebutkan dapat dengan mudah disiapkan. Baik guru maupun siswa dapat dengan mudah memperoleh teks yang akan digunakan dalam latihan membaca. Namun demikian, hal penting yang harus diperhatikan adalah pemilihan teks yang sesuai. Kesesuaian tersebut terkait dengan kualitas teks, tingkat kesulitas teks, dan kecenderungan siswa. Untuk latihan menyimpulkan isi bacaan, misalnya, diperlukan teks yang berkualitas, baik dari sisi organisasi gagasan, struktur kalimat, maupun diksi. Dengan teks seperti ini siswa dapat melalui proses membacanya dengan baik, sehingga akan menghasilkan pemahaman yang baik pula. Dalam konteks ini guru dapat menghadirkan teks yang kurang berkualitas sebagai pembanding. Selain itu, teks hendaknya tidak terlalu sulit atau terlalu mudah bagi siswa. Untuk mengetahui tingkat kesulitan teks ini, guru dapat menerapkan prosedur Cloze, yakni menyajikan teks rumpang yang akan dilengkapi oleh siswa. Topik-topik yang aktual dan menarik bagi siswa juga mendukung keberhasilan proses pembelajaran membaca. Untuk siswa sekolah menengah, perlu diakomodasikan topik yang sesuai dengan kecenderungan, minat, atau kegemaran, seperti pergaulan, olah raga, dan musik. Selain media yang berupa teks, pembelajaran membaca cukup banyak melibatkan media visual lain seperti bagan serta grafik. Bagan di antaranya dapat digunakan untuk berlatih
memetakan proses atau hubungan dalam bacaan. Sementara grafik pada umumnya digunakan dalam berlatih menangkap informasi deskriptif yang mencakup perbandingan. Dengan kerangka bagan (gambar 1), misalnya, siswa dapat menuangkan prosedur mengarang yang diinformasikan dalam teks yang dibaca. Sementara itu, melalui melalui gambar 2 guru dapat menjelaskan struktur paragraf deduktif dan paragraf induktif agar siswa dapat mengenali teks dengan baik untuk memperoleh pokok-pokok informasi yang terdapat di dalamnya.
Topik a. b.
I
c. a. b.
II
c. a. III
b. c.
Gambar 1: Kerangka Bagan Kerangka bagan tersebut akan diisi oleh siswa berdasarkan informasi yang diterima melalui proses membaca. Sebagai contoh, siswa diberi tugas untuk mengemukakan langkahlangkah dan sublangkah dari wacana deskripsi prosedural tentang proses mengarang yang dibacanya. Siswa diarahkan untuk menuangkan langkah-langkah pokok pada ruang bernomor Romawi, sementara sublangkah pada ruang berinitial a, b, c, dan seterusnya.
Kalimat Utama Kalimat Penjelas
Kalimat Penjelas
Kalimat Penjelas
Kalimat Penjelas
Kalimat Penjelas
Kalimat Utama
Gambar 2: Struktur Paragraf Melalui bagan tersebut guru dapat membantu siswa dalam mempertajam pemahamannya terhadap struktur suatu paragraf sebagai bagian teks yang memuat sebuah gagasan. Dalam praktiknya guru dapat memadukan antara teks dengan bagan tersebut. Siswa diminta untuk membaca sebuah paragraf, kemudian diminta untuk menunjukkan pola bagan mana yang sesuai dengan paragraf yang dibacanya. Selanjutnya siswa diminta untuk mengidentifikasi kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelasnya. D. Menulis Menulis dapat didekati sebagai suatu proses ataupun hasil. Menulis sebagai proses mengacu pada tahapan atau proses yang dilalui seseorang untuk menghasilkan tulisan. Sedangkan menulis sebagai produk mengacu pada hasil kegiatan menulis yang berupa tulisan. Paradigma yang berkembang saat ini menyarankan pembelajaran menulis yang tidak sematamata berorientasi pada produk, melainkan juga memperhatikan proses. Eanes (1997:484-498) memaparkan proses menulis yang ditawarkan untuk diterapkan dalam pembelajaran menulis. Proses menulis memuat tahap pramenulis (prewriting), menulis dan memperoleh umpan balik atas draft pertama (writing and getting feedback on th efirst draft), membuat revisi dan menulis ulang draft (making revision and rewriting draft), dan mengedit dan menulis draft akhir (editing and writing the final draft). Penekanan pembelajaran menulis pada aspek proses sekaligus produk akan dapat berlangsung dengan baik jika tersedia perangkat pendukung yang memadai. Pembelajaran
menulis di sekolah menengah perlu dukungan berbagai jenis media, terutama media cetak. Jenis media ini diperlukan untuk menampilkan beragam contoh tulisan yang akan dikaji dan selanjutnya dijadikan acuan dalam berlatih menulis. Banyak kompetensi dasar yang memerlukan kehadiran jenis media cetak ini. Di antara kompetensi dasar tersebut adalah menulis laporan perjalanan, menulis surat dinas, menulis naskah drama, menulis petunjuk, dan menulis slogan/poster. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah prosedur penggunaan berbagai media cetak yang dihadirkan. Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencermati aspek-aspek penting pada berbagai teks acuan yang disajikan. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai prosedur, seperti tanya jawab dan diskusi. Selain itu, guru dapat memadukan proses pembelajaran kelas dengan tugas investigasi lapangan, seperti mengamati dan mendeskripsi contoh-contoh poster yang terpajang di tempat-tempat umum. Dalam menjelaskan materi tulisan yang memuat detil-detil khas, seperti surat dinas, sebaiknya guru menggunakan sarana yang memungkinkannya untuk menyampaikan detil-detil tersebut secara jelas dan dapat menjangkau setiap siswa, misalnya OHP. Melalui perangkat ini guru dapat menunjukkan bagian-bagian surat serta menjelaskan fungsinya. Di sisi lain, siswa dapat mengajukan berbagai pertanyaan terkait dengan materi dan penjelasan guru dan yang terpenting lebih memungkinkan siswa lain terlibat dalam upaya memecahkan permasalahan yang diajukan temannya. Kemajuan teknologi saat ini memungkinkan guru bahasa Indonesia menyajikan pembelajaran menulis dengan lebih menyenangkan. Guru dapat mengadirkan film tanpa suara yang diproduksi bersama siswa. Film tanpa suara tersebut dapat digunakan sebagai sarana berlatih menulis, seperti menulis laporan perjalanan atau menulis cerita pengalaman. Dengan menghadirkan media seperti ini dimungkinkan anak akan belajar menulis dalam situasi yang menyenangkan, jauh dari perasaan tertekan. Dalam praktiknya, siswa dapat diminta menulis cerita pengalaman sesuai dengan kronologi yang ditampilkan dalam film tanpa suara yang dibuat. Apapun jenis media dan tugas menulis yang diberikan, yang tidak boleh diabaikan oleh guru adalah proses revisi. Masih ditemukan pembelajaran menulis yang belum menerapkan prosedur revisi dengan baik, padahal tahap ini memiliki kedudukan yang penting dalam proses menulis. Tulisan yang dihasilkan oleh siswa seharusnya mendapatkan masukan pembenahan,
baik dari guru maupun siswa lain. Masukan ini selanjutnya digunakan siswa untuk membenahi tulisannya. Perubahan dari versi awal ke versi pembenahan akan memberikan informasi penting bagi guru terkait dengan keberadaan kegiatan menulis sebagai proses. Dalam penilaian guru tidak semata-mata mengandalkan hasil tulisan siswa, melainkan juga dengan memperhatikan proses yang ditempuh siswa dalam menghasilkan tulisan tersebut. E. Kebahasaan Aspek kebahasaan disajikan dalam pembelajaran untuk mendukung mencapaian kompetensi berbahasa. Semakin baik pemahaman siswa terhadap aspek-aspek kebahasaan, semakin baik pula kompetensi berbahasanya. Sebaliknya, kurangnya pemahaman siswa tentang aspek kebahasaan tertentu akan menyebabkan kurang maksimalnya kompetensi berbahasa mereka. Oleh karena itu, pembelajaran aspek kebahasaan memiliki kedudukan yang sama pentingnya dengan aspek keterampilan berbahasa. Sejalan dengan prinsip integratif dan kontekstual dalam pembelajaran bahasa, seyogyanya pembelajaran aspek kebahasaan dilaksanakan melalui konteks penggunaan bahasa dan dilaksanakan secara terpadu dengan pembelajaran keterampilan berbahasa. Dalam hal ini pembahasan aspek-aspek kebahasaan mengambil materi dari berbagai bentuk penggunaan bahasa dalam berbagai konteks nyata. Bahasan tentang pergeseran makna serta kata umum dan kata khusus, misalnya, dapat memanfaatkan berbagai teks relevan yang sekaligus digunakan untuk pembelajaran keterampilan berbahasa. Melalui teks tersebut guru dapat menjelaskan konsep pergeseran makna sekaligus beserta contoh nyata dalam penggunaannya. Melalui teks serupa siswa dapat berlatih mengenali dan memahami berbagai kata yang mengalami proses pergeseran dan selanjutnya mereka diharapkan dapat menerapkan pemahamannya dalam praktik berbahasa. F. Kesastraan Dari berbagai kesempatan, dapat ditangkap suatu masalah dalam pembelajaran sastra, yakni kurang tersedianya media pembelajaran. Media pembelajaran yang dimaksud terutama yang memuat contoh-contoh praktik yang dapat difungsikan sebagai model atau contoh ataupun sebagai objek analisis. Kompetensi dasar mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama, misalnya, memerlukan kehadiran media audio visual dan perangkat lunaknya yang
memuat rekaman pementasan drama. Media semacam ini agak sulit diperoleh, sementara untuk menyiapkan sendiri juga bukan pekerjaan yang mudah. Salah satu alternatif, guru/sekolah dapat bekerja sama dengan lembaga kesenian seperti kelompok teater yang ada di lingkungannya untuk dapat memperoleh rekaman pementasan yang diperlukan. Akan tetapi, masih terdapat permasalahan, terutama menyangkut kesesuaian subtansi cerita drama dengan tingkat perkembangan siswa. Di sini guru harus memilih mana drama yang dapat disajikan dan mana yang tidak. Belum lagi masalah yang terkait dengan kualitas suara dan gambar yang acap kali muncul. Dalam kondisi seperti ini guru dapat mengganti contoh pementasan drama dengan film cerita yang lebih mudah diperoleh dan telah diketahui kualitas penggarapannya. Namun demikian, masalah kesesuaian cerita dengan kondisi siswa dan aspek lain seperti agama, moral, dan budaya serta terpenuhinya unsur-unsur penokohan tetap menjadi pertimbangan utama. Suatu rekaman praktik karya sastra dapat digunakan dalam pembelajaran berbagai kompetensi dasar. Dengan rekaman pementasan drama, misalnya, siswa dapat berlatih mengevaluasi berbagai tokoh, mengidentifikasi alur, dan memahami unsur-unsur pementasan lainnya. Melalui media itu pula siswa dapat mengenali dan memahami ciri-ciri tuturan dan pola pergantian bicara dalam drama yang selanjutnya, dengan berbekal pemahaman tersebut mereka akan berlatih menulis teks drama. Kesulitan dalam memperoleh media yang sesuai untuk pembelajaran sastra, hendaknya tidak menyurutkan niat dan komitmen kita dalam menanamkan kompetensi kesastraan pada siswa. Hal ini terkait dengan posisi penting pembelajaran sastra, terutama dalam hubungannya dengan penanaman berbagai nilai dan perilaku positif pada diri siswa. Sastra sarat dengan nilainilai. Melalui pembelajaran sastra siswa diharapkan memiliki apresiasi yang tinggi yang pada tingkat tertentu dapat menerapkan nilai-nilai positif dari karya-karya yang dikaji dan diciptakannya ke dalam perilaku sehari-hari. Kerja keras dan kreativitas guru, termasuk dalam menyediakan media pembelajaran, sangat diperlukan dalam rangka mewujudkan tujuan pembelajaran sastra di sekolah. Dari uraian tentang penggunaan media dalam pembelajaran bahasa Indonesia di atas dapat dikemukakan bahwa media dihadirkan dalam berbagai fungsi. Media dapat difungsikan sebagai contoh, pendukung penjelasan, sarana pemancing bahasa siswa, sarana berlatih, dan sebagainya. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa kehadiran berbagai jenis media tersebut
harus benar-benar fungsional. Artinya, penggunaan media betul-betul bermakna dalam kaitannya dengan pencapaian kompetensi dasar tertentu dan tidak justru menimbulkan masalah atau kondisi yang mengganggu proses pencapaian kompetensi sebagaimana diharapkan.
TUGAS LATIHAN Pilihlah media untuk 2 (dua) kompetensi dasar dalam salah satu keterampilan berbahasa kemudian paparkan secara rinci prosedur penggunaannya!
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad. 2004. Media Pembelajaran.Jakarta: PT Raja Granfindo Persada Karya Aksara. Depdiknas 2002. Kamus besar bahasa Indonesia. Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka. ------------. 2003 Media Pembelajaran. Jakarta. Dirjendikdasmen, DTK. Eanes, Robin. (1997). Content Area Literacy. Teaching for Today and Tomorrow. Albany: Delmar Publisher-ITP an International Thomson Publishing Company. Enoch, Jusuf. 1992. Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Gerlach, V.G. dan D.P. Ely. 1971. Teaching and Media. A. Systematic Approach. Hairuddin, dkk. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas. Kemp & Dayton. 1985. Instruksional Design: A Plan for Unit and Curriculum Development. New Jersey : Sage Publication. Rohani, Ahmad. 1997. Media fnstruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, N dan Rivai, A. 1992. Media Pengajaran. Bandung: C.V. Sinar Baru.