Daftar Isi
Daftar Isi
1
Bab 1 : Pendahuluan Bab 2 : Mengenali Somatic-Signal Bab 3 : Langkah-Langkah Dasar Somatic Signal Therapy (SST) Bab 4 : Pengubahan Strategi Dalam SST Bab 5 : Contoh Kasus Bab 6 : “Beyond Word” Reframing Bab 7 : Penutup
2 4 6 9 11 19 21
Tentang Penulis
22
Bab 1
Pendahuluan Manusia adalah mahluk berpikir, dan dari pikiran itulah yang membuat manusia mengalami perasaan positif atau perasaan negatif. Somatic Signal Therapy (SST) adalah suatu teknik yang sederhana, tetapi sangat efektif untuk merubah suatu perasaan negatif, antara lain perasan tidak nyaman karena phobia, kecemasan terhadap suatu hal tertentu, bahkan perasaan tidak nyaman karena kebencian atau ketakutan terhadap orang lain. SST adalah suatu teknik yang diketemukan oleh penulis (Yan Nurindra), tepatnya pada bulan Mei 2011, diawali dari pengalamannya dalam menyelesaikan kasus pribadi (non phobia), dan dilanjutkan dengan uji coba untuk menangani berbagai kasus selama setahun penuh, sebelum secara resmi diluncurkan sebagai salah satu teknik therapy yang sangat efektif untuk penyelesaian kasus : phobia, anxiety, fear, dan berbagai kasus psikologis lainnya yang menghasilkan simbol somatic (fisik). Secara sederhana, proses berpikir manusia biasanya diawali dengan “memutar” sebuah film tertentu di pikiran, setelah itu film tersebut akan memicu munculnya emosional tertentu, dan selanjutnya emosional yang muncul akan memicu munculnya “tanda” atau signal tertentu di tingkat fisik (somatic), sehingga disebut sebagai “somaticsignal”. Khususnya emosi negatif, maka somatic-signal ini dapat berupa debaran di dada, rasa sesak di tempat tertentu, denyutan di kepala, atau apapun juga tanda-tanda fisik yang dalam hal ini merupakan ekspresi dari emosi negatif tersebut. Hal yang sangat menarik, bahwa ternyata somatic-signal ini terelasi dengan pemaknaan di tingkat meta (pemikiran yang paling filosofis). Dengan kata lain jika somatic-signal ini dapat dihilangkan, maka pemaknaan di tingkat meta juga akan terubah. Oleh karena itu inti dari
teknik SST adalah dengan menghilangkan somatic-signal yang muncul, lebih tepatnya menetralkannya dengan suatu cara tertentu. SST dapat diterapkan pada kondisi Klien sadar penuh, dan dapat dilakukan tanpa perlu persiapan tempat khusus, bahkan dapat diimplementasikan di ruang publik, tanpa mengurangi keefektifannya. Teknik SST merupakan bentuk aplikasi praktis siap pakai, yang merupakan gabungan dari pengetahuan Hypnosis, NLP, dan meditasi.
Bab 5
Contoh Kasus
Pada awal tahun 2012, Penulis menangani kasus phobia dari seorang Klien yang merupakan alumni pelatihan dari Penulis di kota Surabaya. Klien mengidap phobia ekstrim terhadap apapun yang terkait dengan ular. Sebagai gambaran, Klien tersebut pernah menerima kiriman gambar ular melalui Blackberry, dan tanpa pikir panjang Blakcberry tersebut langsung dilemparkan. Terapi dilakukan di Lounge suatu Hotel, dalam kondisi yang sangat ramai, karena di Lounge tersebut digelar live music. Klien dalam posisi santai mengobrol di meja bundar, bersama beberapa alumni lainnya. Secara kebetulan pada malam hari itu para alumni dari berbagai pelatihan yang diselenggarakan Penulis tengah berkumpul. Klien dalam posisi psikologis tidak ingin di-terapi, karena ia tidak meyakini ada metode yang dapat menyembuhkan phobianya tersebut. Klien berinisial ME dan Penulis YN (Yan Nurindra). *** YN
: Eh, katanya kamu phobia ya ? Mau disembuhkan ?
Klien langsung gemetar, dan menutup mulutnya dengan jaket. Ketika seseorang mengidap phobia ekstrim, komunikasi sederhana seperti ini saja sudah cukup untuk membuatnya memutar “internal movie” tertentu, dan menghasilkan somatic-signal berupa getaran tubuh. YN
: Gimana mau nggak ? Santai aja kok, disini saja sambil ngobrol-ngobrol.
Klien mengangguk dengan ragu.
YN
: Gini, kita nanti bermain-main dengan meditasi sederhana. Kamu cukup ikuti panduan saya. Oke ?
Klien diam, tetapi pandangannya memancarkan persetujuan. YN
: Oke. Kamu sejak kapan mengalami phobia ?
Klien kembali gemetar. YN
: Oke. Coba sekarang kamu santai. Nah sekarang amati bagian mana di tubuh kamu yang tidak nyaman ?
Klien menunjuk bagian lehernya. YN
: Rasanya seperti apa ?
ME
: Ada tekanan di leher.
YN
: Oke. Nah sekarang letakkan tangan kamu di bagian itu, lalu kamu fokus ke daerah itu, sambil membayangkan kamu berkomunikasi dengan bagian itu. Fokus dan katakan dalam hati : “Kamu adalah bagian dari diri saya, mari kita berdamai, mari kita kembali selaras”. Katakan terus, sampai tekanan itu benar-benar menghilang.
Klien dibiarkan beberapa saat melakukan hal ini. YN
: Bagaimana ? Tekanannya sudah hilang ?
Klien mengangguk. YN
: Bagaimana awalnya, kok kamu phobia terhadap ular ?
Klien kembali gemetar, ketika mendengan kata “ular”.
YN
: Tolong kaki kamu jangan digerak-gerakkan. Seluruh tubuh kamu harus diam dan tenang, agar kamu dapat fokus ke bagian yang tidak nyaman, dan dapat melakukan pendamaian secara fokus.
Klien mulai tenang, dan tubuhnya benar-benar diam. Beberapa saat kemudian. YN
: Sudah netral ?
ME
: Sudah.
Penulis kembali berteriak ke salah satu alumni yang ditugaskan mencari gambar ular : “Bagaimana sudah dapat gambar ularnya ?”. Dan dijawab : “Sudah, ini Pak.” Gambar ular dari Ipad diserahkan ke Penulis, dan Penulis menunjukkan ke Klien. Klien kembali gemetar. Penulis menyingkirkan Ipad. YN
: Kenapa ? Sekarang yang tidak nyaman di bagian mana ?
ME
: Dada.
YN
: Ok, sekarang lakukan pendamaian lagi di bagian dada.
Beberapa saat kemudian setelah Klien kembali netral, Penulis menyodorkan kembali Ipad yang menayangkan gambar seekor ular pyhton dalam ukuran yang cukup besar kepada Klien. Klien dengan santai memandangi gambar dimaksud, bahkan memainkan jarinya di atas Ipad tersebut.
Bab 6
“Beyond Word” Reframing
Mengapa teknik yang sangat sederhana ini dapat menyelesaikan permasalahan ? Walaupun teknik ini sangat sederhana akan tetapi filosofi dibalik teknik ini sangat kompleks, terutama jika kita akan membedahnya dari berbagai pengetahuan pemberdayaan diri terkini. Pada dasarnya manusia hidup dengan simbol, yaitu merepresentasikan suatu simbol atau memproduksi simbol baru, dimana simbol-simbol ini berguna sebagai sarana komunikasi antar lapisan kesadaran manusia. Simbol-simbol ini dapat berupa kata-kata (linguistik), perasaan, internal movie, bahkan dapat berupa ”entitas” yang beroperasi di tingkat fisik. Teknik SST memandang bahwa suatu “internal movie” di tingkat pikiran akan memproduksi hasil akhir berupa somatic-signal, dimana disinilah sebenarnya realitas dari apa yang dimaksudkan dengan “perasaan tidak nyaman”. Jika dianalogikan maka “internal movie” dapat dianggap sebagai software (program), sedangkan somaticsignal adalah hasil program. Berbagai teknik psikoterapi, misalkan NLP, banyak bermain dengan “utak-atik” di bagian “hasil program” ini, atau dikenal dengan istilah submodalities-intervention, tetapi umumnya teknik ini tidak menyentuh sisi software sama sekali, sehingga ketika software lama dioperasikan kembali maka akan memunculkan hasil program yang sama. Salah satu genre NLP yang lain, yaitu NeuroSemantics (NS), bermain di sisi software, dan jelas akan menghasilkan perbaikan yang lebih permanen. NS dengan konsep meta-stating adalah mengutak-atik “pemaknaan” suatu permasalahan, sehingga akan memunculkan ......