daftar isi 02 | kata pengantar
16 | UNICEF beraksi
sambutan dari Kepala Perwakilan UNICEF di Indonesia Gunilla Olsson.
intervensi untuk ibu, anak dan remaja.
04 | fakta penting | anak-anak di Indonesia
18 | catatan harian dari lapangan | perlindungan anak
tantangan bagi anak-anak Indonesia.
peradilan pidana anak: mimpi anak tentang kehidupan selepas dari tahanan
07 | tujuan UNICEF | program kami
20 | kisah dari lapangan | WASH
lihat bagaimana UNICEF memastikan bahwa setiap anak diperhatikan.
perbaikan sanitasi di Alor: jamban baru, membuat anak-anak lebih sehat.
08 | kisah dari lapangan | kesehatan ibu
22 | tonggak penting tahun 2014 | tsunami +10
persalinan istimewa: membantu ibu-ibu hamil di Papua.
selamat dari bencana, menciptakan masa depan yang lebih baik: Aceh 10 tahun setelah tsunami.
10 | fakta penting | pernikahan anak
25 | acara UNICEF | crc@25
gambaran tentang pernikahan anak di Indonesia.
menoleh ke belakang, memandang ke depan: 25 tahun hak-hak anak.
12 | video UNICEF | perlindungan anak
26 | acara UNICEF | kegawatdaruratan
kekerasan terhadap anak: memecah kebisuan.
kegiatan penggalangan dana: suara anak anak di tengah krisis dan konflik.
15 | kisah dari lapangan | gizi
28 | halaman donatur | kontribusi untuk anak-anak
krisis kekurangan gizi: kondisi darurat yang tidak disadari.
ucapan terima kasih: bagaimana donatur mendukung upaya-upaya UNICEF.
kata pengantar Sahabat UNICEF Indonesia yang saya cintai, Saya sungguh bahagia dapat menyapa Anda untuk pertama kalinya dalam peran saya sebagai Kepala Perwakilan UNICEF di Indonesia. Beberapa bulan pertama semenjak September 2014, ketika saya pertama kali tiba di negara ini, saya mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan sejumlah anak yang merupakan bagian dari 85 juta anak di negeri ini. Di mana pun anak-anak ini berada - di Aceh atau Jawa, di Papua atau Sulawesi - Saya selalu terperangah oleh optimisme dan komitmen mereka yang luar biasa untuk belajar dan berjuang demi masa depan yang lebih baik. Setiap anak memupuk harapan dan impian. Dan setiap orang tua menginginkan yang terbaik bagi anak mereka. Bersama-sama kita membuat kontribusi penting untuk membantu mewujudkan harapan dan impian mereka - dan saya ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan Anda. Pembangunan yang berkesinambungan dimulai dengan populasi anak yang sehat, berpendidikan dan merasa aman, namun begitu banyak anak Indonesia yang lahir dalam kondisi yang tidak menguntungkan dan tidak tersentuh oleh pesatnya pembangunan di negeri ini. Ratarata, 37 persen anak-anak di bawah usia lima tahun menderita kekurangan gizi dalam bentuk stunting, sekitar 6,8 juta anak dalam usia sekolah masih tidak bersekolah, dan sekitar setengah dari semua anak hidup dengan biaya kurang dari 2 dolar per hari, suatu kondisi yang dimasukan dalam kategori miskin berdasarkan standar internasional. Pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia belum menunjukan korelasi terhadap perbaikan atas indikator-indikator tumbuh kembang anak. Peran UNICEF di Indonesia adalah untuk mendukung pemerintah dalam memberikan bantuan teknis dan mengembangkan model-model pendekatan inovatif untuk mengatasi masalah yang berkepanjangan. Pendekatan ini kemudian dapat lebih direplikasi di tingkat nasional dan daerah. Berkat kontribusi Anda, UNICEF dapat memberikan keahliankeahlian yang diperlukan untuk membantu pemerintah dan mitra-mitra lainnya mengatasi tantangan utama yang dihadapi anak-anak.
Anda dapat membaca semua cerita tentang keberhasilan kami di tahun 2014 dalam Laporan Tahunan ini. Misalnya, Neli di Papua yang berhasil melahirkan di lokasi yang aman (halaman 8). Dan Novianti, di pulau Alor, yang akan menjadi orang pertama di keluarganya yang tumbuh dengan akses terhadap jamban (halaman 20). Dan ada ribuan anak di seluruh Aceh yang telah memperoleh bantuan dari UNICEF selama satu dekade sejak tsunami melanda (halaman 22). Tidak ada satu pun keberhasilan-keberhasilan tersebut yang dapat diraih tanpa dukungan Anda! Ke depan, tahun 2015 menandai momen titik balik bagi anak-anak di Indonesia. Ketika tujuantujuan Pembangunan Millennium (MDGs), akan mencapai akhir prosesnya yang telah berlangsung selama 15 tahun, para pemimpin dunia saat ini sedang menyusun arahan baru untuk kemajuan manusia selama 15 tahun berikutnya. Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara terdepan dalam perjuangkan untuk mencapai tujuan-tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG ) terutama dalam bidang-bidang perlindungan anak dan pengurangan kemiskinan pada anak-anak. Saya yakin bahwa kita dapat mencapai tujuantujuan ambisius bagi anak-anak Indonesia tersebut apabila semua pihak terkait bekerja sama dalam satu kesatuan. Hal ini akan menjadi fokus utama selama saya bekerja di UNICEF Indonesia - menempa koalisi yang kuat dan langgeng bagi anak-anak Indonesia. Sekali lagi saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Anda semua atas komitmen dan kebaikan hati dalam mendukung upaya-upaya UNICEF. Kontribusi Anda membuat perbedaan yang nyata untuk kehidupan anak-anak di seluruh Indonesia. Terima kasih banyak.
Gunilla Olsson Kepala Perwakilan UNICEF di Indonesia
©UNICEF Indonesia
©UNICEF Indonesia/2008/Josh Estey
tujuan UNICEF | program kami
kelangsungan hidup dan perkembangan anak
menggali cara-cara inovatif untuk mengatasi kelemahan di bidang-bidang perkembangan anak yang penting, seperti kesehatan, gizi dan sanitasi.
pendidikan
memastikan pendidikan bermutu sejak usia dini sampai tingkat menengah tersedia bagi semua anak.
membuat setiap anak diperhatikan Sejak tahun 1948, UNICEF telah membantu anak-anak Indonesia mendapatkan awal kehidupan yang sebaik mungkin. UNICEF melakukannya di bidang-bidang berikut ini:
kebijakan sosial
memperkuat bidangbidang kebijakan utama untuk mengurangi tingkat kemiskinan anak yang masih terjadi.
komunikasi, mobilisasi sumber daya dan kemitraan
perlindungan anak
mencegah dan menanggulangi kekerasan, pelecehan, pengabaian dan eksploitasi anak.
©UNICEF Indonesia/2014/Ng Swan Ti
menumbuhkan kesadaran dan mengambil tindakan di seputar isu-isu yang penting bagi anak.
kisah dari lapangan | kesehatan ibu
persalinan istimewa:
membantu ibu-ibu hamil di Papua Ketika Neli Kogoya, 23 tahun, melahirkan anak pertamanya, banyak masalah yang dihadapinya. Neli tinggal di Desa Sapalek yang terletak di daerah pegunungan terpencil di Papua - di daerah tersebut komplikasi kelahiran bagi ibu dan anak sangat sering terjadi. “Ketika saya melahirkan Yosiana, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan atau apa yang saya harapkan,” kata Neli. “Saya tidak tahu tentang menyusui atau vaksinasi. Tidak ada puskesmas di dekat rumah saya. Ketika Yosiana berusia tiga bulan dia terserang demam. Saya harus membayar taksi untuk membawanya ke rumah sakit di Wamena.” Berkat UNICEF, keadaan berubah ketika Neli mengandung anak keduanya, Eliup. Sebuah puskesmas baru-baru ini didirikan di kecamatan tempat Neli tinggal. UNICEF telah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk memastikan agar pusat-pusat kesehatan merencanakan dan memanfaatkan sumber daya mereka secara efektif - dengan penekanan kuat bagi upaya untuk menjangkau ibu-ibu hamil di awal masa kehamilan. “Seseorang dari Puskesmas mengunjungi saya setiap bulan ketika saya hamil,” kata Neli. “Anak saya seharusnya sudah lahir, sehingga mereka membawa saya ke rumah sakit agar saya diinduksi untuk merangsang kelahiran. Mereka telah membantu saya dalam hal vaksinasi dan menyusui. Mereka melakukan pemeriksaan rutin terhadap kondisi kesehatan Eliup untuk memastikan dia sehat.” Upaya semacam ini menyelamatkan nyawa. Tanpanya, anak-anak seperti Eliup berisiko mengalami komplikasi kelahiran, kekurangan gizi dan menderita penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian vaksin, misalnya campak dan difteri. Dalam kasus terburuk, tanpa perawatan kesehatan yang layak mereka bisa meninggal dunia. ÎÎ UNICEF akan terus membantu ibu hamil dan bayi-bayi di Indonesia mendapatkan perawatan kesehatan yang mereka butuhkan.
© UNICEF/UNI180218/Brown
©UNICEF Indonesia/2014/N Baker
video UNICEF | perlindungan anak
45
%
kekerasan terhadap anak:
memecah kebisuan Momentum baru – tahun 2014 menunjukkan tanda-tanda akan dikeluarkannya Instruksi Presiden baru untuk memerangi pelecehan seksual terharap anak dan revisi terhadap Undang-Undang Perlindungan Anak.
Seorang anak perempuan bernama Geni duduk di depan rumahnya. Dia sedang bermain dengan beberapa mainan kesayangannya - boneka, bola dan boneka kelinci yang kebesaran. Namun semuanya berubah ketika seorang lelaki asing mendekatinya. Lalu dimulailah cerita pada salah satu video yang diproduksi oleh UNICEF pada tahun 2014 untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah kekerasan terhadap anak di Indonesia. UNICEF melakukan pembuatan serangkaian video animasi untuk mendidik anak-anak tentang bagaimana cara mengidentifikasi, menghindari dan melaporkan kekerasan dan pelecehan seksual. Kekerasan terhadap anak masih merupakan hal yang tabu di Indonesia. Pembahasan di seputar topik ini masih jarang dilakukan di banyak daerah di Indonesia, namun mulai menjadi perdebatan di masyarakat. Video animasi ini bertujuan untuk mengatasi masalah ini. Sejak dirilis, video ini ditonton oleh lebih dari dua juta anak dan orang tua di seluruh Indonesia. ÎÎ UNICEF berupaya untuk mengakhiri kekerasan terhadap anak dengan melibatkan semua pihak - pemerintah, petugas kesehatan, guru, orang tua, dan anak-anak itu sendiri - secara bersama-sama dan memecah kebisuan.
Cuplikan video:
©UNICEF Indonesia/2008/Josh Estey
kisah dari lapangan | gizi
krisis kekurangan gizi:
kondisi darurat yang tidak disadari Regina adalah bidan desa di Assologaima, Papua. Saat ini dia bekerja dengan 30 orang relawan, yang dikenal dengan nama kader, di pusat kesehatan masyarakat untuk membantu mengatasi keadaan darurat yang diam-diam melanda Indonesia. Di desa-desa, di berbagai kabupaten dan kota di seluruh negeri, UNICEF mengatasi krisis gizi. Sungguh hal yang mengejutkan bahwa 37 persen dari anak-anak balita di Indonesia menderita gizi buruk dalam bentuk stunting. Anak yang mengalami stunting menghadapi hambatan belajar di sekolah, berpenghasilan lebih rendah ketika dewasa dan cenderung mewariskan siklus kemiskinan antar generasi. Praktik-praktik menyusui yang baik, termasuk pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, merupakan salah satu ukuran penting untuk mencegah gizi buruk. Namun di daerah pedesaan di Papua dan di sebagian besar belahan negeri ini, banyak perempuan yang memberikan ASI eksklusif hanya selama satu atau dua bulan. UNICEF bekerja sama dengan bidan seperti Regina untuk memberikan pelatihan bagi para kader agar dapat memberikan bimbingan kepada masyarakatnya tentang gizi yang baik. “Dahulu para ibu membuang air susu yang keluar pertama kali atau kolostrum, namun sekarang mereka sadar bahwa zat ini merupakan sumber antibodi dan nutrisi yang penting,” kata Regina. “Kader mengajarkan para ibu cara terbaik untuk menyusui dan kemudian memberi petunjuk tentang bagaimana cara menyiapkan makanan bergizi untuk bayi mereka dan kapan mereka siap untuk menerima makanan pendamping ASI.” ÎÎ Seorang anak yang mengalami stunting berada dalam keadaan yang tidak menguntungkan dalam kehidupan. UNICEF berupaya untuk meningkatkan gizi anak-anak di seluruh negeri.
©UNICEF Indonesia/2015
Aksi UNICEF
IBU HAMIL
BAYI BARU LAHIR
BATITA
BALITA
SEKOLAH DASAR
©UNICEF Indonesia/2014
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
SEKOLAH MENENGAH ATAS
catatan harian dari lapangan | perlindungan anak
peradilan pidana anak:
mimpi anak tentang kehidupan selepas dari tahanan Oleh Lauren Rumble, Kepala Perlindungan Anak, UNICEF Indonesia. Pada bulan Juli 2014 saya mengunjungi penjara untuk anak-anak di Klaten- pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan. Setiap anak yang saya temui memiliki masa lalu sangat beragam, namun semua menginginkan masa depan yang sama. Mereka bermimpi untuk dapat kembali bersekolah dan menjalani hidup yang bermanfaat di masyarakat setelah mereka dibebaskan. “Saya hanya ingin kembali ke sekolah setelah dibebaskan,” kata Hadi* kepada saya. Armo* menjelaskan: “Anak-anak ditangkap atas kejahatan yang mereka lakukan atas pengaruh teman sebaya atau karena mereka diabaikan oleh keluarga. Kami memerlukan dukungan dan kesempatan untuk menjadi warga negara yang lebih baik.” UNICEF telah banyak melakukan advokasi bagi penerapan sepenuhnya undang-undang peradilan anak yang mulai berlaku tahun ini. Undang-Undang ini menetapkan bahwa penjara adalah “tempat terakhir” bagi anak-anak. Sebaliknya, harus ada upaya yang difokuskan pada rehabilitasi masyarakat. Di Klaten, anak-anak dipenjara karena melakukan kejahatan-kejahatan kecil, seperti pencurian barang yang tidak terlalu berarti, namun undangundang yang baru mulai mengubah praktik hukuman seperti ini. Jumlah anak-anak yang berada di balik jeruji besi telah turun dari 47 pada tahun 2012 menjadi lima pada tahun 2014. Kemajuannya terlihat baik.
* Bukan nama sebenarnya
Undang-Undang Sistem Peradilan Anak berlaku – disetujui berkat peran signifikan UNICEF
©UNICEF Indonesia/2008/Josh Estey
kisah dari lapangan | WASH
perbaikan sanitasi di Alor:
jamban baru, membuat anak-anak lebih sehat Novianti Atafan yang berumur tujuh tahun tumbuh tanpa jamban. Sebaliknya, Novianti dan keluarganya pergi ke pantai terdekat. Hal ini umum terjadi di Pulau Alor di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Praktik buang air besar sembarangan memiliki dampak yang parah di NTT dan banyak wilayah lainnya di Indonesia. Sanitasi yang buruk terkait dengan penyakit yang dapat dicegah, namun berpotensi mematikan, seperti diare dan pneumonia -– merupakan kontributor utama terhadap lebih dari 370 kematian balita per-hari di Indonesia. Bahkan data dari Survei Kesehatan Nasional menunjukkan bahwa sekitar 31 persen kematian bayi dan 25 persen kematian anak-anak usia satu hingga lima tahun disebabkan oleh diare. Namun perubahan terjadi bagi Novianti ketika sanitarian (petugas kesehatan lokal yang mengkhususkan diri dalam bidang sanitasi dan kebersihan) mengunjungi desa mereka. Dengan dukungan dari UNICEF, sanitarian mengadakan “sesi pemicuan “. Dia menunjukkan bagaimana bakteri dari tinja dapat memasuki rantai makanan dan menyebabkan banyak masalah kesehatan. “Saya merasa malu dengan apa yang pernah kami lakukan,” ujar ibu Novianti, Amelia. “Saya belajar bahwa ketika kami buang air besar di pantai, lalat kemudian akan hinggap pada kotoran kami dan mencemari makanan kami dengan kotoran tersebut.” ÎÎ Sejak itu keluarganya telah membangun jamban sendiri yang berjarak beberapa meter dari rumah mereka. Dan sanitarian pemerintah, yang didukung oleh UNICEF, tetap mengunjungi keluarga di seluruh negeri ini dengan tujuan mengakhiri kebiasaan buang air besar sembarangan. Cerita Novianti hanyalah satu dari sekian banyak cerita serupa.
©UNICEF Indonesia/2014/S Grainger
tonggak penting tahun 2014 | tsunami +10
selamat dari bencana, menciptakan masa depan yang lebih baik:
Aceh 10 tahun setelah tsunami Rosna tidak akan pernah melupakan peristiwa yang terjadi pada pagi hari tanggal 26 Desember 2004. Bersama putrinya yang berusia tiga tahun, Cut Rachmina, dia sedang berada di rumah mereka di Banda Aceh mereka. Rasanya seperti pagi lainnya, hanya saja pikiran Rosna sedang tertuju pada pada satu hal yang baru diketahuinya - bahwa dia tengah mengandung anak keduanya. Dan kemudian tiba-tiba gelombang menghantam. Ketika tsunami Samudera Hindia melanda Banda Aceh, Rosna meraih Cut Rachmina dan berlari keluar dari rumah mereka. Pasangan ini berjuang melalui air yang bergolak dan berhasil mencapai tempat yang lebih tinggi tanpa cedera. Rosna segera menemukan suaminya Johansyah, yang juga berhasil melarikan diri. Keluarga ini beruntung karena selamat dari bencana, namun rumah mereka hancur. Mereka tidak punya air, makanan dan tidak bisa menyelamatkan harta benda mereka. Mereka ada di antara 500.000 orang lainnya yang kehilangan tempat tinggal di Aceh. Sepuluh tahun berlalu sejak tsunami terjadi. Cut Rachmina kini berusia 13 tahun. Arief, yang lahir lima bulan setelah tsunami, berusia sembilan tahun. Akbar, yang baru berusia satu tahun, adalah anggota keluarga mereka yang baru. Pasca terjadinya bencana tersebut, Cut Rachmina and Arief mengikuti kegiatan di pusat anak UNICEF, tempat yang membuat mereka bisa bermain dan bisa mendapat dukungan psikologis untuk membantu mengatasi pengalaman traumatis mereka. UNICEF mendirikan 21 pusat anak seperti ini di Aceh, selain melaksanakan program pelacakan
keluarga bagi mereka yang kehilangan kabar tentang orang tua atau anggota keluarga lainnya. Cut Rachmina, Arief dan Akbar hanyalah beberapa dari sekian banyak korban tsunami di Aceh yang mendapat dukungan dari UNICEF selama dekade terakhir. Dengan kontribusi keuangan untuk Aceh sebesar 336 juta dollar – suatu jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya – para donatur dari Indonesia dan luar negeri memungkinkan UNICEF melakukan tanggap darurat berskala besar yang diikuti oleh investasi strategis untuk pembangunan jangka panjang di Provinsi Aceh. Berdasarkan prinsip “Membangun Kembali dengan Lebih Baik”, UNICEF berperan penting dalam memperkuat sistem kesehatan, antara lain dengan mengintegrasikan layanan pengembangan anak usia dini ke dalam upaya-upaya yang dilakukan pos pelayanan terpadu (posyandu-plus) untuk membasmi malaria di beberapa daerah yang sebelumnya merupakan daerah epidemik; membangun hampir 350 gedung sekolah tahan gempa dengan fasilitas lengkap; serta mereformasi sistem peradilan anak. Berkat upaya-upaya tersebut, anak-anak Aceh memiliki kesempatan yang lebih baik dalam kehidupannya sekarang. Mereka berpeluang untuk tumbuh dengan sehat, dapat bersekolah dan terlindungi dari kekerasan dan eksploitasi.
Setelah tsunami, saya ingin melakukan sesuatu untuk keluarga yang mengalami trauma, khususnya anak-anak. Merupakan kebahagiaan tersendiri melihat anak-anak bermain di sini setiap hari.
ÎÎ Adapun Rosna menghabiskan waktu beberapa tahun terakhir ini untuk membangun dan mengembangkan Pusat Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD) yang dikelolanya sendiri dengan dukungan dari UNICEF.
–Rosna– Guru Sekolah
© UNICEF Indonesia/2014
acara UNICEF | CRC@25
menoleh kebelakang, memandang kedepan :
25 tahun hak-hak anak Setiap anak memiliki hak. Ketika hak-hak mereka terpenuhi, mereka menjadi berdaya. Dan apabila mereka berdaya, mereka akan memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan. –Setia Perdana– Koordinator Fokus Muda pada ACTIVATE 2014
Dua puluh lima tahun yang lalu, para pemimpin dunia membuat janji penting: dengan menerapkan Konvensi Hak-Hak Anak (KHA) mereka setuju untuk mengupayakan segala daya yang mereka miliki untuk mempromosikan dan melindungi hak-hak semua anak, di mana pun. Adakah orang yang lebih pantas menyoroti kemajuan yang dibuat selama tahun-tahun tersebut selain orang yang berumur 25 tahun? Jadi untuk memperingati hari jadi peristiwa penting ini, UNICEF menyelenggarakan acara bertajuk ACTIVATE talk show di Jakarta dengan panel yang terdiri dari orang-orang yang berumur 25 tahun yang bekerja di bidang-bidang utama yang berkaitan dengan hak anak. Pada tahun ini ketika KHA genap berusia 25 tahun, UNICEF telah menyelenggarakan kegiatan yang bertajuk ACTIVATE talk ini di seluruh dunia.a Setiap panelis adalah inovator di bidang mereka masing-masing, karena pendekatan inovatif terhadap tantangan pembangunan yang telah lama berjalan adalah tema utama di seputar hari jadi KHA. Topik yang tercakup adalah pencegahan HIV ramah remaja, akses terhadap pendidikan yang bermutu, kesehatan reproduksi dan partisipasi kaum muda melalui platform digital dan blog. Ide-ide yang dibahas oleh inovator ACTIVATE telah sejak lama didukung dan dibina oleh UNICEF. ÎÎ UNICEF akan melibatkan lebih banyak lagi generasi muda Indonesia untuk mendorong pemikiran inovatif dan memastikan bahwa setiap anak di negeri ini dapat menikmati semua hak yang diabadikan dalam KHA.
©UNICEF Indonesia/2014/Josh Estey ©UNICEF Indonesia/2014
acara UNICEF | kegawatdaruratan
kegiatan penggalangan dana:
suara anak-anak di tengah krisis dan konflik Setiap tahun, jutaan anak terkena dampak krisis dan konflik yang terjadi di seluruh dunia. Dalam hal ini tahun 2014 merupakan tahun yang sangat sulit. Lebih dari 12.000 anak dijadikan tentara anak oleh kelompok bersenjata di Sudan Selatan. Hampir 500.000 anak tidak bersekolah karena pertempuran di Irak. Dan sekitar lima juta anak terus menjadi pengungsi di dalam negeri di Suriah. Program kemanusiaan UNICEF di kedua negara tersebut dan negara lainnya yang terkena dampak darurat ini memberikan layanan kesehatan, gizi, pendidikan dan perlindungan untuk menyelamatkan nyawa dan membantu mereka mengatasi trauma. Namun, banyak dari kegiatan program ini yang mengalami kekurangan dana. Menanggapi situasi ini, UNICEF Indonesia menyelenggarakan sebuah gala: Suara Anak di tengah Krisis dan Konflik di bulan Oktober 2014. Acara ini menyatukan berbagai kalangan seperti pemimpin perusahaan, selebriti dan filantropis untuk satu tujuan - membantu anak-anak di dunia yang paling rentan. “Jumlah krisis yang parah tampaknya semakin meningkat setiap hari. Dalam situasi ini, anak-anak adalah kelompok yang paling menderita. Hal ini sering terlupakan,” kata Kepala Perwakilan UNICEF di Indonesia, Gunilla Olsson, pada acara gala. “Anak-anak ini terpapar pada pengalaman traumatis yang menetap dalam diri mereka selama sisa hidup mereka. Mereka sangat rentan terhadap penyakit yang mengancam jiwa dan eksploitasi, serta dalam banyak kasus mereka benar-benar kehilangan kesempatan untuk belajar dan berkembang. Krisis kemanusiaan memotong masa kanak-kanak mereka dan menjadikan mereka hidup dan bertindak seperti orang dewasa – Jauh lebih awal sebelum mereka harus melakukannya” ÎÎ Pada akhir Gala, donatur-donatur Indonesia memberikan kontribusi lebih dari US $ 400.000 bagi upaya-upaya yang dilakukan oleh UNICEF di Afghanistan, Gaza, Irak, Sudan Selatan dan Suriah. Acara ini terselenggara berkat kerja sama Metro TV dan Ibu Noor Sabah Nael Traavik, istri Duta Besar Norwegia untuk Indonesia. © UNICEF/NYHQ2014-2061/Romenzi
halaman donatur | kontribusi untuk anak-anak
halaman donatur | kontribusi untuk anak-anak
ucapan terima kasih:
bagaimana donatur mendukung upaya-upaya UNICEF
2014
Dana dikumpulkan dan disediakan bagi program-program yang dilaksanakan oleh UNICEF Indonesia
Donatur individu di Indonesia
$5,160,081
Pemerintah (donatur bilateral)
Mitra korporasi di Indonesia
$1,445,733
Australia
38%
15%
alokasi dana lainnya
kontribusi dari donatur sektor swasta di Indonesia
implementasi program kesehatan, gizi, air dan sanitasi
lintas sektor
$1,425,982
Indomaret
$501,514
European Commission
UNILEVER
$225,307
Japan
Alfamart
$159,552
Netherlands
$869,025
Metro TV
$109,164
Norway
$637,288
BCA-PT Bank Central Asia
$101,279
Republic of Korea
Terrific International
$100,000
United Arab Emirates
Tahir Foundation
$82,176
USA-USAID
$1,633,168
MNC
$41,057
Total
$5,781,337
Bank Muamalat
$40,674
Matahari Department Store
$24,810
Alfamidi
$18,916
Komite Nasional untuk UNICEF
BII Finance Center
$12,819
Komite Australia untuk UNICEF
$680,181
Other
$28,458
Komite German untuk UNICEF
$238,035
Total
$6,605,814
Komite Hong Kong untuk UNICEF
$118,721
Komite Swiss untuk UNICEF
$35,324
Komite United Kingdom untuk UNICEF
$211,063
United States Fund untuk UNICEF
$938,507
$705,177 $79,407
11%
komunikasi, mobilisasi sumber daya dan kemitraan
$88,740 $342,550
21%
9%
Total
6%
kebijakan sosial
$2,221,830
Kemitraan global
Bill & Melinda Gates Foundation
$54,805
The GAVI Fund
$50,943
UNFPA-USA
University of Notre Dame
$310,051
Total
$423,549
Pendanaan tematik dari kantor pusat
pendidikan dan remaja
perlindungan anak
$7,750
$3,803,839 ©UNICEF Indonesia
halaman donatur | pesan dari Duta UNICEF Indonesia
halaman donatur | kontribusi untuk anak-anak
dari mitra korporat kami: Teman-teman di UNICEF Indonesia yang saya cintai, Tahun ini menandai 10 tahun saya menjadi Duta Nasional UNICEF Indonesia - peran yang bagi saya begitu istimewa untuk dijalani. Selama 10 tahun terakhir, banyak anak di Indonesia telah tumbuh di luar kemiskinan. Mereka sekarang memiliki kesempatan lebih besar untuk belajar dan hidup sehat daripada generasi sebelumnya. Namun demikian, bagi sebagian anak, tidak banyak yang telah berubah. Dan ini merupakan alasan mengapa saya mendukung UNICEF dengan cara apapun yang mampu saya lakukan. Saya tahu bahwa bersama-sama kita bisa membuat perbedaan nyata bagi semua anakanak yang masih tidak tersentuh oleh kemajuan besar negara kita. Lagi dan lagi, saya telah dapat menyaksikan upaya-upaya yang dilakukan oleh UNICEF di lapangan. Saya telah mengunjungi masyarakat di seluruh negeri ini yang hidupnya berubah setelah program UNICEF di bidang-bidang seperti imunisasi, pencegahan HIV, dan gizi, dilaksanakan di daerah tempat mereka tinggal. Sungguh menimbulkan inspirasi ketika melihatnya. Namun upaya penting yang dilakukan oleh UNICEF tidak akan mungkin terjadi tanpa keterlibatan donatur - baik individu maupun perusahaan di Indonesia, sehingga saya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mengucapkan terima kasih yang sangat tulus kepada semua orang yang membantu UNICEF mencapai hasil yang sedemikian penting bagi anak-anak. Saya berharap untuk tetap berperan aktif bersama UNICEF dan sangat berharap Anda semua akan melakukan hal yang sama!
Ferry Salim Duta Nasional UNICEF Indonesia
Merupakan suatu kehormatan tIndomaret menghargai “bagi “ P.T. Bank Central Asia Tbk upaya-upaya UNICEF untuk
Dengan gembira saya “menyaksikan kolaborasi antara
(Bank BCA) untuk menjalin kemitraan dengan UNICEF, khususnya untuk pelaksanaan program Sekolah Ramah Anak. Kami berharap program ini akan memiliki dampak positif pada anak-anak di Indonesia - karena mereka adalah masa depan negara kita.
UNILEVER Indonesia dan UNICEF memasuki tahun kedua pada tahun 2014 dengan sumber daya yang semakin kuat. Kami percaya bahwa sanitasi yang lebih baik akan menyebabkan peningkatan status kesehatan anak-anak. UNILEVER Indonesia menganggap kerja sama ini dan prestasi yang telah diraihnya sejalan erat dengan agenda MDG nasional dan juga memberikan kontribusi bagi Rencana Hidup Berkelanjutan UNILEVER yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan lebih dari satu miliar penduduk di seluruh dunia.
”
meningkatkan taraf hidup anakanak Indonesia. Tahun ini Ini adalah tahun ketiga Indomaret terlibat dalam upaya-upaya tersebut - dengan memberikan kontribusi untuk program Air, Sanitasi dan Kebersihan. Kami yakin bahwa UNICEF akan melakukan upaya tanpa kenal lelah untuk memberikan hasil yang terbaik untuk anak-anak.
”
Jahja Setiaatmadja Presiden Direktur BCA
Wiwiek Yusuf Direktur Pemasaran PT Indomarco Prismatama
”
Sinta Kaniawati General Manager Yayasan UNILEVER Indonesia.
©UNICEF Indonesia
halaman donatur | kontribusi untuk anak-anak
Pendidikan seorang anak akan Tahun ini, Media Group “menentukan “ bagaimana mereka membangun kemitraan berhasil dalam hidup, sehingga Alfamart-Alfamidi merasa sangat bangga mendukung program Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD) yang dilakukan oleh UNICEF. Program ini membantu memastikan bahwa anak-anak Indonesia akan mendapatkan pendidikan yang lengkap dan berkesinambungan dengan memberikan pendidikan awal yang sebaik mungkin. Kami berharap kerja sama ini akan mengubah kehidupan manusia di seluruh Indonesia.
”
Anggara Hans Prawira Presiden Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya, Tbk.
dengan UNICEF untuk menyelenggarakan acara yang berjudul Suara Anak di Tengah Krisis dan Konflik. Acara ini menghasilkan dana yang penting untuk membantu meningkatkan hasil-hasil kesehatan dan pendidikan bagi anak-anak yang korban perang dan bencana di seluruh dunia. Media Group berharap acara ini menunjukkan bahwa siapa pun bisa melakukan sesuatu untuk membantu anak-anak di negara-negara yang sedang mengalami krisis dan konflik.
”
Rerie L. Moerdijat Wakil Kepala Media Group
Hak Cipta: Semua foto hak milik ©UNICEF Indonesia kecuali dinyatakan lain. Foto pada halaman 33 dan 34: milik pribadi.
UNICEF World Trade Center 6, 10th Floor Jl. Jenderal Sudirman Kav. 31 Jakarta 12920, Indonesia Tel. (021) 2996 8000 Fax. (021) 571 1326 Email
[email protected] Website www.unicef.or.id
unicefindonesia
@unicefindonesia
Unicef Indonesia