Boklet Edisi 133 |
1
20 BUKTI KESESATAN DEMOKRASI
Penyusun : Sahlan Ahmad Setting : Tim Kreatif An-Najah Diterbitkan oleh : Najah Press Jl. Semen Romo, Gg. Sawo, RT 03/21, Waringin Rejo, Cemani, Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah Email:
[email protected] 2
| Boklet Edisi 133
Pendahuluan
D
emokrasi adalah sistim kuruf yang bertentangan dengan syari’at Allah. Banyak bukti yang menunjukkan hal tersebut. Di antaranya dalah demokrasi menjadikan suara rakyat sebagai sumber hukum. Padahal islam mengajarkan hukum hanya milik Allah. Apa yang menurut rakyat baik akan, akan ditetapkan sebagai undang-undang, Sekalipun itu merupakan keburukan di sisi Allah. Sebaliknya, apa yang menurut rakyat buruk, akan dibuang, sekalipun itu adalah kebaikan di sisi Allah. Booklet kali ini mengupas dua puluh bukti kufur dan rusaknya sistem demokrasi. Seperti kejahiliaan demokrasi, demokrasi menentang Allah dan rasul-Nya, demokrasi menghancurkan rakyat dan negara. Mudah-mudahan booklet kali ini membuat semakin yakin, bahwa demokrasi adalah sistim jahat yang sengaja diciptakan untuk menghacurkan Islam dan kaum muslimin.
Boklet Edisi 133 |
3
1. Demokrasi Adalah Sistem Jahiliah Kejahiliyaan demokrasi memenuhi segala sisi. Baik dari sisi sejarah maupun ajarannya. Dari sisi sejarah; demokrasi merupakan sitem kuno yang dicetuskan pada abad ke-5 SM oleh filsuf Yunani kuno. Ajaran ini sudah tertolak sejak pertama kali ia muncul. Ia baru mendapatkan perhatian pada pertengahan abad ke-19. Dan mendapatkan tempat pada awal-awal abad ke-20. Setelah melakukan pembantaian terhadap para raja dan pendeta. Sedangkan kejahiliaan demokrasi dari sisi ajaran adalah terlihat jelas pada arti kata demokrasi itu sendiri. Demokrasi berasal dari bahasa Yunani dēmokratía yang berarti kekuasaan rakyat.” yang terbentuk dari dêmos “rakyat” dan kratos “kekuatan” atau “kekuasaan.” Artinya kekuatan hukum demokrasi bersumber dari rakyat. Padahal kekusaan hukum hanya di tangan Allah. “Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah: 49-50). 2. Demokrasi Menghujat Allah Berikrar dan mengakui demokrasi berarti menghujat Allah. Karena demokrasi menjadikan rakyat sebagai sumber hukum, padahal hukum hanya milik Allah. Demokrasi menjadikan suara mayoritas sebagai dasar penetapan keputusan, padahal mayoritas manusia tidak beriman kepada Allah. Di antara tuntutan kalimat syahadaat adalah tunduk dan patuh kepada syari’atnya. Sementara tuntutan 4
| Boklet Edisi 133
dari demokrasi adalah tunduk dan patuh pada suara mayoritas. Tidak diragukan lagi bahwa mengikuti demokrasi berarti meninggalkan Allah. Demorasi memberikan kebebasan kepada individu untuk melakukan segala sesuatu, selama tidak merugikan orang lain. Padahal banyak syari’at Islam yang berkaitan dengan individu mansuia. Baik dalam hal menjalankan kewajiban maupun meninggalkan larangan. 3. Demokrasi Menghujat Para Rasul Berikrar dan mengakui demokrasi berarti menghujat para Rasul dan misi kerasulan mereka. Sebab jika sekiranya kebenaran dapat diketahui dan ditetapkan melalui suara mayoritas, lalu apa gunanya para rasul diutus? Terlebih para rasulu diutus di tengah kaumnya yang mayoritas menyelisihi misi kerasulan mereka. Mengakui demokrasi sama artinya dengan menganggap bahwa para rasul telah berlaku sewenangwenang terhadap umatnya. Karena telah memaksakan keinginannya sendri tanpa mempedulikan mayoritas umatnya yang tidak mau mengikutinya. Mengakui demokrasi sama artinya juga dengan menganggap para rasul telah berbuat dzalim dan aniyaya karena memerangi mayoritas umatnya yang tidak beriman kepadanya. 4. Demokrasi Membuka Peluang Orang Kafir Berkuasa Sistem demokrasi membuka peluang bagi orang kafir, Murtaddin, dan orang-orang zindiq berkuasa. Sebab di bawah naungan sistem thaghut ini memungkinkan bagi setiap pemeluk agama, madzhab atau aliran tertentu Boklet Edisi 133 |
5
untuk membentuk sebuah partai yang menjadi kendaraan guna meraih kekuasaan. Dalam sisitem demokrasi seseorang bebas mencalonkan diri untuk menjadi calon pemimpin. Baik di tingkat daerah maupun pusat. Dengan kata lain, demokrasi menjadi sumber masalah terhadap berkuasanya orang kafir terhadap kaum muslimin. Padahal Allah telah melarang memberikan peluang kepada orang kafir untuk menguasai kaum muslimin “Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa’: 141). 5. Demokrasi Mengajarkan Sekularisme Sistem demokrasi memisahkan antara agama dan kehidupan. Tidak ada ruang bagi agama untuk mengekspresikan kebenaran dan ajarannya. Kalaupun ada, semuanya terbatas pada ruang-ruang prifat dan dalam batasan tertentu. Dalam sistem demokrasi, hampir-hampir tidak ditemukan undang-undang yang mewajibkan rakyatnya untuk melaksanakan ibadah kepada Allah dengan sungguh-sungguh. Kalaupun ada, sifatnya hanya berupa himbauan dan arahan. Perda syari’ah hanya sebuah isltilah untuk aturan yang kelihatannya sesuai dengan syari’at. Berlaku pada kasuskasus tertentu dan di walayah tertentu. Itupun tidak selamat dari hujatan dan wacana untuk menghapusnya. Kerena tidak sesuai dengan prinsip demokrasi yang penuh dengan kebebasan. 6
| Boklet Edisi 133
6. Demokrasi Mengharuskan Tunduk Pada Institusi Kafir Orang yang bergelut dengan sistem demokrasi harus mengakui institusi-institusi dan prinsip-prinsip kekafiran, seperti piagam PBB, deklarasi Dewan Keamanan dan organisasi dunia lainnya. Padahal semua orang tahu bahwa organisasi PBB ataupun Dewan Keamanan sangat tidak berpihak kepada kaum muslimin. Seorang muslim harus tunduk pada Deklarasi Bolfour atau Perjanjian Camp David yang mengakui kemerdekaan Israel dan pendudukannya terhadap wilayah palestina. Orang yang bergelut dengan sistem demokrasi juga harus mengakui paham-paham humanisme, feminisme, plurarisme dan paham-paham sesat lainnya. Jika tidak, ia akan dituduh sebagai seorang ekstrim dan teroris, tidak mendukung terciptanya perdamaian dunia dan kehidupan yang aman. 7. Demokrasi Menghancurkan Syari’at Demokrasi sangat berlebihan terhadap kebebasan individu. Akibatnya, dalam sistim demokrasi kegiatan amar makruf nahi mungkar sangat dibatasi. Seseorang bebas melakukan kemaksiatan selama tidak merugikan orang lain. Sesorang tidak boleh dilarang melakukan perzinaan, menengguk minuman keras dan berbagai kemaksiatan lainnya, selama dilakukan di tempat yang telah di sediakan oleh pemerintah dan atas dasar kesadaran masing-masing. Demikian sebaliknya, seseorang tidak boleh dipaksa untuk melaksanakan kewajiban agama. Dengan alasan kebebasan individu. Akibatnya tidak ada syari’at jihad, hisbah, hukum rajam, potong tangan, jizyah dalam sistem demokrasi. Boklet Edisi 133 |
7
8. Demokrasi Bertunpu Pada Suara Mayoritas Demokrasi bertumpu kepada suara mayoritas tanpa tolak ukur yang syar’i. Ini jelas-jelas bertentangan dengan syari’at Islam yang menyatakan bahwa kebenaran datang dari Allah. Bukan dari mayoritas manusia. Allah menjelaskan bahwa penentuan keputusan berdasarkan suara mayoritas adalah sumber kerusakan di muka bumi. Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. (QS. Al-Mukmin:71). “Dan Jika kamu mentaati kebanyakan orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (QS. Al-An’am: 116). Padahal mayoritas manusia adalah orang-orang yang tidak mengetahui. “Akan tetapi kebanyakan manusia itu tidak mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 187). “Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (QS. Saba’: 13). 9. Demokrasi Menjadi Kuburan Bagi Aktivis Sistem demokrasi membuat akvis Islam yang terjun ke dalamnya lengah akan tabiat pergolakan antara jahiliyah dan Islam, antara haq dan batil. Karena keberadaan salah satu di antara keduanya mengharuskan lenyapnya yang lain, selamanya tidak mungkin keduanya akan bersatu. Barangsiapa mengira bahwa dengan melalui demokrasi fraksi-fraksi jahiliyah akan menyerahkan semua institusi-institusi mereka kepada Islam, ini jelas 8
| Boklet Edisi 133
bertentangan dengan rasio, nash dan sunah (keputusan Allah ) yang telah berlaku atas umat-umat terdahulu. Tiadalah yang mereka nanti melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) atas orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapati perubahan bagi sunnatullah dan sekali-kali tidak (pula) akan mendapati perpindahan bagi sunnatullah itu.” (QS. Faathir: 43). 10. Demokrasi Menyamakan Ulama Dengan Penjahat Di antara keburukan sistem demokrasi adalah menyamakan manusia, tanpa melihat tingkat intelektual, kematangan berpikir, kedewasaan, akhlak dan keshalehan manusia yang satu dengan yang lainnya. Artinya dalam sistem demokrasi, suara seorang doktor sama nilainya dengan suara seorang buta huruf. Begitu pula seorang ulama sama kedudukannya dengan seorang penjahat. Sama-sama dihitung satu suara. Apa jadinya jika setiap orang dianggap sama, dan diberikan kewenangan untuk menentukan nasib bangsa dan negaranya. Tidakkah hal ini akan menimbulkan kehancuran yang besar? “Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. AlMaidah: 100). “Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni jannah; penghuni-penghuni jannah itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 20). Boklet Edisi 133 |
9
11. Demokrasi Menghilangkan Wala’ Dan Bara’ Di bawah naungan sistem demokrasi, permasalahan wala’ dan bara’ menjadi sesuatu yang abu-abu. Sebagian orang yang berkecimpung dalam sistem ini menegaskan bahwa perselisihan mereka dengan partai sosialis, dan partai-partai sekuler lainnya hanya sebatas perselisihan di bidang program saja, bukan perselisihan di bidang manhaj. Sehingga tidak mengherankan jika ada beberapa partai yang mengaku berasaskan Islam, rela berkoalisi dengan partai yang jelas-jelas memusuhi Islam, hanya untuk meraih satu atau dua kepentingan politik mereka. Mereka mengadakan ikatan perjanjian dan konfederasi untuk tidak mengkafirkan satu sama lain dan tidak mengkhianati satu sama lain. Oleh karenanya mereka menegaskan agar jangan sampai perselisihan merusak kasih sayang antar anggota koalisi. 12. Demokrasi Membuat Umat Bingung Demokrasi menjadikan garis pemisah antara kebenaran dan kebatilan menjadi kabur. Sehingga membuat umat menjadi bingung dalam menentukan sikap. Keterlibatan partai politikik yang mengatasnamakan Islam menjadikan kaum muslimin sulit menerima kenyataan, bahwa para penguasa sekuler adalah antek zionis dan salibis internasional yang harus diperangi. Demokrasi juga membuat umat sulit menerima kalau undang-undang positif yang berlaku di negerinya adalah undang-undang thoghut yang harus di perangi. Sebab menurut mereka bagaimana mungkin mereka harus memeranginya, padahal banyak dari kalangan aktivis berada dalam sistem tersebut. 10
| Boklet Edisi 133
Demokrasi juga mengaburkan makna ukhwah islalamiah yang menjadi kekuatan kaum muslimin. Sebab dalam demokrasi ikatan persatuan biasanya hanya karena kesamaan suku bahasa dan etnis. 13. Demokrasi Menghilangkan Hak Hakimiah Allah Hak hakimiah artinya kewenangan untuk menentukan hukum. Tidak ada yang berhak untuk menentukan halal atau haram suatu perkara kecuali Allah. Sebagai mana firman-Nya: “Menetapkan hukum itu adalah hak Allah.” (Surat AlAn’am: 57). Ini bertentangan dengan prinsip demokrasi yang menyatakan hukum itu diserahkan kepada kehendak rakyat. Allah juga berfirman: “Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah ?” (QS. Asy-Syura: 21). Dalam sistem demokrasi halal atau haramnya suatu perkara tergantung keputusan dewan perwakilan yang ada. Mereka berduskusi tentang hukum wajibnya menutup aurat, apakah harus ditetapkan atau tidak. Seolah-olah kedudukan mereka lebih tinggi dari Allah. Sehingga mereka berhak untuk melaksanakan atau membatalkan syari’atnya. 14. Demokrasi Tidak Mengantarkan Pada Jalan Kemenangan Barang siapa yang mengira berjuang melalui pintu demokrasi akan mengantarkan kemengan bagi umat Boklet Edisi 133 |
11
Islam maka ia telah tertipu. Sebab sistem demokrasi tidak menyediakan perangkat agar seseorang menguasai Negara secara mutlak. Ada batasan dan aturan yang harus diikuti. Kita tanyakan kepada para aktivis dakwah yang berjuang melalui demokrasi, “Jika kalian sudah sampai pada tampuk kekuasaan apakah kalian akan menghapuskan demokrasi dan melarang eksisnya partaipartai sekuler?” “Padahal kalian telah sepakat dengan partai-partai lain sesuai dengan undang-undang kepartaian bahwa pemerintahan akan dilaksanakan secara demokrasi dengan memberi kesempatan kepada seluruh partai untuk berpartisipasi aktif.” Jika jawabannya adalah iya, maka semua orang akan mengutukmu. Karena telah menghianati demokrasi dan sumpah setiamu. Namun jika tidak, berarti engkau telah ridho dengan sistem kufur. 14. Demokrasi Bertentangan Dengan Manhaj Taghyir Islam Memperbaiki manusia melalui jalan demokrasi adalah jalan yang tidak pernah dilalui oleh para nabi dan rasul. Hal itu disebabkan perbedaan perangkat yang mereka miliki. Islam memiliki perangkat dakwah, amar makruf nahi mungkar, dan jihad di jalan Allah untuk memperkaiki keadaan dan kualitas manusia. semua itu merupakan hal-hal yang diharamkan dalam demokrasi. Padahal Rasulullah n bersabda: “Barang siapa di antaramu melihat kemungkaran, hendaklah ia merubahnya (mencegahnya) dengan tangannya (kekuasaannya); jika ia tak sanggup, maka dengan lidahnya (menasihatinya); dan jika tak sanggup 12
| Boklet Edisi 133
juga, maka dengan hatinya (merasa tidak senang dan tidak setuju) , dan demikian itu adalah selemah-lemah iman”. (HR. Muslim). Aktivis yang terjun di medan demokrasi mengira jika mereka telah mencapai puncak kekuasaan, mereka dapat mengendalikan keadaan. Mereka lupa bagaimana Rasulullah berjuang merubah keadaan dari satu fase menuju fase selanjutnya. Seandainya hanya dengan modal kekuasaan seseorang dapat merubah keadaan, tentu Rasulullah akan menerima tawaran pihak Quraisy yang menawarkan kekuasaan kepada beliau. Kemudian dengan kekuasaan tersebut beliau bebas mengatur masyarakatnya. 15. Demokrasi Meruntuhkan Pengertian Syura Yang Benar Banyak orang yang mengira bahwa domokrasi sama dengan demoraksi. Padahal keduanya merupakan dua hal yang bertentangan. Setidaknya ada tiga alasan mengapa syura’ dalam Islam berbeda dengan demokrasi; Pertama, Dalam sistem syura, sebagai pembuat dan penentu hukum adalah Allah. Sedangkan demokrasi tidak seperti itu karena penentu hukum dan kebijaksanaan berada pada selain Allah (yakni di tangan suara mayoritas). Kedua, Syura dalam Islam hanya diterapkan dalam masalah-masalah ijtihadi yang tidak ada nashnya ataupun ijma’, sedangkan demokrasi tidaklah demikian. Ketiga, Syura dalam Islam hanya terbatas dilakukan oleh orang-orang yang termasuk dalam Ahlu’l-Halli wa’lAqdi, orang-orang yang berpengalaman dan mempunyai spesifikasi tertentu, sedangkan demokrasi tidak seperti itu. Boklet Edisi 133 |
13
16. Demokrasi Mengharuskan Seseorang Berdampingan Dengan Orang Yang Mengolok-Ngolok Syari’at Allah. Terjun ke dalam kancah demokrasi akan mengakibatkan seseorang rela berdampingan dengan orang-orang yang menjadikan ayat-ayat Allah sebagai bahan candaan dan gurauan. Padahal Allah telah memerintahkan agar menjauhi orang-orang yang berbuat demikian. Allah berfirman: “Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolokolokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orangorang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam.” (QS. An-Nisa’:140). Sedangkan demokrasi menghimpun manusia dari berbagai golongan. Dan mayoritas mereka tidak senang dengan syari’at Islam. 17. Demokrasi Adalah Alat Untuk Menipu Rakyat Tidak diragukan lagi, bahwa sistem demokrasi adalah alat untuk menipu rakyat. Menjelang pemilu, banyak palitikus berubah menjadi lebih shaleh dan lebih dermawan. Mereka menyambangi rumah-rumah warga, menanyakan keadaan mereka sembari mengeluarkan janji-janji manis. Tak jarang di antara mereka memberikan bantuan tunai. Yang jika ditotalkan bisa mencapai miliaran rupiah. Padahal secara matematis, jumlah yang mereka keluarkan tidak sebanding dengan gaji yang akan mereka terima, jika 14
| Boklet Edisi 133
mereka terpilih menjadi wakil rakyat. Setelah mereka terpilih menjadi wakil rakyat, hal pertama yang menjadi agenda mereka adalah mempertahankan posisi yang telah diraih. Kondisi yang acap kali membuat politikus lupa terhadap janji politiknya. Habis manis sepah dibuang.
18. Demokrasi Menghancurkan Perekonomian Rakyat Sistem demokrasi memberikan kesempatan kepada para cukong untuk menguasai aset rakyat. Di saat pemilu, para cukong memberikan bantuan kepada partai tertentu. Dengan imbalan bahwa ketika mereka menang, mereka harus merelakan aset negara dikuasai oleh para cukong tersebut. Itulah kenapa orang asing mudah sekali mengeksploitasi aset-aset berharga milik rakyat. Pada saat pemilu dilangsungkan, triliuan rupiah uang melayang. Untuk membiayai kampanye parpol dan pelaksanaan pemilu. Uang-uang tersebut tentunya diambil dari harta rakyat yang seharusnya bisa dialokasikan ke kantong-kantong yang lebih bermanfaat. Domokrasi juga akan melahirkan penguasa yang pragmatis, mementingkan kepentingan pribadi dan partai. Karena mereka sadar; jabatan yang didapatkan dengan pengorbanan besar tersebut hanya bersifat sementra dan dibatasi, sehingga harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Tidak jarang mereka rela menghianati rakyatnya demi meraih ambisi pribadi dan partai. Demokrasi menjadikan kekuasaan sabagai ajang permainan para elit politik. Mereka sibuk bersaing, dan melupakan tugas dan amanat yang telah mereka minta. Semua itu akan mengarah kepada terpuruknya perekonomian rakyat. Boklet Edisi 133 |
15
19. Kemaslahatan Demokrasi Hanya Bersifat Parsial Kalaupun ada kemaslahatan yang dapat dipetik dari berkiprah dalam demokrasi dan pemilihan umum, kemaslahatan ini masih bersifat parsial dan masih samar jika dibandingkan dengan sebagian kerusakan besar yang ditimbulkannya apalagi jika dibandingkan dengan keseluruhannya. Orang yang mengamati secara obyektif atas sebagian yang telah disebutkan akan menjadi jelas baginya ketimpangan sistem thoghut ini dan jauhnya dari dienullah bahkan sesungguhnya demokrasi adalah aliran dan sistem yang paling berbahaya yang dipraktekkan di dunia saat ini, ia merupakan induk kekafiran, dimana memungkinkan setiap aliran dan agama baik itu Yahudi, Nasrani, Majusi, Budha, Hindu dan Islam untuk hidup di bawah naungannya. Dalam barometer demokrasi semua pendapat mereka dihargai dan didengar, mereka berhak untuk mempraktekkan dan mengamalkan aqidah mereka dengan seluruh sarana dan fasilitas yang ada. Cukuplah hal ini sebagai tanda zindiq dan keluar dari dien Islam, maka bagaimana mungkin setelah ini dikatakan sesungguhnya demokrasi itu sesuai dengan Islam atau Islam itu adalah sistem demokrasi atau demokrasi itu adalah syura sebagaimana dikatakan oleh sejumlah orang yang menggembar-gemborkan sistem ini sebagai sistem Islam. Disadur dan dikembangkan dari kitab Khomsuuna Mafsadah Jaliyyah min Mafaasidi ad-Dimoqratiyyah wal Intikhobaat wal-Hizbiyyah. Syeikh Abdul Majid bin Mahmud Ar-Reimy 16
| Boklet Edisi 133