Sampul Depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis
MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KOTA BATAM (PULAU ABANG) TAHUN 2010 Koordinator Penelitian : Anna E.W. Manuputty
Disusun oleh : Jemmy Souhoka Hendra F. Sihaloho
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
RINGKASAN EKSEKUTIF
A.
PENDAHULUAN
Didalam program COREMAP Phase II ADB, tugas CRITC-LIPI adalah melanjutkan program pemantauan kesehatan terumbu karang di daerah COREMAP II ADB. Data baseline ekologi terumbu karang di daerah COREMAP II ADB telah diambil dari stasiun transek permanen yang telah dibuat di masing-masing kabupaten COREMAP II ADB pada tahun 2004.Tugas ini sangat diperlukan dalam program COREMAP II untuk mengetahui perubahan kondisi ekologi terumbu karang setelah dilaksanakannya program COREMAP di daerah termaksud. Program COREMAPII ADB bertujuan melindungi, merehabilitasi dan memanfaatkan secara lestari terumbu karang dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir di tujuh lokasi COREMAP II ADB, yaitu: Kabupaten Natua, Kab Batam, Kabupaten Lingga dan Kabupaten Bintan Provisi Kepulauan Riau. Kab.Nias Selatan, Kab.Nias dan Kabupaten Tapanuli Tengah,Provinsi Sumatera Utara; dan Kabupaten Mentawai Provinsi Sumatera Barat. Data ekologi yang dipakai sebagai indikator kesehatan terumbu karang adalah: Persen tutupan karang batu hidup (LC), Makro algae (FS), ”Turf Algae”( DCA), ”Dead coral” (DC), dan unsur Abiotik ( Ruble, Sand, Silt dan Rock). Data tersebut diperoleh dengan metode ”Line Intercept Transect” (LIT); data makro bentos (Jumlah individu /transek) untuk Didema sp, Drupella sp, Acantaster planci, Kima ( Giant clam), Teripang ( Holothuria), Lobster dan Trochus sp diperoleh dengan metode ”Reef Check Benthos”; dan data kelimpahan Ikan terumbu karang ( jumlah individu ikan indikator, ikan target dan ikan major / transek) yang diperoleh dengan metode ”Underwater Fish Visual Census” (UVC). Acanthaster planci dan Drupella adalah biota laut pemakan polip karang batu, makin besar jumlah biota ini makin banyak pula karang batu yang mati. Diadema sp. (bulu babi) adalah pemakan algae, banyaknya bulu babi dapat membersihkan algae yang hidup di terumbu karang, berarti membuka lahan bagi larva karang untuk menempel di dasar dan tumbuh membentuk koloni baru. Banyaknya makro alga di terumbu karang dapat menghalangi pertumbuhan karang batu. Lahan yang sudah tertutup dengan makro alga tidak cocok untuk penempelan larva karang batu. Unsur abiotik (Sand, Silt dan Rock) adalah substrat dasar yang tidak cocok untuk pertumbuhan karang batu. Sedangkan “Dead Coral” dan “Rubble”, masih memungkinkan dapat ditumbuhi larva karang apabila belum tertutup algae. Tetapi umumnya karang mati segera ditutup oleh filamen algae yang tidak cocok untuk penempelan larva karang batu. Penelitian monitoring kesehatan karang tahun 2010 (t4) melibatkan beberapa kelompok penelitian seperti karang, ikan karang dan megabentos, dibantu oleh bidang “GIS” yang melakukan persiapan dalam penyediaan peta. Metode penarikan sampel serta analisa data yang digunakan,
i
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
disesuaikan dengan substansi dari masing-masing kelompok penelitian dan sama dengan metode yang digunakan pada kegiatan “baseline”. Tujuan pengamatan ini adalah untuk melihat apakah ada terjadi perubahan kondisi terumbu karang serta biota yang hidup di dalamnya, dan apakah terjadi perubahan yang baik ataupun perubahan yang cenderung menurun dalam persentase tutupan karang, kelimpahan megabentos maupun kelimpahan ikan karang. Data-data yang diperoleh diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi para “stakeholder” dalam mengelola ekosistem terumbu karang secara lestari. Adanya data dasar dan data hasil pemantauan pada masa mendatang sebagai data pembanding yang dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi yang penting bagi keberhasilan COREMAP. Kegiatan penelitian di lapangan dilakukan menggunakan sarana umum berupa kapal penyeberangan, perahu nelayan dan kendaraan darat. Kegiatan lapangan di lokasi tersebut dilakukan pada bulan April 2010.
B.
METODE PEMANTAUAN YANG DIGUNAKAN
1. “Line Intercept Transect “(LIT) (English et all.,1997) Tutupan karang batu hidup (LC), Makro algae (Fs), Turff algae (DCA), DC dan Abiotik (Sand, Silt dan Rock) dihitung pada transek permanen (setahun sekali). Rolmeter berukuran 70 meter dibentangkan diantara patok yang tetap di terumbu karang, sejajar pantai pada kedalaman 3-5 m. Sampel atau ulangan adalah bagian-bagian dari terumbu karang sepanjang rolmeter diantara 0-10 m, 30-40 m dan 60-70 m. Setiap rolmeter melalui substrat dasar tersebut diatas, bertepatan dengan titik mulai dan titik akhir dicatat sampai ketelitian cm. Untuk masing-masing ulangan 10 m transek, persen tutupan adalah 100 x jumlah intercept dalam cm /1000 cm. Persen tutupan total adalah persen tutupan rata-rata dari tiga kali ulangan. 2. ”Reef Check Benthos” (RCB) Dengan metode Belt Transect, jumlah individu makro bentos termasuk Kima besar ( > 20 cm), Kima kecil (<20Cm, Teripang besar (>20cm) ,Teripang klecil (<20cm), A.planci, Drupella sp, Trochus sp, Lobster dan Diadema sp, di sepanjang transek (70m) dan lebar 2m (1m kanan-kiri transek) dihitung. Sehingga kita memperoleh jumlah individu makro bentos / 2 140 m . 3. ”Underwater Fish Visual Census” (UVC) (English et al., 1997). Dengan metode ”UVC”, observer menghitung dan mengelompokkan ikan terumbu karang sebagai Ikan major, Ikan target atau Ikan indikator. Masing-masing kelompok Ikan yang terlihat didalam bidang transek berukuran lebar 5m ( 2,5 m kanan-kiri tansek) sepanjang garis transek berukuran panjang 70 m dihitung , sehingga observer memperoleh data jumlah individu Ikan indikator /Ikan target / Ikan major di terumbu karang seluas 350 m2.
ii
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
Dalam praktiknya ”RCB” dan ”UVC” dilakukan pada posisi ”Line Intercept Transek”. Review data ekologi terumbu karang ini dibuat dengan tujuan menyederhanakan data hasil pemantauan kondisi terumbu karang CRITCLIPI di daerah COREMAP II ADB sehingga dapat dimengerti dengan mudah oleh pihak pengambil kebijakan dan masyarkat pengelola terumbu karang di daerah.
C.
HASIL
Hasil pemantauan kondisi terumbu karang di Kab. Batam (P.Abang tahun 2010, menunjukkan kondisi terumbu karang menurun dari 62,73% pada tahun 2004 menjadi 60,05 % pada tahun 2007 dan menjadi 57,56 % pada tahun 2008, kemudian niak lagi dari 57,56% pada tahun 2008 menjadi 62,27 % pada tahu 2009 dan menjadi 68,63 % pada tahun 2010. Hal itu dapat dimengerti karena perairan di sekitar Pulau Batam sudah sangat keruh, tidak hanya karena endapan tetapi juga karena berbagai bahan pencemar yang datang baik dari luar maupun dari Kota Batam sendiri. Terumbu karang yang rusak akibat pengeboman ikan tidak akan dapat tumbuh lagi karena kondisi perairan sudah tidak memungkinkan lagi bagi larva karang dapat hidup dengan normal. Tetapi kemudian meningkatnya persen tutupan karang batu hidup dari tahun 2008 ke 2010 membuktikan adanya sesuatu kegiatan yang dapat menghentikan penyebab rusaknya terumbu karang, dan ini hanya mungkin berkurangnya pengeboman ikan di P. Abang,Kabupaten Batam. Untuk menjaga agar terumbu karang di kabupaten Batam dapat lestari hanya dapat dilakukan dengan menghentikan pengeboman ikan dan penggunaan sianida untuk menangkap ikan di terumbu karang. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang pada tahun 2010 sudah lebih baik dari kondisi terumbu karang pada tahun 2004. Secara ringkas hasil rata-rata tutupan karang, dan substrat lainnya, jumlah ikan dan biota megabentos di perairan P. Abang, Kota Batam dari studi “baseline “ t0 sampai “monitoring t4 dapat dilihat dalam tabel dan gambar di bawah ini.
iii
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
Tabel 1. Data ”baseline” 2004 dan hasil pemantauan ekologi terumbu karang rata-rata di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam), tahun 2007,2008, 2009 dan 2010. Indikator
t0 (2004) 62,73 %
t1 (2007) 60,05%
t2 (2008) 57,56%
t3 (2009) 62,27%
t4 (2010) 68,62%
Ikan indikator Ikan target Ikan major
25,75 179,66 865,83
21,17 102,83 649,00
28,08 93,92 489
16,41 110,58 380,75
15,67 66,75 474,3
A.planci Diadema sp Drupella sp Kima besar Kima kecil Teripang besar Teripang kecil Lobster Trochus sp DCA+ FS DC+R Abiotik
0,33 228,58 0,0 0,67 0,17 0,0 0,0 0,0 0,0
0,00 100,50 1,83 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0,00 143,17 10,00 0,33 0,00 0,00 0,00 0.00 0,00
0,00 50,50 1,67 0,08 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0,0 386,7 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
19,10 % 4,38 % 7,54 %
25,25% 2,46% 6,09%
31,24% 1,97% 6,52%
20,59 6,77% 4,48%
18,09% 1,79% 7,92%
Live Coral Ikan (Jumlah Individu /350m2) Megabentos (Jumlah individu/ 140m2)
Gambar 1. Histogram persen tutupan karang batu hidup rata-rata di perairan P. Abang dan sekitarnya, Kota Batam, tahun 2004,2007,2008, 2009 dan 2010.
iv
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
D.
SARAN
Dari hasil pengamatan di lapangan maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut : • Kondisi tutupan karang di 12 stasiun transek permanen masih dalam kategori cukup baik, oleh karena itu diperlukan peran serta lebih aktif lagi dari masyarakat dan personil daerah dalam melindungi terumbu karang. • Kegiatan di darat seperti pembukaan lahan, pengurukan laut di pulau-pulau besar, harus dicegah atau diatur sedemikian rupa sehingga dampaknya ke perairan dapat diminimalkan. • Kegiatan monitoring di lokasi-lokasi COREMAP, seyogyanya mendapat perhatian khusus dari staf CRITC di daerah, dalam hubungannya dengan pemantauan (monitoring) selanjutnya nanti, bila proyek berakhir, sehingga ada kesinambungan ”data” sebagai unsur utama pengelolaan terumbu karang secara lestari, di daerah masing-masing.
v
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan karunia berupa wilayah perairan laut Indonesia yang sangat luas dan keanekaragaman hayatinya yang dapat dimanfaatkan baik untuk kemakmuran rakyat maupun untuk objek penelitian ilmiah. Sebagaimana diketahui, COREMAP yang telah direncanakan berlangsung selama 15 tahun yang terbagi dalam 3 Fase, kini telah memasuki Fase kedua. Pada Fase ini beberapa kegiatan telah dilaksanakan dengan penyandang dana dari ”Asian Development Bank” (ADB). Salah satu kegiatan adalah monitoring kesehatan terumbu karang di lokasi-lokasi COREMAP. Kegiatan monitoring ini bertujuan untuk mengetahui kondisi karang di lokasi tersebut apakah ada perubahan ke arah lebih baik atau sebaliknya. Hasil monitoring dapat dijadikan sebagai salah satu bahan evaluasi keberhasilan program COREMAP. Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan penelitian lapangan dan analisa datanya, sehingga buku tentang monitoring kesehatan karang ini dapat tersusun. Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, Desember 2010 Direktur CRITC-COREMAP II - LIPI
Drs. Susetiono, M.Sc.
vi
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF ……………………..........………………….
i
A.
PENDAHULUAN ……………………….…………………...
i
B.
METODE PEMANTAUAN YANG DIGUNAKAN ..............
ii
C.
HASIL …………………………………….…………….........
iii
D.
SARAN ……………………………….................................
v
KATA PENGANTAR ..........................................................................
vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….
vii
DAFTAR TABEL …………………………………………………............
ix
DAFTAR GAMBAR ………………………………………..………….....
x
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………...………..
xii
BAB I.
BAB II.
BAB III.
PENDAHULUAN …………………………………….……...
1
I.1.
LATAR BELAKANG ……………………………....
1
I.2.
TUJUAN PENELITIAN ……………………………
1
I.3.
RUANG LINGKUP PENELITIAN ………………..
1
METODE PENELITIAN ……………………………….……
3
II.1.
LOKASI PENELITIAN …………………………….
3
II.2.
WAKTU PENELITIAN …………………………….
3
II.3.
PELAKSANAAN PENELITIAN …………………..
3
II.4.
METODE PENARIKAN SAMPEL DAN ANALISA DATA ..................................................
4
II.4.1.
SIG (Sistem Informasi Geografis) ......
4
II.4.2.
Karang ................................................
4
II.4.3.
Megabentos ........................................
4
II.4.4.
Ikan Karang ........................................
5
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................
7
III.1 III.2.
III.3.
III.4.
LINGKUNGAN FISIK PESISIR DAN PERAIRAN .........................................................
7
KARANG .............................................................
8
III.2.1.
Hasil pengamatan karang ..................
11
III.2.2.
Hasil analisa karang ...........................
16
MEGABENTOS ..................................................
20
III.3.1.
Hasil pengamatan megabentos ..........
21
III.3.2.
Hasil analisa megabentos...................
21
IKAN KARANG ...................................................
23
III.4.1.
Hasil pengamatan ikan karang ...........
23
III.4.2.
Hasil analisa ikan karang ...................
26
vii
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
BAB IV.
KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................
28
IV.1.
KESIMPULAN ....................................................
28
IV.2.
SARAN ...............................................................
28
UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................
29
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................
30
LAMPIRAN ........................................................................................
31
viii
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Data ”baseline” 2004 dan hasil pemantauan ekologi terumbu karang rata-rata di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam), tahun 2007,2008, 2009 dan 2010...................................................................................
iv
Nilai p berdasarkan hasil uji “one-way ANOVA” terhadap persentase tutupan biota dan substrat..............................
18
Rata-rata jumlah individu/transek untuk setiap kategori megabentos pada pengamatan t0, t1, t2, t3 dan t4 (tahun 2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010) di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam...................................
21
Nilai p berdasarkan hasil uji ”one-way ANOVA” terhadap jumlah individu/transek megabentos.................................
22
Kelimpahan individu ikan karang berdasarkan dominasi jenis hasil monitoring dengan metode ”UVC” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010...............
23
Kelimpahan individu ikan karang berdasarkan dominasi suku hasil monitoring dengan metode “UVC” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010.............
25
Uji ”one-way ANOVA” untuk jumlah individu dan jumlah jenis ikan karang hasil monitoring dengan metode ”UVC” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010...................................................................................
27
ix
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Gambar 10.
Histogram persen tutupan karang batu hidup ratarata di perairan P. Abang dan sekitarnya, Kota Batam, tahun 2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010....
iv
Peta lokasi “monitoring”kesehatan terumbu karang di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010...................................................
3
Peta topografi Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010...........................................................
7
Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil baseline dengan metode “LIT” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2004............................................................
8
Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil monitoring dengan metode “LIT” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2007............................................................
9
Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil monitoring dengan metode “LIT” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2008............................................................
9
Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil monitoring dengan metode “LIT” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2009............................................................
10
Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil monitoring dengan metode “LIT” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010............................................................
10
Histogram persentase tutupan karang hidup hasil studi baseline (2004) dan monitoring (2007, 2008, 2009 dan 2010) dengan metode “LIT” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam..............
11
Peta presentase tutupan kategori biota dan substrat hasil monitoring dengan metode “LIT” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010............................................................
14
x
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
Gambar 11
Gambar 12.
Gambar 13.
Gambar 14.
Gambar 15.
Gambar 16.
Gambar 17.
Peta persentase tutupan karang hidup hasil monitoring dengan metode “LIT” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010....
16
Plot interval biota dan substrat pada pengamatan t0, t1, t2, t3 dan t4 (tahun 2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010) di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam...........................................
17
Plot interval nilai rata-rata kategori DCA, SP dan SI di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010............................................................
19
Plot interval nilai rata-rata karang hidup pada pengamatan t0, t1, t2 dan t3 (tahun 204, 2007, 2008, 2009 dan 2010) di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010..........................
19
Peta kelimpahan biota megabentos hasil monitoring dengan metode ”reef check benthos” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010............................................................
20
Peta komposisi persentase ikan major, ikan target dan ikan indikator hasil monitoring dengan metode “UVC” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010...................................................
24
Plot interval rata-rata jumlah individu ikan karang (a), rata-rata jumlah jenis ikan karang (b) hasil monitoring dengan metode ”UVC” pada pengamatan t0, t1, t2, t3 dan t4 (tahun 2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010) di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam........................
27
xi
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Posisi stasiun transek permanen di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam .......................
31
Jenis-jenis karang batu yang ditemukan di stasiun transek permanen di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010 .................................
32
Kelimpahan biota megabentos pada stasiun transek permanen di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010 .................................
36
Jenis-jenis ikan karang yang ditemukan di stasiun transek permanen di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010 .................................
37
xii
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
BAB I. PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem perairan tropis yang memiliki produktivitas yang sangat tinggi. Komponen yang sangat penting dalam menyusun ekosistem ini adalah karang batu. Biota-biota lain seperti ikan, moluska, ekinodermata dan rumput laut memanfaatkan lingkungan terumbu karang sebagai tempat hidup, membesarkan diri, melahirkan keturunan serta mencari makan. Pengamatan ekologi terumbu karang di lokasi-lokasi COREMAP merupakan salah satu tugas utama CRITIC COREMAP-LIPI. Kegiatan ini telah dilakukan sejak program Fase I. Pulau Abang dan beberapa pulau di sekitarnya merupakan wilayah yang secara administratif termasuk Kotamadya Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Beberapa pulau disekitarnya dipilih menjadi lokasi pengamatan ekologi terumbu karang. Dalam program COREMAP yang sudah berjalan sampai ke Fase II saat ini, telah dilakukan kegiatan studi baseline dan monitoring terumbu karang di perairan Pulau Abang dan sekitarnya. Kegiatan “baseline” dilakukan satu kali pada Tahun 2004 (t0), serta dilanjutkan dengan kegiatan monitoring untuk memantau kondisi karang di lokasi yang sama berturutturut pada tahun 2007 (t1), 2008 (t2) dan Tahun 2009 (t3). Hasil pemantauan telah dilaporkan dalam laporan “Monitoring Ekologi Batam” tahun 2007, tahun 2008 dan tahun 2009. Kegiatan monitoring pada saat ini tahun 2010 (t4) merupakan kegiatan pemantauan yang keempat untuk menghimpun data t4 pada lokasi yang sama.
I.2. TUJUAN PENELITIAN Melihat kondisi terumbu karang di lokasi transek permanen, apakah terjadi perubahan kondisi terumbu karang serta biota yang hidup di dalamnya, apakah itu perubahan yang positif ataupun perubahan yang cenderung menurun dalam hal persentase tutupan karang, kelimpahan biota megabentos, maupun kelimpahan ikan karang di lokasi transek.
I.3. RUANG LINGKUP PENELITIAN Ruang lingkup studi monitoring kesehatan terumbu karang ini meliputi empat tahapan yaitu: • Tahap persiapan, meliputi kegiatan administrasi, koordinasi dengan tim penelitian baik yang berada di Jakarta maupun di daerah setempat, pengadaan dan mobilitas peralatan penelitian serta perancangan penelitian untuk memperlancar pelaksanaan survei di lapangan. Selain itu, dalam tahapan ini juga dilakukan
1
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
persiapan penyediaan peta dasar untuk lokasi penelitian yang akan dilakukan. • Tahap pengumpulan data, dilakukan langsung di lapangan yang meliputi data tentang kondisi karang, termasuk ikan karang dan megabentos. • Tahap analisa data, meliputi verifikasi data lapangan dan pengolahan data sehingga data lapangan bisa disajikan dengan lebih informatif. • Tahap pelaporan, meliputi pembuatan laporan sementara dan laporan akhir.
2
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
BAB II. METODE PENELITIAN II.1. LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian di perairan Pulau Abang, Kotamadya Batam, tepatnya di beberapa lokasi yang telah terpilih untuk kegiatan COREMAP Fase II yang meliputi Pulau Petong, Pulau Abang Kecil, Pulau Abang Besar, Pulau Pengelap dan Pulau Dedap (Gambar 2). Posisi masing-masing lokasi dapat dilihat dalam Lampiran 1.
Gambar 2. Peta lokasi “monitoring”kesehatan terumbu karang di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam,2010.
II.2. WAKTU PENELITIAN Kegiatan penelitian lapangan berlangsung pada bulan April 2010.
II.3. PELAKSANA PENELITIAN Kegiatan penelitian lapangan ini melibatkan staf CRITC “Coral Reef Information and Training Centre” Jakarta, dibantu oleh Staf Puslit Oseanografi Jakarta, Bitung dan beberapa personil dari daerah.
3
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
II.4. METODE PENARIKAN SAMPEL DAN ANALISA DATA Penelitian monitoring kesehatan terumbu karang ini melibatkan beberapa kelompok penelitian. Metode penarikan sampel dan analisa data yang digunakan oleh masing-masing kelompok penelitian adalah sebagai berikut :
II.4.1. Sistem Informasi Geografis (SIG) Sebelum kegiatan di lapangan, bagian SIG perlu menyiapkan peta lokasi penelitian yang sudah diplot dengan titik-titik lokasi dengan posisi yang sama seperti pada waktu studi baseline atau juga monitoring sebelumnya. Hasil pengamatan juga akan diplot dalam bentuk peta tematik sehingga lebih informatif.
II.4.2. Karang Pada titik stasiun yang dipasang transek permanen di kedalaman antara 3-7 m, data dicatat dengan menggunakan metode ”Line Intercept Transect” (LIT) mengikuti English et al., (1997) dengan beberapa modifikasi. Teknik pelaksanaan sama dengan pada waktu kegiatan baseline. Panjang garis transek 10 m dan diulang sebanyak 3 kali. Untuk memudahkan pekerjaan di bawah air, seorang penyelam meletakkan pita berukuran sepanjang 70 m sejajar garis pantai di mana posisi pantai ada di sebelah kiri penyelam. Kemudian “LIT” ditentukan pada garis transek 0-10 m, 30-40 m dan 60-70 m. Semua biota dan substrat yang berada tepat di garis tersebut dicatat dengan ketelitian hingga centimeter. Dari data hasil “LIT” tersebut, kemudian dihitung nilai persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substrat yang berada di bawah garis transek. Selain itu, untuk melihat perubahan yang terjadi di dalam ekosistem terumbu karang pada waktu monitoring, dilakukan analisa “one-way ANOVA” dengan uji lanjut “Tukey” (Walpole, 1982).
II.4.3. Megabentos Untuk mengetahui kelimpahan beberapa megabentos terutama yang memiliki nilai ekonomis penting dan bisa dijadikan indikator dari kesehatan terumbu karang, dilakukan pengamatan kelimpahan megabentos dengan metode ”Reef Check Benthos” (RCB) di sepanjang transek permanen di mana posisi stasiunnya sama dengan stasiun untuk pengamatan karang dengan metode “LIT”. Dengan dilakukannya pengamatan megabentos ini pada setiap stasiun transek permanen, diharapkan di waktu-waktu mendatang bisa dilakukan pemantauan kembali pada posisi stasiun yang sama sehingga bisa dibandingkan kondisinya. Secara teknis di lapangan, pada stasiun transek permanen yang telah ditentukan tersebut diletakkan pita berukuran (roll meter) sepanjang 70 m sejajar garis pantai pada kedalaman antara 3-5 m. Semua biota megabentos yang berada 1 m sebelah kiri dan kanan pita berukuran sepanjang 70 m tadi dicatat jumlahnya, sehingga luas bidang yang teramati untuk setiap 2 stasiunnya sebesar (2 m x 70 m) = 140 m . Adapun biota megabentos yang dicatat jenis dan jumlah individunya sepanjang garis transek terdiri dari :
4
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
• • • • • • • • • • • • • •
Acanthaster planci (bintang bulu seribu) “Mushroom coral” (karang jamur, Fungia spp.) Diadema setosum (bulu babi hitam) Drupella sp. (sejenis Gastropoda / keong yang hidup di atas atau di sela-sela karang terutama karang bercabang) “Large Holothurian” (teripang ukuran besar) “Small Holothurian” (teripang ukuran kecil) “Large Giant Clam” (kima ukuran besar) “Small Giant Clam” (kima ukuran kecil) Lobster (udang karang) “Pencil sea urchin” (bulu babi seperti pensil) ”Banded coral shrimp” (udang karang kecil yang hidup di sela-sela cabang karang Acropora spp, Pocillopora spp. atau Seriatopora spp.) Trochus sp. (lola) Drupella sp. (sejenis Gastropoda / keong yang hidup di atas atau di sela-sela karang terutama karang bercabang) “Mushroom coral’ (karang jamur, Fungia spp.)
Untuk melihat perubahan yang terjadi pada megabentos dilakukan analisa “one-way ANOVA” dengan uji lanjut Tukey (Walpole, 1982)
II.4.4. Ikan Karang Pengamatan ikan karang pada setiap stasiun transek permanen dilakukan dengan metode ”Underwater Fish Visual Census” (UVC). Ikanikan yang berada jarak 2,5 m sebelah kiri dan kanan sepanjang 70 m garis transek dicatat jenis dan jumlahnya sehingga total luas bidang yang teramati per transek yaitu 350 m2 (5 m x 70 m). Identifikasi jenis ikan karang mengacu kepada Matsuda, et al. (1984), Kuiter (1992), Lieske dan Myers (1994). Khusus untuk ikan kerapu (grouper) digunakan acuan dari Randall dan Heemstra (1991), Heemstra dan Randall (1993). Jenis ikan yang didata dikelompokkan ke dalam 3 kelompok utama (English, et al., 1997), yaitu : kelompok ikan target, kelompok ikan indikator dan kelompok ikan major. Selain itu juga dihitung kelimpahan jenis ikan karang dalam satuan unit individu/ha. Tiga kelompok utama ikan karang menurut English et al., 1997 yaitu : a. Ikan-ikan target, yaitu ikan ekonomis penting dan biasa ditangkap untuk konsumsi. Biasanya mereka menjadikan terumbu karang sebagai tempat pemijahan dan sarang/daerah asuhan. Ikan-ikan target ini diwakili oleh famili Serranidae (ikan kerapu), Lutjanidae (ikan kakap), Lethrinidae (ikan lencam), Nemipteridae (ikan kurisi), Caesionidae (ikan ekor kuning), Siganidae (ikan baronang), Haemulidae (ikan bibir tebal), Scaridae (ikan kakak tua) dan Acanthuridae (ikan pakol); b. Ikan-ikan indikator, yaitu jenis ikan karang yang khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan ekosistem daerah tersebut. Ikan-ikan indikator diwakili oleh famili Chaetodontidae (ikan kepe-kepe);
5
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
c.
Ikan-ikan major, merupakan jenis ikan berukuran kecil, umumnya 5–25 cm, dengan karakteristik pewarnaan yang beragam sehingga dikenal sebagai ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah, baik dalam jumlah individu maupun jenisnya, serta cenderung bersifat teritorial. Ikan-ikan ini sepanjang hidupnya berada di terumbu karang, diwakili oleh famili Pomacentridae (ikan betok laut), Apogonidae (ikan serinding), Labridae (ikan sapu-sapu), dan Blenniidae (ikan peniru).
Selain itu untuk melihat perubahan kondisi ikan karang dilakukan analisa “one-way ANOVA” dengan uji lanjut Tukey (Walpole, 1982).
6
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan monitoring kondisi karang (t4) di lokasi transek permanen di perairan Pulau Abang dan sekitarnya telah dilakukan pada bulan Mei tahun 2010. Substansi yang dipantau meliputi karang, megabentos dan ikan karang. Metoda yang digunakan disesuaikan dengan masing-masing substansi, diseragamkan dengan metode yang digunakan pada kegiatan baseline. Kegiatan pengamatan dilakukan di 12 (duabelas) titik lokasi transek permanen (Gambar 1), Posisi masing-masing titik transek dapat dilihat dalam lampiran. Hasil pengamatan diuraikan berdasarkan masingmasing substansi.
III.1. LINGKUNGAN FISIK PESISIR DAN PERAIRAN Pulau Abang dan pulau-pulau disekitarnya memiliki topografi datar dengan kemiringan lereng < 15o (Gambar 3). Sebagian besar pulau-pulau tersebut memiliki ketinggian tidak lebih dari 75 m di atas permukaan laut. Lokasi dengan ketinggian tempat mencapai ± 100 m terdapat di salah satu bukit di Pulau Petong. Kemiringan lereng pada puncak bukit tersebut dapat mencapai 25o, dan pada lereng bukit berkisar antara 5o hingga 15o. Sejalan dengan topografi pulau yang datar, bentuk dasar perairan juga landai dengan kedalaman tidak lebih dari 50 m. Kondisi seperti ini merupakan kondisi umum pada wilayah kepulauan di Batam.
Gambar 3. Peta topografi Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010.
7
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
Tekstur tanah terdiri dari tanah berpasir dan di beberapa tempat terdapat batuan. Bagian pantai lainnya telah terbuka baik sebagai kawasan pemukiman maupun pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan pelabuhan masyarakat. Kawasan yang menjadi lokasi pemukiman penduduk di kelurahan Pulau Abang terletak di bagian tenggara dan barat Pulau Abang Kecil. Pemilihan lokasi ini sebagai tempat pemukiman karena terlindung intensitas gelombang. Kondisi pemukiman terpusat sepanjang garis pantai dan agak menjorok ke perairan sehingga waktu pasang di kolong rumah sebagian besar penduduk di genangi air dan pada waktu surut kondisinya kering.
III.2 KARANG Pemantauan kondisi terumbu karang, karang dan biota lain yang hidup di dalamnya, dilakukan dengan metode LIT ”Line Intercept Transect”. Sebagai perbandingan, ditampilkan juga hasil-hasil pengamatan pada waktu studi baseline t0 dan pemantauan pertama tahun 2007(t1), kedua tahun 2008(t2) dan tahun 2009(t3). Tujuannya untuk dapat melihat perubahan yang terjadi di lokasi transek, baik untuk persentase karang, maupun untuk biota bentik lainnya dan kategori abiotik. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil pengamatan baseline t0, pemantauan t1, pemantauan t2, pemantauan t3 dan pemantauan saat ini t4 dapat dilihat pada Gambar 4, Gambar 5, Gambar 6, Gambar 7 dan Gambar 8, sedangkan histogram perbandingan tutupan karang hidup ”Live Coral” antar waktu pengamatan disajikan dalam Gambar 9.
Gambar 4. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil baseline dengan metode “LIT” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2004.
8
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
Gambar 5. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil monitoring dengan metode “LIT” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2007.
Gambar 6. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil monitoring dengan metode “LIT” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2008.
9
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
Gambar 7. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil monitoring dengan metode “LIT” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2009.
Gambar 8. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil monitoring dengan metode “LIT” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010.
10
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
Gambar 9. Histogram persentase tutupan karang hidup hasil studi baseline (2004) dan monitoring (2007, 2008, 2009 dan 2010) dengan metode “LIT” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam.
III.2.1. Hasil Pengamatan Karang Dari 12 lokasi transek permanen pada monitoring ini ditemukan ada 5 stasiun yang memiliki tutupan karang dengan kategori “sangat baik” dengan tutupan >75,50%, 6 stasiun dengan kategori “baik” dengan tutupan 56 74% dan 1 stasiun dengak kategori “sedang” atau cukup baik dengan tutupan 40,13%. Persentase tutupan karang yang diamati menunjukkan peningkatan pada 11 stasiun yakni stasiun BTML01,BTML02, BTML03, BTML04, BTML05, BTML06, BTML07, BTML08, BTML09, BTML10, BTML11 dan penurunan pada 1 stasiun yakni BTML12. Rata-rata tutupan karang hidup pada pengamatan ini 68,62% ini menunjukkan peningkatan 6,35% dibandingkan dengan rata-rata tutupan karang tahun 2009 dengan rata-rata persentase tutupan karang 62,27%. Hasil pengamatan diperoleh 13 suku karang batu dengan 131 jenis. Hasil pengamatan kondisi karang di lokasi transek permanen disajikan dalam bentuk peta tematik pada Gambar 10 dan Gambar 11 dan selanjutnya diuraikan masing-masing stasiun pengamatan.
11
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
Gambar 10. Peta presentase tutupan kategori biota dan substrat hasil monitoring dengan metode “LIT” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010.
Stasiun BTML01 (Pulau Abang Kecil) Lokasi pengamatan dilakukan di sebelah barat Pulau Abang Kecil. Pantai memiliki substrat yang terdiri dari karang mati, patahan karang, pasir. Vegetasi pantai didominasi oleh pohon kelapa yang diselingi dengan tumbuhan pantai lainnya. Panjang rataan terumbu sekitar 200 m ke arah laut. Pertumbuhan karang didominasi oleh Montipora sp., Pectinia sp., Favites sp. Hasil LIT diperoleh persentase tutupan karang hidup sebesar 81,77%. Hal ini menunjukkan kenaikan tutupan karang sebesar 2,30% jika dibandingkan dengan hasil pengamatan tahun 2009 yakni sebesar 79,47%. Nilai persentase tutupan karang ini masih dalam kategori yang sangat baik. Persentase tutupan karang didominasi oleh karang Non-Acropora sebesar 75,17% sedangkan karang Acropora hanya 6,60%. Kategori bentik lain yang mendominasi adalah ”Dead Coral Algae” (DCA) sebesar 13,63% nilai ini mengalami penurunan dari tahun 2009 sebesar 2,07%. Stasiun BTML02 (Pulau Abang Kecil) Lokasi pengamatan berada di sebelah timur Pulau Abang Kecil dekat dengan area pemukiman dan terdapat banyak bagan nelayan. Panjang o rataan terumbu sekitar 200 m ke arah laut. Lereng terumbu berkisar 30-40 . Pada pengamatan kondisi arus tenang dengan substrat terdiri dari kerikil, pasir dan karang mati. Pada kedalaman 1-4 m pertumbuhan karang didominasi adalah jenis Fungia sp., Porites nigrescens, Goniopora sp., Goniastrea sp., Symphillia sp. dan Favites sp.
12
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
Kondisi karang pada stasiun ini masih termasuk dalam kategori sangat baik dengan persentase tutupan karang hidup sebesar 75,50% terdiri dari karang Non-Acropora 69,67%, karang Acropora sebesar 5,83%. Secara umum pada BTML02 terjadi peningkatan tutupan karang sebesar 5,83% tetapi tutupan karang Acropora mengalami penurunan sebesar 0,77% jika dibandingkan dengan hasil pengamatan pada tahun 2009 (t3) yang mencapai nilai 6,60%. Kategori bentik yang mendominasi adalah “DCA” sebesar 20,22%, biota lain (OT) 2,40 % dan spong yang mengalami penurunan nilai dari 3,37% pada t3 menjadi 1,03% saat ini. Stasiun BTML03 (Pulau Abang Besar) Lokasi sedikit berbentuk teluk, memiliki pantai berbatu dengan vegetasi pantai yang ditumbuhi pohon kelapa diselingi tumbuhan pantai lainnya. Panjang rataan terumbu sekitar 300 meter ke arah laut. Pada pengamatan kondisi arus tenang, kondisi substrat didominasi patahan karang mati dan pasir. Persentase tutupan karang hidup pada lokasi ini termasuk dalam kategori baik namun pertumbuhan karang hidup dari kelompok Acropora tidak ditemukan di lokasi transek. Tutupan karang hidup yang diperoleh pada pengamatan ini sebesar 61,60% nilai ini mengalami peningakatan sebesar 2,63% dibandingkan dengan tahun 2009. Kategori bentik lain yang mendominasi adalah “DCA” sebesar 26,03% nilai ini mengalami penurunan sebesar 4,20% dibandingkan dengan t3. Katagori bentiki lain yang cukup tinggi yaitu “sand” sebesar 10,67 dan other fauna sebesar 1,70%. Stasiun BTML04 (Pulau Abang Besar) Lokasi berada di pulau kecil sebelah barat Pulau Abang besar. Pantai ditumbuhi oleh tumbuhan pantai dan mangrove. Panjang rataan terumbu o sekitar 200 m kemudian diikuti dengan kemiringan 30 . Pada “reef slope” didominasi oleh Sargassum sp. dan karang-karang keras. Kondisi perairan pada pengamatan didominasi oleh Diadema sp. yang berukuran besar dengan substrat pasir, pecahan karang yang ditumbuhi alga. Karang tumbuh didominasi dari jenis Pavona decussata, Porites lobata, Porites rus, Lobophyllia sp., Pavona frondifera. Persentase tutupan karang hidup termasuk dalam kategori baik dengan nilai 74,73% yang terdiri dari 74,10% Non-Acropora dan 0,63% Acropora. Jika dibandingkan dengan t3 terjadi peningkatan sebesar 12,23% yang terdiri dari 11,83% peningkatan tutupan karang Non-Acropora dan 0,40% karang Acropora. Kategori bentik lainnya yang mendominasi adalah “DCA” 16,33%, “sand” 5,70% dan ”other fauna”3,23%. Stasiun BTML05 (Pulau Abang Besar) Lokasi berada di utara Pulau Abang Besar tepatnya di depan Desa Air Taung. Pada pantai terdapat beberapa rumah penduduk, ditumbuhi tanaman pantai serta pohon kelapa. Rataan terumbu didominasi oleh lamun, karang masif dari jenis Porites sp., Favia sp. dan Turbinaria sp. Pada “reef slope” didominasi oleh Fungia sp., Platygyra sp., Goniastrea sp., Pectinia sp., Pachyseris sp., Echinophyllia sp. dan Goniopora sp. Kondisi karang
13
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
pada stasiun ini termasuk dalam kategori baik dengan persentase tutupan karang sebesar 61,23% yang terdiri dari 60,20% Non-Acropora dan 1,03% Acropora. Tutupan karang mengalami peningkatan sebesar 10,03% dibandingkan dengan pengamatan tahun 2009(t3). Kategori bentik lain yang mendominasi adalah “DCA” dengan nilai 21.70%, “other fauna 8,53%, “fleshy seaweed“ dengan tutupan sebesar 5,77% dimana terjadi penurunan sebesar 5,73 bila dibandingkan dengan tahun 2009 (t3) sebesar 11,50%.
Stasiun BTML06 (Pulau Abang Besar) Lokasi pengamatan berada di sebelah timur Pulau Abang Besar dan berjarak sekitar 400 m dari pantai. Pantai berbatu dan berpasir dengan tumbuhan pantai. Rataan terumbu didominasi oleh lamun dan Padina sp., juga terdapat Diadema sp. dalam jumlah besar. Substrat dominan pada “reef slope” adalah pasir dan patahan karang mati. Karang dominan pada “reef slope” adalah Montipora sp., Porites sp., Pavona sp., Fungia sp., Favia sp., Pectinia sp. dan Goniopora sp. Persentase tutupan karang masih dalam kategori baik dengan nilai 64,33% terdiri dari 62,77% karang Non-Acropora dan 1,57% karang Acropora, terdapat peningkatan persentase tutupan karang sebesar 10,53%. Kategori bentik lain yang dominan adalah “DCA” 21,03%, “fleshy seaweed” 4,30%, “rubble” 4,67% dan ”other fauna” 4,00%. Sponge yang pada tahun 2009(t3) dijumpai sebesar 5,70% pada penelitian ini tidak ditemukan.
Stasiun BTML07 (Pulau Petong) Lokasi pengamatan berada di sebelah timur Pulau Petong berjarak sekitar 400 m dari perkampungan penduduk. Pantai ditumbuhi mangrove, pohon kelapa dan tumbuhan pantai lainnya. Arus pasang surut kuat pada saat pengamatan dilakukan. Rataan terumbu cukup panjang ± 200 m dari garis pantai. Substrat dasar perairan dimulai dengan pantai berpasir, patahan karang bercampur pasir, karang mati dan selanjutnya pasir agak berlumpur. Jenis karang yang tumbuh didominasi dari jenis Montipora sp., Porites rus, Galaxea sp., Pectinia sp., Porites cylindrica. Persentase tutupan karang hidup 76,83% terdiri dari 72,77% Non-Acropora dan 4,07% Acropora. Tutupan karang Non-Acropora mengalami peningkatan sebesar 8,00% dan tutupan karang Acropora mengalami penaikan juga sebesar 1,07%. Kategori bentik lain yang mendominasi adalah “DCA” 9,83%, sponge 4,60%, “rubble” 3,70% dan “other fauna 2,13%. Terjadi penurunan persentase sponge mencapai 5,50% dibandingkan dengan tahun 2009(t3). Stasiun BTML08 (Pulau Petong) Lokasi pengamatan berada sebelah utara Pulau Petong. Pantai berbatu dengan vegetasi tumbuhan pantai dan Rhizopora. Lokasi transek berada sekitar 200 m dari pantai. Lereng terumbu memiliki kemiringan o sekitar 35 dengan substrat dominan pasir, “rubble” juga ditemukan banyak karang mati yang sudah ditumbuhi alga. Karang dominan dari jenis Porites sp., Montipora sp., Platygyra sp. Pada transek pertama ditemukan karang Acropora brueggemanni yang tidak ditemukan pada transek berikutnya.
14
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
Persentase tutupan karang termasuk dalam kategori sedang dengan nilai 40,13% terdiri dari 38,80% karang Non-Acropora dan 1,33% karang Acropora. Terjadi peningkatan tutupan karang sebesar 2,80%. Persentase tutupan karang hidup merupakan terkecil di antara 12 stasiun permanen. Komponen bentik lain yang mendominasi adalah “DCA” sebesar 30,03%. dan “sand” 23,83% Stasiun BTML09 (Pulau Petong) Lokasi pengamatan berada di sebelah barat Pulau Petong, di muka teluk berjarak sekitar 400 m dari pantai. Pantai berbatu, berpasir dengan o tumbuhan pantai dan pohon kelapa. Kemiringan terumbu sekitar 40 pada kedalaman 5 m dengan substrat dominan pasir dan “turf algae”. Karang tumbuh didominasi dari jenis Montipora decussata, Turbinaria sp., Pavona sp., Pectinia sp., Favia sp., dan Porites sp. Persentase tutupan karang masih dalam kategori baik dengan nilai 63,17% terdiri hanya jenis karang Non-Acropora. Terjadi peningkatan jenis karang Non-Acropora sebesar 11,20%. Komponen bentik lain yang mendominasi adalah “Sand” 20,77%, “DCA” 8,60%, spong 2,50%. Penurunan sponge mencapai 7,03% dibandingkan dengan t3. Stasiun BTML10 (Pulau Pengelap) Pengamatan dilakukan di sebelah timur Pulau Pengelap. Pantai terdiri pasir putih, batu, karang mati, vegetasi pantai terdiri dari pohon kelapa dan tumbuhan pantai lainnya. Panjang rataan terumbu sekitar 300 m yang ditumbuhi Sargassum sp., Padina sp., Halimeda sp., Dasar perairan terdiri dari substrat keras dan karang mati yang telah ditumbuhi algae. Hasil pengamatan diperoleh persentase tutupan karang hidup sebesar 86,27% yang terdiri dari jenis karang Non-Acropora. Nilai ini mengalami peningkatan sebesar 3,03% dibandingkan dengan tahun 2009. Komponen bentik lain yang menodominasi adalah ”DCA” 13,17% mengalami peningkatan sebesar 1,03% dibandingkan dengan tahun 2009. Kondisi karang termasuk dalam kategori sangat baik dan merupakan tutupan karang terbesar di antara 12 stasiun yang ada.
Stasiun BTML11 (Pulau Dedap) Pengamatan dilakukan di sebelah barat Pulau Dedap dengan substrat pantai terdiri dari pasir dan karang mati. Pantai ditumbuhi pohon kelapa dan beberapa vegetasi pantai lainnya. Panjang rataan terumbu sekitar 150 dengan substrat pasir dan karang mati. Pertumbuhan karang didominasi dari jenis Porites lobata, Merulina sp., Symphyllia sp., Montipora informis dan Favites sp. Persentase tutupan karang hidup termasuk dalam kategori baik dengan nilai 56,07% terdiri dari 54,00% Non-Acropora dan 2,07% Acropora. Tutupan karang hidup mengalami peningkatan sebesar 6,90%. Komponen bentik lain yang mendominasi adalah “sand” 25,77%, “DCA” 11,53% dan “rubble” 2,80%.
15
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
Stasiun BTML12 (Pulau Pengelap) Pengamatan dilakukan disebelah barat Pulau Pengelap. Substrat pantai terdiri dari pasir putih, batu dan karang mati dengan vegetasi pantai terdiri dari pohon kelapa dan beberapa tumbuhan pantai. Lebar rataan terumbu sekitar 200 m ke arah laut. Dasar perairan terdiri dari substrat keras dan karang mati yang ditumbuhi alga. Lereng terumbu landai dengan kemiringan sekitar 40o. Dari pengamatan pada transek diperoleh persentase tutupan karang hidup sebesar 81,80% terdiri dari 65,63% Non-Acropora dan 16,17% Acropora, tutupan karang ini mengalami penurunan sebesar 0,40% dibandingkan dengan t3. Komponen lain yang mendominasi adalah ”DCA” sebesar 15,10%, nilai ini mengalami penurunan sebesar 3,07% dibandingkan dengan t3.
Gambar 11. Peta persentase tutupan karang hidup hasil monitoring dengan metode “LIT” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010.
III.2.2. Hasil Analisa Karang Pengamatan kondisi terumbu karang di wilayah kota Batam tahun 2010 (t4) mencakup 12 stasiun permanen seperti pada penelitian baseline tahun 2004 (t0). Plot interval untuk masing-masing biota dan substrat berdasarkan waktu pengamatan dengan menggunakan interval kepercayaan 95 % disajikan dalam Gambar 12.
16
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
Gambar 12. Plot interval biota dan substrat pada pengamatan t0, t1, t2, t3 dan t4 (tahun 2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010) di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam.
Untuk melihat apakah ada perbedaan persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substrat antar waktu pengamatan (t0=2004, t1=2007, t2=2008, t3=2009 dan t4=2010) digunakan uji ”one-way ANOVA”, di mana data ditransformasi ke dalam bentuk arcsin akar pangkat dua dari data (y’=arcsin √y) sebelum dilakukan pengujian. Dari pengujian tersebut diperoleh nilai p atau nilai kritis untuk menolak H0. Bila nilai p<0,05 pada Tabel 2, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan persentase tutupan untuk kategori tersebut antar lima waktu pengamatan yang berbeda (2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010).
17
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
Tabel 2. Nilai p berdasarkan hasil uji “one-way ANOVA” terhadap persentase tutupan biota dan substrat. Kategori
Nilai p
Karang hidup (LC)
0,477
Acropora (AC)
0,996
Non Acropora (NA)
0,417
Karang mati (DC)
0,504
Karang mati dengan alga (DCA)
0,011 *)
Karang lunak (SC)
0,263
Spong (SP)
0,000 *)
Fleshy seaweed (FS)
0,271
Biota lain (OT)
0,664
Pecahan karang (R)
0,073
Pasir (S)
0,947
Lumpur (Si)
0,002 *)
Batuan (RK)
0,416
Tanda *) berarti H0 ditolak
Dari Tabel 2 terlihat bahwa perbedaan persentase tutupan terjadi pada tiga kategori, yaitu “DCA”, “SP” dan “Si”. Persentase tutupan “DCA” terendah diperoleh pada saat t4 sedangkan yang tertinggi pada saat t2. Persentase “DCA” mengalami peningkatan dari t0 sampai t2 tetapi kembali turun pada t3, dan terus turun pada t4. Hasil uji lanjut Tukey diperoleh untuk kategori “DCA”, persentase tutupan antara t4 dengan t2 terdapat perbedaan yang signifikan, tapi antara t4 dan waktu pengamatan lainnya (t0,t1,t3) tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Ini berarti persentase tutupan DCA kembali ke kondisi semula tahun 2004 (t0) setelah mengalami peningkatan pada tahun 2008 (t2). Untuk kategori spong ”SP”, persentase tutupan pada t2 merupakan yang terendah dan tertinggi pada t1. Hasil analisa yang diperoleh menunjukkan bahwa persentase tutupan spong antara t4 dengan t3 berbeda signifikan, begitu pula antara t4 dengan t0 dan t1. Persentase tutupan sponge tidak berbeda signifikan antara t4 dan t2. Ini menunjukkan bahwa selama tahun 2008 (t2) hingga tahun 2010 (t4) mengalami peningkatan persentase tutupan spong antara t2 dan t3, kemudian terjadi penurunan kembali antara t3 dan t4 ke posisi semula (t2). Untuk kategori lumpur “SI”, persentase tutupan “SI” terbesar pada t0 dan terkecil pada t2. Ada perbedaan signifikan antara t0 dengan t1, t2, t3 dan t4, sedangkan di antara t1, t2, t3, t4 tidak terdapat perbedaan yang
18
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
signifikan. Hal ini menunjukan bahwa meskipun ada peningkatan tutupan SI dari tahun 2009 (t3) ke tahun 2010 (t4) saat ini namun tidak signifikan karena peningkatannya kecil sekali. Plot garis perubahan persentase tutupan untuk ketiga kategori (DCA, SP dan SI) di atas berdasarkan nilai rata-ratanya sebelum ditransformasikan dapat dilihat pada Gambar 13. Rata-rata persentase tutupan karang hidup dari 12 stasiun pengamatan (Rata-rata LC ± standar eror) disajikan secara lengkap pada Gambar 14.
Gambar 13. Plot interval nilai rata-rata kategori DCA, SP dan SI di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010.
Gambar 14. Plot interval nilai rata-rata karang hidup pada pengamatan t0, t1, t2 dan t3 (tahun 204, 2007, 2008, 2009 dan 2010) di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010.
19
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
Pada Gambar 14 terlihat bahwa terdapat penurunan rata-rata persentase tutupan LC dari tahun 2004 (62,74 ± 4,05%, 2007 (60,04 ± 4,35%), 2008 (57,57 ± 4,95%), tetapi meningkat pada tahun 2009 dan 2010 dengan nilai LC masing-masing sebesar (62,27 ± 4,19%) dan (68,62 ± 3,82%). Peningkatan rata-rata tutupan karang hidup dari tahun 2009 ke 2010 cukup besar dengan nilai 6,35%, namun secara statistik nilai ini tidaklah signifikan.
III.3. MEGABENTOS Pengamatan megabentos dilakukan pada transek permanen dengan metode ”Reef Check Benthos”. Dari hasil pengamatan diperoleh data bahwa biota megabentos di perairan Pulau Abang dan sekitarnya didominasi oleh karang jamur Fungia spp., bulu babi hitam (Diadema setosum). Biota megabentos seperti Acanthaster planci, holothuria, ”pencil sea urchin”, ”small giant clam”, lobster, holothuria dan Trochus sp. tidak ditemukan pada pengamatan saat ini. Hasil lengkap pengamatan megabentos ditampilkan dalam bentuk peta kelimpahan pada Gambar 15.
Gambar 15. Peta kelimpahan biota megabentos hasil monitoring dengan metode ”reef check benthos” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010.
20
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
III.3.1. Hasil Pengamatan Megabentos Hasil pengamatan diperoleh bahwa Deadema setosum memiliki kelimpahan tertinggi. Jumlah individu berkisar 37 individu (BTML10) sampai 2456 individu (BTML11). Melimpahnya Deadema setosum juga dibarengi dengan melimpahnya karang jamur dengan jumlah berkisar 49 individu (BTML01) sampai 1464 individu (BTML12). Jumlah Deadema setosum karang jamur mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (t3). Biota megabentos lainnya seperti Gastropoda jenis Drupella sp, kima berukuran besar holothuria, lobster, “pencil sea urchin”, holothuria dan Trochus niloticus tidak ditemukan di lokasi transek. Data lengkap pengamatan megabentos terdapat pada Lampiran 4.
III.3.2. Hasil Analisa Megabentos Pada penelitian yang dilakukan di wilayah Kotamadya Batam, pada tahun 2010 ini (t4), berhasil dilakukan pengambilan data pada seluruh stasiun penelitian yang dilakukan pada penelitian baseline tahun 2004, yaitu sebanyak 12 stasiun. Rata-rata jumlah individu per transek untuk setiap kategori megabentos yang dijumpai pada masing-masing waktu pengamatan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata jumlah individu/transek untuk setiap kategori megabentos pada pengamatan t0, t1, t2, t3 dan t4 (tahun 2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010) di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam. Kategori Acanthaster planci CMR Diadema setosum Drupella sp. Large Giant Clam Small Giant Clam Large Holoturian Small Holoturian Lobster Pencil sea Urchin Trochus niloticus
Rata-rata jumlah individu / transek 2010 2004 2007 2008 2009 0,00 0,33 0,00 0,00 0,00 308,67 426,25 137,25 316,67 132,67 322,25 228,58 100,50 143,17 50,50 0,00 0,00 1,83 10,00 1,67 0,00 0,67 0,00 0,33 0,08 0,00 0,17 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,42 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Untuk melihat apakah jumlah individu setiap kategori megabentos berbeda nyata atau tidak untuk setiap waktu pengamatan (tahun 2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010), maka dilakukan uji menggunakan ”one-way ANOVA”. Berdasarkan data yang ada, uji hanya dapat dilakukan pada “Coral mushroom” dan Diadema setosum karena kategori megabentos yang
21
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
lainnya memiliki populasi data yang variansi = 0. Hal ini tidak memenuhi prasyarat uji ANOVA. Sebelum uji dilakukan, untuk memenuhi asumsiasumsi yang diperlukan dalam penggunaan ”one-way ANOVA”, data ditransformasikan terlebih dahulu menggunakan transformasi ke ln ”natural logarithm”, sehingga datanya menjadi y’=ln(y+1). Nilai p untuk setiap data jumlah individu/transek pada kategori megabentos yang diuji disajikan dalam Tabel 4. Bila nilai p tersebut lebih kecil dari 5% (=0,05), maka H0 ditolak, yang berarti ada perbedaan jumlah individu/transek untuk kategori megabentos tersebut antara selang 5 waktu pengamatan yang berbeda (2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010).
-Tabel 4. Nilai p berdasarkan hasil uji ”one-way ANOVA” terhadap jumlah individu/transek megabentos. Kategori
Nilai p
Acanthaster planci
Tidak diuji
CMR
0,001 *)
Diadema setosum
0,000 *)
Drupella
Tidak diuji
Large Giant clam
Tidak diuji
Small Giant clam
Tidak diuji
Large Holothurian
Tidak diuji
Small Holothurian
Tidak diuji
Lobster
Tidak diuji
Pencil sea urchin
Tidak diuji
Trochus niloticus
Tidak diuji
Tanda
*)
berarti H0 ditolak
Dari Tabel 4 terlihat bahwa ada perbedaan yang nyata antara jumlah individu / transek untuk megabentos kategori ”Coral mushroom” dan Diadema setosum. Untuk megabentos kategori CMR, perbedaan yang signifikan ditemukan antara t0 dan t3; t2 dan t3; t4 dan t3. Akan tetapi antara t1 dan t3 tidak ada perbedaan yang signifikan. Hal Ini menunjukan bahwa terdapat penurunan jumlah CMR yang signifikan dari tahun 2008 (t2) ke tahun 2009 (t3), kemudian kembali meningkat ke posisi semula pada tahun 2010 (t4). Untuk megabentos kategori Diadema setosum tidak terdapat perbedaan antara t0, t1, t2, t4. Ada perbedaan signifikan jumlah Diadema setosum antara t3 dengan t0, t1, t2 dan t4, ini menunjukan bahwa terdapat penurunan jumlah yang signifikan dari tahun 2008 ke tahun 2009, kemudian terjadi peningkatan lagi dari tahun 2009 (t3) ke tahun 2010 (t4).
22
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
III.4. IKAN KARANG Hasil pengamatan ikan dengan metode ”Underwater Fish Visual Census” (UVC) yang dilakukan di 12 stasiun transek permanen diperoleh sebanyak 94 jenis ikan karang yang termasuk dalam 21 suku, dengan nilai total kelimpahan ikan karang sebesar 6681 individu.
III.4.1 Hasil Pengamatan Ikan Karang Pengamatan ikan karang dilakukan di lokasi transek permanen, menggunakan metode sensus visual “Underwater Fish Visual Census”. Jenis dan jumlah ikan yang dicatat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu : kelompok ikan major, target dan indikator. Hasil pengamatan diperoleh total sebanyak 6681 individu, tercatat ikan major sebanyak 5692 individu, ikan target 801 individu dan ikan indikator 188 individu sehingga diperoleh perbandingan antara ikan major : target : indikator = 30 : 4 : 1. Jumlah ikan target dan kelompok indikator mengalami penurunan sedangkan jumlah ikan kelompok major mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2009 dengan jumlah sebesar 4569 individu ikan major, 1327 individu ikan target, 197 individu ikan indikator. Dua puluh jenis ikan yang memiliki kelimpahan tertinggi dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5. Kelimpahan individu ikan karang berdasarkan dominasi jenis hasil monitoring dengan metode ”UVC” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010. No.
Jenis Ikan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Neopomacentrus anabatoides Neopomacentrus filamentosus Neopomacentrus azysron Cheilodipterus quenquelineatus Caesio teres Neopomacentrus bankieri Neopomacentrus cyanomos Cheilodipterus artus Chaetodon octofasciatus Neoglyphidodon nigroris Apogon compressus Chromis elerae Lutjanus carponottatus Caesio cuning Pomacentrus simsiang Amphiprion ocellaris Archamia biguttata Apogon chrysopomus Apogon sp Pomacentrus brachialis
23
Jumlah Individu 1692 645 440 384 379 375 196 182 148 127 113 106 95 85 84 83 80 79 75 71
Kategori Major Major Major Major Target Major Major Major Indikator Major Major Major Target Target Major Major Major Major Major Major
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
Pada Tabel 5 terihat bahwa kelompok ikan major mendominasi pengamatan di mana jenis Neopomacentrus anabatoides menempati urutan tertinggi yaitu 141,00 individu/transek. Kelompok ikan indikator yang tertinggi kelimpahannya adalah jenis Chaetodon octofasciatus dicatat 12,33 individu/transek, sedangkan dari kelompok ikan target yaitu Caesio teres sebanyak 31,58 individu/transek. Peta komposisi persentase ikan major, ikan target dan ikan indikator hasil monitoring dengan metode “UVC” disajikan dalam Gambar 16.
Gambar 16. Peta komposisi persentase ikan major, ikan target dan ikan indikator hasil monitoring dengan metode “UVC” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010
Pada Gambar 16 terlihat bahwa kelompok ikan major mendominasi seluruh stasiun yang diamati, hal ini sama dengan pengamatan tahun 2009. Pada pengamatan tahun 2010 ini diperoleh persentase ikan major terbesar terdapat pada stasiun BTML01 sebesar 97,07% dan terendah pada stasiun BTML09 sebesar 60,42%. Kelimpahan individu ikan karang berdasarkan dominasi suku disajikan dalam Tabel 6.
24
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
Tabel 6. Kelimpahan individu ikan karang berdasarkan dominasi suku hasil monitoring dengan metode “UVC” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Suku Pomacentridae Apogonidae Caesionidae Labridae Chaetodontidae Lutjanidae Pomacanthidae Nemipteridae Serranidae Scaridae Siganidae Sphyraenidae Centriscidae Bleniidae Centropomidae Lethrinidae Mullidae Haemulidae Monacanthidae Pinguipedidae Synodontidae
Jumlah Individu 4233 1085 464 317 188 103 74 47 41 40 27 25 12 10 5 4 2 1 1 1 1
Pada Tabel 6 diperoleh 21 suku ikan karang. Suku Pomacentridae merupakan suku paling dominan dengan jumlah individu rata-rata 352,75 individu/transek, diikuti dengan suku Apogonidae sebanyak 90,42 individu/transek kemudian suku Casionidae 38,67 individu/transek. Bila dibandingkan dengan hasil pengamatan di lokasi yang sama pada tahun 2004, 2007, 2008 dan 2009 terlihat bahwa jumlah suku yang ditemukan relatif bertambah dari tahun ke tahun tetapi pada pengamatan tahun 2010 ini mengalami penurunan. Pada tahun 2004 diperoleh 21 suku, tahun 2007 diperoleh 24 suku, tahun 2008 diperoleh 27 suku, tahun 2009 24 suku turun menjadi 21 suku pada tahun 2010. Komposisi suku secara umum mengalami perubahan urutan dominansinya namun suku Pomacentridae selalu menjadi suku dominan pada setiap pengamatan.
25
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
III.4.2 Hasil Analisa Ikan Karang Pada penelitian yang dilakukan di wilayah Kotamadya Batam, pada tahun 2010(t4) ini, berhasil dilakukan pengambilan data pada seluruh stasiun permanen yang dilakukan pada baseline tahun 2004(t0), yaitu sebanyak 12 stasiun. Rata-rata jumlah individu/transek dan rata-rata jumlah jenis/transek yang dijumpai pada masing-masing waktu pengamatan disajikan pada Gambar 17.
a
b Gambar 17. Plot interval rata-rata jumlah individu ikan karang (a), rata-rata jumlah jenis ikan karang (b) hasil monitoring dengan metode ”UVC” pada pengamatan t0, t1, t2, t3 dan t4 (tahun 2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010) di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam.
26
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
Untuk melihat apakah jumlah individu dan jumlah jenis berbeda untuk setiap waktu pengamatan (tahun 2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010), maka dilakukan uji menggunakan ”one-way ANOVA”. Sebelum uji dilakukan, untuk memenuhi asumsi-asumsi yang diperlukan dalam penggunaan ”one-way ANOVA”, data ditransformasikan terlebih dahulu ke ln ”natural logarithm” sehingga datanya menjadi y’ = ln y. Pada Gambar 17.a terlihat bahwa rata-rata jumlah individu ikan berkurang dari tahun 2004 sampai tahun 2009, kemudian sedikit mengalami peningkatan jumlah individu ikan pada tahun 2010. Hasil uji “one-way ANOVA” untuk jumlah individu disajikan pada Tabel 6. Uji ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah individu ikan di antara tahun pengamatan. Berdasarkan uji lanjut Tukey diperoleh bahwa perbedaan yang signifikan ditemukan antara tahun 2004 (t0) dan 2009 (t3). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum perubahan jumlah individu ikan tidak mengalami perubahan yang signifikan sepanjang waktu pengamatan.
Tabel 7. Uji ”one-way ANOVA” untuk jumlah individu dan jumlah jenis ikan karang hasil monitoring dengan metode ”UVC” di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010. Parameter
Jumlah Individu
Jumlah Jenis
Sumber Variasi Antara tahun Dalam tahun Total Antara tahun Dalam tahun Total
Jumlah Kuadrat
Derajat Kebebasan
Kuadrat rata-rata
F
p
4,417
4
1,104
2,874
,031*)
21,133
55
,384
25,550
59
1,748
4
,437
6,118
,000*)
3,929
55
,071
5,677
59
*) Jika p < 0,05 maka berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 5%.
Rata-rata jumlah jenis ikan secara umum mengalami peningkatan dari tahun 2004 sampai tahun 2009, kemudian mengalami penurunan pada tahun 2010 (Gambar 17.b). Hasil uji ANOVA untuk jumlah jenis ikan disajikan pada Tabel 7. Hasil uji lanjut Tukey untuk jumlah jenis ikan diperoleh bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tahun 2004 dengan 2010. Antara tahun 2009 (t3) dan 2010 (t4) mengalami penurunan jumlah jenis ikan yang signifikan.
27
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
IV. KESIMPULAN DAN SARAN IV. 1. KESIMPULAN Hasil pengamatan kondisi karang, biota megabentos dan ikan karang pada kegiatan monitoring tahun 2010(t4) di perairan Pulau Abang dan sekitarnya dengan membandingkan hasil pengamatan tahun sebelumnya (2004, 2007, 2008 dan 2009) maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : • Ada perbedaan tutupan karang hidup antara tahun 2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010. Rata-rata tutupan karang hidup pada pengamatan ini 68,62%, dengan peningkatan 6,35% dibandingkan tahun 2009, namun peningkatan ini tidak signifikan secara statistik. • Terdapat perbedaan persentase tutupan untuk kategori DCA, SP, SI, antar lima waktu pengamatan (2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010). • Terjadi penurunan DCA dari tahun 2009 ke tahun 2010 rata-rata sebesar 1,86% tetapi perubahan tutupan DCA ini tidak signifikan. • Ada penurunan signifikan rata-rata tutupan tutupan Spong dari tahun 2009 sebesar 4,01% ke 0,99% pada tahun 2010 ini. • Kategori SI menunjukan penurunan persentase tutupan dari tahun 2009(t3) ke tahun 2010(t4) namun peningkatan ini tidak signifikan. • Ada penurunan jumlah signifikan terhadap kategori CMR dan Diadema setosum. • Jumlah individu ikan karang secara umum dari tahun 2004 (t0) sampai tahun 2010 (t4) tidak mengalami perubahan yang signifikan, sebaliknya rata-rata jumlah jenis mengalami peningkatan dari tahun 2004 (t0) sampai tahun 2009 (t3), tetapi mengalami penurunan pada tahun 2010 (t4).
IV.2. SARAN • Kondisi di 2 stasiun transek permanen masih dalam kategori cukup baik, oleh karena itu diperlukan peran serta lebih aktif lagi dari masyarakat dan personil daerah dalam melindungi terumbu karang. • Kegiatan di darat seperti pembukaan lahan, pengurukan laut di pulau-pulau besar, harus dicegah atau diatur sedemikian rupa sehingga dampaknya ke perairan dapat diminimalkan. • Kegiatan monitoring di lokasi-lokasi COREMAP, seyogyanya mendapat perhatian khusus dari staf CRITC di daerah, dalam hubungannya dengan pemantauan (monitoring) selanjutnya nanti, bila proyek berakhir, sehingga ada kesinambungan ”data” sebagai
28
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
unsur utama pengelolaan terumbu karang secara lestari di daerah masing-masing.
UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada : tim survei CRITC LIPI dan tim CRITC Batam.
29
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
DAFTAR PUSTAKA English, S.; C. Wilkinson and V. Baker, 1997. Survey Manual for Tropical Marine Resources. Second edition. Australian Institute of Marine Science. Townsville: 390 p. Heemstra, P.C and Randall, J.E., 1993. FAO Species Catalogue. Vol. 16. Grouper of the World (Family Serranidae, Sub Family Epinephelidae). Kuiter, R. H., 1992. Tropical Reef-Fishes of the Western Pacific, Indonesia and Adjacent Waters. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Indonesia. Lieske E. & R. Myers, 1994. Reef Fishes of the World. Periplus Edition, Singapore. 400p. Matsuda, A.K.; Amoka, C.; Uyeno, T. and Yoshiro, T., 1984. The Fishes of the Japanese Archipelago. Tokai University Press. Randall, J.E and Heemstra, P.C. 1991. Indo-Pacific Fishes. Revision of Indo-Pacific Grouper (Perciformes: Serranidae: Epinepheliae), With Description of Five New Species. Walpole, R.E., 1982. Pengantar Statistika. Ed ke-3, Sumantri B., penerjemah; Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan rd dari: Introduction to Statistics 3 edition. 551 p.
30
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
LAMPIRAN Lampiran 1. Posisi stasiun transek permanen di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam.
Lokasi
P. Abang (P. Abang Besar dan P. Abang Kecil)
P. Petong
P. Pengelap dan P. Dedap
Stasiun
Posisi Longitude (BT)
Latitude (LU)
BTML01
104 13,27’
00 32,14’
BTML02
1040 14,42’
00 32,48’
BTML03
1040 11,36’
00 33,25’
BTML04
1040 10,58’
00 35,10’
BTML05
1040 12,12’
00 36,27’
BTML06
1040 13,45’
00 34,91’
BTML07
1040 06,10’
00 37,78’
BTML08
1040 04,76’
00 38,71’
BTML09
1040 04,78’
00 37,05’
BTML10
1040 17,54’
00 30,84’
BTML11
1040 15,82’
00 29,63’
BTML12
1040 17,03’
00 30,49’
31
0
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
Lampiran 2. Jenis-jenis karang batu yang ditemukan di stasiun transek permanen di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010. BTML
SUKU / JENIS I
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
-
-
ACROPORIDAE 1
Acropora brueggemanni
-
-
-
+
-
-
-
+
-
-
2
Acropora divaricata
-
+
-
-
-
+
-
-
-
-
-
3
Acropora formosa
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
4
Acropora pulchra
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
+
5
Acropora sp.
+
+
+
-
-
-
-
-
-
-
+
+
6
Anacropora latistella
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
7
Astreopora gracilis
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
8
Astreopora occelata Montipora aequituberculata
-
-
-
+
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
10
Montipora danae
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
11
Montipora foliosa
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12
Montipora hirsuta
-
-
-
+
-
+
+
-
-
-
-
-
13
Montipora hoffmeisteri
+
-
+
-
-
-
-
-
-
-
+
+
14
Montipora incrassata
-
-
-
+
+
-
-
+
+
-
-
-
15
Montipora informis
+
-
+
+
-
+
-
-
-
-
+
-
16
Montipora lobata
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
17
Montipora monastrea
-
-
-
+
+
+
+
+
+
-
-
-
18
Montipora sp.
+
-
-
+
-
+
+
+
+
-
+
-
19
Montipora tuberculosa
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
20
Montipora turgescens
-
-
-
-
-
-
-
+
+
-
-
-
21
Montipora undata
+
+
+
-
-
-
-
-
-
-
+
+
22
Montipora verrucosa
-
-
+
-
+
+
+
+
+
-
-
-
9
II
AGARICIIDAE 23
Coeloseris mayeri
-
-
-
-
-
-
-
+
+
-
-
-
24
Leptoseris scabra
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
25
Leptoseris sp.
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
26
Pachyseris rugosa
-
-
-
-
+
-
+
-
-
-
-
-
27
Pachyseris speciosa
-
-
-
-
+
+
-
-
-
-
-
-
28
Pavona cactus
-
-
-
+
-
+
-
+
+
-
-
-
29
Pavona decussata
+
-
-
+
-
-
+
-
+
-
-
-
30
Pavona frondifera
-
-
-
+
+
+
+
-
+
-
-
-
31
Pavona sp.
-
+
-
-
-
+
-
-
-
+
-
-
32
Pavona varians
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
III 33
DENDROPHYLLIIDAE Tubastrea sp.
32
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
34
Turbinaria frondens
-
-
-
-
-
-
-
+
+
-
-
-
35
Turbinaria mesenterina
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
36
Turbinaria sp.
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
IV
EUPHYLLIDAE
37
Physogyra lichtensteini
-
-
-
+
-
-
+
-
-
-
-
-
38
Plerogyra sinuosa
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
39
Plerogyra sp.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
+
V
FAVIIDAE 40
Barabattoia amicorum
-
-
-
-
-
+
-
-
+
-
-
-
41
Calaustrea sp.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
42
Calaustrea tumida
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
43
-
-
-
+
+
+
+
+
-
-
-
-
44
Cyphastrea chalcidicum Cyphastrea microphthalma
-
+
-
-
-
-
-
+
+
-
-
+
45
Cyphastrea seraillia
-
-
-
+
-
-
-
-
+
-
-
-
46
Diploastrea heliopora
-
-
+
-
-
+
-
-
-
-
-
-
47
Echinopora lamellosa
-
+
-
-
-
-
+
+
+
-
+
-
48
Favia favus
-
-
-
-
-
+
-
+
+
-
-
-
49
Favia matthaii
-
-
-
+
+
-
+
+
+
-
-
-
50
Favia pallida
-
-
-
+
-
-
+
+
+
-
-
-
51
Favia repanda
-
-
-
-
+
+
+
-
-
-
-
-
52
Favia rotumana
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
53
Favia rotundata
-
-
-
-
+
-
+
+
-
-
-
-
54
Favia sp.
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
55
Favia speciosa
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
56
Favia stelligera
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
57
Favites abdita
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
58
Favites chinensis
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
59
Favites complanata
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
60
Favites halicora
-
-
+
-
+
-
-
-
-
-
-
-
61
Favites sp.
+
-
+
-
-
-
-
-
-
-
+
+
62
Goniastrea edwardsi
-
-
-
-
+
-
+
-
+
-
-
-
63
Goniastrea pectinata
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
64
Goniastrea retiformis
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
65
Goniastrea sp.
+
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
66
Leptastrea pruinosa
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
67
Leptastrea purpurea
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
68
Montastrea annuligera
-
-
-
+
+
-
+
+
-
-
-
-
69
Montastrea curta
-
-
-
+
-
+
-
-
-
-
-
-
70
Oulophyllia bennettae
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
71
Platygyra lamellina
-
-
-
+
+
-
-
+
-
-
-
-
72
Platygyra pini
-
-
-
-
+
-
-
+
+
-
-
-
73
Platygyra sp.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
+
-
33
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
VI
FUNGIIDAE
74
Ctenactis echinata
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
75
Fungia concinna
-
-
-
-
+
+
+
+
+
-
-
-
76
Fungia fungites
-
-
-
-
+
+
+
-
+
-
-
-
77
Fungia horrida
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
78
Fungia mollucensis
-
-
-
+
+
+
-
-
+
-
-
-
79
Fungia paumotensis
-
-
-
-
+
+
-
-
-
-
-
-
80
Fungia scutaria
-
-
-
-
+
+
-
-
-
-
-
-
81
Fungia sp.
+
+
+
-
-
+
-
-
-
+
+
+
82
Heliofungia actiniformis
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
83
Herpolitha limax
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
84
Herpolitha weberi
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
85
Podabacea crustacea
+
+
-
+
+
-
-
-
-
+
-
+
86
Sandalolitha robusta
-
-
-
-
-
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
VII 87 VIII
HELIOPORIDAE Heliopora coerulea MERULINIDAE
88
Hydnophora rigida
89
Hydnopora rigida
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
90
Merulina ampliata
+
+
+
-
+
+
-
-
-
-
-
-
91
Merulina informis
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
92
Merulina scabricula
-
-
-
-
+
+
+
+
-
-
-
-
93
Millepora exesa
-
-
-
+
-
+
-
-
-
-
-
-
94
Millepora turgescens
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
IX
MUSSIDAE
95
Acanthastrea hillae
+
-
-
96
Acanthastrea sp.
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
97
Lobophyllia corymbosa
-
-
-
+
+
-
-
-
-
-
-
-
98
Lobophyllia hemprichii
-
-
+
+
+
-
+
+
-
-
-
-
99
Lobophyllia pachysepta
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
100
Symphyllia agaricia
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
101
Symphyllia radians
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
102
Symphyllia recta
-
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
103
Symphyllia sp.
+
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
+
X
OCULINIDAE
104
Galaxea astreata
+
-
-
-
+
+
+
-
+
-
+
+
105
Galaxea fascicularis
-
-
-
+
-
-
+
+
+
-
-
-
106
Echinophyllia aspera
-
-
-
+
+
-
+
-
-
-
-
-
107
Mycedium elephantotus
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
108
Oxypora lacera
-
-
-
+
+
+
+
+
+
-
-
-
34
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
109
Pectinia alcicornis
-
-
-
+
+
+
+
+
+
-
-
-
110
Pectinia lactuca
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
111
Pectinia paeonia
+
-
+
+
+
+
+
-
+
+
-
-
112
Pectinia sp.
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
113
Pectinia teres
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
XI
POCILLOPORIDAE
114
Pocillopora damicornis
-
-
-
-
+
+
-
-
-
-
-
-
115
Stylophora subseriata
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
XII
PORITIDAE
116
Goniopora columna
-
-
-
-
+
-
+
-
-
+
-
+
117
Goniopora lobata
-
-
-
-
+
+
-
-
-
-
-
-
118
Goniopora minor
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
119
Goniopora sp.
-
+
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
120
Porites cylindrica
-
+
-
+
-
+
+
+
-
-
-
-
121
Porites lichen
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
122
Porites lobata
+
+
+
+
-
+
+
+
+
-
+
+
123
Porites lutea
-
-
-
+
+
-
+
+
+
-
+
-
124
Porites nigrescens
-
+
-
-
-
-
+
-
-
-
+
+
125
Porites rus
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
-
XIII
SIDERASTREIDAE
126
Coscinaraea columna
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
127
Coscinaraea sp.
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
128
Psammocora contigua
-
-
-
+
-
-
-
-
+
-
-
-
129
Psammocora digitata Psammocora superficialis Pseudosiderastrea tayami
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
130 131
Jumlah jenis
-
-
-
-
+
-
-
-
+
-
21
24
25
40
42
41
39
33
39
9
35
-
-
22
17
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
Lampiran 3. Kelimpahan biota megabentos pada stasiun transek permanen di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010. Kategori
01
02
03
04
05
Acanthaster planci
0
0
0
0
0
CMR
49
691
68
116
Diadema setosum
99
84
169
Drupella sp.
0
0
Large Giant Clam
0
Small Giant Clam
BTML 06
07
08
09
10
11
12
0
0
0
0
0
0
0
280
264
152
153
79
314
74
1464
264
53
203
107
130
118
37
2456
147
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Large Holoturian
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Small Holoturian
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Lobster
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Pencil Sea Urchin
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Trochus sp.
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
36
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
Lampiran 4. Jenis-jenis ikan karang yang ditemukan di stasiun transek permanen di perairan Pulau Abang dan sekitarnya, Kota Batam, 2010.
No. I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 II
SUKU / JENIS APOGONIDAE Apogon chrysopomus Apogon compressus Apogon cyanosoma Apogon parvulus Apogon sealei Apogon sp Archamia biguttata Archamia goni Cheilodipterus artus Cheilodipterus quenquelineatus
01
02
03
04
05
BTML 06 07
08
09
10
11
10
+ + + +
+ + + +
+ +
+
+ + + +
+ + + + + -
+ + + + +
+ +
+ +
+ + + + +
+ + + + + +
+ + + + +
Major Major Major Major Major Major Major Major Major Major
Kategori
BLENNIIDAE 11
Meiacanthus grammistes
-
-
-
+
+
-
-
+
-
-
-
+
Major
12 13
CAESIONIDAE Caesio cuning Caesio teres
-
+
+
-
-
+ +
+ +
+
+ +
+
+
-
Target Target
III
CENTRISCIDAE
IV 14
Aeoliscus strigatus
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
+
Major
15
CENTROPOMIDAE Psammoperca vaigiensis
-
-
+
-
+
-
+
-
-
-
-
-
Target
V
37
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
VI 16 17
CHAETODONTIDAE Chaetodon octofasciatus Chelmon rostratus
+ +
+ -
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
Indikator Indikator
18
HAEMULIDAE Plectorhinchus chaetodonoides
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Target
VIII 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
LABRIDAE Cheilinus fasciatus Choerodon anchorago Choerodon fasciatus Choerodon oligacanthus Diproctacanthus xanthurus Halichoeres argus Halichoeres chloropterus Halichoeres leucura Halichoeres melanurus Halichoeres nigrescens Halichoeres richmondi Halichoeres scapularis Halichoeres solorensis Halichoeres sp. Hemigymnus fasciatus Hemigymnus melapterus Thalassoma lunare
+ + + + + -
+ + + + -
+ + + + -
+ + + + + -
+ + + + -
+ + + + + + -
+ + + + + + + -
+ + + + + -
+ + + + + -
+ + + + + +
+ + + + + + + + + + + -
+ + + + + + -
Target Major Major Major Major Major Major Major Major Major Major Major Major Major Major Major Major
IX 36
LETHRINIDAE Lethrinus harak
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
+
-
Target
37
LUTJANIDAE Lutjanus carponotatus
+
+
+
-
+
+
+
-
-
+
+
+
Target
VII
X
38
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
38 39
Lutjanus fulviflamma Lutjanus lutjanus
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
+ -
-
Target Target
40
MONACANTHIDAE Monacanthus sp
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
Major
41
MULLIDAE Upeneus tragula
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
Major
XIII 42 43 44 45 46
NEMIPTERIDAE Pentapodus bifasciatus Pentapodus trivittatus Scolopsis bilineatus Scolopsis ciliatus Scolopsis margaritifer
-
-
+ -
+ +
+ + -
+ -
+ -
+ +
+ + -
+
+ + +
+ + + +
Target Target Target Target Target
XIV 47
PINGUIPEDIDAE Parapercis hexopthalma
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
Major
XV 48 49
POMACENTHIDAE Chaetodontoplus mesoleucus Pomacanthus sexstriatus
+ -
+ -
+ -
+ -
+ +
+ +
+ +
+ -
+ +
+ -
+ -
+ -
Major Major
XVI 50 51 52 53 54 55 56
POMACENTRIDAE Abudefduf bengalensis Abudefduf septemfasciatus Abudefduf sexfasciatus Abudefduf vaigiensis Amblglyphidodon curacao Amphiprion frenatus Amphiprion ocellaris
+ -
+ -
+ +
+ -
-
+ -
+ + +
+
+ +
+ + + + + +
+ + +
+ + + +
Major Major Major Major Major Major Major
XI
XII
39
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 XVII 80 81 82 83 84 85
Chromis elerae Chromis fumea Chrysiptera brownriggi Chrysiptera retrofasciata Dischistodus melanotus Dischistodus perspicilatus Dischistodus prosopotaenia Hemiglyphidodon plagiometopon Neoglyphidodon nigroris Neopomacentrus anabatoides Neopomacentrus azysron Neopomacentrus bankieri Neopomacentrus cyanomos Neopomacentrus filamentosus Plectroglyphidodon lacrymatus Pomacentrus alexanderae Pomacentrus brachialis Pomacentrus chrysurus Pomacentrus moluccensis Pomacentrus nagasakiensis Pomacentrus simsiang Pomacentrus sp. Pomacentrus taeniometopon
+ + + + + + + + + + + + + -
+ + + + + +
+ + + + + + -
+ + + + + + + + + -
+ + + + + + + + + + -
+ + + + + + + + + + + -
+ + + + + + + + + + + -
+ + + + + + + -
+ + + + + + + + + + + -
+ + + + + + + + + -
+ + + + + + + + + + + + ++ -
+ + + + + + + + -
Major Major Major Major Major Major Major Major Major Major Major Major Major Major Target Major Major Major Major Major Major Major Major
SCARIDAE Scarus ghobban Scarus niger Scarus perspicillatus Scarus prasiognathus Scarus rivulatus Scarus sordidus
-
-
+ + + -
-
+
-
-
-
-
+ + + -
+ + -
-
Target Target Target Target Target Target
40
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
XVIII 86 87 88
SERRANIDAE Cephalopholis argus Cephalopholis boenak Diploprion bifasciatum
+ -
+ -
+ -
+ -
+ + -
+ -
+ -
-
+ +
+ -
+ + -
+ -
Target Target Major
XIX 89 90 91
SIGANIDAE Siganus guttatus Siganus lineatus Siganus virgatus
-
-
-
-
+
-
+ + -
-
-
-
+ +
-
Target Target Target
XX 92 93
SPHYRAENIDAE Sphyraena flavicauda Sphyraena jello
+
-
-
+
+
+
-
-
-
+ +
-
-
Major Major
XXI 94
SYNODONTIDAE Synodus sp.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
Major
Jumlah jenis
30
20
25
24
32
34
39
23
30
40
51
34
41
Monitorin kesehatan terumbu karang P. Abang, Batam
42