Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis
MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KABUPATEN LINGGA TAHUN 2007 Disusun oleh :
TIM CRITC COREMAP II—LIPI
TIM STUDI MONITORING EKOLOGI KABUPATEN LINGGA
K O O R D IN A T OR T I M P E N E L I T IA N : ANNA MANUPUTTY
PELAKSANA
PENELITIAN
SUYARSO AGUS BUDIYANTO RIO HARYANTO R I K O H M. S I R IN G OR I N G O J O H A N P IC A S OU W YAHMANTORO D J U WA R IA H
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................ i KATA PENGANTAR ......................................ii RINGKASAN EKSEKUTIF ..............................1 BAB
I. PENDAHULUAN ...............................6
BAB II. METODE PENELITIAN ......................9 BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............15 BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ..............39 DAFTAR PUSTAKA.. ....................................41 LAMPIRAN................... ...............................42
i
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah memberikan karunia berupa wilayah perairan laut Indonesia yang sangat luas dan keanekaragaman hayatinya yang dapat dimanfaatkan baik untuk kemakmuran rakyat maupun untuk objek penelitian ilmiah. Sebagai mana diketahui, COREMAP yang telah direncanakan berlangsung selama 15 tahun yang terbagi dalam 3 Fase, kini telah memasuki Fase kedua. Pada Fase ini telah dilakukan pengamatan baseline ekologi maupun pemantauannya yang pendanaannya dibiayai oleh ADB (Asian Development Bank). Adapun lokasi-lokasi tersebut adalah : Mentawai, Nias, Nias Selatan, Tapanuli Tengah, Batam, Natuna, Lingga dan Bintan. Pada tahun 2004 dan 2006 telah dilakukan studi baseline di delapan lokasi tersebut. Untuk mengetahui kondisi karang terkini maka pada tahun 2007 ini dilakukan monitoring. Kegiatan monitoring ini bertujuan untuk mengetahui kondisi karang di lokasi tersebut apakah membaik atau tidak. Hasil monitoring dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi program COREMAP. Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan penelitian lapangan dan analisa datanya, sehingga buku tentang monitoring kesehatan karang ini dapat tersusun. Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Jakarta, Desember 2007 Direktur CRITC-COREMAP II - LIPI
Prof.Dr.Ir.Kurnaen Sumadiharga, M.Sc
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF A. P ENDAHULUAN Kabupaten Lingga merupakan salah satu Kabupaten yang baru terbentuk setelah adanya pemekaran wilayah di Provinsi Kepulauan Riau. Tadinya daerah ini merupakan salah satu kecamatan dari Kabupaten Kepulauan Riau yang sekarang sudah menjadi Provinsi Daerah Tingkat I. Pembentukan Kabupaten Lingga berdasarkan Keputusan DPRD Provinsi Riau Nomor : 08 / KPTS / DPRD / 2002 tanggal 30 Juli 2002 dan meninjau kembali keputusan DPRD Kabupaten Kepulauan Riau Nomor : 14 / KPTS / DPRD / 1999 tanggal 24 Juni 1999 dan menjadikan kabupaten baru ini sebagai daerah otonom. Secara geografi wilayah Kabupaten Lingga terletak antara 0 o 00’ – 1 o 00’ Lintang Selatan dan 103 o 30’ – 105 o 00’ Bujur Timur, dengan luas wilayah ± 211,772 km 2 . Ada 5 (lima) kecamatan di kabupaten ini yaitu Kecamatan Singkep, Kecamatan Singkep Barat, Kecamatan Lingga, Kecamatan Lingga Utara, dan Kecamatan Senayang. Wilayah kabupaten ini terdiri dari 377 pulau besar dan kecil. Tidak kurang dari 94 di antaranya sudah dihuni, sedangkan sisanya 283 pulau belum berpenghuni. Wilayah kabupaten yang terdiri dari pulau-pulau ini, luas perairannya 241,898,28 km 2 , lebih luas dari daratan. Dengan luasan tersebut, sudah barang tentu penduduk menggantungkan hidupnya dari hasil laut. Hasil utama dalam bidang perikanan yang memiliki nilai ekonomis penting salah satunya ialah ikan ekor kuning (Caesio cuning). Jenis ikan ini diekspor langsung ke Singapura baik dalam keadaan hidup maupun dalam bentuk daging (fillet). Ikan ini langsung ditangkap dari laut maupun dipelihara dalam keramba apung.
1
Kegiatan survei “baseline” ekologi terumbu karang untuk memperoleh data dasar (t-0), telah dilakukan pada tahun 2006 di Kabupaten Lingga, tepatnya di beberapa lokasi di Kecamatan Lingga Utara dan di beberapa pulau yang masuk dalam Kecamatan Senayang. Lokasi penelitian meliputi perairan pesisir Kecamatan Lingga Utara dan beberapa pulau-pulau di Kecamatan Senayang, di sebelah timur laut Pulau Lingga, yaitu perairan Limbung dan Sekanah dengan pulau-pulau di sekitarnya seperti P. Penaah, P. Kongka Besar, P. Kongka Kecil, P. Ileuh, P. Alut, P. Bulu dan P. Gaja. Untuk memudahkan pemantauan ditahun selanjutnya, dibuat transek permanen (8 stasiun). Substansi yang diamati terutama karang, biota megabentos dan ikan karang. Kemudian pada tahun 2007, telah dilakukan pemantauan kondisi terumbu karang di lokasi tersebut (Reef Health Monitoring atau RHM). Metode yang dipakai ialah metoda transek garis “Line Intercept Transect” (LIT), untuk karang dan biota bentik lainnya di lokasi transek permanen. Sebelum dilakukan transek, perlu disiapkan peta dasar sebaran terumbu karang di lokasi tersebut , hasil kegiatan baseline di tahun sebelumnya. Tujuan pemantauan ialah untuk memperoleh data tutupan karang, kelimpahan biota megabentos dan ikan karang pada waktu tertentu (t-1), di lokasi transek permanen, melihat apakah terjadi perubahan di dalam ekosistem, peningkatan atau penurunan persentase tutupan karang, kelimpahan biota megabentos ataupun juga kelimpahan ikan karang.
B. H ASIL d an 2
Data yang diperoleh di Kecamatan Lingga Utara Keca matan Sena yang, Kabupa ten Ling ga,
kemudian dilakukan analisa . Hasilnya adalah sebagai berikut : •
Transek garis (LIT) dilakukan di lokasi-lokasi transek permanen yang mewakili pulau-pulau kecil dan daratan P. Lingga bagian utara, dan dilakukan di 8 titik. Satu stasiun (SNL 702) tidak dilakukan transek karang, hanya pengamatan megabentos dan ikan secara sepintas, karena dasar perairan tertutup lumpur.
•
Kondisi karang di lokasi-lokasi transek cukup baik dimana persentase tutupan karang hidup berkisar antara 45,47 – 70,90 %. Persentase tutupan tertinggi dicatat di Pulau Buli, di Selat Dasi, dan terendah di daerah Duara (Limbung).
•
Dari hasil pemantauan tahun 2007, tampak jelas adanya perubahan yang terjadi di stasiun SNL 702, di mana area transek tertutup lumpur. Dengan demikian sangat berpengaruh terhadap rata-rata persentase tutupan biota bentik di lokasi pengamatan secara keseluruhan. Secara visual persentase tutupan karang di stasiun SNL 009 dan SNL 10 mengalami sedikit kenaikan. Namun dengan uji statistik disimpulkan tidak ada kenaikan persentase tutupan karang, bahkan secara keseluruhan terjadi penurunan.
•
Kelimpahan megabentos didominasi oleh 2 kelompok biota yaitu “mushroom coral” yaitu karang jamur yang terdiri dari Fungia spp. dan juga kelompok bulu babi (Diadema setosum). Kelimpahan tertinggi untuk kedua kelompok ini dicatat di lokasi SNL 0291 yaitu di Pulau Ileuh.
•
Karang jamur dicatat 10643 individu/ha, kemudian di stasiun 009, 8786 individu/ ha, SNL 010 5143 individu/ ha dan di lokasi bervariasi antara 1143 – 2214 individu/ha. 3
•
Untuk bulu babi, jumlah tertinggi di P. Ileuh (5357 individu/ha) kemudian di SNL 705, 5286 individu/ ha. Di lokasi lain jumlahnya bervariasi antara 643 – 2214 individu/ha. Untuk biota lain seperti teripang (Holothuria sp.), hanya ditemukan di P. Ileuh yaitu 143 individu/ ha. Kima ukuran kecil ditemukan di SNL 009 dan SNL 705 masingmasing hanya143 individu per/ha.
•
Dari hasil ”Underwater Fish Visual Census” (UVC) yang dilakukan di 8 stasiun transek permanen di perairan Lingga Utara dicatat jenis Neopomacentrus filamentosus merupakan jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan tertinggi pada setiap transek permanen di 8 lokasi pengamatan dengan jumlah individu sebesar 857 individu/ha kemudian diikuti oleh Apogon aureus (441 individu/ ha) dan Apogon quenquelineata (433 individu/ha).
•
Kelimpahan beberapa jenis ikan ekonomis penting yang diperoleh dari UVC di lokasi transek permanen seperti ikan kakap (termasuk kedalam suku Lutjanidae) yaitu 433 individu/ha, ikan kerapu (termasuk dalam suku Serranidae) 135/ha individu, ikan ekor kuning (termasuk dalam suku Caesionidae) yaitu 367 individu/ha.
•
Ikan kepe-kepe (Butterfly fish; suku Chaetodontidae) yang merupakan ikan indikator untuk menilai kesehatan terumbu karang memiliki kelimpahan 804 individu/ha.
C. S ARAN •
4
Kegiatan studi baseline dan monitoring di perairan Lingga Utara sudah mencakup beberapa titik pengamatan yang mewakili desa-desa yang ditentukan oleh pihak penyandang dana ADB. Ditahun sebelumnya pada Fase I, telah dilakukan studi
seperti ini di sekitar Senayang-Lingga. Ada beberapa titik pengamatan yang lama termasuk dalam pengamatan kali ini. Untuk pengamatan mendatang perlu dilakukan pengamatan tambahan di titik yang lama, dengan mempertimbangkan faktor waktu, sehingga data yang diperoleh lebih baik dan dapat menggambarkan tendensi kondisi terumbu karang dari waktu ke waktu (time seris). •
Secara geografi wilayah Kabupaten Lingga terletak antara 0 o 00’ – 1 o 00’ Lintang Selatan dan 103 o 30’ – 105 o 00’ Bujur Timur, dengan luas wilayah ± 211,772 km 2 . Ada 5 (lima) kecamatan di Kabupaten ini yaitu Kecamatan Singkep, Kecamatan Singkep Barat, Kecamatan Lingga, Kecamatan Lingga Utara, dan Kecamatan Senayang. Wilayah kabupaten ini terdiri dari 377 pulau besar dan kecil. Tidak kurang dari 94 di antaranya sudah dihuni, sedangkan sisanya 283 pulau belum berpenghuni.
•
Wilayah kabupaten yang terdiri dari pulau-pulau ini, luas perairannya 241,898,28 km 2 , lebih luas dari daratan. Dengan luasan tersebut, sudah barang tentu penduduk menggantungkan hidupnya dari hasil laut. Hasil utama dalam bidang perikanan yang memiliki nilai ekonomis penting salah satunya ialah ikan ekor kuning (Caesio cuning). Jenis ikan ini di ekspor langsung ke Singapura baik dalam keadaan hidup maupun dalam bentuk daging segar (fillet). Ikan ini langsung ditangkap dari laut maupun dari yang dipelihara dalam keramba apung.
5
BAB I. PENDAHULUAN A. L AT AR B ELAKANG Pada COREMAP Fase I kegiatan baseline di daerah ini, dalam hal ini di Kecamatan SenayangLingga, sudah banyak dilakukan baik oleh CRITIC daerah Riau (Provinsi Riau maupun Kabupaten Kepulauan Riau pada saat itu), maupun oleh CRITC Pusat. Data yang ada dihimpun dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2001. Pada tahun 2004 kegiatan baseline di Provinsi Kepulauan Riau sudah dilakukan oleh CRITC pusat, tetapi lokasinya berbeda. Untuk Fase II kegiatan ini baru dilakukan pada tahun 2006 seiring dengan pemekaran wilayah di Kabupaten Kepulauan Riau. Dengan berjalannya waktu, tidak menutup kemungkinan telah terjadi perubahan di perairan Senayang Lingga dan sekitarnya. Hasil pengamatan baseline perlu dibandingkan dengan pemantauan di tahun-tahun berikutnya untuk memperoleh data yang lebih baru. Dengan demikian perlu dilakukan pemantauan di lokasi transek permanen, dan kegiatan ini telah dilakukan pada tahun 2007. Lokasi di perairan Kecamatan Lingga Utara ini adalah lokasi baru, yang merupakan lokasi tambahan untuk COREMAP Fase II dari pihak penyandang dana ADB (Asian Development Bank).
I.2. Tujuan Penelitian Tujuan dari monitoring ekologi terumbu karang di daerah Lingga Utara ialah untuk melihat kondisi terumbu karang setahun sesudah kegiatan baseline di pesisir dan di beberapa pulau di perairan Lingga Utara dan Senayang yaitu data persentase 6
tutupan karang, kelimpahan biota megabentos dan ikan karang. Juga untuk melihat ada tidaknya, perubahan pada kondisi terumbu karang serta biota yang hidup di dalamnya, apakah itu perubahan yang positif ataupun perubahan yang cenderung menurun dalam hal persentase tutupan karang , kelimpahan biota megabentos, maupun kelimpahan ikan karang di lokasi transek. I.3. Ruang Lingkup Penelitian Pengamatan ekologi terumbu karang untuk p en ga m b i l a n data dasar (t-0) di perairan Kabupaten Lingga telah dilakukan pada tahun 2006. Penelitian “baseline” di terumbu karang di lokasi ini melibatkan disiplin ilmu utama yaitu ek osis te m karan g da n ika n k ara ng , b i ot a megabentos, juga mangrove dan dibantu oleh bidang SIG (Sistem Informasi Geografi) untuk penyediaan peta dasar dan peta tematik. Kegiatan pemantauan kali ini (tahun 2007) dilakukan di lokasi transek permanen yang sama, data hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel, grafik maupun peta tematik. Beberapa tahapan yang dilakukan pada waktu penelitian, guna kelancaran kegiatan ini meliputi : Tahap persiapan, meliputi kegiatan administrasi, koordinasi dengan tim penelitian baik yang berada di Jakarta maupun di daerah setempat, pengadaan dan mobilitas peralatan penelitian serta perancangan penelitian untuk memperlancar pelaksanaan survei di lapangan. Selain itu, dalam tahapan ini juga dilakukan persiapan penyediaan peta dasar untuk lokasi penelitian yang akan dilakukan. Tahap pengumpulan data, yang dilakukan langsung di lapangan yang meliputi data 7
tentang terumbu karang, ikan karang dan beberapa megabentos yang memiliki nilai ekonomis penting dan bisa dijadikan indikator kesehatan terumbu karang. Tahap analisa data, yang meliputi verifikasi data lapangan dan pengolahan data sehingga data lapangan bisa disajikan dengan lebih informatif. Tahap pelaporan, yang meliputi pembuatan laporan sementara dan laporan akhir.
8
BAB II. METODE PENELITIAN II.1. L OKASI
PENELITIAN
Lokasi penelitian meliputi perairan pesisir Kecamatan Lingga Utara dan beberapa pulau-pulau di Kecamatan Senayang, di sebelah timur laut Pulau Lingga, yaitu perairan Limbung dan Sekanah dengan pulau-pulau di sekitarnya seperti P. Penaah, P. Kongka Besar, P. Kongka Kecil, P. Ileuh, P. Alut, P. Bulu dan P. Gaja (Gambar 1).
Gambar 1.
Peta lokasi pengamatan studi monitoring terumbu karang di perairan Lingga Utara, Kabupaten Lingga.
Untuk mempermudah pengamatan, lokasi pengamatan dibagi menjadi dua bagian. Daerah di sebelah timur laut Pulau Lingga yaitu daerah Limbung 9
dengan pulau-pulau kecil disekitarnya, dan Sekanah di sebelah utara yang berhadapan Kecamatan Senayang, dengan pulau-pulau sekitarnya. Hasil pengamatan berupa peta juga ditampilkan menurut pembagian ini.
daerah dengan kecil di tematik
II.2. W AKT U P ENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan April selama 12 hari kerja.
2007
II.3. P ELAKSANA P ENELITIAN Pelaksana penelitian terdiri dari peneliti dan pembantu peneliti dari bidang studi: ekologi karang, ikan karang, SIGdan statistika.
II.4. M ETO DA P ENARIKAN S AMPEL
DAN
A NALISA D AT A
Penelitian monitoring terumbu karang ini melibatkan beberapa kelompok penelitian dan dibantu oleh personil untuk dokumentasi. Metoda penarikan sampel dan analisa data yang digunakan oleh masingmasing kelompok penelitian tersebut, karang dengan metoda ”Line Intercept Transect” (LIT) , biota megabentos dengan ”reef check” dan ikan karang dengan metoda UVC (Underwater Visual Census). Untuk jelasnya metoda pemantauan diuraikan berdasarkan masing-masing substansi.
10
SIG (Sistem Informasi Geografis) Dalam penelitian ini, sebelum dilakukan penarikan sampel, pertama-tama disiapkan peta lokasi studi baseline yang menampilkan posisi transek permanen. Juga tabel posisi transek permanen untuk pencocokan posisi di lapangan nanti. II.4.2. Karang Pemantauan dilakukan di stasiun penelitian yang sudah dipasang transek permanen di kedalaman antara 3-5 m. Pada lokasi transek permanen, data diambil dengan menggunakan metode ”Line Intercept Transect” (LIT) mengikuti English et al., (1997), dengan beberapa modifikasi. Panjang garis transek 10 m dan diulang 3 kali. Teknis pelaksanaan di lapangannya yaitu seorang penyelam meletakkan pita berukuran panjang 70 m sejajar garis pantai dimana posisi pantai ada di sebelah kiri penyelam. Kemudian LIT ditentukan pada garis transek 0-10 m, 30-40 m dan 60-70 m. Semua biota dan substrat yang berada tepat di garis tersebut dicatat dengan ketelitian hingga centimeter. Dari data hasil LIT tersebut bisa dihitung nilai persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substrat yang berada di bawah garis transek. II.4.3. Megabentos Untuk mengetahui kelimpahan beberapa megabentos, terutama yang memiliki nilai ekonomis penting dan berperan langsung di dalam ekosistem, dapat dijadikan sebagai indikator dari kesehatan terumbu karang, maka dilakukan metoda “Reef Check” pada semua stasiun transek permanen. Semua biota tersebut yang berada 1 m di sebelah kiri dan kanan pita berukuran 70 m tadi dihitung jumlahnya, sehingga 11
luas bidang yang teramati per transeknya yaitu (2 x 70) = 140 m 2 . Adapun biota megabentos yang dicatat jenis dan jumlah individunya sepanjang garis transek terdiri dari : Lobster (udang karang, udang barong) ”Banded coral shrimp” (udang karang kecil yang hidup di sela cabang karang Acropora spp, Pocillopora spp. atau Seriatopora spp.) Acanthaster planci (bintang bulu seribu) Diadema setosum (bulu babi hitam) “Pencil sea urchin” (bulu babi seperti pensil) “Large Holothurian” (teripang ukuran besar) “Small Holothurian” (teripang ukuran kecil) “Large Giant Clam” (kima ukuran besar) “Small Giant Clam” (kima ukuran kecil) Trochus niloticus (lola) Drupella sp. ( sejenis Gastropoda / keong yang hidup di atas atau di sela-sela karang terutama karang bercabang) “Mushroom coral’ (karang jamur, Fungia spp.) II.4.4. Ikan Karang Pada setiap titik transek permanen, metode yang digunakan yaitu metode ”Underwater Visual Census” (UVC), dimana ikan-ikan yang ada pada jarak 2,5 m di sebelah kiri dan sebelah kanan garis transek 12
sepanjang 70 m dicatat jumlah jenis dan jumlah individunya. Luas bidang yang teramati per transeknya yaitu (5 x 70 ) = 350 m 2 . Identifikasi jenis ikan karang mengacu kepada Matsuda (1984), Kuiter (1992) dan Lieske dan Myers (1994). Khusus untuk ikan kerapu (grouper) digunakan acuan dari Randall and Heemstra (1991) dan FAO Species Catalogue Heemstra dan Randall (1993). Sama halnya seperti pada karang, nilai indek keanekaragaman Shannon (Shannon diversity index = H’) (Shannon, 1948 ; Zar, 1996) dan indeks kemerataan Pielou (Pielou’s evenness index = J’) (Pielou, 1966 ; Zar, 1996) juga dipakai untuk jenis ikan karang di masing-masing stasiun transek permanen dari hasil UVC. Selain itu juga dihitung kelimpahan jenis ikan karang dalam satuan unit individu/ha. Dari data kelimpahan tiap jenis ikan karang yang ditemukan di-masing-masing stasiun transek permanen dilakukan analisa pengelompokan (Cluster analysis) dan Multi Dimensional Scaling (MDS) (Warwick and Clarke, 2001). Jenis ikan yang didata dikelompokkan ke dalam 3 kelompok utama (English, et al., 1997), yaitu : II.4.4.1. Ikan-ikan target, yaitu ikan ekonomis penting dan biasa ditangkap untuk konsumsi. Biasanya ikan-ikan ini menjadikan terumbu karang sebagai tempat pemijahan dan sarang/daerah asuhan. Ikan-ikan target ini diwakili oleh suku (famili) Serranidae (ikan kerapu), Lutjanidae (ikan kakap), Lethrinidae (ikan lencam), Nemipteridae (ikan kurisi), Caesionidae (ikan ekor kuning), Siganidae (ikan baronang), Haemulidae (ikan bibir tebal), Scaridae (ikan kakak tua) dan Acanthuridae (ikan pakol);
13
II.4.4.2. Ikan-ikan indikator, yaitu jenis ikan karang yang khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan ekosistem daerah tersebut.. Ikan-ikan indikator diwakili oleh suku Chaetodontidae (ikan kepe-kepe); II.4.4.3. Ikan-ikan major, merupakan jenis ikan berukuran kecil, umumnya 5-25 cm, dengan karakteristik pewarnaan yang beragam sehingga dikenal sebagai ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah, baik dalam jumlah individu maupun jenisnya, serta cenderung bersifat teritorial. Ikan-ikan ini sepanjang hidupnya berada di terumbu karang, diwakili oleh suku Pomacentridae (ikan betok laut), Apogonidae (ikan serinding), Labridae (ikan sapu-sapu), dan Blenniidae (ikan peniru).
14
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan akan diuraikan berdasarkan metoda yang dilakukan dari masing-masing substansi yang diteliti dan disajikan dalam bentuk grafik, peta tematik maupun dalam bentuk tabel atau lampiran.
III.1. KARANG Untuk pemantauan karang, sampling telah dilakukan dengan metoda LIT di lokasi transek permanen yang tersebar mewakili pulau-pulau kecil maupun pesisir daratan P. Lingga. Dari hasil transek dan koleksi bebas di lokasi pengamatan, diperoleh karang batu 14 suku dengan 111 jenis (Lampiran 2). Hasil selengkapnya diuraikan selanjutnya. III. 1.1. Hasil pengamatan karang dengan metoda LIT Transek garis (LIT) dilakukan di lokasi-lokasi transek permanen yang mewakili pulau-pulau kecil dan daratan P. Lingga bagian utara, dan dilakukan di 8 titik (Gambar 2). Kondisi karang di lokasilokasi transek cukup baik dimana persentase tutupan karang hidup berkisar antara 45,47 – 70,90 %. Persentase tutupan tertinggi dicatat di Pulau Buli, di Selat Dasi, dan terendah di daerah Duara (Limbung). Secara rinci persentase tutupan kategori bentik dan kondisi abiotik diuraikan untuk masing-masing lokasi. Hasil transek disajikan dalam Gambar 4, 5 dan 6.
15
Gambar 2. Lokasi transek permanen di perairan Lingga Utara.
Berikut disajikan hasil pengamatan karang, biota bentik lainya serta kondisi substrat, hasil pengamatan baseline tahun 2006 dan juga hasil monitoring tahun 2007 dalam bentuk histogram (Gambar 3 dan 4).
16
Lingga 2006
Rock
100%
Silt Sand
80%
Rubble
60%
Other Biota Fleshy Seaw eed
40%
Sponge
20%
Soft Coral DC
0%
L7
07
05 SN
L7
02
Lokasi
SN
1
L7
29
SN
L
23
SN
L0 SN
L0
10
Gambar 3.
SN
L0
09 SN
L0 SN
12
DCA Non - Acropora Acropora
Histogram persentase tutupan karang, biota bentik lainnya dan kategori abiotik, tahun 2004 di perairan Lingga Utara.
17
Lingga 2007
100%
Rock Silt
80%
Sand Rubble
60%
Other Biota
40%
Fleshy Seaw eed Sponge
20%
Soft Coral DC
Lokasi
L7 0
7
5 SN
L7 0
70 2
SN
1
SN
L
3
L2 9
SN
L0 2
SN
L0 1
2
0 L0 1
SN
SN
SN
L0 0
9
0%
DCA Non-Acropora Acropora
Gambar 4. Histogram persentase tutupan karang, biota bentik lainnya dan kategori abiotik, hasil monitoring tahun 2007 di perairan Lingga Utara. Dari hasil pemantauan tahun 2007, tampak jelas adanya perubahan yang terjadi di stasiun SNL 702, di mana area transek tertutup lumpur. Dengan demikian sangat berpengaruh terhadap rata-rata persentase tutupan biota bentik di lokasi pengamatan secara keseluruhan. Secara visual persentase tutupan karang di stasiun SNL 009 dan SNL 10 mengalami sedikit kenaikan. Namun dengan uji statistik disimpulkan tidak ada kenaikan persentase tutupan karang, bahkan secara keseluruhan terjadi penurunan. Hasil pengamatan di masing-masing stasiun diuraikan selanjutnya.
18
Stasiun SNL 009 ( P. Kongka Kecil) Perairan sedikit keruh, rataan terumbu agak sempit dilanjutkan dengan lereng terumbu yang landai. Pertumbuhan karang dicatat hanya sampai kedalaman 5 atau 6 meter saja dan selanjutnya dasar perairan terdiri dari pasir halus (silt). Total persentase tutupan karang hidup di lokasi ini 70,90 %. Persentase tutupan karang Acropora dicatat 1.10 % sedangkan karang non-Acropora cukup tinggi (69,80 %). Kenyataan ini membuktikan bahwa pertumbuhan karang di lokasi ini sangat baik (persentase tutupan antara 50 – 74 %). Untuk kategori DCA (karang mati yang sudah ditumbuhi alga) dicatat 16.70 %,agak menurun, terdiri dari bongkahan karang massif dan patahan karang bercabang yang sudah lama mati. Pertumbuhan karang didominasi oleh karang massif dengan ukuran koloni sedang, dari kelompok Porites spp. dan submasif dari jenis Porites cylindrica dan Pavona frondifera. Secara umum pertumbuhan karang agak membaik dengan naiknya tutupan karang hidup, walaupun hanya sedikit.
19
104°30'
104°35'
104°40'
104°45'
104°50'
104°55'
105°00'
TUTUPAN LIFEFORM PER STASIUN LIT DI LINGGA (2007) U
P. MamutP. Lokong P. Monong P. Sebangka Tapai P. Beringin 0°5'
P. Ujungkayu
P. Rekas
P. Bakau
P. Gajah #
Tg. Kelit
P. Buli
P. Senayang P. Burung
P. Talas
0°5'
Legenda : Acropora Non acropora Dca Dc Soft coral Sponge Fleshy seaweed Other biota Rubble Sand Silt Rock Fringing Reef Patch Reef Hutan Mangrove Darat
#
P. Kentar
Tg. Gantong
0°00' #
0°00'
P. Kongka Besar
#
#
P. Alut
#
0°5'
P. Ujungbeting
0°5'
#
Tg. Takih P. Lingga 0°10'
0°10'
104°30'
104°35'
104°40'
104°45'
104°50'
104°55'
105°00'
Gambar 5. Persentase tutupan karang, biota bentik lainnya dan kategori abiotik hasil monitoring tahun 2007, di perairan Lingga Utara.
Stasiun SNL 010 (P. Kongka Besar) Perairan sedikit keruh. Rataan terumbu sempit dilanjutkan dengan lereng terumbu yang landai. Pertumbuhan karang hanya sampai pada kedalaman 6 meter dan pada kedalaman selanjutnya dasar perairan terdiri dari pasir halus bercampur lumpur. Persentase tutupan karang Acropora dicatat 1.80 % sedangkan karang non-Acropora 65,07 %. Pertumbuhan karang masuk dalam kategori sangat baik dan tutupan karang hidup sedikit lebih tinggi dari pada saat baseline. Kategori DCA dicatat 23,93 % , agak menurun. Biota lain, terdiri dari spong, dicatat 3,93 %. Kategori abiotik yaitu pasir 0,00%. Karang didominasi oleh karang 20
massif dengan ukuran koloni sedang dari kelompok Porites spp. dan sub-masif dari jenis Porites cylindrica dan Pavona frondifera.
Gambar 6. Persentase tutupan karang hidup hasil monitoring tahun 2007, di perairan Lingga Utara.
Stasiun SNL 012 (P. Ileuh / P. Berang) Kondisi perairan lebih keruh dari pada di lokasi sebelumnya. Pantai sempit dilanjutkan dengan rataan terumbu yang sempit dengan dasar perairan terdiri dari batu kerikil dan batu bulat seperti batu kali (batu andesit). Pertumbuhan karang di rataan terumbu berupa gerombol-gerombol kecil (patches), terdiri dari karang sub-masif dari jenis Porites cylindrica. Lereng 21
terumbu landai, pertumbuhan karang hanya sampai kedalaman 5 meter. Tidak ditemukan karang Acropora di lokasi transek. Persentase tutupan karang nonAcropora dicatat turun menjadi 57,17 %. Walaupun tidak ada kelompok Acropora di lokasi transek, kondisi karang dikategorikan cukup baik. Biota lain dicatat spong 10,93 %, sedangkan DCA dicatat 22,83 %. Kategori abiotik yaitu “silt” dicatat 2,27 %. Jenis karang yang dominan ialah Porites cylindrica.
Stasiun SNL 023 (Pulau Alut) Lokasi pengamatan terdapat di sebelah tenggara P. Ileuh, tepatnya di ujung barat laut P. Alut. Perairan agak keruh, kurang lebih sama dengan di P. Ileuh. Pantai sempit dilanjutkan dengan rataan terumbu yang sempit. Lereng terumbu landai, pertumbuhan karang sampai pada kedalaman 6 meter dan pada kedalaman selanjutnya dasar perairan terdiri dari lumpur. Persentase tutupan karang hidup turun menjadi 45,47 %, terdiri dari persentase tutupan nonAcropora. Kondisi karang di lokasi ini dikategorikan cukup baik. Kategori biota bentik lain sangat kecil, terdiri dari spong dengan persentase tutupan cukup tinggi yaitu 10,17 %, dan alga 2,23 %. Kategori abiotik tutupannya sedikit terdiri dari lumpur halus (silt) naik menjadi 32,23 %. Karang batu didominasi oleh kelompok Porites spp. (boulder), Porites spp. (submasif) dan Pavona frondifera.
Stasiun SNL 291 (Pulau Buluh, Cawa) Lokasi pengama t an terletak di sebelah tenggara P. Kongka. Kondisi pantai, mempunyai rataan terumbu dan lereng terumbu yang tidak berbeda jauh dengan di P. Kongka. Pertumbuhan karang hanya 22
sampai kedalaman 6 meter. Persentase tutupan karang hidup naik menjadi 61,40 %, terdiri dari persentase tutupan Acropora 15,07 % (turun dari semula) tapi masih merupakan nilai tertinggi yang dicatat di perairan Lingga Utara, sedangkan persentase tutupan non-Acropora 46,33 %. Kondisi karang di lokasi ini dikategorikan cukup baik walaupun persentas e tutupannya lebih rendah dari lokasi sebelumnya. Hal ini ditunjang dengan adanya kelompok Acropora yang persentasenya cukup baik untuk kondisi perairan seperti ini. Kategori biota bentik lain yang cukup baik ialah spong dengan persentase tutupan 11,40 %. Kategori lain termasuk abiotik tutupannya sangat sedikit dan tidak menunjukkan nilai yang berarti.
Stasiun SNL 702 (Duara, Limbung) Lokasi pengamatan terletak di mulut teluk, b erd ekat an de ngan da rat an ut a ma P. Lin gg a berhadapan dengan P. Alut. Perairan sangat keruh dan jarak pandang kurang lebih 1 meter. Pesisir pantai ditumbuhi mangrove. Rataan terumbu sempit dilanjutkan dengan lereng terumbu yang landai. Di lokasi ini tidak dapat dlakukan pemantauan karena dasar perairan di bawah tali transek sudah tertutup lumpur halus.
Stasiun SNL 705 (Pulau Buli, Selat Dasi) Lokasi pengamatan terletak di sebelah barat laut lokasi-lokasi sebelumnya, dekat ke daratan utama P. Lingga. Walaupun letaknya berdekatan dengan daratan utama yang pesisirnya ditumbuhi mangrove namun kondisi karangnya cukup baik. Persentase tutupan karang turun menjadi 61,50 %) . Karang hidup didominasi oleh karang non-Acropora dan tidak ditemukan karang 23
Acropora di lokasi transek. Karang mati yang sudah ditumbuhi alga (DCA) dicatat persentase tutupannya cukup tinggi yaitu 26,50 %. Spong 6,67 %, dan biota lain hanya sedikit (0,6 %). Kategori abiotik terdiri dari pasir , dan patahan karang mati (rubble) dalam jumlah yang sedikit. Pertumbuhan karang cukup baik, karena posisinya di selat kecil memungkinkan sirkulasi arus yang cukup baik. Karang batu didominasi oleh kelompok Porites spp. (boulder), Porites spp. (sub-masif) dan Pavona frondifera.
Stasiun SNL 707 (Pulau Gaja, Selat Dasi) Lokasi pengamatan berdekatan dengan lokasi sebelumnya (P. Buli) dan terletak di pesisir P. Gaja, hanya dipisahkan oleh selat kecil. Pertumbuhan karang cukup baik sama halnya dengan di P. Buli. Persentase tutupan karang dicatat turun menjadi 49,27 %, terdiri dari persentase tutupan Acropora 4,87 % dan non-Acropora 44,40 %. Karang mati yang sudah ditumbuhi alga (DCA) dicatat persentase tutupannya cukup tinggi 35,57 %, spong 6,47 % dan biota lain yaitu karang lunak dicatat 3,20. Kategori abiotik terdiri dari patahan karang mati (rubble) hanya sedikit, dicatat 0,00 %. Sama halnya dengan di lokasi P. Buli, pertumbuhan karang di lokasi ini cukup baik karena dipengaruhi oleh sirkulasi air di daerah selat. Karang batu didominasi oleh kelompok Porites spp. (boulder), Porites spp. (sub-masif) dan Pavona frondifera. Persentase tutupan karang hidup hasil LIT di 8 (delapan) lokasi pengamatan di perairan Lingga Utara, 5 lokasi masuk dalam kategori baik (50 – 74,5 %) , 2 lokasi masuk dalam kategori cukup dan 1 lokasi masuk dalam karegori jelek.
24
III.1.2. Hasil Analisis Monitoring Karang Pada penelitian yang dilakukan di wilayah Kabupaten Lingga pada tahun 2007 ini (t1), karena sesuatu hal, hanya berhasil dilakukan pengambilan data pada 7 stasiun dari 8 stasiun penelitian yang dilakukan pada penelitian tahun 2006 (t0). Plot interval untuk masing-masing biota dan substrat berdasarkan waktu pemantauan dengan menggunakan interval kepercayaan 95 % disajikan dalam Gambar 7.
Plot interval untuk biota dan substrat terhadap waktu pemantauan dengan interval kepercayaan 95% untuk nilai rataan (t0=2006; t1=2007) 80 70
Persentase tutupan
60 50 40 30 20 10 0
Waktu
t 0 t1 t0 t1 t0 t1 t0 t1 t 0 t 1 t 0 t1 t0 t1 t0 t1 t0 t1 t 0 t 1 t 0 t 1 t 0 t 1 t0 t1 i r n ir d p e k ra ra in at ga ng as mpu t ua na ong we e a la du po opo g m n al ra P u a a l o hi t u a p r r k B o g g n c L c e g S i a n s d n n A A B ar y ra ti ra ha K on sh ca Ka ma Ka e N l e F P ng ra Ka
Gambar 7.
Plot interval untuk masing-masing biota dan substrat berdasarkan waktu pemantauan dengan menggunakan interval kepercayaan 95 % .
Sedangkan hasil uji t-berpasangan yang dilakukan terhadap data biota dan substrat setelah dilakukan transformasi arcsin akar pangkat dua dari data (y’=arcsin√y) diperoleh nilai p, atau nilai kritis untuk 25
menolak Ho. Jadi dengan tingkat kepercayaan 95%, maka Ho akan ditolak bila nilai p <0,05, yang artinya bahwa persentase tutupan untuk kategori tersebut berdasarkan pemantauan tahun 2006 (t0) berbeda nyata dengan persentase tutupan berdasarkan pemantauan 2007 (t1). Tabel 1.
Nilai p berdasarkan hasil uji t-berpasangan. Tanda berarti Ho ditolak.
KATEGORI Karang hidup
0,183
Acropora
0,369
Non Acropora
0,352
Karang mati
26
NILAI p
Tidak diuji
Karang mati dgn alga
0,705
Karang lunak
0,356
Sponge
0,385
Fleshy seaweed
0,865
Biota lain
0,051
Pecahan karang
0,175
Pasir
0,328
Lumpur
0,447
Batuan
Tidak diuji
*)
Dari Tabel 1, terlihat bahwa tidak ada perbedaan persentase tutupan dari tahun 2006 ke 2007 untuk semua kategori. Untuk karang hidup (LC), walaupun tidak terlihat perbedaan tutupan yang signifikan, namun terlihat adanya kecenderungan menurun dimana persentase tutupan pada tahun 2006 sebesar 65,36% sedangkan pada tahun 2007 sebesar 58,94%.
III.2. M EGABENTOS Pencatatan biota megabentos dilakukan bersamaan dengan transek LIT, dengan bidang pengamatan 2 x 70 m 2 , seluas 140 m 2 . Hasil pencacahan biota dikonversikan per satuan luas Ha (hectare) dan disajikan dalam Gambar 8. Kelimpahan megabentos didominasi oleh 2 kelompok biota yaitu “mushroom coral” yaitu karang jamur yang terdiri dari Fungia spp. dan juga kelompok bulu babi (Diadema setosum). Kelimpahan tertinggi untuk kedua kelompok ini dicatat di lokasi SNL 0291 yaitu di Pulau Ileuh. Karang jamur dicatat 10643 individu per ha, kemudian di stasiun 009, 8786 individu per ha, SNL 010 5143 individu per ha dan di lokasi bervariasi antara 1143 – 2214 individu/ ha. Untuk bulu babi, jumlah tertinggi di P. Ileuh (5357 individu / ha) kemudian di SNL 705, 5286 individu/ ha. Di lokasi lain jumlahnya bervariasi antara 643 – 2214 individu/ha. Untuk biota lain seperti teripang (Holothuria sp.), hanya ditemukan di P. Ileuh yaitu 143 individu/ha. Kima ukuran kecil ditemukandi SNL 009 dan SNL 705 masing-masing hanya143 individu/ ha.
27
Gambar 8.
Histogram menunjukkan kondisi biota megabentos hasil monitoring di Perairan Lingga Utara.
Keberadaan megabentos bulu babi yang melimpah di P. Ileuh tidak mempengaruhi pertumbuhan karang, terbukti dengan cukup baiknya pertumbuhan karang di lokasi ini. Demikian pula dengan di P. Buli, kondisi karang cukup baik walaupun banyak ditemukan bulu babi.
Hasil Analisis Monitoring Megabentos Pada penelitian yang dilakukan di wilayah Kabupaten Lingga pada tahun 2007 ini (t1), karena sesuatu hal, hanya berhasil dilakukan pengambilan 28
data pada 7 stasiun dari 8 stasiun penelitian yang dilakukan pada penelitian tahun 2006 (t0). Rerata jumlah individu per transek untuk setiap kategori megabentos yang ditemukan pada masingmasing waktu pengamatan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2.
Rerata jumlah individu per transek untuk setiap kategori megabentos yang ditemukan di masingmasing waktu pengamatan Jumlah Individu/transek
Kelomp ok 2 006
2 007
Acanthaster planci
0.00
0.43
CMR
63.43
63.00
Diadema setosum
46.00
35.86
Drupella sp.
0.00
0.00
Large Giant clam
0.00
0.00
Small Giant clam
0.14
0.57
Large Holothurian
0.00
0.00
Small Holothurian
0.14
0.29
Lobster
0.00
0.00
Pencil sea urchin
0.00
0.00
Trochus niloticus
0.14
0.00
Untuk melihat apakah jumlah individu setiap kategori megabentos tidak berbeda nyata untuk setiap 29
waktu pengamatan (tahun 2006 dan 2007), maka dilakukan uji t-berpasangan. Berdasarkan data yang ada, uji tidak dilakukan untuk Drupella sp., Large Giant clam, Large Holothurian, Lobster dan Pencil sea urchin dikarenakan pada masing-masing waktu p e n ga m a ta n (2 0 06 d an 2 0 0 7) ti d a k di j um p a i samasekali (Tabel 2). Sebelum uji dilakukan, untuk memenuhi asumsi-asumsi yang diperlukan dalam penggunaan uji t-berpasangan ini, data d i t r a ns fo rm a s i k a n terlebih d a hu l u m e n g g u n ak a n transformasi akar pangkat dua (square root), sehingga datanya menjadi y’=Ö(y+0,5). Nilai p untuk setiap data jumlah individu/transek pada kategori megabentos yang diuji disajikan pada Tabel 3. Bila nilai p tersebut lebih kecil dari 5% (=0,05), maka Ho ditolak, yang berarti bahwa jumlah individu/transek kategori megabentos tersebut berbeda antara pengamatan tahun 2006 (t0) dan tahun 2007 (t1). Dari Tabel 3 tersebut terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara jumlah individu per transeknya untuk setiap megabentos yang diamati pada tahun 2006 dan 2007. Hal ini berarti bahwa kelimpahan megabentos dalam selang waktu pengamatan 1 tahun tersebut, adalah sama.
30
Tabel 3.
Hasil uji t-berpasangan terhadap data jumlah individu/ transek megabentos (data ditransformasikan ke dalam bentuk akar pangkat dua)
Kategori
Nilai p
Acanthaster planci
0,356
CMR
0,239
Diadema setosum
0,534
Drupella sp.
Tidak diuji
Large Giant clam
Tidak diuji
Small Giant clam
0,397
Large Holothurian
Tidak diuji
Small Holothurian
0,356
Lobster
Tidak diuji
Pencil sea urchin
Tidak diuji
Trochus niloticus
0,356
III.3. IKAN KARANG Sampling data ikan karang dilakukan dengan metode sensus visual di lokasi transek permanen. Dari hasil pengamatan dicatat ikan karang 22 suku dengan 95 jenis (Lampiran 3) dengan total kelimpahan jenis 8388 individu. Kelimpahan ikan major dicatat 5894 individu /ha, ikan target 1682 individu/ ha, sedangkan ikan indikator 804 individu /ha. Dengan demikian nilai perbandingan ikan major : ikan target : ikan indikator adalah 7 : 2 : 1. Hasil pengamatan diuraikan selanjutnya. 31
Hasil pengamatan dengan metode UVC
Dari hasil ”Underwater Fish Visual Census” (UVC) yang dilakukan di 8 stasiun transek permanen di perairan Lingga Utara dicatat jenis Neopomacentrus filamentosus merupakan jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan tertinggi pada setiap transek permanen di 8 lokasi pengamatan dengan jumlah individu sebesar 857 individu /ha kemudian diikuti oleh Apogon aureus (441 individu / ha) dan Apogon quenquelineata (433 individu /ha). Lima belas besar jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan yang tertinggi ditampilkan dalam Tabel 4, sedangkan kelimpahan jenis pada masing-masing suku dapat dilihat dalam Tabel 5. Kelimpahan beberapa jenis ikan ekonomis penting yang diperoleh dari UVC di lokasi transek permanen seperti ikan kakap (termasuk kedalam suku Lutjanidae) yaitu 433 individu /ha, ikan kerapu (termasuk dalam suku Serranidae) 135 / ha individu, ikan ekor kuning (termasuk dalam suku Caesionidae) yaitu 367 individu /ha. Ikan kepe-kepe (Butterfly fish; suku Chaetodontidae) yang merupakan ikan indikator untuk menilai kesehatan terumbu karang memiliki kelimpahan 804 individu /ha. Hasil UVC ikan di lokasi transek permanen disajikan dalam Gambar 9.
32
Tabel 4.
Lima belas jenis ikan karang yang mempunyai kelimpahan yang tinggi hasil monitoring tahun 2007, di perairan Lingga Utara.
JenIs
No.
Kelimpahan (jmlh indv/ha)
1
Neopomacentrus filamentosus
857
2
Apogon aureus
441
3
Apogon quenquelineata
433
4
Chaetodon octofasciatus
429
5
Chromis atripectoralis
400
6
Lutjanus carponotatus
376
7
Caesio teres
367
8
Amphiprion ocellaris
363
9
Apogon compressus
359
10
Amblyglyphidodon curacao
322
11
Pomacentrus nagasakiensis
306
12
Chaetodontoplus mesoleucus
200
13
Choerodon anchorago
184
14
Hemiglyphidodon plagiometopon
180
15
Pomacentrus alexanderae
167
33
104°30'
104°35'
104°40'
104°45'
104°50'
104°55'
KOMPOSISI IKAN PER STASIUN LIT DI LINGGA (2007) U 0°5'
0°5'
Legenda :
SENAYANG
#
Ikan indikator Ikan major Ikan target Fringing Reef Patch Reef Hutan Mangrove Darat
#
0°00'
0°00' #
# #
#
0°5'
0°5'
LINGGA #
0°10'
0°10'
104°30'
104°35'
104°40'
104°45'
104°50'
104°55'
Gambar 9. Perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator hasil monitoring tahun 2007, di perairan Lingga Utara.
34
Tabel
5.
Kelimpahan jenis ikan karang untuk masing-masing suku , hasil monitoring tahun 2007, di perairan Lingga Utara.
No
Suku
Kelimpahan (Jmlh indv./ha)
1
Pomacentridae
3735
2
Apogonidae
1539
3
Chaetodontidae
804
4
Labridae
571
5
Lutjanidae
433
6
Caesionidae
367
7
Nemipteridae
167
8
Scolopsidae
147
9
Serranidae
135
10
Scaridae
114
11
Pemperidae
82
12
Siganidae
78
13
Holocentridae
69
14
Acanthuridae
41
15
Centriscidae
24
16
Mullidae
20
17
Carangidae
16
18
Lethrinidae
16
19
Bleniidae
8
20
Haemulidae
8
21
Pomacanthidae
8
22
Centropomidae
4 35
Hasil Analisis Monitoring Ikan Karang Pada penelitian yang dilakukan di wilayah Kabupaten Lingga pada tahun 2007 ini (t1), karena sesuatu hal, hanya berhasil dilakukan pengambilan data pada 7 stasiun dari 8 stasiun penelitian yang dilakukan pada penelitian tahun 2006 (t0). Rerata jumlah individu ikan per transeknya berdasarkan data ke 7 stasiun tersebut yang diamati pada 2006 dan 2007 seperti Tabel 6 dibawah ini:
Tabel 6.
Rerata jumlah individu ikan per transeknya berdasarkan data ke 7 stasiun tersebut yang diamati pada 2006 dan 2007 Jumlah Individu per transek
Kategori 2006
2007
Ikan Major
126
207
Ikan Target
15
59
Ikan Indikator
18
28
159
294
Total
Terlihat ada kecenderungan kenaikan jumlah individu ikan karang per transeknya dari tahun 2006 ke tahun 2007, dan kenaikan tersebut nyata (signifikan) (Tabel 6; Gambar 10). Hal ini didasarkan dari hasil Analisa variansi (ANOVA=Analysis of Variance) dengan 2 faktor dimana Faktor pertama 36
merupakan Waktu (yaitu tahun 2006 dan 2007) dan Faktor kedua merupakan kelompok ikan karang (yaitu kelompok Major, Target dan Indikator). Sebelum ANOVA dilakukan, data jumlah individu (y) terlebih dahulu ditransformasikan ke dalam bentuk akar pangkat dua (square root) sehingga datanya menjadi y’=Ö(y). Hal ini dilakukan agar asumsi-asumsi yang diperlukan dalam melakukan ANOVA terpenuhi. Tabel ANOVA terlihat seperti Tabel 7 di bawah ini:
Tabel 7.
Hasil ANOVA terhadap data jumlah individu ikan karang. Data ditransformasikan ke dalam bentuk y’=√ (y)
Data : y’=√(y) Sumber
DF
SS
MS
F
p
Waktu
1
12.68 3
12.6 83
15.6 0,000 2 *)
Kelompok
2
38.43 6
19.2 18
23.6 0,000 6 *)
Waktu*Kelompok
2 3.803
1.90 1
2.34 0.111
0.81 2
Sesatan
36
29.23 6
Total
41
84.15 8
Catatan : = H0 bahwa reratanya sama ditolak dengan tingkat kesalahan 5 %
*)
37
Adanya perbedaan yang nyata terjadi pada antar kelompok ikan karang, dimana berdasarkan uji perbandingan berganda Tukey terlihat bahwa jumlah individu ikan major merupakan yang tertinggi, diikuti oleh ikan target, dan selanjutnya ikan indikator. Hal ini merupakan sesuatu yang umum karena pada daerah terumbu karang, kelompok ikan major lebih dominan jumlahnya dibandingkan kelompok ikan lainnya. Selain itu juga terlihat bahwa jumlah individu per transek yang dijumpai pada setiap kelompok meningkat dari tahun 2006 ke 2007.
Rerata jml individu kelompok ikan karang terhadap waktu penelitian Transformasi akar pangkat dua
Rerata jumlah individu/transek
5.5
Kelompok Indikator Major Target
5.0 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 t0=2006
t1=2007
Waktu
Gambar 10.
38
Rerata jumlah individu kelompok ikan karang terhadap waktu penelitian. Data ditransformasi y’=√(y)
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. K ESIMPULAN •
Dari hasil pengamatan yang telah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
•
Kondisi perairan di pesisir Lingga Utara maupun pulau-pulau kecil di sekitarnya cukup keruh dan hal ini merupakan fenomena yang umum. Kondisi karang masih cukup baik jika dibandingkan dengan kondisi perairan yang keruh. Persentase tutupan dicatat dari kondisi sedang sampai kondisi baik (0,00 – 70,90 %)
•
Kondisi karang dan terumbu karang di pulaupulau lebih baik dari yang di pesisir daratan utama Lingga. Rendahnya persentase tutupan di sini disebabkan karena faktor alam. Adanya muara sungai-sungai kecil dan pelumpuran akibat padatnya hutan bakau menyebabkan kekeruhan dan sedimentasi yang cukup tinggi sehingga menghambat pertumbuhan karang.
•
Biota megabentos didominasi oleh karang jamur (Fungia spp.) dan bulu babi (Diadema setosum), namun dengan melimpahnya bulu babi ini bukan berarti bahwa kondisi karangnya kurang baik, karena secara alamiah pertumbuhannya demikian.
•
Kelimpahan ikan karang cukup tinggi, dicatat ikan karang 22 suku dengan 95 jenis dengan total kelimpahan jenis 8388 individu /ha, terutama di pulau-pulau kecil.
39
B. S ARAN Kegiatan studi baseline, maupun monitoring terumbu karang di Lingga Utara sudah mencakup beberapa titik pengamatan yang mewakili desa-desa yang ditentukan oleh pihak penyandang dana ADB. Ditahun sebelumnya pada Fase I, telah dilakukan studi seperti ini di sekitar Senayang-Lingga. Ada beberapa titik pengamatan yang lama termasuk dalam pengamatan kali ini. Untuk pengamatan mendatang perlu dilakukan pengamatan tambahan di titik yang lama, dengan mempertimbangkan faktor waktu, sehingga data yang diperoleh lebih baik dan dapat menggambarkan tendensi kondisi terumbu karang dari waktu ke waktu (time series).
40
DAFTAR PUSTAKA
English, S., C. Wilkinson and V. Baker, 1997. Survey Manual for Tropical Marine Resources. Second edition. Australian Institute of Marine Science. Townsville: 390 p. Heemstra, P.C. and Randal, J.E. 1993. FAO Species Catalogue. Vol. 16 Grouper of the World (Family Serranidae: Sub Family Epinephelidae). Kuiter, R. H., 1992. Tropical Reef-Fishes of the Western Pacific, Indonesia and Adjacent Waters. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Indonesia. Lieske E. & R. Myers, 1994. Reef Fishes of the World. Periplus Edition, Singapore. 400p. Matsuda,A.K.; Amoka, C.; Uyeno, T. and Yoshiro, T., 1984. The Fishes of the Japanese Archipelago. Tokai University Press. Randall, J.E. and Heemstra, P.C. 1991. Indo-Pacific Fishes. Revision of Indo-Pacific Grouper (Perciformes: Serrinidae: Epinephelidae), With Description of Five New Species. Warwick, R.M. and K.R. Clarke, 2001. Change in marine communities: an approach to stasistical analysis and interpretation, 2 n d edition. PRIMER-E:Plymouth.
41
LAMPIRAN Lampiran 1. Posisi transek permanen di perairan Lingga Utara, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau
42
NO.
STASIUN
LONG.
LAT.
LOKASI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
TPTL 01
98.75161
1.733750
Sibolga
TPTL 02
98.75845
1.709800
Sibolga
TPTL 03
98.77081
1.711380
Sibolga
TPTL 04
98.77037
1.577290
Sibolga
TPTL 05
98.71275
1.580040
Sibolga
TPTL 06
98.71972
1.549500
Sibolga
TPTL 07
98.74054
1.560230
Sibolga
TPTL 08
98.58355
1.578620
Sibolga
TPTL 09
98.61243
1.576950
Sibolga
TPTL 10
98.59658
1.640500
Sibolga
TPTL 11
98.56925
1.671430
Sibolga
TPTL 12
98.51383
1.653230
Sibolga
TPTL 13
98.48065
1.703120
Sibolga
Lampiran 2.
NO. I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Jenis-jenis karang batu yang ditemukan di perairan Lingga Utara, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan
SUKU JENIS ACROPORIDAE Acropora abrolhosensis Acropora anthocercis Acropora carduus Acropora cerealis Acropora dendrum Acropora divaricata Acropora formosa Acropora hyacinctus Acropora listeri Acropora millepora Acropora nana Acropora nasuta Acropora nobilis Acropora selago Acropora sp. Astreopora gracilis Montipora foliosa Montipora grisea Montipora hispida Montipora incrassata Montipora informis
SNL
SNL
SNL
SNL
SNL
SNL
SNL
09
10
12
23
291
705
707
+ + +
+ + +
+ +
+ +
+ + + + + + + + + + + + + +
+ + +
+ + + + + + -
22
Montipora millepora
-
-
+
-
-
+
+
23 24 25 26
Montipora monasteriata Montipora sp. Montipora turgescens Montipora venosa
+ + -
+ -
+ -
+ +
+ -
+ + +
+ + -
+ + + + +
+ -
+ + -
+ + + -
+ + -
+ + + + + +
+ + + -
II 27 28 29 30 31 32 33
AGARICIIDAE Pachyseris rugosa Pachyseris sp. Pachyseris speciosa Pavona decussata Pavona frondifera Pavona sp. Favia veroni
43
Lampiran 2. (Lanjutan) III
CARYOPHYLLIIDAE Euphyllia ancora Euphyllia divisa Euphyllia glabra Euphyllia glabrescens Physogyra lichtensteini Physogyra sp. Plerogyra sinuosa
+
+ + -
+ + + -
-
-
+ -
+ -
IV DENDROPHYLLIIDAE 41 Turbinaria mesenterina 42 Turbinaria peltata 43 Turbinaria sp.
+ +
+
-
+
+ +
+ -
+
+ + + -
+ + + + + + +
+ + + + + + + + +
+ + + + + -
+ + + + + + + -
+ + + + + + + + + +
+ + + + + +
34 35 36 37 38 39 40
V 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68
44
FAVIIDAE Cyphastrea chalcidicum Cyphastrea microphthalma Cyphastrea serailia Diploastrea heliopora Diploastrea sp. Echinopora gemmacea Echinopora lamellosa Echinopora mammiformis Favia matthaii Favia rotumana Favia sp. Favia speciosa Favia veroni Favites abdita Favites complanata Favites flexuosa Favites sp. Goniastrea sp. Leptastrea pruinosa Leptoria phrygia Montastrea annuligera Platygyra lamellosa Platygyra pini Platygyra sinensis Platygyra sp.
+ + +
Lampiran 2. (Lanjutan)
VI FUNGIIDAE 69 Ctenactis echinata 70 Ctenactis sp. 71 Fungia concinna
+
-
+
-
+ +
+ +
-
72
Fungia fungites
+
-
-
-
+
-
+
73 74 75 76 77 78
Fungia paumotensis Fungia repanda Fungia sp. Fungia spumosa Herpolitha weberi Podabacia crustacea
+ + + +
+ +
-
+ + -
+ + + -
+ + -
-
VII MERULINIDAE 79 Hydnophora pilosa 80 Merulina ampliata 81 Merulina scabricula
+ +
+ +
+ +
+ +
+
+ -
+
VIII MILLEPORIDAE 82 Millepora sp.
-
-
-
-
+
-
-
IX MUSSIDAE 83 Lobophyllia hemprichii 84 Lobophyllia sp. 85 Symphyllia agaricia 86 Symphyllia radians 87 Symphyllia recta
+ + -
-
+ +
+ -
+ -
+
+ -
+ + -
+ +
+ -
-
+ + +
-
-
X 88 89 90
OCULINIDAE Galaxea astreata Galaxea fascicularis Galaxea sp.
45
Lampiran 2. (Lanjutan) XI
PECTINIDAE
91
Echinophyllia aspera
-
-
-
-
-
-
+
92
Mycedium elephantotus
-
-
-
-
-
-
-
93
Oxcypora lacera
+
+
-
-
+
-
+
94
Oxypora glabra
-
-
+
-
-
-
-
95
Pectinia alcicornis
+
+
+
+
-
+
+
96
Pectinia lactuca
+
+
+
+
-
+
+
97
Pectinia sp.
+
+
+
+
-
+
-
XII
POCILLOPORIDAE
98
Pocillopora damicornis
-
-
-
-
+
-
-
99
Seriatopora hystrix
-
+
-
-
+
-
-
XIII
PORITIDAE
100
Goniopora columna
-
+
-
+
-
-
-
101
Goniopora djiboutiensis
-
+
-
-
-
-
-
102
Goniopora sp.
-
-
-
+
+
-
-
103
Goniopora stokesi
-
-
-
-
-
-
+
104
Porites cylindrica
-
+
-
-
+
+
-
105
Porites lobata
+
+
+
-
-
+
-
106
Porites lutea
-
-
+
-
-
+
-
107
Porites murrayensis
-
-
-
+
-
+
-
108
Porites rus
+
+
+
-
+
+
-
109
Porites sp.
+
+
+
+
-
+
+
XIV SIDERASTREIDAE 110
Psammocora contigua
-
-
+
-
+
+
-
111
Psammocora sp.
-
-
-
-
-
+
-
Keterangan : + = ditemukan - = tidak ditemukan 46
Lampiran 3. Jenis-jenis ikan karang yang ditemukan di perairan Lingga Utara, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. SUKU NO.
I
JENIS
STASIUN SNL00 SNL01 SNL29 SNL70 SNL010 SNL023 SNL705 9 2 1 7
GRUP
1
ACANTHURIDAE Acanthurus melanurus
+
-
-
-
-
-
-
Target
2 3 4 5 6 7 8
APOGONIDAE Apogon aureus Apogon compressus Apogon cyanomos Apogon macrodon Apogon quenquelineata Apogon sealei Archamia fucata
+ + + + + + +
+ + + + + +
+ + + + -
+ + -
+ + + -
+ + + + -
+ + + -
Major Major Major Major Major Major Major
9
BLENIIDAE Bleniid
-
-
-
+
-
-
-
Major
IV CAESIONIDAE 10 Caesio teres
+
-
-
-
-
-
+
Target
V CARANGIDAE 11 Caranx djidabo
+
-
-
-
-
-
-
Target
VI CENTRISCIDAE 12 Aeoliscus strigatus
-
-
+
-
-
-
-
Major
VII CENTROPOMIDAE 13 Psammoperca waigiensis
+
-
-
-
-
-
-
Target
II
III
VIII
CHAETODONTIDAE
14
Chaetodon octofasciatus
+
+
+
+
+
+
+
Indicator
15
Chaetodon sp.
-
-
-
+
-
-
-
Indicator
16
Chaetodontoplus mesoleucus
+
+
+
+
+
+
Indicator
17
Chelmon rostratus
+
+
+
+
+
+
+
Indicator
+
-
-
-
-
-
-
Target
-
-
-
-
+
-
-
Target
+
+
-
-
-
-
+
Target
IX 18 19 X 20
HAEMULIDAE Plectorhinchus chaetodontoides Plectorhinchus pictus HOLOCENTRIDAE Holocentros rubrum
47
Lampiran 3. (Lanjutan)
XI
LABRIDAE 21
Cheilinus chlorurus
+
22
Cheilinus fasciatus
+
-
23
Choerodon anchorago
+
+
24
Choerodon schoenlenii
+
+
25
Gomphosus varius
-
26
Halichoeres argus
+
27
Halichoeres chloropterus
+
+
28
Halichoeres chrysus
-
-
29
Halichoeres marginatus
+
-
30
Halichoeres melanurus
+
+
31
Halichoeres sp.
-
32
Hemigymnus melapterus
-
33
Stethojulis albovittata
34 35
XII
-
-
-
-
-
-
Target
-
-
+
+
+
-
+
Target
+
+
+
Target
-
-
-
+
-
Target
+
-
-
+
-
-
Major
-
-
+
-
+
Major
-
-
+
+
+
Major
-
-
+
-
-
Major
+
+
+
+
+
Major
+
+
+
+
+
Major
-
-
+
-
-
-
Major
-
-
-
-
-
+
Target
-
-
-
-
+
-
-
Major
Stethojulis nigricans
-
+
-
-
-
+
-
Major
Thalassoma lunare
-
-
+
-
+
-
-
Major
LETHRINIDAE
36
Lethrinus erithropterus
-
-
-
-
+
-
-
Target
37
Lethrinus harak
-
-
-
-
+
-
-
Target
38
Lethrinus ornatus
-
-
-
-
+
-
-
Target
+
+
Target
XIII
LUTJANIDAE
39
Lutjanus carponotatus
+
+
+
+
+
40
Lutjanus decussatus
+
-
-
-
+
-
-
Target
41
Lutjanus vitta
+
-
-
-
-
-
-
Target
+
+
-
-
-
-
-
Target
XIV 42
48
MULLIDAE Upeneus tragula
Lampiran 3. (Lanjutan) XV
NEMIPTERIDAE 43
Pentapodus caninus
+
+
+
+
+
+
+
Target
44
Pentapodus trivittatus
-
+
-
+
+
+
-
Target
+
-
-
-
+
-
-
Major
XVI 45
XVII
PEMPHERIDAE Pempheris vanicolensis
POMACANTHIDAE
46
Pomacanthus sexfasciatus
+
-
-
-
-
-
-
Major
47
Pomacanthus sextriatus
-
-
-
-
-
-
+
Major
Major
XVIII
POMACENTRIDAE
48
Abudefduf septemfasciatus
-
+
+
+
+
+
+
49
Abudefduf sexfasciatus
-
+
-
-
+
+
+
Major
50
Abudefduf vaigiensis
-
+
-
-
+
+
-
Major
51
Amblyglyphidodon curacao
+
+
+
-
+
+
+
Major
52
Amphiprion ephippium
+
-
-
-
+
-
+
Major
53
Amphiprion melanopus
-
+
-
-
+
-
+
Major
54
Amphiprion ocellaris
+
+
+
-
+
+
Major
55
Chromis atripectoralis
+
+
+
+
+
+
+
Major
56
Chromis ternatensis
-
-
-
-
-
+
-
Major
57
Chromis viridis
+
-
-
-
-
+
-
Major
58
Dascyllus reticulatus
-
-
-
-
+
-
-
Major
59
Dascyllus trimaculatus
-
-
-
-
+
-
-
Major
60
Dischistodus chrysopoecilus
-
+
-
-
+
-
-
Major
61
Dischistodus prosopotaenia
-
+
+
+
+
+
+
Major
62
Hemiglyphidodon plagiometopon
+
+
+
+
+
+
+
Major
63
Neoglypihdodon nigroris
-
-
-
-
-
+
+
Major
64
Neopomacentrus cyanomos
+
-
-
-
-
-
-
Major
65
Neopomacentrus filamentosus
+
+
+
+
+
+
+
Major
66
Paraglyphidodon melas
+
+
+
+
+
+
Major
67
Paraglyphidodon nigroris
+
-
-
-
+
-
-
Major
68
Plectroglyphidodon lacrymatus
-
+
-
-
-
-
-
Major
49
Lampiran 3. (Lanjutan) 69
Pomacentrus alexanderae
-
-
-
-
+
+
+
Major
70
Pomacentrus bankanensis
-
-
+
-
-
+
-
Major Major
71
Pomacentrus moluccensis
-
-
-
-
+
+
-
72
Pomacentrus nagasakiensis
+
+
+
+
-
+
+
Major
73
Pomacentrus nigromanus
-
+
+
-
-
-
-
Major
74
Pomacentrus tripunctatus
+
-
-
-
+
-
-
Major
75
Stegastes nigricans
-
-
-
-
-
-
+
Major
XIX
SCARIDAE
76
Scarus bowersi
+
-
-
-
-
-
-
Target
77
Scarus dimidiatus
+
-
-
-
+
-
-
Target
78
Scarus ghoban
+
-
-
-
+
-
-
Target
79
Scarus hypselopterus
+
-
-
-
-
-
-
Target
80
Scarus oviceps
+
-
-
-
-
-
-
Target
XX
SCOLOPSIDAE 81
Scolopsis ciliatus
+
+
-
-
-
-
+
Target
82
Scolopsis margaritifer
+
-
-
-
+
-
-
Target
83
Scolopsis monogramma
+
-
-
-
-
-
-
Target
84
Scolopsis trilineatus
+
-
-
-
+
-
-
Target
XXI
SERRANIDAE
85
Cephalopholis boenak
+
-
+
-
+
-
+
Target
86
Cephalopholis cyanostigma
-
-
-
-
+
-
-
Target
87
Cephalopholis pachycentron
-
-
+
-
+
-
+
Target
88
Diploprion bifasciatum
-
-
-
-
-
+
+
Target
89
Epinephellus fasciatus
-
-
-
+
-
-
-
Target
90
Epinephellus fuscoguttatus
-
-
-
+
-
-
-
Target
91
Epinephellus merra
-
-
-
-
+
-
-
Target
92
Plectropomus truncatus
+
-
-
-
-
-
-
Target
XXII
SIGANIDAE
93
Siganus canaliculatus
+
-
-
-
-
-
-
Target
94
Siganus guttatus
+
-
-
-
-
-
-
Target
95
Siganus virgatus
+
-
-
-
-
-
-
Target
Keterangan : + = ditemukan - = tidak ditemukan 50