perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Prestasi Belajar IPA
a. Pengertian IPA Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (Khalimah, 2010). Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, Usman Samatowa (2006). Pendidikan IPA adalah lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan, (Agus. S. dalam Khalimah, 2010). Secara sistematis, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA dapat dimasukkan dalam klasifikasi ilmu pendidikan karena dimensi pendidikan IPA sangat luas dan sekurang-kurangnya meliputi unsur-unsur (nilai-nilai) sosial budaya, etika, moral dan agama. Oleh sebab itu, belajar IPA bukan hanya sekedar memahami konsep ilmiah dan aplikasi dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai yang terkandung dalam dimensi pendidikan IPA. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan Pengertian IPA. IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam, baik itu zat
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 yang terkandung atau gejala yang terdapat di alam. IPA merupakan pengetahuan yang mempunyai kebenaran melalui metode ilmiah baik secara induktif ataupun deduktif, dengan ciri: objektif, metodik, sistematis, universal, dan provisional (sementara). IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk pada lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan, pembelajaran salingtemas (Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana (Bowo: 2009). Berdasarkan pengertian IPA dapat ditarik kesimpulan bahwa IPA pembelajaran yang bersifat kongkrit, abstrak, rasional atau bersifat riil dan nyata sehingga pada saat pembelajaran dapat dikaitkan antara materi dan topik pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
b. Prestasi Belajar Hasil belajar atau prestasi belajar peserta didik adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, hasil belajar peserta didik ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian. Tu'u Tulus (2004:76) menyatakan bahwa prestasi belajar peserta didik terfokus pada nilai atau angka yang dicapai peserta didik dalam proses pembelajaran di sekolah. Prestasi belajar itu tidak mungkin diacapai atau dihasilkan oleh peserta didik selama ia tidak melakukan kegiatan dengan sungguh-sungguh atau dengan perjuangan yang gigih. Dalam kenyataannya untuk mendapatkan prestasi belajar tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi harus penuh perjuangan dan berbagai rintangan dan hambatan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya
dengan keuletan, kegigihan dan optimisme prestasi itu dapat tercapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 Benyamin S. Bloom (dalam Nurman, 2006: 36), prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah kognitif terdiri atas: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Sedangkan menurut Omar Hamalik (2001:45) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu. Mursell & penguasaan seseorang terhadap pengetahuan atau keterampilan tertentu dalam suatu
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar IPA merupakan hasil atau taraf kemampuan yang sudah dicapai seorang peserta didik sesudah mengikuti proses belajar mengajar IPA pada masa tertentu baik berupa perubahan pada tingkah laku, keterampilan serta pengetahuan dan akan
diukur serta dinilai yang kemudian dituangkan dalam pernyataan nilai atau angka.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Peserta didik Wagenaar mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik meliputi 6 faktor yaitu: prestasi kognitif, prestasi afektif, karakteristik peserta didik, karakteristik guru, karakteristik mata pelajaran, metode belajar (Slameto, 2006: 51). Prestasi kognitif dipengaruhi oleh keseluruhan variabel guru, harapan peserta didik akan tingkat keberhasilannya, kecakapan gender, dan dimensi mengajar guru (keterampilan mengajar, struktur PBM, balikan, raport, evaluasi dan interaksi PBM). Prestasi afektif dipengaruhi oleh kemandirian belajar/berpikir peserta didik, dan keputusannya akan terus belajar atau bekerja dalam bidang yang digelutinya, serta kualitas guru yang akan mengajar lebih lanjut. Karakteristik peserta didik seperti: seks, prestasi akademik umum, usia, sifat, atau pembawaan tidak berpengaruh terhadap prestasi. Karakteristik guru: popularitas, jenjang akademik, gender, beban mengajar, jumlah karya tulis dan sifat pembawaan tidak berkorelasi dengan prestasi belajar peserta didik. Karakteristik mata pelajaran seperti: kecilnya kelas, mata pelajaran bahasa, dan mata pelajaran di kelas tinggi serta yang diajarkan pada pagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 hari berkorelasi dengan prestasi. Metode belajar diskusi berkorelasi dengan prestasi belajar
d. Evaluasi Prestasi Belajar Sebagai ukuran prestasi belajar pada umumnya berupa nilai tes/evaluasi yang diberikan guru. Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya. Oleh sebab itu evaluasi dapat didefinisikan bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi untuk digunakan membuat keputusan. Penilaian dapat dilakukan dengan tes ujian. Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Prosedur penilaian dibedakan menjadi dua, yaitu tes lisan dan tes tertulis. (Suwardi, 2007: 93). Prosedur penilaian dijelaskan sebagai berikut. 1) Tes Lisan
Seperti biasanya bentuk tes lisan dilakukan dalam bentuk verbal, yaitu pertanyaan lisan dipakai untuk mengetahui tingkat pengetahuan dalam pemahaman peserta didik atas suatu konsep. Tes lisan memiliki kebaikan dan keburukan. Kebaikan dari tes lisan adalah: a) lebih dapat menilai kepribadian dan isi pengetahuan orang yang dites, b) pengetes memahami apa yang tersirat dari jawaban, c) pengetes dapat memperdalam pengetahuan orang yang menjawab, dan d) pengetes langsung mengetahui hasil tes. Sedangkan keburukan dari tes lisan adalah: a) hubungan pribadi antara yang mengetes dengan yang dites dapat mengganggu objektivitas hasil tes, b) sikap gugup pada orang yang dites dapat mengganggu jawaban, dan c) membutuhkan waktu yang cukup lama. 2) Tes Tertulis
Tes tertulis memiliki beberapa bentuk di antaranya pilihan ganda, benarsalah, isian, jawaban singkat dan uraian bebas. Secara garis besar masingmasing bentuk tes tertulis tersebut di atas yang digunakan dalam ujian akhir sekolah (UAS) biasanya menggunakan 3 bentuk tes. Ketiga bentuk tes itu ialah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 pilihan ganda, isian, dan jawaban singkat. Dalam PP nomor 19 tahun 2005 yang merupakan penjabaran dari UU Nomor 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan yang perlu Standarisasi Nasional. Menurut PP tersebut ada 8 standarisasi nasional, yaitu: a) standar isi, b) standar proses, c) standar kompetensi lulusan, d) standar pendidik dan tenaga kependidikan, e) standar sarana prasarana, f) standar pengelolaan, g) standar pembiayaan, dan h) standar penilaian pendidikan.
e. Penentuan Kelulusan Penentuan kelulusan digunakan untuk mengetahui tingkat Kompetensi hasil belajar yang berkaitan dengan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Badan Standarisasi Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa
penentuan kelulusan
berdasar landasan Standar Kompetensi lulusan yang dijabarkan dalam KKL (Kreteria Ketuntasan Lulusan) dan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). (Tilaar, 2006: 170). Yang dibahas peneliti adalah evaluasi hasil belajar dari hasil Ujian Akhir Semester (UAS SD) yang terkait dengan prestasi dan hasil belajar serta faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhinya. Dalam penelitian ini untuk mengukur hasil belajar peneliti menggunakan dokumentasi nilai hasil UAS (Ujian Akhir Semester I) Tahun Pelajaran 2014/2015 pada SD di UPT Pendidikan Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.
2. Pembelajaran IPA
a. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
material,
fasilitas,
perlengkapan
dan
prosedur
yang
saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2001:57). Berikut merupakan teori-teori yang mempengaruhi pembelajaran. diantaranya yaitu pembelajaran menurut aliran behavioristik, pembelajaran menurut aliran kognitif, pembelajaran menurut aliran gestalt, pembelajaran menurut aliran humanistik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 b. Ciri-ciri Pembelajaran Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antar manusia yang disebut sebagai interaksi. Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran yaitu: (Wina, 2006: 56) 1)
Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
2)
Kesalingtergantungan
(interdependence),
antara
unsur-unsur
sistem
pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran. 3)
Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem yang alami (natural).
c. Unsur-unsur pembelajaran Unsur-unsur minimal yang harus ada dalam sistem pembelajaran adalah seorang warga belajar, suatu tujuan dan suatu prosedur kerja untuk mencapai tujuan dalam hal ini tutor tidak termasuk sebagai unsur sistem pembelajaran. Fungsinya dapat digantikan atau dialihkan kepada multimedia sebagai pengganti, seperti: buku, slide atau teks diprogram dan sebagainya. Unsur-unsur dinamis pembelajaran pada tutor (Suwardi, 2007: 60) 1) Motivasi membelajarkan warga belajar. Tutor harus memiliki motivasi untuk membelajarkan warga belajar. Motivasi itu sebaiknya timbul dari kesadaran yang tinggi untuk mendidik warga belajar menjadi warga negara yang baik. Jadi tutor memiliki hasrat untuk menyiapkan warga belajar menjadi pribadi yang memiliki pengetahuan dan kemampuan tertentu. Namun diakui bahwa motivasi membelajarkan itu sering timbul karena insentif yang diberikan, sehingga tutor melaksanakan tugasnya sebaik mungkin. 2) Kondisi guru/tutor siap membelajarkan peserta didik/peserta didik. Tutor memiliki kemampuan dalam proses pembelajaran, disamping kemampuan pribadi dan kemampuan kemasyarakatan. Kemampuan dalam proses pembelajaran sering disebut kemampuan profesional. Tutor perlu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 berupaya meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut agar senantiasa berada dalam kondisi siap untuk membelajarkan warga belajar.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran Menurut Sumadi Suryabrata (2007: 233) belajar sebagai proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor yaitu sebagai berikut: 1) Faktor yang berasal dari luar diri warga belajar di golongkan menjadi: Faktor non sosial dan Faktor sosial 2) Faktor yang berasal dari dalam diri warga belajar: Faktor fisiologis, jasmani, fungsi fungsional tertentu, dan Faktor psikologis mendorong aktivitas belajar.
e. Pembelajaran IPA Pendidikan IPA adalah IPA lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan, KTSP (2006). Menurut teori perkembangan kognitif Piaget dalam Wiji Suwarno (2008 : 58) bahwa anak membangun sendiri skemanya serta membangun konsep-konsep melalui pengalaman-pengalamannya.
Piaget
(Wiji
Suwarno,
2008)
membedakan
perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat taraf, yaitu 1) taraf sensori motor (0-2 th), (2) taraf pra-operasional (2-7 th), (3) taraf operasional konkrit (7-11 th), dan (4) taraf operasional formal (11-15 th). Walaupun ada perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan, tetapi teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh peserta didik tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungan. Piaget dalam Wiji Suwarno (2008 : 58) menyatakan peran guru sebagai fasilitator, bukan sebagai pemberi informasi. Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran diterapkan dalam program-program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau multimedia belajar yang lain serta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 peranan
guru
sebagai
fasilitator
yang
mempersiapkan
lingkungan
dan
memungkinkan peserta didik dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar. Pendidikan
adalah
bahwa
guru
tidak
hanya
sekedar
memberikan
pengetahuan kepada peserta didik agar secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan kepada peserta didik pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan peserta didik sendirilah yang harus membangun pengetahuan mereka sendiri. Tugas guru bukan lagi sebagai pentransfer pengetahuan dari otaknya kepada otak peserta didik. Tugas guru berubah menjadi lebih sebagai fasilitator yang membantu agar peserta didik sendiri belajar dan menekuni bahan yaitu dengan menggunakan ketrampilan proses. Terdapat Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan yaitu : (Abidin Z, 2010: 110) 1) Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban peserta didik, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut. Pengalaman-pengalaman
belajar
yang
sesuai
dikembangkan
dengan
memperhatikan tahap fungsi kognitif dan hanya jika guru penuh perhatian terhadap metode yang digunakan peserta didik untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud. 2) Mengutamakan peran peserta didik dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi (ready made knowledge) tidak mendapat tekanan, melainkan anak didorong menemukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan. Oleh karena itu, selain mengajar mempersiapkan beraneka ragam kegiatan secara langsung dengan dunia fisik. 3) Memaklumi
akan
adanya
perbedaan
individual
dalam
hal
kemajuan
perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh peserta didik tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 f. Tujuan Mata Pelajaran IPA SD Mata Pelajaran IPA pada kurikulum KTSP di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan : 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4) Mengembangkan keterampilan
proses
untuk
menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
3. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiyah berarti dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti sesuatu yang terletak ditengah (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat. Media juga dapat diartikan sebagai perantara antar penghubung antara dua pihak, yaitu antara sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi. Oleh karena itu media pembelajaran berarti sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan. Basyiruddin Usman (2002) dalam bukunya tentang media pembelajaran meng
Association for Education and Communication Technology
(AECT) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses
penyaluran
informasi.
Sedangkan
Education
commit to user
Association
(NEA)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektivitas progam instruksional. Media juga didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar menerima pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dengan pengertian itu, guru atau dosen, buku ajar, lingkungan adalah media pembelajaran. Setiap media merupakan sarana untuk menuju ke suatu tujuan. Didalamnya terkandung informasi yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Informasi ini mungkin didapatkan dari buku-buku, rekaman, internet, film, dan sebagainya. Semua itu adalah media pembelajaran karena memuat informasi yang dapat dikomunikasikan kepada pebelajar.
b. Media Powerpoint dalam Pembelajaran Microsoft Power Point merupakan sebuah software yang dibuat dan dikembangkan oleh perusahaan Microsoft, dan merupakan salah satu program berbasis
multimedia.
Di
dalam
komputer,
biasanya
program
ini
sudah
dikelompokkan dalam program Microsoft Office. Program ini dirancang khusus untuk menyampaikan presentasi, baik yang diselenggarakan oleh perusahaan, pemerintahan, pendidikan, maupun perorangan, dengan berbagai fitur menu yang mampu menjadikannya sebagai media komunikasi yang menarik. Dalam www.wikipedia.com, dijelaskan sejarah adanya program aplikasi PowerPoint. Aplikasi Microsoft Power Point ini pertama kali dikembangkan oleh Bob Gaskins dan Dennis Austin sebagai presenter untuk perusahaan bernama Forethought,Inc yang kemudian mereka ubah namanya menjadi PowerPoint. Pada tahun 1987, PowerPoint versi 1.0 dirilis, dan komputer yang didukungnya adalah Apple Macintosh. PowerPoint kala itu masih menggunakan warna hitam/putih, yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 mampu membuat halaman teks dan grafik untuk transparansi Over Head Projector (OHP). Pada umumnya, Microsoft Office Power Point digunakan untuk presentasi dalam classical learning, karena Microsoft Office Power Point merupakan program aplikasi yang digunakan untuk kepentingan presentasi. Berdasarkan pola penyajian yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa Microsoft Office Power Point yang digunakan untuk presentasi dalam classical learning disebut personal presentation. Microsoft Office Power Point pada pola penyajian ini digunakan sebagai alat bantu bagi guru untuk menyampaikan materi dan kontrol pembelajaran terletak pada guru. Beberapa hal yang menjadikan media ini menarik untuk digunakan sebagai alat presentasi adalah berbagai kemampuan pengolahan teks, warna, dan gambar, serta animasi-animasi yang bisa diolah sendiri sesuai kreatifitas penggunanya. Pada prinsipnya program ini terdiri dari beberapa unsur rupa dan pengontrolan operasionalnya. Unsur rupa yang dimaksud, terdiri dari slide, teks, gambar dan bidang-bidang warna yang dapat dikombinasikan dengan latar belakang yang telah tersedia. Unsur rupa tersebut dapat kita buat tanpa gerak, atau dibuat dengan gerakan tertentu sesuai keinginan kita. Seluruh tampilan dari program ini dapat kita atur sesuai keperluan, apakah akan berjalan sendiri sesuai timing yang kita inginkan, atau berjalan secara manual, yaitu dengan mengklik tombol mouse. Biasanya jika digunakan untuk penyampaian bahan ajar yang mementingkan terjadinya interaksi antara peserta didik dengan tenaga pendidik, maka kontrol operasinya menggunakan cara manual. Menurut Khamim (2012:12) penggunaan program power point memiliki kelebihan sebagai berikut: 1) Penyajiannya menarik karena ada permainan warna, huruf dan animasi, baik animasi teks maupun animasi gambar atau foto. 2) Lebih merangsang anak untuk mengetahui lebih jauh informasi tentang bahan ajar yang tersaji. 3) Pesan informasi secara visual mudah dipahami peserta didik. 4) Tenaga pendidik tidak perlu banyak menerangkan bahan ajar yang sedang disajikan. 5) Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan, dan dapat dipakai secara berulang-ulang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 6) Dapat disimpan dalam bentuk dataoptik atau magnetik (CD/Disket/Flashdisk), sehingga praktis untuk dibawa ke mana-mana.
c. Media Pembelajaran Berbasis TI Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk
untuk
menyimpan,
menghasilkan informasi yang
berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Learning to Use ICTs vs Using ICTs to Learn sama maknanya dengan menggunakan TIK untuk belajar (using ICTs to learn) sebagai lawan dari belajar menggunakan TIK (learning to use ICTs). Belajar menggunakan TIK mengandung makna bahwa TIK masih dijadikan sebagai obyek belajar atau mata pelajaran. Sebenarnya, UNESCO mengklasifikasikan tahap penggunaan TIK dalam pembelajaran ke dalam empat tahap sebagai berikut: 1) Tahap emerging, baru menyadari akan pentingnya TIK untuk pembelajaran dan belum berupaya untuk menerapkannya, 2) Tahap applying, satu langkah lebih maju dimana TIK telah dijadikan sebagai obyek untuk dipelajari (mata pelajaran), 3) Tahap integrating, TIK telah diintegrasikan ke dalam kurikulum (pembelajaran), 4) Tahap transforming merupakan tahap yang paling ideal dimana TIK telah menjadi katalis bagi perubahan/evolusi pendidikan. TIK diaplikasikan secara penuh baik untuk proses pembelajaran (instructional purpose) maupun untuk administrasi (administrational purpose) (Pitoyo Yuliatmojo, 2006: 497). Apa yang terjadi dalam praktek pembelajaran di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, TIK masih dijadikan sebagai obyek atau mata pelajaran. Sebagian besar, TIK masih dijadikan sebagai obyek belajar atau mata pelajaran di sekolah-sekolah. Bahkan di tingkat pendidikan tinggi atau akademi, banyak dibuka program studi yang berkaitan dengan TIK, seperti teknik informatika, manajemen informatika, teknik komputer, dan lain-lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 Fryer (2001) mengatakan bahwa penggunaan TIK dalam pembelajaran bertujuan
untuk
melatih
keterampilan
menggunakan
TIK
dengan
cara
mengintegrasikannya ke dalam aktifitas pembelajaran, bukan mengajarkan TIK tersebut sebagai mata pelajaran yang terpisah. Jadi, sudah saatnya TIK diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran dan bukan hanya sekedar menjadi mata pelajaran yang terpisah. Dengan mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia untuk siap memasuki era masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society). Tahun 2020 Indonesia akan memasuki era perdagangan bebas (AFTA). Pada masa itu, masyarakat Indonesia harus memiliki ICT literacy yang mumpuni dan kemampuan menggunakannya untuk meningkatkan produktifitas (knowledge-based society). Pengintegrasian TIK ke dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan ICT literacy, membangun karakteristik masyarakat berbasis pengetahuan (knowledgebased society) pada diri peserta didik, di samping dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran itu sendiri. UNESCO (2002) menyatakan bahwa pengintegrasian TIK ke dalam proses knowledge-based society habits
(problem solving),
kemampuan berkomunikasi, kemampuan mencari, mengolah/mengelola informasi, mengubahnya menjadi pengetahuan baru dan mengkomunikasikannya kepada orang lain; 2) Untuk mengembangkan keterampilan menggunakan TIK (ICT literacy); dan 3) Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran. Dari sisi pendekatan, Fryer (2001) menyarankan dua pendekatan yang dapat dilakukan pendidik ketika merencanakan pembelajaran yang mengintegrasikan TIK, yaitu: 1) pendekatan topik (theme-centered approach); dan 2) pendekatan software (software-centered approach). 1) Pendekatan Topik (Theme-Centered Approach); Pada pendekatan ini, topik atau satuan pembelajaran dijadikan sebagai acuan. Secara sederhana langkah yang dilakukan adalah: 1) menentukan topik; 2) menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; dan 3) menentukan aktifitas pembelajaran dan software (seperti modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar online di internet, dll) yang relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 Rencana pembelajaran yang dicontohkan di atas merupakan salah satu contoh penggunaan pendekatan ini. 2) Pendekatan Software (Software-centered Approach); menganut langkah yang sebaliknya. Langkah pertama dimulai dengan mengidentifikasi software (seperti buku, modul, LKS, program audio, VCD/DVD, CD-ROM, bahan belajar on-line di internet, dll) yang ada atau dimiliki terlebih dahulu. Kemudian menyesuaikan dengan topik dan tujuan pembelajaran yang relevan dengan software yang ada tersebut. Sebagai contoh, karena di sekolah hanya ada beberapa VCD atau mungkin CD-ROM tertentu yang relevan untuk suatu topik tertentu, maka pendidik merencanakan pengintegrasian software tersebut untuk mengajar hanya topik tertentu tersebut. Topik yang lainnya terpaksa dilaksanakan dengan cara berpusat pada guru. Sedangkan dari sisi strategi pembelajaran, ada beberapa pendekatan yang disarankan untuk membangun keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik, diantaranya adalah: 1) Resource-based learning; 2) Casebased learning; 3) Problem-based learning; 4) Simulation-based learning; dan 5) Collaborative-based learning. a) Resources-based learning memiliki karakteristik dimana peserta didik diberikan/disediakan berbagai ragam dan jenis bahan belajar baik cetak (buku, modul, LKS, dll) maupun non cetak (CD/DVD, CD-ROM, bahan belajar online) atau sumber belajar lain (orang, alat, dll) yang relevan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kemudian peserta didik diberikan tugas untuk melakukan aktifitas belajar tertentu dimana semua sumber belajar yang mereka butuhkan telah disediakan. Sebagai contoh, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah peserta didik dapat membandingkan beberapa teori penciptaan alam semesta. Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut, pendidik telah mengidentifikasi dan menyiapkan berbagai bentuk dan jenis sumber belajar yang berisi informasi tentang teori penciptaan alam semesta berupa buku, VCD, CD-ROM, alamat situs di internet dan mungkin seorang narasumber ahli astronomi yang diundang khusus ke kelas. Kemudian peserta didik ditugaskan untuk mencari minimal dua teori tentang penciptaan alam semesta secara individu atau kelompok baik dari buku, VCD, maupun internet sesuai dengan seleranya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 Peserta didik juga diminta untuk menganalisis perbedaan dari berbagai segi tentang teori-teori tersebut dan membuat laporannya dalam MSWord yang kemudian dikirim ke pendidik dan teman lainnya melalui e-mail. b) Case-based learning memiliki karakteristik di mana peserta didik diberikan suatu permasalahan terstruktur untuk dipecahkan. Dengan case-based learning solusi pemecahan masalahnya sudah tertentu karena skenario sudah dibuat dengan jelas. c) Problem-based
learning
memiliki
kemungkinan
solusi
pemecahan
masalahnya akan berbeda. Misal, dua orang peserta didik diberikan satu permasalahan dengan pendekatan problem-based learning. Maka solusi yang diberikan oleh peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain mungkin berbeda. d) Simulation-based learning memiliki karakteristik dimana peserta didik diminta untuk mengalami suatu peristiwa yang sedang dipelajarinya. Sebagai contoh, peserta didik diharapkan dapat membedakan perubahan percampuran warna-warna dasar. Maka, melalui suatu software tertentu (misal virtual lab) peserta didik dapat melakukan berbagai percampuran warna dan melihat perubahan-perubahannya. Dan ia dapat mencatat laporannya dalam bentuk tabel dengan menggunakan MSExcell atau MSWord. Atau kalau perlu mempresentasikan hasilnya dengan menggunakan MSPowerpoint. e) Colaborative-based learning memiliki karakteristik dimana peserta didik dibagi kedalam beberapa kelompok, melakukan tugas yang berbeda untuk menghasilkan satu tujuan yang sama. Sebagai contoh, untuk mencapai tujuan pembelajaran dimana peserta didik dapat membedakan beberapa teori penciptaan alam semesta, peserta didik dibagi ke dalam tiga kelompok. Masing-masing kelompok ditugaskan mencari satu teori penciptaan alam semesta. Kemudian ketiga kelompok tersebut berkumpul kembali untuk mendiskusikan perbedaan teori tersebut dari berbagai segi dan membuat laporannya secara kolektif. Salah seorang peserta didik dapat ditunjuk untuk menyajikan hasilnya. Sementara itu bentuk-bentuk pemanfaatan komputer oleh peserta didik dalam pembelajaran antara lain: (Depdiknas, 2003:9)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 1) 2) 3) 4) 5)
Membuat naskah draft dan akhir laporan percobaan, Mengarang cerita dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris, Membuat Powerpoint hasil diskusi, Memberi ilustrasi pada karangan, Membuat iklan yang disertai dengan gambarnya dalam Bahasa Inggris atau Bahasa Indonesia, 6) Mencari sumber informasi dari internet, mengevaluasi, mengolah, dan mempublikasikan, 7) Mencari berita (straight news) atau ulasan suatu isu dari berbagai laman dan meneliti perbedaan dan persamaan sudut pandang, 8) Membuat blog dan menuliskan pendapat pribadi tentang berbagai isu, 9) Memanfaatkan facebook untuk berinteraksi antar teman mempraktikkan Penggunaan bahasa Indonesia formal dan informal, 10) Berkirim surat secara elektronik (e-mail) pada guru untuk praktik menulis surat resmi, 11) Memanfaatkan facebook untuk berinteraksi dengan kawan pena internasional/nasional menggunakan Bahasa Inggris sederhana, 12) Membuat surat elektronik pada guru atau teman untuk praktik berkirim atau membuat surat atau pengumuman dengan menggunakan Bahasa Inggris atau Bahasa Indonesia, 13) Membuat teka teki Matematika atau soal bercerita dan diupload untuk mengajak teman-teman mencari jawabannya, 14) Membuat grafik yang menunjukkan macam-macam hobi teman sekelas, 15) Mencari dan mengolah informasi tentang keunggulan suatu daerah di Indonesia dan membuat brosur untuk mempromosikan daerah tersebut, 16) Dan lain-lain. Sedangkan dalam aspek hubungan antara pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran dengan modus belajar, yang dikembangkan Horton (dalam Fitri Andrian, 2015: 5) yaitu: 1) 2) 3) 4)
Mendengarkan; Presentasi, video/audio conference. Membaca; Browsing Internet, buku on-line, perpustakaan digital. Memperhatikan; Presentasi, menonton film. Mencari saran; Mailing list, e-mail, chatting, video/audio conference, on-line mentoring. 5) Menyimak; diskusi on-line 6) Menerima kritik; Diskusi on-line, video/audio conference, mailing list, on-line mentoring. 7) Memodelkan; Simulasi, game on-line, kegiatan role-playing on-line. 8) Eksplorasi; Eksperimen virtual, simulasi. 9) Mendiskusikan ide; Mailing list, video/audio conference, chatting, diskusi online. 10) Mempraktekkan; Eksperimen virtual, test on-line, game pembelajaran, editing. 11) Meneliti; Tutorial on-line, perpustakaan digital.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 Pada akhirnya, komputer menawarkan fleksibilitas, kreativitas, efektivitas, efisiensi, dan interaksi serta perpustakaan yang tak dibatasi dinding. Dalam pelajaran mengarang, misalnya, kegiatan merevisi dan mengedit draft karangan bisa dilakukan dengan mudah karena draft menjadi barang yang mudah diubah. Kemudahan itu akan memberi ruang tanpa batas bagi kreativitas peserta didik dalam menyusun alur cerita, menata kalimat, memilih kata yang paling tepat seperti yang dia inginkan. Komputer juga memungkinkan kerja kreatif tersebut dilakukan dengan jauh lebih cepat (efisien) dibandingkan kalau hal tersebut dilakukan tanpa menggunakan komputer. Jika guru juga memanfaatkan internet, maka peserta didik bisa memanfaatkan komputer sebagai sarana mendapatkan informasi dan berinteraksi dengan orang lain untuk hal-hal yang bermanfaat.
4. Kemandirian Belajar Peserta didik
a. Pengertian Kemandirian Belajar
Kemandirian belajar adalah belajar mandiri, tidak menggantungkan diri kepada orang lain, peserta didik dituntut untuk memiliki keaktifan dan inisiatif sendiri dalam belajar, bersikap, berbangsa maupun bernegara (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2007:13). Menurut Stephen Brookfield (dalam Desak Puti Budiarini; 2011:24) mengemukakan bahwa kemandirian belajar merupakan kesadaran diri, digerakkan oleh diri sendiri, kemampuan belajar untuk mencapai tujuannya. Desi Susilawati (2009:7-8) mendiskripsikan kemandirian belajar sebagai berikut: 1) Peserta didik berusaha untuk meningkatkan tanggung jawab dalam mengambil berbagai keputusan. 2) Kemandirian dipandang sebagai suatu sifat yang sudah ada pada setiap orang dan situasi pembelajaran. 3) Kemandirian bukan berarti memisahkan diri dari orang lain. 4) Pembelajaran mandiri dapat mentransfer hasil belajarnya yang berupa pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai situasi. 5) Peserta didik yang belajar mandiri dapat melibatkan berbagai sumber daya dan aktivitas seperti membaca sendiri, belajar kelompok, latihan dan kegiatan korespondensi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 6) Peran efektif guru dalam belajar mandiri masih dimungkinkan seperti berdialog dengan peserta didik, mencari sumber, mengevaluasi hasil dan mengembangkan berfikir kritis. 7) Beberapa institusi pendidikan menemukan cara untuk mengembangkan belajar mandiri melalui program pembelajaran terbuka. Kemandirian belajar adalah kondisi aktifitas belajar yang mandiri tidak tergantung pada orang lain, memiliki kemauan serta bertanggung jawab sendiri dalam menyelesaikan masalah belajarnya. Kemandirian belajar akan terwujud apabila peserta didik aktif mengontrol sendiri segala sesuatu yang dikerjakan, mengevaluasi
dan
selanjutnya
pembelajaran
yang dilalui
merencanakan sesuatu
dan peserta didik juga
yang lebih
dalam
mau aktif dalam proses
pembelajaran.
b. Ciri-ciri Kemandirian Belajar Anak yang mempunyai kemandirian belajar dapat dilihat dari kegiatan belajarnya,
dia
tidak
perlu
disuruh
bila
belajar
dan
kegiatan belajar
dilaksanakan atas inisiatif dirinya sendiri. Untuk mengetahui apakah peserta didik itu mempunyai kemandirian belajar maka perlu diketahui ciri-ciri kemandirian belajar. Anton Sukarno (dalam Desak Putu Budiarini, 2011:64) menyebutkan ciri-ciri kemandirian belajar sebagai berikut: 1) Peserta didik merencanakan dan memilih kegiatan belajar sendiri 2) Peserta didik berinisiatif dan memacu diri untuk belajar secara terus menerus 3) Peserta didik dituntut bertanggung jawab dalam belajar 4) Peserta didik belajar secara kritis, logis, dan penuh keterbukaan 5) Peserta didik belajar dengan penuh percaya diri Menurut Sardiman sebagaimana dikutip oleh Ida Farida Achmad (2008:45) menyebutkan bahwa ciri-ciri kemandirian belajar yaitu meliputi: 1) Adanya kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku dan bertindak atas kehendaknya sendiri 2) Memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan 3) Membuat
perencanaan
dan
berusaha
dengan
mewujudkan harapan
commit to user
ulet
dan
tekun
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 4) Mampu untuk berfikir dan bertindak secara kreatif, penuh inisiatif dan tidak sekedar meniru 5) Memiliki
kecenderungan
untuk
mencapai
kemajuan,
yaitu
untuk
meningkatkan prestasi belajar 6) Mampu menemukan sendiri tentang sesuatu yang harus dilakukan tanpa mengharapkan bimbingan dan tanpa pengarahan orang lain. Kesimpulan dari uraian di atas, bahwa kemandirian belajar adalah sikap mengarah pada kesadaran belajar sendiri dan segala keputusan, pertimbangan yang
berhubungan
dengan
kegiatan
belajar
diusahakan sendiri
sehingga
bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses belajar tersebut.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar Menurut Muhammad Nur Syam (1999: 10), ada dua faktor yang mempengaruhi, kemandirian belajar yaitu sebagai berikut: Pertama, faktor internal dengan indikator tumbuhnya kemandirian belajar yang terpancar dalam fenomena antara lain: 1) Sikap bertanggung jawab untuk melaksanakan apa yang dipercayakan dan ditugaskan 2) Kesadaran hak dan kewajiban peserta didik disiplin moral yaitu budi pekerti yang menjadi tingkah laku 3) Kedewasaan diri mulai konsep diri, motivasi sampai berkembangnya pikiran, karsa, cipta dan karya (secara berangsur) 4) Kesadaran mengembangkan kesehatan dan kekuatan jasmani, rohani dengan makanan yang sehat, kebersihan dan olahraga 5) Disiplin diri dengan mematuhi tata tertib yang berlaku, sadar hak dan kewajiban, keselamatan lalu
lintas,
menghormati
orang
lain,
dan melaksanakan
kewajiban Kedua, faktor eksternal sebagai pendorong kedewasaan dan kemandirian belajar meliputi: potensi jasmani rohani yaitu tubuh yang sehat dan kuat, lingkungan hidup, dan sumber daya alam, sosial ekonomi, keamanan dan ketertiban yang mandiri, kondisi dan suasana keharmonisan dalam dinamika positif atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 negatif sebagai peluang dan tantangan meliputi tatanan budaya dan sebagainya secara komulatif. Berdasarkan
penjelasan diatas,
maka
dapat disimpulkan bahwa
kemandirian belajar adalah faktor internal peserta didik itu sendiri yang terdiri dari lima aspek yaitu disiplin, percaya diri, motivasi, inisiatif, dan tanggung jawab, sehingga dapat di ambil kesimpulan bahwa seseorang memiliki kemandirian belajar apabila memiliki sifat percaya diri, motivasi, inisiatif, disiplin dan tanggung jawab. Keseluruhan aspek dalam penelitian ini dapat dilihat selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
B. Penelitian Yang Relevan Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif Menggunakan Macromedia Director MX (Studi Kasus Mata Kuliah Pengolahan Citra pada Jurusan S1 Sistem Informasi) Hasil yang akan dicapai dari pembuatan media pembelajaran ini adalah bahwa mahasiswa dapat memahami mata kuliah Pengolahan Citra. Diharapkan dengan adanya aplikasi ini dapat memudahkan proses belajar mengajar dan meningkatkan kualitas prestasi belajar. Hubungan Proses Belajar Mengajar Berbasis Teknologi dengan Hasil Belajar: Studi Metaanalisis Penelitian ini dilakukan di Program Studi Psikologi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kediri. Penelitian ini membahas tentang metaanalisis dari hubungan antara mengajar dan belajar dengan teknologi dan hasil belajar. Tinjauan kuantitatif mencakup 43 penelitian dari 12 artikel yang berisi sampel gabungan sekitar 25150. Analisis ini meluas sebelumnya bekerja dengan langsung mengoreksi kesalahan sampling dan pengukuran. Analisis ringkasan disediakan mendukung pengajaran itu dan belajar dengan teknologi memiliki korelasi pada hasil belajar itu. Hasil menunjukkan mengajar dan belajar dengan teknologi yang telah diidentifikasi sebagai prediktor dan hasil belajar. Pengembangan Model Pembelajaran eLearning Berbasis Web dengan Prinsip e-Pedagogy dalam Meningkatkan Hasil Belajar Penelitian ini dilakukan di Bidang Pembinaan dan Program Pendidikan BPK PENABUR Bandung. Penelitian ini membahas bahwa pembelajaran mata pelajaran ekonomi di SMA sampai saat ini masih menghadapi masalah, diantaranya para peserta didik yang masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep perekonomian dan hasil belajar yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang sudah ditetapkan sekolah. Hasil pengujian efektifitas model menunjukkan bahwa model pembelajaran e-learning berbasis web dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 prinsip e-pedagogy dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami materi mata pelajaran ekonomi dengan lebih baik yang dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar yang dicapai. Ketang Wiyono, dkk
Model Pembelajaran Multimultimedia
Interaktif Relativitas Khusus untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Peserta didik SMA
ns peserta
didik yang menggunakan model pembelajaran multimedia interaktif secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik yang memperoleh pembelajaran berpusat pada guru. Rata-rata N-gain keterampilan generik sains peserta didik kelas eksperimen 0,61 dan kelas kontrol 0,36 yang menunjukkan bahwa penggunaan multimultimedia interaktif lebih efektif daripada pembelajaran berpusat pada guru. Wahyuni Ainun Fakhriyah, Muhardjito, Sentot Kusairi (2010), yang berjudul Pengembangan Multimedia Pembelajaran IPA Fisika Berbasis Multimultimedia Flash CS5 Pokok Bahasan Optika Geometri untuk meningkatkan Pemahaman Konsep Peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Winongan
berperan sebagai
alat untuk menyampaikan materi dalam proses pembelajaran. Adanya multimedia dapat menggambarkan dan menyajikan fenomena fisika yang menyerupai keadaan sebenarnya sehingga dapat membantu peserta didik memahami konsep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelayakan multimedia pembelajaran menurut ahli multimedia sebesar 80,28% dan menurut ahli materi 88,62%, kelayakan multimedia pembelajaran dari tahap uji coba terbatas sebesar 85,21%, dan dari tahap uji coba lebih luas sebesar 85.5%. Hasil pretes pada kelas yang menggunakan multimedia adalah 28,83% dan hasil postes adalah 71,64%. pembelajaran yang dikembangkan sudah memenuhi kriteria layak dan secara keseluruhan dinyatakan baik serta dapat digunakan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik. Penelitian oleh Kropman, M., Schoch, H.P. & Teoh, H.Y. (2004). An experience in elearning: Using an electronic textbook. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber pembelajaran dengan menggunakan e-book atau buku elektronik dapat memudahkan mahasiswa bagi atau guru dalam mengakses literatur mengenai materi yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Dalam mengaksesnya pun mudah dengan mendownload di internet.
Pada saat ini, ketersediaan e-book sudah banyak baik e-book dengan sistem berbayar maupun gratis diunduh. Dalam hal kelemahan, untuk menggunakan e-book perlu alat untuk mengaksesnya yaitu perangkat keras berupa komputer atau telepon genggam (smartphone) dan
perangkat lunak. Hal ini mengakibatkan mahasiswa harus selalu membawa komputer untuk membacanya atau mengaksesnya. Oleh karena itu, masih banyak mahasiswa menggunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 buku cetak karena keefektifan membacanya lebih mudah karena tanpa alat bantu untuk
mengakses. E-book merupakan suatu alternatif bahan ajar yang dapat diperoleh dari internet atau CD-ROM dan mengkasesnya diperlukan bantuan alat yaitu komputer. Penelitian oleh Whitton, N. (2007). Motivation and computer game based learning. Hasil penelitian membuktikan bahwa komputer permainan berbasis pembelajaran yang muncul sebagai sebuah hot topik di bidang pendidikan. Komputer permainan dapat meningkatkan minat, baik di dalam potensi dari komputer game seperti belajar dan mengajar alat, dan dalam
penelitian mereka digunakan. Game merupakan suatu dasar bagian dari pengalaman manusia yang berkembang dengan cara di mana kita belajar, memberikan kesempatan untuk berlatih dan mengeksplorasi dalam sebuah lingkungan, mengajarkan keterampilan seperti bertujuan, waktu,
strategi berburu, dan manipulasi dari kekuasaan. Penelitian oleh Borzyskowski, G. (2004). Animated text: More than meets the eye? Hasil penelitian membuktikan bahwa teks animasi umumnya diasumsikan sebagai media komunikasi yang mampu menggambarkan gerak yang diterapkan dalam aplikasi komputer seperti PowerPoint, memungkinkan pengguna untuk menghidupkan teks dalam berbagai cara seperti, misalnya, slide, drop-down, spiral atau muncul huruf demi huruf ke layar, meskipun dengan kontrol terbatas. Hal ini dapat menarik perhatian siswa ke teks dan mempertahankan minat untuk menonton. Teks atau tulisan adalah alat kognitif eksternal yang dikembangkan oleh manusia dalam rangka untuk mengkompensasi keterbatasan memori dan sifat fana dari komunikasi lisan. Dengan demikian, teks menyediakan sarana untuk memfasilitasi produk dari proses kognitif siswa. Penelitian oleh Ashinida Aladdin, dkk. (2004) Pusat Pengajian Bahasa dan Linguistik Fakulti Sain Sosial dan Kemanusiaan Universiti Kebangsaan Malaysia. Penelitian tentang Penggunaan PBBK (Pembelajaran Bahasa Berbantukan Komputer) dalam Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa Arab Sebagai Bahasa Asing Satu Tinjauan Awal . Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru mempunyai persepsi yang sangat baik terhadap PBBK. Peran guru
telah menunjukkan kesediaan yang tinggi untuk menghadiri pelatihan berkaitan dengan PBBK. Penelitian oleh Siti Muslihah Isnain dan Normaliza Abd Rahim (2010), Fakulti Bahasa Modern dan Komunikasi Universiti Putra Malaysia. Penelitian tentang Gaya Ujaran Berbantu Komputer Dalam Kalangan Kanak-kanak Sekolah Rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis membuktikan kanak-kanak mempunyai pelbagai gaya ujaran mereka sendiri. Kajian ini diharapkan dapat memberikan maklumat tentang gaya ujaran yang terhasil
berdasarkan bantuan alat rangsangan, seperti komputer dalam kalangan kanak-kanak.
C.
Kerangka Berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam, baik itu zat yang terkandung atau gejala yang terdapat di alam. Prestasi belajar IPA merupakan hasil atau taraf kemampuan yang sudah dicapai seorang peserta didik sesudah mengikuti proses belajar mengajar IPA pada masa tertentu baik berupa perubahan pada tingkah laku, keterampilan serta pengetahuan dan
lalu akan diukur serta dinilai yang kemudian dituangkan dalam pernyataan nilai atau angka. Media Teknologi Informasi adalah segala suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk
menghasilkan informasi yang
berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis
untuk pengambilan keputusan dan juga untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar menggunakan media Teknologi Informasi terjadi. Kemandirian belajar merupakan suatu hal yang sangat penting dan perlu ditumbuhkembangkan pada peserta didik, karena dengan adanya kemandirian akan terbentuk upaya-upaya belajar yang giat, penuh kesungguhan tanpa merasa terpaksa maupun rangsangan dari luar. Kemandirian belajar dapat membawa peserta didik untuk terus menerus mencari ilmu tanpa harus menunggu tugas dari guru. Oleh karena itu kemandirian belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan berbagai tugas dan latihan merupakan salah satu gambaran bahwa peserta didik tersebut memiliki kemandirian belajar. Kemauan belajar dengan sungguh-sungguh, tekun dan pantang menyerah akan berdampak positif pada prestasi peserta didik. Setiap peserta didik memiliki perbedaan karakteristik ditinjau dari tingkatan kemandirian. Peserta didik yang memiliki kemandirian yang tinggi akan lebih berpeluang untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih baik. Kemandirian dalam belajar merupakan unsur yang mendasari proses pembentukan pribadi peserta didik sehingga akan menerima pelajaran yang diberikan guru tidak dirasakan sebagai beban.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 Peserta didik yang telah memiliki kemandirian belajar, tentunya dapat mengetahui hak dan kewajibannya sebagai pelajar, selain itu peserta didik yang memiliki kemandirian belajar juga memiliki inisiatif dalam proses pembelajarannya. Adapun kerangka berpikir penelitian dapat disajikan pada gambar berikut.
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
Dari skema di atas dapat dijelaskan bahwa penggunaan media berbasis IT pada pembelajaran IPA yang dipengaruhi oleh kemandirian belajar tinggi maupun rendah akan berpengaruh terhadap pretasi belajar peserta didik. D. Hipotesis 1. Prestasi belajar peserta didik dengan menggunakan media berbasis IT pada pembelajaran IPA lebih baik.
2. Prestasi belajar peserta didik dengan kemandirian belajar tinggi lebih baik dari pada kemandirian belajar rendah.
3. Ada interaksi antara penggunaan media berbasis IT pada pembelajaran IPA dan kemandirian belajar peserta didik terhadap prestasi belajar peserta didik.
commit to user