CITIZEN JOURNALISM DALAM KEBIJAKAN REDAKSIONAL: STUDI KASUS RUBRIK KOMPAS KAMPUS DI HARIAN KOMPAS Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: Hilda Savitri NIM: 109051100067
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H./ 2013 M.
CITIZ EN JOURNALISM DALAM KEBIJAKAN REDAKSIONAL: .STUDI KASUS RUBRIK KOMPAS KAMPUS DI HARIAN KOMPAS Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Hilda Savitri
NIM:
109051100067
KONSENTRASI JI]RNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAIY PEITYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1434 H./ 2013
M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul "CITIZEN JouRNALTsM DALAM KEBIJAKAN REDAKSIONAL: STUDI KAsUs RUBRIK KoMPAs KAMPUS Dr HARaN KoMpAS,', telah diujikan dalam Sidang Munaqasah di Fakultas Ilmu Dalnarah dan ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 23 September 2013. Skripsi ini telah diterima'sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata satu Konsentrasi Jumalistik.
(Sl)
pada jurusan
Ciputat, 23 September 2013 Sidang Munaqasah Sekretaris Sidang,
llrl4
RubivarlAh. MA NIP: 19730822 199803 2 001
Ade Rina Farida M. Si NIP: 19770513200701 2 018
11rrBgura,
Penguji I,
NIP: 1976112 920091 2 001
Penguji II,
Fita Fathurokhmah. M.Si NIP: 19830610 2009122 001
I 002
l-
LEMBAR PER}TYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa:
l.
skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di IJIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di IJIN Syarif Hidayatullah Jakartra.
9{{
2. 3.
Jakarta" 23 September 2013
Hilda Savitri
ABSTRAK Hilda Savitri (109051100067) Citizen Journalism dalam Kebijakan Redaksional: Studi Kasus Rubrik Kompas Kampus di Harian Kompas Setiap surat kabar pasti memiliki berbagai macam rubrik untuk memenuhi kebutuhan dan menarik minat pembacanya. Namun, saat ini tidak banyak surat kabar yang memiliki rubrik yang khusus menyajikan seputar dunia kampus. Rubrik Kompas Kampus merupakan halaman yang sengaja disediakan oleh Harian Kompas untuk memuat tulisan dan liputan seputar dunia kampus yang dibuat oleh mahasiswa. Kebijakan redaksi merupakan suatu hal mutlak yang harus dimiliki oleh sebuah media massa. Itu disebabkan kebijakan redaksi dibutuhkan media massa untuk memilih dan memilah setiap berita apa saja yang harus ditampilkan atau tidak ditampilkan sesuai dengan kebijakan redaksional medianya. Dari latar belakang di atas, maka timbul pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana kebijakan redaksiona Harian Kompas dalam menentukan materi tulisan pada rubrik Kompas Kampus? Serta kepentingan apa yang ingin dituju Harian Kompas dalam rubrik Kompas Kampus melalui kebijakan redaksionalnya? Berdasarkan kebijakan yang telah disepakati oleh tim redaksi, kriteria tulisan yang dapat dimuat dalam rubrik Kompas Kampus adalah tulisan itu aktual, memiliki informasi dan data yang lengkap, menggunakan bahasa yang baik dan mengalir, narasumber yang terpercaya dan sesuai dengan tema tulisan, inspiratif, berkaitan dengan kehidupan banyak orang, bisa menarik mahasiswa untuk ikut terlibat setidaknya memikirkan masalah yang tengah dihadapi bangsa Indonesia, dan dapat mengajak mahasiswa sebagai segmen pembacanya untuk rajin menulis. Citizen journalism dalam rubrik Kompas Kampus merupakan kolaborasi antara jurnalis profesional dengan non jurnalis yang memiliki kemampuan dalam materi yang dibahas. Melalui rubrik ini Harian Kompas bertujuan untuk mendidik masyarakat yang dalam hal ini mahasiswa agar dapat menjadi terampil seperti layaknya wartawan profesional. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Hierarki Pengaruh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese. Teori dalam kajian komunikasi massa yang menjelaskan faktor-faktor yang dapat memengaruhi konten media. Asumsi teori ini adalah isi media dibentuk oleh sejumlah faktor (inside maupun outside) dari organisasi media yang menghasilkan realitas yang berbeda-beda. Paradigma penelitian yang digunakan adalah konstruktivisme. Sedangkan pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap suatu latar atau satu orang objek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT dzat Yang Maha Besar yang senantiasa memberikan limpahan Rahmat dan Kasih-Nya kepada hambahambanya.Puji serta syukur penulis panjatkan dengan petunjuk serta Ridho-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Citizen Journalism dalam Kebijakan Redaksional: Studi Kasus Rubrik Kompas Kampus di Harian Kompas sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Seperti diketahui bahwa penyusunan skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai persyaratan dalam menyelesaikan program studi Strata Satu (S1) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari benar bahwa begitu banyak dukungan dan perhatian yang penulis dapatkan dari berbagai pihak sehingga segala kesulitan dan hambatan dalam menyusun skipsi ini akhirnya dapat dilalui. Namun tentunya, ucapan terima kasih saja belum dirasakan cukup untuk membalas dukungan-dukungan tersebut. Namun bagaimana pun, penulis menghaturkan terima kasih sedalam-dalamnya atas dukungannya baik moril maupun materil selama proses menyeselesaikan studi kepada: 1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Drs. Mahmud Jalal M.A., Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Bapak Wahidin Saputra, MA., Wakil Dekan Bidang Akademik, dan Bapak Drs. Study Rizal, LK. MA., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
ii
2. Ketiga orangtua penulis Ibu Nuri Kamalia, Bapak Masduki, dan Bapak Ramli yang tiada henti memberikan doa, dukungan, bimbingan, serta kasih sayang yang melimpah kepada penulis. 3. Ibu Rubiyanah, M.A. selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik dan Ibu Ade Rina Farida, M.Si. selaku Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik yang selalu mendukung dan memberi banyak kemudahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Dr. Suhaimi M.Si,selaku dosen pembimbing penulis yang telah begitu banyak memberikan arahan, bimbingan, nasehat dalam penyusunan skripsi ini. 5. Seluruh Dosen, serta para staf-staf tata usaha Fakultas ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Secara khusus penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Nanang Syaikhu yang banyak membimbing penulis, serta memberikan penulis kesempatan untuk mempelajari dunia tulis menulis lebih dalam. 6. Pihak Harian Kompas khususnya Ibu Chris Pudjiastuti, Bapak Juni Setiawan, dan Bapak Onto yang turut berperan dalam selesainya penulisan skripsi ini. Terimakasih telah bersedia meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk membantu penulis dalam memperoleh data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi ini. 7. Kakak dan Adik penulis,Ronni Therdiyan Mas, Muhammad Hafiz Faisal, dan Fikra Aldi Maulana. Terimakasih telah memberikan warna berbeda dalam hidup penulis selama ini.
iii
8. Lanang Sadewo, yang telah memberikan penulis banyak rasa selama enam tahun ini. Semoga masih akan ada tahun-tahun berikutnya ya! 9. Keluarga Besar Bapak Ahmad Sodri, dan Bapak Mu’atim. Terima kasih atas kasih sayang, perhatian dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Beruntung sekali bisa menjadi bagian dari kalian. 10. Teman-teman Jurnalistik B angkatan 2009, khususnya Ayang Damay, Umi Arintika, Mama Ajhe, Nyeto Bobby, Papa Tompel, Omen, Jejep, TetehTuwi, Icha, Sigit, Mas Ali, Putri N, Pipit, Devi, dan Linda. Serta tiga bocah ekonomi, Saddam, Heri, dan Tata Titatersayangyang telah berjuang bersama penulis selama di bangku kuliah. 11. Seluruh Crew Berita UIN yang telah memberikan pengalaman dan pembelajaran yang sangat berharga kepada penulis. 12. Teman-teman anggota KKN PENA dan segenap warga Gunung Seureuh , terima kasih atas kebersamaannya dan pengalamannya sebulan disana. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat menerima kritik dan saran sehingga dapat menjadi acuan pembelajaran penulis. Akhirnya, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sebagai bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya dan pembaca pada umumnya. Jakarta, 23 September 2013
Hilda Savitri
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK .................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...............................................................................
ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
v
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah ........................................................... Batasan dan Rumusan Masalah ................................................ Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................. Tinjauan Kepustakaan .............................................................. Metodologi Penelitian .............................................................. 1. Paradigma Penelitian .......................................................... 2. Pendekatan Penelitian.......................................................... 3. Metode Penelitian ............................................................... 4. Subjek dan Objek Penelitian .............................................. 5. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 6. Teknik Analisis Data ……………….................................. F. Sistematika Penulisan ............................................................... A. B. C. D. E.
1 4 4 5 6 6 7 7 7 8 8
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Teori Kierarki Pengaruh .......................................................... B. Kebijakan Redaksional……………………………… ............ C. Citizen Journalism……………………………………...……. D. Surat Kabar…………………………………………………... E. Berita…………………………………………………………
11 18 25 29 32
BAB III GAMBARAN UMUM A. B. C. D. E. F. G.
Sejarah Perkembagan Harian Kompas.................................. Visi dan Misi Harian Kompas…………………………....... Nilai-nilai Dasar Harian Kompas………………………...... Struktur Organisasi Harian Kompas…………………… ..... Tugas dan Wewenang Struktur Organisasi Haria Kompas.. . Profil Pembaca Harian Kompas……………………………. Rubrik Kompas Kampus .......................................................
v
44 47 50 50 55 62 63
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Teori Hierarki Pengaruh dalam Rubrik Kompas Kampus ..... B. Kebijakan Redaksional Rubrik Kompas Kampus................... C. Analisis Kebijakan .................................................................
63 75 80
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. B. Saran ........................................................................................ DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
87 88
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan alat penyampai informasi yang sangat penting dalam konteks kehidupan sosial bermasyarakat. Tanpa adanya media massa, otomatis manusia hanya bisa menyampaikan dan menerima informasi melalui cara-cara tradisional seperti jaringan komunikasi berantai antara satu individu ke individu yang lain. Kehidupan sosial masyarakat sama sekali tidak lepas dari pengaruh media massa. Pada umumnya terdapat tiga jenis media massa, yaitu media cetak, media elektronik, dan media online. Yang termasuk media cetak berdasarkan formatnya terdiri dari surat kabar, tabloid, majalah, buletin, dan buku. Sementara itu, yang termasuk dalam media elektronik antara lain televisi, serta radio. Sedangkan media online merupakan situs internet yang berisikan informasi aktual layaknya media cetak. Salah satu jenis media massa yang sifatnya statis dan mengutamakan pesan-pesan visual adalah media cetak. Media cetak terdiri dari dua macam yaitu surat kabar dan majalah. Surat kabar dinilai lebih up to date dalam menyajikan berita yang akan disampaikan kepada khalayak jika dibandingkan dengan majalah. Surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaranlembaran yang berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan yang dicetak dan terbit secara tetap dan periodik serta dijual untuk umum.Media ini mempunyai beberapa kelebihan dibanding yang lain yaitu dapat dibaca berulang kali dan menjangkau khalayak luas karena harganya yang relatif murah.
1
2
Harian Kompas adalah salah satu media terbesar di Indonesia. Dengan mengusung motto “Amanat Hati Nurani Rakyat” dibawah logonya, yang menggambarkan visi dan misi yang menyerukan isi hati nurani rakyat dan dinilai sebagai surat kabar nasional yang menyajikan berita dari dua sisi berbeda yang artinya netral. Harian umum yang ide pembuatannya digagas pertama kali oleh Jendral Ahmad Yani ini pertama kali diterbitkan pada tanggal 28 Juni 1965. Dari sekian rubrik yang terdapat dalam Harian Kompas, terdapat satu rubrik yang bernama Kompas Kampus. Rubrik yang terbit setiap hari Selasa ini berisi tentang berita seputar dunia kampus. Mayoritas tulisan pada rubrik tersebut merupakan hasil karya mahasiswa. Pengertian kebijakan (policy) adalah suatu tindakan yang mempunyai tujuan yang dilakukan sesorang pelaku atau sejumlah pelaku untuk memecahkan suatu masalah. Definisi lain tentang kebijakan adalahsebagai keputusan suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan tertentu sebagai keputusan atau untuk mencapai tujuan tertentu, berisiskan ketentuan-ketentuan
yang
dapat
dijadikan
pedoman
perilaku
dalam
pengambilan keputusan lebih lanjut, yang harus dilakukan baik kelompok sasaran ataupun (unit) organisasi pelaksana kebijakan, penerapan atau pelaksanaan dari suatu kebijakan yang telah ditetapkan baik dalam hubungan dengan (unit) organisasi pelaksana maupun dengan kelompok sasaran yang dimaksud. Kebijakan redaksi merupakan dasar pertimbangan suatu lembaga media massa untuk memberitakan atau menyiarkan suatu berita. Yang juga merupakan suatu sikap redaksi yang terdapat di suatu lembaga media massa,
3
terutama media cetak, terhadap masalah aktual yang sedang berkembang. Kebijakan redaksi sangat penting untuk menyikapi suatu peristiwa karena dalam dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tetapi juga sikap terhadap peristiwa itu sendiri. Kalau suatu media massa tidak memiliki kebijakan redaksi, maka dapat dipastikan beritanya tidak akan konsisten, karena ia tidak mempunyai pendirian dalam memberitakan suatu peristiwa. Karena itu harus disaring dan untuk menyaringnya harus dengan dasar pertimbangan yang ditetapkan bersama oleh pengelola media massa yang menyiarkan berita. Karena itu disiarkan tidaknya suatu peristiwa tidak sematasemata karena menarik dan pentingnya suatu berita.Biasanya ada beberapa pertimbangan untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan suatu peristiwa. Dasar pertimbangan itu ada yang bersifat ideologis, politis dan bisnis.1 Pertimbangan ideologis suatu media massa biasanya ditentukan oleh latar belakang pendiri atau pemiliknya, baik itu latar belakang agama maupun nilai-nilai yang dihayati. Seperti halnya Harian Kompas yang latar belakang agama pendirinya adalah seorang umat Katholik, menjadi menarik jika media tersebut menyajikan berita bernuansa Ramadhan. Oleh karena itu penulis memilih edisi Kompas Kampus tanggal 16 dan 23 Juli 2013 untuk diteliti karena edisi tersebut terbit bertepatang dengan bulan suci Ramadhan. Dari latar belakang permasalahan yang dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “CITIZEN JOURNALISM DALAM KEBIJAKAN REDAKSIONAL: STUDI KASUS RUBRIK KOMPAS KAMPUS DI HARIAN KOMPAS.” 1
Sudirman Teba, “Jurnalistik Baru”,(Ciputat: Kalam Indonesia, 2005) h 150.
4
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Agar batasan permasalahan lebih terarah maka penulis membatasi penelitian ini kebijakan redaksional Harian Kompas dalam rubrik Kompas Kampus edisi 16 dan 23 Juli 2013. Dua edisi tersebut penulis pilih terbit bertepatan dengan bulan suci Ramadhan 1434 H. 2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah: a. Bagaimana kebijakan redaksional Harian Kompas dalam menentukan materi tulisan pada rubrik Kompas Kampus? b. Kepentingan apa yang ingin dituju Harian Kompas dalam rubrik Kompas Kampus melalaui kebijakan redaksionalnya? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan batasan dan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan kebijakan redaksional Harian Kompas dalam menentukan materi tulisan pada rubrik Kompas Kampus. b. Untuk mengetahui kepentingan apa yang ingin dituju Harian Kompas dalam rubrik Kompas Kampus melalaui kebijakan redaksionalnya.
5
2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana pertimbangan kebijakan redaksional Harian Kompas dalam rubrik “Kompas Kampus”. b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi akademisi, praktisi, khususnya mahasiswa jurnalistik dan kepada pembaca pada umumnya. Serta dapat bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat untuk menambah wawasan. D. Tinjauan Kepustakaan Dalam menentukan judul skripsi ini penulis mengadakan tinjauan pustaka ke perpustakaan yang terdapat di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kampus-kampus lain serta melalui media internet. Dalam penelitiannya, penulis menemukan skripsi senada namun tetap memiliki perbedaan pada objek atau media dan fokus objek yang diteliti. Beberapa tinjauan pustaka tersebut ialah: 1. Skripsi milik Wiwit Irma Dewi mahasiswa S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Kebijakan Redaksional Rubrik Lintas Dunia dalam Menggunakan Sumber Berita Internasional pada Majalah Al-Wa’ie”. Dalam penelitian ini Wiwit hanya menetapkan fokus penelitian hanya pada bagaimana proses pengumpulan, peyeleksian, penyuntingan, serta tata telak suatu berita agar dapat terbit pada objek penelitian saja. Selain itu Wiwit juga tidak
6
menggunakan teori komunikasi apapun dalam penelitiannya. 2. Tesis milik Fajriannoor Fanani mahasiswa program Magister Ilmu Komunikasi Univeritas Dipenogoro yang berjudul “Analisis Kebijakan Redaksional Harian Republika pada pemberitaan Religio Politik Masa Kampanye Presiden 2009.” Dalam penelitiannya Fajrinoor lebih memfokuskan penelitiannya untuk memahami bagaimana kebijakan media yang memiliki afiliasi dengan agama tertentu dalam hal ini Republika terkait isu religio terutama pada masa kampanye presiden tahun 2009. E. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian Paradigma merupakan cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai, dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara kkhusus tentang visi realitas.2 Paradigma yang penulis gunakan dalam penelitian kali ini adalah konstruktivis. Paradigma konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma positivis. Menurut paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang yang biasa dilakukan oleh kaum positivis. Paradigma konstruktivisme yang ditelusuri dari pemikiran Weber, menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku alam, karena manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi dalam realitas sosial mereka, baik itu melalui pemberian makna ataupun pemahaman perilaku
2
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualtatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), h. 49.
7
dikalangan mereka sendiri.3 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara
holistik
(utuh).4
Pendekatan
kualitatif
digunakan
untuk
mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti merupakan suatu nilai di balik data yang tampak.5 Pemilihan penelitian kualitatif dalam penelitian ini didasari bahwa penulis bermaksud mendeskripsikan, mengkaji dan menggambarkan bagaimana proses penerapan penggunaan citizen journalism dalam kebijakan redsaksional rubrik Kompas Kampus di Harian Kompas. 3. Metode Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian studi kasus. Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu . Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. SementaraYin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis 3
http://erricasavany.blogspot.com/2010/06/paradigma-konstruktivismekritikal.html, diakses pada tanggal 27 September 2013. 4 Opcit, h.4. 5 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.3.
8
dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalam. Para peneliti berusaha menemukan semua variabel yang penting.6 Salah satu kekhususan penelitian studi kasus sebagai metoda penelitian adalah pada tujuannya. Metode studi kasus sangat tepat digunakan pada penelitian yang bertujuan menjawab pertanyaan 'bagaimana' dan 'mengapa' terhadap sesuatu yang diteliti. Melalui pertanyaan penelitian yang demikian, substansi mendasar yang terkandung di dalam kasus yang diteliti dapat digali dengan mendalam. Dengan kata lain, penelitian studi kasus tepat digunakan pada penelitian yang bersifat eksplanatori, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk menggali penjelasan kasualitas, atau sebab dan akibat yang terkandung di dalam objek yang diteliti.7 4. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah Harian Kompas, sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah kebijakan redaksional Harian Kompas. 5. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah dengan melalui wawancara. Wawancara dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung dan tertulis dengan 6
http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/metode-penelitian-studikasus/, dikases pada tanggal 27 September 2013. 7 http://fadliyanur.blogspot.com/2010/12/metode-penelitian-studi-kasus.html, diakses pada tanggal 27 September 2013.
9
Redaktur Kompas Muda, Chris Pudjiastuti. Teknik yang digunakan adalah teknik wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Hal ini bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada penulis untuk bertanya, namun tetap terarah pada masalah penelitian yang diangkat. b. Dokumentasi Dokumentasi tersebut berupa tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku, naskah, dokumen ataupun arsip-arsip yang terkait dengan pembahasan penelitian ini. Dari dokumentasi tersebut, nantinya penulis gunakan untuk mengumpulkan data dengan mempelajari bahan tertulis sehingga dapat membantu penulis dalam mencari informasi yang terkait dengan permasalahan penelitian. 6. Teknik Analisis Data Seluruh fakta dan data hasil wawancara, observasi, serta data-data pendukung lain melalui studi pustaka dan dokumentasi, selanjutnya diolah dengan menggunakan metode studi kasus yang penelitiannya dilakukan secara mendalam. Kemudian menggunakan Teori Hierarki Pengaruh dari Pamela J. Shoemaker yang terdiri dari lima level yaitu, level individual, level rutinitas media, level organisasi, level ekstramedia, serta level ideologi. F. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah maka penulis membagi pembahasannya ke dalam lima bab yang dibagi dalam sub bab sebagai berikut:
10
BAB I: PENDAHULUAN Pendahuluan ini menguraikan alasan pemilihan judul, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan keguanaan penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penelitian. BAB II: LANDASAN TEORI Bab ini menerangkan tentang kajian teoritis yang berisi
Teori Hierarki
Pengaruh, kebijakan redaksional media massa, citizen journalism, surat kabar, BAB III: GAMBARAN UMUM Bab ini membahas tentang Harian Kompas, struktur redaksi, visi dan misi Harian Kompas, serta sekilas mengenai Rubrik Kompas Kampus. BAB IV: HASIL TEMUAN DAN ANALISA DATA Dalam bab ini membahas tentang temuan dan analisis data, kebijakan redaksional Harian Kompas secara umum, serta kebijakan redaksional Harian Kompas dalam menentukan mayteri tulisan Rubrik Kompas Kampus. BAB V: PENUTUP Dalam bab terakhir ini, penulis memberikan kesimpulan terhadap apa yang diteliti. Serta memberikan saran dan lampiran yang didapat penulis.
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Teori Hierarki Pengaruh Teori Hierarki Pengaruh (Hierarcy of Influence) yang diperkenalkan oleh Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese merupakan teori dalam kajian komunikasi massa yang menjelaskan faktor-faktor yang dapat memengaruhi konten media.1 Asumsi teori ini adalah isi media dibentuk oleh sejumlah faktor (inside maupun outside) dari organisasi media yang menghasilkan realitas yang berbeda-beda. Faktor-faktor tersebut dapat digambarkan melalaui gambar berikut ini: Gambar 2.1 Hierarki Pengaruh di Media Massa
10
11
1. Level Individu Konten yang terdapat pada suatu media massa dapat dipengaruhi oleh individu-individu atau pekerja media yang ada di dalamnya. Shoemaker dan Reese mencatat ada beberapa hal dari individu yang dapat memengaruhi isi media, diantaranya adalah:3 a. Gender Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Asian American Journalists Association paa tahun 1993, terungkap bahwa adanya berita yang dipengaruhi gender. Proporsi jumlah pria dan wanita dalam sebuah media massa akan memengarui berita yang dibuat. Contohnya, seberapa seringkah isu tentang wanita diangkat bila kebanyakan pekerjanya adalah pria? b. Etnis Spike Lee, sutradara film Malcom X, pernah meminta pada sebuah media massa agar mengirimkan wartawan keturunan AmerikaAfrika untuk meliputnya. Namun permintan tersebut ditolak oleh media tersebut karena khawatir akan terjadi bias pada berita yang dibuatnya, mengingat film Malcom X bercerita tentang kehidupan aktivis keturunan Afrika- Ameika. Kesamaan etnis antar jurnalis dengan berita yang dibuatnya memang sangat rentan terjadi bias. c. Orientasi Seksual Apakah seorang jurnalis yang gay akan bersifat ojektif ketika harus meliput berita tentang gay? Secara logika, seseorang cenderung akan membella orang lain yang termasuk dalam kelompoknya. Maka,
12
sangat mungkin terjadi subjektivitas si jurnalis pada berita yang dibuatnya. 3 Ibid, h. 64 d. Latar Belakang Pendidikan Tidak semua jurnalis yang bekeija di media mssa memiliki latar belakang pendidikan jurnalistik. Banyak jurnalis yang memiliki latar belakang pendidikan lain seperti bisnis, public relation, sastra, dan lain- lain. Latar belakang pendidikan seorang jurnalis akan memengaruhi berita yang mereka buat.4 Dari sisi personal attitude, hal-hal yang dapat memengaruhi isi media adalah nillai kepercayaan yang dianut oleh individu, agama, serts kecenderungan potik individu. Sementara jika ilihat dari profesi, maka aturan-aturan profesional serta kode etik yang dipegang oleh individu juga dapat memengaruhi isi media. Ada kecenderungan bahwa latar belakang individu seseorang dapat memengaruhi bagaimana ia melihat dunia. Latar belakang pendidikan, keluarga, ekonomi, agama, dan sebagainya pada akhirnya akan memengaruhi objektivitas seorang pekerja media pada isi berita.5 2. Level Rutinitas Media Media routine diartikan sebagai sesuatu yang sudah terpola, sudah dipraktekkan oleh peerja media dan terjadi berulang-ulang. Sebagai contoh, seorang reporter menjalankan tugasnya dengan berpedoman pada aturan-aturan baku yang sudah ditetapkan di media tempatnya bekerja. Sebagai bagian dari kelompok, seorang jurnalis akan bertindak sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku di kelompoknya. Norma dan
13
aturan-aturan tersebut mengatur bagaimana mereka harus bertindak. Karena itulah, isi atau konten media juga dipengaruhi oleh kebiasan atau aturan-aturan yang diitetapkan di media massa tersebut.6 3. Level Organisasi Level ketiga dalam teori hirarki pengaruh media adalah level organisasi media. Level organisasi ini berkaitan dengan struktur manajemen oraganisasi pada sebuah media, kebijakan sebuah media dan tujuan sebuah media. Berkaitan dengan level sebelumnya pada teori hirarki pengaruh yaitu level individu dan level media rutin, level organisasi lebih berpengaruh dibanding kedua level sebelumnya. Ini dikarenakan kebijakan terbesar dipegang oleh pemilik media melalui editor pada sebuah media. Jadi penentu kebijakan pada sebuah media dalam menentukan sebuah pemberitaan tetap dipegang oleh pemilik media. Ketika tekanan datang untuk mendorong, pekeija secara individu dan rutinitas mereka harus tunduk pada organisasi yang lebih besar dan tujuannya.7 Berkaitan dengan struktur dan kebijakan sebuah organisasi dari sebuah media tentunya berkaitan dengan tujuan dari sebuah media. Tujuan dari sebuah media pada sistem ekonomi kapitalis tentunya berkaitan dengan profit. Seperti apa yang dikatakan oleh Shoemaker dan Reese bahwa nilai kepercayaan mendasar pada sistem ekonomi kapitalis adalah kepemilikan
individu,
pengejaran
untuk
yang
berkaitan
dengan
kepentingan pengusaha dan pasar bebas. Tujuan dari profit ini selain untuk menggerakkan roda
14
organisasi dan kelangsungan sebuah media juga berkaitan dengan keuntungan yang akan didapat dari sebuah media. Dan karena faktor ekonomilah yang menyebabkan sebuah media yang jarang sekali mengkritisi sebuah sponsor yang memberikan keuntungan pada sebuah media, dalam hal ini seperti iklan. Contohnya jarang sekali media yang mengkritisi pemakaian produk rokok pada masyarakat yang menjadi sponsornya. Ini dikarenakan jika sebuah media mengkritisi maka perusahaan rokok yang mensponsori sebuah media akan menarik iklannya dari media tersebut. Dan pada akhirnya akan menyebabkan kerugian pada media tersebut.9 Selain kebijakan yang berkaitan dengan sponsor, terkadang pemilik sebuah media memiliki afiliasi politik atau pemimpin sebuah partai politik. Inilah yang mempengaruhi pemberitaan sebuah media karena berkaitan dengan kepentingan politik pemilik media. Jadi besar kemungkinan pemberitaan yang diberitakan tidak akan bertentangan dengan kebijakan politik sebuah organisasi yang berafiliasi dengan pemilik media. Di satu sisi tujuan keuntungan untuk sebuah perusahaan turut mempengaruhi konten dari sebuah media. Dan sifatnya mengikat pada pekerja media yang mengharuskan pekerja media mencari pemberitaan yang menguntungkan. Titik fokus level ini adalah pada pemilik atau pemimpin media yang menentukan kebijakan sebuah media 4. Level Ekstra Media Level ekstra media adalah pengaruh-pengaruh pada isi media yang berasal dari luar organisasi media itu sendiri. Pengaruh-pengaruh dari
15
media itu berasal dari sumber berita, pengiklan dan penonton, kontrol dari pemerintah, pangsa pasar dan teknologi Sumber berita memiliki efek yang sangat besar pada konten sebuah media massa, karena seorang jurnalis tidak bisa menyertakan pada laporan beritanya apa yang mereka tidak tahu. Contohnya adalah seorang jurnalis hampir tidak pernah menjadi saksi mata sebuah kecelakaan pesawat. Hingga untuk mendapatkan sebuah berita mereka mendapatkan informasi dari jurnalis lainnya, dari orang yang berada di tempat kejadian, dari sumber resmi pemerintah dan polisi, dari petugas bandara dan dari advokasi keselamatan konsumen; dan dari tiap individu memiliki sudut pandang yang unik dan berbeda tentang apa yang terjadi.10 Contoh di atas menjelaskan bahwa si media yang diberitakan oleh seorang jurnalis dapat dibentuk oleh sumber berita. Karena sudut pandang yang berbeda dari sumber berita itu sendiri. Bahkan kadang sumber berita juga bisa menjadi bias bagi sebuah berita karena sumber berita juga bisa bohong terhadap seorang jurnalis dalam sebuah wawancara. Unsur selanjutnya dari extra media level adalah unsur pengiklan dan pembaca. Unsur ini sangat berpengaruh dalam level ekstra media karena iklan dan pembaca adalah penentu kelangsungan sebuah media, kedua unsur inilah yang membiayai jalannya produksi dan sumber keuntungan dari sebuah media.11 Karena pemasukan dari iklan sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan sebuah media massa komersil, perusahaan iklan yang lebih
16
besar menjadi memiliki kekuatan yang lebih besar, contohnya perusahaan multinasional dan agensi periklanan memiliki kekuatan untuk menyensor pesan atau pemberitaan yang diberikan sebuah media Unsur ketiga yang mempengaruhi konten pada pemberitaan sebuah media adalah kontrol dari pemerintah. Pemerintah dapat mengkontrol pemberitaan sebuah media jika bertentangan dengan kebijakan sebuah pemerintahan dalam sebuah negara. Kontrol dari pemerintah biasanya berupa sebuah kebijakan peraturan perundang-undangan atau dari lembaga negara seperti Kementerian atau lembaga negara lainnya.12 Unsur keempat yang mempengaruhi isi dari pemberitaan sebuah media adalah pangsa pasar media. Media massa beroperasi secara primer pada pasar yang komersil, dimana medias harus berkompetisi dengan media lainnya untuk mendapatkan perhatian dari pembaca dan pengiklan.13 Inilah yang membuat media berlomba-lomba untuk mendapatkan keuntungan dari iklan dan pembaca lewat konten dari media itu sendiri. Unsur yang terakhir yang membentuk efek dari luar organisasi media adalah teknologi. Konten media dapat dipengaruhi oleh teknologi yang digunakan. Kemajuan teknologi turut memberikan pengaruh bagi konten sebuah media. Teknologi seperti komputer dapat memudahkan sebuah media untuk memberikan berita yang lebih luas kepada masyarakat. Ada empat alasan mengapa teknologi dapat mempengaruhi sebuah media terutama media cetak, pertama, komputer membantu editor dan
17
penyunting berita untuk menyiapkan grafik informasi yang bisa memberikan pemberitaan yang lebih baik. Kedua, teknologi pada komputer dapat membuat kualitas foto yang lebih baik bagi media cetak. Ketiga, reporter menggunakan computer untuk mengakses data dan menggunakan informasinya untuk menyiapkan berita yang lebih baik. Keempat, sebuah media cetak dapat membuat halaman dengan komputer, editor dapat memiliki kontrol yang lebih terhadap design dari halaman.14 Terobosan dalam hal teknologi yang melahirkan media baru seperti internet, turut menciptakan era konvergensi media. Konvergensi media sangat membantu karena turut mempercepat arus informasi. Media seperti televisi, koran, telepon dan media informasi lainnya menyatu dalam internet. Kemajuan ini sangat menguntungkan tapi juga berpengaruh pada konten media. Biasanya konten berita pada media seperti internet lebih pada model berita straight news. Ini dikarenakan arus pemberitaan yang sangat cepat dan berita yang lama lebih cepat tergantikan dengan berita yang baru. Dan internet juga memunculkan fenomena citizen journalism yaitu pemberitaan dari masyarakat pembaca itu sendiri, ini dikarenakan pada internet masyarakat dapat membuat beritanya sendiri. 5. Level Ideologi Setiap media massa memiliki ideology yang mereka pegan g teguh sebagai landasan dalam berpikir dan bertindak. Ideologi bukanlah sebuah system kepercayaan individu, ia memakan fenomena level sosial. Pada level ideology ini kita dapat melihat dengan lebih dekat bagaimana media berfungsi sebagai perpanjangan tangan dari sebuah kepentingan yang kuat
18
di masyarakat. Bagaimana rutinitas media, nilai-nilai, dan struktur organisasi bersatu untuk mempertahankan ideology mereka. Ideology bukan sesuatu yang berada di balik layar, akan tetapi ideology adalah sebagai sesuatu yang tumbuh secara natural. B. Kebijakan Redaksional 1. Pengertian Kebijakan Redaksional Secara
umum
kebijakan
diartikan
sebagai
kearifan
mengelola.Dalam ilmu sosial, kebijakan diartikan sebagai dasar-dasar haluan untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan-tindakan dalam mencapai suatu tujuan. I5Di sisi lain, pengertian kebijakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak dalam suatu organisasi.1 Sementara itu, pengertian redaksional berasal dari kata redaksi yang berarti suatu bagian terpenting dalam organisasi media komunikasi massa yang tugas pokoknya menelola isi media massa baik cetak ataupun elektronik. Secara umum redaksi mempunyai tugas dan wewenang untuk pengadaan, pengelolaan,penampilan, dan penyusun komposisi naskah sesuai dengan misi media tersebut.2 Berdasarkan Kamus Jurnalistik, redaksional adalah bagian penerbitan pers yang menangani masalah pemberitaan atau isi media massa. Dipimpin oleh seorang kepala bagian yang disebut pemimpin redaksi dan membawahi redaktur pelaksana, para
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi ketiga) (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 149. 2 Maskun Iskandar, Ensiklopedia Nasional Indonesia (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990), h.125.
19
redaktur desk, koordinator reporter, reporter, fotografer, dan koresponden.3 Kebijakan Redaksional adalah ketentuan yang disepakati oleh redaksi media massa tentang kriteria berita atau tulisan yang boleh dan tidak boleh dimuat atau disiarkan, juga kata, istilah, atau ungkapan yang tidak boleh dan boleh dipublikasikan, sesuai dengan visi dan misi media tersebut.Dalam media radio/TV, kebijakan redaksi soal penggunaan bahasa dituangkan dalam standar kata siaran. Di media cetak (suratkabar, majalah, tabloid), kebijakan itu dirinci dalam ”buku gaya bahasa” (style book) atau buku pedoman penggunaan standar kata/ bahasa untuk keseragaman penulisan.Gaya penulisan itu harus ditaati oleh wartawan agar terjadi keseragaman dalam teknis penulisan kata-kata, gaya bahasa atau kalimat, dan istilah. Kebijakan redaksional ditetapkan sebagai standar bagi wartawan dan penyiar demi ciri khas media sekaligus menjaga keseragaman bahasa di kalangan wartawan/penyiar. Misalnya, kita sering menemukan beragam gaya penulisan ”Al-Quran” dan ”Allah SWT”. Berbagai macam gaya yang sering digunakan media massa dalam menulis dua kata tersebut antara lain Alquran, al-Quran, Al-Quran, Al-Qur’an, al-Qur’an; Allah SWT, Allah Swt, Alloh SWT, bahkan Alloh Azza wa Jalla. Contoh lain, soal penulisan gelar. Satu media menambahkan titik di belakang singkatan gelar. Media lainnya mengabaikan titik itu demi penghematan kata (economy of word). Contoh, Prof. Dr. Ahmad, S.H.
3
Asep Syamsul M. Romli, Kamus Jurnalistik,(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008), h.110.
20
(dengan titik) – Prof Dr Ahmad, SH (tanpa titik).4 Kebijakan redaksional lebih memusatkan perhatian kepada bagaimana aspek-aspek dan misi tulisan dan gambar yang sesuai dengan kepentingan dan selera khalayak yang relatif beragam. Karena sifat khalayak dan anonim dan heterogen, maka bahasa jurnalistik yang dipilih tentu harus memenuhi asas anonim dan heterogenitas itu. Agar memudahkan seluruh pengelola, maka pedoman pemakaian bahasa jurnalistik ini lazimnya dituangkan dalam sebuah buku khusus intern sebagai rujukan resmi dalam peliputan, penulisan, pemuatan, penyiaran, atau penayangan berita, laporan, tulisan dan gambar pada media bersangkutan.5 Dalam buku Jurnalistik Baru, Sudirman Tebba mendifinisikan kebijakan redaksi media massa sebagai berikut: “Kebijakan redaksi merupakan dasar pertimbangan suatu lembaga media massa untuk memberitakan atau menyiarkan suatu berita. Kebijakan redaksi juga merupakan sikap redaksi suatu lembaga media massa, terutama media cetak, terhadap masalah actual yang sedang berkembang, yang biasanya dituangkan dalam bentuk tajuk rencana. Kebijakan redaksi itu penting untuk menyikapi suatu peristiwakarena dalam dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tetapi juga sikap terhadap peristiwa itu sendiri.Kalau suatu media massa tidak memiliki kebijakan redaksi, maka dapat dipastikan beritanya tidak akan konsisten, karena ia tidak mempunyai pendirian dalam memberitakan suatu peristiwa, ia seperti keranjang sampah yang memuat apa saja.” Selain itu, peristiwa menarik dan penting yang terjadi sehari-hari sangat banyak, sehingga tidak mungkin semuanya disiarkan. Oleh karena itu, harus dilakukan penyaringan dan menyaringnya harus ada dasar 4
http://fannyshining.blogspot.com/2011/10/kebijakan-redaksional-editorial-
policy.html 5
Drs. AS Haris Sumadiria M.Si, Bahasa Jurnalistik ((Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 23.
21
pertimbangan yang ditetapkan bersama oleh pengelola lembaga media massa yang menyiarkan berita. Berdasarkan hal tersebut disiarkan atau tidaknya suatu peristiwa tidak semata-mata karena menarik dan pentingnya suatu peristiwa atau pernyataan, tetapi juga karena sesuai tidaknya dengan kebijakan redaksi suatu lembaga media massa yang menyiarkan peristiwa itu.6Pertimbangan yang digunakan bisa menyangkut aspek apakah tulisan atau berita itu bernilai atau tidak, menarik tidaknya bagi pembaca, serta menjadi corak politik yang dianut penerbit pers tersebut.7 Biasanya ada beberapa dasar pertimbangan untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan suatu peristiwa.Dasar pertimbangan itu ada yang bersifat ideologis, politis, dan bisnis. Pertimbangan ideologis suatu media massa biasanya ditentukan oleh latar belakang pendiri atau pemiliknya, baik itu latar belakang agama maupun nilai-nilai yang dihayati. Pertimbangan kedua untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan suatu peristiwa adalah masalah politik, karena kehidupan pers selalu berkaitan dengan masalah politik. Karena pers merupakan indkator demokrasi. Kehidupan pers di suatu negara dapat mencerminkan demokratis atau tidaknya negara tersebut. Kemudian yang menjadi dasar pertimbangan lain suatu media massa adalah masalah bisnis. Misalnya, ada media massa yang didirikan oleh umat Islam menyiarkan peritiwa-peristiwa yang menjadi kepentingan umat agama lain, karena sebagian besar belanja iklan dikuasai oleh 6
Ibid, h. 151. Kurniawan Junaedi, Ensiklopedia Pers Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1991), h.
7
257.
22
kalangan non-Muslim. Hal ini sangat penting karena boleh dikata sekarang tidak ada media massa yang bisa hidup dan berkembang tanpa memuat atau menayangkan Islam.8 Dari pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa kebijakan redaksional adalah ketetapan yang dijadikan landasan atau pedoman dasar oleh sebuah media massa, termasuk Harian Kompas. Harian Kompas menjadikan kebijakan redaksional yang telah mereka tetapkan sebagai acuan dalam menentukan sikap terhadap isu tertentu, dan juga sebagai dasar pertimbangan dalam memilih berita apa saja yang layak atau tidak layak untuk diterbitkan pada halaman surat kabar mereka. 2. Struktur Redaksi Media Massa Dalam penerbitan atau perusahaan pers, yang berwenang mengizinkan atau menolak suatu berita untuk dipublikasikan sepenuhnya ada di tangan redaksi.Setiap divisi dalam redaksi suatu media massa memiliki fungsinya masing-masing hingga melahirkan suatu produk berita. Berikut adalah struktur redaksi yang umum berlaku di banyak media di Indonesia.9 a. Pemimpin redaksi Pemimpin redaksi adalah jabatan tertinggi dalam jajaran redaksi. Ia bertanggung jawab terhadap: (1) mekanisme dan aktivitas kerja keredaksian sehari-hari, (2) mengawasi isi seluruh rubrik media massa yang dipimpinnya, (3) menetapkan kebijakan dan mengawasi seluruh kegiatan, (4) bertindak sebagai jenderal atau komandan yang perintah atau
8
Opcit, h.152. 9 Zaenuddin HM, The Journalist,(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011),
h. 71.
23
kebijakannya harus dipatuhi bawahannya, (5) bertanggung jawab bila pemberitaan medianya atau wartawannya digugat pihak lain, (6) secara rutin bertugas menulis tajuk rencana atau opini redaksi. b. Redaktur pelaksana/eksekutif Redaktur Pelaksana (Redpel) bertanggung jawab langsung kepada pemimpin redaksi.Redpel adalah pelaksana dari kebijakan umum yang dibuat penerbitan pers dan pelaksana yang diberikan pemimpin redaksinya. c. Redaktur Redaktur adalah orang yang bertanggung jawab terhadap isi halaman media.Redaktur bertugas mengelola rubrik yang menjadi tanggung jawabnya.Tugas redaktur meliputi perencanaan isi rubrik, member dan mengarahkan tugas peliputan, penulisan, dan melakukan penyuntingan.10 d. Koordinator liputan Koordinator liputan (KL) memiliki kedudukan dan fungsi, yakni mengoordinasi wartawan dan mengatur tugas-tugas liputan para wartawan.KL mengatur para wartawan dalam urusan atau tugas-tugas liputan dilapangan, yang tentu saja dikoordinasikan dengan redaktur yang menangani halaman.Urusan kewartawanan dan masalah peliputan sepenuhnya menjadi wewenang dan tanggung jawab KL. e. Reporter Reporter merupakan ujung tombak redaksi dalam mencari 10
Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, Bagaimana Mengelola Media Korporasi – Organisasi, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), h.176.
24
berita.Reporter itulah yang terjun langsung ke lapangan meliput semua peristiwa yang terjadi untuk dikemas menjadi berita.Reporter berada langsung di bawah penguasaan redaktur.11
C. Citizen Journalism Citizen Journalism adalah praktek jurnalisme yang dilakukan oleh non profesional jurnalis dalam hal ini oleh warga.Citizen Journalist adalah warga biasa yang menjalankan fungsi selayaknya jurnalis profesional yang pada umumnya
menggunakan
channel
media
baru
yaitu
internet
untuk
menyebarkan informasi dan berita yang mereka dapat. Shayne Bowman dan Chris Willis lantas mendefinisikan citizen journalism sebagai “…the act of citizens playing an active role in the process of collecting, reporting, analyzing, and disseminating news and information”.12Citizen journalism sering juga disebut dengan istilah participatory journalism, netizen journalism, open source journalism, dan grassroot journalism.13 1. Bentuk-bentuk Citizen Journalism Nurudin mengutip mengutip tulisan D. Lasica dalam Online Journalisms Review (2003) membagi citizen journalism dalam beberapa bentuk, yaitu:14 a. Partisipasi audiens atau masyarakat yang memberikan komentarkomentar pada blog pribadi, foto, atau video yang ditulis oleh anggota
11
Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik, (Bandung: Nuansa, 2004), h. 55. http://media.kompasiana.com/new-media/2012/04/20/citizen-journalism-apadan-bagaimana-451185.htmldiakses pada Rabu, 28 Agustus 2013. 13 Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2009), h. 215. 14 Ibid, h.217. 12
25
sebuah komunitas. b. Berita independen dan informasi yang ditulis dalam website. c. Partisipasi di berita situs. Dalam hal ini adalah berisi komentarkomentar pembaca atas sebuah berita yang disajikan media tertentu. d. Tulisan ringan seperti dalam milis dan e-mail. e. Situs pemancar pribadi. Disisi lain, Steve Outing mengklasddifikasikan citizen journalism sebagai berikut:
a. citizen journalism membuka ruang untuk komentar publik. Dalam ruang itu, pembaca atau khalayak bisa bereaksi, memuji, mengkritik, atau menambahkan bahan tulisan jurnalisme profesional. Pada media cetak jenis konvensional ini biasa dikenal dengan surat pembaca.
b. menambahkan pendapat masyarakat sebagai bagian dari artikel yang ditulis. Warga diminta untuk ikut menuliskan pengalamannya pada sebuah topik utama liputan yang dilaporkan jurnalis.
c. Kolaborasi antara jurnalis profesional dengan non jurnalis yang memiliki kemampuan dalam materi yang dibahas. Tujuannya dijadikan alat untuk mengarahkan atau memeriksa keakuratan artikel. Terkadang profesional non jurnalis ini dapat juga menjadi kontributor tunggal yang menghasilkan artikel tersebut.
d. Bloghouse warga. Bentuknya blog-blog tidak berbayar seperti wordpress.com, blogger, atau multiply. Melalui blog, orang bisa berbagi cerita tentang dunia, dan bisa menceritakan dunia berdasarkan pengalaman dan sudut pandangnya.
26
e. Newsroom citizen transparency blogs. Bentuk ini merupakan blog yang disediakan sebuah organisasi media sebagai upaya transparansi. Dalam hal ini pembaca bisa melakukan, keluhan, kritik, atau pujian atas apa yang ditampilkan organisasi media tersebut.
f. Stand-alone jornalism site, yang melalui proses editing. Sumbangan laporan dari warga, biasanya tentang hal-hal yang sifatnya sangat lokal, yang dialami langsung oleh warga. Editor berperan untuk menjaga kualitas laporan, dan mendidik warga (kontributor) tentang topik-topik yang menarik dan layak untuk dilaporkan.
g. Stand alone, yang tidak melaui proses editing. h. Gabungan gabungan stand-alone citizen journalism site website dan edisi cetak.
i. Hybrid. Pro citizen journalism. Suatu kerja organisasi media yang menggabungkan pekerjaan jurnalis profesional dengan jurnalis warga.
j. Penggabungan antara jurnalisme profesional dengan jurnalisme warga dalam satu atap. Webite membeli tulisan dari jurnalis profesional dan menerima tulisan jurnalisme warga. 2. Kelebihan Citizen Journalism a. Citizen journalism mendorong terciptanya iklim demokratisasi. Citizen journalism mempunyai kebebasan dalam mempublikasikan beritanya karena tidak terikat oleh sebuah media yang memiliki kebijakan tersendiri dalam memberitakan sesuatu. Dengan adanya kebebasan ini akan memberikan beragam informasi kepada masyarakat. Secara tidak langsung pula, mendukung gerakan demokratisasi.
27
b. Citizen journalism memupuk budaya tulis dan baca masyarakat. Selama ini budaya tulis dan baca kalah dengan budaya dengar dan lihat. Dengan adanya citizen journalism masyarakat akan lebih tertarik membaca agar dapat melengkapi data pada berita yang akan di tulis. c. Citizen journalism dapat memantangkan terciptanya public sphere (ruang publik) di masyarakat. Masyarakat dapat memberitakan dan memberikan komentar apa saja tanpa ada aturan atau larangan tertentu seperti halnya yang dilakukan pada media tertentu. d. Citizen journalism juga manifestasi fungsi kontrol sosial media. Ketika kekuasaan tidak dapat terkontrol secara efektif, citizen journalism memberikan
suntikan
vitamin
untuk
melakukan
kontrol
atas
ketimpangan di masyarakat. Media utama sangat treikat oleh aturan yang melingkupinya sehingga tidak semua berrita yang masuk ke meja redaksi dapat dipublikasikan.15
D. Surat Kabar Surat kabar merupakan media massa tertua dibandingkan dengan media massa lainnya. Kegiatan surat kabar dimulai setelah ditemukannya mesin cetak oleh John Gutternberg di Jerman. Surat kabar berkembang pertama kali di Eropa yang kemudian merambah ke Amerika. Surat kabar memiliki keterbatasan karena hanya bias dinikmati oleh mereka yang melek huruf, serta lebih banyak disenangi oleh orang tua dibandingkan remaja dan anak-anak.
15
Ibid, h.219-220.
28
Jika dilihat dari segi periode terbit surat kabarterbagi menjadi dua, yaitu surat kabar harian, dan surat kabar mingguan. Surat kabar harian adalah surat kabar yang terbit setiap hari baik dalam edisi pagi, maupun edisi sore. Sedangkan surat kabar mingguan adalah surat kabar yang terbit paling sedikit satu kali dalam seminggu. Sementara itu, dari segi isi surat kabar juga dapat dibedakan menjadi dua, yakni surat kabar yang bersifat umum yang isinya terdiri atas berbagai macam informasi untuk masyarakat umum. Serta surat kabar yang bersifat khusus, isinya memiliki ciri khas tertentu dan memilikipembaca tertentu pula, misalnya surat kabar untuk pedesaan, surat kabar untuk wanita, dan sebagainya.16 Sebuah surat kabar berbeda dari tipe publikasi lain karena kesegeraannya, karakteristik headline- nya, dan keanekaragaman liputan yang menyangkut berbagai topik isu dan peristiwa. Selanjutnya, surat kabar yang merupakan salah satu medium jurnalistik, menurut Agee, mengemban fungsi primer dan fungsi sekunder. Fungsi primer surat kabar terdiri dari tiga, yaitu: 1. Menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang terjadi dalam suatu komunitas, negara, dan dunia. 2. Mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya ke dalam fokus berita. 3. Menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan media.
16
Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M.Sc., Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h. 127.
29
Sedangkan fungsi sekunder surat kabar terdiri atas: 1. Mengampanyekan proyek-proyek yang bersifat kemasyarakatan yang diperlukan sekali untuk membantu kondisi-kondisi tertentu. 2. Memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita komik, kartun, dan cerita-cerita khusus. 3. Melayani pembaca sebagai konselor yang ramah. 4. Menjadi agen informasi dan memperjuangkan hak.17
Rubrikasi Masri Sareb dalam bukunya mengungkapkan pengertian rubrik adalah sebagai berikut: “Asal usul istilah”rubrikasi” dimulai tidak lama setelah Guternberg menemukan mesin cetak, sehingga banyak buku yang di produksi secara missal.Pada cetakan awal, buku tersebut rata-rata berukuran tebal.Untuk menandai (bookmark sekarang) buku satu dengan buku lainnya, disekat dengan menggunakan pita berwarna merah. Dalam bahasa latin merah berarti ruber. Karena itu, hingga kini untuk menandai ruang satu dengan ruang lain disebut rubrikasi. Rubrik dalam media cetak sama dengan menu. Menu adalah sajian tertentu, yang khas, dimana masing-masing mempunyai cita rasa dan warna yang berbeda.Seorang pembaca yang menyukai menu A, belum tentu menyukai menu B, begitu sebaliknya.Tidak setiap menu disantap.Demikian pula pembaca, mereka sering membaca hanya rubrik yang paling disukai saja.”18 Sedangkan menurut Harimurti Kridalaksana, rubrik adalah kelompok karangan, tulisan atau berita yang digolongkan atas dasar aspek atau tema tertentu.19 Pendapat lain mengenai pengertian rubrik adalah yang diungkapkan oleh Onong Uchjana Effendi, yaitu rubrik merupakanistilah dari bahasa 17
Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar,(Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia,
2011), h. 41. 18
R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 88. 19 Harimurti Kridalaksana, Leksian Komunikasi, (Jakarta: Pradnaya Paramita, 1984), h. 89.
30
Belanda yang berarti ruangan pada surat kabar, majalah, atau media cetak lainnya mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan masyarakat, misalnya rubrik wanita, rubrik pendapat, rubrik pembaca, rubrik editorial, dan sebagainya.20 Rubrikasi memiliki sisi positif dan negatif.Sisi positif rubrikasi adalah dapat
mempermudah
pembaca
dalam
mencari
informasi
yang
diinginkan.Sedangkan sisi negatifnya adalah dengan adanya rubrikasi seperti itu menyebabkan ketidakleluasaan informasi dalam menempati atau memilih tempat dan waktu yang disediakan. Dengan kata lain, hal itu menyebabkan pembatasan terhaap tampilan informasi. Rubrikasi menyebabkan reduksi atas fakta, misalnya berita yang terjadi di Surabaya mungkin memiliki nilai berita yang berlaku secara nasional, tetapi karena ada pembatasan rubrik, akhirnya hanya muncul pada rubrik lokal. Dilemma yang lain adalah tuntutan antara spesialisasi dengan generalisasi. Maksud generalisasi disini yaitu agar materi informasi menjadi spesialisasi, hingga akhirnya ada kecenderungan memilah-milah wartawan dengan spesialisasi tertentu.21
E. Berita 1. Pengertian Berita Tidak ada aktivitas jurnalistik tanpa berita.Unsur terpenting dari aktivitas media dan jurnalistik adalah berita.Profesi wartawan pun sebagian besar berkaitan dengan berita.Salah satu tugas wartawan adalah 20
Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi Mandar Maju, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1989), h. 316. 21 Redi Panuju, Nalar Jurnalistik: Dasar-dasar Jurnalistik, (Malang: Bayu Media Publising, 2005) h. 90-97.
31
mencari, menulis, dan menyajikan berita. Seorang wartawan akan merasa tidak berarti apabila dalam tugas jurnalistik yang dijalaninya pada akhirnya tidak dapat menghasilkan berita yang layak. Selain itu, wartawan juga harus mengenal berita seperti yang digariskan oleh suratkabarnya. Ini berarti wartawan harus mempelajari falsafah dan sejarah surat kabar di mana dia bekerja.22 Tidak ada rumusan tunggal mengenai pengertian berita. Berita sulit didefinisikan, sebab ia mencakup banyak variabel. Berita lebih mudah dikenali daripada diberi batasannya.23 Dari segi etimologis, berita sering disebut juga dengan warta. Warta berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu vrit atau vritta, yang berarti kejadian atau peristiwa yang telah terjadi. Persamaan dalam bahasa Inggris dapat dimaknakan dengan write. Istilah berita dalam bahasa Indonesia disadur dari asal kata vritta dalam bahasa Sansekerta, yang berarti kejadian atau peristiwa yang telah terjadi. Menurut KBBI ada beberapapengertian berita, yaitu cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.Berita juga diartikan sebagai kabar, laporan dan pemberitahuan, atau pengumuman.Di antara berbagai pengertian itu, salah satu yang cocok dengan konteks pembicaraan jurnalistik adalah berita sebagai keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat.Satu kata terakhir dalam pengertian itu memberi tekanan 22
bahwa berita itu
sebuah peristiwa
yang
Luwi Ishwara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta: Kompas, 2007), h.
29. 23
Asep Syamsul M. Romli, S.IP, Jurnalistik Praktis untuk Pemula, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h. 3.
32
hangat.Hangat dalam artian sesuatu yang baru saja terjadi dan penting untuk diketahui khalayak.24 Ada banyak pengertian tentang berita, baik mengacu pada substansi isi, tujuan penyajiannya, akses pemerolehan informasi dan aktualitas isi.25 Berikut beberapa definisi berita menurut para ahli: Dalam buku Here’s The News, Paul De Massenner mendefinisikan berita sebagai sebuah informasi penting dan menarik perhatian serta minat khalayak. Doug Newsom dan James A. Wollert dalam Media Writing News for the Mass Media (1985:11) mengemukakan, dalam definisi sederhana, berita adalah apa saja yang ingin dan diketahui orang atau yang lebih luas lagi oleh masyarakat. Dengan melaporkan berita, media massa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai apa yang mereka butuhkan. Definisi lain, yang disampaikan oleh Dean M. Lyle Spencer dalam News Writing mengenai berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian sebagian besar pembaca.Michael V. Charnley dalam Reporting (1965) menegaskan, berita adalah laporan tercepat mengenai fakta dan opini yang menarik atau penting, atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar penduduk. Williard C. Bleyer dalam Newspaper Writing and Editional menulis, berita adalah sesuatu yang termasa yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar, karena dia dapat menarik para pembaca 24
Suhaemi, M.Si dan Ruli Nasrullah, M.Si, Bahasa Jurnalistik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 27. 25 Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), h. 45-46.
33
untuk membaca berita tersebut.26 Sementara itu Sudirman Tebba dalam bukunya yang berjudul Jurnalistik Baru mengatakan, berita adalah sebuah cerita tentang peristiwa.Ini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan ceritanya.Jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita.27 2. Jenis-jenis Berita Dalam penyajiannya, berita dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai jenis. Jenis berita sangat bergantung pada aspek ketersediaan bahan dan sumber berita, di samping gaya penyajian berita. Berkaitan dengan jenis-jenis berita, Haris Sumadiria (2005) menyatakan ada tiga jenis berita dalam aktivitas jurnalistik, yaitu: a. Berita Elementary (1) Straight news report Yaitu berita yang berwujud laporan langsung dari suatu peristiwa dan memiliki nilai objektivitas fakta yang dapat dibuktikan. (2) Dept news report Yaitu berita yang berwujud laporan fakta-fakta sebelum atau sesudah kejadian yang mempengaruhinya.Berita jenis ini sedikit berbeda dengan straight news report karena memerlukan kolaborasi fakta-fakta lain yang terkait, yang bukan merupakan opini wartawan. 26
Drs. AS Haris Sumadiria M.Si, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2005), h. 64. 27 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, h. 55.
34
(3) Comprehensive news Yaitu berita yang berisi tentang suatu peristiwa dengan sajian fakta-fakta secara menyeluruh yang ditinjau dari berbagai aspek yang mempengaruhi. b. Berita intermediate (1) Interpretative news report Yaitu berita yang memfokuskan pada peristiwa yang bersifat kontroversial dengan dukungan fakta-fakta yang ada dan menarik perhatian public. Pada berita ini wartawan memberikan analisis dan interpretasi dalam penulisannya tentang peristiwa dan fakta yang terjadi sehingga dapat menguak makna yang sebenarnya dari suatu peristiwa yang diberitakan. (2) Feature story report Yaitu berita yang menyajikan informasi dan fakta yang menarik perhatian pembaca. Beritaini dikemas lebih menarik dan bersifat ringan, akan tetapi tetap focus menyajikan esensi berita yang berdasar sudut pandang atau pengalaman nyata dengan gaya penulisan yang lebih sederhana, terkadang humor dan berbeda sudut pandang dari kebanyakan berita yang telah ada sebelumnya. c. Berita advance (1) Dept reporting Yaitu laporan jurnalistik tentang suatu peristiwa actual yang disajikan secara lebih mendalam, tajam, lengkap, dan utuh dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui dari berbagai perspektifdan lengkap tentang suatu peristiwa yang terjadi.Biasanya, berita jenis
35
ini dikemas dalam bentuk laporan utama, yang melibatkan lebih banyak wartawan. (2) Investigating report Yaitu berita yang memfokuskan pada peristiwa yang kontroversial, seperti berita interpretatif.dalam berita investigative, wartawan melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap fakta yang ada sehingga memperoleh fakta-fakta baru yang bersifat khusus dan memiliki nilai berita yang tinggi. (3) Editorial news Yaitu berita yang menyajikan pikiran institusi media terhadap suatu peristiwa yang actual dan layak mendapat perhatian public. Wartawan yang bertugas menulis editorial atau tajuk tidak bekerja untuk dirinya
sendiri, melainkan sebagai sikap institusi media
massa tertentu sebagaibagian pemberian informasi kepada publik.28 Disisi lain, Ashadi Siregar (2007) mengklasifikasikan berita menjadi empat golongan, yaitu: a. Berita langsung Berita langsung digunakan untuk menyampaikan kejadiankejadian
penting
yang
secepatnya
perlu
diketahui
oleh
pembaca.Disebut berita langsung (straight news) karena unsur-unsur terpenting dari peristiwa itu harus langsung disampaikan kepada pembaca.Berita langsung juga disebut sebagai hard news, karena fakta yang digunakan bersifat keras.Yang dimaksud dengan fakta keras adalah fakta yang segera dapat diukur berdasarkan persepsi inderawi 28
Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, h. 47-49.
36
manusia. b. Berita ringan Berita ringan tidak mengutamakan unsur penting yang hendak diberitakan, melainkan sesuatu yang menarik.Berita ini biasa ditemukan sebagai kejadian yang manusiawi dalam kejadian penting.Berdasarkan kejadiannya, berita ringan dapat dibedakan atas dua jenis. Pertama, berita ringan yang kejadiannya merupakan sampiran dari peristiwa penting yang diberitakan lewat berita langsung (disebut side bar).Kedua, berita ringan yang kejadiannya berdiri sendiri, jadi tidak terkait dengan suatu peristiwa penting yang bias dituliskan sebagai berita langsung. c. Berita kisah Berita kisah ialah tulisan mengenai kejadian yang dapat menyentuh perasaan, ataupun yang menambah pengetahuan pembaca lewat penjelasan, rinci, lengkap, serta mendalam. Berita ini tidak terkait akan aktualitas. Nilai utamanya adalah dalam unsur manusiawi atau informasi yang dapat menambah pengetahuan. d. Laporan mendalam Laporan mendalam pada dasarnya memiliki struktur dan cara penulisan yang sama dengan berita kisah. Perbedaannya terletak pada adanya unsur manusiawi yang terdapat dalam berita kisah, yang belum tentu ditemukan dalam berita mendalam. Laporan mendalam digunakan untuk menuliskan permasalahan
37
secara lebih lengkap, mendalam dan analitis.Cara penulisan seperti ini dimaksudkan untuk menyajikan informasi agar pembaca lebih memahami duduk perkara suatu masah.29
3. Konsep Berita Berita bukanlah suatu hal yang sederhana.Berita harus disusun dengan bahan yang memadai, dituliskan dengan benar, dan harus member makna bagi public.Oleh karena itu, beritaharus disusun berdasarkan konsep-konsep yang dapat mendukung penulisan berita agar menjadi berbobot dan berkualitas. George Fox Mott dalam buku News Survey of Journalism (1958) menegaskan, ada delapan konsep berita yang patut diperhatikan kalangan wartawan, media massa, dan bahkan masyarakat. Kedelapan konsep berita tersebut terdiri dari: a. Berita sebagai laporan tercepat. Berita adalah laporan tercepat yang disiarkan medi massa dan dapat menarik perhatian karena dianggap penting oleh masyarakat. Kecepatan dalam mencari, mengumpulkan, hingga menyusun berita harus menjadi fokus. b. Berita sebagai rekaman Berita sebagai rekaman menitikberatkan pada fungsi berita sebagai dokumentasi suatu peristiwa atau masalah yang sedang terjadi. c. Berita sebagai fakta objektif
29
Ashadi Siregar, Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2007), h. 154-158.
38
Berita adalah laporan tentang fakta secara apa adanya, dan bukan merupakan fakta yang seharusnya. Cara pandang wartawan dan media dalam menyeleksi peristiwa sangat menentukan fakta yang akan diambil, aspek apa yang akan ditonjolkan dan aspek apa yang perlu dihilangkan.
d. Berita sebagai interpretasi Berita sebagai interpretasi menitikberatkan pada fungsi berita sebagai fakta yang berbicara sehingga mampu menimbulkan interpretasi di kalangan masyarakat.Berita memuat interpretasi dan analisis wartawan, disamping member interpretasi kepada masyarakat. e. Berita sebagai sensasi Sensasi di sini harus tetap berorientasi pada fakta yang ada.Sensasi harus diimbangi dengan atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori.Selain itu, sensasijuga tetap harus berdasarkan pendekatan yang rasional. f. Berita sebagai media insane Konsep ini yang menjadikan berita sebagai alat untuk menimbulkan simpati, empati, dan bahkan kontroversi dikalangan pembaca.Sekalipun tetap ditafsirkan dengan akal sehat, terkadang berita juga dapat membuat orang terhanyut. g. Berita sebagai ramalan Berita bukan sekadar laporan fakta yang sesungguhnya, berita harus mampu memberi interpretasi, prediksi, dan konklusi di kalangan publik.
39
h. Berita sebagai gambar Penyajian gambar yang dapat menarik perhatian pembaca untuk
memperkuat
pemahaman
terhadap
berita
yang
disajikan.Gambar, foto dan karikatur merupakan pesan-pesan yang hidup sekaligus menghidupkan deskripsi verbal lainnya. Karena itu, surat kabar dan majalah hanya akan menjadi lembaran-lembaran mati yang membosankan jika hadir tanpa foto dan gambar.30 4. Kriteria Nilai Berita Untuk membuat atau mendapatkan berita yang baik, maka diperlukan criteria nilai berita (news value).Nilai berita menjadi acuan bagi para jurnalis / wartawawan, bahkan editor untuk memutuskan fakta yang lebih pantas menjadi berita.Brian S. Brook dalam News Reporterand Editing (1980) menyebutkan, kriteria umum nilai berita yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut. a. Keluarbiasaan, berita adalah sesuatu yang luar biasa, bukan peristiwa biasa. b. Kebaruan, berita adalah semua yang terbaru. c. Akibat, berita adalah hal yang berdampak luas. d. Aktual, berita yang sedang atau baru terjadi, aktualitas waktu dan masalah. e. Kedekatan, berita adalah sesuatu yang dekat, baik psikologis dan geografis. f. Informasi, berita adalah informasi. Informasi adalah hal yang bias
30
Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, h. 50.
40
menghilangkan ketidakpastian. g. Konflik, berita adalah konflik atau pertentangan. h. Orang penting, berita adalah tentang orang-orang penting, figur publik. i. Kejutan, berita adalah kejutan yang datangnya tiba-tiba, diluar dugaan, saat sebelumnya hamper tidak mungkin terjadi. j. Ketertarikan manusia, berita adalah hal yang menggetarkan hati, menggugah perusahaan, mengusik jiwa. Lebih cenderung emosional daripada rasional. k. Seks, berita adalah informasi seputar seks, yang terkait dengan perempuan. Disisi lain Septian Santana K menjelaskan elemen nilai berita sebagai berikut:31 a. Immediacy, berkaitan dengan kesegaran peristiwa yang dilaporkan atau nilai baru. b. Proximity, keterdekatan peristiwa dengan khalayak dalam keseharian mereka. c. Consequence, nilai berita yang memberikan konsekuensi atau memiliki pengaruh bagi khalayak. d. Conflict, berkaitan dengan peristiwa perang, demonstrasi, kriminal, atau perseturuan. e. Oddity, peristiwa yang tidak biasa terjadi atau jarang ditemui. f. Sex, berkaitan dengan perselingkuhan, hubungan antar individu. g. Emotion, biasanya disebut dengan elemen human interest dimana elemen ini berkaitan dengan kisah-kisah yang menyentuh emosi manusia. h. Prominence, berkaitan dengan keterlibatan orang-orang penting atau terkenal. i. Suspense, adanya peristiwa yang mengejutkan atau sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu. j. Progress, berkaitan dengan perkembangan sebuah peristiwa. 31
Septiawan Sentana K, Jurnalistik Kontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h.18-20.
41
5. Teknik Menulis Berita Setiap orang yang membuat sebuah karya jurnalistik harus sangat memperhatikan gaya atau teknik penulisan. Sebab, dalam dunia pers unsur kecepatan dan ketepatan merupakan hal yang paling utama. Penulisan berita juga harus mengacu pada konsep piramida terbalik. Berbeda dengan menulis sebuah novel atau semua karya yang bukan berita, yang memulai jalan ceritanya dengan latar belakang jalannya berita yang terus berkembang menuju klimaks, hal itu tidak berlaku dalam pembuatan sebuah berita. Penulisan berita dimulai dengan menempatkan klimaks pada alinea pertama atau biasa disebut lead, kemudian berkembang menjadi rincian berita yang bersifat sebagai data pendukung isi berita. Manfaat dari pola piramida terbalik dalam penulisan sebiuah berita adalah agar nilai berita tersebut dapat ditulis dengan langsung tanpa penjelasan yang lebih panjang sehingga khalayak dapat memahami isi berita tanpa harus membaca berita tersebut secara keseluruhan. Selain itu, berita yang ditulis dengan pola piramida terbalik dapat memudahkan kerja redaktur dalam menyiasati masalah keterbatasan kolom atau space dalam surat kabar. Dengan pola piramida terbalik ini setiap jurnalis harus memikirkan bagaimana paragraf-paragraf terdepan beritanya telah mengandung unsur who, what, where, why, when, dan how atau biasa disebut dengan rumus 5W+1H.32 Suhaimi dan Ruli Nasrullah mengutip Juan L. Marcado 32
Suhaimi, M.Si dan Ruli Nasrullah, M.Si, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009),h.30
42
menyatakan unsur-unsur yang harus dipenuhi ketika menulis berita media cetakagar mudah dipahami oleh khalayak, antara lain: a.
Menulis bukan untuk memengaruhi, tetapi untuk mengungkapkan
b.
Uraian berita harus efektif dengan menggunakan bentuk kalimat aktif.
c.
Penyampaian berita harus dinamis dengan menggunakan kata kerja.
d.
Memakai bahasa khusus dan konkret, untuk menghasilkan penyajian yang dapat “dilihat, dirasa, diraba, dan dicium” panca indra.
e.
Menggunakan kata sifat seperlunya, untuk menghindari isi penulisan yang abstrak dan tidak jelas.
f.
Sebaiknya menulis dilakukan seperti kita sedang berbicara agar tulisan diminati seperti dalam percakapan.33
33
Ibid, h. 18-19.
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah dan Perkembangan Harian Kompas Dahulu, sekitar tahun 1960-an Petrus Kanisius Ojong dan Jakob Oetama bertemu dan membicarakan mengenai dilarang masuknya majalah luar negeri ke Indonesia. Pada saat itu PK Ojong merupakan Pemimpin Redaksi Star Weekly, sedangkan Jakob Oetama adalah Pemimpin Redaksi majalah Penabur. Mereka bertemu dan memperbincangkan mengenai pembaca Indonesia yang terkucil karena tidak ada majalah luar negeri yang diperkenankan masuk ke Indonesia. Kemudian keduanya sepakat untuk membentuk sebuah terobosan yang mendobrak isolasi tersebut dengan sebuah majalah bernama "Intisari". Intisari adalah awal dari kerjasama PK. Ojong dengan Jakob Oetama. Disebut Sang Pemula karena memang kemudian menjadi awal dari Kelompok Kompas Gramedia (KKG). 1 Majalah Intisari terbit pada 7 Agustus 1963 dengan 22 artikel, hitam putih, berukuran 14x17,5 cm, tebal 128 halaman, dan tanpa cover. Jakob Oetama tercantum sebagai pemimpin redaksi, tetapi PK Ojong dan Adi Subrata tidak tercantum sebagai pengasuh. Penjualan pertama teijual sebanyak 10.000 eksemplar.2 Memasuki tahun 1965, suhu politik di Indonesia memanas akibat adanya aksi dari Partai Komunis Indonesia yang melakukan kegiatan sepihak dan menyuarakan dibentuknya angkatan kelima untuk menghadapi alat-alat kemanan negara yang sah, yaitu ABRI. Menanggapi hal tersebut Panglima TNI AD Letjen Ahmad Yani bersama Drs. Frans Seda, rekannya di
33
34
kabinet, mencetuskan ide agar dibentuknya koran untuk melawan pers komunis. Kemudian Frans Seda menghubungi rekannya di Partai Katolik, Ignatius Josef Kasimodan rekannya di Intisari PK Ojong dan Jakob Oetama. Mereka menggarap ide tersebut dan mempersiapkan penerbitan. Pada awalnya, mereka memilih nama "Bentara Rakyat" karena bertujuan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa yang membela rakyat bukanlah PKI. Soekarno mendengar rencana penerbitan Koran tersebut dan menyarankan agar diberi nama "Kompas" yang berarti sebagai pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan atau hutan rimba. Maka jadilah Kompas sebagai nama Koran tersebut hingga saat ini, sementara itu Bentara Rakyat dijadikan sebagai nama Yayasan Bentara Rakyat sebagai penerbit Harian Kompas. Para pendiri Yayasan Bentara Rakyat adalah para pemimpin organisasi Katolik seperti: Partai Katolik, Wanita Katolik, PMKRI, dan PK Ojong. Pengurus yayasan terdiri dari Ketua: IJ Kasimo, Wakil Ketua: Drs. Frans Seda, Penulis I: FC Palaunsuka, Penulis II: Jakob Oetama, dan Bendahara: PK Ojong.3 Walaupun mendapat dukungan dari berbagai pihak, proses ijin terbit tetap mengalami kesulitan. Sejumlah syarat diungkapkan PKI dan kaki tangannya untuk mempersulit terbitnya Kompas. Berbagai persyaratan dapat dilalui sampai akhirnya hanya satu persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu dan menyuarakan dibentuknya angkatan kelima untuk menghadapi alat-alat kemanan negara yang sah, yaitu ABRI. Menanggapi hal tersebut Panglima TNI AD Letjen Ahmad Yani bersama Drs. Frans Seda, rekannya di kabinet, mencetuskan ide agar dibentuknya koran untuk melawan pers komunis. Kemudian Frans Seda menghubungi rekannya di Partai Katolik, Ignatius Josef
35
Kasimodan rekannya di Intisari PK Ojong dan Jakob Oetama. Mereka menggarap ide tersebut dan mempersiapkan penerbitan. Pada awalnya, mereka memilih nama "Bentara Rakyat" karena bertujuan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa yang membela rakyat bukanlah PKL Soekarno mendengar rencana penerbitan Koran tersebut dan menyarankan agar diberi nama "Kompas" yang berarti sebagai pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan atau hutan rimba. Maka jadilah Kompas sebagai nama Koran tersebut hingga saat ini, sementara itu Bentara Rakyat dijadikan sebagai nama Yayasan Bentara Rakyat sebagai penerbit Harian Kompas. Para pendiri Yayasan Bentara Rakyat adalah para pemimpin organisasi Katolik seperti: Partai Katolik, Wanita Katolik, PMKRI, dan PK Ojong. Pengurus yayasan terdiri dari Ketua: IJ Kasimo, Wakil Ketua: Drs. Frans Seda, Penulis I: FC Palaunsuka, Penulis II: Jakob Oetama, dan Bendahara: PK Ojong. Walaupun mendapat dukungan dari berbagai pihak, proses ijin terbit tetap mengalami kesulitan. Sejumlah syarat diungkapkan PKI dan kaki tangannya untuk mempersulit terbitnya Kompas. Berbagai persyaratan dapat dilalui sampai akhirnya hanya satu persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu mengumpulkan bukti adanya 3.000 calon pelanggan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut Frans Seda berinisiatif mengumpulkan tanda tangan dari sejumlah anggota partai, guru-guru sekolah, dan anggota-anggota Koperasi Kopra Primer di Kabupaten Ende Lio, Kabupaten Sikka, dan Kabupaten Flores Timur. Dalam waktu singkat, tanda tangan dapat terkumpul dan ijin terbit pun berhasil didapat. Pers PKI yang bereaksi keras terhadap Kompas pun mulai menghasut masyarakat dengan mengartikan Kompas sebagai
36
Komando Pastor.4 Harian Kompas lahir pada tanggal 28 Juni 1965 dengan mengusung motto "Amanat Hati Nurani Rakyat". Kompas pertama terbit dengan empat halaman berisi sebelas berita luar negeri dan tujuh berita dalam negeri di halaman pertama. Berita utama di halaman satu ketika itu beijudul "KAA Ditunda Empat Bulan". Di halaman pertama pojok kiri atas tertulis nama Pemimpin Redaksi: Drs. Jakob Oetama. Staf Redaksi: Drs. J. Adisubrata, Lie Hwat Nio SH, Marcel Beding, Th. Susilastuti, Tan Soei Sing, J. Lambangdjaja, Tan Tik Hong, Th. Ponis Purba, Tinon Prabawa, dan Eduard Liem.5 Oplah Harian Kompas selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya sejak dicetak di percetakan yang lebih baik. Dari yang semula hanya 4.800 eksemplar menjadi 8.003 eksemplar. Pada 26 Juni 1967, oplah Kompas 30.650 eksemplar. Setahun kemudian menjadi 44.400 eksemplar. Dua tahun kemudian penjualan Kompas telah mencapai 80.412 eksemplar. Dari jumlah itu, sekitar 40% teijual di Jakarta kurang lebih 31.000, selebihnya beredar di luar Jakarta. Setelah tahun 1980-an oplah Kompas mengalami perkembangan pesat hingga 600.000 pada tahun 1986 selama sebulan. Sekarang rata-rata 500.000 eksemplar (Senin-Jumat), sekitar 600.000 di hari Sabtu-Minggu. Oplah terbesar dicapai pada waktu ulang tahun Bung Karno ke 100 tahun dengan oplah 750.000 eksemplar dalam edisi khusus.6 B. Visi dan Misi Harian Kompas Moto "Amanat Hati Nurani Rakyat" di bawah logo Kompas menggambarkan visi dan misi bagi disuarakannya hati nurani rakyat. Kompas
37
ingin berkembang sebagai institusi pers yang mengedepankan keterbukaan, meninggalkan pengkotakan latar belakang suku, agama, ras, dan golongan. Ingin berkembang sebagai "Indonesia Mini", karena Kompas sendiri adalah lembaga yang terbuka dan kolektif. Ingin ikut serta dalam upaya mencerdaskan bangsa. Kompas ingin menempatkan kemanusiaan sebagai nilai tertinggi, mengarahkan fokus perhatian dan tujuan pada nilai-nilai yang transenden atau mengatasi kepentingan kelompok. Rumusan bakunya adalah "humanism transcendental". "Kata Hati Mata Hati", pepatah yang kemudian ditemukan menegaskan semangat empati dan compassion Kompas. 1. Visi Harian Kompas "Menjadi
Institusi
yang
Memberikan
Pencerahan
Bagi
Perkembangan Masyarakat Indonesia yang Demokratis dan Bermartabat, Serta Menjunjung Tinggi Asas dan Nilai Kemanusiaan." Suhu politik di Indonesia memanas menjelang tahun 1965 ketika Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan kegiatan sepihak, bahkan menyuarakan perlunya dibentuk angkatan kelima untuk menghadapi alatalat keamanan negara yang sah, ABRI. Dengan dalih landreform PKI melakukan penyerobotan tanah milik negara. Aksi serupa ini dilukiskan oleh “Harian Rakyat” sebagai adil dan patriotik. Suatu hari awal tahun 1965, Letjen Ahmad Yani (1922-1965) selaku Menteri/Panglima TNI-AD menelpon rekannya sekabinet, Drs. Frans Seda. Yani melemparkan ide menerbitkan koran melawan pers komunis. Frans Seda menanggapi ide itu, membicarakan dengan Ignatius Josef Kasimo (1900-1986) – sesama rekan di Partai Katolik – dan dengan rekannya yang memimpin majalah Intisari,
38
Petrus Kanisius Ojong (1920-1980) dan Jakob Oetama. PK. Ojong dan Jakob Oetama kemudian menggarap ide tersebut dan memersiapkan penerbitan koran. Semula nama yang dipilih adalah “Bentara Rakyat”, penggunaan nama itu dimaksudkan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa pembela rakyat yang sebenarnya bukanlah PKI. Dalam keperluan dinas, Frans Seda sebagai Menteri Perkebunan (19641966) menghadap presiden di Istana Merdeka, Soekarno telah mendengar bahwa Seda akan menerbitkan sebuah koran lalu menyarankan nama “Kompas”, yang berarti pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan atau hutan rimba. Maka jadilah nama Kompas hingga saat ini, sementara nama Yayasan Bentara Rakyat sebagai penerbit harian Kompas. Para pendiri Yayasan Bentara Rakyat adalah para pemimpin organisasi Katolik seperti: Partai Katolik, Wanita Katolik, PMKRI, dan PK. Ojong. Pengurus yayasan terdiri dari Ketua: I.J. Kasimo, Wakil Ketua: Drs. Frans Seda, Penulis
I:
F.C.
Palaunsuka,
Penulis
II:
Jakob
Oetama,
dan
berkat
dari
Bendahara:PK.Ojong. Walaupun
restu
dari
Presiden
Soekarno,
Mgr.Soegijapranoto, dan bantuan pimpinan Angkatan Darat, proses izin terbit mengalami kesulitan. PKI dan kakitangannya “menguasai” aparatur, khususnya Departemen Penerangan Pusat dan daerah. PKI tidak mentolerir sebuah harian yang akan menjadi saingan berat. Tahap demi tahap rintangan dapat diatasi, pusat memberi ijin prinsip namun harus dikonfirmasikan ke Daerah Militer V Jaya. Persyaratan terakhir untuk dapat terbit, harus ada bukti 3.000 (tiga ribu) orang pelanggan. Frans Seda punya inisiatif mengumpulkan tanda tangan anggota partai, guru sekolah,
39
anggota-anggota koperasi Kopra Primer di Kabupaten Ende Lio, Kabupaten Sikka, dan Kabupaten Flores Timur. Dalam waktu singkat daftar 3.000 pelanggan lengkap dengan alamat dan tanda tangan terkumpul.
Bagian
perizinan
Puskodam
V
Jaya
menyerah
dan
mengeluarkan ijin terbit. Pers PKI yang melihat kehadiran “Kompas” bereaksi keras, bahkan mulai menghasut masyarakat dengan mengartikan “Kompas” sebagai “Komando Pastor”. Minggu, 27 Juni 1965, sekitar tengah malam jalan Kramat Raya sudah sepi. Pertunjukkan terakhir bioskop Rivoli juga telah berakhir, dan penonton beberapa jam lalu berhamburan pulang. Tinggal beberapa becak yang masih mangkal di malam yang dingin itu. Tidak jauh dari situ kegiatan percetakan PN Eka Grafika (dahulu Percetakan Abadi) baru mulai, beberapa orang berkumpul mengelilingi mesin cetak Duplex. PK. Ojong (alm), Jakob Oetama serta beberapa wartawan Theodorus Purba (alm), Tinon Prabawa (alm), Tan Soe Sing (Indra Gunawan), Eduard Liem (Edward Linggar), Roestam Affandi, Djoni Lambangdjaja, August Parengkuan , dan Harthanto (alm). Mereka nampak tidak sabar dan waswas, diantara mereka sebentar-sebentar melihat arlojinya mirip sebuah penantian lahirnya bayi pertama. Wartawatinya, Erka Muchsin (alm) dan Threes Susilastuti (alm) menanti penuh harap di rumah. Di sudut lain, duduk di kursi menghadap meja korektor adalah Kang Hok Djin, Kang Tiauw Liang, DJ.Pamoedji, Dimyati, Marjono, dan Petrus Hutabarat. Ketika koran pertama Kompas muncul dari mesin cetak, tepuk tangan menyambutnya. Diiringi kilatan lampu kilat dari kamera Sudardja (wartawan foto majalah Penabur), suasana seketika menjadi
40
berubah. Harian Kompas lahir tanggal 28 Juni 1965 dengan motto “Amanat Hati Nurani Rakyat” itu, keesokan harinya mulai dipasarkan. Kompas pertama terbit empat halaman. Kompas edisi pertama memasang sebelas berita luar negeri dan tujuh berita dalam negeri di halaman pertama. Berita utama di halaman satu ketika itu berjudul “KAA Ditunda Empat Bulan”. Pojok Kompas di kanan bawah mulai memperkenalkan diri, “Mari ikat hati. Mulai hari ini, Dengan, …. Mang Usil”. Di halaman pertama pojok kiri atas tertulis nama : Pemimpin Redaksi Drs. Jakob Oetama, Staf Redaksi : Drs. J. Adisubrata, Lie Hwat Nio SH, Marcel Beding, Th. Susilastuti, Tan Soei Sing, J. Lambangdjaja, Tan Tik Hong, Th. Ponis Purba, Tinon Prabawa, Eduard Liem. Sementara istilah Tajuk Rencana ketika itu belum ada, namun halaman II ada lahirnya Kompas, tajuk surat kabar ini. Di halaman II pula terdapat antara lain berita luar negeri dan dua berita dalam negeri. Ditambah tiga artikel, satu diantaranya menyangkut luar negeri. Di halaman ini ada kolom hiburan Senyum Simpul. Halaman III ketika itu antara lain berisi tiga artikel, satu diantaranya mengenai luar negeri. Ada pula alasan mengenai penyakit ayan dari Dr. Kompas. Sedangkan halam IV antara lain berita dan artikel luar negeri dua dan satu dalam negeri. Di halaman ini hanya tercatat dua berita olahraga, satu diantaranya mengenai “Persiapan Team PSSI ke Pyongyang”. Waktu itu iklan masih kurang dari separuh halaman. Dari enam iklan, satu diantaranya dari redaksi Kompas tentang “Permintaan menjadi langganan Kompas”. Iklan paling besar dan bergambar hanya satu, yaitu obat batuk dan cacingan.
41
Kedua perintis Kompas setiap saat terjun langsung ke bawah. Mereka berusaha agar dari hari ke hari mutu Kompas kian baik. Karena itu, setelah sebulan di cetak di Eka Grafika, harian ini kemudian dicetak di Percetakan Masa Merdeka Jl. Sangaji, Jakarta. Percetakan ini memang lebih baik. Meskipun sistem settingnya masih cetak timbul, namun percetakannya sendiri sudah menggunakan mesin rotasi. Karena itu, daya cetaknya lebih cepat. Dan memang semenjak itulah oplah Kompas naik dari semula 4.800 eksemplar di masa Eka Grafika, melonjak menjadi 8.003 eksemplar. Pada tanggal 26 Juni 1967 oplah Kompas 30.650 eksemplar. Tepat setahun kemudian, tanggal 26 Juni 1968 menjadi 44.400. Ini berarti penambahan tiap bulan pukul rata 1.146 eksemplar.
Pada
tanggal 26 Juni 1969 (ketika harian ini membuka sebuah stand di Jakarta Fair) oplahnya meningkat menjadi 63.747 eksemplar. Tepat 26 Juni 1970 batas 80.000 telah dilewati. Tepatnya oplah Kompas telah mencapai 80.412 eksemplar. Dari jumlah itu, kira-kira 31.000 beredar di Jakarta saja. Ini berarti hampir 40%. Selebihnya (60%) tersebar di luar Jakarta, di seluruh Nusantara. Pola ini, menandakan bahwa Kompas menjadi harian nasional dan bukan harian lokal atau koran daerah, sudah ternyata sejak semula dan bertahan terus sampai kini. Setelah tahun 1980-an oplah Kompas mengalami perkembangan pesat, misalnya 600.000 tahun 1986 selama sebulan. Sekarang rata-rata 500.000 eksemplar (Senin-Jumat), sekitar 600.000 di hari Sabtu-Minggu. Oplah terbesar dicapai pada waktu ulang tahun Bung Karno ke 100 tahun dengan oplah 750.000 eksemplar
42
dalam edisi khusus.1 B.Visi dan Misi Harian Kompas Moto “Amanat Hati Nurani Rakyat:” di bawah logo Kompas, menggambarkan visi dan misi bagi disuarakannya hati nurani rakyat. Kompas ingin berkembang sebagai institusi pers yang mengedepankan keterbukaan, meninggalkan pengkotakan latar belakang suku, agama, ras dan golongan. Ingin berkembang sebagai “Indonesia mini”, karena Kompas sendiri adalah lembaga yang terbuka, kolektif. Ingin ikut serta dalam upaya mencerdaskan bangsa. Kompas ingin menempatkan kemanusiaan sebagai nilai tertinggi, mengarahkan fokus perhatian dan tujuan pada nilai-nilai yang transenden atau mengatasi kepentingan kelompok. Rumusan bakunya adalah “humanisme transcendental”. “Kata Hati Mata Hati”, pepatah yang kemudian ditemukan, menegaskan semangat empati dan compassion Kompas.2 a. Visi Harian Kompas “Menjadi Perkembangan
Institusi
Yang
Masyarakat
Memberikan
Indonesia
Yang
Pencerahan
Bagi
Demokratis
Dan
Bermartabat, Serta Menjunjung Tinggi Asas Dan Nilai Kemanusiaan” Dalam kiprahnya di industri pers “Visi Kompas” berpartisipasi membangun masyarakat Indonesia baru berdasarkan Panca Sila melalui
prinsip
humanisme
transcendental
(persatuan
dalam
perbedaan) dengan menghormati individu dan masyarakat adil dan makmur. Secara lebih spesifik bisa diuraikan sebagai berikut:
1
Company Profile Harian Kompas 2 Ibid
43
1) Kompas adalah lembaga pers yang bersifat umum dan terbuka. 2) Kompas
tidak
melibatkan
diri
dalam
kelompok-kelompok
tertentubaik politik, agama, sosial, atau golongan, ekonomi. 3) Kompas secara aktif membuka dialog dan berinteraksi positif dengan segala kelompok. 4) Kompas adalah Koran nasional yang berusaha mewujudkan aspirasi dan cita-cita bangsa. 5) Kompas bersifat luas dan bebas dalam pandangan yang dikembangkan tetapi selalu memperhatikan konteks struktur kemasyarakatan dan pemerintahan yang menjadi lingkungan.3 b. Misi Harian Kompas “Mengantisipasi Dan Merespon Dinamika Masyarakat Secara Profesional, Sekaligus Memberi Arah Perubahan (Trend Setter) Dengan Menyediakan Dan Menyebarluaskan Informasi Terpercaya”. Kompas berperan serta ikut mencerdaskan bangsa, menjadi nomor satu dalam semua usaha diantara usaha-usaha lain yang sejenis dalam kelas yang sama. Hal tersebut dicapai melalui etika usaha bersih dengan melakukan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan lain. Hal ini dijabarkan dalam lima sasaran operasional, yaitu: 1) Kompas memberikan informasi yang berkualitas dengan ciri: cepat, cermat, utuh, dan selalu mengandung makna. 2) Kompas memiliki bobot jurnalistik yang tinggi dan terus dikembangkan untuk mewujudkan aspirasi dan selera terhormat yang dicerminkan 3
Ibid
dalam gaya kompak, komunikatif dan kaya
44
nuansa kehidupan dan kemanusiaan. 3) Kualitas informasi dan bobot jurnalistik dicapai melalui upaya intelektual yang penuh empati dengan pendekatan rasional, memahami jalan pikiran dan argumentasi pihak lain, selalu berusaha mendudukan persoalan dengan penuh pertimbangan tetapi tetap kritis dan teguh pada prinsip. 4) Berusaha
menyebarkan
informasi
seluas-luasnya
dengan
meningkatkan tiras. 5) Untuk dapat merealisasikan visi dan misi Kompas harus memperoleh keuntungan dari usaha. Namun keutungan yang dicari bukan sekadar demi keuntungan itu sendiri tetapi menunjang kehidupan layak bagi karyawan dan pengembangan usaha sehingga mampu
melaksanakan
tanggung
jawab
sosialnya
sebagai
perusahaan.4 C. Nilai-nilai Dasar Harian Kompas Seluruh kegiatan dan keputusan harus berdasarkan dan mengikuti nilainilai sebagai berikut: a. Menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan harkat dan martabatnya. b. Mengutamakan watak baik c. Profesionalisme d. Semangat kerja tim. e. Berorientasi pada kepuasan konsumen (pembaca, pengiklan, mitra kerja –
4
Ibid,
45
penerima proses selanjutnya) f. Tanggung jawab sosial. g. Selanjutnya, kita bertingkah laku mengikuti nilai-nilai tersebut, dengan begitu kita akan memberikan jasa yang memuaskan bagi pelanggan.5 D. Struktur Organisasi Harian Kompas Kompas diterbitkan oleh PT. Kompas Media Nusantara. Perusahaan ini dipimpin langsung oleh Jacob Oetama sebagai direktur utama. Dalam organisasi ini, seperti penerbitan lain, terdapat tiga komponen utama yang menjadi tulang punggung terbitnya Kompas, yakni Penerbit, Redaksi, dan Perusahaan. Pemimpin umum dijabat oleh Jacoeb Oetama dan wakil pemimpin
umum:
S.T.
Sularto,
Agung
Adiprasetyo.
Pemimpin
redaksi/Penangung Jawab: Rikard Bagun. Wakil Pemimpin Redaksi: Trias Kuncahyono, Taufik H. Miharja. Redaktur Senior: Ninok Leksono. Redaktur Pelaksana: Budiman Tanuredjo. Wakil Redaktur Pelaksana: Andi Suruji, James Luhulima. Sekretaris Redaksi: Retno Bintarti, M.Matsir.11 Staf Redaksi: Sri Hartati Samhadi, Jimmy S. Harianto, Tri Harijono, P. Tri Agung Kristanto, Myrna RatnaM., J. Osdar, Pieter P. Gero, Hariadi Saptono, Johny TG, Mohammad Bakir, Banu Astono, Ninuk Pambudy, Chris Pudjiastuti, Bambang Sigap Sumantri, Bre Redana, Maria Hartiningisih, Irwan Julianto, Simon Saragih, Brigitta Isworo Laksmi, Muhammad Subhan, Subur Tjahjono, Frans Sartono, Kenedi Nurhan, Agus Hermawan, Buyung Wijaya Kusuma, Djoko Poernomo, Maruli Tobing, Gunawan Setiadi, Muh. Sudarto JS., Diah Marsidi, Yesayas Oktavianus, Budiarto Shambazy, Julian
5
Ibid, h. 5
46
Sihombing, Mulyawan Karim, Yuni Ikawati, Rena L. Patiradjawane, Agnes Aristiarini, M. Suprihadi, AW. Subarkah, Ibrahimsyah Rahman, Soelastri, Ratih P. Soedarsono, Pepih Nugraha, Arbain Rambey, M. Cordula, M. Kuntari, Anton Sanjoyo, R. Adhi Kusumaputra, Suhartono, Salomo Simanungkalit, C. Windoro AT., Rakaryan Sukarputra, Eddy Hasby, Alif Ichwan, Clara Wresti, Korano Minolash LMS., Pascal S. Bin Saju, Ferry Santoso, Elok Dyah Messwati, Joice Tauris Santi, Pingkan Elita Dundu, Yunaldi, Imam Prihadiyoko, Edna Caroline, Osa Tiryatna, Agus Susanto, Lusiana Indriasari, Dahono Fitrianto, Nawa Tunggal, Susana Rita, Iwan Santosa, Susi Ivvaty, Marcellus Hernowo, Luki Aulia, Cokorda Yudistira, Yulia Sapthiani, Dewi Indriastuti, Orin Basuki, Maria Susy Berindra A., Nur Hidayati, Wisnu Dewabrata, Antonius Tomy Trinugroho, Doty Damayanti, Amir Sodikin, Evy Rachmawati, B. Josie Susilo Hardianto, Indira Permanasari S., Gatot Widakdo, Budi Suwarna, Lasti Kurnia, M. Yuniadhi Agung, Hamzirwan, Prasetyo Eko P., Samsul Hadi, Hermas Efendi Prabowo, M. Fajar Marta, Sarie Febriane, Ester Lince Napitupulu, Andy Riza Hidayat, Emilius Caesar Alexey, Ahmad Arief, Neli Triana, Haryo Damardono, Brigita Maria Lukita, Ilham Khoiri, M. Zaid Wahyudi, Reinhard Nainggolan, Dwi AS Setianingsih, Cyprianus Anto Saptowalyono, Anita Yossihara, Affan Adenensi Riza Fathoni, Lucky Pransiska, Priyombodo, Totok Wijayanto, Helene Fransisca Nababan, Fransisca Romana Ninik, Demitrius Wisnu Widiantoro, Aryo Wisanggeni Genthong, C., Wahyu Haryo P., Agnes Rita Sulistyawati, Agung Setyahadi, Mustafa Abdurrahman (Kairo). Daerah: Dedi Muhtadi, Andi Prinantyo, Jihanes Waskita Utarna
47
(Bandung), Siwi Yunita Cahyaningrum (Cirebon), Yovita Arika, Sidik Pramono, Sonya Hellen Sinombor, Winanto Herusansono (Semarang), Thomas Pudjo Widyanto, Wisnu Nugroho, Gesit Ariyanto (Yogyakarta), Regina Rukmorini (Magelang), Ardus M. Sawega, Iwan Setyawan (Solo), Nasru Alam Aziz, Anwar Hudiono, Agnes Swetta Pandia, Abdul Latief (Surabaya), Abdul Latief (Mojokerto), Dody Wisnu Pribadi (Malang), Syamsul Hadi (Jember), Sutta Dharmasaputra, Ayu Sulistyowati, R. Benny Dwi Keostanto (Denpasar), Kaehrul Anwar (Mataram), Samuel Oktora (Ende), Frans Sarong, Kornelius Kewa Ama (Kupang), Jean Rizal Layuck (Manado), Reni Sri Ayu (Palu), IchwanSusanto (Jayapura), Muhammad Sayifullah (Balikpapan), Ambrosius Harto (Samarinda), Jannes Eudes Wawa, Bonivasius Dwi Pramudyanto, Wisnu Aji Dewabrata (Palembang), Irma Tambunan (Jambi), A. Maryoto, Khaeruddin, Aufrida Wismi Rawastri (Medan), Mahdi Muhammad (Banda Aceh), Syahnan Rangkuti (Medan). GM Litbang: F. Harianto SANtoso, GM SDM Umum: Bambang Sukartiono, Manager Diklat: Tony D. Widiantono. E. Tugas dan Wewenang Struktur Organisasi Kompas PT. Kompas Media Nusantara adalah lembaga media massa, pemimpin tertinggi adalah Pemimpin Umum, Pemimpin Umum dibantu oleh Wakil Pemimpin Umum Bidang Non Bisnis dan Wakil Pemimpin Umum Bidang Bisnis, lalu ada Pemimpin Redaksi yang bertanggung jawab bidang redaksi, dan Pemimpin Perusahaan yang bertanggung jawab bidang bisnis. Dibawah Pemimpin Redaksi ada Redaktur Pelaksana dan dibawahnya terdapat Kepala Desk, Kepala Biro dan paling bawah adalah reporter. Di bidang bisnis,
48
dibawah Pemimpin Perusahaan ada General Manajer Iklan dan General Sirkulasi, dan General Manajer marketing comnmunication. Di antara dua bidang itu, ada bagian Penelitian dan Pengembangan, Direktorat SDM-Umum, dan Teknologi Informasi. Mereka sifatnya supporting dan dibawah supervisi Wakil Pemimpin Umum non bisnis, sementara untuk Pemimpin Perusahaan disupervisi Wakil Pemimpin Umum bidang bisnis.. Pembagian dalam Struktur Organisasi ini, dimaksudkan untuk memudahkan pembagian sistem kerja.“Produk” Kompas yang dihasilkan itu merupakan hasil kerja sinergis dari unit-unit yang ada dalam struktur organisasi. Produk kompas adalah Koran dan berita. Adapun tahap manajemen produk itu adalah sebagai berikut: 1. Bidang Redaksi a. Perencanaan Dilaksanakan rapat pagi dalam merencanakan berita yang akan dimuat, berdasarkan: 1) Adanya undangan acara yang diterima Harian Kompas. 2) Peliputan berita yang ditetapkan di tiap-tiap desk. 3) Penetapan event tertentu, dimana dalam upaya pencarian berita disesuaikan dengan aktualitas peristiwa yang terjadi. b. Pengorganisasian Redaktur mengkoordinasikan wartawan-wartawan untuk mencari dan menulis berita sesuai dengan yang direncanakan dalam rapat pagi dan menunjuk wartawannya untuk mengerjakan tugas-tugas pencarian berita tersebut.
49
c. Pelaksanaan Dilaksanakan rapat sore untuk menetapkan berita yang akan dimuat dalam surat kabar (dalam bentuk yang belum jadi) dan membuat head line berita. Apabila data belum akurat maka akan ditambah atau dicari lagi. Setelah data berita akurat, berita disunting oleh desk sunting. Setelah disetujui, kemudian akan disunting dalam bentuk lay out Koran untuk dicetak. Dead line ditetapkan pukul 23.00. Percetakan dimulai pukul 01.00.Pencetakan sesuai dengan jumlah oplag. d. Pengevaluasian Dilakukan evaluasi ditiap-tiap desk/bidang redaktur, selain mengevaluasi berdasarkan masukan dari pembaca yang menelepon atau mengirimkan fax/email. Evaluasi akan dibahas pula dalam rapat Rabu (rapat minnguan) sebagai dasar perencanaan yang juga akan dibahas dalam rapat pagi. Evaluasi dilihat dari segi: 1) Pencetakan susunan huruf dan kata-kata 2) Bentuk dan susunan berita pada setiap halaman. 3) Isi beritanya Sumber berita lain selain wartawan dari penulis-penulis dan berbagai kantor berita. Kompas dikenal dengan keunggulan dari segi penulisan opini. Penulis opini Kompas, misalnya : Kwik Kian Gie, Mudji Sutrisno, Arief Budiman, Zuhairi Misrawi, Muhtadin AR, Aloysius Budi Nugroho, Herry Tjahjono dll. Pembagian berita: berita daerah, berita luar negeri, berita dalam negeri, berita olahraga dll.
50
2. Direktorat SDM-Umum Direktorat SDM-Umum dipimpin oleh seorang Direktur, dan dibawahnya ada empat manajer yang memimpin bidang Umum, Penerimaan & Penempatan, Remunerasi (Kesejahteraan). Pendidikan & Pelatihan. a. Bidang Umum, berkewajiban menyediakan sarana & prasarana untuk setiap karyawan, agar mendapatkan kenyamanan dalam melakukan tugasnya. Ruang kerja yang memadai dan peralatan kerja disediakan oleh perusahaan. b. Bidang Penerimaan dan Penempatan, unit yang merekrut calon karyawan dan menempatkan di unit sesuai dengan bidang dan keahliannya. Perkembangan dari calon karyawan sampai pensiun menjadi tanggung jawab dari bidang Penerimaan dan Penempatan. c. Bidang Kesejahteran (Remunerasi), adalah unit yang mengurusi kesejahteraan karyawan misalnya: tunjangan perumahan, cuti, sekolah, dokter, obat, rumah sakit dll. d. Pendidikan & Pelatihan, unit yang mendidik & memersiapkan calon karyawan untuk memasuki dunia kerja di bidangnya. Training untuk peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia atau karyawan menjadi tanggung jawab dari unit ini. 3.
Bidang Penelitian & Pengembangan Kepala Penelitian dan Pengembangan yang kedudukannya sejajar dengan Pemimpin Redaksi (Pemred), bertanggung jawab secara langsung kepada Pemimpin Umum Harian Kompas. Kepala Litbang membawahi 4
51
bidang yang mempunyai kedudukan sejajar, yaitu: a. Pusat Informasi Kompas (PIK) Pusat Informasi Kompas dipimpin oleh seorang Manajer membawahi tiga bagian: 1) Bagian Akuisisi : bagian pengadaan dan perawatan bahan pustaka. 2) Bagian Pengolahan Arsip Elektronik : bagian pengolahan arsip elektronik mencakup kegiatan pengolahan harian Kompas dan informasi dari sumber lain ke dalam bentuk elektronik. 3) Bagian Layanan Informasi: bagian ini mempunyai kegiatan layanan informasi dan kegiatan sirkulasi. Pusat Informasi Kompas merupakan satu unit/bidang yang pada dasarnya bertugas mengumpulkan, mengolah dan melakukan temu kembali informasi yang dibutuhkan. Kegiatan Pusat Informasi Kompas bukan hanya sebagai pusat dokumentasi, tetapi merupakan pusat informasi. Fungsi Pusat Informasi Kompas adalah untuk mendukung kinerja redaksi dalam menerbitkan harian Kompas, dan secara rinci mempunyai tugas: 1) Mengembangkan koleksi baik buku, terbitan berkala dan data terolah. 2) Mengelola arsip harian Kompas dan beberapa terbitan berkala yang dipilih berdasarkan kebutuhan redaksi ke dalam bentuk arsip elektronik. 3) Memberikan informasi untuk internal yaitu: wartawan dan karyawan yang tergabung dalam Kelompok Kompas – Gramedia
52
(KKG) dan melayani masyarakat umum. b. Pusat Penelitian Kompas (Puslitkom) Pusat penelitian Kompas (Puslitkom) pimpinan seorang Manajer, bertugas menangani penelitian dari hasil kerja redaksi yang hasilnya diserahkan pada bagian redaksi. Penelitian dilakukan dengan bantuan dari mahasiswa dengan mengadakan polling
terhadap pelanggan
Kompas dan masyarakat umum. c. Pusat Penelitian Bisnis (Puslitbis) Pusat Penelitian Bisnis (Puslitbis) dipimpin oleh seorang Manajer Puslitbis, menangani riset pasar / konsumen, memantau pendapat masyarakat terhadap perubahan Kompas, dan mengadakan penelitian terhadap kemungkinan pengembangan Kompas.Forum Pembaca Kompas yang ditangani selama ini untuk memberi masukan / kritik tentang harian Kompas. d. Bidang Database Updating database Kompas perlu ditangani setiap kali agar koleksi database harian Kompas selalu up-todate.Bidang Database Kompas dipimpin oleh seorang manajer Database.Biodata tokoh-tokoh politik, pengusaha, artis dan orang-orang terkenal selalu di update sehingga datanya tetap relevan menjadi tanggung jawab dari unit ini.Database juga setiap kali memuat profil kabupaten seluruh Indonesia. Buku otonomi daerah dengan isi profil kabupaten telah terbit , dan telah menyusul buku partai Indonesia. 4. Bidang Teknologi Informasi
53
Bidang paling baru dalam organisasi Kompas, ini didirikan tahun 1996 dan direstrukturisasi tahun 2003,
bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan sumber daya teknologi informasi dengan cepat dan tepat, serta bisa memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Oleh karena itu, Bidang Teknologi Informasi (TI) diarahkan untuk lebih berorientasi pada memberikan pelayanan yang tuntas (end-to-end sevices) dalam bidangnya, dan tidak hanya berorientasi pada teknologi saja. Untuk mewujudkan hal ini, maka Bidang TI membentuk tim kerja dalam melaksanakan tugasnya. Ada tim yang bertanggung jawab untuk mengintegrasikan jasa layanan dan ada tim yang bertanggung jawab untuk men-deliver layanan tersebut. Kedua tim ini bekerja secara proyek maupun rutin, dan didukung oleh Senior Analyst, Staf Sekretariat, Administrasi dan Gudang. Secara struktur, tim kerja ini dibangun dari tiga bidang keahlian yang dipimpin oleh seorang General Manajer, dan masing-masing bidang keahlian dipimpin oleh seorang Manajer, yaitu Software & Aplikasi, Hardware & Infrastruktur dan Helpdesk & Support. a. Software dan Aplikasi (SA) Bidang SA diisi oleh para programmer dan system analis yang bertanggung jawab untuk membangun / mengintegrasikan software, aplikasi dan database menjadi suatu sistem informasi yang diperlukan. Pekerjaan tersebut harus diselesaikan tepat waktu, mudah digunakan, bebas dari kesalahan dan cost effective.Untuk itu bidang SA dituntut untuk memiliki metoda kerja yang sistematis dan melaksanakan penelitian yang terarah. Bekerjasama dengan bidang lain, bidang SA memberikan dukungan tingkat lanjut bagi permasalah software dan aplikasi, serta memastikan bahwa database perusahaan selalu dalam
54
kondisi up and running. b. Hardrware dan Infrastruktur (HI) Bidang
HI
bertanggung
jawab
untuk
membangun
/
mengintegrasikan hardware dan infrastruktur untuk menjalankan sistem informasi yang diperlukan.Para ahli hardware dan jaringan komputer serta telekomunikasi di bidang ini juga dituntut untuk menyelesaikan pekerjaannya secara tepat waktu, handal dan cost effective.Sama dengan Bidang SA, Bidang HI juga memberikan dukungan tingkat lanjut bagi permasalahan hardware dan infrastruktur, serta memastikan bahwa hardware dan infrastructure komputer & telekomunikasi perusahaan selalu dalam kondisi up and running. c. HelpDesk dan Support (HDS) Bidang HDS merupakan ujung tombak TI dalam men-deliver layanan TI, serta menangkap kebutuhan dan kesulitan para pengguna sumber daya TI di perusahaan.Oleh karena itu secara proaktif Bidang HDS melaksanakan inventarisasi, instalasi, perawatan, perbaikan dan dukungan teknis, serta memberikan pelatihan agar sumber daya TI perusahaan dapat dimanfaatkan secara optimal.Bidang HDS disebar ke beberapa lokasi kerja dan masing-masing dikepalai oleh seorang Supervisor.Secara regular mereka menghadiri dan mengadakan pertemuan dengan user. 5.
Bidang Bisnis Masyarakat Indonesia semakin beragam pola dan gaya hidupnya. Komunikasi massa di Indonesia semakin maju, dan jaringan informasi
55
semakin canggih. Akibatnya, terjadi peningkatan kualitatif kebutuhan informasi. Artinya, sekarang bukan sekadar membutuhkan fakta saja, tetapi petunjuk yang lebih mengarah pada makna dari fakta itu, bagi dirinya, keluarganya dan lingkungannya. Atas dasar pemikiran itu ada gagasan, dalam usaha penerbitan Kompas mulai dikembangkan pemikiran yang tidak hanya didasarkan pada orientasi produk, tetapi bergerak sampai jarak tertentu ke orientasi pasar. Artinya, dalam membuat produk ditingkatkan kesadaran dan pemikiran terhadap situasi pasar, maupun perkembangan kebutuhan konsumen mengenai informasi. a. Fungsi Bisnis : 1) Bertanggung jawab dan berkewajiban menjadikan lembaga Kompas menjadi badan usaha komersial yang sehat. 2) Mengatur pendapatan dan pembiayaan kegiatan usaha, agar media sebagai produk laku terjual. 3) Memantapkan agar unit bisnis dan personilnya sebagai intitusi sosial yang punya nilai ekonomis dan kemasyarakatan. 4) Mengedarkan produk agar bisa dikomsumsi pada saat pembaca membutuhkannya. F. Profil Pembaca Harian Kompas Survey terakhir menunjukkan bahwa sebagian besar pembaca Kompas berasal dari kelas menengah ke atas, tercermin dari kondisi keuangan dan latar belakang pendidikan mereka. Bahkan sebanyak 60% lebih pembaca Kompas adalah mereka yang telah menempuh pendidikan tinggi di universitas.
56
Data demografi tersebut memperlihatkan bahwa Harian Kompas telah menjadi pedoman dan sumber informasi bagi mereka yang identik sebagai agen pembaharuan yang berperan dalam proses demokrasi di Indonesia.6 Gambar 3.1 Profil Pembaca Harian Kompas
Sumber: Angket pembaca KOMPAS, 2008.
G. Rubrik Kompas Kampus Rubrik Kompas Kampus merupakan halaman yang sengaja disediakan oleh Harian Kompas untuk memuat tulisan dan liputan yang dibuat oleh mahasiswa. Harian Kompas beranggapan bahwa, mahasiswa adalah kaum muda intelektual yang tidak bisa dipisahkan dari dunia tulis menulis.Melalui tulisan dan menulis, mahasiswa dilatih untuk menuangkan ide dan kreativitas serta kritik dan gagasan bagi kemajuan bersama.Mahasiswa juga akrab dengan beragam bahan bacaan, mulai dari yang ilmiah sampai pengetahuan seharihari. Untuk itulah, mulai 15 Juni 2010 rubrik Kompas Kampus hadir di
6
http://www.kompasiklan.com/profil, diakses pada tanggal 11 September 2013.
57
Harian Kompas.Melalui rubrik yang terbit setiap Selasa ini, Harian Kompas memberi kesempatan kepada mahasiswa dimanapun, dalam dan luar negeri untuk menjadi bagian dari kaum intelektual muda peduli bangsa. Rubrik
Kompas
Kampus
memang
ditujukan
bagi
dan
oleh
mahasiswa.Kompas Kampus menyediakan halaman untuk memuat tulisan dan liputan mahasiswa.Tulisan dibuat oleh mahasiswa.Harian Kompas sengaja memberikan kesempatan para mahasiswa untuk mengisi tulisan pada rubrik ini agar sudut pandang yang muncul lebih menunjukkan sisi mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa.7 Dipilihnya nama “Kompas Kampus” juga karena rubrik ini ditujukan untuk kalangan mahasiswa. Kampus di sini identik dengan kehidupan mahasiswa sehari-hari.Kampus dan mahasiswa adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Rubrik ini hanya diterbitkan pada hari Selasa setiap minggunya. Hal itu dikarenakan Harian Kompas memahami mahasiswayang juga mempunyai tanggung jawab untuk untuk menyelesaikan tugas-tugas kampus mereka. Oleh karena itu, Kompas Kampus hanya diterbitkan sekali dalam seminggu.Dengan harapan mahasiswa tetap punya waktu untuk menikmati sajian Kompas Kampus, tanpa menganggu kegiatan belajarnya.8 Setiap minggunya Kompas Kampus diterbitkan dalam dua halaman yaitu di halaman 34 dan 35. Di rubrik ini, terdapat tiga sub-rubrik yaitu Liputan Kampus, Argumentasi, dan Bibliotika. Liputan Kampus merupakan berita hasil liputan langsung mahasiswa seputar dunia kampus. Dalam sub7
Flyer Kompas Kampus. Wawancara pribadi dengan Redaktur Kompas Muda Chris Pudjiastuti pada tanggal 6 Mei 2013. 8
58
rubrik ini mahasiswa dapat menulis berita yang mereka anggap menarik dalam bentuk reportase maupun feature. Di setiap edisi Kompas Kampus tim redaksi selalu menyajikan setidaknya satu atau dua tulisan yang ditulis oleh wartawan Harian Kompas. Hal itu ditujukan untuk memberikan contoh kepada mahasiswa tentang bagaimana cara menulis berita yang baik dan untuk mengetahui bagaimana gaya menulis Harian Kompas. Argumentasi adalah opini mahasiswa tentang suatu isu yang temanya ditentukan oleh redaksi setiap minggunya. Tulisan Argumentasi mahasiswa disajikan dalam satu kolom yang dapat menyajikan antara lima sampai dengan enam tulisan di setiap edisi Kompas Kampus. Di sisi lain, untuk menanamkan minat baca di kalangan mahasiswa, tim redaksi juga menyajikan sub-rubrik resensi buku dengan nama “Bibliotika”. Tidak seperti Liputan Kampus dan Argumentasi, resensi buku di Bibliotika hanya ditulis oleh bagian Litbang Harian Kompas.
BAB IV ANALISIS CITIZEN JOURNALISM DAN KEBIJAKAN REDAKSIONAL
A. Teori Hierarki Pengaruh dalam Rubrik Kompas Kampus 1. Level Individu Seperti yang diungkakan Shoemaker dan Reese bahwa konten sebuah media dipengaruhi oleh individu-individu seorang pembuat berita atau jurnalis. Faktor individual seorang jurnalis sangat memengaruhi pemberitaan sebuah media. Hal ini disebabkan seorang jurnalis sebagai sosok pencari berita dan dapat dengan mudah mengkonstruk pemberitan sebuah media. Beberapa faktor yang memengaruhi konten media pada level ini adalah seperti faktor latar belakang ekonomi, pendidikan, gender, etnis, orientasi seksual, serta agama. Pengaruh individual ini pun terlihat pada rubrik Kompas Kampus Harian Kompas. Materi tulisan yang terdapat pada rubrik Kompas Kampus sebagian besar ditulis oleh citizen journalism dalam hal ini adalah mahasiswa. Mahasiswa yang mengirimkan tulisannya berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda. Latar belakang yang berbeda ini otomatis memengaruhi gaya mereka dalam membuat sebuah tulisan. Tidak hanya memengaruhi cara membuat tulisan, latar belakang yang berbeda juga memengaruhi sudut pandang mahasiswa dalaam menyikapi suatu isu yang tengah ramai dibicarakan. Hal ini terlihat pada munculnya opini yang beragam pada sub-rubrik Argumentasi pada rubrik Kompas Kampus setiap minggunya.
66
67
2. Level Rutinitas Media Pengaruh rutinitas media pada rubrik Kompas Kampus dapat dilihat dari beberapa proses, diantaranya adalah: a. Proses Pengumpulan Materi Tulisan Untuk mengelola rubrik tersebut, hal pertama yang harus dilakukan oleh tim redaksi Harian Kompas adalah mengumpulkan materi tulisan yang akan diterbitkan. Pada tahap ini, redaksi mengumpulkan materi-materi tulisan yang telah dikirim oleh mahasiswa. Karena rubrik ini hanya terbit setiap hari Selasa, maka redaksi memiliki cukup banyak waktu dibandingkan dengan proses pengumpulan naskah berita pada rubrik lainnya di harian tersebut. Tidak ada batasan tulisan yang boleh dikirimkan mahasiswa. Redaksi Kompas Kampus membebaskan mahasiswa mengirim jumlah tulisan yang mereka buat. Biasanya, batas waktu maksimal pengumpulan materi tulisan paling lambat diterima redaksi pada hari Jumat pukul 11.00 WIB sebelum kemudian masuk ke tahap penyuntingan. Pengumpulan materi tulisan Kompas Kampus dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan email dan dengan surat manual yang dikirimkan langsung ke alamat redaksi. Rubrik ini dikelola oleh lima wartawan Harian Kompas yang ditugaskan secara bergantian. Salah satu dari lima wartawan tersebut bertugas untuk redaksi.
mengecek
tulisan-tulisan yang masuk ke email
Tidak ada ketentuan khusus yang ditetapkan untuk
68
menentukan siapa yang melakukan pengecekkan tulisan. Wartawan yang bertugas melakukan penilaian awal tulisan-tulisan yang dianggap layak untuk masuk ke tahap selanjutnya. Ada beberapa pertimbangan dalam penyeleksian awal ini. Yang pertama adalah tema tulisan. Pemilihan tema tulisan yang dikirim mahasiswa sangat menentukan layak atau tidaknya tulisan tersebut untuk dimuat di Kompas Kampus.
Pemilihan tema tulisan yang
menarik tentu memiliki peluang yang lebih besar untuk diterbitkan. Yang kedua adalah adanya foto pendukung. Jika sebagian media tidak memperkenankan
citizen journalism menyertakan foto pendukung
untuk tulisan yang dibuatnya, tidak demikian dengan Kompas Kampus. Penyertaan foto pendukung sangat penting dalam setiap tulisan yang masuk ke meja redaksi Kompas Kampus. Jika ada tulisan yang dianggap menarik dan layak untuk diterbitkan namun tidak disertakan foto pendukung, tim redaksi akan menghubungi penulis dan meminta untuk menyertakan foto pendukung dalam tulisannya. Akan tetapi, jika penulis tidak memiliki foto untuk mendukung isi tulisannya dan tim redaksi menilai bahwa tulisan itu tetap menarik, maka tulisan tersebut akan tetap diterbitkan meskipun tanpa disertai foto pendukung. Tulisan-tulisan yang telah lolos seleksi awal kemudian akan dicetak dan di distibusikan ke wartawan lain yang bertugas dalam rubrik tersebut. Setiap wartawan akan memilih tulisan yang mereka anggap menarik untuk diterbitkan untuk kemudian diputuskan dalam
69
rapat intern yang dihadiri para penjaga rubrik Kompas Kampus. b. Proses Penyeleksian Materi Tulisan Puluhan tulisan yang masuk ke meja redaksi Kompas Kampus tidak memungkinkan untuk menerbitkan seluruh tulisan tersebut. Selain itu, tim redaksi juga mempunyai berbagai pertimbangan dalam menerbitkan sebuah tulisan. Untuk itu perlu adanya proses penyeleksian untuk menentukan tulisan mana yang layak dan akan diterbitkan dalam rubrik Kompas Kampus. Selain redaktur, proses penyeleksian materi tulisan Kompas Kampus juga dilakukan oleh empat wartawan lainnya yang ditugaskan secara bergilir untuk mengelola rubrik ini. Beberapa tulisan yang dianggap layak untuk diterbitkan akan dibicarakan dalam rapat dan kemudian dipilih tulisan terbaik untuk kemudian diterbitkan. Namun, jika ada tulisan yang masuk ke meja redaksi maksimal di hari Senin pukul 11.00 WIB dan memiliki news value yang lebih tinggi dari tulisan yang telah dipilih sebelumnya, maka tulisan tersebut yang akan diprioritaskan untuk diterbitkan. Chris Pudjiastuti menjelaskan ada beberapa alasan sebuah tulisan tidak dapat diterbitkan dalam Kompas Kampus. Alasan-alasan itu misalnya ketersediaan halaman (space), tulisan mengandung opini sepihak (uncover bothside), tulisan mengandung unsur penghinaan terhadap suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), tulisan tidak disertai dengan foto atau gambar pendukung, tulisan tidak lengkap data
70
dan informasinya, serta tulisan tidak lagi aktual alias kadaluarsa.1 Sedangkan kriteria tulisan yang diinginkan redaksi Kompas Kampus antara lain, tulisan bersifat aktual, kelengkapan informasi dan data, penggunaan bahasa yang baik dan mengalir, narasumber yang terpercaya dan sesuai dengan tema tulisan, serta inspiratif. Untuk tulisan di sub-rubrik Argumentasi, redaksi biasanya sudah menentukan tema di setiap edisinya. Redaksi cenderung memilih tema yang menarik atau sedang menjadi isu penting di masyarakat tetapi tetap sesuai dengan kebijakan redaksional Kompas Kampus. Pada sub-rubrik ini mahasiswa dapat bebas mengutarakan pendapatnya tentang berbagai hal, baik soal ekonomi, sosial, politik, budaya, maupun hukum. Jika tulisan yang masuk menimbulkan beragam opini dari mahasiswa atau ada yang pro dan kontra, maka tim redaksi akan mengambil perwakilan tulisan terbaik dari kedua kubu tersebut agar tulisan yang disajikan berimbang. Sebaliknya, jika dari tema yang ditentukan menimbulkan opini yang seragam dari mahasiswa, maka redaksi akan memilih beberapa tulisan terbaik dari tulisan-tulisan tersebut. Kriteria opini yang dapat disajikan dalam rubrik Kompas Kampus di antaranya bahasa yang digunakan harus mengalir dan tidak membingungkan, gagasan harus didukung oleh data-data empiris dan sesuai dengan fakta yang terjadi di masyarakat. Data-data yang relevan 1
Hasil wawancara penulis dengan Kepala Desk Kompas Muda Chris Pudjiastuti, pada tanggal 10 Juni 2013.
71
dapat memperkuat opini dalam tulisan yang akan disampaikan ke khalayak, sehingga tulisan tersebut lebih berbobot dan tidak terkesan sebagai wacana belaka. Pada semua tulisan Kompas Kampus yang dibuat oleh mahasiswa tim redaksi menetapkan format dengan mencantumkan nama lengkap penmbuat naskah (by line story). Hal itu bertujuan agar mahasiswa memiliki rasa tanggung jawab dalam mempertanggung jawabkan kebenaran dan keaslian tulisannya. Menurut Chris Pudjiastuti, ada beberapa kendala yang kerap dihadapi tim redaksi Kompas Kampus saat menyeleksi materi berita. Kendala-kendala tersebut misalnya sering muncul tulisan mahasiswa yang masuk tidak lengkap datanya, opini yang disampaikan mahasiswa kerap banyak yang sama, foto untuk mendukung tulisan kadang tidak sesuai dengan isi tulisan, masuknya tulisan mahasiswa kadang setelah deadline. Karena itu pula tulisan-tulisan yang tidak sesuai atau tidak memenuhi kriteria yang dipersyaratkan tidak akan dimuat di rubrik tersebut.2 c. Proses Penyuntingan Rubrik Kompas Kampus Tulisan yang telah lolos melewati tahap seleksi kelayakan kemudian akan masuk ke tahap penyuntingan naskah. Tahap ini dilakukan pada hari Sabtu sampai dengan Senin. Di hari Senin naskah tulisan akan masuk pada tahap yang disebut dengan "seksi siang". Pada tahap ini tulisan akan diperiksa kembali oleh penyuntinng sebelum memasuki proses layout. Tidak berhenti pada proses tersebut, proses 2
Hasil wawancara penulis dengan Kepala Desk Kompas Muda Chris Pudjiastuti, pada tanggal 10 Juni 2013.
72
pemeriksaan terus dilakukan setelah tulisan di layout, pemeriksaan kali ini dilakukan oleh seorang penyelaras bahasa. Setelah itu naskah tulisan akan masuk pada proses pemeriksaan terakhir oleh seorang penyunting malam sebelum akhirnya dicetak. Pemeriksaan tulisan yang berulang kali ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan yang mungkin terjadi. Pada tahap penyuntingan seorang editor memiliki peran yang sangat penting. Seorang editor bertugas untuk menyunting sebuah tulisan agar dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca. Editor juga harus memperbaiki kesalahan-kesalahan penulisan yang mungkin terjadi. Misalnya, penulisan nama orang, nama tempat, alamat, jabatan, ejaan, dan penggunaan tanda baca. Selain itu, tugas lain seorang editor surat kabar yaitu mengubah naskah tulisan sesuai dengan kaidahkaidah penulisan bahasa jurnalistik. Namun, jika data yang ada pada tulisan dianggap kurang maka tulisan tersebut akan dikembalikan ke mahasiswa untuk diperbaiki terlebih dahulu. Itu dilakukan karena mahasiswalah yang tahu persis bagaimana kronologi dan fakta yang terjadi pada saat peliputan. Kemudian, hal terakhir yang harus dilakukan pada proses penyuntingan pada Kompas Kampus yaitu menyesuaikan panjang naskah sesuai dengan space yang disediakan. Pada rubrik Kompas Kampus, tim redaksi menyediakan space sebanyak 4.500 karakter (termasuk spasi) untuk sub-rubrik Liputan Kampus dan 1.300 karakter untuk tulisan sub- rubrik Argumentasi.
73
3. Level Organisasi Dalam teori hierarki pengaruh, level organisasi dikatakan lebih kuat
memengaruhi
pemberitaan
suatu
media
massa
dikarenakan
berhubungan dengan sesuatu pengaruh yang lebih besar, lebih rumit dan struktur yang lebih besar. Kebijakan dari pimpinan sebuah organisasi media lebih kuat dibanding level yang lebih rendah yang meliputi pekerja media dan rutinitas. Pemegang kebijakan pada rubrik Kompas Kampus adalah Redaktur Kompas Muda, Chris Pudjiastuti. Disini redaktur mempunyai wewenang menentukan berita yang dianggap layak atau tidak layak untuk diterbitkan dalam rubrik tersebut. Berkaitan dengan struktur dan kebijakan sebuah organisasi dari sebuah media tentunya berkaitan dengan tujuan dari sebuah media. Tujuan sebuah media dapat terlihat pada visi dan misi media tersebut. Sama halnya dengan rubrik Kompas Kampus, tujuan dari rubrik ini dapat dilihat dari visi dan misinya. "...visi dan misi rubrik ini adalah menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengekspresikan dirinya, baik opini maupun kegiatan dan isu-isu yang tengah hangat di kalangan mahasiswa. Lewat Kompas Kampus, mahasiswa juga diharapkan dapat belajar menulis secara ilmiah, popular, maupun membuat liputan.. ,"3 Dari visi misi tersebut jelas terlihat bagaimana Harian Kompas bertujuan untuk mendidik mahasiswa untuk terampil menulis. Melalui rubrik ini mahasiswa dilatih untuk menulis seperti layaknya jurnalis profesional. Dalam mengelola rubrik ini tim redaksi juga menggiring 3
Hasil wawancara penulis dengan Kepala Desk Kompas Muda Chris Pudjiastuti, pada tanggal 10 Juni 2013.
74
mahasiswa untuk membuat tulisan dengan tema-tema yang berkaitan dengan kepedulian terhadap lingkungan, masalah-masalah sosial, serta tulisan-tulisan yang bersifat ke-Indonesia-an. 4. Level Ekstra Media Faktor ekstra media yang memengaruhi konten dari rubrik Kompas Kampus adalah teknologi. Perkembangan teknolgi komunikasi dewasa ini memiliki banyak dampak positif bagi manusia. Manfaat teknologi komunikasi juga dirasakan oleh media massa, terutama dalam proses pengumpulan naskah berita. Dengan adanya internet, proses pengumpulan naskah berita dapat dilakukan lebih cepat sehingga nilai aktual berita juga akan tetap terjaga. Oleh Karena itu, dalam mengelola rubrik ini Harian Kompas menyediakan layanan email di
[email protected] dan juga di
[email protected]. Fasilitas layanan ini memudahkan mahasiswa untuk mengirimkan setiap hasil karyanya. Menurut Haris Sumadiria dalam bukunya berjudul Menulis Artikel dan Tajuk Rencana menyebutkan bahwa saat ini sejumlah surat kabar papan atas menyukai mengumpulkan naskah artikel dengan menggunakan perangkat email karena dianggap akan mampu mempermudah keija redaktur dalam mengelola sebuah rubrik. 4 Melalui email ini, redaksi Harian Kompas dapat menerima lebih dari 50 artikel untuk Kompas Kampus setiap harinya.
4
Haris Sumadiria, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana (Bandung: Sembiosa Pratama Media, 2004) h. 76.
75
5. Level Ideologi Level terakhir yang dapat memengaruhi konten media menurut Shoemaker dan Reese adalah ideologi. Ideologi menurut pandangan teori kritis adalah sekumpulan ide-ide yang menyusun sebuah kelompok nyata, sebuah representasi dari sistem atau sebuah makna dari kode yang memerintah bagaimana individu dan kelompok melihat dunia. Dalam Marxisme klasik, sebuah ideologi adalah sekumpulan ide-ide keliru yang diabadikan oleh ide yang dominan.5 Dengan mengusung moto "Amanat Hati Nurani Rakyat" yang sekaligus dapat menggambarkan visi dan misi untuk menyuarakan hati nuran rakyat. Harian Kompas bertujuan untuk menjadi institusi pers yang mengedepankan keterbukaan, meninggalkan patokan latar belakang suku, ras, agama, dan golongan. Harian Kompas ingin ikut serta dalam upaya mencerdaskan bangsa. Salah satunya adalah melalui rubrik Kompas Kampus. Melalui rubrik ini dengan mendidik masyarakat khususnya mahasiswa untuk terampil menulis. B. Kebijakan Redaksional Rubrik Kompas Kampus Kebijakan redaksional merupakan suatu hal mutlak yang harus dimiliki oleh sebuah media massa. Hal itu disebabkan kebijakan redaksi dibutuhkan media massa untuk memilih dan memilah setiap berita apa saja yang harus ditampilkan atau tidak ditampilkan sesuai dengan kebijakan redaksional medianya. Selain itu, media juga memiliki kecenderungan untuk menentukan isu yang akan ditonjolkan, sehingga isu tersebut akan dipandang 5
Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message: Theories of Influences on Mass Media Content, (New York: Longman Publisher, 1996), h. 224
76
penting oleh khalayak. Keberadaan kebijakan redaksional sangat penting untuk kelangsungan sebuah perusahaan media massa. Sebab, pembeda antara media massa satu dengan media massa lainnya terletak pada kebijakan redaksional yang dimiliki perusahaan media itu sendiri. Biasanya ada beberapa dasar pertimbangan sebuah media dalam menentukan kebijakan redaksionalnya. Dasar pertimbangan itu ada yang bersifat ideologis, politis dan bisnis. Pertimbangan ideologis suatu media biasanya didasari oleh latar belakang pendiri atau pemiliknya, baik itu latar belakang agama maupun nilai-nilai yang dihayati. Latar belakang agama di sini contohnya jika pemilik suatu media itu beragama Islam, maka pasti mereka lebih mengutamakan menyajikan berita-berita yang terkait dengan kepentingan umat Islam, dan memilih untuk tidak menyajikan berita yang merugikan umat Islam. Dasar pertimbangan yang kedua adalah yang bersifat politis. Salah satu alasan sebuah media menjadikan politik sebagai dasar pertimbangan adalah karena kehidupan pers tidak pernah lepas dari masalah politik, dan pers merupakan salah satu pilar keempat demokrasi setelah legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Dasar pertimbangan yang terakhir adalah bisnis. Hal ini terkait dengan masuknya media massa ke ranah industri, yang menyebabkan media massa harus berpikir tentang untung dan rugi. Begitu juga dengan Harian Kompas yang memiliki kebijakan redaksional yang digunakan sebagai acuan oleh tim redaksi untuk menentukan sikap terhadap suatu isu dan juga untuk menentukan nilai sebuah berita (news
77
value) layak atau tidak untuk dipublikasikan. Termasuk dalam proses penentuan atau penetapan berita dalam rubrik Kompas Kampus. Sebagaimana dijelaskan pada Bab III, Kompas Kampus merupakan rubrik yang berisi tulisan seputar dunia kampus dan sebagian besar materi beritanya dibuat dan dikirim oleh citizen journalist. Citizen journalist dalam hal ini adalah mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri. Berdasarkan pengklasifikasian citizen journalism yang dipaparkan oleh Steve Outing, citizen journalist dalam rubrik Kompas Kampus merupakan kolaborasi antara jurnalis profesional dengan non jurnalis yang memiliki kemampuan dalam materi yang dibahas. Tujuannya dijadikan alat untuk mengarahkan atau memeriksa keakuratan artikel. Terkadang profesional non jurnalis ini juga dapat menjadi kontributor tunggal yang menghasilkan artikel tersebut. Di setiap edisi Kompas Kampus tim redaksi selalu menyajikan setidaknya satu atau dua tulisan yang ditulis oleh wartawan Harian Kompas. Ha itu ditujukan untuk memberikan contoh kepada mahasiswa tentang bagaimana cara menulis berita yang baik dan untuk mengetahui bagaimana gaya menulis Harian Kompas. Harian Kompas sengaja memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengisi tulisan pada rubrik ini agar sudut pandang yang muncul lebih menunjukkan sisi mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa. Keterlibatan mahasiswa dalam rubrik ini sama halnya dengan yang dilakukan oleh jurnalis profesional, yaitu melakukan kegiatan mencari, mengumpulkan, menyajikan, dan menyebarluaskan berita melalui media kepada khalayak. Melalui rubrik ini Harian Kompas bertujuan untuk mendidik masyarakat dalam hal ini mahasiswa agar dapat menjadi terampil seperti layaknya jurnalis profesional.
78
Harian Kompas tidak membatasi tulisan apa saja yang ingin dibuat mahasiswa asalkan tidak melanggar kebijakan yang telah ditetapkan, misalnya tulisan tidak mengandung isu SARA. Meskipun citizen journalism memiliki kebebasan untuk menulis apa saja yang dianggap menarik karena tidak terikat oleh institusi media seperti layaknya jurnalis profesioal, kebijakan tetap harus dibuat. Kebijakan dibuat bukan untuk membatasi kebebasan berpendapat mahasiswa, namun ada hal-hal yang boleh dan tidak boleh untuk dipublikasikan.
Contohya,
jika
tulisan
tersebut
mengandung
unsure
melecehkan suatu golongan, pornografi, dll. Setiap minggunya Kompas Kampus diterbitkan dalam dua halaman yaitu di halaman 34 dan 35. Di rubrik ini, terdapat tiga sub-rubrik yaitu Liputan Kampus, Argumentasi, dan Bibliotika. Liputan Kampus merupakan berita hasil liputan langsung mahasiswa seputar dunia kampus. Dalam sub-rubrik ini mahasiswa dapat menulis berita yang mereka anggap menarik dalam bentuk reportase maupun feature. Di setiap edisi Kompas Kampus tim redaksi selalu menyajikan setidaknya satu atau dua tulisan yang ditulis oleh wartawan Harian Kompas. Hal itu ditujukan untuk memberikan contoh kepada mahasiswa tentang bagaimana cara menulis berita yang baik dan untuk mengetahui bagaimana gaya menulis Harian Kompas. Argumentasi adalah opini mahasiswa tentang suatu isu yang temanya ditentukan oleh redaksi setiap minggunya. Tulisan Argumentasi mahasiswa disajikan dalam satu kolom yang dapat menyajikan antara lima sampai dengan enam tulisan di setiap edisi Kompas Kampus. Di sisi lain, untuk menanamkan minat baca di kalangan mahasiswa, tim redaksi juga menyajikan sub-rubrik resensi buku dengan nama “Bibliotika”. Sub-rubrik Bibliotika adalah sub-rubrik yang khusus mengulas
79
tentang resensi buku. Seperti yang dikatakan Kustadi Suhandang dalam bukunya yang berjudul Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik bahwa disamping menyajikan berita dan komentar mengenai peristiwa yang terjadi, surat kabar pun banyak yang menyuguhkan komentar tentang buku-buku terbitan mutakhir. Istilah resensi itu sendiri sering diartikan dengan menggunakan istilah review, sebagai tinjauan terhadap karya seni dan sastra. Di samping itu, khusus terhadap buku sering dipakai istilah timbangan dalam arti menimbang-nimbang isi buku itu. Menimbang disini dapat diartikan memeriksa atau memeriksanya untuk akhirnya dapat menarik kesimpulan berupa pendapat atau pandangan terhadap segala aspek yang terkandung dalam buku itu. Setiap surat kabar menganggap buku terbitan baru sebagai berita. Oleh karena itu, resensi yang baik merupakan informasi yang penting. Dengan mengutarakan judul buku, nama pengarangnya, penerbitnya, tempat penerbitan, dan harganya, pembaca akan merasa memperoleh berita yang berharga baginya. 6 Tidak seperti Liputan Kampus dan Argumentasi, resensi buku di Bibliotika hanya ditulis oleh bagian Litbang Harian Kompas. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan redaksional Harian Kompas dalam mengelola rubrik Kompas Kampus, dapat diketahui melalui beberapa proses yang dilakukan oleh redaktur rubrik tersebut. Proses-proses yang dilalui redaktur dalam mengelola Kompas Kampus meliputi tiga tahapan, yaitu proses pengumpulan materi, proses penyeleksian materi tulisan, dan proses penyuntingan naskah.
6
Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik, Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik, (Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2004), h. 174-177.
80
C. Analisis Kebijakan Kebijakan redaksional Harian Kompas juga terlihat dalam penetapan penulis berita dalam rubrik Kompas Kampus. Sebagian besar berita yang disajikan dalam rubrik tersebut adalah tulisan mahasiswa. Tulisan wartawan yang ditampilkan dalam rubrik tersebut hanya berfungsi sebagai contoh bagi mahasiswa untuk mengetahui “gaya” menulis Harian Kompas. Hal ini terkait dengan visi dan misi rubrik tersebut, yakni menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengekspresikan dirinya dengan menulis opini maupun kegiatan atau isu-isu yang tengah hangat di kalangan mahasiswa atau sekitar kampus. Melalui Kompas Kampus, mahasiswa juga diharapkan bisa belajar menulis secara ilmiah popular maupun membuat liputan. Pemegang kebijakan yang menentukan sebuah tulisan layak atau tidak layak dimuat pada Kompas Kampus adalah redaktur Kompas Muda, Chris Pudjiastuti. Lalu, bagaimanakah kebijakan redaksional Harian Kompas dalam memilih dan memutuskan kelayakan tulisan yang dimuat di Kompas Kampus? Sebagaimana dijelaskan di atas, tulisan yang layak dimuat di Kompas Kampus di antaranya harus aktual, berkaitan dengan kehidupan banyak orang, menarik mahasiswa untuk ikut terlibat (setidaknya memikirkan masalah yang tengah dihadapi bangsa Indonesia), dan mengajak mahasiswa sebagai segmen pembaca utama untuk aktif menulis. Selain beberapa kriteria di atas, penyajian tulisan dalam rubrik Kompas Kampus lebih kepada laporan tulisan dalam bentuk reportase, feature dan opini. Dengan kata lain, isi liputan pada rubrik tersebut bukan dalam bentuk straight news. Hal itu dilakukan dengan alasan untuk lebih menambah
81
wawasan baik bagi penulis maupun pembaca (tidak sekadar menyajikan informasi).7 Untuk mengetahui bagaimana kebijakan redaksional dalam pemuatan naskah di rubrik tersebut, dalam pembahasan ini penulis mengambil dua contoh Kompas Kampus yaitu edisi tanggal 16 Juli 2013 dan 23 Juli 2013. Kedua edisi tersebut terbit bertepatan dengan bulan Ramadhan 1434 H. Mayoritas penduduk Indonesia yang beragaman muslim membuat momentum Ramadhan menjadi isu yang menarik untuk disajikan, termasuk dalam rubrik Kompas Kampus. Edisi Kompas Kampus edisi 16 Juli dan 23 Juli 2013 mengusung Ramadhan sebagai tema utamanya. Isi rubrik tersebut tetap membahas seputar dunia kampus namun kental dengan nuansa Ramadhan. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Chris Pudjiastuti, penetapan isi tulisan di setiap edisi Kompas Kampus dilakukan dalam sebuah rapat redaksi yang diadakan pada hari Jumat setiap minggunya. Rapat tersebut dihadiri oleh para reporter serta redaktur atau tim pengelola rubrik (jabrik). Mekanisme dalam rapat tersebut, setiap peserta rapat diminta untuk membawa usulan naskah liputan sesuai dengan tema dan argumentasi masing-masing. Pilihan penetapan tulisan yang akan diterbitkan diputuskan berdasarkan kriteria-kriteria yang sudah disepakati sesuai dengan kebijakan penyajian rubrik Kompas Kampus itu sendiri. 8 Pada edisi tanggal 16 Juli 2013 Kompas Kampus memuat sebanyak 12 judul tulisan, terdiri atas sub-rubrik Argumentasi 6 judul, sub-rubrik Liputan Kampus (4 judul), dan sub-rubrik Bibliotika (2 judul). Pada sub rubrik 7 8
Hasil wawancara penulis dengan Chris Pudjiastuti, pada tanggal 3 September 2013. Hasil wawancara penulis dengan Chris Pudjiastuti, pada tanggal 3 September 2013.
82
Argumentasi, semua tulisan berupa opini tentang seputar Ramadhan dan ditulis oleh para mahasiswa yang disajikan dalam bentuk galeri. Namun, pada sub-rubrik Liputan Kampus, dari 4 judul tulisan, satu di antaranya bertema tentang Ramadhan dan tiga tulisan lain bertema umum yang disajikan dalam bentuk reportase dan feature. Sedangkan dua judul pada sub-rubrik Bibliotika keduanya menyajikan tulisan berupa resensi buku yang bertemakan tentang Ramadhan. Adapun pada Kompas Kampus edisi tanggal 23 Juli 2013, sub-rubrik Argumentasi memuat sedikitnya 5 judul, Liputan Kampus (4 judul), dan Bibliotika (2 judul). Seperti pada edisi tanggal 16 Juli 2013, tema liputan Kompas Kampus masih sekitar pernak-pernik Ramadhan khususnya tentang bagaimana semarak masjid kampus selama bulan suci Ramadhan. Hal itu terlihat misalnya pada sub-rubrik Argumentasi di halaman 34 yang menyajikan opini mahasiswa (galeri) sebanyak 5 judul. Sedangkan tema lain tentang Ramadhan berada di sub-rubrik Liputan Kampus yang ditulis sebanyak 2 judul (halaman 34) dan di sub-rubrik Bibliotika (resensi buku) yang menyajikan 2 judul tulisan (halaman 35). Sisanya adalah berupa liputan umum yang disajikan di halaman 35 sebanyak 2 judul. Pada rubrik Kompas Kampus edisi 16 Juli 2013, kebijakan redaksional terhadap isi (tema utama) liputan yang berkaitan dengan Ramadhan ditulis dengan judul “Ramadhan, Saat Berbagi dan Beribadah”. Tema tersebut dipilih selain karena berada dalam momentum bulan suci Ramadhan, juga agar mahasiswa termotivasi untuk meningkatkan keimanan dan menumbuhkan semangat saling berbagi, misalnya dengan melakukan
83
berbagai kegiatan sosial dan usaha-usaha kecil seperti berjualan santapan berbuka puasa (ta’jil) atau mengajar ilmu agama. Selain dalam bentuk tulisan, liputan Ramadhan dalam Kompas Kampus pada edisi tersebut juga disertai dua buah foto pendukung. Menurut Chris Pudjiastuti, selain untuk menambah variasi isi tulisan, penyertaan foto pendukung juga dimaksudkan untuk menarik perhatian pembaca serta memperkuat isi tulisan.9 Tema seputar bulan suci Ramadhan juga terlihat pada sub-rubrik Argumentasi. Seluruh tulisan Argumentasi tersebut menyajikan opini mahasiswa tentang kegiatan-kegiatan positif yang dapat dilakukan selama bulan Ramadhan. Penetapan tema Argumentasi tersebut bertujuan untuk menggiring
pembaca
untuk
ikut
melakukan
kegiatan-kegiatan
yang
bermanfaat selama bulan Ramadhan. Selain liputan yang bertemakan tentang Ramadhan, pada Liputan Kampus juga redaksi memuat tiga tulisan reportase-feature. Penyisipan tema lain dalam dua edisi Kompas Kampus yang penulis jadikan sampel ini bertujuan agar pembaca tidak merasa jenuh dengan tema yang monoton serta agar pembaca mendapatkan lebih banyak pengetahuan dari segala bidang. Tulisan pertama sebagai headline berjudul “Surga di Tengah Selat Sunda, kedua berjudul “Membuat Pupuk Cair di Merapi”, dan ketiga berjudul “Libur Kuliah, Unjuk Kreativitas Seni”. Alasan redaksi memutuskan untuk menerbitkan tulisan yang berjudul “Surga di Tengah Selat Sunda,” adalah karena tulisan tersebut kaya dengan informasic, serta tulisan juga disertai oleh data-data yang dapat medukung isi
9
Hasil wawancara penulis dengan Chris Pudjiastuti, pada tanggal 3 September 2013.
84
tulisan. Di samping itu, pengirim naskah juga meggunakan narasumber yang mumpuni dan sesuai untuk tulisan tersebut. Pada tulisan tersebut mahasiswa mewawacarai dosen yag kompeten di kampusnya untuk memperkuat bobot tulisan yang dibuatnya. Tulisan yang bersifat informatif lain juga terlihat pada tulisa dengan judul “Membuat Pupuk Cair di Merapi.” Tulisan ini tidak hanya bermanfaat bagi mahasiswa yang merupakan target utama pembaca Kompas Kampus, melainkan juga sangat informatif untuk masyarakat umum. Tulisan lainnya ialah tulisan dengan judul “Libur Kuliah, Unjuk Kreatifitas Seni.” Tulisan ini berisi tentang bagaimana ratusan mahasiswa yang mengisi liburan merekan dengan mengikuti ajang “Ready to Take the Challenge 2013”, yaitu sebuah ajang yang dapat dijadikan wadah untuk mengembangkan bakat dan hobi pesertanya. Redaksi mempunyai alasan tulisan tersebut bersifat inspiratif. “….Waktu itu kita memutuskan mau pakai tulisan itu karena tulisannya inspiratif. Dari tulisan itu secara gak langsung kita mengajak mahasiswa untuk ngelakuin hal berguna selama liburan. Selain itu, lewat tulisan itu kita juga mau kasih info kalau ada loh kegiatan-kegiatan atau ajangajang yang bisa dijadikan tempat untuk mengasah bakat dan menyalurkan hobi mereka…” Unsur inspiratif dapat dilihat dari kutipan wawancara penulis naskah dengan Ketua Panitia ajang tersebut, misalnya: “Melalui program Reach ini, peserta diajak untuk berani mempunyai mimpi, total dalam mengejar mimi tersebut agar bias happy dengan bertindak, tidak hanya sebatas angan-angan, tetapi berani mewujudkannya.” Tidak hanya pada Liputan Kampus dan Argumentasi, sub-rubrik Bibliotika edisi tersebut juga mengupas sebanyak dua resensi buku yang berkaitan dengan Ramadhan. Resensi yang ditulis oleh Bidang Penelitian dan Pengembangan Harian Kompas itu menyajikan buku “Food Combining di Bulan Ramadhan,” dan Jejak Ramadhan di Berbagai Negara”.
85
Pada Kompas Kampus edisi 23 Juli 2013 Kompas Kampus masih menampikan tulisan-tulisan bernuansa Ramadhan. Dalam hal ini Kompas Kampus lebih mengangkat tema tentang kegiatan apa saja yang dilakukan mahasiswa di masjid kampus selama bulan suci Ramadhan. Pemilihan tema masjid kampus penulis anggap menarik karena selama ini masjid kampus jarang diangkat ke media massa. Padahal, banyak kegiatan dan hal yang menarik yang bisa digali dan memiliki nilai berita yang tinggi. Tidak hanya melalui berita, tulisan bernuansa Ramadhan juga disajikan dalam sub-rubrik Argumentasi. Pada Kompas Kampus edisi 23 Juli 2013, mahasiswa juga ditantang untuk beropini tentang bagaimana cara menarik minat mahasiswa untuk beraktifitas di masjid kampus di antara berbagai tawaran ekstrakulikuler di kampus. Pemilihan masjid kampus sebagai tema Argumentasi ini, menurut Chris Pudjiastuti, dikarenakan kini masjid kampus tidak lagi hanya digunakan sebatas tempat beribadah semata. Masjid-masjid kampus juga digunakan sebagai tempat positif untuk mengisi waktu luang mahasiswa. Berbagai program dapat dilakukan di masjid kampus, mulai dari pelatihan kepemimpinan, bimbingan belajar, tempat berdiskusi, hingga ke aksi-aksi peduli sosial. Apalagi, di saat bulan Ramadhan kegiatan masjid kampus menjadi lebih semarak. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, Kompas Kampus memiliki kebijakan untuk menyisipkan tulisan bertema umum pada tiap penerbitan Kompas Kampus agar lebih bersifat variatif. Dalam setiap edisinya Kompas Kampus banyak menerbitkan tulisan lifestyle,olahraga, lingkungan
86
serta hobi. Seperti pada edisi 23 Juli 2013 yang menerbitkan tulisan berjudul “Bertualang Arung Jeram di Sungai Cipeles.” Menurut Chris Pudjiatuti, tulisan tersebut dipilih karena tulisan tersebut bercerita tentang keprihatinan kepada rusaknya pesona Sungai Cipeles sebagai wahana untuk arung jeram akibat limbah. Melalui tulisan ini tim redaksi berharap agar pembaca juga turut peduli terhadap lingkungan. Sedangkan tulisan pada sub-rubrik Bibliotika, pemuatan dua resensi buku yang masih berkaitan dengan bulan suci Ramadhan dimaksudkan selain sebagai sarana promosi, isi buku juga untuk memberi wawasan bagi para pembaca, khususnya kalangan mahasiswa. Kebijakan penyajian resensi tak hanya dalam bentuk teks tetapi juga sampul buku yang diresensi sehingga lebih menarik pembaca.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa Teori Hierarki Pengaruh turut memengaruhi konten dari rubrik Kompas Kampus untuk kemudian juga memengaruhi kebijakan redaksional pada rubrik tersebut. Beberapa kebijakan tersebut adalah Rubrik Kompas Kampus sengaja disediakan oleh Harian Kompas untuk memuat tulisan dan liputan yang dibuat oleh citizen journalism. Citizen journalism dalam hal ini adalah mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri. Citizen journalism dalam rubrik Kompas Kampus merupakan kolaborasi antara jurnalis profesional dengan non jurnalis yang memiliki kemampuan dalam materi yang dibahas. Harian Kompas sengaja memberikan kesempatan para mahasiswa untuk mengisi tulisan pada rubrik ini agar sudut pandang yang muncul lebih menunjukkan sisi mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa. Keterlibatan mahasiswa dalam rubrik ini sama halnya dengan yang dilakukan oleh jurnalis professional, yaitu melakukan kegiatan mencari, menyajikan, dan menyebarluaskan berita melalui media kepada khalayak. Melalui rubrik yang terbit setiap Selasa ini, Melalui rubrik ini Harian Kompas bertujuan untuk mendidik masyarakat dalam hal ini mahasiswa agar dapat menjadi terampil seperti layaknya wartawan profesional. Tulisan dibuat oleh mahasiswa. Harian Kompas sengaja memberikan kesempatan para mahasiswa untuk mengisi tulisan pada rubrik ini agar sudut pandang yang muncul lebih menunjukkan sisi mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa. Rubrik ini hanya diterbitkan pada hari Selasa setiap minggunya. Hal itu dikarenakan Harian Kompas memahami mahasiswa yang juga mempunyai
87
88
tanggung
jawab
untuk
menyelesaikan
tugas-tugas
kampus
mereka.
Olehkarenaitu, Kompas Kampus hanya diterbitkan sekali dalams eminggu. Dengan harapan mahasiswa tetap punya waktu untuk menikmati sajian Kompas Kampus, tanpa menganggu kegiatan belajarnya. Tulisan yang layak untuk diterbitkan di rubrik Kompas Kampus Harian Kompas adalah tulisan yang aktual, memiliki informasi dan data yang lengkap, penggunaan bahasa yang baik dan mengalir, narasumber yang terpercaya dan sesuai dengan tema tulisan, serta inspiratif. Sebaliknya, tulisan yang tidak layak dimuat dalam rubrik Kompas Kampus adalah tulisan yang tidak lagi aktual, data dan informasinya tidak lengkap,mengandung isu SARA, dan mengandung opini sepihak.
B. Saran Berdasarkan hasil penulisan yang telah dilakukan, penulis mempunyai beberapa saran, di antaranya adalah: 1. Kepada Harian Kompas, agar tetap dapat menyediakan wadah untuk mahasiswa. Sehingga mahasiswa dapat terus menyampaikan gagasannya melalui tulisan. 2. Kepada tim redaksi Harian Kompas, untuk tetap berpedoman pada kebijakan redaksional yang telah ada dalam memilih tulisan yang akan dimuat, agar tetap dapat menyajikan berita yang berkualitas. 3. Kepada pembaca, khususnya mahasiswa Jurusan Konsentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta agar dapat menggunakan tulisan ini dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005. Effendy, Onong Uchjana. Kamus Komunikasi Mandar Maju. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1989. HM, Zaenuddin. The Journalist. Banding: Simbiosa Rekatama Media, 2011. Ishwara. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas, 2007. Iskandar, Maskun. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990. Junaedi, Kurniawan. Ensiklopedi Pers Indonesia. Jakarta: Gramedia, 1991. Kridalaksana, Harimukti. Leksian Komunikasi. Jakarta: Pradnaya Paramita, 1984. Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. Jurnalistik: Teori dan Praktek. Bandung: Rosda, 2005. Moeleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya, 2002. M. Romli, dan Asep Syamsul. Jurnalistik Praktis Untuk Pemula. Bandung: Remaja Karya Rosdakarya, 2009. M.Romli, Asep Syamsul. Kamus Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008. Nurudin. Jurnalisme Masa Kini, Jakarta: PT Rajawali Pers, 2009. Panuju, Redi. Nalar Jurnalistik: Dasar-Dasar Jurnalistik. Malang: Bayu Media Publishing, 2005. Pasaribu, Rondang dan Ashadi Siregar. Bagaimana Mengelola Media Koorporasi Organisasi. Yogyakarta: Kanisius, 2000. Putra, R Masri Sareb. Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung: Rosdakarya, 2005. Sentana, Septiawan. Jurnalistik Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.
76
77
Siregar, Ashadi. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2007. Suhaimi, dan Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010. Suhandang, Kustadi. Pengantar Jurnalistik. Bandung: Nuansa, 2004. Sumadiria, AS Haris. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008. Sumadiria, AS Haris. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Bandung: Simbiosa Pratama Media, 2004. Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011. Teba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Wirardi, Gunawan. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990. Yunus, Syarifuddin. Jurnalistik Terapan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010. http://fannyshining.blogspot.com/2011/10/kebijakan-redaksional-editorialpolicy.html. http://media.kompasiana.com/new-media/2012/04/20/citizen-journalism-apa-danbagaimana-451185.html diakses pada Rabu, 28 Agustus 2013. http://www.kompasiklan.com/profil, diakses pada tanggal 11 September 2013.
78
LAMPIRAN
LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Narasumber : Chris Pudjiastuti Jabatan
: Redaktur Harian Kompas
Tanya: Kenapa Kompas membidik mahasiswa melalui rubrik Kompas Kampus? Jawab: Karena kami ingin mahasiswa tetap suka membaca dan mau menulis. Kompas ingin agar semakin banyak mahasiswa yang bisa menuliskan ideidenya, maupun alur jalan pikirannya lewat tulisan yang enak dibaca. Menulis membutuhkan latihan, tidak bisa instan. Menulis juga membutuhkan wawasan, ini bisa dilatih sejak seseorang menjadi mahasiswa. Selain itu, kami juga ingin melibatkan mahasiswa pada isu-isu bangsa. Tanya: Siapa yang menentukan tema opini di rubrik Kompas Kampus? Jawab: Diputuskan dalam rapat, setiap anggota tim sudah membawa ide-ide untuk tema dalam rapat tersebut. Tanya: Apa dasar pertimbangan yang digunakan untuk menentukan tema opini setiap minggunya? Jawab: Ada beberapa pertimbangan antara lain: Aktualitas, menyangkut hajat hidup orang banyak, berkaitan dengan moral bangsa, dekat dengan dunia kampus. Tanya: Bagaimana proses pengumpulan berita Kompas Kampus?
Jawab:Mahasiswa
mengirimkan
tulisannya
lewat
email
ke
alamat
[email protected] maupun dikirimkan lewat pos. selama ini semua tulisan yang masuk itu lewat email aja, belum ada mahasiswa yang ngirim lewat pos. Tapi kalau memang ada yang mau ngirim lewat pos juga nggak masalah. Peluangnya tetap sama, walaupun kalau lewat pos itu jadi lebih ribet karena kita harus mengetik ulang tulisannya tapi tetep nggak masalah. Semua tulisan kemudian dibaca oleh anggota desk yang menangani rubric Kompas Kampus, untuk dipilih tulisan yang memenuhi syarat. Bila tulisan yang memenuhi syarat jumlahnya melebihi kebutuhan halaman Kompas Kampus, maka anggota desk kembali membaca tulisan yang sudah dipilih, dan secara musyawarah menentukan tulisan yang akan dimuat. Tanya: Berapa artikel atau berita yang masuk ke meja redaksi setiap harinya? Jawab: Setiap hari tulisan mahasiswa yang masuk ke Redaksi lebih dari 50. Tanya: Selama ini berapa presentase perbandingan antara artikel yang dikirim oleh mahasiswa dengan yang diterbitkan di rubrik Kompas Kampus? Jawab: Sekitar 10 persen dari artikel yang dikirimkan mahasiswa. Untuk Argumentasi pada setiap penerbitan juga sekitar 5-10 persen dari jumlah yang masuk ke Redaksi. Tanya: Bagaimana proses penyuntingan berita pada rubrik Kompas Kampus? Jawab: Tulisan mahasiswa yang sudah dipilih kemudian diedit oleh Editor yang bertugas untuk rubric Kompas Kampus. Editing bisa pada bahasa, panjang tulisan, hingga penambahan atau pengurangan tulisan.
Tanya: Kenapa penentuan tulisan yg akan diterbitkan di rubrik Kompas Kampus tidak ikut dibicarakan di rapat redaksi melaikan hanya ditentukan oleh lima orang? Jawab: Jumlah 5 orang dianggap bisa mewakili visi dan misi redaksi Kompas, anggotanya berganti-ganti namun semuanya adalah wartawan Kompas yang jumlahnya 200-an. Tanya: Kenapa rubrik Kompas Kampus tidak diisi oleh tulisan mahasiswa seluruhnya? Jawab: Untuk menjaga standar kualitas Kompas, selain memberi “contoh” kepada mahasiswa bagaiman menulis “gaya” Kompas. Tanya: Adakah visi dan misi khusus pada rubrik Kompas Kampus? Jawab: Menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengekspresikan dirinya, baik opini maupun kegiatan dan isu-isu yang tengah hangat di kalangan mahasiswa. Lewat Kompas Kampus, mahasiswa juga diharapkan bisa belajar menulis secara ilmiah popular maupun membuat liputan. Tanya: Kenapa Kompas Kampus hanya diterbitkan setiap hari Selasa? Jawab: Kami memahami kesibukan mahasiswa untuk menyelesaikan tugas-tugas kampus. Oleh karena itu, kami hanya menerbitkan Kompas Kampus seminggu sekali. Dengan harapan, mahasiswa tetap punya waktu untuk menikmati sajian Kompas Kampus, tanpa menganggu kegiatan belajarnya.
Tanya: Kenapa Harian Kompas menggunakan judul “Kompas Kampus? Jawab:Karena memang rubrik Kompas Kampus ditujukan untuk kalangan mahasiswa. Kampus di sini identik dengan kehidupan mahasiswa seharihari. Kampus dan mahasiswa adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Tanya: Siapa yang berhak menentukan berita yang akan disajikan pada rubrik Kompas Kampus? Jawab: Ada tim yang terdiri dari lima orang dan semuanya membaca isi tulisan yang dikirimkan mahasiswa, lalu berdasarkan penilaian itulah dipilih tulisan untuk dimuat. Pertimbangannya antara lain aktualitas tulisan, kelengkapan informasi dan data, penggunaan bahasa yang baik dan mengalir. Tanya: Apa tugas utama redaktur dalam rubrik Kompas Kampus? Jawab: Redaktur tugasnya antara lain menentukan tema “tantangan” untuk setiap penerbitan Kompas Kampus, memilih tulisan-tulisan mahasiswa. Tanya: Seperti apa kriteria tulisan ideal yang diharapkan redaksi pada rubrik Kompas Kampus? Jawab: Pertimbangannya antara lain aktualitas tulisan, kelengkapan informasi dan data, penggunaan bahasa yang baik dan mengalir. narasumber yang terpercaya dan sesuai dengan tema tulisan, inspiratif. Tanya: Hal apa saja yang menyebabkan artikel/berita tidak dapat diterbitkan? Jawab: Ada berbagai faktor yang mempengaruhi, misalnya ketersediaan halaman, tulisan mengandung opini sepihak, tulisan mengandung SARA, tulisan
memerlukan foto tetapi mahasiswa tidak mengirimkan foto pendukung tulisan, tulisan tidak lengkap data dan informasinya, tulisan tidak lagi aktual. Tanya: Apa saja kendala yang timbul dalam mengelola rubrik Kompas Kampus? Jawab: Kendala yang sering muncul misalnya tulisan mahasiswa yang masuk tidak lengkap datanya, opini yang disampaikan mahasiswa kerap banyak yang sama, foto untuk mendukung tulisan kadang tidak sesuai dengan isi tulisan, masuknya tulisan mahasiswa kadang setelah deadline jadi tak bisa dimuat karena aktualitasnya sudah terlewat. Tanya: Apa alasan penetapan tema Ramadhan pada Kompas Kampus edisi 16 dan 23 Juli 2013? Jawa: Salah satu yang harus menjadi pertimbangan dalam memuat suatu tulisan adalah "Aktualitas", Nah bulan Juli bertepatan dengan bulan Ramadhan. Oleh karena itulah dalam Kompas Kampus pun kami menyajikan hal-hal yang berkaitan dengan bulan Ramadhan. Tanya: Bagaimana kebijakan pemilihan dan penetapan foto pendukung pada berita tesebut? Katrena menurut saya sepertinya foto tersebut tidk dapat mendukung isi tulisan yang dimuat. Jawab: Sama seperti tulisan dan judul, foto dan gambar yang kami tampilkan diusahakan untuk menarik perhatian pembaca agar mencermati seluruh isi tulisan. Foto tentu saja diusahakan bisa mencerminkan isi dari tulisan. Baik itu dalam arti sesungguhnya maupun sebagai bentuk dari perumpamaan.
Tanya: Apa alasan teknis dalam sub-rubrik Argumentasi disajikan dalam bentuk galeri yang menyajikan banyak pendapat dari mahasiswa? Dan apa pula alasan filosofis redaksi menetapkan tema tersebut? Kenapa argumentasi tidak disajikan dalam bentuk artikel (opini) secara utuh? Jawab: Argumentasi, dari nama rubrik itu sendiri, kita bisa tahu bahwa dalam sebuah persoalan seringkali muncul adanya pendapat yang pro dan kontra. Dalam wadah rubrik argumentasi, kami memberi wadah bagi semua mahasiswa di Tanah Air untuk mengemukakan pendapatnya, baik yang pro maupun yang kontra. Mengapa dipilih format demikian? Karena kami ingin dalam mengajukan pendapatnya pun mahasiswa bertanggung jawab. Dalam media sosial misalnya, ada sebagian orang yang mengemukakan pendapatnya tanpa mau menyebutkan jati dirinya sebenarnya. Nah, dalam rubrik Argumentasi, mahasiswa mengemukakan pendapatnya dengan jujur. Istilahnya, inilah saya (tidak menyembunyikan identitasnya) dan inilah pemikiran atau pendapat saya tentang topik/ masalah yang diangkat dalam tulisan tersebut. Tema dipilih berdasarkan masalah yang sedang aktual dalam perbincangan mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya. Atau, kami sengaja memilih tema-tema tertentu yang memang "kurang disentuh" mahasiswa, padahal sebenarnya mahasiswa bisa berbuat banyak atau setidaknya turut memecahkan masalah tersebut. Mengapa argumentasi tidak dalam bentuk tulisan? Karena kami memang ingin menampilkan mahasiswa dengan pemikirannya masing-masing, dan
kemampuan mahasiswa mengemukakan pendapatnya dalam bentuk tulisan dan bertanggung jawab. Tanya: Apa alasan penetapan tema tentang kegiatan Ramadhan di masjid-masjid kampus, dan apa pula yang ingin dicapai oleh misi tulisan tersebut? Jawab: Penetapan tema ditentukan dalam rapat redaksi yang diadakan sekali dalam seminggu. Khusus dari tulisan tentang Ramadhan di masjid kampus, kami ingin mengetengahkan apa saja kegiatan masjid di kampus selama Ramadhan? Bagaimana kira-kira kegiatan masjid di Kampus? Kalau memang ada kegiatan masjid di satu kampus, yang dinilai bagus dan bisa dicontoh oleh kampus yang lain, kenapa tidak? Ini bisa tercetus bila mahasiswa membaca tulisan tersebut. Kami ingin menunjukkan kegiatan Ramadhan mahasiswa antara lain lewat kegiatan masjid di kampus.