BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGUNG NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN PEMASUKAN BIBIT TERNAK DARI LUAR NEGERI KE WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang
: a. bahwa untuk mempertahankan wilayah Kabupaten Temanggung dari status bebas penyakit hewan menular utama dan penyakit eksotik, maka pemasukan bibit ternak ke wilayah Kabupaten Temanggung harus dilakukan pengawasan; b. bahwa Peraturan Bupati Temanggung Nomor 46 Tahun 2012 tentang Prosedur Tetap Pemasukan Bibit Ternak dari Luar Negeri Ke Wilayah Kabupaten Temanggung belum mengatur tentang Persyaratan Teknis Minimal Pemasukan Bibit Ternak sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 07 /Permentan/OT.140/1/2008 tentang Syarat dan Tata Cara Pemasukan dan Pengeluaran Benih, Bibit Ternak, dan Ternak Potong sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Tata Cara Pengawasan Pemasukan Bibit Ternak dari Luar Negeri ke Wilayah Kabupaten Temanggung;
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Berita Negara Tahun 1950 Nomor 42); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan 1
Daerah (Lembaran Nomor 4844);
Negara
Republik
Indonesia
3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1977 tentang Usaha Peternakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3101); 6. Peratura Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4002); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 6 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Temanggung (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 18); 9. Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 18 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Daerah Tahun 2012 Nomor 18, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 18); 10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 07/Permentan/OT.140/1/2008 tentang Syarat dan Tata Cara Pemasukan dan Pengeluaran Beni, Bibit Ternak, dan Ternak Potong;
2
MEMUTUSKAN: Menetapkan
: PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENGAWASAN PEMASUKAN BIBIT TERNAK DARI LUAR NEGERI KE WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Temanggung. 2. Bupati adalah Bupati Temanggung. 3. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah SKPD di Kabupaten Temanggung. 4. Pengawasan adalah kegiatan mengumpulkan data dan informasi secara sistematis dengan metoda atau teknik tertentu kemudian menganalisis, mencocokkan, membandingkan dengan norma, standar atau criteria untuk menilai apakah kegiatan sesuai dengan aturan yang berlaku. 5. Bibit ternak adalah semua hasil pemuliaan ternak yang memenuhi persyaratan tertentu untuk dikambalikan. 6. Pemasukan bibit ternak adalah serangkaian kegiatan untuk memasukkan bibit ternak dari luar negeri kedalam wilayah Kabupaten Temanggung untuk pemenuhan kebutuhan bibit ternak. 7. Penyakit Eksotik adalah penyakit yang belum pernah ada di daerah. 8. Penyakit Hewan Menular Utama adalah penyakit-penyakit yang mempunyai daya penularan cepat dan berdampak social ekonomi dan/atau yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat yang serius serta merupakan penyakit yang penting dalam perdagangan hewan serta produk hewan secara internasinal yang disebabkan oleh virus, parasit, bakteri, dan prion yang mengacu pada daftar penyakit hewan menular Office International des Epizooties (OIE)/World Organization for Animal Health (WOAH). BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Peraturan Bupati ini dimaksudkan sebagai Pedoman Aparatur Daerah dalam pengawasan kegiatan pemasukan bibit ternak ke wilayah Kabupaten Temanggung. (2) Peraturan Bupati ini bertujuan untuk: a. Menjaga kelestarian sumber daya genetic dan keamanan hayati serta meningkatkan keragaman genetic termak; b. Mencegah kemungkinan masuk dan menyebarnya penyakit hewan menular utam dan penyakit hewan eksotik ke wilayah Kabupaten Temanggung
BAB III 3
TATA CARA PENGAWASAN PEMASUKAN BIBIT TERNAK DARI LUAR NEGERI KE WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG Pasal 3 (1) (2)
(3)
(4)
(5)
(6) (7)
Pelaksanaan pengawasan dilakukan oleh SKPD yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan. Pengawasan dititikberatkan pada terpenuhinya ketentuan persyaratan administrasi dan persyaratan teknis kesehatan hewan, serta mengikuti ketentuan perundang-undangan di bidang karantina hewan. Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang berlaku bagi perorangan meliputi: a. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) b. Kartu Tanda Penduduk/Tanda Pengenal Pimpinan Perusahaan; dan c. Rekomendasi teknis dan Dinas Provinsi. Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud ayat (2) yang berlaku bagi badan hukum meliputi: a. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP); b. Nomor POkok Wajib Pajak (NPWP); c. Surat Tanda Daftar Perdagangan (STDP); d. Angka Pengenal Impor Umum (API-U); e. Kartu Tanda Penduduk/Tanda Pengenal Pimpinan Perusahaan; dan f. Akta Pendirian Perusahaan. Persyaratan teknis kesehatan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. Persyaratan kesehatan hewan (Certificate of animal health); b. Sertifikat asal usul bibit ternak (pedigree); c. Persyaratan Negara asal (certificate of origin); dan d. Persyaratan teknis minimal pemasukan bibit ternak sebagaimana dimaksud pada Lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan Peraturan Bupati ini. Terpenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang karantina hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yaitu telah diterbitkannya Sertifikat Pelepasan. Hasil pelaksanaan pengawasan dilaporkan kepada Bupati. BAB IV SANKSI ADMINISTRASI Pasal 4
(1) (2)
(3)
Setiap orang/badan yang melanggar ketentuan pasal 3 ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) apabila diketahui terjadi pelanggaran, Bupati dapat mengambil tindakan administratif. Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. Peringatan secara tertulis; b. Larangan peredaran dan/atau tindakan pemusnahan. Pengenaan tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan berdasarkan tingkat resiko yang diakibatkan oleh pelanggaran yang dilakukan. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 5
4
Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, maka Peraturan Bupati Temanggung Nomor 47 Tahun 2012 (Berita Daerah Kabupaten Temanggung Tahun 2012 Nomor 46) tentang Prosedur Tetap Pemasukan Bibit Ternak dan Luar Negeri ke Wilayah Kabupaten Temanggung dicabut dinyatakan tidak berlaku. Pasal 6 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Temanggung. Ditetapkan di Temanggung pada tanggal 13 April 2013 BUPATI TEMANGGUNG, ttd HASYIM AFANDI Diundangkan di Temanggung pada tanggal 13 April 2013 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG ttd BAMBANG AROCHMAN BERITA DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2013 NOMOR 18
LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG
5
TATA CARA PENGAWASAN PEMASUKAN BIBIT KE WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL PEMASUKAN BIBIT TERNAK I.
SAPI POTONG 1) Standar Umum : a) sapi
bibit
yang
dimasukkan
harus
mempunyai
surat
keterangan pedigree yang dikeluarkan oleh Asosiasi Breeder sejenis
atau
badan-badan
pemerintah/semi
pemerintah/swasta yang berwenang; b) sapi bibit harus sehat dan bebas dan segala cacat fisik seperti: cacat mata, tanduk patah, pincang, lumpuh kaki abnormal (bentuk O atau X) dan kuku abnormal serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya; c) sapi bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal
ambing
serta
tidak
menunjukkan
gejala
kemandulan; d) sapi bibit pejantan tidak memiliki cacat pada alat kelaminnya (teste asimetris, monorchid, paraphymosis dan lain-lain) dan siap sebagai pejantan. 2) Standar Khusus : a) Sapi Brahman 1. Pejantan Brahman a. warna
: memiliki 87,5% darah brahman, berbulu tipis, warna putih dan atau kelabu.
b. tanduk
: tidak
bertanduk
bertanduk
harus
atau
kalau
yang
sudah
paha
besar,
dipotong (dehorned). c.
bentuk badan
: kepala
besar
mempunyai
dan
punuk,
mempunyai
gelambir mulai dari rahang bawah sampai ke bagian ujung tulang dada bagian depan, jangan terlalu berlipat, kaki panjang dan tubuh kompak. d. tinggi gumba
: minimal 130 cm. 6
e.
umur
: 30 – 36 bulan (minimal ganti gigi 2 pasang,
maksimal
ganti
gigi
3
pasang). f.
berat badan
: minimal 325 kg.
2. Betina Brahman a. warna
: memiliki
75%
darah
Brahman,
berbulu tipa, warna putih dan atau kelabu, ditolerir warna merah. b. tanduk
: tidak bertanduk.
c.
: kepala
bentuk badan
besar
dan
paha
besar,
mempunyai punuk, telinga lebar dan tergantung, berkaki panjang dan
tubuhnya
tidak
begitu
kompak, gelambir kulit mulai dari rahang bawah sampai ke bagian ujung tulang dada bagian depan. d. tinggi gumba
: minimal 120 cm.
e.
: Minimal 300 kg.
berat badan
b) Sapi Simmental 1. Pejantan Simmental a. warna
: bervariasi dari merah gelap sampai kuning kecoklatan.
b. tanduk
: bertanduk.
c.
: Tubuh sedang, kompak dan padat.
bentuk badan
d. tinggi gumba
: minimal 130 cm.
e.
: 30 – 36 bulan (minimal ganti gigi 2
umur
pasang,
maksimal
ganti
gigi
3
pasang). f.
berat badan
: minimal 300 kg.
2. Betina Simmental a. warna
: bervariasi dari merah gelap sampai kuning kecoklatan.
b. tanduk
: bertanduk.
7
c.
bentuk badan
: tubuh sedang, kompak dan padat.
d. tinggi gumba
: minimal 120 cm.
e.
: 18 sampai 30 bulan (maksimal
umur
ganti gigi 2 pasang). f. c)
berat badan
: minimal 250 kg.
Sapi Limousin 1. Pejantan Limousin a. warna
: kuning agak kelabu (beige).
b. tanduk
: tidak bertanduk.
c.
: ukuran
bentuk badan
tubuh
besar,
badan
kompak dan padat. d. tinggi gumba
: minimal 130 cm.
e.
: 18 - 36 bulan (minimal ganti gigi 1
umur
pasang,
maksimal
ganti
gigi
3
pasang). f.
berat badan
: minimal 450 kg.
2. Betina Limousin a. warna
: merah bata.
b. tanduk
: tidak bertanduk.
c.
: ukuran
bentuk badan
sedang,
kompak
dan
padat.
3)
d. tinggi gumba
: minimal 120 cm.
e.
umur
: 14-24 bulan.
f.
berat badan
: minimal 350 kg.
Persyaratan Reproduksi Pejantan a) lingkar scrotum minimal 32 cm. b) prosentase hidup sperma dan semen yang dihasilkan lebih dan 70% dan spermatozoa yang bergerak secara progresif lebih dan 2+ dengan menggunakan electro ejaculator. c) ternak bibit pejantan telah diberi nose ring.
II. SAPI PERAH 1) mempunyai silsilah (pedigree) sampai dengan 2 (dua) generasi diatasnya untuk bibit dasar/ elite dan bibit induk; 2) mempunyai silsilah (presigree) minimal 1 (satu) generasi diatasnya untuk bibit sebar; 3) berasal dari daerah yang bebas penyakit hewan menular yang dinyatakan dengan surat keterangan kesehatan hewan oleh pejabat yang berwenang; 8
4) memiliki bentuk ideal, alat reproduksi normal serta tidak memiliki cacat fisik; 5) memiliki ambing simetris, pertautan luas dan kuat, jumlah puting empat, bentuk dan fungsi putting normal; 6) sudah di-dehorning. 7) Bukan dari kelahiran jantan dan betina (free martin). 8) Secara khusus memperhatikan umur, tinggi pundak, berat badan, lingkar dada dan warna bulu sesuai dengan standar kelompok bibit sapi perah yang telah disepakati sebagai berikut: - umur : minimal 15-20 bulan, jantan minimal 18 bulan. - tinggi pundak : betina minimal 115 cm, jantan minimal 134 cm. - berat badan : betina minimal 300 kg, jantan minimal 480 kg. - lingkar dada : betina minimal 155 cm. - warna bulu : hitam putih/merah putih sesuai dengan karakteristik sapi perah FH. 9) berdasarkan kemampuan dan kualitas produksi susu tetuanya, bibit sapi perah terdiri dan bibit dasar, bibit induk dan bibit sebar dengan persyaratan teknis seperti table berikut: Produksi susu Bapak yang Kadar lemak induk (305 hari) berasal dari induk pada laktasi yang mempunyai Kategori produksi susu 305 hari setara dewasa Bibit 6.000 kg 7.000 kg 3,5% Dasar > 3,5% Bibit 5.000-6.000 kg > 6000 kg Induk Bibit Sebar
4.000-5.000 kg
> 5.000 kg
> 3,5%
10) Secara khusus untuk bibit sapi perah pejantan lingkar scrotum minimal 32 cm. III. KERBAU 1) kerbau bibit yang dimasukan harus mempunyai surat keterangan mengenai derajat kemurnian ternak tersebut yang dikeluarkan oleh Asosiasi Breeder sejenis atau badan-badan Pemerintah/semi Pemerintah/Swasta yang berwenang. 2) Kerbau bibit harus sehat dan harus bebas dari segala cacat fisik seperti: cacat mata (kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal secara tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya. 3) Semua kerbau bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing serta tidak menunjukkan gejala kemandulan.
9
4) Kerbau bibit jantan harus siap jadi pejantan serta tidak menderita cacat pada alat kelaminnya. 5) Persyaratan teknis yang harus dipenuhi untuk masing-masing rumpun kerbau yaitu sebagai berikut: a. Kerbau Lumpur Kualitatif Kuantitatif -
-
-
-
kulit berwarna abu-abu, hitam; bulu berwarna abu-abu sampai hitam; tanduk mengarah ke belakang horizontal, bentuk bulan panjang dengan bagian ujung yang meruncing serta membentuk setengah lingkaran; kondisi badan baik, bagian belakang penuh dengan otot yang berkembang; leher kompak dan kuat serta mempunyai proporsi yang sebanding dengan badan dan kepala; ambing berkembang dan simetris.
b. Kebau Sungai Kualitatif -
-
-
Betina: Umur 18-36 bulan Tinggi gumba minimal 105 cm Jantan: Umur 30-40 bulan Tinggi gumba minimal 110 cm
Kuantitatif
kulit umumnya berwarna hitam, dengan bulu hitam panjang pada telinga; tanduk melingkar pendek menuju ke belakang dan ke atas, kemudian berputar ke dalam membentuk spiral; badan berbentuk siku, langsing; menuju tipe perah, ambing berkembang baik dan simetris.
Betina: Umur 24-36 bulan Tinggi gumba minimal 125 cm Berat badan minimal 350 kg Produksi susu 1600-1800 kg Per laktasi 300 hari Jantan: Umur 30-40 bulan Tinggi gumba minimal 130 cm Berat badan minimal 400 kg
IV. KAMBING 1) Kambing dan domba harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti cacat mata (kebutaan), tanduk patah , pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya. 10
2) Semua kambing dan domba betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing serta tidak menunjukkan gejala kemandulan. 3) Kambing dan domba jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak menderita cacat pada alat kelaminnya. a) Kambing boer Umur : 12-18 bulan. Berat : jantan minimal 40 kg, betina minimal 25 kg. Bentuk badan : kokoh, kekar dan telinga panjang terkulai. b) Kambing Saanen Warna
: belang-belang hitam putih atau merah atau coklat putih.
Berat
: Minimal 40 kg.
Bentuk badan : Tubuh panjang, dada lebar dan dalam, ambing dan putting susu besar dan lunak; tidak bertanduk/bertanduk kecil. Umur
V.
: Betina umur 8-12 bulan. Jantan umur 12-18 bulan.
BABI Babi GPS 1) Babi yang dimasukkan harus mempunyai surat keterangan/jaminan tertulis dari perusahaan Babi bibit Pure Line (PL) nya mengenai warna, bentuk badan kualitasnya sebagai babi bibit. 2) Babi bibit harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik (physical defect) dan tidak cacat alat reproduksi. 3) Persyaratan teknis yang harus dipenuhi: a. Jenis : Babi bibit GPS b. Berat badan babi GPS : 25 – 40 kg c. Berasal dari tertua induk dengan Jumlah anak perkelahiran : 7 – 9 EKOR d. Pertambahan berat badan Harian : 685 – 760 gram
VI. KUDA 1) Kuda bibit yang dimasukkan harus mempunyai surat keterangan yang dikeluarkan oleh Assosiasi Breeder sejenis atau badanbadan pemerintah/semi pemerintah/swasta yang berwenang. 2) Kuda bibit harus sehat dan bebas dan segala cacat fisik (physical defect) dan tidak cacat alat reproduksi. 3) Persyaratan teknis baik kualitatif (warna, bentuk badan, dan temperamen) maupun kuantitatif (tinggi pundak, berat badan dan umur) sesuai dengan sifat-sifat kuda menurut jenisnya. a. Kuda Thorougbred 1. Warna : bermacam-macam 11
2. Bentuk badan : langsing 3. Temperamen : sangat aktif 4. Tinggi pundak : - betina : minimal 155,5 cm - jantan : minimal 155,5 cm 5. Umur ternak : - betina : minimal 3 tahun - jantan : minimal 3 tahun 6. Berat badan : - betina : minimal 400 kg : - jantan : minimal 400 kg
b. Kuda Arab 1. Warna : bermacam-macam 2. Bentuk badan : ramping dan kuat, anggota tubuhnya langsing, badan secara keseluruhan relatif pendek dengan punggung yang relatif pendek 3. Temperamen : lincah 4. Tinggi pundak : - betina : minimal 148 cm - jantan : minimal 148 cm 5. Umur ternak : - betina : minimal 30 - 36 bulan : - jantan : minimal 36 – 48 bulan 6. Berat badan : - betina : minimal 400 kg : - jantan : minimal 400 kg VII. ITIK 1) Itik bibit yang dimasukkan harus mempunyai surat keterangan/sertifikat yang dikeluarkan oleh breeder/peternak atau badan-badan pemerintah/swasta yang berwenang yang menjamin mengenai warna bulu, bentuk kaki, profil tubuh, leher, paruh, tanda khusus lainnya dan kualitasnya sebagai itik bibit. 2) Harus sehat, tidak cacat, bentuk dan warna bulu seragam. 3) Harus memenuhi persyaratan kesehatan hewan dan melampirkan sertifikat kesehatan hewan dari instansi yang berwenang dari Negara asal. 4) Persyaratan khusus yang harus dipenuhi: a. Produksi telur : 275 butir b. Produksi telur tetas : 215 butir c. Umur mencapai dewasa : 20 minggu d. Rata-rata berat telur : 75 gram VIII. AYAM RAS 1) Anak Ayam Bibit Umur Sehari (DOC) GPS Layer dan atau Broiler. a. melampirkan Surat Keterangan yang menjamin kualitas bibit dari pembibit asal. b. kondisi bibit ayam sehat, tidak cacat, tidak dehidrasi, warna bulu seragam, dan memenuhi ketentuan Kesehatan Hewan (Form A).
12
c. pengiriman DOC harus dengan kotak pengemas berventilasi, telah disanitasi dan memenuhi standar kesejahteraan hewan (Animal Welfare). d. melampirkan sertifikat kesehatan hewan dan instansi yang berwewenang di Negara asala (Form B). 2) anak Ayam Bibit Umur Sehari (DOC) PS Layer dan atau Boiler. a. melampirkan Surat Keterangan yang menjamin kualitas bibit dan pembibit asal (Form A). b. kondisi bibit ayam sehat, tidak cacat, tidak dehidrasi, warna bulu seragam dan memenuhi ketentuan Kesehatan Hewan. c. pengiriman DOC harus dengan kotak pengemas berventilasi, telah disanitasi dan memenuhi standar kesejahteraan hewan (Animal Walfare). d. melampirkan sertifikat kesehatan-hewan dan instansi yang berwenang di Negara asal (Form B). BUPATI TEMANGGUNG
ttd HASYIM AFANDI
13