Buku REDD + Mini Sebuah panduan proposal pemerintah dan lembaga non pemerintah untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan
1
DAFTAR PROPOSAL Proposal pemerintah
Global Canopy Programme merupakan aliansi 37 lembaga ilmiah di 19 negara yang telah mempelopori penelitian di dunia di bidang kanopi hutan, pendidikan, dan konservasi. Saat ini, 3 program utama kami yang mencakup ilmu pengetahuan, kebijakan, dan pembiayaan bertujuan untuk mendefinisikan dan mengeksplorasi tingkat dan nilai ekonomi jasa ekosistem hutan dan untuk menginformasikan temuan-temuan kami kepada para pembuat kebijakan di lembaga pemerintah dan keuangan. www.globalcanopy.org
Negara Aliansi Negara-Negara Kepulauan Kecil (AOSIS)* Australia* Brazil Kanada Koalisi untuk Negara- Negara Hutan Tropis (CfRN) Cina Kolombia* Komisi Hutan Afrika Tengah (COMIFAC) Uni Eropa (EU) India* Indonesia Jepang Malaysia Meksiko Selandia Baru Norwegia* Panama* Tuvalu* Amerika Serikat (USA)*
Tanggal proposal Des 2008 Mar 2009 Feb 2007 Apr 2008 Mei 2008 Apr 2008 Mar 2008 Jul 2008 Des 2008 Des 2008 Apr 2008 Feb 2007 Agu 2008 Mei 2008 Okt 2008 Apr 2009 Nov 2007 Mar 2008
Halaman 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
Tanggal Proposal Mei 2009 Agu 2007 Jan 2008 Jan 2008 Des 2008 Apr 2009 Jun 2008 Apr 2009 Feb 2007 Mar 2006 Jul 2008 Mei 2009 Apr 2009
Halaman 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
Penulis: Charlie Parker, Andrew Mitchell, Mandar Trivedi and Niki Mardas Silahkan kutip publikasi ini sebagai: Parker, C., Mitchell, A., Trivedi, M., Mardas, N. The Little REDD+ Book (2009) Untuk informasi lebih lanjut hubungi:
[email protected] Kontribusi tulisan diterima dari: Anna Creed (TCG), Katia Karousakis (OECD), Doug Boucher (UCS), Diana Movius (UCS), Carolyn Davidson (UCS), Ralph Ashton (TCG) , Bronson Griscom (TNC), David Shoch (TerraCarbon), Bill Stanley (TNC), Rane Cortez (TNC), Saskia Ozinga (FERN), Emily Brickell (WWF) and David Edwards (PRP). © Global Canopy Foundation 2009 Buku REDD Mini ini merupakan edisi kedua Edisi pertama November 2008 Diterbitkan oleh: Global Canopy Programme John Krebs Field Station Oxford OX2 8QJ UK Rancang design oleh Company www.company-london.com
2
Proposal lembaga non pemerintah
Organisasi CATIE* CCAP CSERGE EDF & IPAM Greenpeace* HSI* IDDRI IIASA* Joanneum Research JRC TCG TNC* WHRC*
Pendekatan Pendekatan Simpanan Pasar Ganda Insentif kombinasi Kompensasi pengurangan emisi TDERM Penyimpanan karbon Kompensasi untuk Upaya yang Berhasil Menghindari Udara Panas REDD Pendekatan Koridor Penghitungan insentif Karbon Terrestrial Insentif integrasi Aliran Cadangan dengan target
The Little REDD Book is now available in French, Spanish, Portuguese and Bahasa Indonesia. The Global Canopy Programme would like to thank the following organisations for their generous efforts in translating the second edition of the Little REDD Book:
Ucapan terima kasih: Kami sangat berterimakasih khususnya kepada Lord James Russell dan Lord Robin Russell dan juga Benindi Fund, atas dukungan pembiayaan penerbitan buku ini. Biaya editorial diberikan oleh Ashden Trust.
www.acca.org.pe
Pembiayaan utama Global Canopy Programme didukung sepenuhnya oleh sumbangan sukarela dari berbagai yayasan termasuk The Rufford Maurice Laing Foundation, The Waterloo Foundation, The John Ellerman Foundation, The Millichope Foundation, CHK Charities, Ernest Kleinwort Charitable Trust dan sumbangan perorangan. Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan yang sangat berharga ini.
Edisi Buku REDD mini ini sepenuhnya didukung oleh Packard Foundation. www.orangutans-sos.org/
Global Canopy Programme mengucapkan terima kasih kepada pihakpihak berikut: www.nature.org/
Global Canopy Program juga mengucapkan terima kasih kepada Conservation International, IIASA, Terrestrial Carbon Group, CIFOR, Union of Concerned Scientists, The Nature Conservancy, TerraCarbon, FERN dan penulis-penulis proposal yang telah memberikan komentar dan bantuannya dalam menyusun buku panduan ini. Kami terus berupaya untuk memperbaiki buku REDD mini ini dan silahkan memberikan tanggapan anda. Mohon kirim komentar anda kepada Charlie Parker:
[email protected]
1
2 3
© Global Canopy Programme / Katherine Secoy
SAMBUTAN
Jika pasca kesepakatan iklim Kyoto gagal untuk bertindak menghindari laju deforestasi hutan tropis, pencapaian tujuan perubahan iklim secara keseluruhan tidak akan mungkin terjadi. Kehidupan dan mata pencaharian jutaan orang akan terancam dan biaya ekonomi untuk menghentikan perubahan iklim akan semakin tinggi dari yang seharusnya. Untuk alasan ini, kesepakatan berikutnya harus menciptakan insentif yang lebih bermakna untuk memberi kompensasi kepada negara-negara pemilik hutan atas jasa iklim yang sangat berharga yang diberikan kepada dunia. Hasil penting telah tercapai pada beberapa tahun terakhir oleh orangorang yang telah mengupayakan REDD. Tetapi untuk membuat REDD berhasil, terdapat tiga tantangan yang yang harus dihadapi. Pertama, kerangka kerja REDD harus menyediakan insentif bagi semua negara-negara hutan tropis – jika ada kelompok negara yang penting yang diabaikan, maka deforestasi hutan akan terus berlanjut oleh pihak yang memiliki hak-hak legal dan kita akan gagal untuk menghindari emisi gas rumah kaca dari deforestasi dan degradasi hutan. Kedua, insentif-insentif ini harus pada tingkat yang dapat menyelesaikan masalah – jika insentif-insentif ini tidak sepadan dari segi nilai, maka insentif ini tidak akan dapat bersaing kuat dengan aktifitas ekonomi lainnya yang mendorong aktifitas deforestasi hutan.
4
Ketiga, para warga negara hutan tropis – khususnya orangorang yang mata pencaharianya bergantung kepada hutan – haruslah menjadi peserta yang aktif dalam mencari solusi. Dengan kata lain tidak ada solusi untuk perubahan iklim tanpa hutan, maka tidak ada solusi untuk deforestasi hutan tanpa dukungan penduduk hutan tropis itu sendiri. Terima kasih atas upaya banyak pihak terutama komunitas REDD dan pihak-pihak lainnya, ada sebuah jalan untuk mencari penyelesaian terhadap permasalahan ilmiah, ekonomi dan metodologi. Apa yang paling penting saat ini adalah keinginan politik dan tindakan efektif untuk merancang dan melaksanakan solusi berskala nasional untuk menghadapi tantangan yang ada. Saya menyambut gembira atas terbitnya buku REDD mini ini, dan berharap bahwa buku ini dapat membantu mendorong perdebatan positif tentang isu kehutanan – dari hanya pembicaraan tentang fungsi hutan untuk mengurangi perubahan iklim hingga tindakan nyata dan mendesak yang harus dilakukan oleh orang-orang yang ada di planet bumi ini. YANG MULIA BHARRAT JAGDEO Presiden Guyana November, 2008
5
6
7
KENAPA PANDUAN INI DIPERLUKAN Perkiraan IPCC tentang emisi dari deforestasi hutan tropis pada tahun 1990an sekitar 1,6 milyar ton karbon setiap tahunnya, jumlah ini sama dengan 20% dari total emisi karbon secara keseluruhan. Untuk menciptakan sebuah mekanisme yang dapat menyelesaikan masalah ini, banyak proposal yang berbeda untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD) telah disampaikan kepada UNFCCC, yang telah mengakibatkan sedikit kebingungan. Panduan non-partisan untuk proposal-proposal ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman semua pihak. Buku REDD mini ini disusun oleh Global Canopy Programme dengan dukungan dari berbagai kontributor di seluruh dunia termasuk beberapa penulis proposal. The Prince’s Rainforests Project telah memberikan analisa terhadap proposal-proposal yang merupakan bagian penting dari panduan ini. Panduan ini menunjukkan bagaimana proposal-proposal itu berkembang setiap waktu, baik langsung maupun tidak langsung mengembangkan apa yang sudah ada sebelumnya. Yang paling penting, panduan ini menunjukkan persamaan mendasar dari berbagai proposal – dimana untuk setiap perbedaan selalu ada persetujuan, sehingga prinsip-prinsip dan pendekatan umum berkembang. Kesepakatan REDD sudah dicapai. Pesatnya teknologi baru seperti monitoring satelit telah menghilangkan halangan teknis yang berkepanjangan. Kolaborasi ilmuan, ekonom, dan pembuat kebijakan pada Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bansa tentang Perubahan Iklim (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC), Panel Lintas Pemerintah tentang Perubahan Iklim (Inter Governmental Panel on Climate Change/IPCC), dan forum lainnya telah membantu menjelaskan permasalahan metodologi. Pendanaan untuk peningkatan kapasitas dan proyek percobaan telah mulai mengalir. Tugas kita saat ini adalah untuk masyarakat internasional agar dapat terus bekerja sama dan dengan urgensi yang terus dikembangkan dapat mencapai kesepakatan politis di Kopenhagen. Merupakan harapan kita semua bahwa publikasi ini dan terbitan online nya di www. littleREDDbook.org – dapat membantu meningkatkan pemahaman kita karena hitungan mundur menuju Konferensi para Pihak (COP) 15 akan segera dimulai.
DAFTAR ISI MEMAHAMI REDD Hutan: Mengapa penting? REDD: Sebuah solusi untuk permasalahan
11 12 14
KERANGKA KERJA Sebuah kerangka kerja untuk memahami proposal
17 18
PROPOSALS Panduan proposal Proposal pemerintah Proposal lembaga non pemerintah
31 32 35 57
BAGAIMANA PROPOSAL TERSEBUT BERBEDA SATU SAMA LAIN? Ruang lingkup Tingkat referensi Distribusi Pembiayaan
73 74 78 86 90
APA YANG TERBARU? Pekerjaan lain apa yang sedang dilakukan?
95 96
KEMANA KITA SETELAH INI? Apa tangtangannya? Jalan menuju Kopenhagen
121 122 124
LAMPIRAN Daftar pustaka Daftar istilah
129 130 131
Andrew W. Mitchell Pendiri dan Direktur Global Canopy Programme
8
9
MEMAHAMI REDD
10
11
HUTAN: KENAPA PENTING?
LEBIH DARI HANYA KARBON
MENGATASI PERUBAHAN IKLIM Hutan tropis luasnya sekitar 15% dari permukaan bumi1 dan mengandung 25% karbon di biosfer terrestrial2. Akan tetapi hutan tersebut terus dirambah dan ditebang yang mengakibatkan emisi panas karbon dioksida terperangkap di atmosfer. Sekitar 13 juta hektar hutan – seluas negara Nikaragua – telah dikonversi menjadi lahan pemanfaatan lainnya1. Jumlah ini adalah seperlima dari emisi karbon keseluruhan, yang mengakibatkan perubahan lapisan tanah dan merupakan penyumbang terbesar kedua penyebab pemanasan global3 (lihat Gambar 1). Hutan oleh karena itu berperan penting dalam setiap inisiatif untuk mengatasi perubahan iklim.
RUMAH BAGI MASYARAKAT LOKAL Sumber daya hutan langsung mendukung mata pencaharian 90% dari 1,2 milyar orang yang hidup di ambang batas kemiskinan dan merupakan rumah bagi hampir 90% dari keanekaragaman hayati terrestrial bumi4. Masyarakat lokal bergantung pada hutan sebagai sumber bahan bakar, makanan, obat-obatan, dan tempat perlindungan. Kehilangan hutan berarti akan menghancurkan upaya penuntasan kemiskinan. Orang-orang pribumi dan bergantung kepada hutan merupakan penjaga hutan mereka, yang memberikan umat manusia lainnya jasa lingkungan (ES) yang penting. Perubahan iklim akan menghancurkan kehidupan orang-orang miskin dan oleh karena itu mengurangi laju deforestasi hutan akan membantu membangun daya tahan mereka terhadap dampak iklim.
Agriculture ( 14% ) Buildings ( 8% ) Other energy ( 5% ) Waste ( 3% )
Gambar 1. GHG emissions in 2000 by source5: From ‘Stern Review on the Economics of Climate Change’. In the rest of this report, the IPCC’s estimate of deforestation as 20% of global emissions has been adopted..
Pada tingkat lokal hingga global, hutan menyediakan jasa ekologi yang penting selain penyimpanan karbon – seperti perlindungan daerah tangkapan air, pengaturan aliran air, mendaur ulang nutrisi, pengaturan curah hujan, dan pengendalian penyakit. Hutan yang sudah lama juga menghisap karbon dioksida dari atmosfer – yang kemudian mengimbangi emisi hasil kegiatan manusia (anthropogenik). Melindungi hutan tropis memiliki efek pendinginan ganda yaitu dengan mengurangi emisi karbon dan mempertahankan tingkat penguapan yang tinggi dari kanopi hutan².
PENYEBAB DEFORESTASI HUTAN Penyebab deforestasi hutan bermacam-macam dan kompleks serta bervariasi dari satu negara ke negara lain. Tekanan lokal muncul dari masyarakat yang memanfaatkan hutan sebagai sumber bahan pangan, bahan bakar, dan lahan pertanian. Kemiskinan dan tekanan penduduk dapat mengakibatkan hilangnya lapisan hutan, yang kemudian membuat orang terperangkap dalam kemiskinan yang terus menerus. Sementara jutaan orang masih menebang pohon untuk menghidupi keluarganya, penyebab utama deforestasi hutan saat ini semakin meluas yaitu meningkatnya aktifitas pertanian berskala besar yang didorong oleh permintaan konsumen. Dalam dekade terakhir, deforestasi hutan telah beralih dari program besar pemerintah ke proses yang didorong oleh perusahaan. Pendorong permintaan untuk lahan pertanian bervariasi secara global. Di Amerika Selatan, pendorong laju deforestasi hutan merupakan perusahaan pertanian berskala besar yang memproduksi daging sapi dan kedelai untuk pasar ekspor. Di Asia Tenggara, pendorongnya ada di antara dua hal yaitu minyak kelapa sawit, kopi, dan kayu sebagai produk utama. Permintaan untuk kayu juga mendorong laju deforestasi hutan dan oleh karena itu menyumbang emisi sebagai akibat perubahan pemanfaatan lahan5. Gambar 2. Wilayah laju deforestasi hutan pada dekade terakhir
Power ( 24% ) Deforestation ( 18% ) Transport ( 14% ) Industry ( 14% )
Sumber: Millennium Ecosystem Assessment
12
13
REDD: SEBUAH SOLUSI UNTUK PERMASALAHAN APA ITU REDD? Ide mendasar tentang Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD) sangat sederhana: Negara-negara yang berkeinginan dan mampu untuk mengurangi emisi dari deforestasi hutan harus diberikan kompensasi secara finansial untuk melakukan hal tersebut6. Pendekatan-pendekatan sebelumnya untuk mengatasi deforestasi hutan secara global selama ini tidak berhasil, akan tetapi, REDD memberikan sebuah kerangka kerja baru bagi negara-negara penebang hutan untuk dapat menghentikan trend lama ini.
APA TUJUAN REDD? REDD pada dasarnya adalah pengurangan emisi. Rencana Aksi Bali yang diputuskan di Konferensi para Pihak (COP) pada sesi ke 137 menyatakan bahwa pendekatan komprehensif untuk mengurangi perubahan iklim harus mencakup: “Pendekatan kebijakan dan insentif positif tentang isu yang terkait dengan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan di negara-negara berkembang.”
dan Technical Advice/SBSTA) untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dari deforestasi dan degradasi hutan. Saat ini kami sedang pada tingkat dimana kami memiliki banyak proposal di meja kerja kami. Dalam Rencana Aksi Bali, jika REDD dimasukkan di kerangka kerja pasca 2012, sebuah keputusan tentang mekanisme REDD akan diperlukan dan apa yang akan dicantumkan perlu disetujui di Konferensi para Pihak (COP) ke 15 pada bulan Desember tahun 2009. Mencapai sebuah kesepakatan tentang isu ini merupakan keutamaan yang paling penting untuk sebuah kesepakatan global tentang perubahan iklim9.
BAGAIMANA BUKU REDD MINI MEMBANTU? Tugas yang perlu dilakukan saat ini adalah melakukan perdebatan yang bermakna dan informatif tentang bentuk dan implikasi proposal yang sudah ada. Buku REDD mini ini menyarikan pekerjaan yang baru-baru ini dilaksanakan oleh The Prince’s Rainforests Project untuk menganalisa 33 proposal pemerintah dan lembaga non pemerintah yang diserahkan kepada UNFCCC. 25 dari proposal ini diserahkan oleh negara anggota Konvensi dan 13 oleh lembaga non pemerintah (NGO) (lihat di sampul dalam buku ini untuk referensi).
Tetapi, mekanisme REDD di masa yang akan datang memiliki potensi yang lebih luas. REDD dapat langsung mengatasi perubahan iklim dan kemiskinan di daerah pedesaan, dalam waktu bersamaan melestarikan keanekaragaman hayati dan menjaga jasa-jasa ekosistem yang penting8.
Tujuan buku REDD mini ini adalah membantu pihak pemangku kepentingan hutan untuk memahami dan membandingkan proposal di masa sekarang dan proposal di masa yang akan datang dengan cara yang konsisten untuk mempromosikan sebuah kesepakatan tentang bagaimana mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Untuk melakukan ini buku REDD mini memperkenalkan sebuah kerangka kerja yang dapat membagi mekanisme REDD menjadi empat modul yang berbeda.
Meskipun keuntungan-keuntungan ini nyata dan merupakan pertimbangan yang penting, pertanyaan yang krusial muncul yaitu bagaimana kedua tujuan pembangunan dan konservasi akan membantu keberhasilan kerangka kerja REDD secara keseluruhan atau apakah akan memperumit dan sehingga memungkinkan menghambat proses negosiasi REDD.
Modul-modul ini dapat dibayangkan sebagai modul yang saling berdiri sendiri yang dapat diatur dengan pendekatan ‘campur dan sesuaikan’: yaitu mengambil opsi yang paling diinginkan dari setiap modul untuk menciptakan proposal yang efektif, efisien dan adil yang memaksimalkan keuntungan dan meminimalisir hasil yang sebaliknya.
CERITANYA SEJAUH INI... Sebuah pencapain penting terjadi pada Konferensi para Pihak (COP) ke 11 di Montreal pada tahun 2005 ketika Papua Nugini dan Costa Rica didukung oleh delapan anggota COP lainnya mengajukan sebuah mekanisme untuk Mengurangi Emisi dari Deforestasi Hutan di negara-negara berkembang. Proposal tersebut mendapatkan banyak dukungan dari banyak negara dan Konferensi tersebut membentuk sebuah forum bersama dan kemudian memulai proses dua tahun untuk mengeksplorasi berbagai opsi untuk REDD. Keputusan ini mendorong banyak negara dan pengamat mengajukan proposal dan membuat rekomendasi kepada Badan Tambahan untuk Masukan Teknis dan Ilmiah (Subsiodary Body on Scientific
14
Buku REDD mini menggunakan kerangka kerja untuk menguji setiap proposal agar dapat melihat perbandingan yang jelas dari mekanisme REDD yang berbeda-beda. Setiap proposal kemudian dianalisa bersama-sama untuk melihat persamaan dan perbedaan agar dapat memberikan kejelasan terhadap gambaran keseluruhan. Untuk membantu pemangku kepentingan memahami beragam proposal dengan cepat dan sederhana, bagian kunci dari proposal-proposal tersebut telah dibuat secara grafis di dokumen ini. Bahasa visual ini diperkenalkan pada halaman 27 dan juga tersedia di bagian dalam sampul untuk referensi cepat.
15
KERANGKA KERJA
16
17
KERANGKA KERJA UNTUK MEMAHAMI PROPOSAL
Gambar 3. Modul sebuah proposal REDD.
MODUL-MODUL
RUANG LINGKUP
Diagram disebelah menunjukkan kerangka kerja yang baru untuk memahami proposal REDD. Kerangka kerja terdiri dari empat modul sebagai berikut: • Ruang lingkup: Apa yang diberikan? • Tingkat referensi: Bagaimana itu diukur?
• Pembiayaan: Dari mana uangnya berasal?
• Distribusi: Apakah cadangan karbon dibayar?
Proposal yang efektif, efisien, dan adil ditentukan oleh ruang lingkup, tingkat referensi, mekanisme pembiayaan dan distribusi, seperti yang ditunjukkan di Gambar 3. Cara ini membantu untuk memahami proposal REDD karena kita dapat mengetahui elemen-elemen dari masing-masing proposal. Cara ini juga menunjukkan kepada kita tentang distribusi dan evolusi ide-ide dari proposal tersebut dan memudahkan kita untuk melihat tingkat perbedaan dan persamaannya.
Apa yang memenuhi syarat? Aktifitas apa?
TINGKAT REFERENSI Bagaimana ini diukur? Berapa jangka waktunya?
PEMBIAYAAN
DISTRIBUSI
Dari mana uangnya berasal? Multi mekanisme?
Apakah cadangan karbon dihargai? Darimana uangnya berasal?
OPSI CAMPUR DAN SESUAIKAN Masing-masing dari empat modul tersebut memiliki rangkaian opsi yang berkembang dari proposal-proposal yang berbeda. Rincian tentang opsi-opsi di masing-masing modul dijelaskan lebih lanjut di halaman berikut. Beberapa opsi berpotensi memiliki hambatan untuk yang lainnya. Namun pada saat melihat proposal secara kelompok, terdapat beberapa opsi ‘campur dan sesuaikan’ yang berbeda-beda, misalnya keputusan untuk memasukkan deforestasi dan degradasi hutan (REDD) atau hanya deforestasi hutan (RED), secara umum, dapat ditujukan secara terpisah dari pertanyaan apakah menggunakan mekanisme pendanaan atau pasar.
DAMPAK Efektif bagi lingkungan? Efisien secara ekonomi? Disalurkan secara adil dan merata? Layak secara politik?
Untuk memberikan referensi cepat terhadap masing-masing modul yang berbeda dari kerangka kerja ini, beberapa warna dipakai untuk empat modul ini sebagai panduan, hijau menunjukkan ruang lingkup, biru: tingkat referensi, ungu: distribusi dan oranye: mekanisme pembiayaan. Sebuah icon kecil ditunjukkan di sudut halaman pada saat modul tertentu di dalam kerangka kerja sedang dibahas.
Kerangka kerja yang diperkenalkan disini dan analisa tentang ‘Bagaimana proposal-proposal itu berbeda satu sama lainya’ telah dibuat oleh The Prince's Rainforests Project. Untuk informasi lebih lanjut silahkan mengirim email ke Anna Creed:
[email protected] atau kunjungi : www.princesrainforestsproject.org/redd
18
19
R
RUANG LINGKUP
T
D
R P
TINGKAT REFERENSI
T
D
P
Langkah pertama dalam memahami proposal REDD yaitu menghitung apa yang dimasukkan. Ruang lingkup mengacu pada aktifitas yang dianggap memenuhi syarat untuk melakukan pengurangan emisi melalui REDD.
Sebuah mekanisme REDD harus menetapkan bagaimana pengurangan emisi (ERs) diukur. Tingkat referensi menetapkan jangka waktu dan skala terhadap aktifitas apa di dalam ruang lingkup yang akan diukur.
OPSI Aktifitas: Mengurangi emisi dari deforestasi hutan (RED), Mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD) atau peningkatan cadangan karbon (REDD+).
OPSI Jangka waktu referensi: Acuan dasar historis, Acuan dasar proyeksi Skala: Sub-nasional, Nasional, Global
Pilihan ruang lingkup akan berdampak pada skala, biaya yang relatif, dan langkah mitigasi pada mekanisme REDD. Pilihan ruang lingkup juga akan berperan dalam kelayakan politis dari sebuah kesepakatan dan kemampuan negaranegara berkembang untuk mengukur, melaporkan, dan memverifikasi opsi yang dipertimbangkan dalam ruang lingkup proposal. Selanjutnya, negara-negara yang akan mendapat keuntungan REDD juga dipengaruhi oleh ruang lingkup yang disepakati (lihat Box 1). Ruang lingkup, seperti yang dijelaskan disini, berhubungan dengan ruang lingkup pengurangan emisi. Aktiftas yang dijelaskan diatas terkait dengan aliran karbon antara tanah dan atmosfer. Mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD) merupakan dua aktifitas yang mengurangi penambahan karbon di atmosfer. Peningkatan simpanan karbon (di dalam REDD+) mengacu pada sequestrasi karbon atau penghilangan karbon dari atmosfer. Ruang lingkup REDD+ dalam konteks yang luas, akan tetapi, juga memasukkan cadangan karbon karena hal ini mengacu pada konservasi hutan dan karbon yang disimpan di hutan yang masih utuh. Cadangan berbeda dengan emisi dimana cadangan tidak berarti sebuah perubahan dalam konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer dan oleh karena itu tidak diakui sebagai aktifitas mitigasi pengurangan perubahan iklim. Untuk tujuan kerangka kerja ini, cadangan karbon ditetapkan secara terpisah di dalam modul distribusi.
* The draft decision reached in COP14 refers to the "role and contribution of conservation, sustainable management of forests, changes in forest cover and associated carbon stocks and greenhouse gas emissions and the enhancement of forest carbon stocks to enhance action on mitigation of climate change and to the consideration of reference levels."
20
Tingkat referensi menerapkan skenario “cara biasanya” (business as usual) untuk jangka waktu yang sudah ditetapkan sebelumnya dan dengan skala yang ada, atau dengan kata lain, berapa banyak pengurangan emisi yang sudah dicapai karena implementasi mekanisme REDD dan apa yang kemudian akan terjadi. Ada dua metodologi yang fundamental untuk menetapkan tingkat referensi yaitu historis dan proyeksi. Acuan dasar historis menggunakan tingkat deforestasi hutan masa lalu sebagai proksi untuk perilaku di masa yang akan datang. Contohnya, jika sebuah negara menebang hutan seluas 1 juta hektar yang memiliki 1GtCO2, setiap tahunnya antara tahun 1990 dan 2005 maka acuan dasar historisnya yaitu 1GtCO2/tahun. Dengan rasional ini, setiap pengurangan dalam deforestasi hutan yang berjumlah kurang dari 1GtCO2/tahun akan dihitung sebagai tambahan dan akan memenuhi syarat untuk satu bentuk pembayaran insentif (lihat gambar 4). Pendekatan historis memiliki keterbatasan yaitu pendekatan ini memerlukan kualitas minimal dan ketersediaan data untuk diimplementasikan sehingga menyulitkan beberapa negara yang tidak memiliki data-data ini dan pendekatan ini tidak mengakui potensi perubahan di dalam satu negara dalam kurun waktu tertentu. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, beberapa proposal menyarankan faktor penyesuaian pembangunan (DAF) yang dapat diterapkan pada acuan dasar historis untuk merefleksikan perkiraan perubahan pendorong deforestasi di masa yang akan datang. Jenis tingkat referensi ini diklasifikasikan disini sebagai acuan dasar historis yang disesuaikan dan terletak diantara acuan dasar historis yang asli dan acuan dasar proyeksi. Dengan menggunakan contoh diatas, jika kita menerapkan DAF sebesar 10% pada acuan dasar maka ini akan menghasilkan acuan dasar historis yang disesuaikan sebesar 1.1 GtCO2/tahun. Pengurangan emisi akan dihitung dibawah nilai 1,1GtCO2/tahun. Dengan skenario ini, maka peningkatan emisi * The figure of 1GtCO2 released from 1 million ha uses the IPCC figure of 250tC/ha stored in tropical forest14 and assumes that all of this carbon is converted into carbon dioxide. This figure is therefore likely to be an overestimate but is used here for example purposes only.
21
diatas acuan dasar historis secara teori dapat dikreditkan (lihat gambar 5). Jika diperdagangkan di pasar internasional, pengurangan emisi ini akan menciptakan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca atmosferik (selalu disebut sebagai udara panas). Secara teori, DAF negatif dapat juga diterapkan pada acuan dasar historis untuk merefleksikan bahwa sebuah negara akan lebih sedikit menebang hutan pada tahun-tahun yang akan datang. Namun sepertinya banyak negara yang tidak akan mengajukan skenario tersebut karena skenario ini akan membatasi potensi pendapatan di masa yang akan datang dalam rezim internasional. Model ekonometrik dapat digunakan untuk menganalisa kekuatan ekonomi dan struktural yang menentukan dalam mendorong deforestasi. Kelemahan Gambar 4. Acuan dasar historis: Tingkat referensi ditetapkan selama jangka waktu referensi (di sini contohnya dari tahun 1990 – 2005). Memberikan kredit terhadap acuan dasar ini dimulai selama jangka waktu kredit. Pengurangan emisiyang terjadi di bawah acuan dasar historis.
Emisi (GtCO2) Pengurangan Emisi Tingkat Referensi
1.0 Reference Period 1990
Emisi Sebenarnya
Crediting Period 2005
2020
Tahun
Gambar 5. Acuan dasar historis yang disesuaikan. Tingkat emisi referensi yang ditetapkan di atas acuan dasar historis, dengan menggunakan faktor penyesuaian pembangunan (DAF) untuk menghitung perkiraan peningkatan deforestasi. Pengurangan emisi dibawah tingkat referensi ini dihitung sebagai tambahan.
Emisi (GtCO2) Pengurangan Emisi
1.1 DAF
1.0 Reference Period 1990
22
Tingkat Referensi Emisi Sebenarnya
Crediting Period 2005
2020
dari pendekatan teoritis ini yaitu pendekatan ini memerlukan data yang cukup tentang variabel kunci yang harus akurat dan oleh sebab itu, karena kerumitannya, maka akan sulit untuk dinegosiasikan di dalam forum seperti UNFCCC. Namun, pendekatan ini diargumentasikan sebagai pendekatan yang lengkap untuk menetapkan tingkat deforestasi di masa yang datang karena pendekatan ini memasukkan beragam faktor pendorong yang tidak hanya mencakup perilaku historis. Cara kedua untuk menghitung acuan dasar proyeksi, seperti yang digunakan oleh Terrestrial Carbon Group, yaitu menetapkan kawasan yang akan bertahan secara ekomoni untuk ditebang selama jangka waktu yang sudah ditetapkan dan mengklasifikasikan seluruh kawasan yang memiliki resiko. Model ini menciptakan acuan dasar yang lebih tinggi daripada metodologi lainnya karena model ini mengasumsikan bahwa semua kawasan yang beresiko akan ditebang selama jangka waktu tertentu. Tingkat referensi yang menggunakan acuan dasar proyeksi dapat menciptakan acuan dasar yang tinggi maupun rendah dari tingkat historis tergantung pada pendekatan dan asumsi yang diambil di dalam model. Namun sepertinya total harga emisi dengan model proyeksi tidak akan sama dengan emisi global saat ini dari deforestasi (dan degradasi) hutan. Ada sebuah potensi dengan pendekatan atas dasar pasar dimana acuan dasar proyeksi dapat juga menghasilkan “udara panas’. Tingkat konservatif dari model ini merupakan faktor kunci dalam menentukan berapa banyak pengurangan emisi yang dihasilkan dari tingkat referensi proyeksi dan historis yang disesuaikan. Meskipun pilihan tingkat referensi berdampak besar pada jenis negara yang akan melakukan pengurangan emisi (ERs), pilihan ini tidak harus mempengaruhi negara mana yang akan mendapat keuntungan dari mekanisme REDD di masa yang akan datang. Distribusi atau alokasi keuntungan bagi pelaku selain dari pihak-pihak yang melakukan pengurangan emisi dibahas pada modul distribusi. Namun, tingkat referensi sering dikoreksikan dengan faktor penyesuaian atau elemen negosiasi dengan kondisi yang berbeda-beda dari masing-masing negara. Perlu diingat bahwa ilmu pengetahuan tentang penghitungan karbon hutan dan lebih lagi mengenai penilaian cara biasa (business as usual) terkait dengan kawasan hutan masih belum pasti10 dan sebagai dampak dari itu, kedua acuan dasar historis dan proyeksi memiliki elemen ketidakpastian yang cukup besar. Banyak pekerjaan sudah dilakukan dan terus dilakukan, namun, masih diperlukan arah perbaikan teknis dan metodologinya dibidang ini. Global Observation of Forest and Land Cover Dynamics (GOFC-GOLD) dan IPCC diakui oleh banyak kalangan negara dan ilmuan sebagai sumber pengetahuan ilmiah tingkat tinggi yang telah meningkatkan kepastian dalam penetapan tingkat referensi dan metode monitoring.
Tahun
23
R
DISTRIBUSI
T
D
P
Ruang lingkup dan tingkat referensi menentukan berapa banyak pengurangan emisi dihasilkan. Hal yang penting adalah bagaimana keuntungan ini dapat didistribusikan atau dialokasikan kepada negara-negara yang masih memiliki hutan. Hampir semua proposal mendorong adanya insentif atau kompensasi langsung sesuai dengan aksi yang dihasilkan oleh negara tertentu. Proposal lainnya menyarankan agar keuntungan-keuntungan tersebut harus mengalir ke negara selain yang menghasilkan pengurangan emisi melalui sebuah mekanisme distribusi. OPSI Aset: Mekanisme distribusi ulang, Mekanisme tambahan Pilihan bagaimana keuntungan didistribusikan memiliki potensi untuk mempengaruhi kemampuan negara-negara untuk berpartisipasi di dalam mekanisme REDD (Lihat Box 1). Untuk mengatasi permasalahan pemerataan yang muncul dari keadaan nasional yang berbeda-beda (biasanya dalam hal pembangunan), beberapa proposal menyarankan bahwa DAF dapat diterapkan untuk acuan dasar historis untuk memungkinkan negara-negara dengan historis emisi rendah yang dapat melakukan deforestasi yang lebih tinggi di masa yang datang untuk mendapatkan manfaat dari REDD. Mekanisme ini telah dibahas di dalam modul tingkat referensi. Modul distribusi dari kerangka kerja yang dibahas disini, menunjukkan bagaimana proposal-proposal yang berbeda ini bertujuan untuk menghargai negara-negara dengan hutan yang luas dan tingkat deforestasi yang rendah (HELD) untuk sisa hutan mereka dan cadangan karbon (lihat Box 1). Proposal-proposal ini umumnya bertujuan untuk menghindari kebocoran karbon internasional atau seperti yang diterangkan diatas bertujuan untuk mencari penyelesaian terhadap permasalahan pemerataan di dalam mekanisme REDD yang menghargai hanya berdasarkan pada pengurangan emisi. Argumentasi muncul jika negara-negara HELD tidak dihargai untuk melindungi cadangan karbon mereka saat ini maka dikhawatirkan akan ada insentif negatif yang akan mendorong mereka untuk menebang hutan untuk spekulasi yang lebih menguntungkan.
dan “penghitungan insentif” menggunakan acuan dasar global dimana proporsi pendapatan tertentu dialokasikan. Alasan di balik pendekatan ini yaitu bahwa menghargai pengurangan emisi dengan menggunakan acuan dasar global memberikan insentif untuk negara-negara HELD dengan laju deforestasi dibawah acuan dasar global. Untuk menghasilkan pendapatan untuk pembayaran ini, negara-negara dengan laju deforestasi tinggi akan menerima lebih sedikit di dalam mekanisme alokasi ini, karena sebagian dari emisi mereka akan dihitung diatas acuan dasar global. Cara kedua untuk mere-distribusi pendapatan yaitu dengan menggunakan mekanisme retribusi pajak dalam bentuk pungutan atau pajak pengurangan emisi, seperti yang diusulkan oleh WHRC dan TNC. Dengan mekanisme ini, sejumlah proporsi pendapatan dipotong dan kemudian dibayarkan kepada negara-negara pelaku REDD dalam bentuk pembayaran cadangan. Kunci dari kedua pendekatan ini adalah bahwa pendapatan yang diperlukan untuk mendukung negara-negara HELD dihasilkan dari mekanisme itu sendiri. Potensi kerugian dari pendekatan ini yaitu efek distorsi re-distribusi terhadap insentif untuk mengurangi emisi di negara-negara dengan laju deforestasi yang tinggi. Alternatif untuk mekanisme re-distribusi yaitu menggunakan mekanisme pembiayaan tambahan. Banyak proposal mengusulkan “dana stabilisasi” yang menggunakan dana tambahan untuk mengatasi kebocoran karbon permasalahan pemerataan di negara-negara HELD. Pendapatan untuk dana stabilisasi diperoleh melalui berbagai sumber termasuk dana sukarela atau mekanisme pembiayaan inovasi seperti pelelangan harga atau retribusi pajak terhadap pelayaran atau penerbangan. Penting diingat bahwa beberapa proposal juga menyarankan bahwa faktor penyesuaian pembangunan (DAF) dapat digunakan untuk mengatasi kebocoran karbon dan permasalahan pemerataan di negara-negara HELD. Sementara proposalproposal ini akan menghasilkan insentif untuk mempertahankan cadangan karbon di negara-negara HELD, seperti yang dibahas dalam modul tingkat referensi, keseriusan perlu dilakukan sehingga acuan dasar yang dibangun ini tidak akan mengakibatkan peningkatan emisi gas rumah kaca sehingga bisa menghancurkan tujuan fundamental dari REDD.
Pilihan metodologi untuk memberi kompensasi kepada negara-negara HELD dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok; sebuah re-distribusi pendapatan REDD atau sumber pendanaan tambahan. Proposal yang menetapkan mekanisme re-distribusi dapat mengalokasikan pendapatan dengan cara yang berbedabeda. Proposal-proposal terdahulu termasuk pendekatan “insentif kombinasi”
24
25
R
PEMBIAYAAN
T
D
P
Langkah akhir dalam mendefiniskan kerangka kerja proposal REDD adalah mengetahui dari mana dana berasal. Sumber pembiayaan yang dibahas di modul ini mengacu secara jelas pada pendapatan yang akan digunakan untuk memberikan insentif terhadap pengurangan emisi melalui mekanisme REDD seperti yang ditentang oleh mekanisme pendanaan lainnya yang mungkin ditujukan untuk peningkatan kapasitas atau konservasi cadangan karbon (seperti yang dibahas di modul Distribusi).
Di dalam mekanisme pasar langsung nilai kredit REDD akan diperdagangkan bersamaan dengan pengurangan emisi bersertifikat (CERs) yang ada, dan dapat digunakan oleh perusahaan untuk memenuhi target emisi di sistem permodalan dan keuangan nasional mereka. Masing-masing dari mekanisme ini memiliki kekuatan dan kelemahan, akan tetapi semakin banyak kesepakatan bahwa penggabungan mekanisme pembiayaan ini diperlukan untuk menyesuaikan tingkat pembangunan yang berbeda dan kebutuhan yang berbeda-beda dari negara-negara hutan hujan tropis11. Sistem ini sering disebut sebagai pendekatan bertahap (lihat halaman 96 untuk lebih rinci) dan proposalproposal yang mengusulkan pendekatan ini akan disoroti.
OPSI Sumber: Dana sukarela, Hubungan pasar, Pasar langsung, "Pendekatan bertahap" Pembiayaan untuk REDD dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu pendanaan sukarale, pasar langsung atau mekanisme hubungan pasar11. Dana sukarela dapat digunakan untuk skala nasional ataupun internasional. Official Development Assistance (ODA) seperti komitmen Norwegia untuk menyediakan $2.6 milyar, merupakan contoh pendanaan sukarela. Secara umum, negara-negara non Annex 1 menyerukan perlunya kontribusi baru dan tambahan dari negaranegara maju. Penting untuk diingat bahwa pengurangan emisi yang dihasilkan melalui pendanaan tidak dapat digunakan untuk memenuhi pasar karbon. Pendekatan hubungan pasar dapat menghasilkan pembiayaan melalui beragam mekanisme. Proses pelelangan seperti proposal yang diajukan oleh Norwegia untuk melelang Unit Jumlah yang Ditetapkan (Assigned Amount Unit/AAUs) pada tingkat internasional, atau “Inisiatif Iklim Internasional” yang diusulkan Jerman pada tingkat nasional, akan menghasilkan pendapatan melalui pelelangan harga emisi. Bagian kunci dari proses pelelangan ini adalah bahwa pelelangan ini dapat menghasilkan pendapatan pada skala tertentu dan pengurangan emisi akan menambah komitmen yang sudah ada. Contoh lain dari pendekatan hubungan pasar yaitu pengadaan pasar ganda seperti yang diusulkan oleh CCAP atau Greenpeace dimana kredit REDD dihubungkan tetapi tidak dapat digantikan dengan pengurangan emisi bersertifikat (CER) yang ada. Di dalam pendekatan pasar ganda bebas memilih apakah pengurangan emisi dihasilkan melalui REDD akan bertambah atau merupakan komitmen yang sudah ada dari negara-negara Annex 1. Di dua kasus ini, pengurangan emisi tetap dapat digunakan untuk memenuhi target yang diperlukan.
26
27
BOX 1: SIAPA YANG MENDAPAT KEUNTUNGAN? Fonseca dan rekan-rekan kerjanya12 telah mengembangkan sebuah matriks untuk menunjukkan bahwa negara-negara berkembang dibagi dalam empat kategori atau kwadran berdasarkan luas hutan mereka dan tingkat deforestasi hutan saat ini (lihat Tabel 1). Kwadran ini penting di dalam konteks perdebatan REDD karena tidak semua negara akan mendapat keuntungan secara adil di dalam mekanisme REDD yang diusulkan tergantung pada pilihan opsi di dalam kerangka kerja modul.
LUAS HUTAN YANG RENDAH ( < 50 %)
COUVERT FORESTIER ELEVE ( > 50 %)
TINGKAT DEFORESTASI HUTAN YANG TINGGI ( > 0.22 %/tahun)
Kwadran I contoh. Guatemala, Thailand, Madagaskar
Kwadran III contoh Papua Nugini, Brazil, Kongo (DR)
Jumlah Negara: 44 Luas hutan: 28 % Total karbon hutan: 22 % Laju deforestasi hutan per tahun: 48 %
Jumlah Negara: 10 Luas hutan: 39 % Total karbon hutan: 48 % Laju deforestasi hutan per tahun: 47 %
TINGKAT DEFORESTASI HUTAN YANG RENDAH
Kwadran II Republik Dominik, Angola, Vietnam
Kwadran IV contoh. Suriname, Belize, Gabon
( < 0.22 %/tahun)
Jumlah negara: 15 Luas hutan: 20 % Total karbon hutan: 12 % Laju deforestasi hutan per tahun: 1 %
Jumlah negara: 11 Luas hutan: 13 % Total karbon hutan: 18 % Laju deforestasi hutan per tahun: 3 %
Tergantung pada pilihan ruang lingkup, tingkat referensi, distribusi, dan mekanisme pendanaan dari sebuah proposal, beberapa negara melalui pelaksanaan REDD akan banyak mendapat keuntungan lebih dari yang lainnya. Contohnya, negara-negara dalam kwadran I dan III dengan laju historis deforestasi hutan yang tinggi akan mendapatkan lebih dari negara-negara dengan proposal yang menggunakan acuan dasar historis dibandingkan dengan yang menggunakan acuan dasar proyeksi. Negara-negara di dalam kwadran III dan IV dengan luas hutan yang luas juga akan mendapat keuntungan lebih dari proposal yang memiliki mekanisme distribusi yang jelas berdasarkan cadangan karbon. Akhirnya, negara-negara di Kwadran II dengan luas hutan yang rendah dan laju deforestasi hutan yang rendah akan kesulitan untuk mendapatkan keuntungan dalam melaksanakan REDD kecuali aktifitas peningkatan penyimpanan karbon (enhancement) dimasukkan dalam ruang lingkup mekanisme.
28
© Global Canopy Programme / Katherine Secoy
Tabel 1: Matriks pembagian negara-negara berdasarkan luas hutan dan laju deforestasi hutan12.
29
PROPOSAL
30
31
PANDUAN PROPOSAL
Gambar 7. Kunci Icon
Halaman berikut menyajikan panduan terhadap 33 proposal yang saat ini sedang dipertimbangkan dengan menggunakan kerangka kerja analisa seperti yang diterangkan diatas. Masing-masing proposal telah disajikan secara grafis menggunakan icon yang tertera di halaman sebelah. Icon-icon ini mewakili opsi utama dari kerangka kerja analisa, dan telah dikelompokkan menurut modul mereka masing-masing. Icon-icon ini diletakkan di bagian atas dari setiap proposal di dalam ‘icon bar’ (lihat Gambar 6 dibawah). Tidak semua proposal bertujuan untuk menjelaskan semua modul dari kerangka kerja. Oleh karena itu untuk menyederhanakannya, semua icon di icon bar akan berwarna abu-abu dan hanya opsi yang diusulkan dengan jelas di dalam proposal akan ditandai dengan icon warna. Warna akan menunjukkan modul kerangka kerja dimana icon dikelompokkan.
TINGKAT REFERENSI
RUANG LINGKUP
Deforestasi Hutan
Degradasi Hutan
DISTRIBUSI
Peningkatan Simpanan Karbon
Historis
Historis Yang Disesuaikan
Proyeksi
PEMBIAYAAN
Gambar 6. Icon bar
3 1
3 1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
PEMBIAYAAN
Contoh dalam gambar 6 di atas menunjukkan ruang lingkup proposal ini mencantumkan deforestasi dan degradasi hutan, tingkat referensi historis, proposal tidak merincikan mekanisme distribusi yang jelas dan pembiayaan melalui hubungan pasar.
Mekanisme Re-distribusi
Mekanisme Tambahan
Pasar Langsung
Nasional
Global
Hubungan Pasar
Dana Sukerala
Pendekatan Bertahap
SKALA
Sub-nasional
32
2
2
33
PROPOSAL PEMERINTAH
34
35
ALIANSI NEGARA-NEGARA KEPULAUAN KECIL (AOSIS)*
AUSTRALIA 3 1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
3 2
PEMBIAYAAN
Kode Dokumen UNFCCC FCCC/AWGLCA/2008/MISC.5/Add.2 (Part 1) Tanggal: Desember 2008 RINGKASAN AOSIS percaya bahwa pertimbangan semua aksi di dalam agenda REDD harus memastikan bahwa tidak ada konswekensi yang negatif terhadap keanekaragaman hayati ataupun mata pencaharian orang-orang pribumi atau masyarakat lokal dan harus mengeksplorasi adanya peningkatan permintaan yang mendorong laju deforestasi (misalnya ekspor kayu dan hasil hutan) meskipun ada implikasi yang memungkinkan untuk langkah-langkah perdagangan tertentu. Mengakui bahwa pekerjaan lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan metodologi untuk menilai degradasi hutan, AOSIS menyatakan bahwa REDD harus memasukkan deforestasi dan degradasi hutan, dan definisi degradasi hutan harus terkait dengan hilangnya cadangan karbon di lahan hutan yang tersisa. REDD dapat dilakukan pada tingkat nasional maupun sub nasional, meskipun negaranegara harus didorong sebisa mungkin untuk mengambil langkah-langkah nasional untuk mengurangi kemungkinan kebocoran karbon nasional. Pendekatan untuk mengembangkan tingkat referensi nasional harus fleksibel bergantung pada kondisi nasional. AOSIS mengusulkan bahwa pembiayaan untuk konservasi harus berasal dari dana REDD dan juga dari pendanaan yang terkait dengan adaptasi karena upaya konservasi hutan merupakan strategi adaptasi. Untuk negara-negara maju dan negara-negara berkembang tidak perlu ada percampuran atau pergantian pasar berdasarkan mekanisme yang telah ditetapkan Protokol Kyoto dan mekanisme pasar apa saja yang telah dibangun, jika ada, sesuai dengan Rencana Aksi Bali.
* Aliansi Negara-Negara Kepulauan Kecil (AOSIS) merupakan sebuah koalisi 43 negara kepulauan kecil yang rendah di atas permukaan laut dan kebanyakan merupakan anggota G-77 yang khususnya rawan terhadap peningkatan permukaan air laut.
36
1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
2
PEMBIAYAAN
Kode Dokumen UNFCCC FCCC/SBSTA/2006/MISC.5, FCCC/SBSTA/2007/MISC.2, FCCC/SBSTA/2007/MISC.14/Add.1, FCCC/SBSTA/2008/MISC.4/Add.2, FCCC/AWGLCA/2008/Misc.5/Add.2 (Part I), FCCC/AWGLCA/2009/MISC.1/Add.2 Tanggal: Maret 2009 RINGKASAN Proposal Australia untuk mekanisme pasar karbon hutan memasukkan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan dan juga peningkatan penghilangan emisi melalui aforestasi dan reforestasi hutan dengan memasukkan sektor lahan sebagai hal yang penting di masa yang akan datang. Mekanisme ini bertujuan untuk menghindari hasil yang merugikan, termasuk memaksimalkan keanekaragaman hayati dan manfaat melalui pelibatan masyarakat lokal dan pribumi di dalam aktifitas yang dilakukan para pihak. Mekanisme pasar karbon hutan merupakan pendekatan tingkat nasional yang dapat mendukung implementasi tingkat sub nasional. Pengurangan emisi dan peningkatan penghilangan emisi yang sesuai dengan tingkat nasional emisi hutan yang disepakati akan menghasilkan kredit karbon hutan yang dapat diperdagangkan. Tingkat emisi ini akan ditetapkan dengan menggunakan sebuah pendekatan holistik yang akan menjadi proyeksi konservatif dari emisi yang dihasilkan oleh manusia (anthropogenik) di masa yang akan datang dengan menggunakan informasi yang tersebut diatas. Langkah-langkah untuk membangun kepercayaan pasar dapat dilakukan melalui partisipasi di dalam “penyangga kepercayaan” internasional; pool karbon internasional yang dapat digunakan sebagai upaya terakhir untuk menetapkan kredit karbon hutan pada saat kejadian anthropogenik besar mengakibatkan ketidakpermanenan. Persiapan yang mantap dan peningkatan kapasitas juga akan diperlukan untuk memberikan kemampuan kepada negara-negara berkembang untuk berpartisipasi dalam mekanisme pasar karbon hutan. Hal ini mencakup bantuan untuk monitoring dan penghitungan karbon, pengembangan kebijakan, dan peningkatan kapasitas kelembagaan. Dukungan untuk persiapan dan peningkatan kapasitas akan diberikan melalui pengaturan non pasar dalam waktu jangka pendek.
37
CANADA
BRAZIL 3 1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
3 2
PEMBIAYAAN
Kode Dokumen UNFCCC FCCC/SBSTA/2006/MISC.5, FCCC/SBSTA/2007/MISC.2, FCCC/SBSTA/2007/MISC.14
1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
2
PEMBIAYAAN
UNFCCC Document Code FCCC/SBSTA/2008/MISC.4 Date: April 2008
Tanggal: Februari 2007 RINGKASAN Brazil mengusulkan penetapan pendanaan sukarela di negara-negara maju yang menyediakan sumber daya pembiayaan sebagai tambahan untuk aktiftas pendanaan yang sudah ada. Negara-negara berkembang berhak atas insentif pasca pembiayaan dari mulai persiapan hingga pelaksanaanya secara transparan dan kredibel bahwa negara-negara ini memang telah mengurangi emisi dari deforestasi hutan. Insentif harus berdasarkan pada perbandingan antara nilai emisi dari deforestasi hutan di masa lalu dengan nilai emisi referensi (RER). Penurunan emisi akan dihargai dan peningkatan emisi akan dijadikan sebagai debit dari insentif keuangan di masa yang datang. Harga per ton karbon untuk insentif dapat dinegosiasi dan dievaluasi secara periodik. Penghitungan akan dilakukan pada tingkat nasional dan insentif akan disalurkan dengan rasio yang sama dengan pengurangan emisi dari negara yang sudah berhasil. Nilai Emisi Referensi (RER) merupakan nilai rata-rata deforestasi hutan selama 10 tahun terakhir mulai dari saat pelaksanaan UNFCCC, dan akan dihitung kembali setiap 3 tahun sebagai rata-rata emisi dari deforestasi hutan selama tiga tahun terakhir (apabila rata-rata telah menurun dibawah rata-rata emisi referensi).
38
SUMMARY Canada recognises the importance of the IPCC and GOFC-GOLD and recommends the IPCC produce a report on methodological guidance for a REDD mechanism. The indicative guidance provided in the Annex to Decision 2/CP.13 states that reductions in emissions or increases resulting from a demonstration activity should be based on historical emissions, taking into account national circumstances. Further guidance will be necessary from SBSTA to identify factors that must be considered in the determination of reference emissions levels, e.g. national circumstances. Canada believes that the inability to meet methodological requirements related to forest degradation should not result in the complete exclusion of a Party from an incentive to reduce emissions from deforestation, provided that the said Party meets the methodological requirements related to deforestation.
39
CINA
KOALISI NEGARA-NEGARA HUTAN HUJAN TROPIS (CfRN)* 3 1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
3 2
PEMBIAYAAN
1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
PEMBIAYAAN
Kode Dokumen UNFCCC FCCC/SBSTA/2006/MISC.5, FCCC/SBSTA/2007/MISC.2, FCCC/SBSTA/2007/ MISC.14, FCCC/SBSTA/2008/MISC.4/Add.1, FCCC/AWGLCA/2008/MISC.5, FCCC/AWGLCA/2009/MISC.1/Add.4
Kode Dokumen UNFCCC FCCC/AWGLCA/2008/MISC.5
Tanggal: Maret 2009
RINGKASAN Cina mengajukan sebuah mekanisme REDD yang melakukan pengurangan emisi secara merata dari deforestasi dan degradasi hutan di negara-negara berkembang, dan peran konservasi, pengelolaan hutan berkelanjutan, dan peningkatan cadangan karbon hutan di negara-negara berkembang. Pelaksanaan REDD harus mempromosikan pembangunan yang berkelanjutan dan pengurangan kemiskinan dan juga harus memaksimalkan manfaat bersama bagi wilayah hutan di negaranegara berkembang.
SUMMARY Mengakui bahwa keadaan nasional berbeda-beda di negara-negara berkembang, CfRN mengajukan langkah-langkah implementasi untuk memaksimalkan keikutsertaan dalam aktifitas REDD. Perpindahan di antara kategori-kategori bersifat sukarela dan aktifitas diantara kategori-kategori dapat terjadi terus dalam beberapa kasus. Kategori I - Persiapan dan Peningkatan Kapasitas –akan menggunakan bantuan ODA yang baru dan tambahan untuk memperkuat kapasitas dan dukungan pelaksanaan aktifitas. Kategori II – memperluas implementasi sesuai dengan Konvensi – dapat didanai dengan pendapatan yang dihasilkan dari lelang AAU dan pajak karbon di negara-negara Annex 1, dan akan mendukung peningkatan pelaksanaan aktifitas termasuk aktifitas pada tingkat nasional, sub nasional, dan tingkat proyek di negara-negara berkembang dalam ruang lingkup Konvensi. Kategori III, pengurangan emisi MRV melalui Mekanisme Pasar – akan menggunakan pendanaan pasar karbon yang dapat didukung oleh lelang harga AAU dan pajak karbon untuk membiayai REDD.
2
Tanggal: September 2008
Pelaksanaan REDD yang berhasil di negara-negara berkembang bergantung pada sumber pembiayaan yang mencukupi, dapat diprediksi, dan berkelanjutan serta adanya dukungan teknis dan finansial dan tersediannya sumber daya tambahan dan baru termasuk pendanaan resmi dan konsesional untuk negara-negara berkembang. Cina terbuka untuk berdiskusi tentang mekanisme pasar dan non pasar yang terkait dengan pendekatan kebijakan dan insentif positif dan mendorong aktifitas pendukung pada tingkat nasional dan sub nasional sehingga mendapatkan pembelajaran yang memadai.
CfRN mengajukan tingkat pengurangan dan penghilangan emisi nasional dengan menggunakan data historis selama jangka waktu paling sedikit lima tahun. Tingkat ini dapat dinaikkan atau dikurangi dengan menggunakan faktor penyesuaian pembangunan yang memperhatikan keadaan nasional, kemampuan, dan negaranegara dengan laju historis deforestasi dan degradasi hutan yang rendah.
* Belize, Republik Afrika Selatan, Kosta Rika, Republik Dominik, Republik Demokratik Kongo, Ekuador, Equatorial Guinea, Honduras, Ghana, Guyana, Kenya, Madagaskar, Nepal, Nikaragua, Panama, Papua Nugini, Singapure, Pulau Solomon, Tanzania, Thailand, Uganda, Vanuatu dan Vietnam
40
41
KOLUMBIA
KOMISI HUTAN AFRIKA TENGAH (COMIFAC)* 3 1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
3 2
PEMBIAYAAN
1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
2
PEMBIAYAAN
Kode Dokumen UNFCCC FCCC/SBSTA/2007/MISC.14, FCCC/SBSTA/ 2008/MISC.4, Penyerahan baru-baru ini
Kode Dokumen UNFCCC FCCC/SBSTA/2006/MISC.5, FCCC/SBSTA/2007/MISC.2, FCCC/SBSTA/2007/MISC.14, FCCC/SBSTA/2008/MISC.4
Tanggal: April 2009
Tanggal: Maret 2008
RINGKASAN Mekanisme yang diusulkan harus konsisten dengan prinsip pasar karbon dan bergantung pada prasarana teknis dan kelembagaan yang sudah ada. Kolumbia percaya bahwa setiap negara harus mampu memilih apakah menggunakan tingkat referensi nasional atau sub nasional dan menyarankan bahwa permasalahan kebocoran karbon dapat dikelola pada tingkat proyek melalui metodologi yang sudah disepakati di mana emisi yang terjadi dikurangi dari kredit proyek.
RINGKASAN Untuk mendapatkan keuntungan yang riil dan dapat diukur untuk iklim, Komisi Hutan Afrika tengah (Central African Forest Commission/COMIFAC) menyatakan bahwa pendekatan kebijakan dan insentif positif harus berdasarkan pendekatan investasi yang dirancang untuk menghadapi dinamika sektor hutan yang berbedabeda di negara-negara berkembang, yang didukung dengan komitmen pengurangan emisi yang substansial oleh negara-negara maju. Dalam konteks ini, terdapat tiga opsi pendanaan sukarela, mirip dengan proposal CfRN, untuk tiga tahap deforestasi hutan yang berbeda. Pertama, dana persiapan akan diperlukan untuk membangun kapasitas dengan skenario referensi dan langkah-langkah kebijakan untuk mengurangi deforestasi hutan. Kedua, dana stabilisasi akan digunakan di negara-negara dengan laju deforestasi hutan yang rendah untuk melindungi dan mempertahankan cadangan karbon; pendanaan dapat berasal dari bagi hasil dari kredit REDD yang digabungkan dengan dana tambahan yang disediakan oleh negara-negara Annex I melalui Official Development Assistance (ODA) ataupun pajak. Ketiga, mekanisme REDD dimana insentif positif dihargai untuk pengurangan emisi dibawah skenario referensi (RS) dapat memberikan insentif positif untuk REDD. Skenario referensi (RS) merupakan kombinasi tingkat emisi referensi historis dengan faktor penyesuaian pembangunan (DAF)
Tingkat referensi dapat menggunakan perkiraan trend lama ke masa yang akan datang, teknologi atau penerapan yang berlaku sekarang, maupun argumen logis yang dibuat oleh pelaksana aktivitas berdasarkan trend yang sudah diobservasi. Kredit pengurangan emisi yang dapat diperdagangkan dan sepenuhnya dapat digantikan akan dikeluarkan sesuai dengan tingkat referensi yang disebutkan diatas. Dana khusus perubahan iklim akan disediakan oleh COP untuk membiayai aktifitas, program, dan langkah-langkah yang terkait dengan REDD+, sehingga menjadi tambahan terhadap aktifitas yang sudah didanai oleh sumber daya yang dialokasikan untuk perubahan iklim di daerah kerja Global Environment Facility serta pendanaan bilateral dan multilateral lainnya untuk bidang-bidang seperti berikut:
•Meningkatkan kemampuan negara-negara berkembang untuk memonitor perubahan luas hutan mereka dan cadangan karbonnya
• Merancang dan melaksanakan kebijakan yang dapat mengurangi deforestasi dan degradasi hutan; dan
• Mendukung konservasi hutan yang sedang berlangsung dan upaya-upaya peningkatan cadangan karbon hutan di negara-negara berkembang.
42
Dengan keragaman keadaan nasional, maka penting untuk fleksibel dalam memilih pendekatan dan tingkat aksi yang relevan untuk dipertimbangkan; kedua pendekatan nasional dan sub nasional sesuai dan relevan untuk negara-negara di Muara Kongo.
* Kamerun, Republik Afrika Tengah, Kongo, Republik Demokratik Kongo, dan Equatorial Guinea
43
UNI EROPA (EU)
INDIA 3 1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
3 2
PEMBIAYAAN
1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
2
PEMBIAYAAN
Kode Dokumen UNFCCC FCCC/SBSTA/2006/MISC.5, FCCC/SBSTA/2007/MISC.2, FCCC/SBSTA/2007/MISC.14, FCCC/SBSTA/2008/MISC.4
Kode Dokumen UNFCCC FCCC/SBSTA/2007/MISC.2, FCCC/SBSTA/2007/MISC.14/Add.2, FCCC/ SBSTA/2008/MISC.4, FCCC/AWGLCA/2008/Misc.5/Add.2 (Part I)
Tanggal: Juli 2008
Tanggal: Desember 2008
RINGKASAN Uni Eropa (EU) mengusulkan bahwa kebijakan harus berfokus pada insentif positif untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan sembari mempromosikan konservasi, pengelolaan hutan berkelanjutan (SFM) dan peningkatan cadangan karbon hutan.
RINGKASAN India menyoroti bahwa usulan Brazil untuk kompensasi pengurangan emisi tidak adil karena hanya untuk negara-negara dengan laju deforestasi hutan yang tinggi, dan oleh karena itu mengusulkan sebuah mekanisme “Kompensasi Konservasi” yang juga memberikan penghargaan kepada negara-negara yang mempertahankan dan meningkatkan luas hutan mereka sebagai akibat upaya konservasi. Dengan begitu, India akan mendukung metodologi umum yang i) mengkaji perubahan cadangan karbon dan emisi gas rumah kacar (GRK) sebagai akibat program konservasi dan pengelolaan hutan yang berkelanjutan, dan ii) pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan.
Uni Eropa lebih menyukai pendekatan insentif berdasarkan pada tingkat emisi referensi yang telah disepakati, yang harus bisa dicapai dengan ambisius dan realistis, dengan memperhatikan keadaan nasional termasuk inisiatif dan kebijakan yang ada, data historis, trend saat ini, dan perkembangan dalam pemanfaatan lahan. Tingkat yang disepakati dapat dinegosiasi dan direvisi secara periodik. Uni Eropa mengakui bahwa pendekatan sub nasional akan sesuai dengan keadaan nasional di negara-negara tertentu, namun tingkat emisi referensi nasional sangat penting untuk menghindari resiko kebocoran karbon di tingkat nasional. Uni Eropa mengakui bahwa pembiayaan publik saat ini tidak mencukupi dan tidak tersedia secara berkelanjutan, dan oleh karena itu mengakui perlunya mengkaji semua opsi pembiayaan khususnya terkait dengan skala dan keberlanjutannya, dan menilai bahwa pendekatan pasar yang dirancang dengan baik dapat mendorong aksi jangka panjang.
India menyatakan bahwa, karena cadangan karbon hutan tidak memasukkan aliran karbon, maka tidak mungkin untuk menghubungkan cadangan ini dengan Pasar Penyedia Karbon Global (Global Carbon Compliance Market) dan akibatnya kompensasi terhadap upaya mempertahankan cadangan karbon hutan tidak bisa bersifat sukarela bagi negara-negara maju. Hal ini menempatkan pembayaran ini terbatas pada pendanaan “donor” dan, menilai hanya dari historis aksi perubahan iklim akan menurunkan nilai kompensasi. Oleh karena itu, pembayaran kompensasi harus menggunakan norma-norma untuk penilaian, dalam BAP yang telah disepakati, yang terkait dengan tanggung jawab dan kemampuan setiap negara maju. Sebaliknya, dengan adanya monitoring dan penilaian perubahan aliran karbon hutan, maka akan lebih layak untuk memberikan insentif positif kepada REDD dengan memasukan kredit REDD di dalam pasar penyedia karbon global. Namun India mengakui bahwa aliran kredit REDD akan sangat besar dan kita mungkin perlu membatasi tingkat komitmen mitigasi gas rumah kaca (GRK) yang akan dicapai negara maju melalui penggunaan kredit REDD.
44
45
INDONESIA
JEPANG 3 1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
3 2
PEMBIAYAAN
Kode Dokumen UNFCCC FCCC/SBSTA/2006/MISC.5, FCCC/SBSTA/2007/MISC.2/Add.1, FCCC/SBSTA/2007/MISC.14/Add.1, FCCC/SBSTA/2008/MISC.4, FCCC/AWGLCA/2008/MISC.5/Add.2 (Part I), FCCC/AWGLCA/2008/MISC.5/ Add.2 (Part II)
1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
2
PEMBIAYAAN
Kode Dokumen UNFCCC FCCC/SBSTA/2006/MISC.5, FCCC/SBSTA/2007/MISC.2, FCCC/SBSTA/2007/MISC.14, FCCC/SBSTA/2008/MISC.4, Unpublished Material Tanggal: Agustus 2008
Tanggal: Desember 2008 RINGKASAN Indonesia menyatakan bahwa penggunaan definisi tunggal untuk deforestasi hutan diperlukan untuk memastikan keadilan dalam memberikan insentif kepada negaranegara berkembang. Aksi sukarela yang memenuhi syarat untuk kompensasi harus memasukkan aktifitas penanaman pengayaan hutan skunder, pengurangan emisi melalui penghindaran konversi hutan, pengurangan emisi melalui penuntasan pembalakan liar dan kebakaran hutan, dan melestarikan karbon melalui konservasi hutan. Tingkat referensi untuk menghasilkan kredit memiliki dua lipatan. Tingkat referensi untuk aktifitas yang tidak direncanakan berasal dari acuan dasar historis nasional selama jangka waktu yang ditentukan sebelumnya. Aktifitas terencana yang tidak dilaksanakan akan menggunakan sejumlah acuan dasar sesuai dengan cadangan karbon yang ada sejak awal komitmen REDD. Indonesia, seperti CfRN, mendefiniskan tiga tahap aktifitas yang berbeda yang akan memerlukan tiga sumber daya pembiayaan yang berbeda. Aktifitas persiapan yang akan mendorong ODA melalui jalur bilateral dan/atau multilateral. Tahap transisi akan menggunakan mekanisme pendanaan dari ODA dan pendanaan sukarela dan transisi menuju pasar pra 2012. Kesepakatan pasca 2012 akan menggunakan pendekatan pasar termasuk pasar emisi domestik, regional atau internasional, yang disertai oleh pencapaian target yang serius untuk negara-negara Annex I.
46
RINGKASAN Jepang mengakui bahwa penting untuk mengurangi perusakan hutan dan dan kemudian penting juga untuk mengganti hilangnya luas hutan dunia melalui Pengelolaan Hutan yang Berkelanjutan (SFM), yaitu melalui perlindungan, restorasi, aforestasi, dan penanaman hutan serta peningkatan upaya untuk mencegah degradasi hutan. Karena beragam dan pentingnya fungsi hutan, kebijakan dan langkah-langkah untuk mengatasi deforestasi dan degradasi hutan harus berfokus tidak hanya pada perubahan karbon tetapi juga upaya mempromosikan SFM dan pelestarian keanekaragaman hayati. Tingkat referensi akan ditetapkan berdasarkan historis perubahan sumber daya hutan. Lebih khususnya tingkat referensi ini akan dibuat dengan memantau sumber daya hutan saat ini dengan menggunakan citra satelit dan penelitian lahan di hutan dengan membandingkan penilaian sumber daya hutan di masa lalu dengan citra satelit dan inventarisasi hutan sebelumnya. Karena sumber daya hutan memiliki keadaan yang berbeda-beda di setiap negara, penetapan tingkat referensi harus dilakukan berdasarkan perubahan historis sumber daya hutan, dengan memperhatikan faktor sosial ekonomi bila diperlukan, dengan begitu maka penetapan tersebut merefleksikan konteks dari negara-negara/daerah dengan cara yang lebih objektif dan fleksibel. Di negara-negara dimana tingkat deforestasi dan degradasi hutan rendah tetapi terlihat akan meningkat, trend sosial ekonomi di masa yang datang dapat digunakan pada saat menetapkan tingkat referensi. Apabila sumber daya hutan dan deforestasi dan degradsi hutan terlihat akan terancam punah maka hal ini harus direfleksikan di dalam tingkat referensi
47
MALAYSIA
MEKSIKO 3 1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
3 2
PEMBIAYAAN
1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
2
PEMBIAYAAN
Kode Dokumen UNFCCC FCCC/SBSTA/2006/MISC.5, FCCC/SBSTA/2007/MISC.2
Kode Dokumen UNFCCC FCCC/SBSTA/2007/MISC.2, FCCC/SBSTA/2008/MISC.4/Add.3
Tanggal: Februari 2007
Tanggal: Agustus 2008
RINGKASAN Malaysia percaya bahwa pendekatan kebijakan REDD harus berdasarkan pada langkah-langkah yang diambil dan biaya kesempatan yang terdahulu. Negaranegara berkembang yang telah mempertahankan hutan alam yang luas akan mendapat tekanan yang besar untuk mengkonversikan hutan mereka menjadi areal penggunaan lahan lainnya dan insentif untuk negara-negara ini harus dimaksimalkan untuk memastikan bahwa sisa hutan tidak ditebang. Kedua upaya perlindungan total dan pelaksanaan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (SFM) harus dipertimbangkan sebagai upaya positif untuk menghindari deforestasi hutan.
RINGKASAN Agar dapat meningkatkan aktifitas REDD dengan biaya yang efektif, maka secara mendasar perlu mempertimbangkan keikutsertaan dalam pasar karbon. Meksiko mempertimbangkan bahwa pembahasan tentang bagaimana mengintegrasikan aktifitas REDD dengan pasar karbon harus dilaksanakan dalam konteks Review Kedua dari Protokol Kyoto. Dana akan berperan sangat penting untuk aktifitas seperti peningkatan kapasitas, konservasi, dan pengelolaan hutan berkelanjutan (SFM), yang memerlukan dana yang tidak dapat dikembalikan agar dapat terlaksana.
Malaysia percaya bahwa dana baru dan tambahan akan diperlukan untuk negara-negara berkembang untuk membantu membangun kapasitas teknis dan kelembagaan agar dapat melaksanakan langkah-langkah efektif untuk REDD. Insentif positif seharusnya bersifat suka rela, fleksibel, dan menawarkan rangkaian insentif yang dapat diterapkan pada keragaman lingkungan hutan, wewenang pengelolaan, dan kondisi sosial ekonomi serta kondisi aktifitas pembangunan di masing-masing negara berkembang.
Tingkat emisi referensi, pada semua skala implementasi, harus berdasarkan pada data historis mengenai emisi gas rumah kaca (GRK) dan harus memperhatikan keadaan nasional. Meksiko sangat mendorong sistem penghitungan nasional untuk memfasilitasi pelaporan dan menghindari penghitungan ganda pengurangan atau penghilangan emisi. Implementasi aktifitas pada tingkat nasional ataupun sub nasional akan ditentukan oleh setiap negara dengan sukarela, sebagai hak kedaulatan setiap negara, dengan memperhatikan keadaan dan persyaratan nasional tertentu. Pendekatan sub nasional bagi beberapa negara merupakan langkah membangun pendekatan nasional.
Malaysia prihatin bahwa negara-negara yang mengantisipasi sebuah mekanisme yang menghargai pengurangan emisi dengan acuan dasar historis akan mengakibatkan kenaikan insentif negatif sehingga akan meningkatkan pengambilan kayu hutan pada tahun-tahun sebelum permulaan komitmen di mulai. Malaysia dapat melihat keuntungan dari pendekatan nasional untuk mekanisme REDD karena pendekatan ini menyederhanakan pelaporan dan validasi. Pendekatan berdasarkan proyek perlu juga dipertimbangkan.
48
49
SELANDIA BARU
NORWEGIA 3 1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
3 2
PEMBIAYAAN
1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
2
PEMBIAYAAN
Kode Dokumen UNFCCC FCCC/SBSTA/2006/MISC.5, FCCC/SBSTA/2007/MISC.2, Diserahkan baru-baru ini
Kode Dokumen UNFCCC FCCC/SBSTA/2006/MISC.5, FCCC/AWGLCA/2008/MISC.5
Tanggal: Mei 2009
Tanggal: Oktober 2007
RINGKASAN Setiap mekanisme REDD harus menyediakan sumber daya keuangan yang memadai kepada negara-negara berkembang untuk memberikan kompensasi keuntungan ekonomi atas upaya mengurangi deforestasi dan degradasi hutan.
RINGKASAN Norwegia percaya bahwa fokus REDD harus tertuju pada deforestasi dan degradasi hutan karena tingginya tingkat emisi dari aktifitas ini. Namun mengakui bahwa ada negara-negara dengan laju historis deforestasi yang rendah tetapi berpotensi menaikkan laju deforestasi di masa yang akan datang, dan negara-negara yang saat ini memiliki laju deforestasi yang rendah karena hutan-hutanya sudah ditebang. Norwegia mendukung sebuah kewenangan di masa yang akan datang yang dapat mempromosikan pelestarian hutan yang ada, pengelolaan hutan yang berkelanjutan, dan insentif untuk meningkatkan cadangan karbon di hutan yang masih ada.
Untuk menyediakan sumber keuangan utama agar dapat melaksanakan REDD, pendekatan atas dasar pasar dianggap lebih bertahan lama dan efisien secara ekonomi dibandingkan dengan pendekatan atas dasar pendanaan. Kedua pendekatan tersebut akan tetapi memiliki keuntungan dan hambatan, dan Selandia Baru terbuka untuk mengeksplorasi kedua opsi tersebut. Mekasnisme nasional (baik atas dasar pasar maupun pendanaan) dianggap sangat lebih baik dibandingkan dengan mekanisme proyek, hal ini karena mekanisme nasional lebih baik untuk mengatasi kebocoran karbon di setiap negara. Selandia Baru mendukung pendekatan bertahap dengan beberapa bentuk pendanaan untuk membantu negara tertentu dalam hal pengembangan pendekatan tingkat nasional, meskipun jika pendekatan atas dasar pasar pada tingkat nasional pada akhirnya disepakati sebagai mekanisme pendanaan yang utama. Setiap mekanisme harus memiliki potensi maksimal untuk keuntungan global, karena hal ini merupakan cara yang terbaik untuk mengatasi kebocoran karbon internasional. Mekanisme seharusnya tidak menerapkan penyesuaian yang berubahubah terhadap insentif keuangan untuk ‘mengkoreksi’ kemungkinan terjadinya kebocoran internasional.
50
Norwegia percaya bahwa pada prinsipnya tingkat referensi harus berdasarkan data emisi historis, tetapi mengakui bahwa untuk banyak negara dengan tingkat deforestasi dan degradasi hutan yang rendah, data historis ini tidak akan memberikan insentif yang kuat. Kewenangan REDD di masa yang akan datang harus dijalankan di tingkat nasional agar dapat mengurangi resiko kebocoran karbon di dalam negara. Memahami adanya perbedaan kapasitas negara-negara berkembang dan juga adanya keragaman laju deforestasi dan degradasi hutan, Norwegia mendukung pendekatan bertahap yang menggunakan insentif yang dibedakan dan pendekatan kebijakan untuk mendorong partisipasi yang luas. Kombinasi mekanisme pasar dan pendanaan diperlukan. Pasar bermanfaat untuk memobilisasi sumber daya dari sektor swasta akan tetapi kurang efektif untuk negara-negara dengan laju deforestasi yang rendah. Lebih lanjut, mekanisme pasar tidak akan sesuai untuk peningkatan kapasitas. Jika mekanisme pendanaan diperkenalkan tanpa mekanisme ganti rugi, maka penting sekali untuk membuat sistem yang lengkap dan berkelanjutan yang dapat memobilisasi sumber daya pembiayaan. Pelelangan harga dapat digunakan untuk membiayai mekanisme REDD atas dasar pendanaan.
51
PANAMA*
TUVALU 3 1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
3 2
PEMBIAYAAN
Kode dokumen UNFCCC FCCC/SBSTA/2006/MISC.5, FCCC/AWGLCA/2008/MISC.5
1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
2
PEMBIAYAAN
Kode Dokumen UNFCCC FCCC/SBSTA/2007/MISC.2/Add.1, FCCC/SBSTA/2007/MISC.14, FCCC/SBSTA/2007/MISC.14/Add.3
Tanggal: April 2009 Tanggal: November 2007 RINGKASAN Panama mengajukan mekanisme REDD dua jalur yang terdiri dari jalur ganti rugi yang didanai oleh pasar dan jalur non ganti rugi yang dibayar oleh pendanaan yang ada. Sebuah mekanisme REDD+ dengan dua jalur yang fleksibel bertujuan untuk mengakomodir beberapa aktifitas yang terkait dengan REDD. Jalur 1 akan membangun pasar penyedia yang akan melakukan pengurangan emisi dari aktifitas REDD yang akan dijual di pasar internasional dan digunakan oleh negara-negara Annex 1 untuk memenuhi target pengurangan emisi mereka. Aktifitas yang dapat diterima di Jalur 1 ini yaitu aktifitas dimana perbedaan emisi dan cadangan karbon dapat diukur seperti pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan serta peningkatan cadangan karbon hutan. Jalur 2 akan dibiayai melalui pendanaan dan akan mendukung upaya peningkatan kapasitas dan membiayai upaya konservasi dan pengelolaan hutan berkelanjutan. Aktifitas untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan dapat juga didanai melalui pendanaan tergantung pada preferensi masingmasing negara. Pihak negara-negara maju akan menetapkan persentasi hasil perdagangan emisi nasional yang dilelang atau persentasi harga AAU yang dilelang di pasar internasional untuk menghasilkan sumber penambahan yang stabil dan mencukupi untuk pendanaan REDD. Skenario referensi untuk emisi gas rumah kaca (GRK) dari deforestasi harus memperhatikan trend historis dan harus menjamin bahwa negara-negara dengan laju historis deforestasi yang rendah tidak dirugikan dan negara-negara dengan laju historis deforestasi yang tinggi tidak dihargai. Mekanisme yang memungkinkan untuk menjamin keadilan adalah dengan menggunakan acuan dasar deforestasi global untuk negara-negara berkembang sebagai referensi.
RINGKASAN Tuvalu menyarankan bahwa, pertama, definisi deforestasi dan degradasi hutan perlu dikembangkan agar dapat meminimalisasi potensi hasil yang tidak menguntungkan dan oleh karena itu pelestarian cadangan karbon yang ada harus dilakukan di luar mekanisme REDD karena tidak ada emisi yang diperdagangkan. Menetapkan pengurangan emisi tanpa acuan dasar akan mengakibatkan permasalahan yang mendasar. Mungkin sulit untuk menentukan apakah satu kawasan yang sudah diperuntukkan untuk pembalakan atau perusakan hutan, atau tidak sama sekali dan oleh karena itu pertimbangan perlu dibuat apakah acuan dasar berdasarkan pada emisi bersih atau emisi kotor. Menetapkan penilaian secara aktual dari acuan dasar ini akan membantu mengatasi permasalahan ini. Tuvalu menyoroti tiga pendekatan pasar untuk REDD, akan tetapi mengakui bahwa ada komplikasi mendasar dengan pendekatan-pendekatan ini yang perlu diatasi sebelum keputusan dibuat untuk mengadopsi mekanisme-mekanisme ini. Hal in termasuk resiko kebocoran karbon pada tingkat proyek, kebanjiran pasar karbon, dan kesulitan dalam pengukuran. Tuvalu menyarankan bahwa solusi yang memungkinkan untuk masalah ini yaitu: penggunaan pendekatan nasional untuk permasalahan kebocoran karbon, pasar ganda, peningkatan target Annex I, atau kredit REDD yang dikurangi untuk menghindari devaluasi pasar, dan ketersediaan metodologi pencitraan jarak jauh (remote sensing) dan metodologi pencitraan lahan di negara-negara berkembang untuk pengukuran yang konsisten.Tuvalu juga mengusulkan bahwa sumber pendanaan non pasar harus dikembangkan dan dapat digunakan untuk mendukung peningkatan kapasitas dan percepatan aksi REDD.
* Mewakili Kosta Rika, El Salvador, Honduras, Nikaragua, dan Panama
52
53
AMERIKA SERIKTA (USA) 3 1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
2
PEMBIAYAAN
Kode Dokumen UNFCCC FCCC/SBSTA/2006/MISC.5, FCCC/SBSTA/2007/MISC.14, FCCC/SBSTA/2008/MISC.4 Tanggal: Maret 2008
Kedua aktifitas tingkat nasional dan tingkat proyek memiliki kekuatan dan kelemahan dan perlu eksplorasi lebih jauh. Pendekatan berdasarkan proyek berguna untuk mengatasi permasalahan yang khusus dan dapat memastikan bahwa ada hubungan akibat antara aksi dan respon. Emisi yang berlebihan atau kebocoran karbon merupakan permasalahan metodologi kunci yang terkait dengan REDD pada skala proyek/sub nasional, akan tetapi juga dapat terjadi dengan penghitungan tingkat nasional. Pendekatan nasional memiliki ruang lingkup yang lebih luas dan dapat mengatasi perpindahan emisi di perbatasan negara. Akan tetapi pendekatan nasional akan lebih sulit untuk mengukur dampak perubahan kebijakan trend emisi nasional. Kedua pendekatan berdasarkan proyek dan nasional harus tetap konsisten dengan Panduaan Pelaksanaan dari Panel Antar Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) tentang Pemanfaatan Lahan, Perubahan Pemanfaatan Lahan, dan Kehutanan (LULUCF). Permasalahan definisi harus dikaji sebagai bagian dari program pekerjaan teknis; definisi yang jelas dan adanya ketetapan definisi untuk degradasi hutan pada konteks REDD sangat diperlukan.
54
© Global Canopy Programme / Theresa Williamson
RINGKASAN Amerika Serikat memandang bahwa upaya-upaya untuk mengurangi deforestasi hutan harus dilakukan dengan konteks yang luas pada upaya pengelolaan hutan dan pembangunan yang berkelanjutan. Deforestasi hutan merupakan sumber emisi yang besar, dan emisi ini juga terjadi akibat degradasi lahan dan oleh karena itu peluangpeluang untuk meningkatkan cadangan karbon di lahan yang dikelola tetap sejalan dengan tujuan besar pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Amerika Serikat telah mendukung adanya prioritas untuk melestarikan hutan dan menurunkan emisi dari deforestasi hutan kepada berbagai badan lembaga yang ada.
55
PROPOSAL LEMBAGA NON PEMERINTAH
56
57
TROPICAL AGRICULTURAL RESEARCH AND HIGHER EDUCATION CENTER (CATIE)
CENTER FOR CLEAN AIR POLICY (CCAP) 3 2
1 3 1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
2
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
PEMBIAYAAN
PEMBIAYAAN
“PENDEKATAN PASAR GANDA” “PENDEKATAN SIMPANAN”
Penulis: Matthew Ogonowski, Ned Helme, Diana Movius, Jake Schmidt
Pengarang: Lucio Pedroni, Michael Dutschke, Manuel Estrada Porrua, Axel Michaelowa, Andrea García Guerrero, and Walter Oyhantçabal
Website: www.ccap.org
Website: www.catie.ac.cr
Tanggal: Agustus 2007
Tanggal: Mei 2009
RINGKASAN “Pasar Ganda” yang dikembangkan oleh Center for Clean Air Policy (CCAP) mengusulkan untuk menciptakan pasar karbon baru yang akan terpisah dari pasar karbon pasca 2012 dan hanya akan memperdagangkan kredit REDD. Pengurangan emisi di pasar ini akan digunakan negara-negara Annex I untuk mencapai target nasional tetapi nilai kredit tidak akan digantikan di antara dua pasar tersebut.
RINGKASAN “Pendekatan Simpanan (Nested Approach)” pada awalnya diajukan oleh CATIE dan Asosiasi Perdagangan Emisi Jerman (BVEK) yang bertujuan untuk menggabungkan masing-masing keuntungan dari penghitungan tingkat nasional dan proyek dan mekanisme kredit. Pendekatan ini mendukung penghitungan emisi gas rumah kaca (GRK) tingkat nasional tetapi juga memberikan nilai kredit terhadap pengurangan gas rumah kaca yang dicapai oleh satu proyek tertentu yang akan diberikan nilai kredit. Pengurangan emisi tingkat proyek akan dihitung secara konservatif dan setiap nilai kredit yang dikeluarkan untuk proyek dikurangi dari nilai kredit tingkat nasional. Setiap proyek yang mengklaim kredit harus didukung oleh masing-masing negara REDD, yang dapat memutuskan untuk mengklaim hasil kredit proyek untuk mencegah adanya kebocoran dan ke-permanen-an karbon. Proyek dapat juga dilaksanakan di negara-negara yang belum memiliki persyaratan untuk sistem penghitungan nasional. Setelah peluncuran perdana, Nested Approach telah banyak didukung oleh kalangan organisasi dan negara-negara Amerika Latin (termasuk Chili, Peru dan Panama mewakili Kosta Rika, el Salvador, Honduras, Nikaragua dan Panama).
58
Alasan dibalik penciptaan pasar independen ini adalah untuk memisahkan dampak dan resiko dari penggabungan pasar REDD dengan rezim pasca 1212. Kekhawatiran timbul dimana perkembangan pasar tunggal akan mengakibatkan resiko membanjirnya persediaan unit REDD dan meningkatkan kekhawatiran yang terkait dengan penguapan dan ke-permanen-an karbon, sehingga mengakibatkan gangguan terhadap pasar karbon pasca 2012. Pendekatan pasar ganda memberikan lebih banyak waktu bagi program REDD untuk diperluas sebelum berhubungan dengan pasar. COP akan memutuskan nilai kredit maksimal yang berasal dari aktiftas REDD yang dapat digunakan untuk memenuhi target nasional. Negara-negara Annex I akan menetapkan berapa banyak permulaannya, dan dari negara berkembang mana, dan ganti rugi (offset) yang akan dibeli, sehingga terdapat tingkat permintaan yang minimal untuk REDD.
59
ENVIRONMENTAL DEFENSE FUND (EDF) & AMAZON INSTITUTE FOR ENVIRONMENTAL RESEARCH (IPAM) & INSTITUTO SOCIOAMBIENTAL (ISA)
CENTRE FOR SOCIAL AND ECONOMIC RESEARCH ON THE GLOBAL ENVIRONMENT (CSERGE) 3 1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
3 2
PEMBIAYAAN
2
1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
PEMBIAYAAN
“INSENTIF KOMBINASI”
“KOMPENSASI PENGURANGAN EMISI”
Penulias: Bernardo Strassburg, Kerry Turner, Brendan Fisher, Roberto Schaeffer, Andrew Lovett Website: www.uea.ac.uk/env/cserge/ Tanggal: Januari 2008
Penulis: Marcio Santilli, Paulo Moutinho, Stephan Schwartzman, Daniel Nepstad, Lisa Curran, Carlos Nobre Website: www.edf.org, www.ipam.org.br, www.socioambiental.org/ Tanggal: Desember 2006
RINGKASAN Proposal CSERGE menawarkan sebuah mekanisme kompensasi dengan “insentif kombinasi’ untuk mengurangi emisi di negara-negara berkembang. Strassburg dkk menyoroti dua permasalahan dengan mekanisme yang ada. Yang pertama, mekanisme tingkat nasional atau tingkat proyek dianggap tidak berhasil di masa yang lalu karena adanya kebocoran karbon di tingkat nasional maupun di tingkat internasional. Yang kedua, insentif tambahan harus disediakan kepada negaranegara yang telah melestarikan hutan mereka di masa yang lalu (negara-negara kwadran IV dari tabel 1).
RINGKASAN Pendekatan “kompensasi pengurangan emisi” oleh EDF, IPAM dan ISA merupakan salah satu proposal yang paling awal untuk mengurangi emisi dari deforestasi hutan dan dimaksudkan sebagai visi yang lebih meluas dengan tujuan untuk mendorong perdebatan. Dalam hal ini, proposal tersebut harus lebih dilihat sebagai sebuah payung kategori daripada sebuah proposal yang rinci untuk negosiasi. Santiliti dkk menggunakan konsep yang sederhana: setiap negara (non Annex I) yang mengurangi laju deforestasi hutan dibawah batas yang belum ditentukan akan memenuhi syarat untuk menerima kompensasi melalui pasar karbon global.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan ini, mekanisme “insentif kombinasi” mengusulkan bahwa setiap negara menerima dua jenis insentif secara bersamaan. Yang pertama berdasarkan konsep “kompensasi pengurangan emisi” dan merupakan insentif untuk mengurangi emisi dibandingkan dengan tingkat emisi historisnya dulu.Yang kedua mengikuti konsep “emisi yang diharapkan” yang menghubungkan insentif cadangan karbon ekosistem pada saat mempertahankan penambahan (additionality) karbon global. Ini merupakan insentif untuk meminimalisir emisi dari yang seharusnya jika tetap mengikuti rata-rata emisi acuan dasar global. “Insentif kombinasi” ini memungkinkan dana dialokasikan kepada negara-negara yang dahulunya membuat emisi yang tinggi dan kepada negara-negara yang saat ini memiliki laju deforestasi hutan yang rendah . Proporsi dana yang ditujukan untuk setiap aktifitas dapat disesuaikan dan dapat ditetapkan oleh COP. Untuk menghindari kebocoran karbon nasional, mekanisme inti akan dijalankan pada tingkat nasional dan karena insentif dialokasikan per ton CO2 yang dihindari maka mekanisme ini dapat mengakomodir bermacam sumber pendanaan.
Pengurangan emisi akan terkait dengan laju rata-rata historis deforestasi hutan, meskipun tingkat referensi dapat ditentukan oleh keadaan nasional yang berbeda: contohnya, negara-negara HFLD dapat menerima kredit jika tingkat referensi ditetapkan dibawah tingkat deforestasi hutan mereka saat ini. Santili dkk juga menyarankan perlunya merevisi tingkat referensi yang lebih rendah seterusnya untuk mencapai deforestasi hutan yang nihil.
60
Kompensasi akan dialokasikan sesuai dengan hitungan pasti (ex-post), dan akan diukur dengan menggunakan kombinasi pencitraan jarak jauh (remote sensing), survey lahan, dan/atau inventarisasi hutan. Mekanisme akan berjalan pada tingkat nasional untuk menghindari kebocoran karbon di tingkat negara, dan untuk memastikan penambahan (additionality) dan ke-permanen-an karbon.
61
GREENPEACE
HUMANE SOCIETY INTERNATIONAL (HSI) 3
3 1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
PEMBIAYAAN
2
1
2
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
PEMBIAYAAN
"HUTAN UNTUK IKLIM/TDERM”
“PENDEKATAN PENYIMPANAN KARBON”
Penulis: Bill Hare, Kirsten Macey, Christoph Thies, Roman Czebiniak Website: www.greenpeace.org/forestsforclimate Tanggal: Desember 2008
Penulis: Alistair Graham, Rod Holesgrove, Nicola Beynon Website: www.hsi.org.au Tanggal: April 2009
RINGKASAN Hutan untuk Iklim/Mekanisme Pengurangan Emisi Deforestasi Hutan Tropis (Tropical Deforestation Emission Reduction Mechanism /TDERM) mengusulkan pendanaan dari hubungan pasar untuk membiayai REDD. Elemen penting dari proposal ini adalah untuk mencapai kedua tujuan bagi keanekaragaman hayati dan iklim dengan sepenuhnya menghormati hak-hak orang-orang lokal dan orangorang pribumi.
RINGKASAN HSI mengajukan sebuah kerangka kerja tunggal untuk penyimpanan karbon terrestrial dan aspek Pertanian, Kehutanan, dan Perubahan Penggunaan Lahan (AFOLU) yang berkembang menjadi Pemanfaatan Lahan, Perubahan Pemanfaatan Lahan, dan Kehutanan (LULUCF) sebagai kerangka kerja REDD yang diajukan. Dalam hal ini, Graham dkk merekomendasikan sebuah “pendekatan penyimpanan karbon” yang fleksibel yang menghargai negara-negara berkembang dengan tingkat historis deforestasi hutan yang rendah maupun yang tinggi atas upayanya mempertahankan dan memaksimalkan cadangan karbon mereka berdasarkan luas lahan mana yang dipertahankan, yang didegradasi atau yang direstorasi bagi daya dukung karbon alamnya.
Negara-negara industri akan menyediakan pembiayaan untuk REDD – melalui pembelian mata uang yang baru diciptakan yang disebut dengan Unit Pengurangan Emisi dari Deforestasi Hutan Tropis (Tropical Deforestation Emission Reduction Units/TDERU) – yang proporsional dengan harga emisi keseluruhan (Assigned Amount Units/ AAUs) dalam jangka waktu komitmen yang kedua. Faktor perbedaan yang signifikan antara mekanisme hubungan pasar yang diusulkan disini dengan mekanisme pasar offset karbon langsung (lihat halaman 98-99) adalah pengurangan emisi hutan yang akan memberikan tambahan pada, bukan sebagai pertukaran, pengurangan domestik yang dibuat oleh negara-negara industri. Mekanisme ini berusaha untuk mendapatkan insentif gabungan yang sesuai baik dari negara-negara industri maupun dari negara-negara berkembang. Negara-negara industri yang mengambil tindakan drastis untuk mengurangi emisi di negaranya hanya perlu memberikan kontribusi wajib yang minimal untuk REDD. Negaranegara berkembang yang secara akurat memonitor dan melaporkan aksi mitigasi mereka akan menerima hasil yang lebih tinggi atas jasa-jasa mereka, sehingga memberikan insentif yang kuat untuk negara-negara yang terus meningkatkan program perlindungan hutan mereka.
62
Untuk menghindari hasil yang tidak menguntungkan, aktifitas deforestasi hutan alam untuk mendapatkan bahan bakar dan tanaman pertanian jangka pendek, Graham dkk menyatakan bahwa setiap kesepakatan pasca 2012 harus mengadopsi defenisi yang sesuai dan protokol untuk penghitungan dan pelaporan yang relevan dengan hutan, deforestasi dan degradasi hutan. Dana untuk mekanisme baru akan dihasilkan melalui dua cara: i) HIS setuju untuk memasukkan mekanisme pasar REDD di dalam kesepakatan UNFCCC pasca 2012 dan mengajukan pemanfaatan dana abadi (trust fund) agar pembayaran modal di awal yang dapat dikonversikan ke aliran pendapatan permanen bagi pemilik lahan dan masyarakat bergantung pada keberhasilan mempertahankan dan merestorasi ekosistem alam; ii) mendorong pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya untuk mempertahankan dan meningkatkan terus pendanaan (yang bisa berparalel dengan pendanaan pasar) untuk perlindungan cadangan karbon dan keanekaragaman hayati serta mendesak negara-negara donor untuk membantu negara-negara penerima untuk membuat daftar kawasan prioritas untuk mencapai perlindungan kawasan penyimpan karbon dengan nilai konservasi keanekaragaman hayati yang tinggi.
63
INSTITUTE FOR SUSTAINABLE DEVELOPMENT AND INTERNATIONAL RELATIONS (IDDRI) & CENTRE D'ÉTUDES ET DE RECHERCHES SUR LE DÉVELOPPEMENT INTERNATIONAL (CERDI)
INTERNATIONAL INSTITUTE FOR APPLIED SYSTEMS ANALYSIS (IIASA) 3 1
2
3 1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
2
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
PEMBIAYAAN
PEMBIAYAAN
“MENGHINDARI UDARA PANAS REDD” “KOMPENSASI UNTUK UPAYA YANG BERHASIL” Penulis: P. Combes Motel, R. Pirad, J.-L. Combes Website: www.iddri.org, www.cerdi.org Tanggal: Juni 2008 RINGKASAN Metodologi “Kompensasi untuk Upaya yang Berhasil” yang diajukan oleh IDDRI dan CERDI bertujuan untuk mencari jalan keluar terhadap permasalahan metodologi penghitungan acuan dasar yang digunakan oleh proposal lainnya. Penulis menyoroti permasalahan tematik dalam menghitung pengurangan emisi yang bergantung pada perkiraan yang belum pasti atau negosiasi nilai yang belum tentu adanya. Mereka menyarankan bahwa metodologi tersebut dapat menghasilkan nilai kredit “palsu” dan kesalahan penghitungan sumber daya keuangan yang kemudian akan melemahkan efisiensi mekanisme REDD. Oleh karena itu proposal mereka menyarankan bahwa dana REDD mendukung kebijakan dan langkah-langkah domestik dari negara tertentu untuk menghindari deforestasi hutan (disebut dengan” upaya yang berhasil”). Untuk mengidentifikasi efektifitas upaya-upaya ini, penulis menggunakan model ekonometrik yang secara jelas memperhatikan pendorong struktural terjadinya deforestasi hutan, sehingga perlu menggunakan nilai riil selama penghitungan nilai kredit. Semua efek yang merupakan bukan sebagai akibat pendorong struktural diasumsikan sebagai akibat aksi domestik dan jika positif dapat digunakan sebagai kriteria untuk membuat keputusan pembiayaan lebih lanjut.
64
Penulis: Michael Obersteiner, et al. Website: www.iiasa.ac.at Tanggal: April 2009 RINGKASAN Proposal IIASA bertujuan untuk membahas dua persyaratan kunci untuk mekanisme REDD; pertama, pengembangan kredit REDD yang dapat diukur, dilaporkan, dan diverifikasi (MRV), dan kedua ketetapan pengurangan emisi yang berkelanjutan. Untuk memastikan kredit MRV, IIAS mengajukan pemodelan skenario referensi berdasarkan pada pengumpulan, pelaporan dan proses observasi bumi yang terkoordinasi serta informasi tentang pendorong deforestasi dan degradasi hutan dengan cara yang konsisten secara global. Informasi ini harus tersedia dalam platform bersama sehingga negara-negara dan proyek-proyek dapat bersama-sama memperhitungkan skenario emisi referensi untuk merencanakan upaya REDD yang “riil” dan untuk menentukan acuan dasar kompensasi sesuai dengan hasil negosiasi. Dan dengan adanya konsistensi, maka pengumpulan data secara global akan dapat menurunkan biaya monitoring secara drastis. Untuk memaksimalkan manfaat bersama dari jasa ekosistem, Obersteiner dkk menggunakan lelang tender kredit Karbon dari Belanda. Lelang ini dapat digunakan dengan dua cara: memaksimalkan nilai ekosistem per unit REDD atau memaksimalkan mitigasi gas rumah kaca (GRK) per unit pengurangan emisi Annex I yang dapat digantikan.
65
JOANNEUM RESEARCH
JOINT RESEARCH CENTRE (JRC) 3
3 1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
PEMBIAYAAN
2
1
2
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
PEMBIAYAAN
"PENDEKATAN KORIDOR"
“PENGHITUNGAN INSENTIF”
Penulis: Bernhard Schlamadinger et al. Website: www.joanneum.at, www.ucsusa.org, www.whrc.org Tanggal: Februari 2007
Penulis: Danilo Mollicone et al. Website: www.jrc.it Tanggal: Maret 2006
RINGKASAN “Pendekatan Koridor” yang diserahkan oleh Joanneum Research, Joanneum Research, UCS, WHRC, IPAM mengajukan penggunaan koridor – yaitu jarak antara tingkat referensi yang tinggi dan rendah – untuk mengatasi permasalahan faktor tahunan yang berbeda yang mendorong laju deforestasi. Negara-negara akan menetapkan tingkat referensi yang rendah dan tinggi untuk emisi, baik melalui negosiasi ataupun tidak, berdasarkan pada emisi selama jangka waktu historis yang disepakati.
RINGKASAN JRC mengajukan mekanisme penghitungan baru untuk REDD yang menghargai upaya penurunan deforestasi hutan oleh negara-negara dengan tingkat konversi hutan yang tinggi, dan mempertahankan tingkat konversi hutan yang rendah di negara-negara lain. Mollicone dkk berpendapat bahwa jika sebuah mekanisme pembayaran hanya berdasarkan pada acuan dasar nasional, negara-negara dengan tingkat konversi hutan yang rendah akan mendapat sedikit keuntungan ataupun tidak mendapatkan keuntungan apapun dalam melakukan pengurangan emisi.
Jika emisi di satu negara di bawah tingkat referensi yang rendah, maka negara tesebut akan menghasilkan kredit. Ada dua cara untuk mengatasi emisi tersebut di dalam ruang lingkup koridor. Varian 1, jika di satu negara emisi naik di atas tingkat referensi yang tinggi, maka akan dikenakan debit untuk nilai kredit yang akan datang. Untuk emisi masih di dalam ruang lingkup koridor, nilai kredit dapat bertambah tapi ini tidak memenuhi syarat untuk ditebus atau dijual hingga tingkat emisi menurun di bawah batas rendah. Dalam Varian 2, tidak ada debit yang bertambah untuk emisi di atas tingkat referensi yang tinggi. Emisi di dalam ruang lingkup koridor akan didiskon; nilai kredit per ton emisi akan naik dari nilai 0 pada tingkat referensi tinggi ke nilai 1 pada tingkat referensi rendah.
Acuan dasar dalam mekanisme ditetapkan dengan menggunakan rata-rata jangka waktu referensi historis antara dua periode waktu yang dapat dinegosiasikan. Untuk menghindari kebocoran karbon di tingkat nasional, Mollicone dkk menyatakan bahwa setiap acuan dasar harus di tingkat negara. Penghasilan kredit ditentukan melalui tingkat konversi historis dari satu negara yang relative sama dengan tingkat rata-rata global. Mollicone dkk mengusulkan bahwa negara-negara dengan emisi kurang dari setengah batas rata-rata acuan dasar emisi global harus dihargai atas upayanya mempertahankan cadangan karbon mereka dan negara-negara dengan emisi lebih tinggi dari setengah rata-rata global harus dihargai atas upayanya untuk menurunkan emisi dari konversi hutan.
Keuntungan menyimpan kredit di dalam varian 1 yaitu dapat menghindari potensi kesulitan dalam negosiasi untuk tingkat diskon tertentu, dan juga adanya kemungkinan persepsi bahwa pengurangan emisi di dalam ruang lingkup koridor merupakan nilai kedua. Kentungan mendiskon nilai kredit di varian 2 yaitu dapat memberikan insentif keuangan yang lebih awal dan lebih tetap, karena tidak adanya keterlambatan waktu dengan cara menyimpan nilai kredit hingga tingkat referensi yang rendah tercapai.
66
67
TERRESTRIAL CARBON GROUP (TCG)
THE NATURE CONSERVANCY (TNC) 3
3 1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
PEMBIAYAAN
Penulis: Ralph Ashton et al. Website: www.terrestrialcarbon.org Tanggal: Juli 2008 RINGKASAN TCG menunjukkan bahwa semua jenis karbon terrestrial penting untuk mengatasi perubahan iklim dan oleh karena itu harus dimasukkan dalam semua upaya tanggap perubahan iklim di masa yang datang. Pada awalnya terrestrial ini mencakup lahan gambut, hutan, dan tanah yang dapat menjadi hutan skunder; kawasan lain dapat dikembangkan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam proposal ini, negara-negara berkembang akan dialokasikan dengan ‘anggaran karbon terrestrial nasional’ dimana negara-negara ini dapat melakukan emisi dalam jangka waktu yang tetap (misalnya 5 tahun) di masa yang akan datang. Anggaran nasional dapat diartikan sebagai karbon terrestrial yang merupakan karbon terrestrial yang tidak dilindungi pada waktu yang ditetapkan sebelumnya; ‘dilindungi’ mengacu pada karbon yang saat ini dilindungi secara hukum; tidak akan terjadi emisi pada jangka waktu yang telah ditetapkan karena hambatan ekonomi ataupun hambatan biofisik. Sistem ini oleh karena itu diterapkan untuk negara-negara berkembang dengan keadaan terrestrial yang berbeda-beda pada saat sekarang dan terdahulu. Dengan sistem yang diusulkan ini, nilai kredit akan diberikan apabila emisi kurang dari anggaran nasional dan atau adanya karbon terrestrial baru yang dilindungi, sehingga aman dari ke-permanen-an karbon. Pendapatan bisa dihasilkan dari beragam mekanisme baik atas dasar pasar ataupun pendanaan. Sistem ini bergantung pada penghitungan dan pemauntauan karbon terrestrial nasional, tetapi mendorong aktifitas tingkat nasional dan tingkat sub nasional sekaligus mendorong partisipasi sektor swasta dan masyarakat sipil.
68
1
2
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
2
PEMBIAYAAN
"PENDEKATAN INTEGRASI INSENTIF" Penulis: Bronson Griscom, Greg Fishbein, Rane Cortez et al. Website: www.tnc.org Tanggal: Mei 2009 RINGKASAN Untuk mengatasi kekhawatiran mengenai integritas, pemerataan, efisiensi, dan efektifitas, TNC mempergunakan elemen-elemen dari “Pendekatan Aliran Cadangan” sama seperti proposal Brazil dan COMIFACs. Tingkat emisi referensi ditetapkan menggunakan rata-rata historis emisi nasional 10 tahun seterusnya dari deforestasi dan degradasi hutan. Negara-negara yang mengurangi emisi di bawah tingkat referensi ini akan menerima kredit untuk dijual ke pasar internasional, negaranegara yang emisinya lebih tinggi dari tingkat referensi mereka maka akan diminta untuk meningkatkan kinerja mereka di masa yang akan datang sebelum nilai kredit dapat diperjualbelikan. Penghitungan akan dilakukan pada tingkat nasional, dengan opsi kepemilikan kredit tingkat proyek (dianggap valid apabila emisi nasional di bawah tigkat referensi nasional). TNC mengajukan Dana Stabilisasi untuk mengatasi kebocoran karbon internasional dan permasalahan pemerataan di negara-negara dengan laju historis deforestasi yang rendah (Lihat Box 1). Fasilitas ini dapat digunakan sebagai buffer dari kepermanen-an karbon di periode pelaksanaan berikutnya, sehingga dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan ke-permanen-an karbon. Pendapatan untuk Dana Stabilisasi ini akan dihasilkan melalui retribusi yang diterapkan kepada semua transaksi nilai kredit REDD+. Pendapatan ini akan diberikan kepada negara-negara tropis sebagai fungsi dari proporsi cadangan karbon hutan tropis mereka yang rawan terhadap emisi di periode pelaksanaan berikutnya. Dana Stabilisasi ini dapat ditambah melalui dana publik yang dihasilkan dari ODA, pelelangan harga AAU (lihat Box 2) atau pajak. TNC juga menyarankan pembiayaan tambahan untuk Dana Persiapan – yang dapat berasal dari pelelangan harga AAU atau sumber-sumber lain – untuk meningkatkan kapasitas bagi negara-negara non Annex 1 dan juga Dana Katalis – yang dapat didukung oleh surat obligasi- untuk mendorong investasi swasta di negara-negara di mana resiko investasi kelihatan lebih tinggi.
69
THE WOODS HOLE RESEARCH CENTER (WHRC) 3 1
RUANG LINGKUP
TINGKAT REFERENSI
DISTRIBUSI
2
PEMBIAYAAN
“PENDEKATAN ALIRAN CADANGAN DENGAN TARGET”
RINGKASAN The “stock-flow with targets” approach by WHRC proposes a new allocation Pendekatan “aliran cadangan dengan target” yang diusulkan oleh WHRC mengajukan mekanisme alokasi baru untuk mengatasi permasalahan dalam proposal-proposal saat ini. Cattaneo dkk menggunakan pendekatan “kompensasi pengurangan emisi” yang dapat menghindari penalti bagi negara-negara dengan tingkat historis deforestasi hutan yang rendah, dan mengusulkan sebuah pendekatan yang sejalan dengan pendekatan “insentif kombinasi”, tetapi dengan rasional ekonomi penentu yang lebih kuat. Karena partisipasi negara dalam REDD bersifat suka rela, rancangan insentif harus memperhatikan target lingkungan yang akan dicapai dan bagaimana mendistribusikan hasil untuk mendorong partisipasi yang luas. Mencoba melakukan dua hal tersebut dengan hanya menggunakan acuan dasar sebagai parameter akan sulit karena ada dua tujuan mutlak yang harus dicapai yaitu: mencapai target lingkungan bagi negara-negara peserta dan memaksimalkan partisipasi negara. “Pendekatan aliran cadangan” yang mendasar ini menggunakan dua instrument yaitu tingkat acuan dasar dan pemotongan pajak, kedua instrumen ini dimaksud untuk melaksanakan dua tujuan tersebut. Acuan dasar negara ditetapkan sesuai dengan emisi historis sehingga semua negara-negara pembuat emisi dapat segera mendapat insentif positif untuk menurunkan emisinya. Nilai pemotongan pajak, yang sesuai dengan harga karbon, menghasilkan dana untuk didistribusikan sebagai dividen. Untuk memaksimalkan insentif di dalam mekanisme REDD, pendekatan “aliran cadangan dengan target” memperkenalkan instrument ketiga, yaitu”target”, yang di bawah nilai pemotongan pajak tidak akan diterapkan. Pendekatan ini lebih efektif karena dana cadangan masih tersedia untuk negaranegara dengan laju deforestasi yang rendah, tetapi memiliki insentif marginal yang lebih besar untuk mengurangi deforestasi di luar jangkauan target bagi negaranegara dengan laju deforestasi yang tinggi.
70
© Global Canopy Programme / Katherine Secoy
Penulis: Andrea Cattaneo Website: www.whrc.org Tanggal: April 2009
71
BAGAIMANA PROPOSAL BERBEDA SATU SAMA LAIN?
72
73
ANALISA PERBANDINGAN
R
RUANG LINGKUP: Apa yang dimasukkan dalam proposal
T
Diagram ini menunjukkan ruang lingkup proposal pemerintah dan non pemerintah yang diusulkan.
Deforestasi hutan (RED)
IDDRI
Proposal-proposal tersebut memilih untuk memasukkan emisi dari deforestasi hutan (RED), emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD), atau deforestasi hutan, degradasi hutan, dan peningkatan penyimpanan karbon (REDD+).
Deforestasi dan degradasi hutan (REDD)
CATIE*
KANADA
CCAP
SELANDIAN B.
CSERGE
NORWEGIA
D
P
BRAZIL
AOSIS
CfRN
EDF
Proposal-proposal tersebut dikelompokkan menjadi proposal lembaga non pemerintah, dan proposal dari negara berkembang dan negara maju.
GREENPEACE
COMIFAC
HSI IIASA
MALAYSIA
JOANNEUM
MEKSIKO
JRC
PANAMA
TNC TUVALU
WHRC
Deforestasi hutan, degradasi hutan, dan peningkatan penyimpanan karbon (REDD+).
TCG
AUSTRALIA EU JEPANG
CINA KOLUMBIA INDIA INDONESIA
USA
* Didukung oleh negara-negara Amerika Latin termasuk Chili, Peru dan Panama mewakili Kosta Rika, El Salvador, Honduras, Nikaragua dan Panama Kotak besar menunjukkan penyerahan proposal yang dilakukan oleh beberapa negara.
74
Tidak menyebutkan skala Proposal Non Pemerintah
Negara maju
Negara berkembang
75
ANALISA PERBANDINGAN
RUANG LINGKUP: Kesimpulan
R T
D
P
Ada kesepakatan yang kuat bahwa mekanisme untuk REDD di masa yang akan datang harus memasukkan deforestasi dan degradasi hutan. Semakin banyak proposal yang secara jelas juga menekankan bahwa akfitifitas peningkatan penyimpanan karbon harus dipertimbangkan bersama-sama dengan aktifitas untuk mengurangi emisi. Meskipun deforestasi dan degradasi hutan merupakan prioritas mendesak, ada pengakuan yang luas bahwa mekanisme REDD di masa yang akan datang dapat menggunakan pendekatan yang tidak tetap, yang bertahap dalam fase degradasi hutan dan atau aktifitas peningkatan penyimpanan karbon pada tahap berikutnya. Alasan dibalik pendekatan ini karena alasan praktis seperti: kelayakan negosiasi politis dalam UNFCCC dengan ruang lingkup yang lebih sederhana; dan kebutuhan negara-negara berkembang untuk membangun kapasitas dalam penerapan penghitungan karbon. Ada kesepakatan bahwa hanya negara-negara berkembang yang dapat ikut serta dalam REDD, dan partisipasi ini harus berdasarkan keinginan suka rela.
© Global Canopy Programme / Katherine Secoy
Beberapa proposal mengindikasikan bahwa REDD harus diintegrasikan dengan pendekatan AFOLU yang memasukkan pemanfaatan lahan lainnya dan perubahan pemanfaatan lahan termasuk pertanian.
76
77
ANALISA PERBANDINGAN
R
TINGKAT REFERENSI: Skala tingkat referensi Diagram disebelah menunjukkan apakah proposal menetapkan tingkat referensi pada skala sub nasional, nasional, atau global.
T
D
P
Sub-nasional AOSIS CINA
Beberapa proposal menggunakan beberapa tingkat referensi dan ditunjukkan disini pada garis di antara dua opsi.
KOLUMBIA CATIE*
AUSTRALIA
COMIFAC
Nasional MALAYSIA CCAP EDF GREENPEACE
KANADA PANAMA EU
HSI
JEPANG
IIASA
SELANDIA B.
IDDRI
NORWEGIA
BRAZIL CfRN INDIA INDONESIA MEKSIKO
Global
CSERGE JRC
Tidak menyebutkan skala
USA
* Didukung oleh negara-negara Amerika Latin termasuk Chili, Peru dan Panama mewakili Kosta Rika, El Salvador, Honduras, Nikaragua dan Panama Kotak besar menunjukkan penyerahan proposal yang dilakukan oleh beberapa negara.
78
Proposal Non Pemerintah
Negara maju
Negara berkembang
79
ANALISA PERBANDINGAN
R
TINGKAT REFERENSI: Jangka waktu referensi yang dipilih oleh proposal Diagram berikut menunjukkan pilihan jangka waktu referensi yang digunakan oleh proposal.
T
Historis
Proposal- proposal tersebut mengunakan tingkat referensi historis, historis yang disesuaikan, atau proyeksi. Proposal yang diajukan oleh CATIE dan Indonesia menggunakan dua jangka waktu referensi dan ditunjukkan dua kali di diagram ini.
CATIE*
D
P
BRAZIL
CSERGE
INDIA
GREENPEACE
INDONESIA
IIASA JRC TNC WHRC
Historis yang disesuaikan
EDF JOANNEUM
KANADA
AOSIS
MALAYSIA MEKSIKO
EU JEPANG NORWEGIA
CfRN
PANAMA
KOLUMBIA COMIFAC
Proyeksi
AUSTRALIA
INDONESIA
CCAP
NEW SELANDIA ZEALAND B.
TUVALU
HSI
USA
CATIE* TCG
Tidak menyebutkan jangka waktu referensi
IDDRI
* Didukung oleh negara-negara Amerika Latin termasuk Chili, Peru dan Panama mewakili Kosta Rika, El Salvador, Honduras, Nikaragua dan Panama Kotak besar menunjukkan penyerahan proposal yang dilakukan oleh beberapa negara.
80
Proposal Non Pemerintah
Negara maju
Negara berkembang
81
ANALISA PERBANDINGAN
R
TINGKAT REFERENSI: Evolusi pemikiran dari tahun 2005 hingga 2008 Diagram berikut menunjukkan evolusi metodologi tingkat referensi yang disebutkan dalam proposal non pemerintah. Beberapa tahapan penting dalam pengembangan ide-ide telah diterangi.
T
Proposal-proposal yang menggunakan dua skala misalnya tingkat referensi nasional dan sub nasional, diletakkan di garis yang membagi dua kelompok.
*CATIE
1. Ide asli “kompensasi pengurangan” berasal dari acuan dasar historis nasional. Merupakan metodologi yang masih valid dan mendukung dan berfungsi sebagai langkah awal untuk mencapai tujuan yang mendorong perdebatan.
Tanda panah berwarna menunjukkan evolusi garis pemikiran yang berbeda.
Fokus dari proposalproposal ini lebih menekankan kepada pembiayaan daripada tingkat referensi. Hal ini juga sama dengan proposal IIASA
EDF
CISDL
TCG CCAP
JRC
2005
WHRC
5. Acuan dasar global digunakan pertama kalinya untuk mengatasi kebocoran karbon internasional dan kekhawatiran terhadap distribusi dan pemerataan.
2006
2007
Proposal Non Pemerintah
IIASA
CSERGE
CSERGE
2. Pengenalan acuan dasar global untuk menawarkan insentif bagi negara-negara yang secara historis memiliki laju deforestasi hutan yang rendah.
CERDI
GREENPEACE
3. Pengenalan kawasan lindung sebagai pra syarat untuk berpartisipasi dan penggunaan acuan dasar proyeksi.
Global
82
P
4. Pengenalan acuan dasar nasional dan sub nasional untuk mempromosikan aksi permulaan pada aktifitas atas dasar proyek.
Sub-nasional
Nasional
D
Negara maju
6. Perpindahan dari tingkat referensi global kembali ke tingkat referensi nasional diakibatkan oleh adanya permasalahan tentang kelayakan partisipasi luas dalam skema global. Penilaian saat ini dilakukan terhadap kombinasi antara tingkat nasional dengan tingkat global.
2008
Negara berkembang
Proyeksi
Tahun penyerahan proposal
Historis yang disesuaikan
Historis
83
ANALISA PERBANDINGAN
TINGKAT REFERENSI: Kesimpulan
R T
D
P
terutama terkait dengan metodologi karena keduanya sama-sama bertujuan untuk mengantisipasi kemungkinan perubahan-perubahan pada pola deforestasi.
Skala Ada kesepakatan yang kuat bahwa tingkat referensi harus pada skala nasional. Dan hanya sedikit proposal yang menggunakan tingkat referensi sub nasional ataupun global.
Joanneum mengusulkan batasan tinggi dan batasan rendah untuk tingkat referensi sesuai dengan diskon ataupun penyimpanan nilai kredit REDD untuk mengatasi adanya perbedaan faktor (variability) tahunan dan aktifitas cara biasa (business as usual).
Tingkat referensi sub nasional digunakan untuk beberapa alasan:
IDDRI dalam hal ini memiliki kasus yang unik; tidak menggunakan baik acuan dasar historis maupun acuan dasar proyeksi, sebaliknya IDDRI mengusulkan untuk melakukan upaya yang diperlukan dengan menganalisa penyebab deforestasi hutan pada masa sekarang dengan keadaan sosial ekonomi nasional yang ada.
• untuk memberikan peluang kepada negara-negara berkembang yang tidak memiliki kapasitas untuk dapat menciptakan mekanisme penghitungan karbon nasional agar dapat berpartisipasi pada tingkat tertentu dalam REDD; • untuk menyediakan insentif terhadap aktifitas tingkat nasional dan tingkat proyek seperti yang diusulkan dalam “pendekatan simpanan (nested approach)” ; • sebagai mekanisme transisi dimana sebuah negara dapat memulai pada tingkat sub nasional dan kemudian bergerak ke tingkat referensi nasional jangka panjang.
Tingkat referensi global telah diajukan untuk mengatasi permasalahan kebocoran karbon di tingkat internasional dan memungkinkan penyaluran manfaat kepada negara-negara dengan historis deforestasi hutan yang rendah.
CATIE memiliki proposal yang menarik karena proposal tersebut lebih yakin menggunakan acuan dasar proyeksi untuk aktifitas sub nasional (sesuai dengan metodologi CDM A/R saat ini), tetapi menggunakan acuan dasar historis untuk aktifitas tingkat nasional (sejalan dengan mayoritas proposal). Indonesia juga menggunakan acuan dasar ganda; namun acuan dasar ini tidak terkait dengan skala dimana aktifitas tertentu diukur dan kedua acuan dasar tersebut dilaksanakan untuk tingkat nasional. Tingkat referensi historis nasional diusulkan untuk emisi yang tidak direncanakan dan tingkat referensi proyeksi nasional untuk aktifitas yang direncanakan.
Jangka waktu referensi Mayoritas proposal dari lembaga non pemerintah dan beberapa proposal pemerintah (Brazil, India, Indonesia) menggunakan tingkat referensi berdasarkan emisi historis. Tingkat referensi historis dipilih dengan alasan sebagai berikut:
• Untuk memaksimalkan integritas lingkungan untuk pengurangan emisi; • Untuk melakukan pengurangan emisi “aktual” yang terkait dengan emisi masa lalu dari deforestasi; • Sebagai metodologi paling sederhana untuk menghitung pengurangan emisi.
Ada kesepakatan yang kuat di proposal pemerintah untuk menggunakan baik tingkat referensi historis dengan faktor penyesuaian pembangunan (DAF) (AOSIS, Kanada, CfRN, Kolumbia, COMIFAC, EU, Jepang, Malaysia, Meksiko, Norwegia, Panama) maupun tingkat referensi proyeksi (Australia, Indonesia). Perbedaan antara tingkat referensi historis yang disesuaikan dengan tingkat referensi proyeksi
84
85
ANALISA PERBANDINGAN
R
DISTRIBUSI: Proposal dengan mekanisme distribusi yang jelas Diagram di sebelah menunjukkan proposal-proposal yang secara jelas memiliki mekanisme distribusi untuk menciptakan insentif positif bagi upaya pelestarian cadangan karbon yang ada. Ada implikasi distribusi yang mendasar di dalam REDD bagi negara-negara dengan hutan yang luas dan laju deforestasi yang rendah (HFLD) (lihat Box 1). Beberapa proposal mangajukan mekanisme distribusi sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan pemerataan dan kebocoran karbon untuk negara-negara HFLD.
T
Mekanisme re-distribusi
P
CSERGE TNC WHRC JRC
Mekanisme tambahan
COMIFAC
HSI AOSIS
CfRN KOLUMBIA COMIFAC
Proposal dapat menetapkan re-distribusi penghasilan yang ada atau mekanisme pendanaan tambahan (selalu disebut sebagai dana stabilisasi). Proposal yang diajukan COMIFAC dan JRC menggunakan pendanaan redistribusi dan pendanaan tambahan dan oleh karena itu ditempatkan di garis antara dua mekanisme distribusi.
D
INDIA MEKSIKO
Tidak menyebutkan mekanisme distribusi
CATIE
AUSTRALIA
CINA
CCAP
BRAZIL
INDONESIA
EDF
KANADA
MALAYSIA
GREENPEACE IDDRI
EU
IIASA
JEPANG
JOANNEUM
SELANDIA B.
TCG
NORWEGIA
TUVALU
USA
* Didukung oleh negara-negara Amerika Latin termasuk Chili, Peru dan Panama mewakili Kosta Rika, El Salvador, Honduras, Nikaragua dan Panama Kotak besar menunjukkan penyerahan proposal yang dilakukan oleh beberapa negara.
86
Proposal Non Pemerintah
Negara maju
Negara berkembang
87
ANALISA PERBANDINGAN
DISTRIBUSI: Kesimpulan
R T
D
P
Pada umumnya, implikasi distribusi secara implisit disebutkan di dalam metodologi tingkat referensi: kebanyakan negara tidak menyarankan untuk mendistribusikan lagi keuntungan (dan Selandia Baru terang-terangan tidak setuju dengan hal ini). Hasil dari ini yaitu kebanyakan proposal akan menghargai pihak dengan historis emisi yang tinggi dan tidak memasukkan pihak pembuat emisi yang rendah. Beberapa proposal (termasuk CfRN) membuat referensi terhadap kemungkinan mengalokasikan tingkat referensi nasional (yang memasukkan faktor penyesuain pembangunan) kepada negara-negara dengan emisi rendah, yang kemudian berpengaruh untuk mendistribusikan kembali dana ini kepada negara-negara ini. Kelihatannya para pihak terbuka dengan opsi ini. Lima proposal (COMIFAC, CSERGE, TNC, JRC dan WHRC) secara jelas menyebutkan mekanisme distribusi untuk mendistribusikan kembali dana dari pendapatan yang dihasilkan dari pengurangan emisi kepada negara-negara HFLD (yang tidak akan mendapatkan keuntungan dari REDD). Mekanisme distribusi mengikuti dua metodologi dasar yaitu:
• Acuan dasar historis global digunakan untuk mengalokasikan proporsi keuntungan kepada negara-negara selain yang menghasilkan pengurangan emisi (CSERGE, JRC) ; • Sebagian pendapatan yang tetap dipotong pajak dari negara-negara yang menghasilkan pengurangan emisi dan mendistribusikan lagi kepada negaranagara dengan cadangan karbon (COMIFAC, TNC, WHRC) ;
TNC mengusulkan bahwa pendapatan yang dipotong pajak dengan menggunakan mekanisme stabilisasi dapat disimpan sebagai buffer untuk mengatasi permasalahan ke-permanen-an karbon.
© James Aldred
Beberapa proposal (AOSIS, CFRN, Kolumbia, COMIFAC, HSI, India, Meksiko, Panama) mendukung adanya dana stabilisasi yang akan menggunakan aliran pendapatan yang terpisah dari pembiayaan pengurangan emisi untuk mendukung aktifitas konservasi.
Kedua COMIFAC dan TNC mengusulkan bahwa re-distribusi pendapatan dari pengurangan emisi untuk menghargai cadangan karbon dapat didukung oleh dana stabilisasi.
88
89
ANALISA PERBANDINGAN
R
PEMBIAYAAN: Pilihan mekanisme pembiayaan proposal Diagram di sebelah menunjukkan apakah proposal memilih menggunakan mekanisme berdasarkan pasar, pendanaan, atau hubungan pasar untuk membiayai keseluruhan skala implementasi aktifitas REDD. Proposal yang mendukung pendekatan bertahap juga ditunjukkan di sini (lihat halaman 96).
T
Pendanaan
IDDRI
D
P
AOSIS
JRC
BRAZIL KOLUMBIA
Hubungan pasar
3 2
1
CATIE
TUVALU
EU
CCAP GREENPEACE IIASA
Pasar
EDF
3 1
2
AUSTRALIA
HSI 3 2
1
CFRN 3 1
2
INDIA
TNC 3 1
2
INDONESIA COMIFAC
3 1
2
MEKSIKO
Tidak menyebutkan mekanisme pembiayaan
CSERGE 3 1
2
JOANNEUM TCG WHRC
3 2
1
3 1
2
KANADA
CINA
SELANDIA B.
MALAYSIA
NORWEGIA JEPANG
PANAMA
USA
* Didukung oleh negara-negara Amerika Latin termasuk Chili, Peru dan Panama mewakili Kosta Rika, El Salvador, Honduras, Nikaragua dan Panama Kotak besar menunjukkan penyerahan proposal yang dilakukan oleh beberapa negara.
90
Proposal Non Pemerintah
Negara maju
Negara berkembang
3 1
2
Bertahap
91
ANALISA PERBANDINGAN
PEMBIAYAAN: Kesimpulan
R T
D
P
• Pendanaan dianggap lebih sesuai untuk peningkatan kapasitas dan pelaksanaan aktifitas. • Pendekatan hubungan pasar dapat diterapkan untuk meningkatkan implementasi aktifitas. • Pendekatan pasar ataupun hubungan pasar selalu diakui sebagai penyedia pendanaan yang lebih konsisten dan berpotensi mendapatkan pendanaan yang lebih besar untuk pembiayaan pengurangan emisi jangka panjang.
Banyak proposal yang tidak menetapkan mekanisme pendanaan menyatakan bahwa kedua mekanisme pendanaan dan pasar dapat digunakan untuk membiayai pengurangan emisi. Joanneum, Selandia Baru, Norwegia dan Panama mendukung pendekatan bertahap ini tetapi tidak memiliki mekanisme yang disukai untuk tahap final dari pengurangan emisi.
© Global Canopy Programme / Andrew Mitchell
Semakin banyak yang sepakat bahwa pendekatan bertahap diperlukan dengan menitikberatkan pada penggabungan sumber pembiayaan yang berbeda untuk aspek REDD yang berbeda-beda dengan skala waktu yang sesuai (Ide ini dibahas lebih lanjut pada halaman 96).
Pendekatan hubungan pasar dapat menggunakan pendapatan yang dihasilkan dari pelelangan harga atau dari perdagangan emisi di pasar ganda:
• Di dalam proses lelang, pengurangan emisi dari REDD merupakan tambahan komitmen negara-negara maju. Persentasi harga dan skala lelang (nasional, multinasional, internasional) dapat disepakati oleh COP. • Pasar ganda dapat menggunakan pengurangan emisi dari REDD untuk memenuhi komitmen negara-negara maju (CCAP) atau dapat memerlukan pengurangan emisi sebagai tambahan terhadap target yang ada (Greenpeace). Kedua pendekatan ini akan memerlukan adanya pengurangan emisi dari REDD yang tidak dapat digantikan dengan pengurangan emisi lainnya.
Pengurangan emisi yang dihasilkan dari dana sukarela tidak dapat digunakan untuk memenuhi komitmen negara Annex 1.
92
93
APA YANG TERBARU?
94
95
PEKERJAAN LAIN APA YANG SEDANG DILAKUKAN? REDD: SEBUAH OPSI LAPORAN PENILAIAN
Meridian Institute untuk Pemerintah Norwegia Dokumen Roadmap Bali akan menjadi kesepakatan Kopenhagen yang berkomitmen pada stabilisasi iklim dengan maksimal peningkatan suhu udara 2°C, yang konsisten dengan konsentrasi atmosferik CO 2 di bawah 450 bagian per juta (ppm). Mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD) akan mengatasi sumber emisi gas rumah kaca (GRK) yang lebih besar dari sektor transportasi global keseluruhan. Tanpa REDD, tujuan stabilisasi iklim 2°C tidak akan tercapai. Laporan ini menilai beberapa pertimbangan penting untuk mekanisme REDD di masa yang akan datang dalam ruang lingkup UNFCCC, dan berusaha untuk menjelaskan dan menginformasikan beberapa pilihan yang penting yang perlu diambil termasuk REDD di dalam kesepakatan Kopenhagen. Pada tingkat internasional, hasil yang baik untuk REDD akan menciptakan kondisi untuk implementasi yang efektif di negara-negara REDD seperti :
• Insentif pembiayaan;
• Prosedur untuk menetapkan tingkat referensi;
• Metodologi untuk monitoring, pelaporan, dan verifikasi; dan
• Proses untuk mempromosikan partisipasi orang pribumi dan masyarakat lokal
Menentukan arah mitigasi REDD memerlukan pendekatan yang fleksibel dan bertahap untuk pelaksanaannya agar dapat mengakomodir (1) kemampuan negaranegara REDD yang beragam; (ii) ruang lingkup REDD yang meluas mencakup konservasi, pengelolaan hutan yang berkelanjutan, dan peningkatan cadangan karbon hutan; dan (iii) hambatan krisis keuangan global dalam waktu dekat. TAHAP I Penguatan strategi REDD nasional mencakup dialog nasional, penguatan kelembagaan, dan pelaksanaan aktifitas. Aktifitas ini harus terus didukung oleh kontribusi suka rela yang sudah ada seperti yang disediakan melalui World Bank’s Forest Carbon Partnership Facility (FCPF), UN REDD, dan jalur bilateral lainnya. Pemenuhan persyaratan untuk mendapatkan akses pendanaan harus berdasarkan
96
pada komitmen nasional untuk penguatan strategi REDD. TAHAP 2 Implementasi kebijakan dan langkah-langkah (PAMs) diusulkan di strategi REDD nasional. Aktifitas ini harus didukung oleh pendanaan yang dapat diprediksi dari fasilitas global yang didukung oleh instrument pembiayaan tingkat internasional dengan komitmen yang terus didorong seperti penghasilan lelang harga unit jumlah yang ditetapkan (AAU). Pemenuhan persyaratan untuk mendapatkan akses pendanaan harus berdasarkan pada komitmen nasional untuk pelaksanaan strategi REDD, dengan akses yang terus ada berdasarkan pada kinerja termasuk indikator proksi pengurangan emisi dan atau penghilangan peningkatan karbon (misalnya pengurangan deforestasi). Setelah instrument keuangan untuk tahap 2 sudah terbentuk, maka aktiftas Tahap 1 dapat diintegrasikan dengan instrument Tahap 2. TAHAP 3 Pembayaran untuk kinerja berdasarkan emisi hutan dan penghilangan karbon yang dihitung terhadap referensi yang disepakati. Ini dapat dibiayai pada skala yang besar melalui penjualan unit REDD di pasar penyedia karbon atau mekanisme non pasar, dengan pemenuhan persyaratan yang bergantung pada hasil monitoring terhadap tingkat ketersediaan, pelaporan, dan verifikasi (MRV) serta penghitungan emisi dan penghilangan karbon. Tidak ada unit REDD di Tahap 3 yang harus dihasilkan untuk pengurangan emisi atau peningkatan penghilangan karbon yang dicapai selama Tahap 2, tetapi Tahap 3 harus memberikan nilai kredit terhadap hasil-hasil dari pelaksanaan kebijakan dan langkah-langkah yang telah dilakukan pada Tahap 2. Waktu penyelesaian dari satu tahap ke tahap berikutnya akan bervariasi, dan negaranegara REDD akan melewati tahap tertentu apabila negara-negara tersebut telah memenuhi kriteria persyaratan untuk tahap berikutnya. Di dalam konteks negara, tumpang tindih di antara tahap-tahap ini mungkin diperlukan dan bahkan juga diinginkan. MRV harus terus melaju seiring dengan penyelesaian tahapan, dan harus sejalan dengan kerangka kerja yang dapat mencakup sektor pertanian, kehutanan dan pemanfaatn lahan lainnya (AFOLU) sesuai dengan panduan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) untuk inventarisasi GRK. Meskipun partisipasi mekanisme REDD bersifat suka rela, pertanggungjawaban untuk negara-negara peserta akan meningkat dari satu tahap ke tahap berikutnya, dengan komitmen sektor nasional yang akan di capai pada Tahap 3. Website: www.redd-oar.org
97
EMERGENCY PACKAGE FOR TROPICAL FORESTS The Prince’s Rainforests Project (PRP) The Prince’s Rainforests Project (PRP) telah mengembangkan sebuah proposal untuk paket pembiayaan darurat bagi hutan tropis. Tujuannya adalah untuk mengurangi laju deforestasi hutan tropis yang signifikan dalam jangka pendek dengan melakukan pembayaran tahunan kepada negara-negara hutan tropis untuk membantu memulai jalur pembangunan alternatif yang rendah karbon. Ini akan didanai oleh kemitraan swasta-publik yang inovatif di negara-negara berkembang, yang dapat menerbitkan Surat Obligasi Hutan Tropis (Rainforest Bonds). PRP mengusulkan bahwa kerangka kelembagaan akan ditetapkan untuk melakukan beberapa fungsi baru yang penting: menegosiasikan kesepakatan beberapa tahun dengan negara-negara hutan tropis berdasarkan biaya peralihan yang dilakukan untuk melakukan jalur pembangunan dengan laju deforestasi yang rendah; mencari pendanaan yang diperlukan dari sektor swasta dan publik; memverifikasi kinerja satu negara terhadap target deforestasi dan standar transparansi/tata kelola; mentransfer uang ke negara-negara hutan tropis berdasarkan kesepakatan dan hasil yang dicapai; membantu mengkordinasikan dan/atau membiayai bantuan untuk negara-negara hutan tropis untuk tujuan perencanaan pembangunan, sistem monitoring, penanganan permasalahan teknis kehutanan, dll. Secara keseluruhan, kerangka kerja ini disebut dengan Tropical Forest Facility. Proposal paket darurat dari PRP ini menetapkan beberapa prinsip yang akan mengatur rancangan kerangka kerja tetapi tidak memberikan usulan solusi yang spesifik. Di dalam proposal PRP, negara-negara maju akan bebas untuk memutuskan bagaimana membiayai obligasi mereka. Beberapa negara dapat menggunakan pajak umum, negara lain mungkin dapat menghasilkan pendapatan melalui lelang nilai emisi CO2, yang lainnya dapat memilih untuk melakukan pemotongan pajak khusus kepada industri penerbangan, asuransi, ataupun sektor lainnya. PRP juga mengembangkan sebuah proposal bagi pemerintah untuk menghasilkan sebagian pendanaan yang substansial melalui penerbitan Surat Obligasi di pasar modal swasta. Seperti yang dilakukan the International Financing Facility for Immunisation (IFFIm), Surat Obligasi ini akan ditanggung oleh pemerintah negara-negara maju yang ikut serta dan dibiayai sepenuhnya melalui pendapatan dari mekanisme pembiayaan publik. Langkah sementara Proposal ini merupakan pelengkap tambahan terhadap mekanisme karbon hutan yang saat ini sedang dinegosiasikan di dalam the United Nations Framework
98
Convention on Climate Change (UNFCCC). Proposal ini dirancang untuk mengisi kekosongan pendanaan yang akan meningkat sebelum mekanisme UNFCCC diimplementasikan dan untuk memfasilitasi dan mempercepat transisi menuju rencana ini di masa yang akan datang. Gambar 8. Kebutuhan pendanaan akan meningkat karena lebih banyak negara-negara hutan tropis ikut serta dalam Paket Darurat dan akan menurun pada saat pembayaran mulai mengalir dari REDD atau dari mekansime UNFCC lainnya..
US$
Emergency Funding Payments Payments from REDD or other mechanism Current Level of Funding Years
Sebuat pendorong untuk aksi Proposal PRP tidak memiliki semua jawaban yang diperlukan. Dalam beberapa kasus, proposal ini menetapkan opsi alternatif untuk implementasi, yang memang diperlukan. Oleh karena itu, implementasi paket darurat akan bergantung pada sikap penerimaan pemerintah dan masyarakat di negara-negara hutan tropis dan juga pemerintah negara-negara maju, yang diikuti oleh keterlibatan aktif dari pasar modal swasta. Setelah adanya kesepakatan yang didorong oleh PRP pada saat pertemuan G20 di London pada tahun 2009, sebuah Kelompok Kerja Internasional telah dibentuk yang diikuti oleh 33 negara dari beberapa negara hutan tropis dan negara-negara maju untuk lebih lanjut mengkaji proposal pendanaan sementara bagi negara-negara hutan tropis. Pendanaan sementara dari Kelompok Kerja akan dipresentasikan pada konferensi G8 pada bulan Juli, dengan rekomendasi final yang akan dipresentasikan pada Majelis Umum PBB pada bulan September 2009 dan Pertemuan Tahunan Bank Dunia pada bulan Oktober 2009. Hubungi: Paul McMahon:
[email protected] Website: www.rainforestsos.org/ www.rainforestsos.org/pages/emergency-package/
99
OPEN SOURCE IMPACTS OF REDD INCENTIVE SPREADSHEET (OSIRIS)
Gambar 9. Rancangan REDD yang memberikan insentif kepada negara-negara dengan laju historis deforestasi yang rendah dapat mencegah kebocoran karbon bagi negara-negara tersebut, sehingga menghasilkan mekanisme REDD yang lebih efektif secara keseluruhan. Dari Busch dkk (in review).
Pengguna OSIRIS dapat menyesuaikan parameter input termasuk: Harga karbon ($/ ton CO2e); biaya pengelolaan dan biaya transaksi ($/Ha or $/ton CO2e); fraksi karbon tanah hutan yang memenuhi syarat untuk REDD; sejumlah negara siap untuk berpartisipasi di REDD; elastisitas permintaan global untuk output batas lahan pertanian. Pertanyaan-pertanyaan rancangan REDD yang dapat dijawab dengan menggunakan OSIRIS termasuk: Bagaimana rancangan tingkat referensi REDD yang berbeda berkontribusi untuk pengurangan emisi, dan penghitungan untuk resiko deforestasi (“kebocoran”)?; seberapa besar dan distribusi aliran keuangan apa yang diperlukan bagi negara-negara dengan rancangan tingkat referensi REDD yang berbeda-beda?; bagaimana tingkat referensi bisa ditetapkan untuk negara-negara dengan luas hutan dan laju historis deforestasi yang berbeda-beda untuk dapat mempromosikan efektifitas, efisiensi, dan pemerataan?; implikasi apa jika tidak semua negara siap untuk berpartisipasi di dalam mekanisme REDD secepatnya?; bagaimana implikasi rancangan berbeda untuk pendanaan REDD dengan ukuran yang tetap daripada dengan pasar REDD dengan harga kredit yang tetap? Temuan utama dan implikasi penelitian kebijakan menggunakan OSIRIS termasuk: REDD dapat menjadi sumber pengurangan emisi yang efektif dan efisien; jika hanya negara-negara hutan yang berpartisipasi pada mekanisme REDD internasional, ada resiko bahwa aktifitas deforestasi akan berpindah pada negara-negara yang tidak berpartisipasi; memperluas insentif REDD untuk negara-negara dengan laju historis deforestasi yang rendah melalui tingkat referensi yang lebih tinggi dari historis dapat mencegah kebocoran pada negara-negara ini, sehingga mekanisme REDD akan lebih efektif secara keseluruhan; efektifitas REDD secara keseluruhan akan bergantung pada besarnya kebutuhan pertanian yang dapat dipenuhi di luar batas hutan tropis.
100
10
$10
9
$9
8
$8
7
$7
6
$6
5
$5
4
$4
3
$3
2
$2
1
$1
0
$0 Total
Negara-negara dengan laju historis deforastasi yang tinggi
Biaya per pengurangan emisi ($/tCO2e)
OSIRIS merupakan alat pemodelan ekonomi untuk mendukung negosiasi UNFCCC terhadap tingkat referensi REDD. Untuk jumlah rancangan tingkat referensi REDD yang lebih banyak, OSIRIS menyediakan satu cara cepat estimasi untuk setiap negara, regional, dan global seperti: Pengurangan emisi terkait dengan cara biasa (ton CO2e/tahun); deforestasi yang dihindari (Ha/tahun); distribusi pendapatan dari REDD ($/tahun); pengurangan emisi dengan biaya yang efisien ($/ton CO2e).
Emisi dari deforestasi (milyar tCO2e/tahun)
Conservation International (CI), Centre for Social and Economic Research on the Global Environment, University of East Anglia (CSERGE), The Woods Hole Research Center (WHRC), Environmental Defense Fund (EDF) dan Terrestrial Carbon Group (TCG)
Negara-negara dengan laju historis deforastasi yang rendah
Tanpa REDD Dengan REDD (tanpa insentif untuk negara-negara dengan laju historis deforestasi yang rendah): Historis Nasional Dengan REDD (dengan insentif untuk negara-negara dengan laju historis deforestasi yang rendah): Lebih tinggi dari historis deforestasi yang rendah Tingkat global dan nasional yang diutamakan Aliran pajak dan pembayaran cadangan Fraksi kualitas cadangan yang sama Permodalan dan Perdagangan untuk REDD
Hubingi: Jonah Bush (CI):
[email protected] Ralph Ashton (TCG):
[email protected] Website: www.conservation.org/osiris
101
PEMBIAYAAN PELENGKAP Union of Concerned Scientists Dengan banyaknya opsi pembiayaan yang berkembang, pendekatan “Pembiayaan Pelengkap” (diataranya dibahas oleh CfRN dan WRI) menekankan pada penggabungan sumber pembiayaan yang berbeda untuk aspek-aspek REDD yang berbeda dengan menggunakan skala waktu yang sesuai. Pendekatan pembiayaan pelengkap menggunakan tiga sumber daya pendanaan yang penting untuk REDD yaitu: pendanaan pasar karbon langsung, pendanaan hubungan pasar, dan pendanaan sukarela. Gambar 10. Evolusi Kebutuhan Pendanaan yang diharapkan
SUKA RELA
PASAR
PASAR KARBON LANGSUNG
|
2010
|
2020
|
2030
Di dalam pendanaan pasar karbon langsung, negara-negara industri membeli kredit REDD untuk digunakan sebagai pembayaran emisi di dalam sistem perdagangan dan permodalan nasional mereka, yang kemudian berpotensi membeli hak untuk mengeluarkan emisi di dalam negeri yang lebih tinggi dari nilai permodalan mereka, dengan mengganti rugi emisi mereka di luar negeri. Pendekatan hubungan pasar menghasilkan pendanaan dengan menggunakan pendapatan lelang atau mengalokasikan pembayaran untuk REDD, atau dengan membuat sistem dimana
102
kredit REDD tidak dapat digantikan dengan pembayaran dari negara industri. Di dalam opsi hubungan pasar, pendanaan meningkat karena pasar perdagangan dan permodalan dan harga karbon meningkat, akan tetapi, lebih penting lagi, kredit REDD tidak diganti rugi. Akhirnya, pendanaan suka rela yang disediakan oleh negara ataupun seseorang tidak berhubungan dengan pasar perdagangan dan permodalan dalam negara seperti bantuan ODA atau Norwegia misalnya berkomitmen untuk menyediakan $ 2,6 milyar yang dimumkan di Bali. Pendekatan pembiayaan pelengkap bertujuan untuk menghubungkan tiga metode pembiayaan ini dengan kerangka waktu yang dapat berguna bagi pencapaian tujuan REDD secara keseluruhan (Lihat gambar 10) dan menekankan bahwa semua tiga pendekatan tersebut diperlukan, dan harus melengkapi untuk memaksimalkan keberhasilannya. Dalam jangka pendek, fleksibilitas pendekatan sukarela merupakan cara yang tercepat untuk membangun kapasitas. Mendekati tahun 2020, lebih banyak pendanaan yang diperlukan untuk memperkuat REDD, akan tetapi resiko kebocoran karbon, ketiadaan penambahan karbon (non additionality), dan kesalahan dalam monitoring menghambat berapa banyak yang akan didapat langsung dari pasar karbon. Selama masa ini, opsi hubungan pasar harus berperan besar agar dapat membantu menghindari resiko dari kebocoran dan ketiadaan penambahan karbon. Akhirnya, pada era tahun 2020an, dan seterusnya, dengan asumsi kapasitas sudah dibangun, dan pengalaman yang lebih banyak, dan partsipasi yang meluas dari berbagai pihak, pasar karbon langsung akan mampu menyediakan pendanaan yang besar dan berkelanjutan yang diperlukan oleh REDD. Perdebatan tentang pembiayaan REDD harus membicarakan tentang metode mana yang memenuhi tujuan jangka waktu yang berbeda-beda dalam meningkatkan pengelolaan REDD yang lebih kredibel dan berlangsung terus menerus. Setiap metode berperan penting untuk menyediakan jumlah pendanaan yang lebih kecil maupun yang lebih besar sejalan dengan proses REDD yang terus berkembang. Pendekatan pembiayaan pelengkap berupaya untuk memaksimalkan keuntungan dari setiap opsi pembiayaan dengan menerapkannya dengan jangka waktu yang berbeda dengan cara yang lain. Hubungi: Diana Movius:
[email protected] Website: http://www.ucsusa.org/global_warming/solutions/forest_solutions/REDD.html
103
PENELITIAN TENTANG REDD DAN PERAN HUTAN UNTUK MITIGASI PERUBAHAN IKLIM CIFOR CIFOR melaksanakan REDD dengan menitikberatkan pada beragam isu terkait dengan metodologi teknis hingga pemerintahan tingkat nasional dan kebijakan internasional terkait dengan negosiasi iklim. Pekerjaan saat ini sedang berlangsung. Menganalisa opsi mendatang untuk hutan pada rezim kewenangan iklim pasca 2012 Tujuan: Untuk menginformasikan perdebatan tentang kebijakan saat ini supaya rezim kewenangan iklim internasional pasca 2012 dan skema REDD dapat dibangun dengan cara yang sesuai sehingga menghasilkan pengurangan emisi riil dari deforestasi dan degradasi hutan, dengan menggunakan metode yang efektif, efisien, dan adil. Analisa ini akan memberikan kajian kritis tentang potensi hambatan di dalam melaksanakan kebijakan REDD berdasarkan analisa pengaruh ekonomi politik global di dalam dan di luar sektor kehutanan, dan menyebarkan hasil penelitian ini melalui media seminar, debat di televisi, dan roadshow di parlemen. Analisa perbandingan aktifitas pelaksanaan REDD Tujuan: Untuk memberikan informasi, analisa dan alat yang diperlukan oleh pembuat kebijakan REDD dan para praktisi untuk memastikan pengurangan emisi dilakukan dengan efektif dan biaya yang efisien dan dengan dampak dan manfaat bersama secara adil. Alat bantu akan dibuat sesuai dengan kebutuhan pembuatan kebijakan dan rancangan strategi, termasuk toolkit, panduan dan manual; mencakup pembahasan tentang kondisi tinkat referensi pada 20—30 lokasi pelaksanaan REDD dan termasuk lokasi kontrol yang akan disediakan; dan manual untuk uji coba proyek REDD akan dibuat, untuk memfasilitasi penerapan pendekatan dengan kondisi yang baru. Perubahan Hutan dan Iklim Tujuan: Untuk menentukan bagaimana perubahan iklim dapat mempengaruhi program USAID saat ini dan masa yang akan datang di sektor kehutanan dan untuk membangun pemahaman dan keahlian teknis staf dan mitra lokal USAID. Penelitian ini akan merancang dan memfasilitasi pelaksanaan workshop pelatihan mengenai topik yang terkait dengan analisa diatas, sebagai upaya untuk membangun pemahaman dan keahlian teknis staf dan mitra lokal USAID. Kampanye pengukuran emisi gas rumah kaca lahan gambut dan lahan basah Tujuan: Untuk menentukan cara terbaik dalam menaksir cadangan karbon di biomas
104
tropis dengan mengurangi ketidakpastian pada faktor emisi. Diharapkan penelitian ini akan melengkapi database dan model untuk menaksir cadangan karbon tanah atas dan bawah di ekosistem lahan gambut dan bakau. WASPADA REDD Tujuan: untuk memperlambat laju deforestasi di daerah tropis dengan membuat dan mengevaluasi mekanisme pasar dan non pasar sertas kelembagaan yang diperlukan untuk merubah perilaku para pemangku kepentingan (stakeholder). Diharapkan penelitian ini akan memberikan dukungan kepada pembuat kebijakan internasional dengan menyediakan informasi tentang asumsi yang relevan dan faktor-faktor eksternal yang membentuk lembaga-lenbaga ini. Penelitian untuk mendukung rancangan dan implementasi efektifitas REDD Tujuan: Untuk mempromosikan rancangan rezim iklim internasional pasca 2012 dan skema REDD nasional, yang efisien, adil, dan memberikan manfaat kepada masyarakat yang terkena dampak di negara-negara berkembang. Diharapkan penelitian ini akan menghasilkan metode acuan dasar REDD dengan biaya yang efisien dan untuk memonitor perubahan cadangan karbon hutan, sembari membangun strategi internasional yang memperhatikan hambatan-hambatan yang dapat mengganggu skema REDD. Memperkuat implementasi REDD Tujuan: Proyek ini memilki dua tujuan. Dalam jangka pendek, bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang perubahan iklim pada semua tatanan masyarakat di Indonesia. Dalam jangka panjang, bertujuan untuk mendukung implementasi pelaksanaan aktifitas REDD di seluruh dunia yang berdasarkan pada penelitian dan informasi ilmiah terkait dengan efektifitas, efisiensi, dan pemerataan. Diharapkan penelitian ini akan menghasilkan metode acuan dasar REDD yang efisien biaya dan untuk memonitor perubahan cadangan karbon hutan, sembari membentuk kebijakan nasional dan strategi internasional yang dapat menjalankan skema REDD yang efisien biaya dan dapat melindungi pihak-pihak dengan ekonomi yang masih marginal. Hubungi: Daniel Murdiyarso:
[email protected] Website: www.cifor.cgiar.org/carbofor/projects/globalredd/introduction.htm
105
FOREST LAW ENFORCEMENT GOVERNANCE AND TRADE (FLEGT) FERN Pekerjaan FERN untuk REDD menyusul setelah adanya keterlibatan dalam pembuatan dan pelaksanaan Rencana Aksi dari FLEGT Uni Eropa, yang dipaparkan pada tahun 2003. Rencana Aksi tersebut menetapkan rangkaian langkah-langkah yang bertujuan untuk menuntaskan pembalakan liar dengan meningkatkan pengelolaan kehutanan, memperkuat hak ulayat masyarakat lokal, mengembangkan skema lisensi yang memastikan bahwa kayu diproduksi secara legal dan menciptakan sistem monitoring proses implementasi yang independen. Selama lima tahun, FERN bekerja erat dengan para mitra di Kamerun, Kongo, Gabon, Ghana, Liberia dan Malaysia untuk menciptakan kerangka dasar yang legal untuk kesepakatan kemitraan EU-FLEGT dengan negara-negara tersebut. Pemerintahan dan Penegakan Hukum Ada kesepakatan yang kuat bahwa wewenang pengelolaan hutan yang efektif, hurup G di dalam FLEGT, termasuk hak ulayat masyarakat lokal, merupakan pra syarat untuk perlindungan hutan dan pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Langkah kedua adalah penegakan hukum, hurup ‘LE’ di FLEGT; tanpa adanya kepastian hukum yang adil dan merata, penegakan hukum akan selalu gagal. Pemanfaatan hutan secara ilegal, dalam banyak kasus, merupakan tidak hanya hasil dari pemerintahan yang buruk dan korup akan tetapi bagian yang tidak terpisahkan dari politik ekonomi lokal dan nasional. Pendapatan dari eksploitasi hutan secara ilegal dapat mendukung partai politik, kebijakan dan pelaksanaan politik yang ada. Oleh karena itu, penegakan hukum yang seadanya dapat meningkatkan konflik dan kemiskinan dan tidak berkontribusi untuk pengelolaan hutan yang lebih baik. Untuk keberhasilan kesepakatan FLEGT, sangat perlu untuk memulai dialog politik dengan negara-negara produser yang ditekankan pada reformasi sektor kehutanan, meningkatkan transparansi, memperkuat hak akses dan ulayat, dan mengurangi korupsi. Kesepakatan FLEGT pertama ditandatangi antara Uni Eropa dan Pemeritah Ghana di bulan September tahun ini yang merupakan contoh yang baik; karena kesepakatan ini berdasarkan proses konsultasi yang sesuai dan telah mengambil langkah awal untuk memperkuat hak masyarakat dan melestarikan keanekaragaman hayati.
memastikan bahwa masyarakat lokal menerima manfaat karena peran mereka melindungi hutan. Membangun proses konsultasi FLEGT di negara-negara dimana proses ini sudah ada, dan mereplikasi jenis proses ini di negara-negara dimana proses ini tidak ada, akan memberikan peluang inisiatif REDD yang akan berkontribusi efektif untuk konservasi hutan dan pengelolaan hutan yang lebih baik. Proyek yang sedang berlangsung saat ini yaitu:
• Menerapkan pembelajaran dari FLEGT di dalam rancangan program REDD pada tingkat nasional dan tingkat internasional, dengan beberapa mitra di beberapa negara; • Memperkuat jaringan NGO lokal dan regional agar para NGO ini dapat ikut ambil dalam negosiasi kesepakatan iklim- hutan; • Meneliti keadaan hak ulayat di negara-negara yang akan melaksanakan REDD untuk memperjelas hak kepemilikan atas tanah, hutan, dan karbon;
FERN juga membuat serial tulisan tentang REDD yang mencakup: • Tinjauan proposal REDD dan dampaknya terhadap hak-hak masyarakat lokal; • Perbandingan mekanisme pembiayaan REDD • Proses konsultasi REDD yang efektif; • Pembuatan dan implementasi rencana Bank Dunia terkait dengan REDD. Yang pertama dari serial ini sudah ada di website kami. Hubungi: Saskia Ozinga:
[email protected] Website: www.fern.org www.loggingoff.info
Pelajaran ini dapat diterapkan untuk REDD dan juga untuk FLEGT: skema REDD harus membangun proses konsultasi seperti yang dilakukan FLEGT, mendukung reformasi pemerintahan, memperkuat hak masyarakat pemilik hutan, dan
106
107
108 109
© Djuna Ivereigh/indonesiawild.com
TEEB: NILAI EKONOMI EKOSISTEM DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI Menteri Federal Jerman untuk Lingkungan dan Komisi Eropa Alam menyediakan beragam manfaat kepada masyarakat seperti makanan, fiber, air bersih, tanah yang subur, dan penyerap karbon dan masih banyak lagi. Dengan demikian, kehidupan kita sangat bergantung pada keberlanjutan jasa-jasa ekologi (ES) ini, yang merupakan barang publik yang tidak memiliki pasar dan harga, sehingga tidak dilihat sebagai arah ekonomi kami saat ini. Akibatya keanekaragaman hayati terus menurun, ekosistem kita terus dirusak dan akhirnya kita menderita dari konswekensi ini. Berasal dari inspirasi pemikiraan yang dikembangkan di Millennium Ecosystem Assessment, Nilai Ekonomi Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati (±The Economics of Ecosystem and Biodiversity/TEEB), bertujuan untuk mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang nilai ekonomi aktual dari jasa ekologi dan menawarkan alat ekonomi yang dapat melakukan penghitungan nilai ini dengan benar. Hasil dari pekerjaan ini ditujukan untuk memberikan sumbangan terhadap kebijakan yang lebih efektif untuk perlindungan keanekaragaman hayati dan untuk mencapai tujuan Konvensi Keanekaragaman Biologi. TEEB memiliki dua tahap; Tahap I menunjukkan tingginya nilai ekosistem dan keanekaragaman hayati dan ancaman terhadap kesejahteraan manusia jika aksi tidak dilakukan unntuk memperbaiki kerusakan dan kepunahan; dan Tahap II akan memperluas tahap I dan menunjukkan bagaimana menggunakan pengetahuan ini untuk merancang alat bantu dan kebijakan yang benar. TAHAP I Temuan tentang akibat dari ketidakgiatan (inaction) menyarankan bahwa dengan skenario ‘cara biasanya’ (business as usual), pada tahun 2059 kita akan dihadapi dengan konswekensi yang serius:
110
• 11% dari kawasan hutan alam yang tersisa pada tahun 2000 dapat lenyap, hal ini terutama sebagai akibat konversi untuk pertanian, perluasan prasarana, dan perubahan iklim; • hampir 40% dari lahan saat ini adalah bentuk pertanian yang rendah hasilnya dan dapat dikonversi untuk pemanfaatan pertanian yang intensif, dengan konswekensi kehilangan keanekaragaman hayati; • 60% terumbu karang dapat punah – menjelang tahun 2030 – melalui kegiatan penangkapan ikan, polusi, penyakit dan meningkatnya spesies asing serta degradasi terumbu akibat perubahan iklim.
Tujuan utama TEEB adalah menyediakan alat yang diperlukan bagi para pembuat kebijakan untuk memasukkan nilai nyata dari jasa ekologi di dalam keputusan kebijakan yang mereka buat. Tantangan utama di dalam mengembangkan dan menerapkan metodologi yang sesuai ini yaitu pilihan etis yang akan dibuat di antara generasi saat ini dan generasi di masa yang akan datang dan antara orang-orang yang berada di bagian dunia lainnya dan tingkat pembangunan yang berbeda-beda. Tanpa memperhatikan aspek-aspek ini, Tujuan Pembangunan Millennium tidak dapat dicapai. Beberapa kebijakan yang menjanjikan sedang diuji coba dan sudah dikerjakan di beberapa negara. Contohnya datang dari banyak bidang yang berbeda tetapi semuanya menyampaikan pesan yang sama yaitu untuk meningkatkan nilai ekonomi ekosistem dan keanekaragaman hayati:
• memikirkan kembali subsidi saat ini untuk mencari prioritas masa yang akan datang; • menghargai jasa ekologi yang saat ini tidak diakui dan memastikan bahwa biaya kerusakan ekosistem dihitung, dengan menciptakan pasar baru dan mempromosikan instrumen kebijakan yang sesuai; • membagi manfaat konservasi; • mengukur biaya dan manfaat jasa ekologi.
TAHAP II Pendekatan ekonomi di tahap II akan lebih khusus dan akan membangun pengetahuan tentang bagaimana ekosistem berfungsi dan bagaimana ekosistem menyalurkan jasa-jasanya. Tahap II juga akan menguji bagaimana ekosistem dan jasa-jasanya digunakan untuk pembuatan kebijakan. Dalam hal ini perlu memperhatikan isu etis dan pemerataan, dan resiko serta ketidakpastian dalam proses alam dan prilaku manusia. Persyaratan yang mendasar adalah mengembangkan sebuah nilai ekonomi yang lebih efektif dibandingkan dengan GDP untuk menilai kinerja ekonomi. Sistem penghitungan nasional perlu lebih terbuka agar dapat mengukur manfaat bagi kesejahteraan manusia yang diberikan oleh ekosistem dan keanekaragaman hayati. Dengan tidak lagi mengabaikan manfaat-manfaat ini, sistem tersebut dapat membantu pembuat kebijakan menggunakan langkah-langkah yang benar dan merancang mekanisme pembiayaan yang sesuai untuk konservasi. Website: ec.europa.eu/environment/nature/biodiversity/economics/index_en.htm
111
PEMODELAN ACUAN DASAR REDD MENGGUNAKAN KLASIFIKASI KEADAAN NEGARA
Gambar 11. Distribusi geografis negara-negara berdasarkan jenis negara
26 37 20
The Nature Conservancy, TerraCarbon Analisa yang dilakukan The Nature Conservancy dan TerraCarbon membandingkan jumlah kredit yang dihasilkan oleh tingkat referensi yang berbeda yang dijelaskan di tujuh proposal REDD (EDF, Brazil, JRC, Pendekatan Koridor, WHRC, CSERGE, dan TCG). Tujuannya adalah untuk membuat perkiraan awal terhadap nilai kredit yang diharapkan dapat dihasilkan dari proposal yang berbeda-beda, yang bergantung kepada keadaan negara, dengan menggunakan data aktual tentang emisi karbon hutan. Hal ini dapat dilakukan dengan manfaat yang sudah ada; sebuah skenario hipotesis digunakan dimana kesepakatan REDD dibuat pada tahun 2000, sehingga acuan dasar ‘cara biasanya’ yang nyata diketahui, karena FAO-FRA melaporkan emisi dari tahun 2000 hingga tahun 2005. Diasumsikan bahwa negara-negara tropis melakukannya dengan adil selama lima tahun pertama mekanisme REDD dijalankan, dengan mengurangi emisi hingga 10 % di bawah emisi dari ‘cara biasa’ yang sudah diketahui. Kredit yang dihasilkan oleh setiap proposal ditentukan oleh perbedaan antara emisi dibawah 10% skenario REDD dan emisi dengan ‘acuan dasar negosiasi” ditentukan oleh aturan yang dibuat di setiap proposal (dengan menggunakan referensi data FAO tentang karbon hutan sebelumnya dari tahun 1990 hingga 2000). The Nature Conservancy menerima masukan-masukan dari penulis proposal untuk meningkatkan pemahaman aturan-aturan yang ada dan membuat asumsi yang masuk akal tentang hasil yang dinegosiasikan dari beberapa proposal.
Nama
Keterangan
Luas Hutan
Luas Hutan Tingkat rata-rata kehilangan hutan per tahun
Lokasi
HFLD
Luas hutan yang tertinggi, Tingkat deforestasi hutan yang rendah
85 - 100%
0 - 0,1%
Amerika Latin
HFMD
Luas hutan yang tinggi, Tingkat deforestasi hutan yang medium
50 - 85%
0,04 - 0,8%
HFHD
Luas hutan yang tinggi, Tingkat deforestasi hutan yang tinggi
50 - 95%
0,8 - 1,5%
Asia Tenggara
MFMD
Luas hutan yang medium, Tingkat deforestasi hutan yang medium
35 - 50%
0,3 - 0,8%
Tersebar
LFLD
Luas hutan yang rendah, Tingkat deforestasi hutan yang rendah
1 - 35%
0 - 0,3%
Afrika
112
Tabel 2. Distribusi geografis negara-negara Amerika Lating berdasarkan jenis negara
35 1
13
C ount ry Typ e 1: HFLD 2: HFMD
42 36 29
33 14 19
3: HFH D 4: MFM D 5: LFL D
9
16
46
2
8
5 7
Ty pe 2: HFM D
1 2 3 4 5 6
7 - Bolivia 8 - Braz il 9 - Co lombia 10 - C ong o 11 - C ong o, D R C 12 - Mala ysi a 13 - Mex ico 14 - P a nam a 15 - P a pua New G uine a 16 - V en ez uela 17 - Z am bia
-
Belize Fr enc h G u i ana G abo n Gu ya na Pe ru Su rina me
41 48 40 51 27 34 24 25 39 3 10
32 11 31
55
38
47 23
Ty pe 3: HFH D 18 19 20 21 22 23
-
C ambo dia E cuador Hond uras Indon es ia S olomon I s. Z imba bw e
52
44 53
17
30
Ty pe 1: HFL D
28
43
50
54
45 56 18
49
12 21
21
15
22
46
Ty pe 4: MFM D 24 - C amer oo n 25 - E quator ial G uinea 26 - G ua t e m a la 27 - Liber ia 28 - My a nmar 29 - Nicar agua 30 - P ar a guay
Ty pe 5: LFL D 31 - A ng ola 32 - C entr a l Af ric a n R e public 33 - C os t a R ica 34 - C ot e d'I voir e 35 - C uba 36 - D om inican R e public 37 - E l Salvado r 38 - E thiopia 39 - G ha na 40 - G uine a 41 - G uinea- Bissa u 42 - Hait i
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
-
India Ken ya Laos Madag a sca r Moz ambiqu e Niger ia P hilippines S e nega l S ier ra Leon e S ri Lank a Tanz an ia T ha iland Ugan da V ietnam
Agar mengetahui bagaimana hasil bergantung pada keadaan negara, lima jenis negara REDD diidentifikasi dengan menggunakan analisa statistik multivariate terhadap tingkat historis deforestasi hutan dan persentasi sisa hutan dari 56 negara tropis (lihat Tabel 2). Negara-negara ini digambarkan secara geografis di Gambar 11. Analisa di masa yang datang akan mempertimbangkan variabel ekonomi, pemerintahan, dan demografi untuk lebih memahami keadaan negara dan pendorong deforestasi hutan untuk lima jenis negara-negara REDD. Hubungi: Bronson Griscom (TNC):
[email protected] Penulis lainnya: David Shoch (TerraCarbon) Bill Stanley (TNC) Rane Cortez (TNC) Website: www.nature.org/climatechange, www.terracarbon.com
113
TRANSITION PATHWAYS: BREAKING THROUGH BARRIERS BY STARTING WITH THE “IMMEDIATELY POSSIBLE” AND MOVING TO THE “ULTIMATELY NECESSARY” Terrestrial Carbon Group The Terrestrial Carbon Group’s work in 2009 builds on our proposal on ‘How to Include Terrestrial Carbon in Developing Nations in the Overall Climate Change Solution’, published in July 2008 and is focused on demonstrating the importance of agreeing to the appropriate scope (starting with forests and including all terrestrial carbon over time) and reference emission levels (a robust and credible view of the future). The TCG are building detailed transition pathways to break through technical, financial, and policy barriers in these contexts, starting with the “immediately possible” and moving to the “ultimately necessary” over the period2010-2050.
In addition, TCG continue to work with key partners on national-scale implementation, including supply-side readiness (the ability to undertake and track activities that generate carbon credits or attract other incentives) and demand-side readiness (ensuring there are buyers of the credits or providers of the incentives). This both draws on and informs the technical and policy work and the transition pathways. Contact: Ralph Ashton (TCG):
[email protected] Website: www.terrestrialcarbon.org
These transition pathways are underpinned by technical papers that will be released during the remainder of 2009, including:
• Reference Emission Levels: “How to” guide to setting robust and credible reference emission levels (that are compatible at the national and sub-national / project scales) including a description of necessary data, based on a review of existing methodologies.
• Scope: Assessment of the state of the science and methodological issues on all aspects of terrestrial carbon (or “AFOLU”) and a suggested multi-year program of work to fill gaps, especially on agriculture and other land use.
• MARV: Options paper on monitoring, assessment, reporting, and verification requirements, costs, and efficiencies for REDD and AFOLU scenarios.
• Institutions and Regulation: Global review of existing institutional and regulatory approaches by developing and developed countries to land use in the context of climate change, lessons learned for other countries, an options paper detailing necessary policy choices and their implications, and regulatory building blocks for national and sub-national implementation.
114
115
PHASES OF NATIONAL REDD DEVELOPMENT WWF WWF supports a strong, effective REDD framework in a post-2012 agreement under the UNFCCC. Substantial reductions in emissions from deforestation are critical in limiting global average temperature increase to well-below 2°C above pre-industrial levels. A well-designed REDD mechanism should also provide important benefits for protecting biodiversity and supporting the livelihoods of many indigenous peoples and other forest-dependent communities. Most observers recognise that reducing and ultimately halting emissions from deforestation will be most effective through national programmes that address deforestation in a comprehensive manner, by tackling key national and local drivers of deforestation and supporting institutional and technical capacity building in developing countries. WWF believes a phased approach to REDD would help developing countries build capacity and produce lasting, measurable, reportable and verifiable emissions reductions. Building on the work undertaken by other organisations and parties, such as the Options Assessment Report commissioned by the Norwegian Government and proposals from parties, including the Coalition for Rainforest Nations, WWF is working to identify criteria and thresholds for a phased approach that would create a step-wise process for development of national REDD programs. Below is a draft summary of key elements for a phased approach and thresholds that might be applied for an effective phased development of REDD. WWF would welcome feedback on the proposed elements and thresholds for a phased approach, which is part of its broader work on REDD. Thresholds For Phases of National REDD Development PHASE 1: PLANNING Assessment, planning, stakeholder consultations and institutional capacity building to develop a national REDD plan. By the end of phase 1, the following requirements will have been achieved: 1) Wellestablished process and institutional arrangement for engaging stakeholders with a credible and monitorable participation plan; 2) Identification of national government REDD authority; 3) Base-level MRV capability and plan to acquire capability necessary to meet all reporting
116
requirements; 4) Approval of a national REDD plan that includes an assessment of the drivers of deforestation in the country and a first cut at a national baseline. PHASE 2: PREPARATION Development, initial implementation and monitoring of policies and measures in accordance with the national REDD plan. By the end of phase 2, national REDD framework would be established through: 1) Full MRV capability; 2) Authentic engagement of stakeholders via a transparent and documented participatory process that reflects prior informed consent of effected forest dependent peoples; 3) Testing elements of the framework (MRV, engagement, improved capacity) through pilot activities at the sub-national and national level; 4) Approval of framework and institutional readiness, including a national baseline by the appropriate international body designated by the convention. Global Agreement and Framework: In addition to in-country development of a national REDD programme, the ability to move into full execution is dependent on the adoption of a global framework by the UNFCCC. PHASE 3: EXECUTION Full scale implementation of the emission reduction measures under the national REDD plan. Based on development during phases 1 and 2, by phase 3 countries would have in place a: 1) Fully-functioning national REDD authority and other national bodies to verify emissions reductions; 2) Fully-functioning MRV capability operationalised with assessments of deforestation and forest degradation conducted at intervals sufficient to meet all international standards. Assessment results should be independently verified and fully transparent; 3) Fully-functioning dispute or conflict resolution capacity to ensure fair and equitable treatment and revenue sharing with indigenous or forest-dependent people. Contact: Emily Brickell:
[email protected] Website: www.wwf.org.uk
117
INVESTASI PROAKTIF UNTUK PERMODALAN SUMBER DAYA ALAM
KAJIAN ELIASCH: ‘PERUBAHAN IKLIM: PEMBIAYAAN UNTUK HUTAN GLOBAL’
Global Canopy Programme PINC merupakan kerangka pendanaan yang diusulkan Global Canopy Programme dan para mitra kerjanya di Forest Now network yang menitikberatkan pada kawasan hutan tropis yang luas yang tidak terancam langsung oleh aktifitas deforestasi hutan dan yang mungkin dan mungkin tidak mendapat keuntungan dari REDD. Proposal ini menyarankan sebuah mekansime untuk menghitung nilai ekonomi fungsi kawasan hutan yang luas dan masih alami sebagai “barang global” yang menyediakan jasa ekosistem untuk mendukung kelangsungan sumber daya pangan dan energi di tingkat lokal dan global. PINC oleh karena itu secara khusus tidak menhubungkan pengurangan emisi karbon akan tetapi meminta pendanaan langsung atau investasi untuk satu hektar hutan tropis yang langsung dapat menyimpan karbon, menciptakan hujan, pengatur cuaca dan melindungi keanekaragaman hayati. Karena jasa yang disediakan ekosistem alam sudah diakui secara luas, Pembayaran untuk Jasa Ekosistem (PES) semakin terkenal sebagai metode pendanaan konservasi dan pembangunan yang berkelanjutan. Hutan tropis menawarkan jasa ekosistem yang beragam, selain penyimpanan karbon, yang saat ini tidak dihargai oleh pasar dunia. Pengemasan pembayaran jasa ekosistem lainnya dengan kredit karbon sepenuhnya tidak akan merealisasikan pentingnya nilai-nilai jasa ini untuk masa yang akan datang. Dengan REDD, hutan yang menyerap karbon dioksida lebih mendorong pembayaran yang lebih tinggi daripada jasa-jasa lainnya yang tidak menyerap karbon. PINC melihat kelemahan ini dan menyarankan bahwa pembayaran dapat bersumber dari dana donor atau pemilik modal yang tertarik untuk mengembangkan pasar baru di dalam “Obligasi Hutan” atau “Sertifikat Perdagangan Jasa Hutan” yang menilai harga jasa yang diberikan oleh hutan. Pembayaran REDD dapat bertransisi ke PINC sebagai penurunan deforestasi
118
Gambar 12. Bagaimana PINC akan berinteraksi dengan mekanisme
REDD Mengurangi emisi dari karbon hutan
PINC Mempertahankan Jasan Ekosistem – selain karbon
A/R Meningkatkan dan menyimpan karbon hutan
hutan. PINC juga dapat diterapkan kepada keanekaragaman hayati lainnya selain hutan.
United Kingdom Office of Climate Change Kajian Eliasch merupakan laporan independen yang diinstruksikan oleh Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown, dipimpin oleh Johan Eliasch, Perwakilan khusus untuk Permasalahan Deforestasi Hutan. Laporan ini memberikan analisa komprehensif tentang pembiayaan dan mekanisme yang diperlukan untuk mendukung pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan mengurangi emisi akibat deforestasi hutan. Kajian ini menyepakati bahwa: • Masyarakat internasional harus mendukung negara-negara pemilik hutan untuk mengurangi deforestasi hutan hingga tahun 2o20 dan membuat karbon sektor hutan global menjadi netral tahun 2030- contohnya emisi dari hilangnya hutan diimbangi dengan pertumbuhan hutan baru.
• Mengurangi emisi dari deforestasi hutan harus sepenuhnya dimasukkan dalam kesepakatan iklim global pasca 2012 di Kopenhagen.
• Pemerintah nasional harus mengembangkan strategi sendiri untuk menuntaskan laju deforestasi hutan di negara-negara pemilik hutan, termasuk membuat kerangka dasar, target, pemerintahan yang efektif dan distribusi pembiayaan
• Dalam jangka panjang, sektor hutan harus dimasukkan dalam pasar karbon global.
• Pendanaan sektor publik dan sektor swasta akan diperlukan dalam jangka pendek-menengah sejalan dengan pertumbuhan pasar karbon.
• Masyarakat internasional harus mendukung peningkatan kapasitas yang diperlukan. Biaya peningkatan kapasitas dapat mencapai hingga $4 milyar selama 5 tahun untuk 40 negara pemilik hutan. Website: www.occ.gov.uk
Hubungi:
[email protected]
119
KEMANA KITA SETELAH INI?
120
121
APA TANTANGANNYA? Katia Karousakis, OECD Banyak kemajuan yang telah dibuat sejak COP ke 11, sejak Papua Nugini pertama kali mengusulkan untuk mengintegrasikan REDD ke dalam UNFCCC. Hal ini digambarkan oleh adanya perpaduan proposal REDD yang diserahkan, meningkatnya jumlah aktifitas REDD yang terus berkembang, dan naiknya volume pendanaan yang dimobilisasi untuk mendukung peningkatan kapasitas atau “persiapan” untuk melaksanakan REDD. Sejumlah tantangan terhadap pelaksanaan REDD masih akan diatasi untuk mengembangkan sebuah mekanisme REDD (baik berdasarkan pendanaan maupun pasar) yang mampu menyalurkan pengurangan emisi yang efektif bagi lingkungan dan efisien dalam pembiayaan.Berikut tantangan utama yang sudah diidentifikasi: • Monitoring, pelaporan dan verifikasi untuk tujuan inventarisasi nasional. • Peningkatan kapasitas dan memastikan kebijakan lingkungan yang mendukung termasuk penguasaan lahan. • Meminimalisasi insentif yang tidak menguntungkan. Inventarisasi gas rumah kaca nasional dengan kualitas yang tinggi merupakan tulang punggung pengelolaan iklim internasional, termasuk menyediakan alat untuk memonitor kemajuan nasional terhadap obligasi internasional. Data yang berkualitas tinggi tentang pemanfaatan lahan, perubahan pemanfaatan lahan, dan sektor kehutanan, yang konsisten dan dapat dibandingkan antar negara-negara berkembang, merupakan syarat penting khususnya jika REDD akan diintegrasikan ke dalam pasar karbon internasional. Data trend historis tentang deforestasi hutan merupakan poin permulaan penting dan perlu dilengkapi dengan data-data tentang emisi atau perubahan cadangan karbon. Data historis diperlukan untuk membuat acuan dasar, yang merupakan referensi untuk menilai pelaksanaannya. Data jenis ini oleh karena itu diperlukan secara resmi secepat mungkin. Membangun kapasitas untuk mekanisme REDD yang efektif di negara-negara berkembang dan negara –negara yang sedikit maju sangat penting. Hal ini termasuk dukungan untuk sistem monitoring, pengembangan kelembagaan, bantuan teknis dan program pendidikan dan pelatihan. Dalam hal pencapaian pengurangan emisi, penting untuk mengingat bahwa
122
deforestasi dan degradasi hutan disebabkan oleh pendorong yang berbeda-beda. Salah satunya adalah karena tidak adanya insentif saat ini untuk mengemas dan memasarkan jasa karbon publik dan global yang disediakan oleh hutan. Pendorong deforestasi hutan lainnya termasuk kurangnya sistem penguasaan lahan yang aman dan kurangnya kejelasan tentang hak properti, ketidakmampuan untuk penegakan hukum yang efektif, dan subsidi pertanian dan energi. Meskipun dana publik dapat dan harus dimobilisasi dan digunakan untuk mendukung peningkatan kapasitas di negara-negara berkembang, the 2006 OECD Council Recommendation on Good Practices for Public Environment Expenditure Management menyatakan bahwa “dana publik tidak dapat dan tidak seharusnya menggantikan kebijakan lingkungan yang lemah”. Upaya bersama perlu dibuat oleh pemerintah negara berkembang untuk menyikapi hal ini. Lebih lanjut, pemerintah di seluruh dunia perlu merubah kebijakan yang memiliki implikasi yang merugikan sektor kehutanan di tingkat internasional, seperti diantaranya biofuel, kebijakan pertanian dan energi. Meskipun ada sejumlah permasalahan dengan REDD yang terus akan diselesaikan (termasuk salah satunya ruang lingkup, kebocoran karbon, dan ke-permanen-an jumlah karbon), bentuk yang sesuai dapat dibangun untuk merancang mekanisme yang diperlukan untuk mengatasi hal ini (misalnya acuan dasar nasional dan simpanan asuransi). Penting menerapkan modul-modul ini untuk mekanisme REDD yang efektif. Modul-modul ini akan tetap sama baik untuk REDD yang berdasarkan pendanaan maupun berdasarkan pasar dan memiliki tujuan dan sasaran yang jelas, kriteria persyaratan (dan prioritas dalam pendanaan); sumber pendanaan yang cukup dan berkelanjutan; dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi setiap watu14. Akhirnya, mekanisme REDD yang baru harus fleksibel dan berevolusi sebagai keadaan nasional di negara-negara berkembang seterusnya. Aksi REDD harus bertujuan menciptakan “visi bersama” jangka panjang untuk pengurangan perubahan iklim yang diperlukan untuk mencapai tujuan langsung dari Konvensi; untuk mencapai stabilisasi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada tingkat yang dapat mencegah gangguan berbahaya yang berasal dari manusia (anthropogenik) bagi sistem iklim.
Ide yang disampakan di bagian ini merupakan pendapat penulis dan bukan pandangan dari OECD atau negara-negara anggotanya.
123
JALAN MENUJU COPENHAGEN PERISTIWA POLITIK PENTING Desember 05 Papua Nugini dan Kosta Rika mengusulkan proposal pertama untuk “merangsang aksi yang dapat mengurangi emisi dari deforestasi hutan". Ini seterusnya berkembang dan menjadi REDD. Oktober 06 Stern Review menarik perhatian global terhadap dampak pembiayaan perubahan iklim dan pentingnya membatasi deforestasi hutan. Oktober 07 Bank Dunia meluncurkan the Forest Carbon Partnership Facility (FCPF). Desember 07 Dokumen Roadmap Bali memberikan 2 tahun komitmen masyarakat dunia untuk menegosiasi REDD dalam bentuk yang final. Mei 08 Chancellor Jerman, Angela Merkel, berjanji untuk menyediakan 500 juta Euro setiap tahun, dari pelelangan ijin emisi, untuk melindungi hutan tropis dan keanekargaman hayati. Juni 08 Dana Hutan Muara Kongo ditetapkan untuk mengatasi deforestasi hutan di Afrika Tengah. Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown, dan Perdana Menteri Norwegia, Jens Stoltenberg, secara bersama-sama menjanjikan £108 juta. Agustus 08 Presiden Brazil, Lula, meluncurkan “Dana Hutan” internasional untuk mendapatkan pendanaan senilai $21 milyar pada tahun 2021. Norwegia berjanji menyediakan €1 juta hingga tahun 2015. Oktober 08 Forests Dialogue mengeluarkan prinsip panduan untuk memasukkan hutan di dalam negosiasi perubahan iklim pada Kongres Konservasi Dunia IUCN di Barcelona. Oktober 08 Eliasch Review menyimpulkan bahwa mekanisme atas dasar pasar sangat penting untuk mencapai tingkat pendanaan yang diperlukan untuk menghentikan deforestasi hutan. Desember 08 UNFCCC, COP 14, Poznan: pengamat REDD melihat negosiasi REDD semakin memiliki jarak. Lihat http://www.globalcanopy.org/main. php?m=120&sm=169&bloid=37 untuk lebih rinci.
124
Maret 08 UNFCCC meeting of AWG-LCA and AWG-KP, Bonn: Adanya progres isu kebijakan untuk REDD karena para Pihak melakukan pertemuan pada dua Fokus Group untuk membahas mekanisme mitigasi dan pembiayaan. Lihat http://www.globalcanopy. org/main.php?m=120&sm=169&bloid=38 untuk informasi lebih lanjut.
BATU LONCATAN PENTING MENUJU TAHUN 2012 /13 Juni 09 UNFCCC, SBSTA 30, Bonn: Para ahli teknis harus memulai untuk memfinalisasi rancangan REDD. Agustus 09 UNFCCC, AWG-LCA dan AWG-KP, Bonn: Konsultasi informal intra sesi untuk membahas lebih lanjut arah kebijakan REDD. September 09 UNFCCC, AWG-LCA dan AWG-KP, Bangkok: Sesi ke Sembilan dari AWG-KP dan sesi ke Tujuh dari AWG-LCA. November 09 UNFCCC, AWG-LCA dan AWG-KP, Bangkok: Sesi ke Sembilan dari AWG-KP dan sesi ke Tujuh dari AWG-LCA. Desember 09 UNFCCC COP ke 15 di Kopenhagen – kerangka kerja untuk Kesepakatan Iklim Global termasuk hutan harus difinalisasi, sebelum waktunya untuk ratifikasi di tahun 2012. Desember 12 Kyoto II diratifikasi dan REDD mulai didanai sebagai bagian dari kesepakatan baru masyarakat internasional tentang perubahan iklim.
Bali 2007 (PBB)
Poznan 2008 (PBB)
Copenhague 2009 (PBB)
125
UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT www.ForestsNow.org
Pada halaman utama terdapat kalender politik: rangkaian waktu di bagian atas setiap halaman menjelaskan peristiwa penting selama penghitungan mundur menuju Kopenhagen, dengan bentuk kajian tahunan, bulanan, dan mingguan website ini menyediakan informasi yang terkait dengan kegiatan di seluruh dunia. Informasi praktis tersedia untuk setiap kegiatan dan anda dapat menginformasikan kegiatan anda sendiri untuk masyarakat luas dan menyerukan rekan-rekan kerja untuk melakukan tindakan tertentu.
126
© Djuna Ivereigh / www.indonesiawild.com
Website ini menitikberatkan pada hutan dan perubahan iklim, dan penghitungan mundur menuju pertemuan iklim PBB di Kopenhagen pada bulan Desember 2009. Website ini merupakan sumber informasi untuk masyarakat dunia yang bekerja untuk melindungi hutan tropis. Tujuan utamanya adalah untuk menawarkan alat yang memfasilitasi komunikasi dan kolaborasi antar masyarakat.
127
LAMPIRAN
128
129
BIBLIOGRAPHY
DAFTAR ISTILAH
1. FAO. Forest Resources Assessment. Rome: FAO. 2006.
Additionality Sebuah Program Aktifitas (PoA) akan bertambah jika dapat dilaksanakan dan sehingga tanpa adanya CDM (i) langkah sukarela yang dajukan tidak akan dilaksanakan, atau (ii) kebijakan/ aturan hukum tidak ditegakkan secara sistematis dan tidak dipenuhinya persyaratanpersyaratan meluas ke wilayah negara/daerah, atau (iii) PoA akan mendorong tingkat penegakan kebijakan/aturan hukum yang ada. Ini merupakan demonstrasi ‘additionality’ dari PoA secara keseluruhan13
2. BONAN, G. B. Forests and Climate Change: Forcings, Feedbacks, and the Climate Benefits of Forests. Science, 2008, vol. 320, no. 5882. pp. 1444. 3. IPCC. IPCC Fourth Assessment Report: Climate Change 2007. Geneva, Switzerland: IPCC. 2007. 4. The World Bank. Sustaining Forests: A Development Strategy. , 2004. 5. STERN, N. Stern Review: The Economics of Climate Change. Cambridge, UK: Cambridge University Press. 2006. 6. SCHOLZ, I. and SCHMIDT, L. Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation in Developing Countries: Meeting the Main Challenges Ahead. Deutsches Institut für Entwicklungspolitik. 2008. 7. UNFCCC. Report of the Conference of the Parties on its Thirteenth Session, Held in Bali from 3 to 15 December 2007. 3 to 15 December 2007, 2008. 8. PESKETT, Leo, et al. Making REDD Work for the Poor. ODI. 2008. 9. STERN, Nicholas. Key Elements of a Global Deal on Climate Change. London School of Economics and Political Science. 2008. 10. BETTS, R. et al. Forests and Emissions. Exeter: Met Office Hadley Centre. 2008. 11. BOUCHER, D. MOVIUS, D. and DAVIDSON, C. Filling the REDD Basket: Complementary Financing Approaches. Washington, DC: Union of Concerned Scientists. 2008. 12. da Fonseca, Gustavo A. B., et al. No Forest Left Behind. PLoS Biology, vol. 5, no. 8. pp. 1645. 13. UNFCCC. Glossary of CDM Terms. EB41. 2008. 14. IPCC. IPCC Special Report: Land use, Land-use Change, and Forestry. IPCC. 2000. 15. KAROUSAKIS, K. and COFFEE-MORLOT, J. Financing Mechanisms to Reduce Emissions from Deforestation: Issues in Design and Implementation. Paris Cedex 16, France: OECD. Jan 2007. 16. KARSENTY, A., et al. Summary of the Proceedings of the International Workshop “The International Regime, Avoided Deforestation and the Evolution of Public and Private Policies Towards Forests in Developing Countries”. International Forestry Review, 2008, vol. 10, no. 3. pp. 424. 17. ONF International. Reducing emissions from deforestation and forest degradation (REDD) Analysis of 7 outstanding issues for the inclusion of tropical forests in the international climate governance. 2008.
Aforestasi Aforestasi merupakan konversi lahan hutan yang sudah ditebang oleh manusia selama sedikitnya 5o tahun dengan melakukan pananaman, penyebaran biji pohon dan/atau mempromosikan aktifitas penanaman dengan biji tanaman dari alam13. Pool karbon Sebuah sistem yang memiliki kapasitas untuk mengakumulasi atau melepas karbon. Contoh pool karbon adalah biomass hutan, produk-produk kayu, tanah, dan atmosfer. Unit yang digunakan adalah mass (contohnya, t C)14. Cadangan Karbon Jumlah karbon yang disimpan di setiap pool pada waktu tertentu14. Deforestasi hutan Deforestasi hutan, seperti yang didefinisikan oleh Marrakech Accords, adalah konversi lahan hutan yang disebabkan oleh manusia menjadi areal pembukaan lahan. Hutan diartikan sebagai daerah yang luasnya paling sedikit 0,001 sampai 1 hektar dengan tutupan atas pohon (atau sama dengan tingkat cadangan) lebih dari 10-30 persen dengan pohon yang potensi ketinggiannya mencapai minimal 2-5 meter (tumbuh besar di in situ). Definisi yang aktual dapat bervariasi dari satu negara ke negara lainnya karena Protokol Kyoto memperbolehkan masing-masing negara untuk membuat definisi yang tepat sesuai dengan parameter yang digunakan untuk penghitungan emisi nasional. Sebaliknya, deforestasi hutan diartikan oleh FAO sebagai “konversi hutan menjadi lahan pemanfaatan lainnya atau pengurangan luas hutan untuk jangka panjang di bawah batas minimum 10% "15. Degradasi hutan Definisi degradasi hutan belum disepakati. Degradasi hutan merupakan pembukaan hutan hingga tutupan atas pohon pada tingkat diatas 10%, tetapi selain definisi umum ini, IPCC belum memberikan definisi yang spesifik15. Dapat digantikan (Fungible) Bagian alam dimana bagian atau jumlahnya dapat digantikan oleh bagian atau jumlah tertentu sesuai dengan keharusannya. Minyak, gandum, bahan kayu merupakan komoditas yang dapat digantikan. Di dalam buku ini, kami mengacu ‘fungibility’ dengan satu ton karbon dioksida equivalent (CO2e). Udara Panas Udara panas mengacu pada pengurangan emisi yang tidak bertambah16.
18. CREED, A. Analysis of REDD proposals. 2008
130
131
Kebocoran karbon Kebocoran karbon didefinisikan sebagai perubahan emisi hasil kegiatan manusia (anthropogenik) oleh sumber-sumber gas rumah kaca (GRK) yang terjadi di luar batas proyek, yang dapat diukur dengan aktifitas proyek CDM13. Ke –permanen-an Kelangsungan pool karbon dan stabilitas cadangan karbon, walaupun dengan adanya pengelolaan dan gangguan lingkungan yang dapat terjadi14. Reforestasi hutan Reforestasi hutan adalah konversi lahan hutan yang sudah ditebang oleh manusia menjadi lahan hutan kembali melalui penanaman, penyebaran biji tanamana dan atau aktiftas promosi oleh manusia untuk penyebaran biji tanaman alam oleh manusia di atas lahan yang dihutankan kembali tetapi sudah dikonversi menjadi lahan bukan hutan. Untuk komitmen awal, reforestasi hutan akan dibatasi hanya di lahan-lahan yang tidak terdapat hutan pada 31 Desember 1989. Sequestrasi Proses peningkatan kandungan karbon dari karbon pool selain dari atmosfer13. Sink Setiap proses atau mekanisme yang menghilangkan gas rumah kaca, aerosol, ataupun pembentuk gas rumah kaca dari atmosfir. Pool yang ada (penyerap) dapat tenggelam karena karbon atmosferik jika selama interval waktu yang ada, lebih banyak karbon yang terserap daripada yang keluar14. Source Lawannya sink: pool karbon (penyerap) dapat menjadi sumber karbon bagi atmosfir juka sedikit karbon yang diserap daripada yang dikeluarkan14.
132
SINGKATAN AAU AFOLU CDM CER COP DAF ER ES FAO FCPF FLEGT GHG GOFC-GOLD HFLD IIED IPCC IPES LULUCF MRV NGO ODA PES POA RED REDD RER RS SBSTA SFM UNFCCC WRI
Assigned Amount Unit Agriculture, Forestry and Other Land Use Clean Development Mechanism Certified Emission Reduction Conference of the Parties Development Adjustment Factor Emission Reduction Ecosystem Service Food and Agriculture Organisation Forest Carbon Partnership Facility Forest Law Enforcement Governance and Trade Greenhouse gas Global Observation of Forest and Land Cover Dynamics High Forest Low Deforestation International Institute for Environment and Development Inter Governmental Panel on Climate Change International Payments for Ecosystem Services Land Use, Land Use Change and Forestry Measurable, Reportable, Verifiable Non-governmental Organisation Official Development Assistance Payments for Ecosystem Services Programme of activity Reducing Emissions from Deforestation Reducing Emissions from Deforestation and (Forest) Degradation Reference Emission Rate Reference Scenario Subsidiary Body on Scientific and Technical Advice Sustainable Forest Management United Nations Framework Convention on Climate Change World Resources Institute
KUNCI IKON TINGKAT REFERENSI
RUANG LINGKUP
Deforestasi Hutan
Degradasi Hutan
DISTRIBUSI
Peningkatan Simpanan Karbon
Historis
Buku REDD mini akan terus diperbaharui secara online hingga pelaksanaan COP ke 15 di Kopenhagen. Untuk mengikuti perkembangan dalam penelitian dan evolusi proposal REDD, silahkan mengunjungi www.littleREDDbook.org
Historis Yang Disesuaikan
Proyeksi
PEMBIAYAAN
3 1 Mekanisme Re-distribusi
Mekanisme Tambahan
Pasar Langsung
Nasional
Global
Hubungan Pasar
Dana Sukerala
2
Pendekatan Bertahap
SKALA
Sub-nasional
135
www.littleREDDbook.org 136