BUKU 2
PODES 2014
PEDOMAN PENCACAH
BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA
BUKU 2
PODES 2014
PEDOMAN PENCACAH
BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA INDONESIA
KATA PENGANTAR
Buku pedoman ini merupakan acuan bagi Pencacah dalam melaksanakan pendataan Potensi Desa (Podes) 2014. Fokus buku pedoman ini terutama berkaitan dengan konsep dan definisi yang digunakan dalam melakukan pencacahan. Data Podes sangat berguna bagi perencanaan dan evaluasi pembangunan regional/kewilayahan dan pembangunan daerah. Oleh karena itu diperlukan komitmen yang tinggi untuk menjaga kualitas data Podes. Peran Petugas Pencacah sebagai ujung tombak pendataan menjadi sangat penting untuk mewujudkan hal tersebut. Oleh karena itu, Petugas Pencacahan harus melaksanakan petunjuk operasional yang telah dibuat. Setiap Pencacah diminta untuk mempelajari secara seksama buku Pedoman Pencacah yang telah dibuat. Petunjuk yang ada di dalam buku ini harap dilaksanakan dengan sebaik‐baiknya.
Jakarta, Februari 2014 Kepala Badan Pusat Statistik
Dr. Suryamin, M.Sc
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................
i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum ..............................................................................................................................
1
1.2. Tujuan .............................................................................................................................
2
1.3. Landasan Hukum.........................................................................................................
2
1.4. Cakupan Wilayah dan Kegiatan ............................................................................
3
1.5. Jenis Data yang Dikumpulkan ...............................................................................
3
1.6. Instrumen yang Digunakan ....................................................................................
5
1.7. Jadwal Kegiatan............................................................................................................
7
1.8. Sumber Data dan Strategi Wawancara ...............................................................
9
BAB II METODOLOGI 2.1. Definisi Desa/Kelurahan/Nagari .........................................................................
11
2.2. Master File Desa ..........................................................................................................
12
2.3. Mekanisme Lapangan dan Pengolahan Data Podes 2014 ..........................
12
BAB III STRUKTUR ORGANISASI KEGIATAN PODES 2014 3.1. Struktur Organisasi ....................................................................................................
23
3.2. Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Pelaksana Podes 2014 ...........
24
BAB IV TATA CARA PENGISIAN DAFTAR 4.1. Ketentuan Umum Pengisian Daftar .....................................................................
31
4.2. Sumber Data yang Dapat Dihubungi ..................................................................
32
4.3. Contoh Pengisian Daftar ...........................................................................................
32
BAB V PENGISIAN DAFTAR PODES2014‐DESA BLOK I.
PENGENALAN TEMPAT ............................................................................
35
BLOK II.
KETERANGAN PETUGAS DAN NARASUMBER ................................
38
BLOK III.
KETERANGAN UMUM DESA/KELURAHAN ......................................
39
BLOK IV.
KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN ..................................
49
Pedoman Pencacah Podes 2014
iii
BLOK V.
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN HIDUP .........................................
55
BLOK VI.
BENCANA ALAM DAN MITIGASI BENCANA ALAM ......................
67
BLOK VII.
PENDIDIKAN DAN KESEHATAN ...........................................................
71
BLOK VIII. SOSIAL BUDAYA ...........................................................................................
84
BLOK IX.
HIBURAN DAN OLAHRAGA .....................................................................
90
BLOK X.
ANGKUTAN, KOMUNIKASI, DAN INFORMASI .................................
93
BLOK XI.
PENGGUNAAN LAHAN ..............................................................................
100
BLOK XII.
EKONOMI ........................................................................................................
103
BLOK XIII. KEAMANAN ...................................................................................................
111
BLOK XIV. PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT...............................
119
BLOK XV.
OTONOMI ........................................................................................................
121
BLOK XVI. KETERANGAN APARATUR PEMERINTAH DESA/KELURAHAN
124
BLOK XVII. CATATAN ........................................................................................................
127
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................................
vi
iv
Pedoman Pencacah Podes 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1.
Jenis dan Kegunaan Instrumen Podes 2014 ...............................................
6
Tabel 1.2.
Jadwal Kegiatan Podes 2014.............................................................................
8
Pedoman Pencacah Podes 2014
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Alur Dokumen Podes 2014................................................................................
7
Gambar 2.1. Mekanisme Pendataan dan Pengolahan PODES2014‐DESA................
18
Gambar 2.2. Mekanisme Pendataan dan Pengolahan PODES2014‐KEC dan PODES2014‐KAB...................................................................................................
19
Gambar 2.3. Mekanisme Pendataan Podes 2014 di BPS Provinsi dan BPS Pusat
21
Gambar 3.1. Struktur Organisasi Penanggung Jawab Teknis Kegiatan Podes 2014 ...........................................................................................................................
23
Gambar 5.1. Berbagai Contoh Tanaman Mangrove ..........................................................
48
Gambar 5.2. Contoh Bagian‐Bagian Sungai .........................................................................
61
Gambar 5.3. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) ....................................
62
vi
Pedoman Pencacah Podes 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Umum Implementasi kebijakan dan program pembangunan nasional dan daerah perlu didukung oleh ketersediaan data dan informasi berbasis wilayah (spasial) melengkapi data dan informasi sektoral yang telah ada. Data dan informasi tentang potensi spesifik yang dimiliki oleh semua wilayah hingga tingkat terkecil (small areas) merupakan bahan yang penting bagi perencanaan, implementasi, pengendalian, dan evaluasi pembangunan daerah secara umum atau bahkan secara spesifik menurut wilayah tertentu.
Data Podes adalah data kewilayahan (spasial) satu-satunya yang dimiliki oleh BPS yang menekankan pada penggambaran situasi wilayah. Sebagai data kewilayahan sangat mudah diidentifikasi akurasi maupun kesalahannya.
Data hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) hingga saat ini merupakan satu-satunya sumber data tematik berbasis wilayah yang mampu menggambarkan potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah setingkat desa di seluruh Indonesia. Data Podes tersebut dapat diolah sehingga dihasilkan informasi penting berbasis wilayah untuk berbagai keperluan oleh berbagai pihak yang membutuhkan. Sebagai contoh, data Podes digunakan untuk identifikasi tipologi wilayah misalnya perkotaan-perdesaan, pesisir-nonpesisir, tertinggal-nontertinggal, dan sebagainya. Sejalan dengan perkembangan jaman, kebutuhan terhadap data dan informasi kewilayahan hingga wilayah terkecil dirasakan semakin beragam dan mendesak untuk bisa dipenuhi. Podes telah dilaksanakan sejak tahun 1980. Pengumpulan data Podes dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dalam kurun waktu 10 tahun, sebagai bagian dari siklus 10 tahunan kegiatan sensus yang dilakukan oleh BPS. Podes dilakukan 2 tahun sebelum pelaksanaan sensus untuk mendukung kelancaran pelaksanaan sensus. Pada tahun berakhiran ‘1’, Podes dilaksanakan untuk mendukung Sensus Pertanian yaitu identifikasi wilayah konsentrasi usaha pertanian menurut sektor dan subsektor. Pada tahun berakhiran ‘4’, Podes dilaksanakan untuk mendukung Sensus Ekonomi dalam rangka identifikasi usaha menurut sektor dan subsektor. Pada tahun berakhiran ‘8’, Podes dilaksanakan untuk mendukung Sensus Penduduk yaitu untuk identifikasi wilayah permukiman baru. Pelaksanaan Podes 2014 diharapkan bisa membantu perencanaan kegiatan Sensus Ekonomi pada tahun 2016. Kuesioner yang digunakan dalam Podes 2014 sebanyak 3 (tiga) jenis, yaitu kuesioner desa, kuesioner kecamatan dan kuesioner kabupaten/kota. Data yang dikumpulkan dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu data kor dan modul. Pertanyaan Kor selalu muncul pada setiap pelaksanaan Podes yang memuat data terkait infrastruktur, sumber daya
Pedoman Pencacah Podes 2014
1
alam, kejadian bencana, kelembagaan desa, dan sebagainya. Sebagian besar pertanyaan kor di Podes 2014 telah tersedia dan dapat dipergunakan bagi Sensus Ekonomi, sehingga tidak diperlukan lagi pertanyaan yang dikhususkan sebagai modul. Padatnya jadwal kegiatan BPS pada tahun 2014 serta adanya pemilu legislatif pada tanggal 9 April 2014 diharapkan tidak mengganggu target penyelesaian kegiatan lapangan Podes 2014. Semua pihak terkait diharapkan dapat merancang sejak dini pembagian tugas bagi para petugas pelaksana dengan sebaik-baiknya, sehingga semua kegiatan dapat diselesaikan tepat waktu.
1.2 Tujuan Pendataan Podes tidak hanya ditujukan untuk menghasilkan data spesifik bagi keperluan pembangunan wilayah, tetapi juga dimaksudkan untuk memberikan indikasi awal tentang potensi wilayah, ketersediaan infrastruktur/fasilitas, serta kondisi sosial-ekonomi dan budaya di setiap desa/kelurahan. Secara umum tujuan Podes 2014 adalah: 1.
Menyediakan data yang diharapkan dapat mendukung perencanaan kegiatan Sensus Ekonomi 2016 dari sisi wilayah kerja, anggaran, dan alokasi petugas,
2.
Sebagai sarana untuk updating Master File Desa (MFD),
3.
Menyediakan data tentang keberadaan dan perkembangan potensi yang dimiliki desa/kelurahan yang meliputi: sosial, ekonomi, sarana, dan prasarana wilayah,
4.
Menyediakan data untuk berbagai keperluan yang berkaitan dengan perencanaan wilayah di tingkat nasional dan tingkat daerah,
5.
Melengkapi penyusunan kerangka sampling (sampling frame) untuk kegiatan statistik lain lebih lanjut,
6.
Menyediakan data bagi keperluan updating klasifikasi/tipologi desa, misalnya perkotaan-perdesaan, pesisir dan nonpesisir, dan sebagainya,
7.
Menyediakan data bagi keperluan updating peta wilayah kerja statistik terendah,
8.
Menyediakan data pokok bagi penyusunan statistik wilayah kecil (small area statistics),
9.
Menyediakan data bagi penyusunan berbagai analisis seperti identifikasi dan penentuan desa tertinggal, variabel konteks dalam PMT, dan identifikasi desa rawan bencana.
1.3 Landasan Hukum Dasar hukum pelaksanaan Podes 2014 adalah:
2
1.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik,
2.
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik,
Pedoman Pencacah Podes 2014
3.
Keputusan Presiden Nomor 86 Tahun 2007 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen,
4.
Keputusan Kepala BPS Nomor 007 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja BPS.
1.4 Cakupan Wilayah dan Kegiatan Podes 2014 ini dilakasanakan mencakup seluruh wilayah administrasi pemerintahan setingkat desa meliputi desa, kelurahan, nagari, Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) dan Satuan Permukiman Transmigrasi (SPT) yang masih dibina oleh kementerian terkait diseluruh Indonesia. Podes 2014 juga mencakup semua wilayah kecamatan, kabupaten/kota diseluruh Indonesia. Dalam perencanaannya, Podes 2014 dirancang berdasarkan kondisi wilayah pada bulan Desember 2013, yang terdiri dari 80.548 wilayah setingkat desa yang tersebar di 6.973 kecamatan, 509 kabupaten/kota, dan 33 provinsi. Namun, jumlah wilayah tersebut sangat mungkin mengalami perubahan-perubahan sebagai akibat dari pemekaran maupun penggabungan wilayah pada selama kurun waktu Januari 2014 hingga saat pencacahan.
1.5 Jenis Data yang Dikumpulkan Data yang dikumpulkan dalam Podes 2014 merupakan data umum yang memberikan indikasi keberadaan potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah. 1.
Potensi Desa/Kelurahan dikumpulkan menggunakan kuesioner PODES2014-DESA. Kuesioner ini memuat pertanyaan-pertanyaan antara lain: •
Keterangan umum desa/kelurahan,
•
Kependudukan dan ketenagakerjaan,
•
Perumahan dan lingkungan hidup,
•
Bencana alam dan mitigasi bencana alam,
•
Pendidikan dan kesehatan,
•
Sosial budaya,
•
Hiburan dan olahraga,
•
Angkutan, komunikasi, dan informasi,
•
Penggunaan lahan,
•
Ekonomi,
•
Keamanan,
Pedoman Pencacah Podes 2014
3
•
Program pemberdayaan masyarakat,
•
Otonomi dan keterangan pemerintah desa/kelurahan. Sejak tahun 2008, kuesioner Podes desa terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu bagian
Inti (Kor) dan bagian Modul. Pertanyaan-pertanyaan Kor akan ditanyakan pada setiap Podes, sedangkan pertanyaan-pertanyaan Modul disesuaikan dengan kebutuhan sensus tertentu. Dalam kuesioner PODES2014-DESA, pertanyaan terkait modul ekonomi sudah masuk dalam bagian inti (Kor), sehingga pertanyaan modul tidak dipisahkan secara khusus. Khusus untuk Provinsi Sumatera Barat, Nagari dan Jorong akan didata menggunakan kuesioner PODES2014-NAGARI dan PODES2014JORONG. 2.
Potensi Kecamatan dikumpulkan menggunakan kuesioner PODES2014-KEC. Kuesioner ini memuat pertanyaan untuk mengumpulkan data yang dianggap lebih relevan ditanyakan di tingkat kecamatan, karena keberadaan datanya di desa masih terbatas atau karena ketersediaan datanya di tingkat kecamatan lebih lengkap dibandingkan jika dikumpulkan dari setiap desa. Kuesioner ini memuat pertanyaanpertanyaan antara lain:
3.
•
Keterangan umum kecamatan,
•
Fasilitas perlindungan sosial,
•
Keamanan,
•
Situs/bangunan bersejarah,
•
Daya tarik wisata,
•
Sarana transportasi dan ekonomi,
•
Lembaga non Profit
•
Antisipasi/mitigasi bencana alam dan pelestarian lingkungan, dan
•
Keterangan aparatur kecamatan.
Potensi Kabupaten/Kota dikumpulkan menggunakan kuesioner PODES2014KAB/KOTA. Pertanyaan yang terdapat pada kuesioner ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang lebih relevan ditanyakan di tingkat kabupaten/kota. Kuesioner ini memuat pertanyaan-pertanyaan antara lain:
4
•
Keterangan umum kabupaten/kota
•
Pertambangan,
•
Industri,
•
Perhubungan,
•
Politik, keamanan, dan kerawanan, Pedoman Pencacah Podes 2014
•
Antisipasi/mitigasi bencana alam,
•
Keterangan aparatur pemerintah kabupaten/kota.
1.6 Instrumen yang Digunakan Instrumen yang digunakan untuk Podes 2014 terdiri dari 5 (lima) kuesioner dan 4 (empat) buku pedoman yang masing-masing kegunaannya dapat dilihat pada Tabel 1.1. Khusus untuk kuesioner PODES2014-NAGARI dan PODES2014-JORONG hanya digunakan di Provinsi Sumatera Barat. Semua jenis instrumen akan dikirim oleh BPS Pusat ke BPS Provinsi untuk diteruskan ke BPS Kabupaten/Kota sesuai dengan peruntukannya. Semua dokumen hasil Podes 2014 akan disimpan di BPS Kabupaten/Kota. Alur dokumen Podes 2014 dari BPS Pusat ke BPS Provinsi, BPS Kabupaten/Kota sampai ke petugas, dan pengembalian dokumen hasil pencacahan dari lapangan sampai ke penyimpanannya dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Pedoman Pencacah Podes 2014
5
Tabel 1.1. Jenis dan Kegunaan Instrumen Podes 2014 No
Jenis dan Nama
Kegunaan
(1)
(2)
(3)
Digunakan
Tempat
oleh
Penyimpanan
(4)
(5)
Kuesioner 1.
PODES2014-DESA
Pendataan potensi
PCL
BPS Kabupaten/
2.
PODES2014-JORONG
desa/kelurahan Pendataan potensi
PCL
Kota BPS Kabupaten/
3.
PODES2014-NAGARI
jorong Pendataan potensi
PCL
Kota BPS Kabupaten/
4.
PODES2014-KEC
nagari Pendataan potensi
PCL
Kota BPS Kabupaten/
PODES2014-KAB/KOTA
kecamatan Pendataan potensi
PCL
Kota BPS Kabupaten/
5.
kabupaten/kota
Kota
Buku Pedoman 1.
Pedoman Kepala BPS
Merupakan acuan bagi
Kepala BPS
BPS Provinsi dan
Provinsi/BPS
Kepala BPS Provinsi
Provinsi dan
BPS Kabupaten/
Kabupaten/Kota
dan Kepala BPS
Kepala BPS
Kota
Kabupaten/ Kota
Kabupaten/
dalam melaksanakan
Kota
kegiatan pendataan Podes 2014 2.
Pedoman Pencacahan
Merupakan acuan bagi
PCL
-
PML
-
Merupakan acuan bagi
Petugas
-
petugas pengolah
pengolahan
pencacah dalam melaksanakan tugas pendataan Podes 2014 3.
Pedoman Pemeriksaan
Merupakan acuan bagi pemeriksa untuk memeriksa isian kuesioner Podes di lapangan
4.
Pedoman Pengolahan
dalam entri data Podes 2014
6
Pedoman Pencacah Podes 2014
Gambar 1.1. Alur Dokumen Podes 2014 ALUR DOKUMEN DARI BPS PUSAT SAMPAI KEPADA PETUGAS PENCACAH
BPS Pusat Pedoman Kepala BPS Provinsi/Kabupaten/ Kota Pedoman Pencacahan Podes 2014 Pedoman Pengawasan/Pemeriksaan Podes 2014 Pedoman Pengolahan Podes 2014 Kuesioner PODES2014-DESA Kuesioner PODES2014-NAGARI Kuesioner PODES2014-JORONG Kuesioner PODES2014-KEC Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA
BPS Provinsi Pedoman Kepala BPS Provinsi/Kabupaten/ Kota Pedoman Pencacahan Podes 2014 Pedoman Pengawasan/Pemeriksaan Podes 2014 Pedoman Pengolahan Podes 2014 Kuesioner PODES2014-DESA Kuesioner PODES2014-NAGARI Kuesioner PODES2014-JORONG Kuesioner PODES2014-KEC Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA
BPS Kabupaten/Kota Pedoman Kepala BPS Provinsi/Kabupaten/ Kota Pedoman Pencacahan Podes 2014 Pedoman Pengawasan/Pemeriksaan Podes 2014 Pedoman Pengolahan Podes 2014 Kuesioner PODES2014-DESA Kuesioner PODES2014-NAGARI Kuesioner PODES2014-JORONG Kuesioner PODES2014-KEC Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA
Pengawas Petugas Pencacah Pedoman Pencacahan Podes 2014 Kuesioner PODES2014-DESA Kuesioner PODES2014-NAGARI Kuesioner PODES2014-JORONG Kuesioner PODES2014-KEC Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA
Pedoman Pencacahan Podes 2014 Pedoman Pengawasan/Pemeriksaan 2014 Pedoman Pengolahan Podes 2014 Kuesioner PODES2014-DESA Kuesioner PODES2014-NAGARI Kuesioner PODES2014-JORONG Kuesioner PODES2014-KEC Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA
Podes
ALUR DOKUMEN DARI PETUGAS PENCACAH KE TEMPAT PENYIMPANAN
Petugas Pencacah Kuesioner PODES2014-DESA Kuesioner PODES2014-NAGARI Kuesioner PODES2014-JORONG Kuesioner PODES2014-KEC Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA
Pengawas/Pemeriksa Kuesioner PODES2014-DESA Kuesioner PODES2014-NAGARI Kuesioner PODES2014-JORONG Kuesioner PODES2014-KEC Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA
BPS Kabupaten/Kota (Tempat penyimpanan) Kuesioner PODES2014-DESA Kuesioner PODES2014-NAGARI Kuesioner PODES2014-JORONG Kuesioner PODES2014-KEC Kuesioner PODES2014-KAB/KOTA
1.7 Jadwal Kegiatan Jadwal kegiatan Podes 2014 mulai dari perencanaan sampai dengan pengolahan dan penyajian adalah sebagai berikut:
Pedoman Pencacah Podes 2014
7
Tabel 1.2. Jadwal Kegiatan Podes 2014 Tahapan Kegiatan A
Waktu
Perencanaan dan Persiapan Kegiatan 1
Finalisasi instrumen
2
Rapat Interdep
3
Pencetakan Kuesioner dan Buku Pedoman
4
Pengiriman Perlengkapan dan Dokumen Pelatihan Inda
2-30 Januari 28 Januari 10 Februari 24 Feb - 10 Maret
Pendataan
B
5
Penyusunan Program dan Pedoman Pengolahan
6
Pencetakan dan Pengiriman Pedoman Pengolahan
Jan Maret 10 - 31 Maret
Pelatihan Pelatihan Pendataan 1 Workshop Intama 2 Pelatihan Innas Pendataan
4 - 7 Februari 4 - 6 Maret
3 Pelatihan Inda Pendataan (3 hari)
13 - 19 Maret
4 Pelatihan Petugas Pendataan (3 hari)
20 - 28 Maret
Pelatihan Pengolahan 1 Pelatihan Innas Pengolahan (3 hari) 2 Pelatihan Inda Pengolahan (2 hari) 3 Pelatihan Petugas Pengolahan (1 hari) C
D
1 - 30 April
2 Pengawasan Pemeriksaan
1 - 30 April
3 Supervisi Lapangan
1 - 30 April
Pengolahan Data 15 April - 14 Mei
2 Validasi Data di BPS Kabupaten/Kota
5 - 30 Mei
3 Verifikasi Data ke Instansi Terkait
5 – 30 Mei
4 Kompilasi data di BPS Provinsi
2 - 20 Juni
5 Kompilasi data di BPS Pusat
23 Juni - 18 Juli
6 Tabulasi
4 – 29 Agustus
Pelaporan 2 Pencetakan Publikasi
8
10 - 14 April
1 Pencacahan Podes 2014
1 Penyusunan Publikasi F
1 - 6 April
Pelaksanaan Lapangan
1 Pengolahan Dokumen di BPS Kabupaten/Kota
E
25 – 27 Maret
Sosialisasi Hasil Podes
1 September - 31 Oktober 3 - 15 November 3 Desember
Pedoman Pencacah Podes 2014
1.8 Sumber Data dan Strategi Wawancara Data Podes 2014 diperoleh dari narasumber terkait dan relevan di wilayah desa/kelurahan, kecamatan, dan kabupaten/kota. Narasumber di desa/kelurahan adalah aparatur pemerintah desa yang terdiri dari kepala desa dan perangkat desa (sekretaris desa, sekretariat, pelaksana kewilayahan, dan perangkat teknis). Narasumber lain di tingkat desa yang relevan antara lain petugas puskesmas. Narasumber di kecamatan adalah aparatur kecamatan dan narasumber lain yang relevan seperti polsek dan ranting dinas pariwisata. Sedangkan narasumber di kabupaten/kota adalah aparatur kabupaten dan narasumber lain yang relevan seperti dinas perhubungan, dinas sosial dan sebagainya. Ketidaklengkapan data yang tersedia di beberapa wilayah dan narasumber merupakan halangan untuk menghasilkan data yang bermutu. Langkah yang bisa ditempuh untuk menghasilkan data yang berkualitas antara lain: 1.
Melakukan wawancara dengan beberapa pemerintah desa/kelurahan, aparatur kecamatan, dan aparatur kabupaten/kota,
2.
Melakukan wawancara dengan narasumber lain yang berwenang dan relevan,
3.
Melakukan konfirmasi kembali kepada pemerintah desa/aparatur kecamatan/aparatur kabupaten/kota setelah mendapatkan data dari narasumber lain yang terkait dan relevan. Usaha lain yang perlu dilakukan adalah pencacah harus mampu menjalin komunikasi
yang baik dengan semua narasumber, yaitu dengan menjadikan narasumber tersebut sebagai mitra diskusi sekaligus sebagai narasumber relevan untuk menggali data secara bersama-sama.
Pedoman Pencacah Podes 2014
9
10
Pedoman Pencacah Podes 2014
BAB 2
METODOLOGI
2.1 Definisi Desa/Kelurahan/Nagari Podes
2014
dilakukan
terhadap
seluruh
wilayah
administrasi
setingkat
desa/kelurahan/nagari di seluruh Indonesia. Adapun konsep dan definisi desa, kelurahan, dan nagari yaitu: Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa). Desa memiliki pemerintahan sendiri dan hak untuk mengatur wilayahnya yang lebih luas. Pemerintahan desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa Dalam perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan. Desa yang berubah statusnya menjadi kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat. Kelurahan adalah suatu wilayah yang dipimpin oleh seorang lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan atau daerah kota di bawah kecamatan (UU No. 32 Tahun 2004). Lurah diangkat oleh bupati/walikota. Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) adalah satuan permukiman transmigrasi yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat usaha transmigran yang sejak awal direncanakan untuk membentuk suatu desa atau bergabung dengan desa setempat. Organisasi UPT merupakan kelembagaan yang bersifat sementara dibentuk sekurang kurangnya 2 bulan sebelum transmigran ditempatkan dan paling lama 5 tahun (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.22/MEN/IX/2007). Satuan Permukiman Transmigrasi (SPT) adalah satuan permukiman potensial yang ditetapkan sebagai permukiman transmigrasi untuk mendukung pusat pertumbuhan ekonomi pada wilayah yang sudah ada atau sedang berkembang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 246 Tahun 2003 tentang Prosedur dan Kriteria Penyiapan Lokasi Permukiman Transmigasi).
Pedoman Pencacah Podes 2014
11
Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas wilayah tertentu, dan berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan filosofi adat Minangkabau (Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah) dan atau berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat (PP No. 72 Tahun 2005).
2.2 Master File Desa Master File Desa (MFD) merupakan file yang berisi nama-nama desa beserta kode identitasnya. Secara resmi, penetapan MFD dilakukan oleh BPS Pusat sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun yaitu pada bulan Juni dan Desember. Namun BPS daerah dapat selalu melakukan update berdasarkan aturan yang telah ditetapkan oleh Kepala BPS melalui aplikasi MFD online. Hal ini dilakukan agar BPS selalu dapat memiliki informasi mutakhir terkait perkembangan atau perubahan wilayah administrasi setingkat desa di seluruh Indonesia. Usulan/update MFD dari BPS daerah akan dievaluasi dan ditetapkan oleh BPS Pusat. MFD yang digunakan untuk pelaksanaan lapangan Podes 2014 merupakan kondisi desa/kelurahan pada bulan Desember 2013. MFD dikelola oleh Subdirektorat Pengembangan Kerangka Sampel, Direktorat Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei. Informasi berisi nama dan kode desa kondisi ST2013 dan Desember 2013 akan digunakan sebagai panduan untuk mengisi identitas desa yang terdapat pada Blok I kuesioner PODES2014-DESA. Namun, kode desa saat pencacahan dapat berbeda dengan MFD yang digunakan, sebagai akibat terjadinya pemekaran wilayah atau penggabungan wilayah desa setelah Desember 2013.
2.3 Mekanisme Lapangan dan Pengolahan Data Podes 2014 Dokumen Podes 2014 diisi oleh petugas pencacah berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber terkait yang berwenang dan relevan, serta penelusuran dokumen yang ada di desa/kelurahan, kecamatan, maupun kabupaten/kota. Sedangkan entry data di BPS Kabupaten/Kota direncanakan dilakukan oleh KSK sebagai upaya optimalisasi penggunaan laptop KSK. Tugas BPS Provinsi hanya melakukan kompilasi dan pemeriksaan kewajaran dan konsistensi data. Secara umum pelaksanaan Podes 2014 dapat dibagi menurut kegiatan di BPS Kabupaten/Kota dan BPS Provinsi.
a.
BPS Kabupaten/Kota Pencacahan lapangan dan pengolahan dilakukan di BPS Kabupaten/Kota. Secara garis
besar pencacahan lapangan Podes 2014 terdiri dari 3 kegiatan yaitu pencacahan potensi desa/kelurahan, potensi kecamatan, dan potensi kabupaten/kota. Sedangkan pengolahan data akan dilakukan oleh KSK untuk mengoptimalkan penggunaan laptop KSK. 12
Pedoman Pencacah Podes 2014
Pencacahan dan Monitoring Progres Pencacahan
1.
Pendataan desa/kelurahan menggunakan kuesioner PODES2014-DESA. Khusus desadesa yang berstatus pemerintahan nagari di Provinsi Sumatera Barat, yang menjadi satuan wilayah pencacahan pada Podes 2014 ini adalah nagari, maka dilakukan pendataan dengan menggunakan kuesioner PODES2014-NAGARI. Sedangkan untuk wilayah di bawah nagari (jorong/korong/kampung)
dilakukan
pendataan
dengan
menggunakan
kuesioner
PODES2014-JORONG. Pendataan dilakukan dengan cara wawancara dengan aparatur pemerintah desa/kelurahan dan narasumber lain yang berwenang dan relevan. Aparatur pemerintah desa/kelurahan meliputi kepala desa/lurah dan perangkat desa/kelurahan. Sementara itu, perangkat desa/kelurahan meliputi sekretaris desa/kelurahan dan kaur/kasi di desa/kelurahan. Pengisian daftar kuesioner menggunakan BOLPOIN. Jika terjadi kesalahan isi maka isian yang salah tersebut dicoret dan diganti dengan isian yang benar, kemudian diparaf. Setelah menyelesaikan satu dokumen pencacahan di desa/kelurahan, petugas pencacah diminta untuk melakukan diskusi dengan pemerintah desa/kelurahan/nagari yang menjadi responden Podes 2014. Dalam diskusi ini akan dibahas beberapa hal seperti: 1.
Klarifikasi tentang kesesuaian data hasil pencacahan dengan fakta yang ada di desa/kelurahan,
2.
Klarifikasi terkait data yang tidak tersedia di pemerintah desa/kelurahan, namun diperoleh dari narasumber lain yang relevan di luar pemerintah desa/kelurahan,
3.
Persepakatan terhadap data yang tidak terdapat di pemerintah desa/kelurahan sehingga diisi berdasarkan perkiraan petugas BPS dan narasumber lain yang relevan,
4.
Persetujuan dan legalisasi pemerintah desa terhadap data final hasil pencacahan Podes 2014 sebagai data yang menggambarkan kondisi riil desa/kelurahan. Pendataan potensi kecamatan dilakukan dengan cara mengunjungi seluruh kecamatan
untuk melakukan wawancara langsung dengan aparatur kecamatan (camat atau narasumber lain yang relevan seperti petugas puskesmas maupun ranting dinas). Pendataan Potensi Kecamatan dilakukan dengan menggunakan kuesioner PODES2014-KEC. Pendataan potensi kabupaten dilakukan dengan mengunjungi kantor bupati/walikota dan kantor-kantor dinas yang relevan di seluruh kabupaten/kota (seperti Dinas Pertambangan, Dinas Perindustrian, Dinas Perhubungan, dan Dinas Pertanian). Petugas selanjutnya melakukan wawancara langsung dengan narasumber di kantor-kantor dinas tersebut sesuai dengan muatan pertanyaan di masing-masing dinas tersebut. Mekanisme lapangan pada pencacahan potensi kabupaten/kota sama dengan mekanisme lapangan pada saat pencacahan potensi kecamatan. Kuesioner yang digunakan dalam pendataan potensi kabupaten/kota adalah PODES2014-KAB/KOTA.
Pedoman Pencacah Podes 2014
13
Adanya informasi yang harus dikumpulkan oleh pencacah seperti isian jumlah fasilitas yang umumnya adalah kurang lengkap, maka petugas pencacah diminta melakukan kunjungan ulang ke narasumber untuk melakukan konfirmasi isian dan mendapatkan legitimasi data yang diperoleh. Oleh karena itu, petugas pencacah perlu melakukan perencanaan secara matang mengenai kegiatan apa saja yang perlu dilakukan oleh petugas dalam setiap kunjungan. Mekanisme lapangan untuk petugas pencacah dan pengawas/pemeriksa berikut agar perlu dipedomani dengan sebaik-baiknya agar keseluruhan pertanyaan pada kuesioner terisi secara lengkap, akurat, dan dapat selesai sesuai dengan jadwal. a.
Jumlah kunjungan dalam rangka pencacahan tidak dibatasi. Namun dalam skema kegiatan lapangan diilustrasikan bahwa keseluruhan pertanyaan pada kuesioner terisi secara lengkap dan benar setidaknya dalam 3 (tiga) kali kunjungan.
b.
Kunjungan pertama 1.
Setiap pencacah sudah melakukan kunjungan pertama ke semua desa/kelurahan dan mencatat sebagian data yang sudah tersedia,
2.
Mengadakan perjanjian untuk kunjungan kedua guna melengkapi data, serta menyampaikan data apa saja yang perlu disiapkan oleh narasumber pada kunjungan kedua,
3.
Dalam kondisi desa yang sangat sulit dijangkau maka pengumpulan keterangan secara lengkap dapat saja dilakukan dalam satu kunjungan.
c.
Kunjungan kedua 1.
Menyelesaikan seluruh isian daftar PODES2014-DESA,
2.
Mengadakan perjanjian untuk kunjungan ke-3 untuk melengkapi data yang masih tersisa, serta menyampaikan data apa saja yang perlu disiapkan pada kunjungan ke-3,
3.
Pencacah memeriksa seluruh isian dengan seksama, termasuk kewajarannya dibandingkan dengan 2011 dan dibandingkan dengan wilayah lain. Ketidak wajaran dikonfirmasi lagi pada kunjungan ke-3.
d.
Kunjungan ketiga 1.
Konfirmasi seluruh data yang sudah dicacah,
2.
Mengadakan persepakatan bahwa data tersebut dipakai sebagai data Podes 2014, serta Kepala Desa/Lurah menandatangani dan memberi cap legalisasi di tempat yang tersedia pada kuesioner.
e.
Pengawasan dan pemeriksaan 1.
Setiap pencacah diawasi dan diperiksa baik selama proses maupun hasil kuesioner dalam hal kelengkapan, kewajaran, dan konsistensi. Selanjutnya pengawas memberikan rekomendasi perbaikan. Pengawasan sebaiknya dilakukan di lapangan,
14
Pedoman Pencacah Podes 2014
2.
Pengawas melakukan Monitoring I (mengirim SMS sesuai format yang sudah ditentukan) untuk setiap desa/kelurahan yang sudah selesai dicacah oleh pencacah dan dokumennya diterima dan diperiksa. Monitoring I juga dilaksanakan pada Podes kecamatan.
3.
Jika dalam satu minggu pengawas/pemeriksa tidak melaporkan desa/kelurahan yang sudah selesai, maka sistem akan memberikan peringatan secara otomatis kepada pengawas, Kasie Sosial, dan Kepala BPS Kabupaten/Kota. Kelancaran kegiatan pencacahan di lapangan juga menjadi tanggung jawab petugas
pengawas lapangan. Pengawas juga sekaligus berfungsi sebagai pemeriksa dokumen yang telah diserahkan pencacah kepada pengawas. Jika ternyata dokumen yang diterima tidak lengkap, tidak wajar atau tidak konsisten maka pengawas dapat memberi tugas kepada pencacah untuk melakukan kunjungan ulang ke desa/kelurahan. Sebaliknya jika dokumen sudah lengkap maka dapat diserahkan kepada KSK/petugas entry untuk dilakukan entry data. Pengolahan dan Monitoring Progres Pengolahan Data
2.
Sebelum entry data, KSK wajib melakukan editing coding. Dokumen yang sudah di-entry dan softfile data hasil entry selanjutnya diserahkan kepada BPS Kabupaten/Kota untuk dikompilasi. Selain itu BPS Kabupaten/Kota juga akan melakukan validasi terhadap data yang sudah dientry. Jika data tersebut dinyatakan clean maka proses selanjutnya adalah melakukan konsistensi dengan dokumen kecamatan dan kabupaten untuk variabel tertentu yang saling terkait. Jika data tidak lolos validasi maka BPS Kabupaten/Kota akan langsung menghubungi pengawas untuk melakukan konfirmasi dan tindak lanjut. Beberapa hal penting terkait kegiatan pengolahan data Podes 2014 yang perlu diperhatikan adalah: 1.
Perangkat lunak yang akan digunakan untuk pengolahan data (perekaman dan pengecekan kewajaran) disiapkan oleh BPS Pusat. Petugas pengolahan data Podes akan dilatih secara khusus sesuai jadwal yang telah ditentukan. Agar pengolahan data dapat diselesaikan tepat waktu, diharapkan kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten/Kota untuk mematuhi jadwal yang telah ditetapkan.
2.
Pengolahan dokumen PODES2014-DESA dilakukan oleh petugas olah data dengan menggunakan aplikasi yang sudah disiapkan oleh BPS Pusat. Petugas olah data adalah KSK atau staf BPS Kabupaten/Kota yang telah mengikuti pelatihan pengolahan data. Sebelum dilakukan entry data, petugas melakukan kegiatan editing-coding, pemeriksaan kewajaran isian dan kebenaran identitas wilayah. Entry data dilakukan segera setelah dokumen terisi secara lengkap dan benar. Softfile hasil entry data dan dokumen PODES2014-DESA dikirim ke BPS Kabupaten/Kota secara bertahap setiap kali satu desa/kelurahan selesai. Softfile untuk Seksi IPDS sementara itu kuesioner untuk Seksi Statistik Sosial.
Pedoman Pencacah Podes 2014
15
3.
Kompilasi data hasil pengolahan PODES2014-DESA dilakukan di BPS Kabupaten/Kota. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: a. Kasi IPDS melakukan kompilasi, b. Kasi Statistik Sosial melakukan Monitoring II yaitu mengupload file terenkripsi dari aplikasi pengolahan yang diberikan oleh Seksi IPDS. Monitoring II melaporkan daftar desa yang telah selesai diolah beserta status validasi datanya, c. Jika dalam satu minggu Kasie Statistik Sosial tidak melakukan kegiatan Monitoring II, maka sistem akan memberikan peringatan secara otomatis kepada Kasie IPDS, Kasie Statistik Sosial, dan Kepala BPS Kabupaten/Kota.
4.
Pemeriksaan data dilakukan dalam hal kelengkapan, kewajaran, validitas, dan konsistensi datanya. Pemeriksaan dilakukan melalui aplikasi tabulasi yang tersedia dalam program pengolahan dan konfirmasi data dengan dinas terkait. Pemeriksaan dan validasi harus dilakukan sehingga diperoleh data yang clean. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: a. Seksi IPDS melakukan validasi dan membuat tabulasi, b. Seksi Statistik Sosial memeriksa tabulasi dan memastikan validitas data, c. Seksi Statistik Sosial melakukan kegiatan Monitoring III, yaitu upload file terenkripsi dari aplikasi pengolahan yang diberikan oleh Seksi IPDS. Monitoring III berisi rekap jumlah desa/kelurahan menurut kecamatan dalam bentuk informasi yang terenkripsi. Upload dilakukan sebelum pengiriman data clean ke BPS Provinsi. d. Jika dalam batas waktu monitoring Kasie Statistik Sosial tidak melakukan kegiatan Monitoring III, maka sistem akan memberikan peringatan secara otomatis kepada Kasie IPDS, Kasie Statistik Sosial, dan Kepala BPS Kabupaten/Kota.
5.
Pengolahan dokumen PODES2014-KEC dan PODES2014-KAB/KOTA dilakukan oleh BPS Kabupaten/Kota dengan menggunakan aplikasi pengolahan data yang sudah disiapkan oleh BPS Pusat.
6.
Pengecekan konsistensi antara data desa dengan data kecamatan dan kabupaten/kota untuk variabel-variabel yang bersesuaian/terkait dilakukan di BPS Kabupaten/Kota.
7.
Pengolahan dan dokumentasi laporan pengawasan dan pemeriksaan dilakukan di BPS Kabupaten/Kota.
8.
Semua data Podes yang meliputi PODES2014-DESA, PODES2014-KEC, PODES2014KAB /KOTA dikirimkan ke BPS Provinsi setelah melalui proses pemeriksaan data. Pemeriksaan data dilakukan melalui aplikasi tabulasi yang tersedia dalam program pengolahan dan konfirmasi data dengan dinas terkait,
16
Pedoman Pencacah Podes 2014
9.
Kepala BPS Kabupaten/Kota menandatangani Surat Keterangan Pengiriman Data dan Penjaminan Kualitas Data ke BPS Provinsi. Surat dikirimkan dalam bentuk softfile kepada Kepala BPS Provinsi cq. Kepala Bidang Statistik Sosial Provinsi, sedangkan asli surat disimpan di BPS Kabupaten /Kota sebagai arsip. Pelaksanaan lapangan dan pengolahan menjadi kegiatan yang saling terkait. Selama
proses pengolahan bisa saja dokumen dikembalikan kepada petugas pemeriksa untuk dibetulkan kembali isian yang masih belum benar. Oleh karena itu kerja sama antara petugas pencacah, pemeriksa, dan petugas pengolahan harus berjalan dengan baik. Alur pencacahan dan pengolahan kegiatan Podes 2014, baik PODES2014-DESA, PODES2014-KEC, PODES2014-KAB dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan 2.2.
Pedoman Pencacah Podes 2014
17
Gambar 2.1. Mekanisme Pendataan dan Pengolahan PODES2014-DESA MULAI
PELATIHAN PETUGAS
PENCACAHAN LAPANGAN MITRA/KSK - Kunjungan dan wawancara dengan narasumber (pemerintah desa/kelurahan) dan narasumber lain yang relevan. - Konsistensi dan klarifikasi data dengan narasumber - Diskusi dan finalisasi data dengan pemerintah desa/kelurahan
PENGAWASAN KSK/STAF - Mengawasi pelaksanaan lapangan - Memeriksa kelengkapan dokumen
PEMERIKSAAN DOKUMEN KSK/STAF - Memeriksa kewajaran dan konsistensi isian - Monitoring I (mengirimkan SMS progres pencacahan) oleh Pengawas/Pemeriksa
Tidak
Dokumen lengkap dan isian akurat?
Ya
PENGOLAHAN DOKUMEN KSK - Editing, Coding, Entry, Verify KOMPILASI DATA DI KAB/KOTA SEKSI IPDS/SOSIAL - Kompilasi data oleh seksi IPDS - Monitoring II/upload file terenkripsi (daftar desa selesai diolah) oleh Kasie Stat. Sosial VALIDASI DATA SEKSI IPDS/SOSIAL - Tabulasi dan pemeriksaan akurasi data - Pemeriksaan trend dan kewajaran data Podes 2014 dengan Podes 2011 - Konfirmasi data Podes 2014 dengan data dinas terkait Tidak Data clean? Ya
KONSISTENSI DATA SEKSI IPDS & SEKS STAT. SOSIAL Konsistensi PODES2014 -DESA, PODES2014-KEC, PODES2014 -KAB/KOTA Tidak KONSISTEN Ya PENGIRIMAN DATA KE BPS PROVINSI - Monitoring III/upload file terenkripsi ( rekap jumlah desa/kelurahan menurut kecamatan) oleh Kasie Stat. Sosial - Pengiriman data oleh Kasie IPDS BPS Kabupaten/Kota SELESAI
18
Pedoman Pencacah Podes 2014
Gambar 2.2. Mekanisme Pendataan dan Pengolahan PODES2014-KEC dan PODES2014-KAB
*) Keterangan: Pencacahan PODES2014-KAB/KOTA tidak ada pengawas
Pedoman Pencacah Podes 2014
19
b.
BPS Provinsi dan BPS Pusat BPS Provinsi dan BPS Pusat tidak melakukan tugas pendataan maupun pengolahan data
Podes 2014. Akan tetapi, BPS Provinsi dan BPS Pusat mempunyai tanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan lapangan di BPS Kabupaten/Kota. BPS Provinsi dan BPS Pusat harus memastikan bahwa pelaksanaan Podes 2014 di BPS Kabupaten berjalan secara efektif. Selain melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pencacahan dan pengolahan data Podes 2014, BPS Provinsi mempunyai tugas sebagai berikut: 1.
Bidang IPDS melakukan kompilasi, validasi dan tabulasi data dari seluruh kabupaten/kota,
2.
Bidang Statistik Sosial memeriksa kelengkapan, kewajaran, dan konsistensi pada tabel yang dihasilkan dari program pengolahan,
3.
Bidang IPDS mengirim file data Podes 2014 ke BPS Pusat (Direktur Sistem Informasi Statistik) setelah dilakukan proses pemeriksaan dan validasi data. Pemeriksaan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi tabulasi yang tersedia dalam program pengolahan.
4.
Kepala Bidang Statistik Sosial menandatangani Surat Keterangan Pengiriman Data dan Penjaminan Kualitas Data ke BPS Pusat. Surat dikirimkan dalam bentuk softfile kepada Direktur Statistik Ketahanan Sosial yang ditembuskan kepada Deputi Bidang Statistik Sosial dan Direktur Sistem Informasi Statistik BPS, sedangkan asli surat disimpan di BPS Provinsi sebagai arsip. Jika dalam pemeriksaan data ternyata masih ditemukan data yang masih error, maka BPS
Provinsi sesegera melakukan konfirmasi kepada BPS Kabupaten/Kota agar data yang masih salah isian untuk segera diperbaiki dan dikirimkan kembali. Setelah diperika kembali di BPS Provinsi dan data dianggap clean maka data tersebut segera dikirimkan ke BPS Pusat c.q. Subdirektorat Integrasi Pengolahan Data Statistik, Direktorat Sistem Informasi Statistik cc. Subdirektorat Statistik Ketahanan Wilayah, Direktorat Statistik Ketahanan Sosial. Data Podes dari BPS Provinsi diterima oleh BPS Pusat melalui Subdirektorat Integrasi Pengolahan Data. Data yang sudah diterima kemudian dilakukan kompilasi, validasi, dan tabulasi. Setelah data Podes 2014 dinyatakan clean, maka data Podes masing-masing daerah akan dikirim kembali ke BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota. Gambar 2.3 menunjukkan bagan alur pengolahan data di BPS Provinsi dan BPS Pusat.
20
Pedoman Pencacah Podes 2014
Gambar 2.3 Mekanisme Podes 2014 di BPS Provinsi dan BPS Pusat
Pedoman Pencacah Podes 2014
21
22
Pedoman Pencacah Podes 2014
BAB 3
STRUKTUR ORGANISASI KEGIATAN PODES 2014
3.1 Struktur Organisasi Struktur organisasi penanggung jawab kegiatan Podes 2014 disusun dengan tujuan agar setiap penanggung jawab kegiatan mengetahui wewenang, tugas, dan tanggung jawabnya masing-masing. Struktur organisasi mulai dari tingkat BPS Pusat, BPS Provinsi sampai dengan BPS Kabupaten/Kota dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1. Struktur Organisasi Penanggung Jawab Teknis Kegiatan Podes 2014 Kepala BPS RI
Deputi Bidang Statistik Sosial - Direktur Statistik Ketahanan Sosial - Kasubdit. Statistik Ketahanan Wilayah
Kepala BPS Provinsi
Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik - Dir. Sistem Informasi Statistik - Dir. Pengembangan
Metodologi Sensus dan Survei
Kepala Bagian Tata Usaha
Kepala Bidang Statistik Sosial
Kepala Bidang IPDS
Kepala BPS Kabupaten/ Kota
Kasubbag. Tata Usaha
Kepala Seksi Statistik Sosial
Kasie IPDS
KSK
Petugas Lapangan/Mitra Keterangan: --------------------
Garis Koordinasi Garis Komando
Pedoman Pencacah Podes 2014
23
Di tingkat BPS Pusat, pengarah umum Podes 2014 adalah Kepala BPS, sementara pengarah teknis adalah Deputi Bidang Statistik Sosial bersama Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik. Sementara itu, penanggung jawab kegiatan Podes 2014 adalah Direktur Statistik Ketahanan Sosial, Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei, dan Direktur Sistem Informasi Statistik. Penanggung jawab teknis Podes 2014 adalah Kepala Subdirektorat Statistik Ketahanan Wilayah, dibantu oleh kepala subdirektorat dan kepala seksi yang terkait. Pada tingkat BPS Provinsi, penanggung jawab pelaksanaan Podes 2014 secara keseluruhan adalah Kepala BPS Provinsi. Penanggung jawab teknisnya adalah Kepala Bidang Statistik Sosial. Sementara itu, penanggung jawab pengolahan adalah Kepala Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik. Pada tingkat BPS Kabupaten/Kota, penanggung jawab pelaksanaan Podes 2014 adalah Kepala BPS Kabupaten/Kota. Sementara itu penanggung jawab teknis adalah Kepala Seksi Statistik Sosial. Sedangkan penanggung jawab pengolahan adalah Kepala Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik.
3.2
Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Pelaksana Podes 2014 Pelaksana kegiatan Podes 2014 di BPS Pusat, BPS Provinsi, dan BPS Kabupaten/Kota
mempunyai wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang berbeda. Wewenang, tugas, dan tanggung jawab kegiatan Podes 2014 yang dikelompokkan menurut rentang kendali kegiatan diuraikan sebagai berikut: BPS Pusat a.
Kepala BPS Kepala BPS mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai pengarah kegiatan
Podes 2014 secara keseluruhan agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar. b.
Deputi Bidang Statistik Sosial Deputi Bidang Statistik Sosial mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai
pengarah kegiatan Podes 2014 secara teknis atas arahan dari Kepala BPS. Deputi Bidang Statistik Sosial lebih berperan sebagai pengarah kegiatan lapangan agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar. c.
Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik mempunyai wewenang dan
tanggung jawab sebagai pengarah kegiatan Podes 2014 secara teknis atas arahan dari Kepala BPS. Deputi Bidang MIS lebih berperan sebagai pengarah kegiatan pengolahan Podes 2014. 24
Pedoman Pencacah Podes 2014
d.
Direktur Statistik Ketahanan Sosial Direktur Statistik Ketahanan Sosial mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut. 1.
Memberi pertimbangan dan saran mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan Podes 2014,
e.
2.
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan,
3.
Mengkoordinasikan kegiatan pelaksanaan Podes 2014,
4.
Menyusun rencana kegiatan beserta seluruh tahapan kegiatannya,
5.
Menyusun jadwal kegiatan,
6.
Membuat laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan.
Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survei mempunyai wewenang, tugas
dan tanggung jawab sebagai berikut. 1.
Bertanggung jawab atas metodologi dan pemutakhiran MFD,
2.
Mengirimkan daftar MFD ke BPS Kabupaten/Kota sebelum pelaksanaan pelatihan dan lapangan,
3.
f.
Memberikan tanggapan mengenai ditemukannya perubahan wilayah.
Direktur Sistem Informasi Statistik (SIS) Direktur Sistem Informasi Statistik (SIS) mempunyai wewenang, tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut. 1.
Bertanggung jawab atas sistem dan aplikasi pengolahan data Podes 2014,
2.
Mendistribusikan sistem dan aplikasi pengolahan data ke BPS daerah,
3.
Menyelenggarakan pelatihan instruktur pengolahan data,
4.
Memantau pelaksanaan pengolahan data Podes 2014 yang dilaksanakan di pusat dan daerah,
5.
Menerima hasil pengolahan data Podes 2014 dari BPS daerah,
6.
Mengkonsolidasikan seluruh hasil pengolahan,
7.
Menyajikan hasil pengolahan,
Pedoman Pencacah Podes 2014
25
BPS Provinsi a.
Kepala BPS Provinsi Kepala BPS Provinsi mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut. 1.
Kepala BPS Provinsi bertanggung jawab memberi arahan teknis dan administratif kepada Kepala BPS Kabupaten/Kota,
2.
Menentukan susunan petugas, organik BPS atau non organik BPS, yang berkaitan dengan ketentuan upah kinerja di BPS Provinsi,
3.
Memonitor dan mengevaluasi penyelenggaraan pelatihan petugas di daerah,
4.
Memonitor dan mengevaluasi jalannya koordinasi dan supervisi pelaksanaan lapangan.
b.
Kepala Bidang Statistik Sosial Kepala Bidang Statistik Sosial mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut. 1.
Melakukan koordinasi pelaksanaan Podes 2014,
2.
Memberi petunjuk kepada Kepala BPS Kabupaten/Kota mengenai rekruitmen dan pelatihan petugas,
3.
Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pencacahan serta pemeriksaan hasil Podes 2014,
4.
Membuat laporan teknis pelaksanaan lapangan Podes 2014.
5.
Melaksanakan upaya penjaminan kualitas data Podes 2014
6.
Menandatangani dan mengirimkan Surat Keterangan Pengiriman Data dan Penjaminan Kualitas Data Ke BPS ke BPS Pusat.
c.
Kepala Bagian Tata Usaha Kepala Bagian Tata Usaha mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut.
26
1.
Mendistribusikan dokumen ke BPS Kabupaten/Kota,
2.
Bersama-sama Kepala Bidang Statistik Sosial menyelenggarakan pelatihan petugas,
3.
Menyelenggarakan administrasi kegiatan Podes 2014.
Pedoman Pencacah Podes 2014
d.
Kepala Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik Kepala Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik mempunyai wewenang,
tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1.
Melakukan koordinasi pengolahan data dengan BPS Kabupaten/Kota
2.
Melakukan penggabungan hasil pengolahan tingkat kabupaten/kota,
3.
Melakukan pemeriksaan validasi dan tabulasi data Podes 2014,
4.
Mengirimkan hasil penggabungan data clean ke BPS Pusat,
5.
Membuat laporan teknis pengolahan Podes 2014.
BPS Kabupaten/Kota a.
Kepala BPS Kabupaten/Kota Kepala BPS Kabupaten/Kota mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut. 1.
Kepala BPS Kabupaten/Kota bertanggung jawab atas kegiatan Podes 2014 secara keseluruhan di kabupaten/kota,
2.
Melakukan rekruitmen petugas lapangan,
3.
Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan lapangan dan pemeriksaan hasil pendataan dan menjamin mutu data Podes 2014,
4.
Melakukan monitoring pencacahan dan pengolahan melalui website SMS Gateway,
5.
Membuat laporan pelaksanaan Podes 2014,
6.
Menandatangani Surat Keterangan Pengiriman Data dan Penjaminan Kualitas Data ke BPS Provinsi.
b.
Kepala Seksi Statistik Sosial Kepala Seksi Statistik Sosial mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut. 1.
Melakukan koordinasi pelaksanaan Podes 2014,
2.
Menyelenggarakan pelatihan petugas bersama-sama dengan Kepala Sub Bagian Tata Usaha,
3.
Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pencacahan serta pemeriksaan hasil Podes 2014,
4.
Mendaftarkan petugas monitoring SMS Gateway,
5.
Melakukan monitoring II dan III (upload file terenkripsi dari program pengolahan) berupa data yang sudah dientri dan rekap data jumlah desa per kecamatan,
6.
Memeriksa tabel dan memastikan kebenaran data Podes 2014,
7.
Membuat laporan teknis pelaksanaan lapangan Podes 2014.
Pedoman Pencacah Podes 2014
27
c.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kepala Bidang Tata Usaha mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut.
d.
1.
Mendistribusikan dokumen ke petugas Podes 2014,
2.
Bersama-sama Kasie Statistik Sosial menyelenggarakan pelatihan petugas,
3.
Membuat laporan administrasi penyelenggaraan pelatihan,
4.
Melaksanakan administrasi kegiatan Podes 2014.
Kepala Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik Kepala Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik mempunyai wewenang,
tugas dan tanggung jawab sebagai berikut. 1.
Melakukan pengelolaan atas perubahan wilayah kerja statistik,
2.
Mengatur pendistribusian peralatan GPS receiver kepada pengawas,
3.
Melakukan koordinasi pengolahan data Podes 2014,
4.
Melakukan validasi data dan tabulasi data serta memeriksa data podes,
5.
Memberikan bahan untuk SMS gateway kepada Kasie Sosial berupa informasi berisi data yang sudah diolah dan divalidasi dalam bentuk enkripsi,
6.
Mengirimkan hasil penggabungan data clean ke BPS Provinsi melalui mekanisme yang ditentukan,
7. e.
Membuat laporan teknis pengolahan Podes 2014 di tingkat Kabupaten/Kota.
Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) Koordinator Statistik Kecamatan mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut. 1.
Melakukan koordinasi pelaksanaan Podes 2014 di tingkat kecamatan,
2.
Mengikuti pelatihan petugas Podes 2014,
3.
Melakukan pengawasan pelaksanaan Podes 2014 di wilayah kerjanya agar pendataan berjalan dengan baik,
4.
Mengikuti pelatihan pengolahan data sebagai petugas pengolah Podes 2014,
5.
Melakukan pengolahan data (entry) Podes 2014,
6.
Menyerahkan dokumen Podes 2014 dan data yang sudah dientri kepada BPS Kabupaten.
28
Pedoman Pencacah Podes 2014
f.
Pengawas/Pemeriksa (PML) Podes 2014 Pengawas/Pemeriksa mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut. 1.
Petugas PML Podes 2014 terdiri dari PML untuk pencacahan Podes 2014 di tingkat desa/kelurahan dan kecamatan,
2.
Mengikuti pelatihan petugas Podes 2014,
3.
Pengawasan/pemeriksaan PODES2014-DESA dilakukan oleh Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) atau staf BPS Kabupaten/Kota,
4.
Pengawasan/pemeriksaan PODES2014-KEC dilakukan oleh Kasie Statistik Sosial atau Staf BPS Kabupaten/Kota,
5.
Mengorganisasikan petugas pencacah yang berada di bawah pengawasannya,
6.
Melaksanakan pengawasan sesuai petunjuk, wilayah kerja dan jadwal yang ditentukan,
7.
Memeriksa hasil pencacahan yang diserahkan petugas pencacah (kelengkapan dokumen, kelengkapan isian dan kualitas data yang diperoleh) dan jika ditemukan kejanggalan, perintahkan kepada petugas pencacah untuk melakukan kunjungan ulang,
8.
Mengirimkan SMS ke SMS Gateway bagi setiap desa yang sudah selesai diperiksa,
9.
Memberikan petunjuk dan jalan keluar atas permasalahan lapangan yang dilaporkan petugas pencacah,
10. Mengumpulkan dan menyusun dokumen hasil pencacahan kemudian diserahkan kepada KSK untuk diolah, 11. Mengukur koordinat dan ketinggian kantor desa/kelurahan menggunakan alat (GPS receiver). g.
Pencacah Podes (PCL) Podes 2014 Pencacah Podes (PCL) mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut. 1.
Pencacah (PCL) terdiri dari KSK/mitra statistik untuk pencacahan Podes 2014 di tingkat desa/kelurahan, KSK untuk pencacahan Podes 2014 di tingkat kecamatan, dan Staf/Kasie Statistik Sosial BPS Kabupaten/Kota untuk pencacahan di tingkat kabupaten/kota,
2.
Mengikuti pelatihan petugas Podes 2014,
3.
Melaksanakan pendataan sesuai dengan petunjuk dan jadwal yang telah ditentukan,
4.
Memeriksa kembali hasil pendataan (kelengkapan dokumen, kelengkapan isian, dan kualitas data yang diperoleh),
5.
Menyerahkan dokumen Podes 2014 yang telah diisi dan diperiksa kepada pengawas/pemeriksa.
Pedoman Pencacah Podes 2014
29
30
Pedoman Pencacah Podes 2014
BAB 4
TATA CARA PENGISIAN DAFTAR
4.1 Ketentuan Umum Pengisian Daftar a.
Semua isian harus ditulis dengan pena, atau BOLPOIN. Petugas tidak boleh mengisi dokumen pencacahan dengan pensil hitam atau pensil warna,
b.
Konsep dan definisi yang digunakan untuk mengisi Daftar Podes 2014, harus sesuai dengan buku pedoman,
c.
Untuk pertanyaan yang jawabannya berupa kode, lingkarilah kode jawaban yang sesuai, kemudian pindahkan kode jawaban tersebut ke dalam kotak yang tersedia di sebelah kanan,
d.
Untuk pertanyaan yang jawabannya bukan kode, tuliskanlah jawaban tersebut dengan huruf kapital atau angka yang benar kemudian pindahkan isian jawaban tersebut ke dalam kotak yang tersedia di sebelah kanan,
e.
Pemindahan isian ke kotak pengolahan hendaknya dilakukan setelah pencacahan selesai. Pemindahan isian di setiap rincian dimulai dari kotak yang paling kanan (rata kanan),
f.
Setiap pertanyaan yang jawabannya berupa isian tetapi jawabannya nol agar diberi tanda strip (-) dan pada kotak isikan 0 (nol),
g.
Bila isian melebihi jumlah kotak yang disediakan misalnya dua kotak maka isikan 98 dan bila tidak tahu isikan 99 ke dalam kotak yang tersedia. Sebagai contoh khusus untuk jarak, bila jaraknya ≥ 98 km maka isikan 98,0 tetapi bila tidak tahu maka isikan (99,0),
h.
Setiap isian agar diteliti kembali dan setiap kesalahan agar diperbaiki sebelum kuesioner diserahkan kepada pengawas/pemeriksa,
i.
Bila responden/aparat desa/kelurahan tidak bisa/ragu-ragu menjawab beberapa pertanyaan (biasanya data kuantitatif/individu), maka pencacah harus menanyakan pada sumbernya langsung. Contoh kasus seperti data jumlah keluarga yang menerima kartu ASKESKIN peserta program jaminan kesehatan masyarakat miskin ditanyakan ke Puskesmas atau Dinas Kesehatan,
j.
Pertanyaan tentang jarak: Semua pertanyaan tentang jarak dari desa/kelurahan ke suatu fasilitas atau ke ibukota kecamatan/kabupaten/kota, dihitung dari lokasi kantor kepala desa/lurah.
Pedoman Pencacah Podes 2014
31
Semua pertanyaan mengacu pada situasi saat pencacahan, kecuali pada beberapa pertanyaan yang telah ditetapkan referensi waktunya.
4.2 Sumber Data yang Dapat Dihubungi Pada isian kuesioner, ada beberapa keterangan yang tidak bisa diperoleh di tingkat desa/kelurahan, sehingga harus diperoleh dari instansi terkait di tingkat kecamatan atau kabupaten/kota. Isian kuesioner tersebut seperti: No.
Isian Kuesioner
(1)
(2)
1
Sumber Data (3)
PLN
3
Jumlah keluarga pengguna listrik (Blok V.R501.a) Dukun bayi (Blok VII.R708) Jumlah warga penerima kartu
4
JAMKESMAS/JAMKESDA selama tahun 2013 (Blok VII. Jumlah keluarga yang berlangganan telepon kabel
2
Posyandu/Puskesmas Bidan/Puskesmas PT. Telkom
(Blok 10. R1003.a)
4.3 Contoh Pengisian Daftar a)
Melingkari kode jawaban
b) Apabila status pemerintahan yang dicacah tergolong dalam kategori kelurahan, maka isian Blok III Rincian 301 adalah:
c)
Desa
-1
UPT/SPT
-3
Kelurahan
-2
Lainnya………………(tuliskan)
-4
2
Mengisi jawaban dan memasukkan jawaban ke kotak
d) Apabila keluarga pengguna listrik PLN dan Non-PLN masing-masing berjumlah 1550 orang dan 50 orang, maka isian Blok V, Rincian 501.a adalah: 1. PLN (Perusahaan Listrik Negara)
1550 keluarga
2. Non-PLN (misalnya:swasta, swadaya, atau perseorangan) 50 keluarga
e)
0
1
5
5
0
0
0
0
5
0
Mengisi jawaban kosong Apabila tidak ada dokter gigi yang tinggal/menetap di desa/kelurahan, maka isian Blok VII Rincian 706.b =
, sedangkan kotak diisi nol (0), Contoh:
b. Dokter gigi (tidak termasuk tukang gigi) : .……….……. orang 0
32
0
Pedoman Pencacah Podes 2014
f)
Mengisi langsung ke dalam kotak Apabila di desa/kelurahan terdapat sebuah SD Negeri dan sebuah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Swasta dan tidak ada SMP/MTs, dan SMP terdekat berjarak 30 km, maka isian Blok VII, Rincian 701.b dan 701.c Kolom (2) s.d. Kolom (4) sebagai berikut:
Jumlah lembaga pendidikan Jeis/jenjang
Jika tidak ada lembaga pendidikan (kolom (2) dan
pendidikan
Negeri
Swasta
(1)
(2)
(3)
kolom (3) berisi 0), perkiraan jarak terdekat (km) (4)
b. SD/MI
0
1
0
1
c. SMP/MTs
0
0
0
0
Pedoman Pencacah Podes 2014
3
0
,
0
33
34
Pedoman Pencacah Podes 2014
BAB 5
PENGISIAN DAFTAR PODES2014-DESA
Bab ini berisi penjelasan mengenai tata cara pengisian daftar PODES2014-DESA, PODES2014-NAGARI dan PODES2014-JORONG. Nomor pertanyaan pada ketiga kuesioner tersebut dirancang identik untuk pertanyaan yang sama. Untuk selanjutnya, istilah desa/kelurahan dalam pedoman ini juga dimaksudkan untuk mewakili nagari, jorong, korong dan kampung yang terdapat dalam kuesioner PODES2014-NAGARI dan PODES2014-JORONG. Sejalan dengan hal itu, istilah kepala desa/lurah dalam pedoman ini juga dimaksudkan sebagai wali nagari dan wali jorong.
BLOK I PENGENALAN TEMPAT Identitas desa/kelurahan yang tercantum pada blok ini (R101 s.d. R107) diperoleh dari BPS Kabupaten/Kota. Tuliskan nama dan kode provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, status daerah (perkotaan atau perdesaan), keberadaan desa/kelurahan di Master File Desa (MFD) online, status definitif dan operasional, serta alamat, nomor telepon, dan alamat e-mail kantor kepala desa/lurah yang menjadi wilayah pencacahan.
Cek apakah nama desa yang terdapat pada papan monografi desa atau pada buku administrasi sudah sesuai dengan nama desa yang ada di daftar Master File Desa (MFD). Jika nama desa/kelurahan berbeda maka lakukan konfirmasi ke aparat desa/kelurahan, perbaiki nama yang ada di daftar MFD dan laporkan kepada pengawas.
Perhatian: a.
Penulisan nama provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, dan alamat lengkap kantor kepala desa/lurah menggunakan huruf besar (kapital).
b.
Kode (PODES2011) merupakan kode desa/kelurahan berdasarkan kondisi Podes 2011;
c.
Kode (ST2013) merupakan kode desa/kelurahan berdasarkan kondisi Sensus Pertanian (ST) 2013;
d.
Kode (Saat Pencacahan) merupakan kode desa/kelurahan berdasarkan kondisi pencacahan (April 2014).
Pedoman Pencacah Podes 2014
35
−
Jika desa/kelurahan tidak mengalami perubahan (pemekaran/penggabungan), maka kode saat pencacahan mengacu pada MFD online (Desember 2013).
−
Jika dalam pelaksanaan lapangan, terjadi perubahan desa akibat pemekaran atau penggabungan desa, maka pencacah harus berkoordinasi dengan pengawas untuk mendapatkan kode identitas desa dari BPS Kabupaten/Kota. BPS Kabupaten/Kota akan memberikan kode desa yang berubah mengacu pada Mekanisme Sistem Pengkodean Wilayah yang telah ditetapkan oleh BPS Pusat.
•
Bila ditemukan desa baru tetapi belum operasional, maka data-data/karakteristik di dalamnya dicatat pada desa induknya.
•
Petunjuk bagi BPS Kabupaten/Kota: Bila ada pemekaran desa baru maka status (Rincian 105) desa baru mengikuti status daerah desa induknya. Misal, desa induk berstatus daerah perkotaan maka status desa pecahannya juga perkotaan. Demikian juga jika pemekaran terjadi di desa berstatus pedesaan.
Rincian 106: Desa/kelurahan tercatat di Master File Desa (MFD) online Rincian pertanyaan ini untuk mengetahui apakah wilayah desa/kelurahan tercatat di Master File Desa (MFD) online atau tidak. Jika desa/kelurahan tercatat di MFD online, maka lingkari kode ‘1’. Jika tidak, lingkari kode ‘2’.
Rincian 107: Status definitif dan operasional desa/kelurahan Rincian pertanyaan ini diisi jika desa/kelurahan tidak tercatat di Master File Desa (MFD) online (R106 berkode ‘2’). Pertanyaan ini digunakan untuk memastikan bahwa wilayah yang dicacah pada Podes 2014 merupakan desa/kelurahan yang definitif dan operasional, yaitu : 1.
Ada wilayah dengan batas yang jelas
2.
Ada penduduk yang menetap di wilayah desa/kelurahan
3.
Ada pemerintah desa/kelurahan
4.
Ada Surat Keputusan (SK) pembentukan desa/kelurahan
Desa definitif dalam Podes 2014 jika memenuhi tiga syarat pertama (R107a-c berkode 1). Jika salah satu rincian pertanyaan dari R107.a sampai dengan R107.c ada yang berkode ‘2’ maka pengisian kuesioner hanya sampai Blok II. Kuesioner ini tetap diolah tetapi tidak menjadi bagian dari target pencacahan lapangan dan informasi desa baru tersebut menjadi bagian dari desa asal.
36
Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 108: Alamat lengkap, nomor telepon dan alamat e-mail kantor kepala desa/lurah Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui alamat lengkap, nomor telepon dan alamat e-mail resmi kantor kepala desa/lurah.
Rincian 108.a: Alamat lengkap Tuliskan alamat lengkap kantor kepala desa/lurah mulai dari nama jalan atau SLS terkecilnya, RT, RW, dusun dsb. Selanjutnya isikan juga kode pos kantor kepala desa/lurah pada kolom berikutnya. Rincian alamat lengkap dan kode pos tidak boleh kosong. Penjelasan: a.
Dalam kasus khusus dimana (1) tidak ada kantor kepala desa/lurah, (2) ada kantor kepala desa/lurah tetapi tidak digunakan, maka alamat yang dimaksud mengacu pada rumah/basecamp berlangsungnya administrasi desa/kelurahan.
b.
Jika kantor kepala desa/lurah sedang diperbaiki dan akan digunakan kembali, maka alamat yang dimaksud mengacu pada kantor kepala desa/lurah yang sedang diperbaiki tersebut.
Rincian 108.b: Nomor telepon kantor dan narasumber Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui ketersediaan nomor telepon kantor kepala desa/lurah dan narasumber. Penulisan nomor telepon kantor kepala desa/lurah harus disertai dengan kode area. Misalnya: 021 (Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi); 022 (Bandung, Cimahi, Soreang, dan Lembang), dsb. Jika kantor kepala desa/lurah tidak mempunyai nomor telepon kantor, maka isikan tanda ‘ - ‘ pada tempat yang tersedia dan usahakan nomor telepon narasumber terisi.
Rincian 108.c: Alamat E-mail kantor dan narasumber Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui ketersediaan alamat e-mail kantor kepala desa/lurah dan narasumber. Jika kantor kepala desa/lurah atau narasumber tidak mempunyai alamat e-mail kantor, maka isikan tanda ‘ - ‘ pada tempat yang tersedia.
Pedoman Pencacah Podes 2014
37
Contoh: Kantor Lurah Sulaeman beralamat di Jl. Hercules IV No.21, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, 40229. Nomor Telepon/Fax : (022) 5435092. Website: http://kelsulaiman_bandungkab.com. Email :
[email protected], maka cara pengisian blok ini adalah: I. PENGENALAN TEMPAT RINCIAN
Kode (PODES2011)
NAMA
Kode (ST2013)
Kode (Saat Pencacahan)
101
Provinsi
JAWA BARAT
3 2
3 2
3 2
102
Kabupaten/Kota *)
BANDUNG
0 4
0 4
0 4
103
Kecamatan
MARGAHAYU
2 6 0
2 6 0
2 6 0
104
Desa/Kelurahan *)
SULAEMAN
0 0 1
0 0 1
0 0 1
105
Status Daerah
1
1
1
106
Desa/kelurahan tercatat di Master File Desa (MFD) online :
107
Status definitif dan operasional desa/kelurahan :
Perkotaan – 11 Perdesaan – 2 Ya – 11
R108
a. Ada wilayah desa/kelurahan dengan batas yang jelas
Ya – 1
Tidak – 2
b. Ada penduduk yang menetap di wilayah desa/kelurahan
Ya – 1
Tidak – 2
c. Ada pemerintah desa/kelurahan
Ya – 1
Tidak – 2
d. Ada SK pembentukan desa/kelurahan
Ya – 1
Tidak – 2
Tidak – 2
1
SMS Gateway
NO
Tidak tahu – 0
Jika R107 a, b, atau c ada yang berkode 2, maka lanjutkan ke R201 sampai R206 kemudian STOP 108
Kantor kepala desa/lurah : a. Alamat lengkap
JALAN HERCULES IV NO. 21
Kode Pos :
4 0 2 2 9
b. Nomor telepon
Telepon kantor : (022)5435092 .................................. Telepon narasumber : .........................................................................
c. Alamat e-mail
E-mail kantor :
[email protected].. E-mail narasumber : ............................................................................
BLOK II. KETERANGAN PETUGAS DAN NARASUMBER Rincian 201 s.d Rincian 206: Keterangan petugas Isikan nama pencacah dan pengawas/pemeriksa, NIP (bila tidak mempunyai NIP agar dikosongkan) pada rincian ini. Jangan lupa untuk melengkapi tanda tangan pencacah dan pengawas/pemeriksa setelah kuesioner terisi lengkap. Rincian 207: Jabatan narasumber Tuliskan jabatan narasumber yang menjadi sumber informasi dalam pengisian kuesioner PODES2014-DESA, baik aparat desa maupun instansi lain. Setelah kuesioner terisi lengkap, pencacah diharapkan melakukan persepakatan dengan kepala desa/lurah atau beberapa aparat desa/kelurahan dalam rangka konfirmasi dan finalisasi data desa yang dikumpulkan. Selanjutnya, pencacah meminta pengesahan kepala desa/lurah dengan menandatangani, memberi nama dan cap/stempel desa/kelurahan pada kuesioner.
38
Pedoman Pencacah Podes 2014
BLOK III. KETERANGAN UMUM DESA/KELURAHAN Rincian 301: Status pemerintahan Status pemerintahan dibedakan menjadi empat, yaitu 1) desa, 2) kelurahan, 3) UPT/SPT, dan 4) lainnya.
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa). Desa memiliki pemerintahan sendiri dan hak untuk mengatur wilayahnya yang lebih luas. Dalam perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan. Desa yang berubah statusnya menjadi kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat. Pemerintahan desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa serta Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Pedoman Pencacah Podes 2014
39
Kelurahan adalah suatu wilayah yang dipimpin oleh seorang lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan atau daerah kota di bawah kecamatan (UU No. 32 Tahun 2004). Lurah diangkat oleh bupati/walikota. Unit Permukiman Transmigrasi UPT adalah satuan permukiman transmigrasi yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat usaha transmigran yang sejak awal direncanakan untuk membentuk suatu desa atau bergabung dengan desa setempat. Organisasi UPT merupakan kelembagaan yang bersifat sementara dibentuk sekurang-kurangnya 2 bulan sebelum transmigran ditempatkan dan paling lama 5 tahun (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.22/MEN/IX/2007). Satuan Permukiman Transmigrasi (SPT) adalah satuan permukiman potensial yang ditetapkan sebagai permukiman transmigrasi untuk mendukung pusat pertumbuhan ekonomi pada wilayah yang sudah ada atau sedang berkembang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 246 Tahun 2003 tentang Prosedur dan Kriteria Penyiapan Lokasi Permukiman Transmigasi). Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas wilayah tertentu, dan berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan filosofi adat Minangkabau (Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah) dan atau berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat (PP No. 72 Tahun 2005). Penjelasan: •
Sampai saat ini, keberadaan UPT masih ada, seperti UPT Buket Ceurana di Kabupaten Bireuen, UPT II PD Harapan di Kab. Aceh Selatan, dsb.
•
Bila dilihat dari data Podes 2008 - 2011, sudah ada UPT yang berubah menjadi desa seperti di Kab. Gayo Lues, UPT Aih Selah (Podes 2008) menjadi Desa Aih Selah (Podes 2011).
Rincian 302: Badan Permusyawaratan Desa/Lembaga Musyawarah Kelurahan Rincian ini ditanyakan untuk setiap desa/kelurahan, apakah sudah terbentuk Badan Permusyawaratan Desa/Lembaga Musyawarah Kelurahan. 302
Badan Permusyawaratan Desa/Lembaga Musyawarah Kelurahan :
Ada – 1
Tidak ada – 2
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah lembaga permusyawaratan/ permufakatan yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat, terdiri dari ketua RW, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya (PP No. 72 Tahun 2005).
40
Pedoman Pencacah Podes 2014
Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) adalah lembaga musyawarah pada tingkat kelurahan untuk menampung aspirasi serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. LMK merupakan lembaga musyawarah pada tingkat kelurahan yang bertujuan untuk membantu lurah sebagai mitra dalam penyelenggaraan pemerintahan dan untuk menampung aspirasi serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Anggota LMK adalah satu orang perwakilan tokoh masyarakat yang dipilih secara demokratis pada tingkat RW (Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2010). Badan Permusyawaratan Nagari yang selanjutnya disebut Bamus Nagari adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah nagari sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan nagari (Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2007). Keanggotaan Bamus Nagari adalah sebagai berikut : 1.
Anggota Bamus Nagari terdiri dari unsur minik mamak/tokoh adat /kepala suku, alim ulama/tokoh agama, cadiak pandai/cendikiawan, bundo kanduang/tokoh perempuan dan komponen masyarakat lainnya yang tumbuh dan berkembang dalam nagari bersangkutan dengan mempertimbangkan representasi jorong yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
2.
Masa jabatan anggota Bamus Nagari adalah 6 tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya.
3.
Pimpinan Bamus Nagari dipilih dari dan oleh anggota Bamus Nagari.
4.
Jumlah anggota Bamus Nagari ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 orang dan paling banyak 11 orang dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk dan kemampuan keuangan nagari.
5.
Tata cara penetapan calon, pemilihan calon dan pemilihan anggota Bamus Nagari diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah kabupaten/kota.
Rincian 303: Batas wilayah desa/kelurahan yang dinyatakan dalam bentuk peta desa/ kelurahan dan telah ditetapkan dalam peraturan Bupati/Walikota Rincian pertanyaan digunakan untuk mengetahui keberadaan batas wilayah desa/kelurahan (dalam bentuk peta desa/kelurahan) yang telah ditetapkan dalam peraturan bupati/walikota. Jika desa/kelurahan memiliki peta batas wilayah desa/kelurahan, maka jika ada isikan kode ‘1’ dan jika tidak ada, isikan kode ‘2’.
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, salah satu unsur penataan desa adalah adanya batas wilayah desa yang dinyatakan dalam bentuk peta desa yang telah ditetapkan dalam peraturan bupati/walikota.
Pedoman Pencacah Podes 2014
41
Rincian 304: Satuan Lingkungan Setempat (SLS) di bawah desa/kelurahan (urutkan dari yang terkecil) Rincian ini ingin memperoleh informasi mengenai jumlah SLS terkecil dan jenjang SLS di bawah desa/kelurahan. Pengisian jenjang SLS dimulai dari SLS terkecil. Satuan Lingkungan Setempat (SLS) adalah bagian wilayah di bawah desa/kelurahan yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan pemerintahan desa/kelurahan. Syarat-syarat pembentukannya harus memperhatikan faktor jumlah penduduk, luas wilayah, letak geografis, prasarana, dan sarana serta kondisi kemampuan ekonomi masyarakat. Pada kenyataannya, nama SLS di setiap desa/kelurahan sangat beragam, di antaranya RT, RW/RK, korong, kampung, banjar, dusun, dsb. Khusus untuk Sumatera Barat, SLS di bawah nagari dapat berupa jorong/korong/ kampung. Tingkatan SLS merupakan struktur atau hierarki SLS di bawah desa/kelurahan. Nama SLS merupakan tingkatan SLS di bawah desa yang dimulai dari SLS terkecil. •
Rukun Tetangga (RT)/Rukun Warga (RW)/Rukun Keluarga (RK) adalah organisasi masyarakat yang diakui dan dibina oleh pemerintah untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah, pembangunan dan masyarakat di desa/kelurahan. Dari segi ukuran luas wilayah dan jumlah keluarga, RT lebih kecil dari RW/RK. Jumlah keluarga di dalam RT biasanya lebih kecil dari 30 keluarga untuk desa dan 50 keluarga untuk kelurahan. Dari setiap RW/RK biasanya terdiri dari paling sedikit 2 RT di desa dan 3 RT di kelurahan (Permendagri No.5 Tahun 1981 tentang Pembentukan Dusun dan Lingkungan dalam Kelurahan, pasal 4).
•
Selain RT/RW/RK, ada beberapa nama SLS lainnya, misal di Medan dikenal dengan sebutan lingkungan, di Sumatera Barat dan Bengkulu disebut Jorong. Pada umumnya di Bali SLS terkecil disebut dengan Banjar. Banjar yang dimaksud adalah Banjar Dinas. Rincian 304.a, ditanyakan untuk mengetahui keberadaan SLS di bawah desa/kelurahan,
maka jika ada isikan kode ‘1’. Jika tidak ada, isikan kode ‘2’ dan lanjutkan ke R.305. Rincian 304.b akan terisi jika Rincian 304.a berkode ‘1’. Isikan jumlah SLS (Rincian 304.b kolom (4)) di desa/kelurahan. Misalnya, suatu desa memiliki Rukun Tetangga (RT) sebagai SLS terkecil sebanyak 5, maka rincian ini diisi jumlah RT yang ada di seluruh desa/kelurahan. Contoh: Kelurahan Mekarsari di Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur terdiri dari 15 RW dan 75 RT, maka pengisian pada Rincian 304 sebagai berikut:
42
Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 305: Letak wilayah dan topografi desa/kelurahan Rincian ini ingin memperoleh informasi mengenai letak wilayah desa/kelurahan yang meliputi jumlah dan nama pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada, serta bentuk topografi wilayah desa/kelurahan.
Rincian 305.a: Letak Wilayah Desa/Kelurahan Isikan banyaknya pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada dan pindahkan isian pada kotak yang tersedia. Pulau adalah massa daratan yang terbentuk secara alamiah, dikelilingi air dan selalu berada di atas permukaan pasang tertinggi (pasal 121 dalam Unclos, 1982). Mangrove tidak termasuk sebagai pulau karena tidak memenuhi kriteria di atas. Penjelasan : •
Jika suatu desa/kelurahan berada di lebih dari 1 pulau, maka R305.a.1 berisi jumlah pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada. Kemudian, R305.a.2 diisi dengan namanama pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada secara berurutan dimulai dari pulau yang paling banyak dihuni warga desa/kelurahan atau mempunyai luas wilayah yang paling besar.
•
Penulisan nama pulau menggunakan huruf kapital.
•
Jika jumlah pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada lebih dari 4, maka tuliskan nama pulau berikutnya di blok catatan. Aplikasi pengolahan akan dibuat secara dinamis untuk menampung kemungkinan penambahan pulau tersebut.
Pedoman Pencacah Podes 2014
43
Rincian 305.b: Topografi wilayah desa/kelurahan Topografi desa/kelurahan dilihat berdasarkan letak sebagian besar wilayah desa/ kelurahan, dibedakan menjadi: 1.
Lereng adalah bagian dari gunung/bukit yang terletak di antara puncak sampai lembah. Lereng yang dimaksud juga mencakup punggung bukit dan puncak (bagian paling atas dari gunung).
2.
Lembah adalah daerah rendah yang terletak di antara dua pegunungan atau dua gunung atau daerah yang mempunyai kedudukan lebih rendah dibandingkan daerah sekitarnya. Lembah di daerah pegunungan lipatan sering disebut sinklin. Lembah di daerah pegunungan patahan disebut graben atau slenk. Sedangkan lembah di daerah yang bergunung-gunung disebut lembah antar pegunungan.
3.
Dataran adalah bagian atau sisi bidang tanah yang tampak datar, rata, dan membentang.
Rincian 306: Keberadaan, lokasi, dan ketinggian kantor kepala desa/lurah Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan, lokasi dan ketinggian kantor kepala desa/lurah dari permukaan air laut. Kantor kepala desa/lurah adalah bangunan aset desa/kelurahan yang diperuntukkan secara khusus untuk kegiatan operasional pemerintahan desa/kelurahan yang tidak dimiliki oleh pribadi.
Rincian 306.a: Keberadaan dan lokasi kantor kepala desa/lurah Isian lokasi kantor kepala desa/lurah: •
Kantor kepala desa/lurah berada di dalam wilayah desa/kelurahan, maka isikan kode ‘1’.
44
•
Kantor kepala desa/lurah berada di luar wilayah desa/kelurahan, maka isikan kode ‘2’.
•
Desa/kelurahan tidak memiliki kantor kepala desa/lurah, isikan kode ‘3’.
Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 306.b: Lokasi kantor kepala desa/lurah berada di pulau……. Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui nama pulau di mana kantor kepala desa/lurah berada. Penjelasan: -
Di beberapa wilayah, kantor kepala desa/lurah juga dikenal dengan istilah balai desa. Namun, perlu ditekankan bahwa tidak semua balai desa merupakan kantor kepala desa/lurah. Yang dicatat di sini adalah bangunan aset desa/kelurahan yang diperuntukkan
secara
khusus
untuk
kegiatan
operasional
pemerintahan
desa/kelurahan yang tidak dimiliki oleh pribadi. -
Isikan nama pulau di mana kantor kepala desa/lurah berada. Pastikan konsistensi isian R306.b dengan R 305.a.2.
Rincian 306.c: Koordinat dan ketinggian kantor kepala desa/lurah Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui titik koordinat geografi dan ketinggian letak kantor kepala desa/lurah. Isikan titik koordinat lintang (latitude) dan bujur (longitude) pada kotak yang tersedia. Titik koordinat kantor kepala desa/lurah diperoleh dari BPS Kabupaten/Kota. Penjelasan: -
Jika BPS Kabupaten/Kota telah melakukan pengukuran titik koordinat ini pada saat Sensus Penduduk 2010, maka untuk kegiatan Podes 2014 dapat menyalinnya.
-
Jika pada saat pencacahan belum ada informasi mengenai titik koordinat dan ketinggian suatu desa/kelurahan, maka BPS Kabupaten/Kota harus melakukan pengukuran (tracking) dengan menggunakan GPS receiver/altimeter yang telah tersedia di BPS Kabupaten/Kota. BPS Kabupaten/Kota diminta memastikan akurasi koordinat posisi dan ketinggian kantor kepala desa/lurah.
-
Jika tidak ada kantor kepala desa/lurah, maka titik koordinat dan ketinggian mengacu pada bangunan yang digunakan untuk kegiatan operasional pemerintahan desa/kelurahan.
-
Jika tidak ada bangunan khusus untuk operasional pemerintahan desa/kelurahan, maka titik koordinat dan ketinggian mengacu pada bangunan di wilayah desa/kelurahan yang diperkirakan tidak akan berubah selama 10 tahun. Titik koordinat adalah titik potong antara garis lintang (latitude) dan garis bujur
(longitude) suatu daerah. Kedua garis lintang dan bujur inilah yang menentukan diperolehnya suatu nilai derajat dari suatu titik yang diukur. Secara umum, cara penulisan titik koordinat terdiri atas dua macam yaitu Decimals Degrees (DD) dan Degrees Minutes Seconds (DMS). Dalam Podes 2014, penulisan titik koordinat menggunakan Decimals Degrees (DD.
Pedoman Pencacah Podes 2014
45
Misalnya: Koordinat kantor kepala desa Malaya yaitu 6,2251o LS dan 107,51o BT. Maka cara pengisian adalah sebagai berikut: 0 6
, 2
2
5
1
LU/LS*
1 0 7
, 5
1
0
0
BT
Ketinggian (altitude) kantor kepala desa/lurah dari permukaan laut adalah ketinggian kantor kepala desa/lurah dari permukaan air laut dalam satuan meter dpal yang diukur menggunakan altimeter. Rincian 307.a: Wilayah desa/kelurahan yang berbatasan langsung dengan laut Wilayah desa yang berbatasan langsung dengan laut adalah wilayah desa yang bersinggungan langsung dengan laut, baik berupa pantai maupun tebing karang.
Penjelasan: -
Jika wilayah desa/kelurahan berbatasan/bersinggungan langsung dengan laut, isikan kode ‘1’.
-
Sebaliknya jika wilayah desa/kelurahan tidak berbatasan/bersinggungan langsung dengan laut, isikan kode ‘2’.
Rincian 307.b.1: Pemanfaatan laut untuk: Jika desa/kelurahan kelurahan berbatasan/bersinggungan langsung dengan laut (R307.a berkode ‘1’), tanyakan mengenai pemanfaatan laut tersebut. Pemanfaatan laut adalah segala aktivitas/kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat untuk memanfaatkan laut (baik warga desa/kelurahan setempat maupun warga desa/kelurahan lain), seperti: perikanan (tangkap dan budidaya), tambak garam, wisata bahari maupun transportasi umum. 1.
Perikanan tangkap (mencakup seluruh biota laut) adalah kegiatan untuk menangkap dan mengumpulkan ikan (pisces) ataupun biota laut lain (misalnya rumput laut, mollusca, udang-udangan) yang hidup secara alamiah dengan alat atau cara apa pun.
46
Pedoman Pencacah Podes 2014
2.
Perikanan budidaya (mencakup seluruh biota laut) adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan atau biota perairan laut lain (misalnya rumput laut) serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkan.
3.
Tambak garam adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan/saluran) untuk menahan/menyalurkan air laut dengan maksud agar garam yang terkandung di dalam air laut tetap berada dalam tambak untuk selanjutnya dipanen oleh petani.
4.
Wisata bahari adalah usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut dan pantai. Contoh: Pantai Ancol, Parangtritis, Pangandaran, Bunaken, Wakatobi, Kepulauan Seribu, Pulau Anyer dan sebagainya.
5.
Transportasi umum adalah jasa transportasi (memindahkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain), penumpang diharuskan membayar ongkos.
Rincian 307.b.2: Keberadaan tanaman mangrove di wilayah desa/kelurahan Kata “mangrove” berkaitan sebagai tumbuhan tropis yang komunitas tumbuhnya didaerah pasang surut dan sepanjang garis pantai (seperti: tepi pantai, muara laguna/danau dipinggir laut dan tepi sungai) yang dipengaruhi oleh kondisi pasang surut air laut. Menurut FAO (1952) definisi mangrove adalah pohon dan semak – semak yang tumbuh dibawah ketinggian air pasang tertinggi. Mangrove juga dapat tumbuh diatas pantai berpasir dan berkarang, terumbu karang dan di pulau – pulau kecil. Di Indonesia diperkirakan terdapat 202 jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit dan 1 jenis paku yang terbagi meknadi 2 kelompok yaitu mangrove sejati (true mangrove) dan mangrove ikutan (asociate). Tanaman mangrove umumnya tumbuh membentuk zonasi mulai dari pinggir pantai sampai pedalaman daratan. Zonasi yang terbentuk bisa berupa zonasi yang sederhana dan zonasi yang kompleks tergantung pada kondisi lingkungan mangrove yang bersangkutan. Tumbuhan yang sering tumbuh di hutan mangrove, dengan jenis antara lain: bakau, apiapi, pedada, tanjang, nyirih, dan nipah. Jika di desa/kelurahan tersebut terdapat tanaman mangrove, maka isikan kode ‘1’. Jika tidak, isikan kode ‘2’.
Pedoman Pencacah Podes 2014
47
Tanaman Bakau
Tanaman Api-Api
Tanaman Pedada Tanaman Tanjang Gambar 5.1. Berbagai Contoh Tanaman Mangrove
Rincian 308: Lokasi wilayah desa/kelurahan terhadap hutan Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui lokasi desa/kelurahan terhadap hutan. Lokasi desa yang berada di dekat hutan dikhawatirkan akan merambah ke hutan.
Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. a
Lokasi wilayah desa/kelurahan terhadap hutan, dibedakan ke dalam: 1.
Di dalam hutan adalah desa/kelurahan yang seluruh wilayahnya terletak di tengah/dikelilingi hutan.
2.
Di tepi/sekitar hutan adalah desa/kelurahan yang wilayahnya berbatasan langsung dengan hutan, atau sebagian wilayah desa tersebut berada di dalam hutan.
3.
Di luar hutan adalah desa/kelurahan yang seluruh wilayahnya tidak berbatasan langsung dengan hutan.
48
Pedoman Pencacah Podes 2014
b
Dalam Podes 2014, fungsi hutan dibedakan ke dalam : • Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok untuk pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Kawasan hutan konservasi terdiri dari Kawasan Hutan Suaka Alam dan Pelestarian Alam Darat, Kawasan Hutan Suaka Alam dan Pelestarian Alam Perairan serta Taman Buru. • Hutan Lindung menurut UU RI No. 41 Tahun 1999 adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah. • Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok untuk memproduksi hasil hutan. Hutan Produksi terdiri dari Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT), dan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK).
BLOK IV. KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN Rincian 401: Penduduk dan keluarga pada 1 Januari 2014
Yang dicatat pada Podes 2014 adalah data jumlah penduduk dan keluarga desa/kelurahan berdasarkan laporan desa/kelurahan sampai Desember 2013. Jika di desa/kelurahan tidak tersedia datanya, maka aparat desa/kelurahan diminta untuk memperkirakan jumlahnya. -
Banyaknya penduduk desa/kelurahan yang dicatat adalah jumlah penduduk yang tercatat pada buku administrasi kependudukan desa/kelurahan, meliputi semua orang yang berdomisili di desa/kelurahan selama 6 bulan/lebih atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap di desa/kelurahan. Warga desa/kelurahan yang sudah tidak menetap lebih dari 6 bulan, maka tidak termasuk sebagai penduduk desa/kelurahan.
-
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Pedoman Pencacah Podes 2014
49
-
Keluarga pertanian adalah keluarga yang sekurang-kurangnya ada satu anggota keluarga yang mengusahakan produk pertanian (menanggung risiko sendiri) dengan tujuan sebagian/seluruh dijual atau memperoleh pendapatan/keuntungan. Khusus untuk keluarga yang menanam padi dan palawija (tanaman pangan), walaupun seluruh hasilnya untuk dikonsumsi sendiri, dikategorikan sebagai keluarga pertanian. Produk pertanian meliputi: tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Contoh: keluarga Pak Budi memiliki lahan pertanian yang semuanya disewa oleh Pak Soleh. Dalam hal ini keluarga Pak Budi sama sekali tidak mengelola lahan pertanian maka keluarga Pak Budi bukan sebagai keluarga pertanian.
-
Buruh tani adalah seseorang yang bekerja di sektor pertanian pada satu atau lebih majikan/institusi dan menerima upah/imbalan dengan sistem harian maupun borongan. Contoh: buruh panen padi, buruh cangkul sawah/ladang, buruh penyadap karet, buruh panen udang dari tambak, buruh pemetik kopi, kelapa, cengkeh, dan sebagainya.
Rincian 402: Kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk desa/kelurahan selama tahun 2013 Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui perubahan jumlah penduduk desa/kelurahan selama tahun 2013, yang disebabkan oleh kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk.
Rincian 402.a: Jumlah kelahiran Isikan jumlah warga desa/kelurahan yang lahir selama tahun 2013. Adapun kelahiran yang dicatat adalah kelahiran hidup. Menurut WHO, lahir hidup adalah peristiwa kelahiran bayi, tanpa memperhitungkan lamanya berada dalam kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan, misalnya bernafas, ada denyut jantung, atau denyut tali pusat, atau gerakan-gerakan otot. Dengan demikian, peristiwa bayi yang lahir dalam keadaan tidak hidup/meninggal, tidak dimasukkan dalam perhitungan jumlah kelahiran. Untuk bayi yang lahir hidup tetapi kemudian meninggal beberapa saat setelah lahir atau kemudian hari, kelahiran ini tetap dimasukkan dalam perhitungan jumlah kelahiran. Tidak termasuk sebagai kelahiran hidup adalah peristiwa keguguran atau bayi yang lahir dalam keadaan meninggal (lahir mati).
50
Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 402.b: Jumlah kematian Rincian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang jumlah kematian penduduk (semua umur) di desa/kelurahan selama tahun 2013. Kematian adalah hilangnya tanda-tanda kehidupan pada seseorang, seperti : tidak bernafas dan berhentinya denyut jantung dan gerakan anggota badan lainnya. Rincian 402.c: Jumlah penduduk yang datang dan menetap di desa/kelurahan (migrasi masuk) Isikan jumlah penduduk yang datang dan menetap di desa/kelurahan ini selama tahun 2013. Rincian 402.d: Jumlah penduduk yang pindah ke luar desa/kelurahan (migrasi keluar) Isikan jumlah penduduk desa/kelurahan yang pindah dan menetap di desa/kelurahan lain selama tahun 2013. Rincian 403: Jumlah warga desa/kelurahan yang sedang bekerja sebagai TKI di luar negeri dan keberadaan agen pengerahan TKI Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui desa-desa/kelurahan-kelurahan pengirim TKI. Jumlah TKI berdasarkan kondisi terakhir saat pencacahan.
Rincian 403.a. dan Rincian 403.b: Jumlah warga desa/kelurahan yang sedang bekerja sebagai TKI di luar negeri TKI adalah setiap WNI yang telah memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Jangka waktu tertentu ini biasanya ditandai dengan lamanya TKI tersebut tinggal di luar negeri, namun masih berstatus sebagai WNI. TKI yang belum berangkat ke luar negeri dan masih tinggal di tempat penampungan PJTKI dan diketahui oleh kepala desa/lurah, maka masih belum terhitung sebagai TKI. Penjelasan: -
Jika aparat desa/kelurahan mengetahui keberadaan warga desa/kelurahan yang sedang bekerja sebagai TKI di luar negeri, maka lingkari kode ‘1’ dan isikan jumlah TKI tersebut pada R.403.b, dirinci menurut jenis kelamin.
Pedoman Pencacah Podes 2014
51
-
Jika aparat desa/kelurahan tahu bahwa tidak ada warga desa/kelurahan yang sedang bekerja sebagai TKI di luar negeri, maka lingkari kode ‘2’.
-
Jika aparat desa/kelurahan tidak tahu mengenai keberadaan warga desa/kelurahan yang sedang bekerja sebagai TKI di luar negeri, maka isikan kode ‘3’.
Rincian 403.c: Agen (seseorang/sekelompok orang/perusahaan) pengerahan TKI ke luar negeri di desa/kelurahan Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui ada tidaknya agen pengerahan TKI di desa/kelurahan. Jika di desa/kelurahan terdapat agen pengerahan TKI, maka isikan kode ‘1’. Jika tidak, isikan kode ‘2’. Agen pengerahan TKI ke luar negeri adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan mencari, merekrut, menampung dan menyalurkan TKI untuk bekerja di luar negeri. Rincian 404.a: Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk adalah sektor atau bidang usaha di mana sebagian besar penduduk desa/kelurahan memperoleh penghasilan/pendapatan.
Sumber penghasilan utama sebagian besar penduduk, meliputi: 1.
Pertanian meliputi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan jasa pertanian.
2.
Pertambangan dan penggalian adalah kegiatan/lapangan usaha di bidang pertambangan dan penggalian, seperti pertambangan batu bara, minyak dan gas bumi, biji logam, penggalian batu batuan, tanah liat, pasir, garam, mineral bahan kimia dan bahan pupuk, penambangan gips, aspal, dan lain-lain.
3.
Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar (barang mentah) menjadi barang setengah jadi atau jadi dan atau barang lain yang nilainya lebih tinggi, meliputi:
52
Pedoman Pencacah Podes 2014
a) Industri makanan, minuman dan tembakau; b) Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; c) Industri barang dari kayu, termasuk perabot rumah tangga; d) Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan; e) Industri kimia dan bahan kimia, minyak bumi, batu bara, karet dan plastik; f) Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak dan batu bara; g) Industri logam dasar; h) Industri barang dari logam, mesin dan peralatan; i) Industri pengolahan lainnya. j) Termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri dan pekerjaan perakitan. 4.
Perdagangan besar/eceran dan rumah makan adalah kegiatan jual beli barang (baru maupun bekas), termasuk usaha restoran/rumah makan dan minuman, katering, restorasi, kafetaria, kantin, warung, dsb.
5.
Angkutan, pergudangan, komunikasi Angkutan mencakup kegiatan penyediaan sarana angkutan penumpang atau barang/ternak dari suatu tempat ke tempat lain dengan sistem berjadwal, baik melalui darat, air maupun udara. Kegiatan lain seperti penyediaan fasilitas terminal, parkir, bongkar muat, dan lain-lain, dicakup sebagai kegiatan transportasi. Pergudangan mencakup usaha penyimpanan barang-barang sementara (bukan stok) sebelum barang tersebut dikirim ke tujuan akhir dengan tujuan komersial. Komunikasi meliputi kegiatan telekomunikasi, penyajian penerbitan, pos dan giro.
6.
Jasa adalah kegiatan layanan (service) atau penyediaan jasa meliputi: pendidikan, kesehatan, kemasyarakatan, serta pemerintahan dan perorangan.
7.
Lainnya adalah kegiatan yang bidang atau sektornya tidak termasuk pada rincian di atas, seperti air, gas, listrik, konstruksi/bangunan, perbankan, dll.
Rincian 404.b.1: Jenis komoditi/sub sektor pertanian Rincian ini terisi jika R404.a berkode ‘1’ yaitu sektor pertanian. Isikan jenis komoditi/sub sektor pertanian yang diusahakan sebagian besar keluarga sebagai sumber penghasilan utama, lalu pindahkan ke dalam kotak yang tersedia sesuai dengan kodenya. Jenis komoditi/sub sektor pertanian meliputi: -
Tanaman pangan adalah kegiatan pertanian tanaman padi dan palawija. Palawija meliputi jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, talas, dll.
Pedoman Pencacah Podes 2014
53
-
Hortikultura adalah kegiatan pertanian tanaman hortikultura meliputi buah-buhan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan.
-
Perkebunan adalah kegiatan pertanian tanaman perkebunan meliputi tanaman perkebunan semusim seperti kapas, tebu, tembakau, maupun tanaman perkebunan tahunan seperti kelapa, kopi, kakao, lada, pala, vanili, kapuk, dll.
-
Peternakan adalah kegiatan peternakan yang mencakup baik ternak besar (sapi, kerbau, kuda, dll), ternak kecil (kambing, domba, babi, kelinci, dll), maupun unggas (ayam, itik, burung, dll). Termasuk budidaya hewan untuk diambil hasilnya seperti telor, susu, madu, bulu, dsb.
-
Perikanan tangkap (mencakup seluruh biota laut) adalah kegiatan untuk menangkap dan mengumpulkan ikan (pisces) ataupun biota laut lain (misalnya rumput laut, mollusca, udang-udangan) yang hidup secara alamiah dengan alat atau cara apa pun.
-
Perikanan budidaya (mencakup seluruh biota laut) adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan atau biota perairan laut lain (misalnya rumput laut) serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkan.
-
Kehutanan adalah kegiatan penanaman, pemeliharaan, pemungutan hasil, pengolahan, pembudidayaan hasil hutan, termasuk penangkaran satwa liar dan pengelolaan suaka alam dan marga satwa.
-
Jasa pertanian meliputi jasa penunjang produksi pertanian dan pasca panen seperti: pengelolaan bibit tanaman untuk pengembangbiakan, pembibitan tanaman hias, persewaan traktor, jasa penggilingan padi, dsb.
Rincian 404.b.2: Jenis permukaan jalan dari sentra produksi/lahan pertanian ke jalan utama desa Sentra produksi/lahan pertanian yang dimaksud mengacu pada lokasi keberadaan sentra produksi/lahan pertanian yang paling luas di wilayah desa/kelurahan. Jalan utama desa adalah jalan yang dianggap oleh sebagian besar penduduk desa/kelurahan setempat sebagai jalan yang paling penting atau paling sering digunakan untuk arus transportasi dari/menuju kantor camat terdekat. Jalan dari sentra produksi/lahan pertanian ke jalan utama desa adalah jalan yang menghubungkan antara lokasi sentra produksi/lahan pertanian dengan jalan utama desa. Jenis permukaan jalan terdiri dari: aspal/beton, diperkeras (dengan kerikil, batu), tanah, dan lainnya (termasuk jalan terbuat dari kayu/papan yang biasanya digunakan di daerah rawa, termasuk jalan setapak, jalan di hutan, dan sejenisnya).
54
Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 405: Produk unggulan di desa/kelurahan Rincian pertanyaan ini untuk mengetahui keberadaan produk (barang) unggulan yang dihasilkan oleh desa/kelurahan.
Produk (barang) unggulan yang dimaksud adalah komoditas atau barang dagangan yang diproduksi dalam jumlah besar dan menjadi ciri khas desa/kelurahan, bentuknya dapat berupa hasil bumi maupun kerajinan setempat. Misalnya: salak pondoh sebagai produk unggulan di Desa Bangun Kerto, Kecamatan Turi (Yogyakarta). Jika desa memiliki produk (barang) unggulan, maka lingkari kode ‘1’ dan isikan produk (barang) unggulan desa/kelurahan pada Rincian 405.b. Sementara jika desa tidak memiliki produk (barang) unggulan, lingkari kode ‘2’.
BLOK V. PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN HIDUP Rincian 501.a: Keluarga pengguna listrik Rincian ini dimaksudkan untuk melihat aksesbilitas keluarga terhadap listrik. Untuk kewajaran isian maka jumlah pada isian Rincian 501.a tidak boleh melebihi Rincian 401.c.
Keluarga pengguna listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah keluarga pengguna/pelanggan listrik yang disalurkan oleh PLN. Keluarga pengguna listrik non-PLN adalah keluarga pengguna/pelanggan listrik selain dari PLN, misalnya diesel/generator, listrik diusahakan oleh pemerintah daerah, swasta, dan listrik swadaya masyarakat. Rincian 501.b: Keluarga tanpa listrik Keluarga tanpa listrik adalah keluarga yang tidak menggunakan listrik sebagai sumber energi untuk penerangan rumah. Penjelasan: Jumlah isian pada Rincian 501 (R501.a.1+R501.a.2+R501.b) harus sama dengan Rincian 401.c.
Pedoman Pencacah Podes 2014
55
Rincian 502: Penerangan di jalan utama desa/kelurahan Rincian ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai ada/tidaknya sarana penerangan dan jenis penerangan di jalan utama desa/kelurahan. Penerangan jalan yang dicatat di sini adalah jika fasilitasnya tersedia dan berfungsi sebagaimana mestinya.
Jalan utama desa adalah jalan yang dianggap oleh sebagian besar penduduk desa/kelurahan setempat sebagai jalan yang paling penting atau paling sering digunakan untuk arus transportasi dari/menuju kantor camat terdekat. Penjelasan: Penerangan jalan yang diusahakan/dibiayai oleh masyarakat (swadaya) atau perusahaan walaupun sumbernya dari PLN dikategorikan sebagai listrik nonpemerintah. Rincian 503: Bahan bakar untuk memasak yang digunakan oleh sebagian besar keluarga Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis bahan bakar untuk memasak oleh mayoritas keluarga di desa/kelurahan ini.
Gas kota adalah penggunaan gas bumi yang diperoleh dari perusahaan gas untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar untuk memasak keluarga sehari-hari. Liquid Petroleum Gas (LPG) adalah bahan bakar berupa gas yang dicairkan yang merupakan produk minyak bumi yang diperoleh dari proses distilasi bertekanan tinggi. Berasal dari beberapa sumber yaitu dari gas alam maupun gas hasil dari pengolahan minyak bumi (Light End). Lainnya seperti arang, sekam, tempurung, briket batu bara, biogas, dll. Penjelasan: Apabila sebagian besar penduduk memasak dengan bahan bakar lebih dari satu jenis dan persentasenya sama, maka kode yang dipilih adalah kode yang terkecil. Rincian 504: Tempat buang air besar sebagian besar keluarga Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis tempat buang air besar yang digunakan oleh mayoritas keluarga di desa/kelurahan ini.
56
Pedoman Pencacah Podes 2014
Jamban adalah tempat buang air besar yang tertutup, baik menggunakan tangki septik maupun tidak. Jamban sendiri adalah jamban yang hanya digunakan oleh satu keluarga. Jamban bersama adalah jamban yang digunakan oleh dua keluarga atau lebih. Jamban umum adalah jamban yang dapat digunakan oleh setiap warga desa/kelurahan yang bersangkutan maupun masyarakat lainnya. Bukan jamban termasuk tempat pembuangan air besar yang penampungan akhirnya kolam/sawah, lubang tanah/tanah lapang/kebun, sungai/danau/laut, dan sebagainya. Penjelasan: -
Apabila sebagian besar keluarga menggunakan dua atau lebih jenis jamban dengan persentase yang sama, maka kode jenis jamban yang dipilih adalah kode yang terkecil.
Rincian 505.a: Tempat buang sampah sebagian besar keluarga Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis tempat buang sampah yang digunakan oleh sebagian besar keluarga di desa/kelurahan ini.
Tempat sampah adalah tempat/wadah yang digunakan untuk menampung sampah yang berlokasi di sekitar halaman atau pagar bangunan dan terbuat dari tembok atau drum atau ember atau lubang besar dan sejenisnya, baik tertutup maupun terbuka. Tempat sampah, kemudian diangkut jika sampah ditampung sementara dalam wadah/tempat sampah yang kemudian sampah tersebut diangkut ke TPS atau langsung ke TPA. Dalam lubang/dibakar jika sampah dibuang ke dalam lubang, baik lubang buatan maupun alamiah, atau sampah tersebut dibakar. Sungai/saluran irigasi/danau/laut jika sampah dibuang ke kali, sungai, saluran irigasi, danau, laut atau pinggir pantai Drainase (got/selokan) jika sampah dibuang ke dalam saluran got/selokan yang pada dasarnya berfungsi sebagai saluran air. Lainnya misalnya sampah dikumpulkan kemudian dipakai sebagai bahan pembuatan kompos. Rincian 505.b: Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) adalah tempat atau lahan yang digunakan sebagai penampungan pembuangan sampah yang bersifat sementara di desa/kelurahan sebelum diangkut ke tempat perdauran ulang, pengolahan atau tempat pengolahan sampah terpadu.
Pedoman Pencacah Podes 2014
57
Rincian 506: Tempat/saluran pembuangan limbah cair/air kotor sebagian besar keluarga Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan masyarakat desa/kelurahan dalam membuang limbah cair/air kotor.
Lubang resapan jika limbah cair/air kotor dari rumah tangga dibuang ke lubang tanah yang permukaan atasnya ditutup. Lubang resapan diperuntukkan secara khusus untuk menampung limbah cair/air kotor dari rumah tangga. Drainase (got/selokan) jika limbah cair/air kotor dari rumah tangga dibuang ke dalam saluran got/selokan yang pada dasarnya berfungsi sebagai saluran air. Sungai/saluran irigasi/danau/laut jika limbah cair/air kotor dari rumah tangga dibuang ke kali, sungai, saluran irigasi, danau, laut atau pinggir pantai. Dalam lubang atau tanah terbuka jika limbah cair/air kotor dari rumah tangga dibuang ke dalam lubang yang tidak tertutup atau langsung dibuang ke tanah terbuka. Di beberapa wilayah di Pulau Jawa, lubang/tanah terbuka untuk pembuangan limbah cair/air kotor ini sering disebut dengan istilah ’peceren’. Lainnya, jika limbah cair/air kotor dibuang selain dengan cara di atas, misalnya dikumpulkan kemudian diproses khusus menjadi limbah yang aman dan ramah lingkungan serta dimanfaatkan untuk keperluan tertentu. Rincian 507: Sumber air untuk minum dan mandi/cuci sebagian besar keluarga Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui sumber air yang digunakan oleh sebagian besar keluarga di desa/kelurahan untuk minum dan mandi/cuci. 507
a. Sumber air untuk minum sebagian besar keluarga berasal dari : Air kemasan –1 Mata air Ledeng dengan meteran (PAM/PDAM) – 2 Sungai/danau/kolam Ledeng tanpa meteran –3 Air hujan Sumur bor atau pompa –4 Lainnya ......................................................... (tuliskan) Sumur –5 b. Sumber air untuk mandi/cuci sebagian besar keluarga berasal dari : Ledeng dengan meteran (PAM/PDAM) – 1 Mata air Ledeng tanpa meteran –2 Sungai/danau/kolam Sumur bor atau pompa –3 Air hujan Sumur –4 Lainnya ......................................................... (tuliskan)
–6 –7 –8 –9
–5 –6 –7 –8
Air kemasan adalah air yang diproduksi oleh suatu perusahaan melalui proses yang higienis dan terdaftar di kementerian kesehatan.
58
Pedoman Pencacah Podes 2014
Ledeng dengan meteran (PAM/PDAM) adalah air yang diproduksi melalui penjernihan dan penyehatan sebelum dialirkan kepada konsumen melalui suatu instalasi berupa saluran air. Sumber air ini diusahakan oleh Perusahaan Air Minum (PAM), Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), atau Badan Pengelola Air Minum (BPAM), baik dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Ledeng tanpa meteran adalah air yang diproduksi melalui proses penjernihan dan penyehatan (air PAM) namun disalurkan ke konsumen melalui pedagang air keliling/pikulan. Sumur bor/pompa adalah air tanah yang cara pengambilannya dengan pompa tangan, pompa listrik, atau kincir angin, termasuk sumur artesis (sumur pantek). Sumur adalah air dalam tanah yang cara pengambilannya dengan menggunakan gayung atau ember, baik dengan menggunakan katrol maupun tidak. Air sumur dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu sumur terlindung dan tidak terlindung. Sumur terlindung adalah sumur yang memiliki lingkar sumur berupa tembok paling sedikit 0,8 meter di atas tanah dan 3 meter ke bawah tanah, serta ada lantai semen sejauh 1 meter dari lingkar sumur. Sumur tak terlindung adalah sumur yang tidak dilindungi oleh tembok dan lantai semen sejauh 1 meter dari lingkar sumur. Mata air adalah sumber air permukaan tanah di mana air timbul dengan sendirinya (alami). Mata air dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu mata air terlindung dan tidak terlindung. Mata air terlindung adalah sumber air permukaan tanah di mana air timbul dengan sendirinya dan terlindung dari air bekas pakai, bekas mandi, mencuci, atau lainnya. Mata air tidak terlindung adalah sumber air permukaan tanah di mana air timbul dengan sendirinya tetapi tidak terlindung dari air bekas pakai, bekas mandi, mencuci, atau lainnya. Rincian 508.a: Sungai, saluran irigasi, dan danau/waduk/situ/bendungan Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan dan penggunaan sungai, saluran irigasi maupun danau/waduk/situ/bendungan yang melintas/berada di desa/kelurahan ini. Menurut PP No. 38 tahun 2011, Sungai adalah tempat, wadah dan jaringan air yang terbentuk secara alamiah maupun buatan mulai dari mata air (hulu) sampai muara (hilir) dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Sungai yang dimaksud di sini termasuk anak sungai, kanal, dan sodetan.
Pedoman Pencacah Podes 2014
59
Saluran irigasi adalah kesatuan bangunan dan saluran untuk mengatur penyediaan, pengambilan, dan pembagian air irigasi. Danau adalah sebuah cekungan yang terbentuk secara alami yang terisi oleh air dari beberapa sumber seperti curahan hujan, sungai, dan air tanah. Waduk adalah penampungan aliran sungai yang dibendung untuk keperluan tertentu, misal pembangkit listrik, persediaan sumber air, irigasi, dsb. Situ merupakan danau yang berukuran relatif lebih kecil. Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah pembangkit listrik tenaga air. Kebanyakan bendungan memiliki pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan. Rincian 508.b: Penggunaan sungai, saluran irigasi, dan danau/waduk/situ/bendungan Isikan penggunaan sungai, saluran irigasi, dan danau/waduk/situ/bendungan oleh masyarakat pada kotak yang tersedia. Penggunaan sungai, saluran irigasi, dan danau/waduk/ situ/bendungan meliputi: mandi/cuci, minum/masak pengairan/irigasi lahan pertanian, pariwisata atau rekreasi (misal adanya fasilitas wisata arum jeram, wisata Sungai Musi, dsb), transportasi, dan pembangkit listrik. Kotak yang diarsir tidak boleh diisi. Rincian 509: Sungai yang melintasi desa/kelurahan dan keberadaan pabrik/usaha yang membuang limbah ke sungai
60
Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 509.a.: Nama sungai yang melintasi desa/kelurahan Rincian ini bertujuan untuk mengetahui sungai yang melewati desa/kelurahan dari hulu sampai ke hilir. Tuliskan nama sungai, baik nama resmi/baku atau sebutan lain sesuai dengan sebutan dari penduduk setempat. Rincian ini diisi jika desa/kelurahan dilintasi sungai (Rincian 508.a kolom (2) berkode ‘1’). Sungai yang melintasi desa adalah sungai yang alirannya melalui wilayah desa/kelurahan, termasuk juga sungai yang menjadi batas desa/kelurahan. Jika ada anak sungai yang tidak mempunyai nama, maka tuliskan nama dari sungai induk. Penjelasan : -
Nama sungai beserta anak sungai harus sama, dan pada sungai yang sama hanya ada satu nama.
Rincian 509.b dan 509.c: Keberadaan permukiman di bantaran sungai Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui informasi mengenai keberadaan permukiman di bantaran sungai yang mencakup banyaknya lokasi, bangunan rumah, dan keluarga yang bertempat tinggal di bantaran sungai. Menurut PP No. 38 tahun 2011, bantaran sungai adalah ruang antara tepi palung sungai dan kaki tanggul sebelah dalam yang terletak di kiri dan/atau kanan palung sungai. Garis sempadan adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai.
Rincian ini sebaiknya ditanyakan pada aparat desa dengan melakukan konfirmasi pada Ketua RT/RW yang wilayahnya mencakup daerah bantaran sungai tersebut.
Gambar 5.2: Contoh Bagian-Bagian Sungai
Pedoman Pencacah Podes 2014
61
Rincian 509.d.1: Pembuangan limbah pabrik/industri/usaha ke sungai Jika desa/kelurahan dilintasi sungai (Rincian 508.a kolom (2) berkode ‘1’), maka tanyakan apakah di desa/kelurahan terdapat kegiatan pembuangan limbah pabrik/industri/ usaha ke sungai tersebut. Jika ada pembuangan limbah pabrik/industri/usaha ke sungai, isikan kode ‘1’ atau isikan kode ‘2’ jika tidak ada. Menurut UU No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, limbah adalah sisa suatu usaha/kegiatan yang dihasilkan dari hasil kegiatan pabrik, industri, pertambangan, dan sebagainya baik berupa gas, debu, cair, atau padat. Namun, rincian ini tidak mencakup limbah di desa/kelurahan yang dihasilkan oleh rumah tangga (limbah domestik). Rincian 509.d.2: Lokasi pabrik/industri/usaha di wilayah desa/kelurahan Jika di desa/kelurahan terdapat pembuangan limbah pabrik/industri/usaha ke sungai (Rincian 509.d.1 berkode ‘1’), maka tanyakan keberadaan pabrik/industri/usaha yang membuang limbah tersebut. Isikan kode ‘1’ jika lokasi pabrik/industri/usaha yang membuang limbah tersebut berada di dalam wilayah desa/kelurahan. Isikan kode ‘2’ jika lokasi pabrik/industri/usaha yang membuang limbah tersebut berada di luar wilayah desa/kelurahan. Rincian 510.a: Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya SUTET di desa/kelurahan. SUTET adalah jaringan kawat beraliran listrik bertegangan lebih dari 200-500 KV untuk pendistribusian listrik lintas daerah. Penjelasan: -
SUTET berbeda dengan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), yaitu terletak pada besaran tegangannya. SUTT bertegangan 30kV-150kV.
Gambar 5.3: Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
62
Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 510.b dan 510.c: Permukiman di bawah SUTET Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya lokasi, bangunan rumah, dan keluarga yang bertempat tinggal di bawah SUTET. Lokasi, jumlah bangunan rumah dan jumlah keluarga yang dicatat pada rincian ini adalah yang berada di bawah lintasan jaringan dan berjarak kurang lebih 20 meter (Permentamben No. 1.P/47/MTE/1992). Rincian 511: Permukiman kumuh Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui informasi mengenai keberadaan permukiman kumuh yang mencakup jumlah lokasi, bangunan rumah, dan keluarga yang bertempat tinggal di permukiman kumuh.
Permukiman kumuh (slum area) adalah wilayah permukiman dengan bangunan yang padat dan tidak layak huni, sanitasi lingkungan yang buruk dan padat penduduk. Permukiman kumuh biasanya berada di lokasi marjinal (tidak boleh dijadikan sebagai tempat tinggal) misalnya: bantaran sungai, pinggiran rel kereta api, sepanjang aliran drainase, di bawah jembatan (layang), pasar, dan sebagainya. Ciri-ciri umum permukiman kumuh antara lain: 1.
Penduduk/bangunan sangat padat,
2.
Banyak rumah yang tidak layak huni,
3.
Sanitasi lingkungan buruk.
Rincian 512: Pencemaran lingkungan hidup di desa/kelurahan selama setahun terakhir Rincian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai pencemaran lingkungan yang terjadi di desa/kelurahan dalam satu tahun terakhir, baik pencemaran air, tanah, maupun udara.
Pedoman Pencacah Podes 2014
63
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, pencemaran lingkungan hidup adalah sesuatu yang mengakibatkan perubahan terhadap lingkungan hidup (air, tanah, dan udara) baik langsung maupun tidak langsung yang dapat membahayakan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia, yang biasanya terjadi dalam waktu yang lama. Gangguan ini bisa terjadi dengan sendirinya (proses alamiah) atau disebabkan oleh aktivitas manusia. Seperti yang ditimbulkan oleh limbah pabrik, pemakaian pupuk kimia pada tanaman, limbah keluarga/pasar/pertokoan/perkantoran, dan sebagainya. Pencemaran lingkungan di suatu daerah ditunjukkan oleh adanya ketidaknyamanan manusia/penduduk terhadap kondisi/ kualitas air, tanah, atau udara yang ada disekitarnya. Penjelasan: a.
Pencemaran air. Air yang tercemar dapat dilihat dari tampilan fisiknya yang keruh, berwarna, berasa, berbusa, dan berbau. • Keruh/tidak jernih, jika air dituang dalam gelas bening terlihat adanya benda-benda kecil yang bercampur menjadi satu, misalnya air yang keruh karena butiran koloid dari tanah liat; • Berwarna, jika air tampak tidak keruh (bening/jernih) tetapi berwarna. Beberapa warna dalam air yang harus diwaspadai diantaranya: - Air berwarna hijau mengandung cuprum, oksida, chlorin, dapat mengakibatkan penyakit ginjal, sistem syaraf pusat dan kanker. - Air berwarna hitam mengandung kalsium, magnesium, dapat mengakibatkan batu ginjal dan kencing batu. - Air berwarna putih mengandung alumunium, arsen, asbestos, dapat mengakibatkan penyakit hati, sistem syaraf pusat dan kanker. - Air berwarna biru mengandung alumunium, sulfur, phospat, pestisida dapat mengakibatkan penyakit hati, ginjal, kencing batu dan sistem syaraf. - Air berwarna jingga (oranye) mengandung besi oksida dapat mengakibatkan gangguan air seni, maupun gangguan keseimbangan metabolisme. • Berasa, jika air memberi rasa tertentu, seperti: asin, anta, payau. Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik. • Berbusa, bila air mengeluarkan busa/buih yang cukup banyak (seperti tercampur deterjen) pada waktu dituang ke suatu tempat (gelas). • Berbau, jika air mengeluarkan bau tertentu. Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.
64
Pedoman Pencacah Podes 2014
b.
Pencemaran tanah. Kesuburan tanah menurun oleh berbagai sebab, yaitu: rusaknya komposisi tanah akibat penambangan, penggalian, terkontaminasinya tanah karena bahan radio aktif di atasnya atau yang dipendam di dalamnya dan sebagainya.
c.
Pencemaran udara dicirikan dengan kondisi udara yang berdebu/berjelaga, berasap, dan berbau menyengat. Sumber pencemarannya meliputi pabrik, pembakaran gamping, kendaraan bermotor, letusan gunung, peternakan, pembakaran lahan/hutan dan sebagainya.
Kolom (3): Sumber pencemaran lingkungan terdiri dari : Rumah tangga, jika sumber pencemaran berasal dari rumah tangga. Misalnya: limbah domestik atau limbah/sampah dihasilkan akibat kegiatan keluarga. Pabrik, jika sumber pencemaran berasal dari pabrik, termasuk dari kegiatan industri/usaha. Limbah lainnya, jika sumber pencemaran berasal dari selain rumah tangga dan pabrik/industri, misalnya pemakaian pupuk kimia yang berlebihan pada tanaman, terkontaminasinya air laut, SPBU bocor, dsb. Jika pada Rincian 512 Kolom (3) berkode ‘3’ maka pada masing-masing baris di kolom tersebut dituliskan sumber pencemaran lainnya. Kolom (4): Pengaduan warga ke aparat desa Jika di desa/kelurahan terjadi pencemaran lingkungan hidup, maka tanyakan apakah kejadian tersebut dilaporkan/diadukan ke aparat desa atau tidak. Jika iya, isikan kode ‘1’. Sebaliknya, isikan kode ‘2’ jika tidak. Rincian 513: Kebiasaan masyarakat membakar ladang/kebun di desa/kelurahan untuk proses usaha pertanian selama setahun terakhir Rincian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kebiasaan masyarakat membakar ladang/kebun di desa/kelurahan yang dilakukan oleh masyarakat untuk proses usaha pertanian selama setahun terakhir.
Kebiasaan membakar ladang/kebun adalah kebiasaan membakar ladang/kebun secara sengaja dengan maksud untuk proses (mempersiapkan) usaha pertanian. Jika di desa/kelurahan terdapat kebiasaan membakar ladang/kebun, isikan kode ‘1’. Jika tidak, isikan kode ‘2’. Rincian 514: Keberadaan lokasi penggalian golongan C di desa/kelurahan
Pedoman Pencacah Podes 2014
65
Menurut PP Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan-Bahan Galian, bahanbahan galian terbagi atas 3 golongan, yaitu: a.
Golongan A, golongan bahan galian yang strategis yaitu: 1. Minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, dan gas alam; 2. Bitumen padat, aspal; 3. Antrasit, batubara, batubara muda; 4. Uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya; 5. Nikel, kobalt; 6. Timah.
b.
Golongan B, golongan bahan galian yang vital yaitu: 1. Besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan; 2. Bauksit, tembaga, timbal, seng; 3. Emas, platina, perak, air raksa, intan; 4. Arsin, antimon, bismut; 5. Yutrium, rhutenium, cerium, dan logam-logam langka lainnya; 6. Berillium, korundum, zirkon, kristal kwarsa; 7. Kriolit, fluorspar, barit; 8. Yodium, brom, khlor, belerang.
c.
Golongan C, golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan A dan B yaitu: 1. Nitrat, phosphate, garam batu (halite); 2. Asbes, talk, mika, grafit, magnesit; 3. Yarosit, leusit, tawas (alam), oker; 4. Batu permata, batu setengah permata; 5. Pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonite; 6. Batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth); 7. Marmer, batu tulis; 8. Batu kapur, dolomite, kalsit; 9. Granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung unsur-unsur mineral golongan A dan golongan B dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan;
66
Pedoman Pencacah Podes 2014
Penjelasan : Rincian ini hanya mencakup penggalian golongan C dimana lokasi penggalian dimaksud adalah tempat dilakukannya kegiatan penggalian golongan C baik yang kegiatannya aktif atau tidak, maupun yang memiliki surat perizinan atau tidak.
BLOK VI. BENCANA ALAM DAN MITIGASI BENCANA ALAM Rincian 601: Kejadian/bencana alam (mengganggu kehidupan dan menyebabkan kerugian bagi masyarakat) yang terjadi selama 3 tahun terakhir Bencana Alam adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang kejadiannya tidak terduga, mengancam dan mengganggu kehidupan/penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor sehingga dapat (berpotensi) mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerugian materi (harta benda), kerusakan lingkungan, dan rasa khawatir bagi sebagian besar penduduk. Penjelasan : -
Bencana alam yang dicatat yaitu bencana yang terjadi dalam kurun waktu 3 tahun terakhir dan dirinci setiap tahun, yaitu 2011, 2012, dan 2013. Dalam suatu kejadian bencana alam dapat menimbulkan beberapa peristiwa alam lainnya.
-
Yang dicatat dalam rincian ini adalah ada tidaknya kejadian bencana alam yang berdampak langsung terhadap warga (korban jiwa, materiil, maupun nonmateriil) di desa/kelurahan.
-
Contoh kasus: • Suatu gunung berapi selama 2 bulan terakhir ini selalu meletus dan menimbulkan gempa. Untuk kasus ini bencana alam yang terjadi adalah gunung meletus dan gempa. • Meletusnya Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur pada tanggal 13 Februari 2014 telah menyebabkan hujan abu vulkanik di sejumlah daerah, baik di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Salah satu wilayah yang terkena dampak abu vulkanik Gunung Kelud adalah sejumlah desa di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat yang jaraknya sangat jauh dari Gunung Kelud. Karena terkena dampak dari abu vulkanik dan menyebabkan kerugian di bidang pertanian, maka sejumlah desa di kabupaten Ciamis tersebut dikategorikan terjadi bencana Gunung Meletus.
Pedoman Pencacah Podes 2014
67
Kolom (1): Jenis bencana alam Tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi dimana terjadi pergerakan tanah atau batuan menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan, seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena luapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, luapan air sungai atau pecahnya bendungan air. Kejadian banjir yang selalu terjadi di suatu desa/kelurahan karena luapan sungai atau sistem drainase yang buruk, seperti yang terjadi di daerah Marunda, Jakarta Utara tetap dikategorikan sebagai banjir, selama warga di daerah tersebut merasa terganggu dan mengalami kerugian. Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan volume yang besar sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa. Banjir bandang disebabkan oleh beberapa faktor seperti karena jebolnya tanggul atau waduk/situ, maupun karena penggundulan hutan. Gempa bumi adalah getaran yang terjadi di permukaan bumi yang biasanya disebabkan oleh pergerakan lempeng bumi. Gempa bumi terjadi karena aktivitas tektonik atau vulkanik. Gempa tektonik adalah jenis gempa yang disebabkan oleh pergeseran tanah sedangkan gempa vulkanik adalah jenis gempa yang disebabkan oleh letusan gunung berapi. Tsunami adalah sebuah gelombang/ombak laut yang besar yang terjadi karena gerakan vertikal pada kerak bumi yang diakibatkan oleh gempa bumi, gempa di laut, gunung berapi meletus atau hantaman meteor di laut. Gerakan vertikal pada kerak bumi dapat menyebabkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar, yang disebut tsunami. Dampak negatif tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya, bangunan, tumbuh-tumbuhan dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah dan air bersih. 68
Pedoman Pencacah Podes 2014
Gelombang pasang laut adalah gelombang air laut yang melebihi batas normal dan dapat menimbulkan bahaya baik di lautan, maupun di darat terutama daerah pinggir pantai. Umumnya gelombang pasang terjadi karena adanya angin kencang/topan, perubahan cuaca yang sangat cepat, dan karena ada pengaruh dari gravitasi bulan maupun matahari. Kecepatan gelombang pasang sekitar 10-100 km/jam. Angin puyuh/puting beliung/topan adalah angin yang hembusannya berputar dengan kencang, dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih. Gunung meletus atau ‘erupsi’ merupakan fenomena alam yang terjadi akibat aktivitas vulkanik di gunung yang menyebabkan magma keluar maupun material vulkanik dari kawah gunung. Dalam hal ini, erupsi yang hanya menyebabkan hujan awan panas juga termasuk kedalam bencana gunung meletus. Kebakaran hutan adalah peristiwa kebakaran yang tidak ada unsur kesengajaan yang terjadi di hutan ataupun pembakaran hutan secara sengaja oleh manusia dan menyebabkan polusi asap yang besar yang mencemari udara baik di dalam wilayah desa maupun di luar desa, mengakibatkan kerusakan lahan serta hasil-hasilnya dan menimbulkan kerugian. Penjelasan : -
Dalam Podes 2014, kebakaran hutan juga termasuk kebakaran lahan.
Kekeringan lahan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah mengalami musim kemarau yang panjang, yang akhirnya menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia. Bencana kekeringan dapat menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan khususnya pada wilayah-wilayah perdesaan yang bergantung pada usaha pertanian. Kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan. Kolom (2): Ada/tidak. Isikan dengan kode yang sesuai. Kolom (3), (5), dan kolom (7): Banyaknya kejadian Rincian ini diisi jika Rincian 601 kolom (2) berkode ‘1’. Jika kejadian bencana alam di desa/kelurahan lebih dari 9 (sembilan) kali, maka tetap ditulis 9. •
Banyaknya kejadian merujuk ke berapa kali satu episode peristiwa (rentetan kejadian) bencana alam yang terjadi.
•
Untuk gempa, satu episode kejadian dimulai dari getaran pertama sampai terakhir. Misalkan dalam satu episode gempa terjadi selama 24 jam, yang mengakibatkan gempa lebih dari satu kali maka jumlah gempa yang dihitung tetap hanya satu kali.
Pedoman Pencacah Podes 2014
69
•
Untuk gunung meletus, satu episode kejadian adalah dari letusan pertama sampai letusan terakhir dan bisa saja berlangsung dalam periode beberapa hari dan tetap dihitung sebagai satu kali letusan.
Kolom (4), (6), dan Kolom (8): Korban jiwa Korban jiwa (meninggal) yang dicatat merujuk pada seluruh kejadian dalam satu tahun kejadian, bukan hanya pada tahun puncak kejadian bencana alam. Jika tidak terjadi korban jiwa, maka isikan 0 (nol). Rincian 602: Fasilitas/upaya antisipasi/mitigasi bencana alam yang ada di desa/kelurahan Bencana alam yang dimaksud di sini adalah merujuk pada kejadian bencana alam (R601).
Menurut UU No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Sistem peringatan dini bencana alam adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana alam pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Sistem peringatan dini bencana alam yang dimaksud disini misalnya peringatan dini terhadap warga mengenai status ketinggian pintu air, status gunung, dsb, yang disampaikan melalui kentongan, pemberitahuan dengan loud speaker, dan lainnya. Penjelasan: -
Pemberian peringatan status bencana melalui Short Messages Service (SMS) yang diberikan kepada warga yang berada pada lokasi berisiko terkena bencana, dicatat sebagai sistem peringatan dini bencana alam.
Sistem peringatan dini tsunami adalah fasilitas pendeteksian kejadian bencana alam tsunami untuk memberikan peringatan dini sebelum bencana alam tsunami datang/menimpa desa/kelurahan. Sistem ini menggunakan peralatan teknologi tinggi sebagai alat atau sarana untuk memonitor kapan dan di mana bencana alam tsunami itu akan terjadi. Cakupan wilayah sistem peringatan dini tsunami meliputi semua desa/kelurahan yang dapat dijangkau oleh sistem tersebut dan bukan hanya desa/kelurahan dimana lokasi alat tersebut berada.
70
Pedoman Pencacah Podes 2014
Penjelasan : -
Sistem peringatan dini tsunami yang dimaksud disini adalah peralatan teknologi tinggi untuk memonitor datangnya gelombang air laut pasang tsunami (desa tersebut berada dalam cakupan sistem peringatan dini, bukan lokasi dimana alat tersebut dipasang).
-
Sistem peringatan dini tsunami yang dicatat adalah yang masih berfungsi. Jika warga mengatakan tidak tahu apakah sistem peringatan dini tsunami masih berfungsi atau tidak, maka tetap dicatat sebagai ’ada sistem peringatan dini tsunami’ di desa/kelurahan.
Perlengkapan keselamatan adalah perlengkapan yang diupayakan/disediakan oleh aparat setempat ataupun warga komunitas lokal untuk antisipasi maupun evakuasi korban saat terjadi bencana alam, seperti: perahu karet, tenda, persediaan masker dan sebagainya. Jalur evakuasi adalah jalur atau rute khusus yang digunakan untuk evakuasi pada saat terjadi bencana alam. Jalur atau rute ini bisa tersedia di desa/kelurahan dalam bentuk apapun, misal peta, petunjuk evakuasi, dan lokasi aman untuk berkumpul (muster point). Yang terpenting adalah jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam, warga desa/kelurahan tahu jalur atau rute evakuasi yang harus dilewati.
BLOK VII. PENDIDIKAN DAN KESEHATAN Rincian 701: Jenis/jenjang lembaga pendidikan Kolom (2) dan Kolom (3): isikan ke dalam kotak banyaknya lembaga pendidikan yang ada aktivitasnya menurut tingkat pendidikan. Tidak termasuk dalam hal ini lembaga pendidikan yang baru terdaftar secara definitif dan belum melakukan aktivitas belajarmengajar. Lembaga pendidikan adalah lembaga yang menghasilkan siswa yang lulus dan diakui/disahkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dibuktikan dengan sertifikat/ijazah. Banyak lembaga kursus keterampilan yang menyebutkan bahwa lulusan kursusnya setara dengan diploma padahal belum tentu diakui oleh Kemendikbud sebagai diploma. Ada beberapa kasus terkait cakupan lembaga pendidikan/sekolah: •
Jika ada sekolah yang terletak di perbatasan dua desa, maka dicatat di salah satu desa dimana kantor administrasi berada.
•
Sebuah kampus yang meliputi beberapa desa, maka catat desa dimana kantor rektor berada.
•
Untuk sekolah jarak jauh atau kelas jarak jauh dan sekolah terbuka dicatat menjadi satu dengan sekolah induknya dimana pengelolaan administrasi berada.
Pedoman Pencacah Podes 2014
71
•
Lembaga yang memenuhi kriteria/karakterisitik sebagai lembaga pendidikan tetap dimasukkan sebagai lembaga pendidikan yang sesuai/setara, contoh lembaga pendidikan setara akademi seperti LP3I.
TK/RA/BA, meliputi Taman Kanak-Kanak (TK), Bustanuf Athfal (BA) dan Raudatul Athfal (RA). SD/MI, meliputi Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah (MI), baik negeri maupun swasta. SMP/MTs, meliputi Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah (MTs), baik negeri maupun swasta. SMU/MA, meliputi Sekolah Menengah Umum, Madrasah Aliyah (MA), baik negeri maupun swasta. SMK, meliputi Sekolah Menengah Kejuruan, Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), baik negeri maupun swasta. Akademi/Perguruan Tinggi, meliputi Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut dan Universitas, baik negeri maupun swasta. Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sarana pendidikan yang diperuntukkan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional dan mental. Pondok pesantren (Ponpes) adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam berbasis masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis pendidikan lainnya (PP No. 55 tahun 2007). Pondok pesantren selain mengajarkan kitab kuning atau kitab klasik, adapula yang menyelenggarakan pendidikan seperti: MI, MTs maupun MA. Ponpes yang menyelenggarakan pendidikan formal dan atau non formal seperti MI, MTs, MA maupun madrasah diniyah, unit satuan pendidikannya selain masuk dalam ponpes juga masuk ke MI, MTs, MA dan atau madrasah diniyah. 72
Pedoman Pencacah Podes 2014
Pesantren itu terdiri dari lima unsur pokok yaitu: Kiai, Santri, Masjid, Pondok dan Pengajaran kitab-kitab Islam klasik. Pengertian Pondok Pesanten yang lain adalah bercirikan: a.
Pesantren harus berbentuk asrama (full residential Islamic Boarding School),
b.
Fungsi kiai sebagai centre figure, yang berperan sebagai guru, pendidik, dan pembimbing,
c.
Masjid sebagai pusat kegiatan,
d.
Materi yang diajarkan tidak sebatas kitab kuning saja.
Madrasah Diniyah adalah bagian terpadu dari pendidikan nasional untuk memenuhi hasrat masyarakat tentang pendidikan agama. Madrasah Diniyah termasuk ke dalam pendidikan yang dilembagakan dan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik dalam penguasaan terhadap pengetahuan agama Islam (UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang ditindaklanjuti dengan disahkannya PP No. 55 Tahun 2007, Undang-Undang Pendidikan dan Peraturan Pemerintah, Departemen Pendidikan Nasional). Madrasah Diniyah ada yang diselenggarakan di Ponpes dan di luar Ponpes seperti di masjid, musholla, rumah ataupun di kantor kepala desa (lurah). Materi pembelajaran madrasah diniyah adalah Al’quran, Hadist, fiqih/ibadah, aqidah/ahlak, sejarah kebudayaan Islam dan Bahasa Arab dll. Lembaga Pendidikan Diniyah terdiri atas: a.
Diniyah Atfal (DA), Diniyah Ula (DU), Diniyah Wustha (DW), Diniyah Ulya (DUy) dan Ma’had Aly yang sudah memiliki izin operasional dari Departemen Agama.
b.
Lembaga pendidikan Diniyah pada jalur non-formal berjenjang, terdiri dari Diniyah Takmiliyah Awwaliyah (DTA), Diniyah Takmiliyah Wustha (DTW), Diniyah Takmiliyah Ulya (DTU), dan Diniyah Takmiliyah Aly (DTA) yang sudah memiliki izin operasional dari Departemen Agama.
c.
Lembaga pendidikan Diniyah pada jalur non-formal tanpa jenjang, terdiri dari Taman Kanak-kanak al-Qur’an (TKQ), Ta’limul Qur’an lil ’Aulad (TQA), Taman Pendidikan alQur’an (TPQ) dan Majelis Taklim (MT) yang sudah memiliki izin operasional dari Departemen Agama.
Seminari atau sejenisnya adalah lembaga pendidikan tinggi agama Katolik/Kristen, dalam profesi kepastoran dan biasanya menyediakan asrama bagi para siswanya dalam komplek pendidikan. Contoh sejenisnya adalah Pendidikan Alkitab untuk Agama Protestan. Kolom (4): Perkiraan jarak ke lembaga pendidikan terdekat (dalam km). Jika tidak ada lembaga pendidikan, maka isikan perkiraan jarak ke lembaga pendidikan serupa yang terdekat (km). Jika jarak ke lembaga pendidikan kurang dari 100 m maka tuliskan angka ’00,0’.
Pedoman Pencacah Podes 2014
73
Rincian 702.a: Kegiatan pemberantasan buta aksara/keaksaraan fungsional (KF) selama 3 tahun terakhir Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui kegiatan pemberantasan buta aksara. Keaksaraan fungsional adalah metode pemberantasan buta aksara meliputi pengajaran kemampuan baca, tulis, dan hitung, serta berbagai keterampilan lain. Keterampilan disini tergantung proposal yang diajukan, misal memasak, menjahit, pembuatan kain sulam, dsb.
Rincian 702.b: Kegiatan pendidikan Paket A/B/C selama setahun terakhir Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan kegiatan pendidikan paket A/B/C. Program Paket A (setara SD/MI), Paket B (setara SMP/ MTs), dan Paket C (setara SMA/MA). Rincian 702.c: Pos Pendidikan Anak Usia Dini (Pos PAUD) yang masih beroperasi Pos Pendidikan Anak Usia Dini (Pos PAUD) adalah tempat kegiatan pembinaan anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk pertumbuhan/perkembangan jasmani dan rohani agar siap memasuki pendidikan selanjutnya. Penjelasan : -
Pos PAUD sering dikenal dengan nama ‘PAUD’ saja. Dalam kasus ini, tetap dicatat dalam Podes 2014.
Rincian 702.d: Kelompok Bermain (Play Group) yang masih beroperasi Kelompok Bermain (Play Group) adalah pendidikan anak-anak usia 2-6 tahun yang berfungsi untuk membantu meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Program yang lebih dikenal dengan nama Play Group ini, merupakan program pendidikan prasekolah sebelum TK yang programnya adalah mengajarkan anak belajar bersosialisasi di antara mereka dengan cara bermain. Penyelenggaran Play Group dikelola oleh pihak swasta, baik pendanaan maupun tenaga pengajarnya.
74
Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 702.e: Taman Penitipan Anak (TPA) yang masih beroperasi Taman Penitipan Anak adalah bentuk intervensi pendidikan bagi anak usia 3 bulan sampai memasuki pendidikan dasar pada lembaga taman penitipan anak (wahana kesejahteraan anak yang biasanya berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu bagi anak yang orang tuanya bekerja). Ini berupa tempat menitipkan anak yang disertai dengan program pendidikan prasekolah dan mempunyai program stimulasi untuk anak, antara lain alat bermain (motorik kasar), mengenal bentuk (motorik halus) dan bermain (sosialisasi). Nama lain yang mungkin ditemui adalah full day atau day care. Rincian 702.f: Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang masih beroperasi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) adalah lembaga yang lahir dari dan untuk masyarakat yang merupakan potensi dalam memberdayakan warga (masyarakat umum) untuk belajar dan memperoleh informasi/pengetahuan untuk meningkatkan taraf hidup. TBM dicirikan sebagai suatu ruang/tempat yang menyediakan koleksi bahan bacaan yang bertujuan untuk memberikan akses pada masyarakat untuk memperoleh bahan bacaan. Rincian 703: Jenis pendidikan keterampilan Isikan banyaknya lembaga yang menyediakan pendidikan keterampilan di desa/kelurahan. Pendidikan keterampilan adalah pendidikan luar sekolah yang dikelola oleh lembaga/badan pelatihan/kursus keterampilan yang mempunyai ciri: jangka waktu pendidikan relatif pendek, ditunjukkan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat umum dan menyediakan sertifikat bagi peserta yang lulus. Contoh pendidikan keterampilan antara lain: bahasa asing, komputer, menjahit/tata busana, kecantikan/tata rias, montir mobil/motor, elektronika (reparasi TV, AC, Kulkas, dsb) dan lainnya (memasak/tataboga, stir mobil, dsb). Pendidikan keterampilan termasuk yang diselenggarakan oleh BLK (Balai Latihan Kerja). Penjelasan: -
Yang dicatat dalam Podes 2014 adalah lembaga pendidikan keterampilan yang masih aktif/ beroperasi.
Pedoman Pencacah Podes 2014
75
Rincian 704: Sarana Kesehatan Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Yang dicatat dalam Podes 2014 adalah sarana kesehatan yang masih aktif/beroperasi.
Rumah Sakit (RS) adalah sarana kesehatan/bangunan tempat untuk melayani penderita yang sakit untuk berobat rawat jalan atau rawat inap yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Rumah sakit yang dicatat adalah rumah sakit umum dan khusus. Rumah sakit umum bisa dimiliki oleh: Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, TNI/POLRI atau swasta/BUMN. RS Pemerintah Pusat misalnya RSCM/RSUP Dr. Ciptomangunkusumo Jakarta, RS Pemerintah Daerah misalnya RS Abdul Muluk di Lampung, RS Bhayangkara milik POLRI dan RS Swasta misalnya RS Stella Maris di Kota Makasar-Sulawesi Selatan, RS Pelni/RS Pertamina milik BUMN. Termasuk rumah sakit khusus seperti rumah sakit perawatan paru-paru dan rumah sakit jantung. Rumah Sakit Bersalin adalah rumah sakit khusus untuk persalinan, dilengkapi pelayanan spesialis pemeriksaan kehamilan, persalinan, rawat inap dan rawat jalan ibu dan anak yang berada di bawah pengawasan dokter spesialis kandungan. Rumah Bersalin adalah sarana pelayanan kesehatan dengan izin sebagai rumah bersalin, dilengkapi pelayanan pemeriksaan kehamilan, persalinan serta pemeriksaan ibu dan anak yang berada di bawah pengawasan bidan senior. Biasanya Rumah Sakit Bersalin/Rumah Bersalin dikelola oleh swasta. Misal RSB Bunda Menteng Jakarta. RSB biasanya melakukan pelayanan operasi, sedangkan RB tidak melakukan tindakan operasi.
76
Pedoman Pencacah Podes 2014
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) sebagai sarana kesehatan/bangunan yang dipakai sebagai pusat kesehatan masyarakat. Puskesmas adalah sebagai unit pelayanan kesehatan milik pemerintah (pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota) yang bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan masyarakat untuk wilayah kecamatan, sebagian kecamatan, atau kelurahan/desa. Puskesmas memberikan pelayanan berobat jalan dengan rawat inap. Biasanya Puskesmas berada di setiap kecamatan dan dapat terdiri dari 2 – 3 puskesmas di dalam 1 kecamatan. Pada Podes 2014, Puskesmas dibedakan antara puskesmas yang menyediakan pelayanan rawat inap dan tidak. Puskesmas Pembantu (Pustu) sebagai sarana kesehatan/bangunan yang dipakai sebagai pusat kesehatan masyarakat untuk wilayah yang lebih kecil, misal di desa/kelurahan. Pustu merupakan sarana kesehatan milik pemerintah yang berfungsi menunjang dan membantu memperluas jangkauan puskesmas dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia. Pustu memberikan pelayanan berobat jalan. Pustu bertanggung jawab ke puskesmas induk di kecamatan. Poliklinik adalah sarana kesehatan/bangunan yang dipakai untuk pelayanan berobat jalan. Biasanya dikelola oleh swasta atau organisasi keagamaan tertentu. Balai pengobatan adalah tempat pemeriksaan kesehatan di bawah pengawasan mantri kesehatan. Tempat praktek dokter adalah sarana kesehatan/bangunan yang digunakan untuk tempat praktek dokter yang biasanya memberikan pelayanan berobat jalan, termasuk praktek dokter yang mempunyai fasilitas rawat inap dan apotek. Tempat praktek bidan adalah sarana kesehatan/bangunan yang digunakan untuk tempat praktek bidan yang biasanya memberikan pelayanan ibu hamil dan bayi. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau lebih sering dikenal sebagai PKD di beberapa wilayah merupakan sarana kesehatan/bangunan yang dibentuk di desa/kelurahan dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa/kelurahan. Poskesdes merupakan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) sehingga masyarakat dapat berperan aktif dalam meningkatkan taraf kesehatan di lingkungannya dengan kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan masalah kesehatan. Poskesdes dikelola oleh bidan dan dibantu beberapa kader. Pondok Bersalin Desa (Polindes) adalah bangunan yang dibangun dengan sumbangan dana pemerintah dan partisipasi masyarakat desa untuk tempat pertolongan persalinan dan pemondokan ibu bersalin, sekaligus tempat tinggal bidan di desa. Di samping pertolongan persalinan juga dilakukan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), dan pelayanan kesehatan lain sesuai kebutuhan masyarakat dan kompentensi teknis bidan tersebut.
Pedoman Pencacah Podes 2014
77
Posyandu adalah salah satu wadah peran serta masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan dasar dan memantau pertumbuhan balita dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara dini. Kegiatan tersebut meliputi pelayanan imunisasi, pendidikan gizi masyarakat serta pelayanan kesehatan ibu dan anak. Apotek adalah suatu sarana kesehatan yang digunakan untuk pekerjaan kefarmasian, dan penyaluran/penjualan obat/bahan farmasi. Apotek melayani pembelian obat secara bebas atau dengan resep dokter. Apotek selalu ada tenaga apoteker selaku penanggungjawabnya. Toko khusus obat/jamu adalah tempat tertentu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan menyimpan, menjual obat/bahan khusus untuk obat/jamu. Toko obat/jamu melayani pembelian obat-obatan bebas terbatas dan juga obat bebas. Penjelasan: -
Toko khusus ‘obat kuat’ tidak dikategorikan sebagai toko khusus obat/jamu sehingga tidak dicatat.
Kolom (2): Ada/Tidak Isikan keberadaan sarana kesehatan di desa/kelurahan. Kolom (3): Jumlah sarana kesehatan isikan jumlah sarana kesehatan (baris a sampai l) yang ada di desa/kelurahan ini. Rincian ini diisi jika kolom (2) berkode ‘1’. Jumlah sarana kesehatan adalah jumlah secara fisik berupa bangunan sarana kesehatan yang masih berfungsi (memberikan pelayanan kesehatan) yang berada di dalam wilayah desa/kelurahan ini. Kolom (4): Jarak ke sarana kesehatan terdekat Bila sarana kesehatan yang dimaksud tidak ada di desa/kelurahan (Kolom (2) berkode ’2’), maka perlu ditanyakan kolom (4). Isikan perkiraan jarak (dalam kilometer) dari kantor kepala desa/lurah ke sarana kesehatan serupa terdekat pada kolom (4). Jika jaraknya kurang dari 1 km maka tuliskan angka ’00,0’. Penjelasan : −
Jika di desa/kelurahan tidak tersedia puskesmas pembantu, puskesmas tanpa rawat inap, atau puskesmas dengan rawat inap, maka jarak yang dimaksud adalah jarak terdekat ke salah satu dari ketiga fasilitas kesehatan tersebut (puskesmas pembantu, puskesmas tanpa rawat inap, atau puskesmas dengan rawat inap).
78
Pedoman Pencacah Podes 2014
Kolom (5): Kemudahan untuk mencapai sarana kesehatan Kolom (5) diisi jika sarana kesehatan yang dimaksud tidak ada di desa/kelurahan (Kolom (2) berkode ’2’). Isikan Kolom (5) dengan persepsi kepala desa/lurah atau perangkat desa/kelurahan tentang kemudahan akses ke sarana kesehatan serupa dengan memperhitungkan sarana atau alat transportasi yang digunakan/dipakai. Pilihan kategorinya adalah sangat mudah, mudah, sulit atau sangat sulit. Rincian 705 : Jumlah posyandu menurut kegiatan/pelayanan selama setahun terakhir Rincian ini diisi jika R704.k Kolom (2) berkode ’1’ yang artinya ada posyandu di desa/kelurahan. Posyandu mempunyai 2 kegiatan, yaitu: kegiatan utama dan tambahan.
Kegiatan utama posyandu meliputi: 1.
Pelayanan kesehatan ibu dan anak, yaitu penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi kepada ibu hamil oleh kader kesehatan dan pembentukan kelompok ibu hamil pada setiap hari buka posyandu atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan.
2.
Pelayanan kesehatan bagi ibu nifas dan menyusui, yaitu penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, ibu nifas, perawatan kebersihan jalan lahir (vagina), pemberian vitamin A dan tablet besi, perawatan payudara, senam ibu nifas dan pemeriksaan kesehatan lainnya.
3.
Pelayanan kesehatan bayi dan balita yaitu penimbangan berat badan, penentuan status pertumbuhan, penyuluhan, dan pemeriksaan kesehatan lainnya.
4.
Pelayanan Keluarga Berencana (KB).
5.
Pelayanan imunisasi.
6.
Pelayanan gizi.
7.
Pencegahan dan penanggulangan diare.
Kegiatan tambahan misalnya: 1.
Perbaikan kesehatan lingkungan.
2.
Pemberantasan penyakit menular.
3.
Berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.
Jumlah posyandu berdasarkan kegiatan/pelayanan dibagi menjadi 2, yaitu: 1.
Ada kegiatan/pelayanan setiap sebulan sekali adalah posyandu di desa/kelurahan yang minimal ada satu kegiatan/pelayanan posyandu setiap bulan.
2.
Ada kegiatan/pelayanan setiap 2 bulan atau lebih adalah posyandu di desa/kelurahan yang ada kegiatan/pelayanan posyandu tapi tidak setiap bulan.
Pedoman Pencacah Podes 2014
79
Rincian 706: Tenaga kesehatan yang tinggal/menetap di desa/kelurahan Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemudahan masyarakat dalam mengakses kesehatan. Diharapkan, jika ada tenaga kesehatan yang tinggal/menetap di desa/kelurahan, warga dengan mudah mendapatkan pelayanan pengobatan. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang memiliki pengetahuan dan atau keterampilan bidang kesehatan dan melakukan upaya kesehatan untuk masyarakat umum baik secara langsung maupun tidak langsung, mencakup dokter (umum dan spesialis), dokter gigi, bidan, perawat, dsb.
Menurut Permen Kemenkes No 32 Tahun 1996, tenaga kesehatan terdiri dari: 1.
Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.
2.
Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.
3.
Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.
4.
Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian.
5.
Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.
6.
Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara.
7.
Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis.
Dokter adalah tenaga kesehatan profesional yang berlatar belakang pendidikan kedokteran dan memberikan pelayanan kesehatan, misal membuat diagnosis medis dan penanganannya. Dokter yang dicakup adalah dokter umum dan dokter spesialis tidak termasuk dokter hewan. Bidan adalah seorang petugas paramedis yang memperoleh pendidikan formal mengenai kebidanan dan berdomisili/tinggal di desa/kelurahan. Tenaga kesehatan lainnya meliputi, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis. Penjelasan: -
Orang yang melakukan pengobatan bekam, akupuntur, patah tulang, sinshe, tabib dan lainnya tidak termasuk dalam tenaga kesehatan lainnya.
80
Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 707: Keberadaan bidan desa (BDD)
Bidan desa adalah seorang petugas paramedis yang bertugas sebagai bidan di desa/kelurahan dengan SK (bidan di desa). Bidan yang dimaksud adalah seorang petugas paramedis yang memperoleh pendidikan formal mengenai kebidanan dan tidak termasuk seseorang yang memperoleh pendidikan dan pelatihan kebidanan dari instansi terkait, seperti dinas kesehatan. Rincian 708: Dukun bayi/dukun bersalin/paraji yang tinggal/menetap di desa/ kelurahan Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan dukun bayi/dukun bersalin/paraji yang tinggal/menetap di desa/kelurahan. Dukun bayi/dukun bersalin atau dengan sebutan lain paraji adalah wanita yang memiliki keterampilan secara turun temurun untuk menolong persalinan secara tradisional.
Rincian 709: Kejadian luar biasa atau wabah penyakit selama setahun terakhir Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB, adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010). Penetapan KLB menurut PMK No. 1501 tahun 2010 dapat dilakukan oleh: a.
Kepala dinas kesehatan Kabupaten/Kota,
b.
Kepala dinas kesehatan provinsi, bila kepala dinas kesehatan kabupaten/kota tidak menetapkan daerahnya dalam keadaan KLB,
c.
Menteri kesehatan, bila kepala dinas kesehatan provinsi atau kepala dinas kesehatan kabupaten/kota tidak menetapkan suatu daerah di wilayahnya dalam keadaan KLB.
Penjelasan : -
Dalam Podes 2014, KLB juga termasuk yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Misalnya: penetapan KLB oleh Bupati seperti Keputusan Bupati Bantul (tahun 2011) tentang KLB Leptospirosis di Bantul. Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut Wabah adalah kejadian
berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan
malapetaka
(Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
1501/MENKES/PER/X/2010). Penetapan wabah menurut PMK No. 1501 Tahun 2010 dapat dilakukan oleh menteri kesehatan.
Pedoman Pencacah Podes 2014
81
Penjelasan: −
Satu kasus yang terjadi dapat dikatakan sebagai KLB apabila kasus tersebut sangat berbahaya. Contohnya penyakit flu burung.
Muntaber adalah suatu penyakit yang disebabkan karena peradangan usus oleh bakteri, virus, parasit lain (jamur, cacing, protozoa), keracunan makanan atau minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia serta kurang gizi, misalnya kelaparan atau kekurangan protein. Penyakit ini dapat mewabah akibat lingkungan sekitar tempat tinggal yang kurang bersih serta makanan yang dikonsumsi terkontaminasi bakteri. Sistem sanitasi yang tidak terjaga dengan baik juga memudahkan kuman untuk berkembang biak. Hujan yang terus menerus sehingga menimbulkan banjir dan lingkungan yang kotor, sangat potensial menimbulkan wabah muntaber. Tanda atau gejala seseorang yang terkena muntaber adalah sakit perut (mulas), kembung, muntah-muntah, demam tinggi, kepala pusing, nafsu makan berkurang, lemas, dan elastisitas kulit menurun. Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari 3 kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung dua hari atau lebih. Penyebab diare antara lain: bakteri, virus, alergi, dan parasit pada makanan. Demam Berdarah (DB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti betina. Tanda-tanda DB antara lain: demam secara mendadak 2-7 hari, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda pendarahan di kulit berupa bintik perdarahan, lebam, kadang disertai mimisan, berak/muntah darah dan kesadaran menurun. Campak (Rubiola, Measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata) dan ruam kulit. Malaria adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa (genus plasmodium) dengan gejala utama demam berkepanjangan dan berulang. Penyebaran malaria melalui nyamuk anopheles betina. Flu burung (avian influenza)/SARS adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. 82
Pedoman Pencacah Podes 2014
Hepatitis E adalah adalah suatu penyakit yang menyerang hati (liver) yang disebabkan oleh Virus Hepatitis E. Penyebarannya melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh virus ini. Virus ini lebih mudah menyebar pada daerah yang memiliki sanitasi buruk. Difteri Pertusis Tetanus (DPT) adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil racun Corynebacterium Diphtheriae. Bakteri ini biasanya menyerang saluran pernafasan, terutama laring, amandel, dan tenggorokan. Tetapi tidak jarang racun juga menyerang kulit dan bahkan menyebabkan kerusakan saraf dan jantung. Penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak. Lainnya, misalnya keracunan makanan, chikungunya, leptospirosis, kolera, dll. Rincian 710: Jumlah penderita gizi buruk (marasmus/kwashiorkor) selama 3 tahun terakhir Gizi buruk adalah suatu keadaan kekurangan konsumsi zat gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari, yang ditandai dengan berat dan tinggi badan tidak sesuai umur (dibawah rata-rata) dan harus ditetapkan oleh tenaga medis. Busung lapar termasuk salah satu bentuk gizi buruk. Secara klinis, status gizi buruk terdapat tiga tipe, yaitu: marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor.
Marasmus merupakan salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering ditemukan pada balita. Hal ini merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi buruk. Gejala marasmus antara lain anak tampak kurus, rambut tipis dan jarang, kulit keriput yang disebabkan karena lemak di bawah kulit berkurang, muka seperti orang tua (berkerut), balita cengeng dan rewel meskipun setelah makan, dan iga gambang. Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi protein yang berat disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi dan asupan protein yang inadekuat. Seperti marasmus, kwashiorkor juga merupakan hasil akhir dari tingkat keparahan gizi buruk. Tanda khas kwashiorkor antara lain pertumbuhan terganggu, perubahan mental, pada sebagian besar penderita ditemukan oedema (sembab) baik ringan maupun berat, gejala gastrointestinal, rambut kepala mudah dicabut, kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam dan lebar, sering ditemukan hiper pigmentasi dan persikan kulit, pembesaran hati, anemia ringan, pada biopsi hati ditemukan perlemakan. Marasmus-kwashiorkor gejala klinisnya merupakan campuran dari beberapa gejala klinis antara marasmus dan kwashiorkor.
Pedoman Pencacah Podes 2014
83
Rincian 711: Jumlah warga yang menjadi peserta JAMKESMAS/JAMKESDA, surat miskin/SKTM dan BPJS Kesehatan/JKN
JAMKESMAS atau Jaminan Kesehatan Masyarakat adalah program pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin oleh pemerintah pusat. Sebelumnya disebut sebagai Asuransi Kesehatan untuk Masyarakat Miskin (Askeskin). JAMKESDA atau Jaminan Kesehatan Daerah adalah program pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin oleh pemerintah daerah yang tidak masuk dalam program Jamkesmas. Surat miskin/Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) adalah surat keterangan yang diberikan oleh kepala desa/lurah kepada masyarakat miskin untuk keperluan tertentu. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan jaminan sosial. BPJS menyelenggarakan 2 macam jaminan sosial, yaitu jaminan kesehatan dan ketenagakerjaan. Berdasarkan undang-undang ini, setiap orang termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia wajib menjadi peserta jaminan sosial. Penjelasan: - Periode waktu pengamatan dikeluarkannya Jamkesmas/Askeskin dan SKTM adalah sejak Januari sampai Desember 2013. - Periode BPJS/JKN adalah sejak Januari 2014 sampai dengan pencacahan.
BLOK VIII. SOSIAL BUDAYA Rincian 801: Keberadaan warga yang menganut agama/kepercayaan di desa/kelurahan
84
Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian ini berisi keberadaan warga yang menganut agama/kepercayaan di desa/kelurahan sesuai dengan yang tercantum dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP). Jika di desa/kelurahan ada warga yang menganut agama/kepercayaan tertentu, maka isikan kode angka ganjil. Jika di desa/kelurahan tidak ada maka isikan kode angka genap. Islam, Katolik, Buddha, Hindu, Konghucu cukup jelas. Kristen memiliki beberapa aliran, antara lain: Protestan, Advent, Pantekosta, Baptis, Kharismatik dan lain-lain. Kepercayaan yang dimaksud disini adalah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan salah satu unsur kebudayaan warisan leluhur, sering disebut dengan kebatinan, kejiwaan dan kerohanian yang dilestarikan dalam rangka mendukung pelestarian dan pengembangan budaya bangsa. Contoh kepercayaan yang ada di Indonesia: Organisasi Aji Dipa, Organisasi Hak Sejati, Paguyuban Jaya Sampurna, dll. Penjelasan: Hindu Kaharingan di Kalimantan Tengah tidak termasuk ke Agama Hindu, tetapi dimasukkan ke ”Lainnya”. Rincian 802: Agama/kepercayaan yang dianut oleh sebagian besar warga di desa/kelurahan Isian pada kotak harus merujuk pada R801 kolom 1, dimana kolom (3) nya berkode ‘ganjil’. Isikan salah satu kode agama/kepercayaan pada Rincian 801 kolom (1) yang dianut oleh sebagian besar warga di desa/kelurahan ini (Rincian 801 kolom (3) berkode ‘ganjil’).
Rincian 803: Jumlah tempat ibadah di desa/kelurahan
Tempat ibadah adalah bangunan/ruangan yang lokasinya tetap dan peruntukannya khusus untuk ibadah oleh masyarakat umum sesuai agama yang dianut tanpa memandang status kepemilikan, termasuk bangunan/ruangan yang lokasinya tetap dan fungsinya
Pedoman Pencacah Podes 2014
85
dikhususkan untuk ibadah di fasilitas umum. Tidak termasuk tempat ibadah yang khusus dipakai oleh pribadi/keluarga. Masjid adalah tempat peribadatan umat Islam, yang dapat digunakan untuk Sholat Jum'at. Surau/Langgar adalah tempat peribadatan umat Islam, lebih kecil dari masjid dan tidak digunakan untuk Sholat Jum'at. Gereja Kristen adalah tempat ibadah untuk umat Kristen. Gereja Katolik adalah tempat ibadah untuk umat Katolik. Kapel adalah tempat ibadah untuk umat Katolik yang tidak ada Pastur. Pura adalah tempat sembahyang umat Hindu. Vihara adalah tempat ibadah umat Buddha. Klenteng adalah tempat ibadah umat Konghucu. Rincian 804: Suku dan bahasa sebagian besar warga di desa/kelurahan Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya keragaman suku/etnis, bahasa sehari-hari yang digunakan oleh warga, dan akulturasi budaya di desa/kelurahan.
Rincian 804.a: Warga desa/kelurahan terdiri dari beberapa suku/etnis Suku/etnis adalah golongan suku/etnis yang tinggal di desa/kelurahan ini yang biasanya ditandai dengan kebudayaan dan adat istiadat tertentu. Jika warga desa/kelurahan terdiri dari beberapa suku/etnis, maka isikan kode ‘1’ dan tuliskan tiga nama suku/etnis terbesar warga di desa/kelurahan pada tempat yang tersedia (Rincian 804.a.2). Penulisan nama suku/etnis diurutkan mulai dari yang jumlah warganya terbesar. Rincian 804.b: Warga desa/kelurahan berkomunikasi sehari-hari menggunakan beberapa bahasa Bahasa yang dimaksud dalam Podes 2014 adalah bahasa yang digunakan oleh sebagian besar warga desa/kelurahan untuk berkomunikasi. Jika warga desa/kelurahan menggunakan lebih dari satu bahasa, maka isikan kode ‘1’ dan tuliskan bahasa sehari-hari sebagian besar tersebut pada tempat yang tersedia (Rincian 804.b.2).
86
Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 805: Penyandang cacat Penyandang
cacat
adalah
orang
yang
mengalami
kecacatan
sehingga
terganggu/terhambat dalam melakukan suatu kegiatan sebagaimana layaknya. Orang cacat biasanya mendapat bantuan dari program pemerintah, maka diharapkan aparat desa tahu akan keberadaan penyandang cacat di wilayahnya, baik yang tinggal di panti maupun rumah tangga.
Penyandang cacat dikelompokkan menjadi penyandang cacat fisik, mental, serta fisik dan mental, dengan rincian sebagai berikut: a)
Tunanetra adalah kondisi seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan dalam indra penglihatannya. Tunanetra dibedakan ke dalam dua golongan yaitu: buta total dan kurang awas (low vision). Buta total jika kedua mata tidak dapat melihat sama sekali. Kurang awas, bila dua mata tidak dapat menghitung jari-jari tangan yang digerakkan pada jarak 1 meter di depannya walaupun memakai kacamata atau ada cukup cahaya untuk melihat.
b) Tunarungu (tuli) adalah kondisi fisik yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan seseorang untuk mendengarkan suara. c)
Tunawicara (bisu) adalah ketidakmampuan seseorang untuk berbicara.
d) Tunarungu-wicara
(tuli-bisu)
adalah
ketidakmampuan
seseorang
untuk
mendengarkan suara dan berbicara. Seseorang menjadi bisu umumnya disebabkan karena tuli. e)
Tunadaksa (cacat tubuh) adalah kelainan pada tulang, otot atau sendi anggota gerak dan tubuh, serta kelumpuhan/ketidaklengkapan anggota gerak/tulang sehingga menimbulkan gangguan gerak.
Pedoman Pencacah Podes 2014
87
f)
Tunagrahita
(cacat
mental/keterbelakangan
mental)
adalah
kelainan/
keterbelakangan mental/jiwa sehingga tidak mampu melakukan aktivitas yang umum dilakukan orang lain seusianya, contoh idiot. g)
Tunalaras adalah hambatan/gangguan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Seseorang eks sakit jiwa termasuk ke dalam kategori tunalaras.
h) Cacat eks sakit kusta adalah kecacatan yang disebabkan oleh penyakit kusta/lepra yang secara medis sudah dinyatakan sembuh. i)
Cacat ganda (cacat fisik-mental) adalah orang yang menderita cacat mental (tunagrahita atau tunalaras) dan cacat fisik (buta, tuli, bisu, bisu-tuli atau cacat tubuh).
Rincian 806: Jumlah orang yang dipasung di desa/kelurahan Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan orang yang dipasung di desa/kelurahan.
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui banyaknya orang yang dipasung di desa/kelurahan. Menurut kementerian kesehatan, pemasungan penderita gangguan jiwa adalah tindakan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa (biasanya yang berat) dengan cara dikurung, dirantai kakinya, dimasukan kedalam balok kayu dan lain-lain sehingga kebebasannya menjadi hilang. Rincian 807: Kebisaan gotong royong warga di desa/kelurahan sejak Januari 2014 Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui masih adanya kegiatan gotong royong di desa/kelurahan.
Gotong royong dapat diartikan sebagai suatu sikap ataupun kegiatan yang dilakukan oleh anggota masyarakat secara kerjasama dan tolong menolong dalam menyelesaikan pekerjaan maupun masalah dengan sukarela tanpa adanya imbalan. Sikap gotong royong ini telah melekat pada diri masyarakat pedesaan dan merupakan kebiasaan turun temurun dari nenek moyang. Masing-masing rincian, isikan kode ’1’ jika ada kegiatan, dan kode ’2’ jika tidak ada. Rincian 808: Budaya/adat/kebiasaan yang menjadi ciri masyarakat desa/ kelurahan (kearifan lokal) dan masih dipertahankan Rincian
ini
ditanyakan
dengan
maksud
untuk
mengetahui
keberadaan
budaya/adat/kebiasaan yang menjadi ciri masyarakat (kearifan lokal) dan masih dipertahankan. Tuliskan nama budaya/adat/kebiasaan (kearifan lokal) di desa/kelurahan beserta penjelasannya berdasarkan klasifikasinya.
88
Pedoman Pencacah Podes 2014
Menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang masih berlaku dalam tata kehidupan masyarakat. Dalam Podes 2014, bentuk kearifan lokal yang dicatat mencakup adat atau budaya yang bernilai luhur dan dilakukan oleh masyarakat di desa/kelurahan. Adat dan budaya luhur tersebut diklasifikasikan sebagai berikut: 1.
Kelahiran
2.
Perkawinan
3.
Kematian
4.
Pencaharian/pekerjaan
5.
Alam/lingkungan hidup
6.
Kehidupan komunitas
7.
Kehidupan kebangsaan
Penjelasan: -
Isian jenis kearifan lokal di desa/kelurahan yang dituliskan terdiri atas nama dan penjelasan/deskripsi mengenai kearifan lokal tersebut.
-
Contoh: Tradisi Larungan Sedekah Bumi adalah salah satu contoh adat dan budaya luhur yang berkaitan dengan pencaharian/pekerjaan. Ritual yang diselenggarakan oleh masyarakat pesisir Pantai Cilacap , Jawa Tengah ini merupakan ungkapan rasa syukur atau meminta berkah dan keselamatan kepada yang Maha Kuasa. Tradisi ini dilaksanakan setiap setahun sekali, yaitu sebelum tahun baru Jawa atau malam satu syuro. Umumnya, mereka yang melakukan tradisi ini adalah para Nelayan. Pusat tradisi ini tidak hanya di lakukan di pantai Teluk Penyu, namun juga oleh masyarakat di sepanjang pesisir Pantai Cilacap bahkan sampai Pantai Pangandaran. Ada banyak sekali sesaji (Jolen) yang meliputi hasil bumi, sayuran, buah-buahan, tumpeng dan kurban sembelihan dari para nelayan yang di larungkan ke laut, Jolen-
Pedoman Pencacah Podes 2014
89
jolen di kumpulkan di pendopo Bupati Cilacap dan kemudian di arak ke pantai serta di barengi dengan berbagai pertunjukan dan atraksi budaya khas Cilacap. Setelah sampai di bibir pantai, jolen-jolen ini di angkut dengan perahu-perahu tradisional yang sudah di hias dan selanjutnya jolen-jolen tersebut dibuang ke tengah laut. Sebelum upacara larungan di mulai terlebih dahulu di lakukan prosesi nyekar ke Pantai Karang Bandung yang terletak di wilayah timur tenggara Nusakambangan dan pengambilan air suci di Pulau Majethi yang menurut kepercayaan mitologi warga pesisir sebagai tempat tumbuhnya Bunga Wjiayakusuma. Selesainya kegiatan tradisi sedekah bumi di lanjutkan dengan pertunjukan budaya, kesenian di setiap desa-desa.
BLOK IX. HIBURAN DAN OLAHRAGA Rincian 901: Keberadaan ruang publik terbuka Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan ruang publik terbuka di desa/kelurahan. Jika di desa/kelurahan terdapat ruang publik terbuka, maka isikan kode ‘1’. Jika tidak, isikan kode ‘2’.
Ruang publik terbuka yang dimaksud adalah ruang/lahan umum yang peruntukkan utamanya sebagai tempat warga/masyarakat untuk bersantai/bermain tanpa perlu membayar. Ruang publik terbuka dapat berupa lapangan terbuka/alun-alun, taman, tempat bermain, dsb. Penjelasan: -
Pada Podes 2014 ini, tidak mencakup ruang publik terbuka berupa jalan dan pedestrian.
Rincian 902: Bioskop dan pub/diskotik/tempat karaoke yang masih berfungsi Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan bioskop, pub/diskotik/tempat karaoke yang masih berfungsi.
90
Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 902.a: Gedung bioskop Rincian ini diisi keberadaan gedung bioskop di desa/kelurahan dan perkiraan jarak menuju ke fasilitas terdekat. Jika ada, maka isikan kode ‘1’. Jika tidak ada, isikan kode ‘2’. Gedung bioskop adalah gedung yang khusus digunakan untuk pertunjukkan film, biasanya dilengkapi tempat penjualan tanda masuk (karcis) dan tempat menggantungkan gambar iklan film yang sedang atau akan diputar. Cakupan dalam Podes 2014 adalah gedung bioskop yang masih aktif/beroperasi. Jika di desa/kelurahan tidak terdapat gedung bioskop (R902.a.1 berkode ‘2’), isikan perkiraan jarak ke gedung bioskop terdekat. Jarak yang dimaksud adalah jarak dari kantor kepala desa (lurah) ke gedung bioskop terdekat. Rincian 902.b: Pub/diskotik/tempat karaoke Rincian ini diisi keberadaan pub, diskotik, tempat karaoke dan jika ada, maka isikan kode ‘1’. Jika tidak, isikan kode ‘2’. Jika tidak ada fasilitas maka perkirakan jarak menuju ke fasilitas terdekat. Pub/diskotik/tempat karaoke adalah tempat/gedung yang digunakan secara permanen untuk pub/diskotik/karaoke. Tidak termasuk peralatan karaoke yang disewakan. Jika di desa/kelurahan tidak terdapat pub/diskotik/tempat karaoke yang masih aktif/ beroperasi (R902.b.1 berkode ‘2’), isikan perkiraan jarak ke pub/diskotik/tempat karaoke terdekat. Jarak yang dimaksud adalah jarak dari kantor kepala desa (lurah) ke pub/diskotik/tempat karaoke terdekat. Rincian 903: Fasilitas/lapangan dan kelompok kegiatan olahraga Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan fasilitas/lapangan dan kelompok kegiatan olahraga.
Lapangan olahraga adalah tempat lapang untuk kegiatan olahraga yang ada di desa/kelurahan sesuai dengan persyaratan olahraga yang bersangkutan. Keberadaan lapangan olahraga yang dimaksudkan bukan hanya yang dimiliki oleh desa/kelurahan, termasuk lapangan yang dimiliki swasta atau pribadi yang difungsikan secara komersial dan masyarakat umum dapat mengaksesnya. Pedoman Pencacah Podes 2014
91
Penjelasan: -
Ukuran lapangan standar pada dasarnya tetap menjadi acuan, namun tidak harus sama persis (seoperasional mungkin di lapangan). Selama di desa terdapat suatu lapangan yang digunakan untuk olahraga dan ukuran mendekati, maka tetap dicakup.
-
Bila ada satu lapangan yang dipakai lebih dari satu jenis kegiatan olah raga, misal untuk sepak bola dan voli maka akan tercatat dua jenis lapangan yaitu lapangan sepak bola dan bola voli.
Lapangan sepak bola adalah lapangan yang diperuntukkan bagi prasarana cabang olahraga sepak bola dengan ukuran 110 m x 70 m. Lapangan bola voli adalah prasarana olahraga yang diperuntukkan bagi permainan bola voli dengan ukuran lapangan yang umum adalah 18 m x 9 m dengan lantai terbuat dari tanah/beton. Ukuran tinggi net putra 2,43 meter dan untuk net putri 2,24 meter. Lapangan bulu tangkis adalah prasarana olahraga yang diperuntukkan bagi permainan bulu tangkis dengan ukuran lapangan 14,40 m x 6,10 m dengan lantai terbuat dari tanah/beton/papan kayu. Lapangan bola basket adalah prasarana olahraga yang diperuntukkan bagi permainan bola basket dengan ukuran lapangan 28 m x 15 m dengan lantai terbuat dari beton. Lapangan tenis (lapangan) adalah prasarana olahraga yang diperuntukkan bagi olahraga tenis lapangan dengan ukuran lapangan 23,77 m x 10,97 m dengan lantai terbuat dari rumput/gravel/beton. Lapangan futsal adalah lapangan yang diperuntukkan bagi prasarana cabang olahraga sepak bola di dalam ruangan. Aturan main sama seperti bermain sepak bola biasa. Hanya saja ada sedikit modifikasi pada beberapa hal, misalnya: setiap tim memiliki lima pemain dan dipimpin oleh seorang wasit, bila bola keluar lapangan, bola tidak dilempar melainkan ditendang, dll. Kolam renang adalah prasarana olahraga yang berupa bangunan kolam renang dan diperuntukkan bagi olahraga renang dengan ukuran kolam 50 m x 25 m atau 25 m x 15 m. Jenis olah raga bela diri mencakup pencak silat, karate, capoera, taekwondo, martial art dan lain-lain. Kelompok kegiatan olah raga mengacu pada kelompok kegiatan yang dibentuk oleh warga desa dan anggotanya adalah warga desa/kelurahan setempat maupun warga di luar desa/kelurahan, tanpa memperhatikan apakah kegiatan olahraga tersebut dilakukan di desa/kelurahan maupun di tempat lain. Rincian 904: Pusat kebugaran (fitness center) Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan pusat kebugaran (fitness center) di desa/kelurahan.
92
Pedoman Pencacah Podes 2014
Tempat fitness/senam atau yang juga disebut dengan pusat kebugaran (fitness center) adalah tempat khusus berolahraga ataupun melakukan aktivitas fisik. Sebuah fitness centre yang biasanya menyajikan banyak fasilitas dengan konsep one stop sport dan entertainment menjadi kunci utamanya. Dengan konsep ini, diharapkan kesadaran akan pentingnya kesehatan dan olah raga tetap tinggi dan tentunya dengan harapan lain, seperti sportainment dimana orang bisa melakukan olahraga yang biasanya berujung pada kebosanan dengan sangat menyenangkan sebagai penanggulangan atas tingginya tingkat stres, dan yang terakhir adalah mengubah anggapan masyarakat bahwa olah raga tidaklah pagi hari, sore, malam bahkan setiap saatpun bisa. Ketegangan, tekanan dan kesibukan yang disebabkan oleh rutinitas yang ada membuat energi kita terkuras, diharapkan dengan adanya sarana olahraga seperti ini, energi yang tadinya terkuras bisa di- recharge kembali. Penjelasan : -
Yang dicatat dalam Podes 2014 adalah tempat fitness yang menggunakan bangunan tetap, untuk masuknya berbayar, dan minimal tersedia fasilitas untuk melakukan latihan beban (barbell, dumbell, dll) dan kardio (treadmill, sepeda statis, aerobic, dll).
BLOK X. ANGKUTAN, KOMUNIKASI, DAN INFORMASI Angkutan adalah suatu kegiatan usaha menyediakan jasa angkutan penumpang dan atau barang/ternak dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat angkutan bermotor maupun tidak bermotor, baik melalui darat maupun air. Komunikasi adalah proses penyampaian lambang-lambang yang mengandung arti antara satu orang dengan orang lain. Komunikasi meliputi kegiatan telekomunikasi dan kegiatan pos dan giro. Informasi adalah hasil dari proses pengolahan data atau komunikasi antara satu orang dengan orang lain melalui media komunikasi, seperti: TV, radio, surat kabar, dan lain-lain. Telekomunikasi adalah hubungan komunikasi jarak jauh melalui pemancaran, pengiriman atau penerimaan segala jenis tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara atau berita melalui kawat, radio, secara visual atau sistem elektronik. Contoh: telepon, telegraf, telex, dan sejenisnya. Pos dan giro adalah pelayanan lalu-lintas surat pos, uang, barang, dan pelayanan jasa lainnya. Rincian 1001: Sarana dan prasarana transportasi antar desa/kelurahan: Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui sarana dan prasarana transportasi antar desa/kelurahan yang ada.
Pedoman Pencacah Podes 2014
93
Rincian 1001.a: Lalu lintas dari dan ke desa/kelurahan Rincian ini diisi sarana dan prasarana lalu lintas yang paling sering dilalui warga dari dan ke desa/kelurahan lain. Penjelasan: -
Jalan papan di desa/kelurahan yang rumahnya di atas sungai, maka prasarana transportasinya dianggap ‘darat’.
Rincian 1001.b.1: Jenis permukaan jalan yang terluas Rincian ini diisi jika R1001.a berkode ’1’ atau ’3’. Jenis permukaan jalan terluas adalah jenis permukaan jalan terluas yang ada di desa/kelurahan. Jenis permukaan jalan terdiri dari: aspal/beton, diperkeras (dengan kerikil atau batu), tanah, dan lainnya yaitu terbuat dari kayu/papan yang biasanya digunakan di daerah rawa, termasuk jalan setapak, jalan di hutan dan sejenisnya. Rincian 1001.b.2: Apakah dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih Rincian ini diisi jika Rincian 1001.a berkode ’1’ atau ’3’. -
Jika jalan dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun, maka isikan kode ’1’.
-
Jika jalan dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun, kecuali saat tertentu, misalnya: ketika turun hujan, pasang, maka isikan kode ’2’.
-
Jika jalan dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun, kecuali sepanjang musim hujan, maka isikan kode ’3’.
-
Jika jalan tidak dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun, maka isikan kode ’4’.
94
Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 1001.c.1: Keberadaan angkutan umum Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan angkutan umum yang melewati desa/kelurahan. -
Jika desa/kelurahan dilewati angkutan umum dengan trayek tetap, maka lingkari kode ‘1’.
-
Jika desa/kelurahan dilewati angkutan umum tanpa trayek tetap, maka lingkari kode ‘2’.
-
Jika desa/kelurahan tidak dilewati angkutan umum, maka lingkari kode ‘3’.
Trayek angkutan adalah lintasan/rute/jalur angkutan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang, barang dan atau orang dan barang yang mempunyai asal, tujuan dan lintasan perjalanan yang tetap tidak termasuk hanya barang saja. Penjelasan: Kendaraan umum dengan trayek tetap, tetapi operasionalnya dapat di luar jalur trayek (sesuai permintaan penumpang), maka termasuk trayek tetap.
Rincian 1001.c.2 dan Rincian 1001.c.3: Operasional angkutan umum yang utama Rincian ini ditanyakan jika desa/kelurahan dilewati angkutan umum (R.1001.c.1 berkode ‘1’ atau ‘2’). Jika desa/kelurahan dilewati oleh lebih dari satu angkutan umum, maka tanyakan operasional dan jam operasi angkutan umum utamanya. Angkutan umum yang utama merupakan angkutan umum yang biasa/paling banyak digunakan oleh warga desa/kelurahan. Jika untuk mencapai lokasi yang ditentukan harus berganti-ganti angkutan umum maka yang dipilih sebagai angkutan umum yang utama adalah angkutan umum yang paling panjang jarak tempuhnya.
Rincian 1002: Transportasi dari kantor kepala desa/lurah Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui wilayah-wilayah yang terpencil melalui informasi angkutan umum yang biasa digunakan oleh warga serta jarak, waktu tempuh dan biayanya. Angkutan adalah suatu kegiatan usaha menyediakan jasa angkutan penumpang dan atau barang/ternak dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat angkutan bermotor maupun tidak bermotor, baik melalui darat, air maupun udara. Khusus rincian disini adalah angkutan untuk penumpang.
Pedoman Pencacah Podes 2014
95
Jarak tempuh adalah jarak yang sering dilalui dengan kendaraan, yang biasa digunakan oleh warga. Waktu tempuh yang dicatat adalah rata-rata waktu tempuh dengan kendaraan yang biasanya digunakan oleh warga. Jenis angkutan umum: -
Ojek sepeda motor adalah alat angkut yang menggunakan sepeda motor untuk mengangkut orang.
-
Kendaraan bermotor roda 3 atau lebih adalah alat angkut beroda 3 atau lebih untuk mengangkut penumpang/barang yang menggunakan tenaga penggerak dari mesin/ motor.
-
Perahu yang dimaksud terdiri atas perahu bermotor dan tidak bermotor.
-
Perahu tidak bermotor adalah perahu yang tidak menggunakan tenaga penggerak dari mesin/motor melainkan menggunakan layar atau dayung.
-
Perahu motor/kapal motor adalah kapal yang menggunakan motor sebagai tenaga penggerak, motor ini dipasang secara permanen di dalamnya.
-
Lainnya adalah alat angkutan umum yang selain disebutkan di atas, misalnya becak, delman, pedati, dokar, dll.
Biaya transportasi adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk sekali jalan. Bila rute yang digunakan pulang dan pergi berbeda maka yang digunakan adalah biaya rata-rata. Penjelasan : -
Jika untuk
menuju kantor camat, warga menggunakan lebih dari satu moda
transportasi, maka pilih angkutan yang paling banyak digunakan oleh warga. -
Jika responden tidak tahu pasti jarak tempuh, maka isikan kolom ini dengan hasil perkiraan.
96
Pedoman Pencacah Podes 2014
-
Jika jarak tempuhnya kurang dari 1 km maka tuliskan angka ’0001’, begitu juga dengan waktu tempuh kurang dari 1 jam maka tuliskan angka ’01’ dan biaya transportasi kurang dari Rp 1.000,- maka tuliskan angka ’00001’.
-
Jika angkutan yang digunakan tidak ada angkutan umum/kendaraan pribadi atau hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki maka stop pada kolom (4) dan pindah ke baris berikutnya.
Rincian 1003: Keluarga yang berlangganan telepon kabel Keluarga yang berlangganan telepon kabel adalah keluarga yang berlangganan sambungan telepon dengan sistem jaringan operasionalnya menggunakan kabel sambungan telepon rumah. Jika di desa terdapat keluarga yang berlangganan telepon kabel, maka isikan jumlahnya pada R1003.b.
Rincian 1004: Telepon umum yang masih aktif/berfungsi Rincian pertanyaan ini digunakan untuk mengetahui keberadaan telepon umum maupun koin di desa/kelurahan yang masih aktif/berfungsi.
Telepon umum koin adalah telepon yang penggunaannya dengan koin/uang logam dan dapat digunakan oleh setiap warga desa/kelurahan maupun anggota masyarakat lainnya. Telepon umum kartu adalah telepon yang dapat digunakan oleh setiap warga desa/kelurahan maupun anggota masyarakat lainnya yang penggunaannya dengan kartu telepon biasa atau kartu telepon chip. Telepon umum yang dicatat di sini adalah telepon yang disediakan khusus oleh PT. Telkom dan masih aktif digunakan, tidak termasuk telepon yang disediakan oleh keluarga. Rincian 1005.a: Base Transceiver Station (BTS) atau menara telepon seluler di desa/kelurahan ini BTS adalah alat yang berfungsi sebagai pengirim dan penerima (transceiver) sinyal komunikasi seluler. BTS ditandai adanya menara/tower yang dilengkapi antena sebagai perangkat transceiver. Masyarakat umum sering menyebutnya sebagai tower telepon seluler/handphone. Jika di desa/kelurahan terdapat BTS, maka isikan kode ‘1’. Jika di desa/kelurahan tidak terdapat BTS, maka isikan kode ‘2’.
Pedoman Pencacah Podes 2014
97
Rincian 1005.b: Sinyal telepon seluler/handphone Sinyal telepon seluler adalah besaran elektromagnetik yang berubah dalam ruang dan waktu dengan membawa informasi yang memberikan konfirmasi bahwa layanan telepon seluler sudah tersedia. Telepon seluler yang dimaksud tidak termasuk mobile phone satelit. Isian dari rincian ini terdiri dari tidak ada sinyal (kode ‘0’), sinyal lemah (kode ‘1’), sinyal kuat (kode ‘2’). Rincian 1006: Wartel/Kiospon/Warpostel/Warparpostel Warung Telekomunikasi (Wartel)/Kios Telepon (Kiospon) adalah tempat yang disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan jasa telekomunikasi.
Warung Pos dan Telekomunikasi (Warpostel) adalah tempat yang disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan jasa pos dan jasa telekomunikasi. Warung Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi (Warparpostel) adalah tempat yang disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan jasa pos, agen perjalanan/paket pariwisata dan telekomunikasi. Rincian 1007: Fasilitas internet Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan fasilitas internet di kantor kepala desa/lurah dan warnet di desa/kelurahan.
Kantor kepala desa/lurah dikategorikan mempunyai fasilitas internet jika di kantor kepala desa/lurah tersedia fasilitas akses internet melalui instalasi khusus internet terdiri dari jaringan telepon, modem, wifi, dsb. Warnet adalah tempat yang disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan jasa internet. Rincian 1008.a: Kantor pos/pos pembantu/rumah pos Kantor pos adalah pemberi pelayanan komunikasi tertulis dan/atau surat elektronik, layanan paket, layanan logistik, layanan transaksi keuangan, dan layanan keagenan pos untuk kepentingan umum. Rumah pos berfungsi sama seperti kantor pos dan kantor pos pembantu, bedanya rumah pos biasanya terletak di daerah terpencil. Rincian 1008.b: Pelayanan pos keliling Pos keliling adalah pelayanan pos (menjual, mengirim, dan menerima benda pos) keliling dengan menggunakan mobil atau sarana angkutan yang berfungsi sama seperti kantor pos atau kantor pos pembantu. 98
Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 1008.c: Perusahaan jasa ekspedisi (pengiriman barang/dokumen) swasta Jasa pengiriman paket/dokumen swasta adalah pelayanan pengiriman paket maupun dokumen yang dikelola oleh pihak swatsa, misalnya Tiki, JNE, ESL, dll.
Rincian 1009: Program/siaran televisi yang dapat diterima Program TV adalah program yang dirancang/disusun oleh stasiun/pemancar TV, baik stasiun TVRI, TV daerah, TV swasta, maupun TV luar negeri. Program TV yang dimaksud disini adalah program TV baik menggunakan antena parabola/TV kabel ataupun tidak.
Penjelasan: -
TVRI merupakan stasiun program TV Nasional satu-satunya milik pemerintah.
-
TVRI daerah pada umumnya memiliki program yang bersifat lokal pada jam-jam tertentu dan programnya hanya dapat diterima pada provinsi tersebut dan wilayahwilayah sekitanya.
-
TV swasta adalah program/siaran televisi yang dirancang oleh stasiun/pemancar televisi untuk memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan masyarakat. TV swasta mencakup TV swasta nasional dan TV lokal.
Kolom (3) : Apakah harus menggunakan parabola/TV kabel? Jika desa/kelurahan dapat menerima program/siaran televisi, maka tanyakan apakah desa/kelurahan harus menggunakan parabola/TV kabel untuk menerima siaran televisi tersebut. Jika iya, isikan kode ‘1’ dan jika tidak isikan kode ‘2’.
Pedoman Pencacah Podes 2014
99
BLOK XI. PENGGUNAAN LAHAN Rincian 1101: Luas wilayah desa/kelurahan
Rincian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kepadatan penduduk di desa/kelurahan yang digunakan sebagai salah satu variabel penentu klasifikasi daerah perkotaan-perdesaan. Informasi luas desa/kelurahan diisikan berdasarkan SK pembentukan desa atau bukti otentik lainnya. Data luas yang diisikan dalam satuan ‘km2’. Oleh karena itu, jika satuan luas yang ada di desa/kelurahan bukan dalam km2,, petugas harus melakukan konversi ke dalam satuan km2. 1 Ha sama dengan 0,01 km2. Penjelasan: -
Jika ada wilayah desa yang tidak terletak dalam satu hamparan (seperti: berbeda pulau, terpisah oleh wilayah desa lain, dsb) maka luas desa mencakup seluruh wilayah desa tersebut.
Rincian 1102: Luas lahan menurut jenis penggunaan lahan Secara umum, penggunaan lahan yang ada di desa/kelurahan dapat dibagi menjadi: a) Lahan pertanian sawah, b) Lahan pertanian nonsawah, dan c) Lahan nonpertanian.
Rincian 1102.a: Lahan pertanian sawah Lahan pertanian sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang atau saluran irigasi, yang biasanya ditanami padi sawah, palawija atau tanaman budidaya lainnya. Lahan pertanian sawah terdiri dari lahan sawah irigasi dan nonirigasi. 1.
Lahan sawah irigasi: a. Lahan sawah irigasi teknis adalah lahan sawah yang mempunyai jaringan irigasi dimana saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian air dalam lahan sawah tersebut dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Biasanya sawah irigasi teknis mempunyai jaringan irigasi yang memiliki saluran primer dan sekunder serta bangunannya dikuasai dan dipelihara oleh PU (Pekerjaan Umum). Ciri-ciri irigasi teknis : air dapat diatur dan diukur sampai dengan saluran tersier serta bangunannya permanen.
100
Pedoman Pencacah Podes 2014
b. Lahan sawah irigasi setengah teknis adalah lahan sawah yang memperoleh irigasi dari irigasi setengah teknis. Sama halnya dengan pengairan teknis, namun dalam hal ini PU hanya mengusai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur pemasukan air, sedangkan pada jaringan selanjutnya tidak diukur dan tidak dikuasai oleh PU. Ciri-ciri irigasi setengah teknis : air dapat diatur seluruh sistem, tetapi yang dapat diukur hanya sebagian (primer/sekunder). Bangunan sebagian belum permanen (sekunder/tersier), primer sudah permanen. c. Lahan sawah irigasi sederhana adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dari irigasi sederhana yang sebagian besar jaringannya (bendungan) dibangun oleh PU. Ciri-ciri irigasi sederhana: air dapat diatur, bangunan-bangunannya belum/tidak permanen (mulai dari primer sampai tersier). d. Lahan sawah irigasi desa/non PU adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem pengairan yang dikelola sendiri oleh masyarakat atau irigasi desa. Termasuk lahan sawah irigasi desa/non PU adalah lahan sawah yang diairi dari air yang ditampung di parit. 2.
Lahan sawah non irigasi terdiri dari: a. Lahan sawah tadah hujan adalah lahan sawah yang bergantung pada air hujan. b. Lahan sawah pasang surut adalah lahan sawah yang pengairannya tergantung pada air sungai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. c. Lahan sawah lebak adalah lahan sawah yang pengairannya berasal dari reklamasi rawa lebak (bukan pasang surut). d. Polder adalah lahan sawah yang terdapat di delta sungai yang pengairannya dipengaruhi oleh air sungai tersebut.
e.
Lahan sawah yang sementara tidak diusahakan adalah lahan yang biasanya diusahakan tetapi untuk sementara tidak diusahakan lebih dari 1 tahun dan kurang dari 2 tahun.
Rincian 1102.b: Lahan pertanian nonsawah, terdiri dari: a.
Tegal/kebun adalah lahan bukan sawah (lahan kering) terpisah dari halaman sekitar rumah yang ditanami tanaman semusim atau tahunan.
b.
Ladang/huma adalah lahan bukan sawah (lahan kering) yang biasanya ditanami tanaman musiman, penggunaan lahannya hanya satu atau dua musim, kemudian ditinggalkan bila sudah tidak subur lagi.
c.
Perkebunan adalah lahan yang ditanami tanaman perkebunan/industri seperti: karet, kelapa, kopi, teh dan sebagainya.
d.
Tambak adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan/saluran) untuk menahan/menyalurkan air payau yang biasanya digunakan
Pedoman Pencacah Podes 2014
101
untuk melakukan pemeliharaan bandeng, udang atau biota air lainnya. Letak tambak tidak jauh dari laut dan airnya payau. e.
Kolam/tebat/empang adalah lahan yang digunakan untuk pemeliharaan/ pembenihan ikan dan biota air lainnya. Padang rumput/penggembalaan adalah lahan yang khusus digunakan untuk
f.
penggembalaan ternak. Lahan yang sementara tidak diusahakan (>1 tahun dan ≤2 tahun) tidak dianggap sebagai padang rumput/penggembalaan meskipun ada hewan yang digembalakan disana. g.
Lahan bukan sawah yang sementara tidak diusahakan adalah lahan bukan sawah yang biasanya diusahakan tetapi untuk sementara (>1 tahun dan ≤ dari 2 tahun) tidak diusahakan.
Rincian 1102.c: Lahan nonpertanian Lahan nonpertanian (bukan pertanian) antara lain lahan untuk: perumahan, industri, perkantoran, pertokoan, jalan, prasarana umum, lapangan, dsb. Penjelasan: -
Lahan pertanian yang tidak diusahakan kurang dari 2 tahun, tetap termasuk lahan pertanian.
-
Jumlah isian pada Rincian 1102 (1102.a + 1102.b + 1102.c) harus sama dengan Rincian 1101.
Rincian 1103: Perubahan penggunaan (konversi) lahan selama setahun terakhir Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi di wilayah desa/kelurahan selama setahun terakhir. Informasi yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk melihat potensi kerawanan pangan di suatu wilayah. Isikan kode ’1’ jika ya atau terdapat konversi lahan di desa/kelurahan dan tuliskan persentase perubahan lahan yang terjadi.
Perubahan penggunaan (konversi) lahan yang dicakup pada rincian ini meliputi : -
Perubahan penggunaan lahan pertanian sawah menjadi lahan pertanian nonsawah dan lahan nonpertanian.
102
Pedoman Pencacah Podes 2014
Perubahan penggunaan lahan pertanian nonsawah menjadi lahan pertanian sawah dan
-
lahan nonpertanian. Perubahan penggunaan lahan nonpertanian menjadi lahan pertanian sawah dan lahan
-
pertanian nonsawah.
BLOK XII: EKONOMI Blok ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai keberadaan fasilitas perekonomian di desa/kelurahan. Rincian 1201: Industri mikro dan kecil (memiliki tenaga kerja kurang dari 20 pekerja) di desa/kelurahan menurut bahan baku utama Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar (bahan mentah) menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, baik secara mekanis, kimiawi, dengan mesin ataupun dengan tangan. Industri kecil adalah industri yang jumlah pekerjanya paling sedikit 5 orang dan paling banyak 19 orang, termasuk pengusaha. Industri mikro adalah industri yang jumlah pekerjanya paling banyak 4 orang, termasuk pengusaha. Penjelasan: -
Banyaknya industri mikro dan kecil berdasarkan pengelolanya, yaitu pihak yang menanggung risiko. Untuk maklun, bila hanya diupah tenaganya saja maka tidak termasuk industri.
1201
Industri mikro dan kecil (memiliki tenaga kerja kurang dari 20 pekerja) di desa/kelurahan menurut bahan baku utama :
Jumlah
a. Industri dari kulit (tas, sepatu, sandal, dll.)
unit
b. Industri dari kayu (meubel, dll.)
unit
c. Industri dari logam mulia atau bahan logam (perabot dan perhiasan dari logam dll.)
unit
d. Industri anyaman (peralatan dari rotan/bambu, rumput, mendong, pandan, tikar, tas, hiasan dinding, dll.)
unit
e. Industri gerabah/keramik/batu (genteng, batu bata, porselin, tegel, keramik, dll.)
unit
f. Industri dari kain/tenun (kerajinan tenun, konveksi, dll.)
unit
g. Industri makanan dan minuman (pengolahan dan pengawetan daging, ikan, buah-buahan, sayuran, minyak dan lemak, susu dan makanan dari susu, makanan lain, dan industri minuman, dll.)
unit
h. Industri lainnya ………………………………………………………. (tuliskan)
unit
Industri dari kulit adalah industri yang bahan baku utamanya berasal dari kulit. Contoh: pembuatan tas, sepatu, sandal, dsb. Pedoman Pencacah Podes 2014
103
Industri dari kayu adalah industri yang bahan baku utamanya berasal dari kayu dan sejenisnya, misalnya industri pembuatan meubel/furnitur, mainan dari kayu, lantai dari kayu, dsb. Ukiran tidak termasuk barang industri dari kayu karena termasuk barang seni. Industri logam mulia dan bahan-bahan dari logam adalah industri yang bahan baku utamanya berasal dari logam mulia dan bahan-bahan dari logam, misalnya pembuatan antinganting, gelang, cincin dan pembuatan perhiasan lainnya dari emas atau perak serta bahanbahan dari logam (misal peralatan rumah tangga). Industri anyaman adalah industri yang bahan baku utamanya berasal dari bambu, rotan, pandan, rumput dan sejenisnya, misalnya keset kaki, tikar, tas, hiasan dinding, keranjang, topi, kipas, dan sebagainya. Industri gerabah/keramik/batu adalah industri yang bahan baku utamanya berasal dari gerabah/keramik/porselen/batu dan sejenisnya, misalnya alat-alat dapur (untuk masakmemasak dsb) yang dibuat dari tanah liat yang kemudian dibakar (misal kendi, genteng, batu bata, porselin, tegel, keramik, dsb). Tidak termasuk pembuatan barang seni, misalnya patung, gapura, dll. Industri dari kain/tenun adalah industri yang bahan baku utamanya berasal dari kain/benang dan sejenisnya, misal: kerajinan tenun, kain rajutan dan sulaman, konveksi, gorden, selimut, batik, dsb. Industri makanan dan minuman adalah industri yang menghasilkan produk makanan/minuman dan sejenisnya, termasuk pengolahan dan pengawetan daging, ikan, buahbuahan, sayuran, minyak dan lemak, susu dan makanan dari susu, penggilingan padi-padian, dll. Rincian 1202: Kelompok pertokoan
Kelompok pertokoan adalah sejumlah toko yang terdiri dari minimal 10 toko dan mengelompok dalam satu lokasi. Dalam satu kelompok pertokoan, jumlah bangunan fisiknya bisa lebih dari satu. Contoh: kelompok pertokoan Pasar Baru. Penjelasan: -
Tidak termasuk ke dalam kelompok pertokoan untuk sejumlah toko yang ada di dalam mall, dan pusat perbelanjaan lainnya dan kelompok pertokoan yang sudah tidak aktif (tidak digunakan lagi).
Jarak ke kelompok pertokoan terdekat adalah perkiraan jarak yang dihitung dari kantor kepala desa/lurah ke tempat kelompok pertokoan terdekat dan dinyatakan dalam km.
104
Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 1203.a: Pangkalan/agen minyak tanah Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan pangkalan/agen minyak tanah di wilayah desa/kelurahan. Tuliskan kode ’1’ jika terdapat pangkalan/agen minyak tanah dan kode ’2’ jika tidak terdapat pangkalan/agen/penjual minyak tanah di desa/kelurahan. Rincian 1203.b: Pangkalan/agen/penjual LPG Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan pangkalan/agen/penjual keliling/ warung/toko yang menjual LPG di wilayah desa/kelurahan. Tuliskan kode ’1’ jika di desa/kelurahan terdapat pangkalan/agen/penjual keliling/warung/toko yang menjual LPG dan kode ’2’ jika tidak.
Rincian 1204: Pasar dengan bangunan permanen/semi permanen Pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli barang dan jasa. Pasar bisa menggunakan bangunan yang bersifat permanen atau semi permanen ataupun tanpa bangunan. Barang yang diperjualbelikan di dalam pasar bisa terdiri dari banyak komoditas (campuran) ataupun secara khusus suatu komoditas tertentu. Contoh pasar yang secara khusus memang diperuntukkan untuk memperjualbelikan suatu komoditas tertentu adalah pasar ikan, pasar beras, dll. Penjelasan: -
Banyaknya pasar yang dicatat pada Podes 2014 adalah mengacu lokasi. Dua atau lebih pasar yang bangunannya berada di lokasi yang saling berdekatan dianggap terletak pada lokasi yang berbeda jika pasar-pasar tersebut pengelolanya berbeda.
-
Banyaknya pasar yang dicatat pada Podes 2014 adalah mengacu pada kegiatan. Artinya, pasar yang aktif pada hari-hari tertentu saja (pasaran) tetap dicatat sebagai pasar. Sebaliknya, pasar yang sudah tidak aktif (tidak operasional), tidak dicatat.
Rincian 1204.a: Pasar dengan bangunan permanen Pasar dengan bangunan permanen adalah pasar pada bangunan tetap, yang memliki lantai, atap, dan dinding permanen.
Pedoman Pencacah Podes 2014
105
Rincian 1204.b: Pasar dengan bangunan semi permanen Pasar dengan bangunan semi permanen adalah pasar pada bangunan tetap, yang memiliki lantai dan atap, tetapi tanpa dinding. Penjelasan: -
Bangunan pada pasar tradisional yang mencakup bangunan permanen dan semi permanen dikategorikan sebagai pasar dengan bangunan permanen.
Rincian 1204.c: Perkiraan jarak ke pasar terdekat Rincian ini diisi jika R1204.a dan 1204.b berisi jawaban ’0’. Jarak ke pasar terdekat adalah perkiraan jarak yang dihitung dari kantor kepala desa/kelurahan ke pasar dengan bangunan permanen/semi permanen terdekat dan dinyatakan dalam km. Rincian 1205: Pasar tanpa bangunan Pasar tanpa bangunan adalah pasar yang tidak berada dalam bangunan termasuk pasar terapung, pasar subuh. Isikan jumlah pasar tanpa bangunan di wilayah desa/kelurahan ini.
Penjelasan: -
Pasar terapung, biasanya meliputi sejumlah wilayah yang luas bahkan sampai satu kabupaten. Oleh karena itu, penentuan suatu desa/kelurahan dikatakan mempunyai pasar terapung jika wilayahnya dilalui pasar terapung.
Rincian 1206: Minimarket
Minimarket adalah sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran, dan semua barang memiliki label harga, dengan luas bangunan kurang dari 400m2. Yang dicatat pada Podes 2014 adalah minimarket yang masih aktif. Minimarket yang hanya berupa bangunan, namun tidak ada aktivitas perdagangannya, maka tidak dicatat. Penjelasan: -
Luas yang dimaksud merujuk pada luas lantai yang terdapat pelayanan (menjual barang).
Rincian 1207: Toko/warung kelontong
106
Pedoman Pencacah Podes 2014
Toko/warung kelontong adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat usaha di bangunan tetap untuk menjual barang keperluan sehari-hari secara eceran, tidak mempunyai sistem pelayanan mandiri dikelola oleh satu penjual. Yang dicatat pada Podes 2014 adalah toko/warung kelontong yang masih aktif. Toko/warung kelontong yang tidak aktif, hanya berupa bangunan, tidak dicatat. Penjelasan : -
Toko yang terdapat di dalam pasar, tidak dicatat sebagai toko.
-
Toko yang terdapat di kelompok pertokoan, dicatat sebagai toko.
Rincian1208: Warung/kedai makanan minuman
Warung/kedai makanan minuman adalah usaha yang menjual makanan dan minuman siap saji yang dijual di bangunan yang tetap dan tidak mempunyai surat ijin usaha. Ciri utama dari warung/kedai makanan minuman adalah pembeli biasanya tidak dikenakan pajak. Rincian 1209: Restoran/rumah makan
Restoran adalah suatu jenis usaha yang mempergunakan seluruh bangunan secara permanen untuk menyediakan jasa pangan yang pengolahan dan penyajiannya secara langsung di tempat sesuai dengan keinginan para pengguna jasa yang mempunyai ciri pembeli biasanya dikenakan pajak. Izin restoran dan kualifikasinya diberikan oleh Ditjen Pariwisata/Kanwil Parpostel setempat. Rumah makan adalah jenis usaha yang menyediakan jasa pangan yang pengolahan makanannya bisa dilakukan diluar rumah makan, yang mempunyai ciri pembeli biasanya dikenakan pajak. Izin rumah makan diberikan oleh Diparda (pada kabupaten/kota). Di wilayah yang ada Dinas Pariwisata, biasanya pemberian izin ditangani oleh Direktorat Perekonomian/Bagian Perekonomian Pemda setempat. Rincian 1210: Hotel
Hotel adalah jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan bangunan untuk jasa pelayanan penginapan, penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya (seperti restoran, binatu, dll) bagi masyarakat umum yang dikelola secara komersial dengan ijin usaha sebagai hotel. Yang dicatat dalam Podes 2014 adalah semua jenis akomodasi hotel yang masih aktif/beroperasi, mencakup hotel melati maupun hotel bintang.
Pedoman Pencacah Podes 2014
107
Rincian 1211: Penginapan: hostel/motel/losmen/wisma
Penginapan (hostel/motel/losmen/wisma) adalah jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan bangunan untuk jasa pelayanan penginapan bagi umum, biasanya tanpa fasilitas pelayanan makan minum yang dikelola secara komersial dengan izin usaha bukan hotel. Yang dicatat dalam Podes 2014 adalah semua jenis penginapan yang masih aktif/beroperasi, mencakup hostel, penginapan remaja, bumi perkemahan, pondok wisata, losmen, wisma dan sejenisnya. Rincian 1212: Koperasi yang masih aktif/beroperasi Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah koperasi yang masih aktif/beroperasi di desa/kelurahan.
Koperasi menurut UU No. 25/1992 tentang perkoperasian adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip: 1.
Keanggotaannya sukarela dan terbuka,
2.
Pengelolaannya dilakukan secara demokratis,
3.
Pembagian sisa hasil usahanya dilakukan secara adil, sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota,
4.
Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal,
5.
Kemandirian, serta sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan.
Koperasi Unit Desa adalah suatu organisasi ekonomi yang berwatak sosial merupakan wadah bagi pengembangan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat perdesaan yang diselenggarakan oleh dan untuk masyarakat itu sendiri. Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat (Kopinkra) merupakan koperasi yang beranggotakan industri-industri kecil dan kerajinan rakyat yang ada di wilayah desa/kelurahan. Koperasi Simpan Pinjam (Kospin) adalah koperasi yang bergerak di bidang simpanan dan pinjaman.
108
Pedoman Pencacah Podes 2014
Koperasi lainnya, seperti koperasi pertanian, koperasi pensiunan, koperasi pegawai negeri, koperasi sekolah, dsb. Penjelasan: -
Koperasi yang dicakup pada rincian ini adalah koperasi yang sudah berbadan hukum.
-
Koperasi dihitung berdasarkan nama koperasinya, bukan berdasarkan kegiatan/ pelayanannya. Misalnya: koperasi pensiunan yang juga melayani simpan pinjam, tetap dikategorikan sebagai ‘koperasi lainnya’.
Rincian 1213: Kios yang menjual sarana produksi pertanian Kios yang menjual sarana produksi pertanian (saprotan) adalah tempat penjualan pupuk, bibit dan lain-lain untuk keperluan tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan yang dibedakan menurut kepemilikan (KUD atau non-KUD).
Penjelasan: -
Kios saprotan milik non-KUD adalah kios saprotan yang dimiliki secara perorangan (bukan koperasi),
-
KUD yang hanya menjual saprotan tidak termasuk sebagai kios saprotan.
Rincian 1214: Fasilitas kredit yang diterima penduduk/warga selama setahun terakhir Fasilitas perkreditan adalah fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. Tidak termasuk pinjaman dari perorangan. Fasilitas kredit yang dicatat adalah kredit yang diterima oleh penduduk dari lembaga perkreditan dan bukan kredit yang berkaitan dengan pembangunan desa.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank. Pemerintah memberikan penjaminan terhadap risiko KUR sebesar 70% sementara sisanya sebesar 30% ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan dalam rangka meningkatkan akses UMKM-K pada sumber pembiayaan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. KUR
Pedoman Pencacah Podes 2014
109
disalurkan oleh 6 bank pelaksana yaitu Mandiri, BRI, BNI, Bukopin, BTN, dan Bank Syariah Mandiri (BSM), (Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Nomor: KEP-01/D.I.M.EKON/01/2010 tentang Standar Operasional dan Prosedur Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat). Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) yang merupakan salah satu program Kementerian Pertanian berupa kredit investasi dan/atau modal kerja yang diberikan dalam rangka mendukung pelaksanaan program pengembangan tanaman baku dan bahan bakar nabati (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 198 Tahun 2010). Dalam pelaksanaannya, ditunjuk 22 bank umum untuk meyediakan, menyalurkan, dan menatausahakan KKP-E. Ke-22 Bank tersebut adalah 8 bank umum: Bank BRI, Mandiri, BNI, Bukopin, CIMB Niaga, Agroniaga, BCA, dan BII serta 14 Bank Pembangunan Daerah (BPD) yaitu: BPD Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Papua, Riau, Nusa Tenggara Barat, dan Jambi. Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit investasi atau modal kerja yang diberikan kepada usaha kecil untuk membiayai usaha yang produktif. Rincian 1215: Keberadaan bank di desa/kelurahan Rincian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keberadaan bank umum, baik bank umum pemerintah maupun swasta dan Bank Perkreditan Rakyat yang masih aktif/beroperasi di wilayah desa/kelurahan.
Bank Umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Usaha dari bank umum adalah menghimpun dana masyarakat dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito dan tabungan serta menyalurkan kredit. Bank umum mencakup bank umum pemerintah maupun swasta. Yang termasuk bank umum pemerintah meliputi Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Mandiri, dan Bank Pembangunan Daerah. Yang termasuk bank umum swasta, meliputi Bank Danamon, Bank Central Asia (BCA), Bank Mutiara, Rabo Bank, dsb. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka, tabungan atau bentuk lain yang disamakan dengan itu, manyalurkan dana dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang membutuhkan. BPR dapat menempatkan 110
Pedoman Pencacah Podes 2014
dananya dalam bentuk Sertifikat BI (SBI), deposito berjangka, atau tabungan pada bank lain Jika di desa/kelurahan terdapat bank, maka isikan banyaknya kantor pelayanan nasabah dari bank tersebut pada tempat yang tersedia (kolom (3)).
BLOK XIII. KEAMANAN Rincian 1301: Kejadian perkelahian massal Rincian 1301.a: Kejadian perkelahian massal selama setahun terakhir Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui konflik yang terjadi di desa. Jenis konflik disini adalah perkelahian massal antar warga, pelajar, suku, atau lainnya di desa/kelurahan selama setahun terakhir yang disebabkan oleh saling ejek, salah paham, kenakalan remaja, dendam lama atau lainnya. Perkelahian yang dicatat di sini adalah perkelahian yang terjadi di desa/kelurahan ini, walaupun pelaku dan korban tidak berasal dari desa/kelurahan ini, dalam satu tahun terakhir.
Rincian 1301.b: Kejadian, korban dan penyebab perkelahian massal selama setahun terakhir Rincian ini berusaha mengumpulkan secara rinci terkait kejadian massal yang terjadi di desa/kelurahan, sehingga rincian ini harus diisi jika R1301.a berkode ‘1’. Kolom (1) telah tercantum jenis-jenis perkelahian massal yang dibedakan menjadi: 1.
Perkelahian antar kelompok masyarakat adalah perkelahian antara kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lain dalam satu desa/kelurahan.
2.
Perkelahian kelompok masyarakat antar desa/kelurahan adalah perkelahian antara kelompok masyarakat desa/kelurahan dengan kelompok masyarakat di luar desa/kelurahan (desa/kelurahan lainnya).
Pedoman Pencacah Podes 2014
111
3.
Perkelahian kelompok masyarakat dengan aparat keamanan adalah perkelahian antara kelompok masyarakat desa/kelurahan dengan aparat keamanan.
4.
Perkelahian kelompok masyarakat dengan aparat pemerintah adalah perkelahian antara kelompok masyarakat desa/kelurahan dengan aparat pemerintah.
5.
Perkelahian
pelajar/mahasiswa
adalah
perkelahian
yang
melibatkan
pelajar/mahasiswa, misalnya: antara pelajar/mahasiswa dengan masyarakat, antar pelajar suatu sekolah dengan pelajar sekolah lain atau antara pelajar dengan pihak sekolah dan guru. 6.
Perkelahian antar suku adalah perkelahian antar suku/etnis yang terjadi di desa/kelurahan.
7.
Lainnya: Misalnya perkelahian antar aparat keamanan, perkelahian yang melibatkan bukan warga desa ini, dan sebagainya.
Kolom (2) menanyakan tentang jumlah kejadian massal berdasarkan jenis perkelahian massal yang telah dijelaskan di atas. Kemudian kolom (3) – (5) mengumpulkan secara rinci jumlah korban dan penyebab perkelahian massal, sehingga rincian ini harus diisi jika R1301b kolom (2) bukan nol ‘0’. Kolom (3) jumlah korban meningggal, isikan keberadaan korban meninggal akibat perkelahian massal menurut jenis perkelahian massal. Kolom (4) jumlah korban luka-luka, isikan keberadaan korban luka-luka akibat perkelahian massal menurut jenis perkelahian massal. Kolom (5) penyebab perkelahian massal, merupakan permasalahan yang memicu terjadinya perkelahian massal. Penyebab perkelahian massal dibedakan dalam 7 kelompok, yaitu: - Harta: misalnya penyerobotan/sengketa lahan, penggusuran bangunan, rebutan mata pencaharian. - Kekuasaan: misalnya Pilkada/Pilkades, pemilihan ketua lingkungan, pemilihan ketua suku, pemilihan tokoh masyarakat lain, dan persengketaan batas wilayah. -
Asmara: Misalnya rebutan kekasih/pasangan.
- Ideologi/kepercayaan:
misalnya
perbedaan
paham
politik
atau
agama/kepercayaan -
Keramaian (olahraga, hiburan, dll)
-
Ketidakpuasan terhadap kebijakan atau pelayanan
-
Lainnya, misalnya kenakalan remaja.
Jika dalam satu jenis kejadian massal terjadi lebih dari satu kali, maka isian dari rincian ini adalah kombinasi (multiple entry).
112
Pedoman Pencacah Podes 2014
Contoh: -
Di desa/kelurahan terjadi 2 kali perkelahian antar kelompok masyarakat, yaitu pada Bulan Agustus 2013 dan Desember 2013. Perkelahian antar kelompok masyarakat yang terjadi pada Bulan Agustus 2013 tersebut disebabkan karena keramaian. Sementara, perkelahian yang terjadi pada Bulan Desember 2013 disebabkan karena asmara. Maka, isian untuk Rincian 1301.b kolom (5) adalah ‘20’ (kode 4 + 16).
Rincian 1302: Perkelahian massal yang paling sering terjadi Rincian ini berusaha menggali lebih dalam terkait perkelahian massal yang paling sering terjadi, sehingga rincian ini diisi jika di desa/kelurahan ini pernah terjadi lebih dari satu kali perkelahian massal selama setahun terakhir (R1301.b kolom 2 yang isiannya paling besar). Informasi yang ingin diperoleh adalah terkait penyelesaian perkelahian massal dan inisiator/penengahnya.
Rincian 1302.a: Perkelahian massal yang paling sering terjadi, apakah dapat diselesaikan/didamaikan? Berdasarkan isian pada Rincian 1301.b kolom (2), tentukan jenis perkelahian massal yang paling sering terjadi dan tanyakan apakah perkelahian massal tersebut dapat diselesaikan/didamaikan. Pilihan jawaban yang tersedia adalah : 1.
Ya, semuanya, jika semua perkelahian massal dapat diselesaikan/didamaikan;
2.
Ya, sebagian, jika hanya sebagian perkelahian massal yang dapat diselesaikan/ didamaikan;
3.
Tidak, jika semua perkelahian massal tidak dapat diselesaikan/didamaikan.
Rincian 1302.b: Inisiator/penengah penyelesaian perkelahian massal: Rincian ini diisi mengacu pada jenis perkelahian massal yang sering terjadi. Tanyakan inisiator/penengah dalam perkelahian massal tersebut. Isikan semua inisiator/penengah perkelahian massal yang terlibat dalam usaha mendamaikan perkelahian massal tersebut, baik perkelahian massal yang dapat didamaikan maupun tidak. Pilihan jawaban dikelompokkan menjadi : •
Aparat keamanan meliputi aparat kepolisian, TNI, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Satuan Pengamanan (Satpam), dan sebagainya.
•
Aparat pemerintah meliputi aparatur pemerintah daerah, kecamatan, desa/kelurahan dan sebagianya.
Pedoman Pencacah Podes 2014
113
•
Tokoh masyarakat adalah seseorang yang memiliki pengaruh atau wibawa di lingkungannya. Contoh: Ketua RT/RW, Ketua Adat, pengurus ormas, dll.
•
Tokoh agama adalah orang yang memiliki kharisma dalam agama dan menjadi panutan orang-orang sekitar. Contoh: Ulama/Ustadz, Pendeta, dll. Isian dari rincian ini merupakan kombinasi (multiple entry), isikan jumlah kode pilihan ke
dalam kotak. Rincian 1303: Tindak kejahatan Rincian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi terjadinya tindak kejahatan di desa/kelurahan selama setahun terakhir. Tindak kejahatan adalah segala tindakan yang disengaja atau tidak, telah terjadi atau baru percobaan, yang dapat merugikan orang lain dalam hal badan, jiwa, harta, benda, kehormatan dan lainnya serta tindakan tersebut dapat diancam hukuman penjara atau kurungan. Rincian 1303.a: Tindak kejahatan yang terjadi di desa/kelurahan selama setahun terakhir
Rincian ini berusaha mengumpulkan secara rinci terkait tindak kejahatan yang terjadi di desa/kelurahan selama setahun terakhir. Pada kolom (2) telah tercantum jenis-jenis tindak kejahatan yang dibedakan menjadi: 1.
Pencurian adalah pengambilan barang atau ternak tanpa hak dengan maksud memiliki tanpa disertai dengan kekerasan terhadap korban baik dengan pengrusakan maupun tidak.
2.
Pencurian dengan kekerasan (atau perampokan) adalah pencurian barang atau ternak tanpa hak yang didahului, disertai, diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap korban dengan maksud akan menyiapkan atau memudahkan pencurian itu.
114
Pedoman Pencacah Podes 2014
3.
Penipuan adalah perbuatan dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hak, memakai nama palsu atau keadaan palsu, akal tipu muslihat, perkataan bohong supaya memberikan uang atau barang. Penggelapan adalah perbuatan dengan sengaja memiliki secara melawan hak atas suatu barang yang sekarang ini dikuasai pelaku, barang tersebut sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh orang lain.
4.
Penganiayaan adalah perbuatan menyakiti orang lain secara fisik yang mengakibatkan korban menjadi sakit atau luka/cacat.
5.
Pembakaran adalah perbuatan dengan sengaja membakar sesuatu, misalnya rumah, hutan, yang dapat mendatangkan bahaya bagi barang, jiwa atau badan.
6.
Perkosaan adalah pemaksaan terhadap korban untuk melakukan hubungan seksual dengan kekerasan atau ancaman. Pelecehan seksual dan sejenisnya dikelompokkan sebagai kejahatan terhadap kesusilaan.
7.
Penyalahgunaan narkoba adalah perbuatan menyalahgunakan atau mengkonsumsi narkoba untuk kesenangan. Peredaran narkoba adalah perbuatan menjual narkoba dengan imbalan berupa uang atau barang. Yang dicatat di sini termasuk keduanya (penyalahgunaan dan peredaran).
8.
Perjudian adalah perbuatan mempertaruhkan sejumlah uang atau harta yang bersifat untung-untungan, artinya bila tidak menang, uang atau barang taruhan hilang.
9.
Pembunuhan adalah perbuatan menghilangkan nyawa orang lain baik berencana maupun tidak.
10. Perdagangan orang (trafficking) adalah upaya perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penampungan atau penerimaan seseorang dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk-bentuk paksaan lainnya, penculikan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan ataupun memberi atau menerima bayaran atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, baik yang dilakukan dalam negara maupun antar negara untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. Trafficking ditujukan pada lokasi kejadian trafficking di wilayah desa/kelurahan ini, meskipun korban bukan berasal dari warga/desa/ kelurahan ini. Penjelasan: Penduduk yang menerima short messages service (sms) penipuan dianggap tidak termasuk tindak kejahatan, kecuali sudah ada yang menjadi korban. Kolom (2) menanyakan keberadaan kejadian tindak kejahatan selama setahun terakhir. Kolom (3) Kecenderungan kejahatan dibanding setahun yang lalu Penilaian terhadap kecenderungan kejahatan didasarkan pada frekuensi kejadian dan besarnya kerugian. Isian dari rincian ini terdiri dari menurun (kode ‘1’), sama saja (kode ‘2’) atau meningkat (kode ‘3’).
Pedoman Pencacah Podes 2014
115
Rincian 1303.b: Tindak kejahatan yang paling sering terjadi Rincian ini berusaha menggali jenis tindak kejahatan yang sering terjadi, sehingga rincian ini diisi jika di desa/kelurahan ini pernah terjadi tindak kejahatan selama setahun terakhir (R1303.a kolom (3) berkode ’1’). Isikan kode dari jenis tindak kejahatan yang paling sering terjadi. Kode jenis tindak kejahatan disalin dari kode pada R1303.a kolom (1). Rincian 1304: Kegiatan warga untuk menjaga keamanan lingkungan selama setahun terakhir Rincian ini digunakan untuk melihat ada atau tidaknya kegiatan atau upaya-upaya swadaya warga desa/kelurahan untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
Beberapa kegiatan warga desa/kelurahan untuk menjaga keamanan lingkungan selama setahun terakhir adalah: a.
Pembangunan/pemeliharaan pos keamanan lingkungan, Pos keamanan lingkungan adalah tempat penjaga keamanan ketertiban masyarakat (kamtibmas) di wilayah sekitar. Pos kemanan lingkungan yang tidak digunakan, tidak dicatat.
b.
Pembentukan/pengaturan regu keamanan adalah upaya menjaga keamanan berupa membentuk, mengatur serta memfungsikan hansip/linmas sebagai penjaga keamanan lingkungan.
c.
Penambah jumlah anggota hansip/linmas.
d.
Pelaporan tamu yang menginap lebih dari 24 jam ke aparat lingkungan.
e.
Pengaktifkan sistem keamanan lingkungan berasal dari inisiatif warga, misalnya: mengatur kegiatan ronda malam, akses keluar masuk lingkungan setempat (portal), dll.
Rincian 1305: Jumlah anggota linmas/hansip Isikan jumlah anggota hansip/linmas yang ada di desa/kelurahan dan pindahkan isian ke dalam kotak yang tersedia.
116
Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 1306: Akses penduduk dengan pos polisi Rincian ini ingin mengetahui seberapa sulit/susah penduduk desa/kelurahan dalam menghubungi polisi jika terjadi suatu tindak kejahatan. Informasi yang ingin dikumpulkan mencakup keberadaan pos polisi dan jarak ke pos polisi terdekat.
Rincian 1306.a: Pos polisi (termasuk kantor polisi) Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan pos polisi (termasuk kantor polisi) di desa/kelurahan. Jika di desa/kelurahan terdapat pos polisi (termasuk kantor polisi), isikan kode ‘1’. Sementara jika tidak ada, isikan kode ‘2’. Pos polisi adalah tempat polisi menjaga kamtibmas wilayah sekitar, termasuk Polisi Sektor (Polres), Polisi Resort (Polres), dan Polisi Da.erah (Polda). Rincian 1306.b: Jarak ke pos polisi terdekat Rincian ini dimaksudkan ingin mengetahui kemudahan akses ke pos polisi jika tidak ada pos polisi/kantor polisi di desa/kelurahan (Rincian 1306.a berkode ‘2’). Penjelasan: -
Jarak yang dimaksud adalah perkiraan jarak yang dihitung dari kantor kepala desa/lurah ke pos polisi terdekat.
-
Kemudahan untuk mencapai pos polisi diisi berdasarkan persepsi narasumber, yang dibedakan menjadi : 1) Sangat mudah, 2) Mudah, 3) Sulit, dan 4) Sangat sulit.
Rincian 1307 – 1309 Rincian ini dimaksud untuk melihat berbagai kasus kerawanan sosial yang terjadi di masyarakat desa. Beberapa kasus yang ingin dijaring adalah kejadian bunuh diri, lokasi anak jalanan, tempat mangkal gelandangan atau pengemis dan lokalisasi pekerja seks komersial. Rincian 1307: Jumlah korban bunuh diri yang terjadi selama setahun terakhir Isikan jumlah korban bunuh diri yang pernah terjadi di wilayah desa/kelurahan ini selama setahun terakhir. Korban bunuh diri mencakup juga usaha percobaan bunuh diri. Jika di desa/kelurahan tidak pernah terjadi kasus bunuh diri, maka isikan 0.
Pedoman Pencacah Podes 2014
117
Bunuh diri adalah perbuatan dengan sengaja menghilangkan nyawa sendiri atas kemauan sendiri atau karena bujukan, rayuan, dan hasutan, termasuk yang mencoba bunuh diri tetapi tidak mati. Rincian 1308: Lokasi berkumpul anak jalanan dan tempat mangkal/tinggal gelandangan/pengemis di desa/kelurahan Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan lokasi tempat berkumpulnya anak jalanan serta tempat mangkal/tinggal gelandangan dan pengemis di desa/kelurahan, walaupun bukan warga desa/kelurahan.
Rincian 1308.a: Lokasi berkumpul anak jalanan di desa/kelurahan Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui ada tidaknya titik-titik lokasi tempat berkumpulnya anak jalanan di desa/kelurahan. Tidak termasuk rumah singgah bagi anak jalanan. Jika di desa/kelurahan terdapat lokasi tempat berkumpulnya anak jalanan, maka isikan kode ‘1’, sementara jika tidak ada, isikan kode ‘2’. Anak jalanan adalah anak yang berusia 5-18 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah dan berkeliaran di jalanan maupun tempat-tempat umum, seperti pasar, mall, terminal bis, stasiun kereta api, taman kota (Kementrian Sosial RI). Keberadaan anak jalanan terdiri dari 3 macam, yaitu: 1.
Anak jalanan yang tidak mempunyai tempat tinggal, kehilangan rumah, orang tua, dan orang yang disayang. Mereka tinggal di tempat umum, antara lain di stasiun kereta api, gerbong kereta api, pasar dan di kolong jembatan. Sebagian dari mereka tidak pernah berhubungan lagi dengan keluarga, tetapi sebagian lagi masih berhubungan, walaupun sangat langka.
2.
Anak jalanan yang mempunyai tempat tinggal, tetapi tidak bersama dengan orang tua mereka. Sebagian dari mereka adalah pendatang dari luar kota. Mereka tinggal di tempat kumuh dengan menyewa kamar bersama dengan temannya. Anak ini bekerja sebagai penyemir sepatu, pedagang asongan, pedagang koran dll. Mereka hidup secara mandiri dan tidak bersekolah. Sewaktu-waktu mereka berhubungan dengan orang tua atau keluarganya.
3.
Anak jalanan yang mempunyai tempat tinggal tetap bersama dengan orang tua mereka atau kerabatnya. Sebagian dari mereka masih bersekolah dan mereka bekerja sebelum atau sesudah pulang sekolah, antara lain sebagai penjual koran atau joki three in one di Jalan Soedirman (Jakarta) atau kawasan lainnya.
118
Pedoman Pencacah Podes 2014
Rincian 1308.b: Keberadaan tempat mangkal/tinggal gelandangan/pengemis Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui ada tidaknya tempat mangkal/tinggal gelandangan dan pengemis, misalnya: di bawah jembatan, emperan toko, dll.
Jika di
desa/kelurahan terdapat tempat mangkal/tinggal gelandangan dan pengemis, maka isikan kode ‘1’, sementara jika tidak, isikan kode ‘2’. Rincian 1309: Lokalisasi/lokasi/tempat mangkal Pekerja Seks Komersial (PSK)
Lokalisasi/lokasi/tempat mangkal Pekerja Seks Komersial (PSK) adalah tempat PSK menjajakan diri baik secara legal maupun ilegal yang dikelola secara kelompok maupun individu.
BLOK XIV: PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Rincian 1401: Program/kegiatan pemberdayaan masyarakat selama 3 tahun terakhir Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan, sumber dana, pelaksana dan penerima manfaat program/kegiatan pemberdayaan masyarakat selama 2011 hingga 2014. a.
Pembangunan/perbaikan infrastruktur (sarana/prasarana) lingkungan 1. Transportasi mencakup infrastruktur transportasi dan pelengkapnya yang telah direalisasikan. Contoh: jalan, jembatan, dsb. 2. Pendidikan mencakup kegiatan pengadaan dan perluasan sarana dan prasarana pendidikan yang telah direalisasikan. Contoh: gedung sekolah dan sarana pendukung. 3. Permukiman dan kesehatan mencakup perumahan, air bersih, sanitasi dan kegiatan pengadaan gedung, sarana-prasarana pendukung fasilitas pelayanan kesehatan yang telah direalisasikan. Contoh: penerangan jalan, posyandu, dll. 4. Perekonomian
mencakup
pengadaan
sarana-prasarana
dan
penunjang
perekonomian yang telah direalisasikan. Contoh: pasar, irigasi, TPI/PPI, dll.
Pedoman Pencacah Podes 2014
119
b.
Peningkatan kapasitas perekonomian 1. Dana bergulir/simpan pinjam mencakup pendanaan dalam bentuk pinjaman secara bergulir untuk modal usaha pertanian/nonpertanian yang telah direalisasikan. 2. Dana hibah mencakup pendanaan dalam bentuk pemberian/tanpa pengembalian untuk usaha produktif budidaya maupun nonbudidaya.
c.
Peningkatan kapasitas sosial kemasyarakatan (SDM) 1. Peningkatan keterampilan produksi mencakup pelatihan keterampilan dan penguasaan teknologi untuk memproduksi barang. 2. Peningkatan keterampilan pemasaran hasil produksi mencakup pelatihan keterampilan untuk pemasaran hasil produksi. 3. Penguatan kelembagaan sosial kemasyarakatan mencakup pemberantasan buta aksara, pemberian beasiswa, peningkatan pelayanan pendidikan, penyuluhan keterampilan usaha, peningkatan wawasan kepedulian, peningkatan kapasitas lainnya.
Sumber dana adalah pemberi uang atau barang yang digunakan untuk menjalankan program/kegiatan. Pelaksana adalah pihak-pihak yang terlibat dalam melaksanakan pekerjaan program/ kegiatan. Penerima manfaat langsung adalah pihak-pihak yang memperoleh manfaat secara langsung dari program/kegiatan.
120
Pedoman Pencacah Podes 2014
BLOK XV: OTONOMI Blok ini memuat pertanyaan mengenai aset desa, sumber keuangan pemerintahan desa dan penggunaannya pada tahun 2013. Rincian ini khusus ditanyakan untuk daerah yang berstatus Desa Rincian 1501: Sumber penerimaan desa, bentuk, dan nilainya selama tahun 2013 Otonomi daerah yang berjalan mulai 2001 telah melahirkan sistem pemerintahan demokratis. Daerah otonom memiliki wewenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat pada era reformasi sekarang ini. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan tentang kelurahan, terutama memberikan pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat. Salah satunya, terkait pengaturan keuangan desa. Menurut Undang-Undang nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, desa memiliki kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa. Salah satunya, terkait pengaturan keuangan desa.
Desa adalah hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa. Sumber keuangan desa yaitu berasal dari Pendapatan Asli Desa, Alokasi Dana Desa (ADD) dan berbagai bantuan baik dari pemerintah, luar negeri maupun Pedoman Pencacah Podes 2014
121
swasta. Tidak termasuk program bantuan nasional, seperti PKH, Raskin, Askeskin, dan sebagainya dan sektoral seperti BOS dari Kementerian Pendidikan Nasional, Infrastruktur dari Kementerian Daerah Tertinggal dan sejenisnya. Penerimaan keuangan yang dicakup adalah pada tahun anggaran 2013. Rincian 1501.a: Pendapatan Asli Desa Pendapatan Asli Desa adalah penerimaan dari berbagai usaha pemerintah desa untuk mengumpulkan dana guna keperluan desa dalam membiayai kegiatan rutin/pembangunan. Pendapatan Asli Desa berasal dari penerimaan tanah kas desa, pasar/kios desa, pemandian umum yang diurus desa, daya tarik wisata, bangunan milik desa yang disewakan, kekayaan desa lainnya, swadaya dan partisipasi masyarakat dan gotong royong masyarakat. Termasuk juga penerimaan yang berasal dari pungutan desa dan hasil usaha desa. Rincian 1501.b: Aloaksi Dana Desa (ADD) Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa, Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disingkat ADD adalah dana yang dialokasikan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk desa, yang bersumber dari bagian perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota. Perolehan bagian keuangan desa dari kabupaten, penyalurannya melalui kas desa. Pemberian Alokasi Dana Desa merupakan wujud dari pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan otonominya agar tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan dari desa itu sendiri berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan peran pemerintah desa dalam memberikan pelayanan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta menghela percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis. Sehingga, hal ini dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal dalam suatu sistem wilayah pengembangan. Rincian 1501.c: Bagi hasil/bantuan/hibah Bantuan Pemerintah Kabupaten/Kota adalah bantuan/sumbangan yang diberikan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk kegiatan pembangunan desa. Bantuan Pemerintah Provinsi adalah bantuan/sumbangan yang diberikan oleh pemerintah provinsi untuk kegiatan pembangunan desa. Bantuan Pemerintah Pusat adalah bantuan/sumbangan dari pemerintah pusat untuk kegiatan pembangunan desa. Misal, Dana Alokasi Khusus (DAK), Deklarasi Ekonomi (Dekon), dan lain-lain. Bantuan Luar Negeri adalah bantuan/sumbangan yang berasal dari luar negeri baik yang berasal dari lembaga/institusi/pemerintah untuk kegiatan pembangunan desa. Swasta adalah bantuan/sumbangan yang berasal dari pihak swasta.
122
Pedoman Pencacah Podes 2014
Lainnya seperti bantuan dari paguyuban masyarakat daerah atau dari perorangan. Penjelasan : -
Bentuk penerimaan yang berupa barang dan jasa harus dikonversikan nilainya dengan ‘pasar’ setempat.
Rincian 1502: Pengeluaran desa selama tahun 2013 Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui pengeluaran/alokasi penggunaan pendapatan yang diterima oleh kantor kepala desa. Pengeluaran yang dicatat adalah seluruh pengeluaran desa selama 2013 dan dinyatakan dalam jutaan rupiah.
Pengeluaran yang dicatat dikelompokkan menjadi 3 kategori: a.
Belanja pegawai; misalnya:pengeluaran untuk membayar upah/gaji pegawai.
b.
Belanja modal; misalnya: pembiayaan untuk tanah, bangunan, jalan, jembatan, dan komputer.
c.
Lainnya; misalnya: bantuan sosial, belanja tidak terduga, konsumsi rapat, dll.
Rincian 1503: Aset Desa Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui aset yang dimiliki desa. Jika desa memiliki aset yang dimaksud, isikan kode ‘ganjil’. Sementara jika tidak, isikan kode ‘genap’.
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, aset desa adalah barang milik desa yang berasal dari kekayaan asli desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah. Aset desa dapat berupa: a.
Tanah kas desa/ulayat.
b.
Bangunan desa, misalnya: kantor kepala desa, balai desa, dll.
c.
Pasar desa, misalnya: pasar hewan, pelelangan ikan, dan pelelangan hasil pertanian.
d.
Aset desa lainnya merupakan aset desa yang dapat diperoleh dari :
Pedoman Pencacah Podes 2014
123
- Kekayaan desa yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. - Kekayaan desa yang diperoleh dari hibah dan sumbangan atau yang sejenis. - Kekayaan desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dan lain-lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. - Hasil kerja sama desa. - Kekayaan desa yang berasal dari perolehan lainnya yang sah. - Contoh: tambatan perahu, pemandian umum, lapangan bola, dll.
BLOK XVI: KETERANGAN PEMERINTAH DESA/KELURAHAN Rincian 1601: Pemerintahan desa/kelurahan Rincian ini untuk mencatat keterangan pemerintah desa/kelurahan yang menjabat pada desa/kelurahan yang dikunjungi petugas Podes 2014, yang meliputi Kepala Desa atau Lurah, Sekretaris Desa atau Sekretaris Kelurahan, sekretariat desa (kaur/kasi), dan pelaksana kewilayahan (kadus/kasun/RW). 1601 Pemerintah desa/kelurahan
(1)
Keberadaan : Ada –1 Tidak ada – 2 (2)
Jika ada pemerintah desa/kelurahan (kolom (2) berkode 1) Umur (3)
Jenis kelamin : Laki-laki –1 Perempuan – 2 (4)
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan *) (5)
a. Kepala Desa/Lurah b. Sekretaris Desa/Sekretaris Kelurahan c. Sekretariat Desa (kaur/kasi, dll.) d. Pelaksana Kewilayahan (kadus dll.) *) Kode untuk kolom (5) : Tidak pernah sekolah Tidak tamat SD/Sederajat Tamat SD/Sederajat
–1 –2 –3
SMP/Sederajat – 4 SMU/Sederajat – 5 Akademi/DIII – 6
Diploma IV/S1 S2 S3
–7 –8 –9
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Perangkat desa terdiri atas sekretaris desa dan perangkat desa lainnya (terdiri atas sekretariat desa, pelaksana kewilayahan, dan pelaksana teknis). Kepala desa/lurah mempunyai tugas menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa (UU Nomor 6 Tahun 2014).
124
Pedoman Pencacah Podes 2014
Sekretaris Desa adalah unsur staf pembantu kepala desa dan memimpin sekretariat desa. Contoh: dalam Peraturan Bupati Malang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi serta Pola Karir Sekretaris Desa, dijelaskan mengenai tugas sekretaris desa, yaitu: a.
Menjalankan administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di desa serta memberikan pelayanan administrasi kepada kepala desa;
b.
Melakukan perencanaan dan melaksanakan kegiatan kesekretariatan;
c.
Melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, evaluasi dan pelaporan;
d.
Mengelola perlengkapan, urusan rumah tangga, kehumasan dan keprotokolan;
e.
Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala desa sesuai dengan bidang tugasnya.
Sekretariat desa atau yang lebih umum dikenal dengan jabatan kaur/kasi, dll pada dasarnya bertugas untuk membantu sekretaris desa sesuai dengan bidang tugasnya. Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa kaur/kasi yang antar wilayah tidak sama. Contoh: dalam biro tata pemerintahan setda DIY bagian kependudukan, terdapat beberapa kaur/kasi di kantor kepala desa/lurah, diantaranya: −
Kaur/kasi pemerintahan, bertugas melaksanakan pengelolaan administrasi kependudukan, administrasi pertanahan, pembinaan, ketentraman dan ketertiban masyarakat desa, mempersiapkan bahan perumusan kebijakan penataan dan kebijakan dalam penyusunan produk hukum desa.
−
Kaur/kasi pembangunan, bertugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pengembangan ekonomi masyarakat dan potensi desa, pengelolaan administrasi pembangunan, pengelolaan pelayanan masyarakat serta penyiapan bahan usulan kegiatan dan pelaksanaan tugas pembantuan.
−
Kaur/kasi kesejahteraan rakyat, bertugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan program keagamaan serta melaksanakan program pemberdayaan masyarakat dan sosial kemasyarakatan.
−
Kaur keuangan, bertugas melaksanakan pengelolaan sumber pendapatan desa, pengelolaan administrasi keuangan desa, dan mempersiapkan bahan penyusunan APB Desa.
−
Kaur/kasi urusan umum, bertugas melaksanakan administrasi umum, tata usaha dan kearsipan, pengelolaan inventaris kekayaan desa, serta mempersiapkan bahan rapat dan laporan.
Pedoman Pencacah Podes 2014
125
Penjelasan : -
Pada kenyataannya, jabatan kaur/kasi di desa/kelurahan sangat beragam (belum tentu sama dengan beberapa contoh di atas).
-
Jika di desa/kelurahan terdapat salah satu kaur/kasi (walaupun dengan penamaan yang berbeda), maka dicatat.
Pelaksana kewilayahan, bisa berupa kepala dusun (kadus), dll. Seperti yang terdapat dalam biro tata pemerintahan setda DIY bagian kependudukan, dijelaskan bahwa tugas pelaksana kewilayahan adalah: −
Membantu pelaksanaan tugas kepala desa dalam wilayah kerjanya;
−
Melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan swadaya dan gotong royong masyarakat;
−
Melakukan kegiatan penerangan tentang program pemerintah kepada masyarakat;
−
Membantu kepala desa dalam pembinaan dan mengkoordinasikan kegiatan RW (Rukun Wilayah) dan RT (Rukun Tetangga) diwilayah kerjanya;
−
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala desa.
Kolom (3) s.d. Kolom (5) : Umur, jenis kelamin, dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan Ketiga kolom ini hanya diisi untuk rincian 1601.a dan 1601.b (kepala desa/lurah dan sekretaris desa/kelurahan). Kolom (3) : Umur Umur dihitung dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang tahun terakhir. Perhitungan tahun didasarkan pada kalender Masehi. Contoh: jika umur kepala desa/lurah 45 tahun 11 bulan, ditulis 45 tahun. Kolom (5) : Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah pendidikan yang telah diselesaikan pelajarannya pada kelas atau tingkat terakhir sehingga ia mendapat tanda tamat belajar/ijazah. Misalnya, kuliah sampai tingkat 3 dari jenjang program S1, maka kode yang dilingkari adalah 5 (hanya tamat SMA/sederajat). Rincian 1602: Jumlah aparat desa/kelurahan Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah seluruh aparat yang ada di setiap kantor kepala desa/lurah.
126
Pedoman Pencacah Podes 2014
Aparat desa/kelurahan yang dicatat meliputi kepala desa/lurah, sekretaris desa/kelurahan, seluruh kaur/kasi (sekretariat desa), kadus/RW, dll (pelaksana kewilayahan), dan seluruh staf. Tuliskan jumlahnya pada tempat yang tersedia.
BLOK XVII: CATATAN Blok catatan ini digunakan untuk mencatat keterangan-keterangan yang diperlukan untuk memperjelas isian Daftar PODES2014-DESA, misalnya, bila ada pemekaran desa/kelurahan, maka asal-usul desa/kelurahan baru tersebut dicatat secara rinci pada blok ini. Selain itu pada blok ini juga dilengkapi catatan sebagai bahan monitoring progres SMS gateway yang disalin dari Blok I Rincian 101-107. XVII. CATATAN
SALIN DARI R101 SAMPAI R107 (KODE SAAT PENCACAHAN) Bahan untuk monitoring progres lapangan menggunakan SMS Gateway. R101
R102
R103
R104
R106
R105
R107
a POD
*
*
*
b
c
d
*
Semua pertanyaan/rincian mengacu pada situasi saat pencacahan, kecuali pada beberapa pertanyaan/rincian yang telah ditetapkan referensi waktunya
Pedoman Pencacah Podes 2014
127
D A T A Mencerdaskan Bangsa
BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6‐8 Jakarta 10710, Kotak Pos 1003 Jakarta 10010 Telp. (021) 3841195, 3842508, 3810291‐4. Fax: (021) 3857046 Homepage: hppt://www.bps.go.id, Email:
[email protected]