Jurnal Keuangan &Bisnis Volume 2 No. 3, November 2010
BUDAYA ORGANISASI TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PELAKU UKM DI LINGKUNGAN INDUSTRI PEMBUATAN TAHU Tapi Rondang Ni Bulan (
[email protected]) Dosen Kopertis Dpk. STIE Harapan Medan ABSTRACT This research was based on the condition of small and middle size business (called UKM) particularly in the manufacturing sector of tofu/tahu (soybean cake) which needs an attention. Most parties only pay attention to the financial aspect while non-financial aspect is barely touched. Considering the wide range of issues related to UKM, therefore an issue that will be raised in this research is organization culture; whether or not organization culture influences the performance UKM particularly in tofu manufacturing. Using 55 respondents and utilizing multiple regression analysis method to calculate the influence or organization culture over tofu industry performance, it was discovered that hypothesis of ‘organization culture is influencing performance’ cannot be rejected (hypothesis is accepted).This was proved with the amount of counting significance (p value) is 0.004 which is smaller than 0.05. However, not every variable of organization culture has a parallel (positive) influence over performance. Variables of Innovation and risk (X1), attention to detail (X2), and stability (X7), if being increased, will reduce the performance. Keyword : corporate culture, performance LATAR BELAKANG Harapan untuk diterima di dunia kerja bukanlah sesuatu yang keliru dan bahkan hampir menjadi suatu tuntutan bagi para lulusan di setiap perguruan tinggi. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kesempatan kerja pun sangat terbatas dan tidak berbanding linear dengan jumlah lulusan keseluruhan lembaga pendidikan baik mulai dari tingkat dasar, menengah hingga pendidikan pada tingkat tinggi. Oleh sebab itu, semua pihak harus terus berpikir dan mewujudkan karya nyata dalam mengatasi kesenjangan antara lapangan kerja yang tersedia dan jumlah lulusan institusi pendidikan yang mencari pekerjaan sesuai kompetensinya masingmasing. Kesenjangan ini merupakan penyebab utama peningkatan angka pengangguran. Sedangkan pengangguran adalah salah satu permasalahan pembangunan yang sangat kritis khususnya di negara Indonesia termasuk di daerah-daerah di pelosok nusantara. Salah satu alternatif solusi dari kondisi di atas adalah dengan mencetak atau menyiapkan lulusan lembaga pendidikan agar memiliki potensi untuk mengembangkan keterampilannya menjadi usaha mandiri. Selain menjadi solusi bagi dirinya, seringkali
usaha mandiri ini juga mendatangkan berkah bagi orang lain yang direkrut sebagai karyawan ataupun buruh pada usaha yang dirintisnya. Dengan kata lain, potensi dan kemauan untuk melakukan usaha mandiri, juga akan membuka lapangan kerja bagi pihak lainnya. Berbeda dengan pihak pencari kerja, mereka yang memiliki keinginan dengan berbekal pada sedikit pengalaman dan pengetahuan, akan selalu berusaha untuk menjadi seorang pelaku usaha. Mereka-mereka ini, umumnya menjadi pelaku usaha dengan kelompok Usaha Kecil dan Menengah atau UKM. Secara khusus, Muhyi (2007) menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor penyebab seseorang mau melakukan usaha secara mandiri atau berwirausaha. Faktorfaktor tersebut adalah sebagai berikut: 1. Alasan keuangan, untuk mencari nafkah, kaya, pendapatan tambahan, 2. Alasan sosial, untuk memperoleh gengsi/status untuk dapat dikenal, dihormati dan bertemu orang banyak, 3. Alasan pelayanan, memberi pekerjaan pada masyarakat, dan 4. Alasan pemenuhan diri, untuk menjadi mandiri, lebih produktif dan untuk menggunakan kemampuan pribadi.
207 - 216
Jurnal Keuangan & Bisnis
Sama seperti pelaku wirausaha lainnya, berwirausaha pada sektor manufaktur seperti industri tahu, juga memiliki asalan-alasan sebagaimana yang telah diungkap sebelumnya. Namun, keberadaan industri tahu ini masih sangatlah jauh untuk mencukupi kebutuhan akan tahu di pasar. Kondisi tersebut, menjadikan industri tahu menarik untuk dikaji sebab selain masih memiliki segmen pasar yang jelas, industri tahu juga masih dapat memaksimalkan produksinya. Kurang mampunya industri tahu untuk mencukupi kebutuhan pasar tersebut, benyak penyebabnya yang satu iantara penyebab tersebut adalah masalah kinerja yang sering kali melemah yang dapat ditimbulkan oleh ha-hal yang non ekonomi seperti faktor budaya kerja organisasi. Artinya, para pelaku usaha mandiri atau orang yang berwirausaha tersebut harus telah mengenal persis budaya yang terjadi di lingkungan organisasi usahanya. Melalui pengenalan secara baik dan benar itu, akan mampu membawa usaha mandiri tersebut menuju visi dan misinya serta menjadi suatu usaha yang memberikan janji masa depan si pengelola usaha tersebut. Kecenderungan perhatian kepada pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) itu, dimulai sejak terjadinya krisis di tahun 1998an. Di tahun itu, banyak pelaku usaha besar yang tidak mampu melewati kondisi krisis tersebut. Bahkan, tidak sedikit pula yang mengalami kebangkrutan. Kondisi ini, sangat berbeda dengan pelaku-pelaku usaha yang tergolong kecil dan menengah. Kelompok usaha ini memiliki kemampuan berhadapan dengan kondisi krisis. Kenyataan ini memberikan gambaran bahwa pada kelompok UKM, pelaku usahanya memiliki suatu kinerja yang mengantarkan usaha mereka untuk tetap bertahan dan bahkan ada pula yang tumbuh berkembang di tengah-tengah kondisi krisis tersebut. Namun, pada satu sisi lainnya, pelaku UKM di sektor manufaktur seperti pembuatan ”tahu”, sedikit mengalami guncangan dari hadirnya krisis tersebut. Jika ditelusuri, keguncangan tersebut bukanlah dikarenakan kegagalan mereka dalam melanjutkan operasinya, namun kegagalan mereka lebih dikarenakan ketidak mampuan mereka untuk merencanakan keberadaan bahan baku kedelai. Hal ini pada dasarnya dapat dihindari jika saja pelaku UKM memiliki kemampuan manajerial seperti dalam hal perencanaan produksi. Tidak
November
terbiasanya pelaku UKM di sektor manufaktur ini untuk melakukan serangkaian perencanaan, menjadi penyebab gagalnya mereka menghadapi krisis tersebut. Kebiasaan merencanakan itu merupakan bagian dari budaya yang semestinya hadir di tengahtengah para pelaku UKM. Mengingat luasnya permasalahan yang terdapat di sekitar UKM, maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah faktor budaya organisasi dapat mempengaruhi kinerja pelaku UKM di lingkungan industri pembuatan tahu? KERANGKA TEORITIS Pengertian Kewirausahaan Kewirausahaan bukan merupakan sesuatu yang baru di mata masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Sumatera Utara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2004), kewirausahaan merupakan orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi yang baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur modal operasionalnya. Berdasar pada pengertian kewirausahaan tersebut ini, maka kita dapat memberikan berbagai alternatif simpulan dari setiap prase kata yang bersumber pada pengertian tersebut. Namun, kita juga dapat memberikan sebuah simpulan perihal kewirausahaan tersebut. Pengertian tersebut di atas, dapat kita simpulkan bahwa kewirausahaan merupakan suatu bentuk kegiatan ekonomi yang relatif komplek yang diawali dari menghasilkan atau mendatang suatu barang/jasa hingga menjualnya ke konsumen melalui berbagai macam teknik manajemen yang dimiliki oleh si pemilik usaha. Disamping berdasar Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut, kewirausahaan juga diterjemahkan oleh Say dalam Muhandri (2002) sebagai bentuk dari pelaksanaan koordinasi, organisasi, dan pengawasan dalam suatu organisasi tertentu. Mengacu pada pendapat Say tersebut, maka tampak bahwa kewirausahaan hanya dapat berjalan dan berkembang manakala dipegang oleh seorang wirausaha. Dengan demikian, untuk menjadi seorang wirausaha, maka harus memiliki pengetahuan yang luas tentang lingkungan dan membuat keputusan-keputusan tentang lingkungan usaha, mengelola sejumlah modal,
208
2010
Tapi Rondang Ni Bulan
dan menghadapi ketidakpastian untuk meraih keputusan.
demikian, budaya korporat ini merupakan sebuah entiti sosial yang berorientasi pada sasaran dan mempunyai struktur yang direncanakan dengan baik. Entitas sosial (social entity) memiliki arti yang terdiri dari dua orang atau lebih. Berorientasi pada sasaran (goal directed) berarti dirancang untuk mencapai hasil, misalnya mendapat laba, berhasil dalam memperjuangkan upah bagi anggota, memenuhi kebutuhan spiritual atau memberikan kepuasan sosial. Mempunyai struktur yang direncanakan dengan baik (deliberately structured) artinya pekerjaan dibagi-bagi dan tanggung jawab atas kinerja mereka dibebankan kepada para anggota korporat (Daft, 2002.) Selanjutnya, pengertian yang sama dengan budaya korporat, Newstrom dan Davis (2002) menyatakan bahwa: “Organizational culture is the set of assumptions, beliefs, values, and norms that are shared by an organization’s member”, yang berarti budaya korporat adalah segugus pandangan hidup, nilai, dan norma yang melekat di setiap anggota korporat. Setiap anggota korporat mempunyai pandangan hidup, nilai, dan norma yang diwariskan dari anggota korporat terdahulu. Secara lebih rinci, budaya korporat dicirikan oleh Robbins dan Coulter (1999), dengan 7 ciri yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
Budaya Organisasi Hingga sekarang, pemaknaan budaya masih menjadi diskusi para ahli dari berbagai disiplin. Belum ada suatu kepastian dari makna budaya yang mampu mendefinisikan secara lebih komprehensif. Kotter dan Heskett (1997) mendefinisikan “budaya” sebagai “totalitas pola perilaku, kesenian, kepercayaan, kelembagaan, dan semua produk lain dari karya dan pemikiran manusia yang mencirikan suatu masyarakat atau penduduk, yang ditransmisikan bersama”. Selain itu, Budaya telah menjadi konsep penting dalam memahami masyarakat dalam kelompok manusia untuk masa yang lama. Stoner (1996), seperti yang dipetik oleh Moeljono (2005), memberikan arti budaya sebagai gabungan kompleks asumsi, tingkah laku, cerita, mitos, metafora, dan berbagai ide lain yang menjadi satu untuk menentukan apa arti menjadi anggota masyarakat tertentu. Selanjutnya, Moeljono (2005) juga berpendapat budaya adalah sebagai suatu pola semua susunan baik material mapun perilaku yang sudah diadopsikan oleh masyarakat sebagai suatu cara tradisional dalam memecahkan masalah para anggotanya. Dengan mangacu pada beberapa definisi tentang budaya di atas, maka beberapa sudut pandang terkait budaya dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, budaya merupakan produk konteks pasar di tempat usaha beroperasi, peraturan yang menekan, dan sebagainya. Kedua, budaya merupakan produk struktur dan fungsi yang ada dalam kelompok, misalnya kelompok yang tersentralisasi berbeda dengan kelompok yang terdesentralisasi. Ketiga, budaya merupakan produk sikap orang-orang dalam pekerjaan mereka, hal ini bererti produk perjanjian psikologi antara individu dengan unit usaha. Berdasar pengertian dan sudut pandang tersebut, maka budaya tempat bekerja seperti usaha mandiri, akan menjadi suatu norma atau nilai, sudut pandang yang berbeda-beda baik antar pekerja maupun antara pekerja dan tempatnya bekerja (budaya korporat). Dengan
1. Inovasi dan mengambil resiko Ciri budaya ini merupakan suatu kondisi yang menggambarkan bahwa tingkat para pelaku wirausahawan didorong untuk bersikap inovatif dan mengambil risiko. 2. Perhatian pada rincian Ciri budaya ini merupakan suatu kondisi yang menggambarkan bahwa para pelaku wirausahawan beserta karyawannya diharapkan menampilkan ketepatan, analisis, dan perhatian kepada detail. 3. Orientasi pada hasil Ciri budaya ini merupakan suatu kondisi yang menggambarkan bahwa para pengelola wirausaha dan para karyawannya memusatkan perhatian pada hasil, bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil itu.
209
207 - 216
Jurnal Keuangan & Bisnis
November
kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama (Veitzhal, 2005). Menurut Robbins (2006), kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A), motivasi atau motivation (M), dan kesempatan atau opportunity (O), yaitu kinerja = ƒ (A x M x O). Artinya kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi, dan kesempatan. Dengan demikian, kinerja ditentukan oleh faktor-faktor kemampuan, motivasi, dan kesempatan. Kesempatan kinerja adalah tingkat-tingkat kinerja yang tinggi, dimana sebagaian merupakan fungsi dari tidak adanya rintangan-rintangan yang menghangi karyawan tersebut. Meskipun seorang individu mungkin bersedia dan mampu, bisa saja ada rintangan yang menjadi penghambat. Dengan demikian, kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan.
4. Orientasi pada manusia Ciri budaya ini merupakan suatu kondisi yang menggambarkan bahwa para pengambil keputusan di usaha wirausaha tersebut, memperhitungkan pengaruh hasil keputusan terhadap manusia di dalam usahanya itu. 5. Orientasi pada tim Ciri budaya ini merupakan suatu kondisi yang menggambarkan bahwa para pengelola/wirausahawan dalam merancang kegiatan atau kerja, harus menatanya dengan dasar tim/kelompok, bukan individu. 6. Agresif Ciri budaya ini merupakan suatu kondisi yang menggambarkan bahwa para pengelola/wirausahawan dan karyawannya, bersifat agresif dan bersaing bukannya ramah dan bekerja sama. 7. Stabilitas Ciri budaya ini merupakan suatu kondisi yang menggambarkan bahwa para pengelola/wirausahawan dan karyawannya dalam menjalankan kegiatan-kegiatan usahanya menekankan untuk mempertahankan status quo bukan pertumbuhan.
Kerangka Konsepsual Setiap organisasi memiliki cara pandang, gaya, atau nilai tersendiri yang berbeda antara 1 organisasi dengan organisasi lainnya. Cara pandang ataupun gaya tersebut merupakan ciri dari masing-masing organisasi yang secara teoritis disebut sebagai budaya organisasi, diyakini akan mampu meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja masingmasing anggota organisasi. Berdasar kerangka pikir tersebut, maka model penelitian ini dapat disajikan sebagai berikut:
Pengertian Kinerja Karyawan Kinerja pada dasarnya adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugasnya, dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil
BUDAYA ORGANISASI: 1. Inovasi & Mengambil Resiko 2. Perhatian pada rincian 3. Orientasi pada hasil 4. Orientasi pada manusia 5. Orientasi pada tim 6. Agresif 7. Stabilitas
KINERJA PELAKU UKM
210
2010
Tapi Rondang Ni Bulan
Hipotesis
Definisi Operasional Variabel
Berdasar uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ha: Budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja pelaku UKM di lingkungan industri pembuatan tahu
Kinerja pelaku UKM Kinerja pada dasarnya adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugasnya, dibandingkan dengan standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
METODE PENELITIAN Populasi Populasi pada penelitian ini adalah para wirausahawan dan pekerja yang bergerak di industri pembuatan tahu dan berlokasi di Kota Medan dan sekitarnya.
Inovasi dan mengambil resiko
Sampel
Tingkat di mana para karyawan menampilkan ketepatan, analisis, dan perhatian kedalam detail.
Tingkat di mana para karyawan didorong untuk bersikap inovatif dan mengambil risiko. Perhatian dalam rincian
Dalam penelitian ini, responden penelitian yang digunakan adalah para wirausahawan dan pekerja pada industri tahu. Melalui purpossive sampling method, maka beberapa kriteria yang dijadikan syarat dala menetapkan responden adalah sebagai berikut: 1. Telah berwirausaha minimal 3 tahun 2. Memiliki karyawan, minimal 3 orang 3. Memiliki catatan keuangan Penetapan kriteria-kriteria di atas, didasarkan pada kelayakan ataupun kelogisan responden potensial untuk dijadikan responden yang sesungguhnya. Mereka yang telah berusaha dalam kurun waktu 3 tahun, merupakan mereka yang telah memiliki pengalaman begitu pula dengan mereka yang berwirausaha dengan bantuan 3 orang personil. Artinya, pekerja tersebut mencerminkan adanya bentuk budaya organisasi di tempatnya bekerja.
Orientasi pada hasil Tingkat dimana para manajer memusatkan perhatian dalam hasil-hasil bukannya dalam teknik-teknik dan prosesproses yang digunakan untuk mencapai hasilhasil itu. Orientasi pada manusia Tingkat di mana keputusan-keputusan pengurusan memperhitungkan pengaruh hasilhasil terhadap manusia di dalam korporat itu. Orientasi pada tim Tingkat di mana kegiatan-kegiatan kerja disusun sekitar pasukan-pasukan bukan individu-individu. Agresif
Teknik Pengumpulan Data
Tingkat dimana orang bersifat agresif dan bersaing bukannya ramah dan bekerja sama.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik survei lapangan dengan cara mendatangi langsung responden dan menyebarkan kuesioner secara langsung, yaitu dengan memberikan secara langsung sekumpulan pertanyaan kepada responden. Pertanyaanpertanyaan tersebut, dilakukan melalui bentuk tulisan yang disusun secara sistematis mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan topik yang dibahas.
Stabilitas Tingkat di mana kegiatan-kegiatan korporat menekankan usaha mempertahankan status quo bukan pertumbuhan. Keseluruhan variabel diukur dengan menggunakan skala interval 5 point skala pengukuran yaitu: (1) Sangat Tidak Setuju; (2) Tidak Setuju; (3) Ragu-Ragu; (4) Setuju; (5) Sangat Setuju.
211
207 - 216
Jurnal Keuangan & Bisnis
November
dibawah 0.3, maka item pertanyaan tersebut tidak lagi diikut sertakan dalam uji hipotesis. Reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur bahwa instrumen yang digunakan benar-benar bebas dari kesalahan, sehingga diharapkan dapat menghasilkan hasil yang konsisten. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan koefisen cronbach alpha. Variabel dikatakan reliabel jika cronbach alpha memiliki nilai lebih besar dari 0.6 (Ghozali, 2005). Dari kedua uji yang dilakukan dengan menggunakan SPSS, maka diperoleh hasil uji validitas dan reliabilitas seperti dalam tabel di bawah ini.
Uji Validitas dan Reliabilitas Sebelum uji hipotesis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian untuk melihat kualitas alat ukur. Uji ini meliputi uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dimaksudkan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan benar-benar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas pada penelitian ini dilakukan dengan menghitung korelasi pearson product moment (r). Nilai r hitung diatas 0.3 bermakna bahwa instrumen penelitian valid (Sugiyono, 2005). Jika berada
Tabel 1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Kinerja pelaku UKM Inovasi & Resiko Perhatian Pada Rincian Orientasi Pada Hasil Orientasi Pada Manusia Orientasi Pada Tim Agresif Stabilitas
Sumber : Data Primer Diolah, 2010
Valid K12, K13, K14 B1, B2 B8, B9 B10, B11, B12, B13 B14, B15, B17 B19, B20, B21, B22 B23, B26, B27 B28, B29, B30
Tabel di atas menunjukan bahwa tidak semua item pernyataan dari daftar kuesioner yang disebar kepada responden, memiliki nilai valid. Ini berarti, setiap item pernyataan yang memiliki skor lebih kecil dibanding 0.3, maka harus dihilangkan. Oleh karenanya, maka masing-masing variabel, akan dihitung validitas item pernyataannya, hingga tidak ditemukan lagi item yang bernilai 0.3. Begitu pula dengan skor reliabilitas masingmasing variabel yaitu berada di atas 0.60.
Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 a Bi i e
Teknik Analisis Data
Reliabilitas 0.64 0.68 0.66 0.64 0.66 0.77 0.78 0.71 = = = = = = = = = = =
Kinerja Pelaku UKM Inovasi dan Mengambil Resiko Perhatian pada Rincian Orientasi pada Hasil Orientasi pada Manusia Orientasi pada Tim Agresif Stabilitas Konstanta Koefisien regresi. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 Error
Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, dengan menggunakan tingkat signifikansi (p). Pengaruh antar variabel diuji dengan tingkat kepercayaan (confidence interval) 95% atau = 0.05. Jika dalam pengujian p < 0,05, berarti H0 ditolak dan Ha diterima, sedangkan jika p > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi linier berganda memerlukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang dimaksud terdiri dari:
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Teknik regresi linier berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor budaya organisai terhadap kinerja pelaku UKM, dengan model matematik sebagai berikut: Y = a + B1 X1 + B2 X2 + B3 X3 + B4X4 + B5 X5 + B6 X6 + B7 X7 + e Dimana:
212
2010
Tapi Rondang Ni Bulan
ini maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data setiap variabel adalah normal.
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan uji statistik. Test statistik sederhana yang digunakan berdasarkan nilai KolmogorovSmirnov (KS). Berdasarkan hasil uji statistik sederhana yang menggunakan nilai KolmogorovSmirnov (KS) dapat diketahui hasil pengujian yang menunjukkan bahwa nilai p value pada kolom asymptotic sig > level of signifikan (α) yaitu 0,05. Nilai Asymp. Sig adalah sebesar 0.254 (0.254 0.05). Berdasarkan hasil nilai
Variabel bebas Inovasi dan Resiko (X1) Perhatian Pada Rincian (X2) Orientasi pada Hasil (X3) Orientasi Pada Manusia (X4) Orientasi Pada Tim (X5) Agresif (X6) Stabilitas (X7)
Uji Multikolinieritas Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah terdapat korelasi diantara variabel bebas. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Deteksi terhadap ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan melihat nilai Tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dikatakan terbebas dari multikolinearitas (Ghozali, 2005). Tabel 2 di bawah ini menyajikan hasil statistik uji multikolinearitas.
Tabel 2 Hasil Uji Multikolinearitas VIF Tolerance 1.231
0.812
1.586
0.630
1.877
0.533
1.700
0.588
1.293
0.773
1.511
0.662
1.549
0.646
Sumber : Data Primer Diolah, 2010
Kesimpulan Tidak terjadi Multikolinearitas Tidak terjadi Multikolinearitas Tidak terjadi Multikolinearitas Tidak terjadi Multikolinearitas Tidak terjadi Multikolinearitas Tidak terjadi Multikolinearitas Tidak terjadi Multikolinearitas
bahwa terdapat beberapa variabel yang mengandung heteroskedastisitas. Variabelvariabel itu variabel Orientasi Pada Hasil (X3) dengan skor sig. 0,011; dan variabel Stabilitas atau Kemantapan (X7) dengan skor sig. 0,020. Walaupun tidak terpenuhinya asumsi heteroskedastisitas, untuk melanjutkan analisis hipotesis, dapat dilanjutkan dengan menggunakan logaritma. Dengan demikian, asumsi heteroskedastisitas, dapat diasumsikan terpenuhi.
Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik heterokedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi (Ghozali, 2005). Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas ini menggunakan uji Gletjser. Dikatakan terbebas dari masalah heterokedastisitas, jika semua variabel independen memiliki nilai signifikannya yang lebih dari besar dibanding 0,05. Berdasar hasil perhitungan melalui bantuan software SPSS, maka ditemukan
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Hipotesis Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut: 213
207 - 216
Jurnal Keuangan & Bisnis
November
Tabel 3 Hasil Uji Simultan ANOVAb Sum of Squares
Model 1
df
Mean Square
Regression
.106
7
1.521E-02
Residual
.202
47
4.307E-03
Total .309 a. Predictors: (Constant), LogX1…..7 b. Dependent Variable: LogKM
54
F 3.531
Sig. .004a
Sumber : Data Primer Diolah, 2010
Berdasar tabel 3 di atas, besarnya signifikansi adalah 0,004 yang lebih kecil dibanding 0,05. Ini menujukan, hipotesis yang menyatakan bahwa budaya organisasi dapat mempengaruhi kinerja pelaku UKM di lingkungan industri pembuatan tahu, tidak dapat ditolak atau diterima. Selain itu, besarnya variabel budaya organisasi untuk menjelasan kinerja pelaku UKM, dapat dilihat pada tabel 4. Berdasar
hasil perhitungan berbantuan SPSS, budaya organisasi dapat menjelaskan kinerja pelaku UKM di industri pembuatan tahu di Kota Medan, adalah sebesar 24,7 %. Sedangkan sisanya (75,30 %) dijelaskan oleh variabel lain seperti komitmen organisasi, motivasi, loyalitas, dan hal-hal lainnya terkait pada pengembangan sumberdaya manusia seperti pelatihan dan pendidikan. Hasil SPSS tersebut, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4 Hasil Analisis Korelasi Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
a
1 .587 .345 a. Predictors: (Constant), Log X1….7 b. Dependent Variable: LogKM
.247
Std. Error of the Estimate 6.563E-02
Sumber : Data Primer Diolah, 2010
Adapun persamaan regresi yang dapat disusun berdasar hasil perhitungan adalah:
Dari hasil uji hipotesis, penelitian menyimpulkan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja pelaku UKM di lingkungan industi pembuatan tahu di Kota Medan dan sekitarnya. Simpulan ini dibuktikan dari besarnya skor signifikansi (0,004) yang lebih kecil dibanding signifikansi yaitu 0,05. Namun demikian, jika dilihat secara persial, maka hanya ada 1 variabel yang memiliki pengaruh terhadap kinerja pelaku UKM yaitu jika responden mengorientasikan diri kepada hasil (Orientasi Pada Hasil atau X3). Sedangkan untuk variabel lainnya, tampaknya belum menjadi variabel yang dapat mempengaruhi kinerja pelaku UKM secara signifikan pada level signifikansi 5%. Jika tingkat signifikansi dinaikan menjadi 10% atau 0,10, maka ada beberapa variabel
Y = 0215 – 0,116X1 – 0,004X2 + 0,304X3 + 0,294X4 + 0,227X5 + 0,009X6 – 0,169X7. Pembahasan Responden yang menjadi sumber data penelitian ini adalah mereka yang bekerja dan memiliki usaha pembuatan tahu di Kota Medan dan sekitarnya. Jumlah kuesioner yang dikirim adalah 60 eksemplar dengan tingkat pengembalian 95% atau 57 orang responden yang berpartisipasi di dalam penelitian ini. Kenyataan ini menunjukan bahwa tingkat partisipasi responden di dalam penelitian ini adalah besar.
214
2010
Tapi Rondang Ni Bulan
yang secara statistika memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja pelaku UKM. Variabel-variabel itu adalah Orientasi Pada Manusia ( X4 ), Orientasi Pada Tim (X5), dan variabel Stabilitas atau kemantapan (X 7). Akan tetapi, tidak seluruh variabel yang dapat mempengaruhi kinerja pelaku UKM tersebut ( X3, X4, X5, dan X7 ) adalah variabel yang bersifat paralel dengan kinerja pelaku UKM. Sebab, ada variabel yang skor koefisiennya berlambang negatif ( - ) yaitu variabel X7. Dengan demikian, variabel ini menunjukan bahwa semakin stabil mereka di industri tersebut, maka kinerja mereka akan semakin rendah. Hal ini jelas adanya, sebab mereka melihat adanya suatu jenis pekerjaan yang lebih memiliki prospek dibanding pekerjaan mereka sekarang. Sehingga, pada industri pembuatan tahu ini, budaya kestabilan merupakan budaya yang signifikan berseberangan (berbanding terbalik) dengan kinerja pelaku UKM.
Saran Berdasar pada hasil dari penelitian ini, beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Penelitian selanjutnya, perlu menambah variabel-variabel penelitian selain variabel budaya organisasi guna mencapai sebuah kedefinitifan variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja pelaku UKM pada industri pembuatan tahu. 2. Secara khusus, penelitian selanjutnya hendaknya dapat menjelaskan secara lebih ilmiah melalui sebuah kajian sehingga terjawab mengapa kemantapan atau stabilitas, dapat berbanding terbalik dengan kinerja pelaku UKM sedangkan variabel lainnya yang memiliki pengaruh tidak berbanding terbalik dengan variabel kinerja pelaku UKM. 3. Bagi pemerintah pengembangan UKM perlu dilakukan berdasar pada aspek budaya organisasi sebab aspek ini bisa menjelaskan kinerja UKM khusus pada industri tahu.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Berdasar pada pembahasan sebelumnya, maka beberapa kesimpulan yang dapat disusun adalah sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan atau bersama dapat dikatakan bahwa faktor-faktor budaya organisasi, memiliki pengaruh terhadap kinerja pelaku UKM industri pembuatan tahu. 2. Tingkat kemampuan budaya organisasi untuk menjelaskan kinerja pelaku UKM pada industri pembuatan tahu, hanya sebesar 24,7% sehingga 75,3 %nya akan dijelaskan oleh variabel lain. 3. Walaupun terdapat beberapa variabel yang secara statistika memiliki pengaruh terhadap kinerja pelaku UKM jika ditingkatkan tingkat signifikansinya menjadi 10% (0,10), namun ada satu variabel yaitu variabel stabilitas atau kemantapan ( X7 ) yang memiliki nilai koefisien negatif (- 0,169). Ini bermakna bahwa kematapan akan berbanding terbalik dengan kinerja pelaku UKM. Sehingga, peningkatan budaya stabil di lingkungan kerja pembuatan tahu, akan menurunkan kinerja pelaku UKM.
Alma, B.. 2000. Kewirausahan. Bandung: CV. Alfabeta. Daft. R.. 2002. Manajemen, Jakarta: PT. Penerbit Erlangga. Departemen Pendidikan Nasional, 2004. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Ghozali, Imam. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Hisrich, R., Peters, M.P., dan Shepherd, D.A.. 2008. Entrepreneurship. Alih Bahasa Chriswan Sungkono dan Diana Angelica, Jakarta: Salemba Empat. Kotter, J.P. dan Haskett, J.. 1997. Corporate Culture and Performance. Alih bahasa Bunyamin Holan. Jakarta: PT Prenhallindo. Simon & Schuster (Asia) Pte Ltd The Free Press. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Perusahaan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 215
207 - 216
Jurnal Keuangan & Bisnis
Meredith, G.G. 2002. Kewirausahaan. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
November
Alfabeta. Bandung. Sumarsono, S. 2009. Kewirausahaan. Jakarta: Graha Ilmu.
Moeljono, D.. 2005. Good Corporate Culture Sebagai Inti Good Corporate Governance, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Suryana, 2003. Kewirausahaan, Pedoman Praktis, Kiat, dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.
Muhandri, T.. 2002. Strategi Penciptaan Wirausaha Kecil Menengah yang Tangguh, http://www.rudyet.com.
Unggul, E.. 2008. Pengantar Kewirausahaan, Paper http://www.kewirausahaan.com. Veithzal, Rivai. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.
Muhyi, H.H.. 2007. Menumbuhkan Jiwa dan Kompetensi Kewirausahaan. Paper http://www.kewirausahaan.com. Newstrom, J.W. dan Davis, K.. 2002. Organizational Behavior. Edition 11th International Edition. New York: McGraw-Hill. Robbins, Stephen, 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta : Prenhallindo Robbins, S.P. dan Coulter, M.. 1999. Manajemen. Alih Bahasa Drs. T. Hermaya. Jakarta: PT Prenhalindo. Srimulyo Koko, 1999. Analisa Pengaruh Faktor-faktor Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Fabrikasi Pada PT. Swadaya Graha Gresik (Semen Gresik Group). . Tesis tidak diterbitkan. Surabaya : Program Pascasarjana Ilmu Manajemen Universitas Airlangga. Stoner, J.R., Edward, F. and Gilbert, D.Jr.. 1996. Manajemen. Alih Bahasa Drs. Alexander Sindoro. Jakarta: PT Prenhalindo. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis.
216