PENGARUH BUDAYA KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DIBALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI UTARA
Brusli Umboh Arie Rorong Verry Londa
Abstract : Organizational culture is important when it comes to improving the performance of organizations and personnel in it. Culture of the organization has a goal to change attitudes and behavior of existing human resources in order to increase labor productivity to face many challenges in the future. The purpose of this paper is to analyze the work culture and productivity This research is descriptive-quantitative research. Quantitative research goal is to develop and use mathematical models, theories or hypotheses pertaining to natural phenomena. The population in this study were employees who worked in the Institute for Agricultural Technology North Sulawesi with the number of employees as many as 97 employees. Results of this study show the influence of culture on the productivity of employees working for R2 = 0302, or 30.2%. The statistics show that the variable work culture has a positive impact on the productivity of employees at the Institute for Agricultural Technology (BPTP) of North Sulawesi, which means that labor productivity increased by 30.2% determined by or influenced by the culture of work, while the rest of 69, 8% are determined or influenced by other variables not examined in this study Keywords: Organizational Culture, Productivity
tentang dunia, maupun sistem pengetahuan dan
PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan
pengalaman kehidupan. Sistem simbol terekam
kondisi masyarakat yang sangat heterogen
dalam pikiran yang dapat diaktualisasikan ke
dengan kurang lebih 300 suku bangsa (etnik).
dalam bahasa tutur, tulisan, lukisan sikap,
Heterogenitas masyarakat yang sangat besar
gerak, dan tingkah laku manusia.
ini memiliki sistem nilai dan norma budaya
Pemahaman kebudayaan yang sangat
masing-masing. Keunikan kebudayaan, yang
beragam tersebut terjadi karena adanya varian
kebudayaan
acuan
budaya yang disebut dengan kebudayaan lokal.
berpikir dan pegangan bertindak, sangat
Kebudayaan lokal lebih merupakan suatu tata
berpengaruh pada sikap hidup dan pola
nilai yang secara eksklusif dimiliki oleh
perilaku
dalam
masyarakat etnis tertentu, bahkan sampai pada
memiliki
arti
itu
pemaknaannya merupakan
biasanya
menjadi
masyarakat. yang sangat
sistem
Kebudayaan
sangat
luas
beragam,
simbol
yang
dan serta
dipakai
tingkat
sub-etnik.
keanekaragaman variasi
pola
Adanya
budaya
variasi
akan
dan
mewarnai
perilaku masyarakat
tempat
manusia untuk memaknai kehidupan. Sistem
kebudayaan tersebut berlaku. Dalam konteks
symbol berisi orientasi nilai, sudut pandangan
tersebut, perilaku individu dalam organisasi
juga tidak dapat dilepaskan dari pengaruh
yang
varian lokalitas budaya yang berkembang.
produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai
Birokrasi, sebagaimana organisasi lainnya
tantangan di masa yang akan datang. Budaya
yang
pengaruh
organisasi dapat dibentuk oleh mereka yang
lingkungan budaya, dalam aktivitasnya juga
terlibat dengan organisasi dengan mengacu
terlibat secara intensif melalui pola—pola
pada etika organisasi, peraturan kerja, dan
interaksi yang terbentuk di dalamnya dengan
struktur organisasi. Bersama-sama dengan
sistem nilai
struktur
tidak
dapat
dan
lepas
budaya
dari
lokal. Budaya
ada
agar
dapat
organisasi,
budaya
birokrasi yang berkembang di suatu daerah
membentuk
tertentu, misalnya, tidak dapat dilepaskan dari
organisasi dan perilaku pegawainya.
pola
budaya
lingkungan
sosial
yang
melingkupinya. (Dwiyanto, 2006:89)
dan
meningkatkan
mengendalikan
organisasi perilaku
Berkaitan dengan nilai profesional yang dianut, maka pegawai seharusnya adaptif
Menurut Siagian (2002:188) budaya
terhadap perubahan-perubahan nilai budaya
nasional merupakan salah satu sumber utama
organisasi. Sikap terhadap budaya organisasi
dalam penciptaan dan pemeliharaan budaya
menjadi lebih bermakna dalam mempercepat
organisasi. Setiap organisasi harus melakukan
atau memperlambat kemampuan adaptif ini.
penyesuaian-penyesuaian
budaya
Apabila pegawai memiliki nilai individual
internal organisasi seirama dengan budaya
yang bertentangan dengan budaya organisasi,
yang berlaku secara umum dimasyarakat luas
hal ini menunjukkan tingkat efeksi yang
sehingga
Budaya organisasi merupakan hal yang penting
ketika
dihadapkan
pada
rendah, demikian pula sebaliknya. Dalam hal
upaya
ini harus ada fakta yang jelas bagaimana sikap
peningkatan kinerja organisasi dan pegawai di
pegawai terhadap budaya organisasi yang
dalamnya. Banyak orang belum menyadari
berlaku. Kalau pegawai menunjukkan sikap
bahwa suatu keberhasilan kerja berakar pada
yang baik terhadap budaya organisasi, maka
nilai-nilai itu bermula dari adat istiadat,
diprediksikan akan mudah terbentuk perilaku
kebiasaan, agama dan kaidah lainnya yang
sosial organisasi.
menjadi keyakinan dan kemudian menjadi
Produktivitas kerja merupakan suatu
kebiasaan dalam perilaku orang-orang dalam
sikap dan perilaku pegawai dalam birokrasi
melaksanakan pekerjaan. Nilai-nilai yang telah
terhadap peraturan-peraturan dan standar-
menjadi kebiasaan tersebut dinamakan budaya.
standar yang telah ditetapkan oleh birokrasi
Karena budaya tersebut dikaitkan dengan
yang telah diwujudkan baik dalam bentuk
kadar kualitas kerja, maka budaya disebut
tingkah
budaya kerja, baik di dalam maupun diluar
Merealisasikan produktivitas kerja merupakan
organisasi
hal yang sangat penting bagi birokrasi karena
laku
maupun
perbuatan.
Budaya organisasi memiliki tujuan
dengan adanya produktivitas kerja diharapkan
untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM
pekerjaan akan terlaksana secara efisien dan
efektif, sehingga ini semua akhirnya sangat
setiap kegiatan terutama apabila melibatkan
diperlukan dalam pencapaian tujuan yang baik
orang Iain.
telah ditetapkan.(Kimsean,2004:315)
Proses pengembangan budaya kerja
Produktivitas kerja merupakan suatu istilah
yang
sering
dipergunakan
dimulai dari kesepakatan atas nilai-nilai yang
dalam
diyakini sebagai pilihan acuan. Nilai-nilai ini
perencanaan pengembangan industri pada
selanjutnya diinternalisasikan dalam setiap
khususnya, dan perencanaan pengembangan
SDM aparatur negara dan diterapkan dalam
ekonomi nasional pada umumnya. Bahkan
aktivitas tugas dan dinamika organisasi.
dewasa ini istilah produktivitas tidak saja
Sasaran pengembangan budaya kerja
dipergunakan dalam perencanaan dan kegiatan
adalah
menumbuh-kembangkan
nilai-nilai
di bidang ekonomi, tetapi juga dipergunakan di
moral
dan
produktif,
bidang lain, misalnya di bidang pendidikan.
memperbaiki persepsi, pola pikir dan perilaku
Sementara
aparatur
orang
mengemukakan
bahwa
budaya
negara
kerja
yang
menyimpang,
produktivitas kerja atau produktivitas pada
meningkatkan kinerja aparatur negara melalui
hakikatnya juga merupakan motif ekonomi
kelompok-kelompok kerja dan forum-forum
untuk memperoleh hasil sebanyak mungkin
profesi dan memperbaiki citra aparatur negara.
dengan biaya sekecil-kecilnya. Satu hal yang
Pengalaman upaya mengembangkan budaya
membedakannya ialah bahwa produktivitas
kerja
kerja sebagai aksentuasi penerapan motif
menunjukkan bahwa peningkatan dari atas ke
ekonomi banyak terletak pada faktor manusia
bawah yang sifatnya indoktrinasi berujung
pelaksana kegiatan organisasi itu sendiri, yaitu
pada ketidakberhasilan. Kita telah begitu
para anggota atau pegawai.
terpola dengan kebiasaan lama yang sangat
Agus
Dwiyanto
organisasi
pemerintah
selama
ini
(2006:248)
mengakar sehingga upaya perubahan yang
mengatakan bahwa konsep produktivitas tidak
dilakukan dengan setengah hati tidak akan
hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga
mampu
efektivitas
munculnya
pelayanan.
Produktivitas
pada
menghasilkan akumulasi
apapun,
kecuali
kekecewaan
yang
umumnya dipahami sebagai rasio antara input
berujung pada keputusasaan masyarakat yang
dengan output. Pandangan hidup seperti ini
kita layani. Aparatur negara memainkan peran
cenderung mendorong seseorang untuk selalu
yang multidimensional. Peran itu tidak akan
berusaha melakukan yang terbaik dari waktu
mampu
ke
meningkatkan
waktu
dengan
mencoba
mengadakan
dimainkan
tanpa
terus
kompetensinya. yang
Sebagai
koreksi terhadap apa yang telah dikerjakan
mahkluk
untuk kemudian tidak mengulangi kesalahan
perkembangan pengetahuan dan teknologi
yang sama, sehingga hasil yang dicapai dan
dalam bidang tugasnya akan dapat berkinerja
diharapkan akan selalu lebih baik. Selain itu
secara produktif.(Dwiyanto, 2006 : 92).
akan timbul kehati-hatian dalam melakukan
pembelajar
belajar
mengikuti
Pencanangan
„Ayo
Kerja‟
dari
dan
laporan
pengkajian,
perakitan
dan
Presiden Jokowi sangat erat hubungannya
pengembangan teknologi pertanian tepat guna
dengan
etos kerja. Pengertian kerja sendiri
spesifik lokasi; pelaksanaan inventarisasi dan
adalah respon yang unik dari seseorang atau
identifikasi kebutuhan teknologi pertanian
kelompok
tepat
atau
masyarakat
terhadap
guna
spesifik
lokasi;
pelaksanaan
kehidupan. Respon atau tindakan yang muncul
penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi
dari keyakinan yang diterima dan respon itu
pertanian
menjadi kebiasaan atau karakter pada diri
pelaksanaan pengembangan teknologi dan
seseorang atau kelompok atau masyarakat.
diseminasi hasil pengkajian serta perakitan
tepat
guna
spesifik
lokasi;
Merespon dari pencanangan tersebut
materi penyuluhan; penyiapan kerja sama,
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan
Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi ada 3
dan
sasaran yang harus dilakukan Aparatur Sipil
perakitan,
Negara. Sasaran pertama, Bahwa aparatur sipil
pertanian tepat guna spesifik lokasi; pemberian
negara sebagai representasi dari pemerintahan,
pelayanan teknik pengkajian, perakitan dan
hadir setiap rakyat membutuhkan mereka.
pengembangan teknologi tepat guna spesifik
Sasaran kedua adalah Struktur organisasi harus
lokasi;
ramping, efisien, tidak boleh gemuk, dan tidak
keuangan, rumah tangga dan perlengkapan
boleh
dalam
BPTP. Karena banyaknya bidang tugas yang
pemerintahan yang menduplikasi fungsi, dan
dikerjakan oleh Balai Pengkajian Teknologi
Sasaran ketiga adalah kultur dan budaya.
Pertanian (BPTP), maka sangat diperlukan
Budaya kerja yang lebih disiplin, bertanggung
produktivitas kerja pegawai yang tinggi,
jawab,
karena produktivitas ini menyangkut dengan
ada
organisasi-organisasi
mengedepankan
kebersamaan
dan
gotong royong,
pendayagunaan dan
hasil
pengkajian,
pengembangan
pelaksanaan
urusan
teknologi
kepegawaian,
sikap mental yang dapat mendorong pegawai
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
untuk
bekerja
keras
sehingga
setiap
(BPTP) yang memiliki peran penting dalam
melaksanakan pekerjaan selalu mempunyai
kehidupan di masyarakat khususnya dalam
nilai kerja yang tinggi, penuh dengan inovasi
memberikan pelayanan di bidang pertanian
kerja.
sebagai organisasi public yang mempunyai
Berdasarkan
pengamatan
peneliti,
tugas melaksanakan pengkajian, perakitan dan
permasalahan yang di Kantor BPTP dalam
pengembangan teknologi pertanian tepat guna
hubungan dengan budaya kerja adalah adanya
spesifik lokasi.
budaya malas untuk datang tepat waktu ke
Di dalam tugasnya, Balai Pengkajian
kantor, waktu pulang tidak sesuai waktu,
Teknologi Pertanian (BPTP menangani banyak
adanya budaya “pandang enteng” terhadap
bidang
penyusunan
waktu, pekerjaan dan kepada rekan kerja,
program, rencana kerja, anggaran, evaluasi,
kurangnya tanggung jawab pegawai dalam
seperti
pelaksanaan
menyelesaikan pekerjaan sehingga membuat
Keduanya memiliki hubungan yang sangat erat
banyak pekerjaan tidak terselesaikan tepat
karena yang satu merupakan bagian dari yang
waktu.
lain. Sampel dapat didefinisikan sebagai suatu
Melihat
realitas
tersebut
peneliti
tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut.
bagian yang ditarik dari populasi.
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan
Populasi dalam penelitian ini adalah
diatas, maka penelitian ini diberi judul
pegawai yang bekerja di Balai Pengkajian
“Pengaruh
terhadap
Teknologi Pertanian Sulawesi Utara dengan
Produktivitas di Balai Pengkajian Teknologi
jumlah pegawai sebanyak 97 orang pegawai.
Pertanian (BPTP) Sulawesi Utara.
Menurut (Arikunto, 2010).Untuk menentukan
Budaya
Kerja
besarnya sampel apabila subjek kurang dari
METODOLOGI PENELITIAN
100, lebih baik diambil semua sehingga
A. Jenis Penelitian
penelitiannya penelitian populasi.
Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian
deskriptif-kuantitatif.
Penelitian
deskriptif nantinya akan menyimpulkan data mentah agar hasilnya mudah dipahami yang kemudian
diharapkan
dapat
memberikan
informasi
deskriptif
yang
menjawab
pertanyaan-pertanyaan dalam definisi masalah
Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. penelitian
kuantitatif
adalah
mengembangkan dan menggunakan modelmodel matematis, teori-teori atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian
Data Dalam menggunakan
penelitian
ini,
peneliti
gabungan
tiga
teknik
pengumpulan data, yaitu teknik wawancara, kuesioner,observasi dan studi kepustakaan. Ketiga teknik ini digunakan agar informasi
(Kuncoro, 2003).
Tujuan
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan
kuantitatif
karena
hal
ini
yang didapatkan lebih banyak sehingga data yang nanti diperoleh lengkap, akurat dan konsisten (Sugiyono, 2010). D. Definisi
Operasional
Variabel
Penelitian Variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Variabel Budaya Kerja sebagai variabel independen
(variabel
bebas)
yang
fundamental
dilambangkan dengan (X). Adapun yang
antara pengamatan empiris dan ekspresi
dimaksud dengan budaya kerja adalah
matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif
cara
(Sugiyono, 2010).
keyakinan atas dasar nilai-nilai yang
memberikan
B.
hubungan
yang
Populasi dan Sampel Sampel dan populasi merupakan dua
hal yang sangat populer dalam penelitian.
pandang
yang
menumbuhkan
diyakini pegawai untuk mewujudkan prestasi
kerja
terbaik.
Indikatornya
adalah : Disiplin, Keterbukaan, Saling
a.
menghargai, Kerjasama 2. Variabel Produktivitas sebagai variabel dependent
(variabel
terikat)
yang
Analisis
linier
digunakan
untuk
hubungan
dampak
mengetahui dari
variabel
(variabel
dimaksud dengan produktivitas kerja
penanggulangan kemiskinan (variabel Y).
adalah bagaimana menghasilkan atau
Pola
meningkatkan hasil barang dan jasa
dengan persamaan regresi linier sebagai
setinggi mungkin dengan memanfaatkan
berikut :
Indikatornya
X)
hubungan
terhadap
pengaruh
variabel
dinyatakan
Ŷ = a + bX........ (Sudjana, 1988)
adalah
Di mana :
Efektivitas dan Efisiensi
a
Teknik Analisis Data
(Y) apabila variabel (X) tidak berubah/
=
nilai konstan variabel terikat
tetap.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data pendekatan kuantitatif dengan
Koefisien
menggunakan rumus-rumus statistik deskriptif
dengan rumus :
dan statistik inferensial, yaitu sebagai berikut : Analisis
statistik
deskriptif
𝑎=
yang b
digunakan ialah analisis tabel frekuensi dan
persentase.
digunakan
Teknik
untuk
mendeskripsikan
analisis
mengetahui tentang
variabel
penanggulangan
=
nilai
variabel
regresi
variabel
Y
yang
oleh perubahan pada variabel
kemiskinan.
X. Koefisien
(b)
dihitung
dengan rumus : 𝑏=
p = nilai persentase yang dicari; f = frekuensi, yaitu banyaknya data
n ∑XY − (∑X)(∑Y) n ∑X 2 − (∑X)²
Untuk mengetahui tingkat linearitas regresi dan keberartian regresi diuji dengan
pada setiap kategori;
statistik-F (Sudjana, 1988).
n = total data sampel. inferensial
arah
disebabkan atau diakibatkan
𝑓𝑖 𝑥 100 % 𝑛
statistik
Koefisien
yaitu besar perubahan pada
dan
Di mana :
Analisis
dihitung
variabel Y atas variabel X,
ini
Rumus persentase adalah sebagai berikut : 𝜌=
(a)
∑Y ∑X 2 − (∑X)(∑XY) n ∑X 2 − (∑X)²
efektivitas program keluarga harapan dan
2.
pola
dilambangkan dengan (Y). Adapun yang
organisasi.
1.
sederhana
efektivitas program keluarga harapan
sumber daya secara efisien dalam suatu
E.
regresi
yang
b.
Analisis korelasi sederhana digunakan
digunakan ialah analisis regresi linier
untuk mengetahui derajat korelasi dan
sederhana dan korelasi sederhana :
besar pengaruh determinasi dari variabel Budaya Kerja (X) terhadap variabel
Produktivitas (Y). Analisis korelasi yang
produktivitas namun memberi pegaruh tersebut
digunakan ialah analisis korelasi product
sangat signifikan. Hasil analisis regresi terseut
moment atau korelasi r- Pearson, dengan
memberi
rumus sebagai berikut :
menyatakan
𝑟= c.
d.
n ∑XY − (∑X)(∑Y)
arti
bahwa
bahwa
hipotesis
budaya
nolyang
kerja
tidak
terpengaruh terhadap produktivitas ditolak.
{n ∑X 2 − (∑X)²}{n∑Y 2 − (∑Y)²}
Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan
Untuk mengetahui derajat determinasi
bahwa budaya kerja berpengaruh terhadap
(daya penentu) atau besarnya pengaruh
produktivitas pegawai secara positif dan
dari variabel bebas terhadap variabel
signifikan di Balai Pengkajian Teknologi
terikat (variabel tak bebas), diperoleh
Pertanian (BPTP) Sulawesi Utara diterima
dengan cara mengkuadratkan harga/nilai
pada
koefisien korelasi, yaitu (r²).
produktivitas yang menekankan pada aspek
Untuk uji signifikansi hubungan antara
efektivitas
variabel, maka nilai r-hitung langsung
memperhatikan bahkan menggunakan budaya
dikonsultasikan dengan nilai r-tabel pada
kerja
taraf uji 5 % dengan dk = n - 2.
organisasi
taraf
signifikansi
dan
dalam
Hasil PEMBAHASAN Berdasarkan
hasil
analisis
produktivitas
masing-masing
menunjukkan bahwa variabel budaya kerja dan variabel produktivitas berada pada kategori sedang . Data tersebut menggambarkan bahwa budaya kerja yang dilihat dari disiplin, keterbukaan saling menghargai dan kerja sama belum
maksimal
menunjukkan
atau
menampilkan efektivitas dan efisiensi dalam bekerja.
dengan menggunakan metode analisis regresi sederhana
dalam
sudah
menjalankan
penelitian
ini
mulai
roda
nampaknya
Moeljono, 2003 :10) berpendapat sebagai berikut : “Semakin jelas terbukti bahwa hanya organisasi dengan budaya organisasi yang efektif yang dapat menciptakan peningkatan produktivitas, meningkatkan rasa ikut memiliki dari
pegawai,
meningkatkan
menunjukkan
koefisien
determinasi variabel budaya kerja terhadap variabel produktivitas hanya sebesar 30.2% dengan probabilitas kesalahan 0.000. walaupun kecil derajat determinasi budaya kerja terhadap
dan
(pada
keuntungan
akhirnya) organisasi.
Kesadaran para pegawai ataupun pimpinannya akan pengaruh positif budaya organisasi terhadap
produktivitas
memberikan Begitu juga hasil pengujian statistik
linier
efisiensi
Artinya,
mendukung pendapat dari Block (dalam pada
deskriptif terhadap variabel budaya kerja dan variabel
95%.
motivasi
mempertahankan,
organisasi yang
kuat
memelihara
akan untuk dan
mengembangkan budaya organisasi tersebut. Ini juga merupakan daya dorong yang kuat untuk kemajuan organisasi. Hasil penelitian yang mengindikasikan pengaruh budaya kerja secra positif dan signifikan
terhadap
produktivitas.
Hasil
penelitian terseut memberi pengertian bahwa
dimiliki yang timbul dalam suatu organisasi.
budaya organisasi adalah cara pandang yang
Jadi , sikap dan nilai budaya harus ditimbulkan
menumbuhkan keyakinan atas asar nilai-nilai
seperti budaya disiplin, budaya keterbukaan,
yang diyakini pegawai untuk mewujudkan
budaya
prestasi
bekerjasama.
kerja
terbaik.
Budaya
disiplin,
keterbukaan, saling menghargai dan bekerja
1.
sama harus dijalankan secara maksimal supaya mendapatkan hasil kerja yang maksimal.
saling
menghargai
dan
budaya
Disiplin Budaya disiplin harus diperhatikan
dalam organisasi karena disiplin pegawai
Sesuai dangan hasil penelitian yang
merupakan salah satu faktor yang penunjang
diperoleh menunjukkan bahwa budaya kerja di
keberhasilan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
sekarang
Sulawesi
berharga, karena itu perilaku disiplin sangat
Utara
mempengaruhi
belum
sepenuhnya
produktivitas.
Hal
suatu
waktu
organisasi.
adalah
Pada
komoditas
era yang
itu
diperlkan bagi setiap individu. Kenyataannya
menggambarkan bahwa perlu adanya perhatian
tidak semua pegawai instansi pemerintah
lebih terhadap aspek budaya kerja.
memiliki etos kerja yang baik.
Salah satu faktor yang membedakan
Untuk mewujudkan aparatur negara
suatu organisasi dari organisasi yang lainnya
yang disiplin pemerintah melakukan upaya
ialah budayanya. Hal-hal tersebut penting, dan
untuk menegakkan disiplin dengan membuat
karena itu perlu dipahami serta ikenali. Akan
Peraturan
tetapi hal-hal yang bersiat universal itu harus
Peraturan ini dibuat untuk mengatur perilaku
diterapkan
dengan
aparatur pemerintah bekerja sesuai dengan
pendekatan yang memperhitungkan secara
tugas pokok dan fungsi. Aparatur pemerintah
matang faktor-faktor situasi, kondisi waktu dan
yang
ruang.(Siagian, 2002).
produktivitas.
oleh
Menurut
manajemen
disiplin akan mendorong kearah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bahwa budaya kerja itu sangat penting dalam
penerapan budaya organisasi dalam hal disiplin
organisasi Budaya kerja merupakan identitas
kerja di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
dari
(BPTP) Sulawesi Utara
Armstrong
tersebut
Tahun 2010.
diatas
organisasi.
pendapat
Pemerintah No 53
Sehubungan
Sudarmanto,
itu
belum maksimal
2009)
dalam hal disiplin waktu, disiplin terhadap
merupakan
peraturan dan disiplin tugas pekerjaan. Belum
komponen kunci dalam pencapaian misi dan
adanya kesadaran dari pegawai dalam hal
strategi
budaya disiplin karena budaya malas dan
menyatakan
(dalam
dengan
budaya
organisasi
kerja
secara
efektif
dan
manajemen perubahan.
budaya remeh (pandang enteng) masih besar
Furham dan Gunter dalam Sudarmato (2009)
Budaya
organisasi
merupakan
keyakinan, sikap dan nilai yang umumnya
dikalangan pegawai. Hasil
penelitian
menggambarkan
bahwa ada keinginan dari sebagian pegawai
untuk menerapkan disiplin kerja, tapi peran
saling membangun menuju kearah yang lebih
dari seorang pemimpin tidak menunjukkan
baik.
ketegasan dalam menindak pegawai sesuai
menerima hal-hal baru berkaitan dengan
dengan peraturan.
metode atau hal baru, teknologi baru. Dunia
2.
semakin modern dibutuhkan pegawai yang
Keterbukaan Dalam
bekerja
harus
mempunyai
budaya keterbukaan yang tinggi, karena setiap
Keterbukaan
juga
berarti
senang
kreatif untuk menerima hal hal baru. 3.
Saling menghargai
orang akan melihat kinerja kita, bagus atau
Aspek budaya berikut yang peting
buruk bermutu atau tidak bermutu. Saat ini
dalam organisasi dalam mencapai hasil kerja
budaya keterbukaan sangat penting dalam
yang
organisasi., budaya keterbukaan menciptakan
menghargai. Masyarakat indonesia yang terdiri
kejujuran dan proses untuk terus belajar tanpa
dari berbagai macam suku, ras dan etnis
henti.
menjadi Keterbukaan pegawai dalam organisasi
memiliki
beberapa
organisasi berharga
kegunaan.
memperoleh dala
organisasi.
konteks
Kedua,
proses
Pertama,
masukan
yang
pengembangan
efisiensi
adalah
suatu
budaya
kendala
saling
dalam
budaya
menghargai. Begitu juga yang terjadi di Balai Pengkajian
Teknologi
Pertanian
(BPTP)
Sulawesi Utara terdiri dari berbagai suku, ras dan etnis. .
pengembangan
Budaya yang terjadi di
potensi diri setiap pegawai. Ketiga pada
Pengkajian
gilirannya menjadi salah satu bentuk artifak
Sulawesi Utara. Adanya sebagian pegawai
organisasi
yang masih memandang remeh rekan kerja,
Dalam organisasi, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang selalu membimbing
Teknologi
di Balai
Pertanian
(BPTP)
karena menganggap lebih baik dari orang lain dalam bidang pekerjaan
anak buahnya supaya terus belajar untuk
Krisis
menghargai
terjadi
karena
mencapai hasil yang maksimal. pegawai
dibutakan oleh ego, pengalaman, pangkat dan
membutuhkan bimbingan supaya bisa bekerja
jabatan.
baik dan mampu menyelesaikan setiap masalah
secara
yang timbul, karena atasan dengan senang hati
mendapatkan tanggapan atau penghargaan atas
memberikan solusi.
apa yang dilakukannya. Menghormati dan
Budaya keterbukaan akan bisa berjalan jika
semua
orang
yang
bekerja
Kecenderungan alamiah
adalah
sebagai keinginan
manusia untuk
menghargai rekan kerja, pimpinan harus
dalam
dilakukan tanpa memandang derajat, status.
organisasi mempunyai gairah yang tinggi
Perlu adaya kesadaran dari tiap-tip pegawai
untuk terus melakukan perubahan kearah yang
bahwa setiap manusia mempunyai kelebihan
lebih baik. Keterbukaan juga berarti menerima
dan kekurangan. Karena semua manusia tidak
masukan dan kritikan dari pimpinan atau juga
dilahirkan sempurna. Sikap tolensi harus
oleh rekan kerja. Saran dan kritik dalam artian
menjadi
kebiasaan
utuk
menunjang
Keberhasilan
suatu
organisasi
untuk
keberhasilan pencapaian tujuan organiasasi.
mengimplementasikan aspek-aspek atau nilai-
4.
nilai budaya kerja dapat mendorong organisasi
Kerjasama Pada aspek budaya kerjasama, kerja
tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.
sama adalah terciptanya sinergi atau kekuatan yang berasal dari kelompok dalam rangka pencapaian tujuan organisasi (Wibowo,2004). Faktor saling percaya merupakan faktor yang
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
sangat penting. Oleh karena itu setiap pegawai
dikemukakan,
maka
dapatlah
harus saling mengenal identitas dan karakter
kesimpulan sebagai berikut :
ditarik
pribadi masing-masing. Manfaat bekerja sama
1. Budaya organisasi yang terdapat di Balai
dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
kerja. Dalam organisasi sangat diperlukan
Sulawesi Utara berada pada kategori
sinerginitas antar bagian karena setiap bagian
tinggi. Hal ini berdasarkan jawaban-
mempunyai tugas pokok dan fungsi masing-
jawaban responden mengenai pertanyaan-
masing. Adanya saling membutuhkan antar
pertanyaan indikator budaya kerja
bagian dalam organisasi pegawai-pegawai
2. Produktivitas kerja pegawai di Balai
untuk
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
mengurus pangkat, izin dan segala urusan
Sulawesi Utara berada pada kategori
kepegawaian. Begitu juga pimpinan harus
tinggi. Hal ini berdasarkan jawaban-
bekerja
jawaban responden mengenai pertanyaan-
membutuhkan
bagian
sama
kepegawaian
dengan
bawahan
dalam
penyusunan program kerja organisasi. Dengan
pertanyaan indikator produktivitas
menunjang
3. Berdasarkan hasil uji regresi didapat
keberhasilan pencapaian tujuan organisasi.
persamaan regresi Y = 2.750 + 0.509,
Kerja sama dapat meningkatkan komunikasi
artinya jika budaya kerja mengalami
dalam kerjasama tim didalam dan diantara
kenaikan
bagian-bagian
tidak
produktivitas
pada
kenaikan sebesar 0.509. koefisien bernilai
adanya
kerjasama
dapat
organisasi.
langsung kerjasama
Secara
akan mengarah
1
satuan (Y)
per-unit akan
maka
mengalami
positif artinya terjadi hubungan yang
efektifitas dan efisiensi (Tracy. 2006) suatu
positif antara budaya kerja (X) dengan
organisasi karena kerjasama merupakan suatu
produktivitas (Y). dengan demikian arah
nilai-nilai sangat penting dalam manajemen,
kecenderungan
khususnya manajemen serta sasaran ataupun
variabel bebas Budaya Kerja (X) dan
manajemen partisipasi. Dari uraian diatas,
variabel terikat Produktivitas (Y) adalah
nampak jelas bahwa budaya kerja sangat
positif dan linier.
Perlunya
penting
dalam
kerjasama
kesuksesan
dalam
organisasi.
garis
regresi
antara
4. analisis korelasi sederhana (r) didapat korelasi antara budaya kerja dengan
DAFTAR PUSTAKA Arikunto,
Suharsimi.
prestasi belajar (r) adalah 0,550 atau 55%.
Penelitian,
hubungan yang terjadi terkategori sedang
Jakarta
atau cukup kuat antara budaya kerja dengan produktivitas pegawai
produktivitas pegawai sebesar
R2 =
0.302 atau 30,2 %. Angka-angka statistik tersebut menunjukkan bahwa variabel budaya kerja mempunyai pengaruh positif terhadap produktivitas pegawai di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi
Utara,
artinya
bahwa
Penerbit:
Prosedur
Bumi
Aksara,
Dwiyanto, Agus. 2006. Reformasi Birokrasi Publik.
5. pengaruh antara Budaya kerja terhadap
2002,
Yogyakarta
Gadjah
Mada
University. Kimsean, Yin. 2004. “Produktivitas Kerja Pegawai Pada Birokrasi. Yogyakarta: Penerbit Gava Media Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi.Jakarta : Erlangga Moeljono,
2003.
Budaya
Korporat
dan
meningkatnya produktivitas kerja sebesar
Keunggulan Korporasi. Jakarta : PT
30,2% ditentukan oleh atau dipengaruhi
Elex Media Komputindo
oleh budaya kerja, sedangkan sisanya sebesar
69,8
%
ditentukan
atau
dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya
Siagian, Sondang P. 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit: Bumi Aksara, Jakarta.
yang tidak diteliti dalam penelitian ini
Sudarmato. 2009. Kinerja dan Pengembangan B.
Kompetensi
Saran Bertolak dari hasil penelitian ini, mka
perlu dikemukakan
beberapa saran, sebagai
(Teori,
Dimensi
Pengukuran dan Implementasi dalam Organisasi).
Yogyakarta
:
Pustaka
Pelajar
berikut : 1. Budaya Kerja perlu ditingkatkan dalam hal
SDM
disiplin,
keterbukaan,
menghargai
dan
sinerginitas
antara
kerja.
saling
diperlukan
pemimpin
tujuan
organisasi
bisa
maksimal 2. Pimpinan seyogyanya bertindak tegas menerapkan budaya disiplin di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Utara
Cetakan Keenam, Penerbit: Alfabeta, Bandung
dan
bawahan juga antar pegawai sehingga pencapaian
Sugiyono. 2010, Statistika untuk Penelitian,
Tracy, Brian. 2006. Pemimpin Sukses, Cetakan Keenam, Penerjemah : Suharsono dan Ana Budi Kuswandani. Jakarta : Pustaka Delapatrasa. Wibowo.2010. Budaya Organisasi. Jakarta :Rajawali Pers