BPSPRO VINSI JAWATIMUR No. 45/07/35/Th.XV, 17 Juli 2017
Profil Kemiskinan Di Jawa Timur Maret 2017 Penduduk Miskin di Jawa Timur Turun 0,08 Poin Persen Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur bulan Maret 2017 dibandingkan September 2016 turun sebesar 0,08 poin persen, yaitu dari 11,85 persen pada September 2016 menjadi 11,77 persen pada Maret 2017. Berdasarkan daerah kota dan desa, selama satu semester (September 2016 s.d. Maret 2017) penduduk miskin di perkotaan turun 0,04 poin persen, sedangkan di perdesaan turun 0,01 poin persen. Pada periode September 2016 s.d. Maret 2017, garis kemiskinan meningkat sebesar 3,92 persen atau naik Rp. 12.920 per kapita per bulan, yaitu dari Rp. 329.172 per kapita per bulan pada September 2016 menjadi Rp. 342.092 per kapita per bulan pada Maret 2017. Kenaikan garis kemiskinan di perkotaan lebih tinggi daripada di perdesaan. Garis kemiskinan perkotaan meningkat sebesar 4,53 persen, sedangkan garis kemiskinan perdesaan meningkat hanya 3,25 persen. Kenaikan garis kemiskinan tersebut, meliputi garis kemiskinan makanan (5,40 persen untuk perkotaan dan 3,50 persen untuk perdesaan) dan garis kemiskinan bukan makanan (2,42 persen untuk perkotaan dan 2,51 persen untuk perdesaan). Berdasarkan komoditas makanan, ada 7 komoditas yang secara persentase memberikan kontribusi yang cukup besar pada garis kemiskinan makanan yaitu beras, rokok kretek filter, gula pasir, telur ayam ras, daging ayam ras, tempe, dan tahu. Komposisi tersebut terjadi pada semua wilayah baik di perdesaan maupun perkotaan. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) selama satu semester ini menunjukkan penurunan sebesar 0,076 poin, yaitu dari 1,948 pada September 2016 menjadi 1.872 pada Maret 2017. Penurunan nilai P1 tersebut terjadi di perkotaan (0.155 poin), sedangkan di perdesaan mengalami kenaikan (0,024 poin). Sementara itu, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga mengalami penurunan 0,022 poin atau turun menjadi 0,451 pada Maret 2017. Penurunan kedua nilai yaitu P1 dan P2 memberikan indikasi rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin juga semakin menyempit.
Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No.45/07/35/Th.XV,17 Juli 2017
1
1. Perkembangan Penduduk Miskin Di Jawa Timur Secara umum, pada periode Maret 2011 – Maret 2017 tingkat kemiskinan di Jawa Timur mengalami penurunan, kecuali pada September 2013, dan Maret 2015. Peningkatan angka kemiskinan pada September 2013, dan Maret 2015, antara lain dipicu oleh kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai akibat dari kenaikan harga bahan bakar minyak. Perkembangan tingkat kemiskinan Maret 2011 sampai dengan Maret 2017 ditunjukkan oleh Gambar 1.
Gambar. 1. Perkembangan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Jawa Timur Tahun 2011 – 2017 Persentase 15.6 14.27
13.85
13.40
13.08
12.55
12.73
13.6 12.42
12.28
12.34
12.28
12.05
11.85
11.77 11.6
Mar-11 Sept-11 Mar-12 Sept-12 Mar-13 Sept-13 Mar-14 Sept-14 Mar-15 Sept-15 Mar-16 Sept-16 Mar-17
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur, Susenas 2011-2017 Keterangan: diolah dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk
Selama periode September 2016 s.d. Maret 2017, persentase penduduk miskin Jawa Timur mengalami penurunan sebesar 0,08 poin persen, yaitu dari 11,85 persen September 2016 menjadi 11,77 persen Maret 2017. Penurunan selama satu semester tersebut ditunjukkan dengan turunnya jumlah penduduk miskin sebesar 21,52 ribu jiwa yang semula berjumlah 4.638,53 ribu jiwa pada September 2016 menjadi 4.617,01 ribu jiwa pada Maret 2017. Ditinjau secara daerah kota dan desa, selama periode September 2016 s.d. Maret 2017 penurunan persentase penduduk miskin terjadi di perkotaan (turun 0,04 poin persen) dan di perdesaan (turun 0,01 poin persen). Beberapa faktor yang terkait dengan penurunan persentase penduduk miskin selama periode September 2016 s.d. Maret 2017 antara lain adalah: a. Selama periode September 2016 s.d. Maret 2017 terjadi inflasi umum sebesar 2,45 persen. b. Harga beras mengalami penurunan 1,32 persen, yaitu dari Rp. 9.363 per kg pada September 2016 menjadi Rp. 9.240 per kg pada Maret 2017. c. Selama periode September 2016 s.d. Maret 2017, selain beras harga eceran beberapa komoditas bahan pokok mengalami penurunan seperti telur ayam ras, cabe merah dan gula pasir, yaitu masing-masing turun sebesar 4,19 persen, 26,30 persen, dan 4,32 persen. d. Nominal rata-rata upah buruh tani per hari/orang naik sebesar 13,99 persen, yaitu dari Rp. 38.049 pada September 2016 menjadi Rp. 43.371 pada Maret 2017. 2
Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No.45/07/35/Th.XV,17 Juli 2017
Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2016 – Maret 2017 Daerah / Tahun
Jumlah Penduduk Miskin (ribu orang)
Persentase Penduduk Miskin
(1)
(2)
(3)
Perkotaan Maret 2016 September 2016 Maret 2017
1.518,79 1.552,77 1.574,12
7,94 7,91 7,87
Perdesaan Maret 2016 September 2016 Maret 2017
3.184,51 3.085,76 3.042,89
16,01 15,83 15,82
Total Maret 2016 September 2016 Maret 2017
4.703,30 4.638,53 4.617,01
12,05 11,85 11,77
Sumber: BPS, diolah dari data Susenas Maret 2016, September 2016 dan Maret 2017
2. Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2016 s.d. Maret 2017 Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk mengelompokkan penduduk manjadi miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan merupakan harga yang dibayar oleh kelompok acuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kkal/kapita/hari dan kebutuhan non-pangan esensial seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan lainnya. Berdasarkan hasil Susenas, pada periode September 2016 s.d. Maret 2017, garis kemiskinan meningkat sebesar 3,92 persen atau naik Rp. 12.920 per kapita perbulan, yaitu dari Rp. 329.172 per kapita perbulan pada September 2016 menjadi Rp. 342.092 per kapita perbulan pada Maret 2017. Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibanding peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan Maret 2017, kontribusi garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 73,31 persen. Kenaikan garis kemiskinan di perkotaan sedikit lebih tinggi dibanding di perdesaan. Garis kemiskinan untuk perkotaan meningkat sebesar 4,53 persen dan untuk wilayah perdesaan sebesar 3,25 persen. Tingginya kenaikan garis kemiskinan tersebut meliputi garis kemiskinan makanan (5,40 persen untuk perkotaan dan 3,50 persen untuk perdesaan) dan garis kemiskinan bukan makanan (2,42 persen untuk perkotaan dan 2,51 persen untuk perdesaan).
Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No.45/07/35/Th.XV,17 Juli 2017
3
Tabel 2. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2016 s.d. Maret 2017 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Daerah/Tahun (1)
Persentase penduduk miskin
Perubahan Persentase Penduduk Miskin (%)
Makanan
Bukan Makanan
Total
Jumlah penduduk miskin (ribu)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
225.900
93.762
319.662
1.518,79
7,94
-0,47
233.472
95.769
329.241
1.552,77
7,91
-0,03
246.078
98.086
344.164
1.574,12
7,87
-0,04
243.840
79.939
323.779
3.184,51
16,01
0,17
246.687
82.159
328.846
3.085,76
15,83
-0,18
255.319
84.218
339.537
3.042,89
15,82
-0,01
236.455
85.307
321.761
4.703,30
12,05
-0,23
240.180
88.992
329.172
4.638,53
11,85
-0,20
250.805
91.287
342.092
4.617,01
11,77
-0,08
Perkotaan Maret 2016 Sept 2016 Maret 2017 Perdesaan Maret 2016 Sept 2016 Maret 2017 Total Maret 2016 Sept 2016 Maret 2017
Sumber: BPS, diolah dari data Susenas Maret/September 2011-2016 dan Susenas Maret 2017 Keterangan: diolah dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk
Pada Maret 2017, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya sama, seperti beras yang memberi sumbangan sebesar 21,57 persen di perkotaan dan 24,33 persen di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar ke dua kepada Garis Kemiskinan (10,83 persen di perkotaan dan 11,22 persen di perdesaan). Komoditi lainnya yang mempengaruhi adalah gula pasir, telur ayam ras, daging sapi, tempe, tahu.
4
Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No.45/07/35/Th.XV,17 Juli 2017
Tabel 3. Daftar Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar terhadap Garis Kemiskinan beserta Kontribusinya (%), Maret 2017 Komoditi
Perkotaan (%)
Komoditi
Perdesaan (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
Makanan Beras Rokok kretek filter Telur ayam ras Gula pasir Daging ayam ras Tempe Cabe rawit Tahu Mie instan Bawang merah Kopi bubuk dan instan (sachet) Makanan Lainnya
21,57 10,83 3,27 3,24 2,88 2,73 2,69 2,59 2,07 1,99 1,73 15,91
Beras Rokok kretek filter Gula pasir Telur ayam ras Cabe rawit Daging ayam ras Tempe Tahu Mie instan Bawang merah Kopi bubuk dan instan (sachet) Makanan Lainnya
24,33 11,22 3,48 3,34 3,04 2,59 2,52 2,48 2,08 2,02 1,96 16,14
Bukan Makanan Perumahan Bensin Listrik Pendidikan Perlengkapan mandi Kesehatan Bukan Makanan Lainnya
6,05 5,14 3,12 2,69 1,26 1,00 9,24
Perumahan Bensin Listrik Pendidikan Kesehatan Perlengkapan mandi Makanan Makanan Lainnya
5,90 4,30 2,05 1,44 1,15 1,07 8,89
Total
100,00
Total
100,00
Sumber: BPS, diolah dari data Susenas Maret 2017
Komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan besar adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, perlengkapan mandi, dan kesehatan.
3. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Pemahaman kemiskinan secara holistik sangat dibutuhkan, agar dalam implementasi kebijakan yang diambil dapat terfokus dan efisien. Persoalan kemiskinan tidak hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin, tetapi yang juga perlu diperhatikan adalah menyangkut seberapa besar jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan (tingkat kedalaman) yang disebut sebagai P1 dan keragaman pengeluaran antar penduduk miskin (P2). Nilai P1 dalam satu semester ini menunjukkan penurunan 0,076 poin atau sebesar 1,948 pada September 2016 menjadi 1,872 pada Maret 2017. Penurunan nilai P1 tersebut terjadi di perkotaan (0,155 poin), sedangkan di perdesaan mengalami kenaikan (0,024 poin). Sementara itu, nilai P2 juga mengalami penurunan 0,022 poin atau menjadi 0,451 pada Maret 2017. Penurunan kedua nilai yaitu P1 dan P2 memberikan indikasi rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin juga semakin menyempit. Ditinjau secara daerah kota-desa, nilai P1 dan P2 antar perkotaan dan perdesaan menunjukkan bahwa kesenjangan kemiskinan di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan (Tabel 4). Hal ini dapat dilihat dari nilai P1 dan P2, di mana nilai kedua indeks (P1 dan P2) di perdesaan lebih tinggi dibanding di perkotaan. Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No.45/07/35/Th.XV,17 Juli 2017
5
Tabel 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Jawa Timur Menurut Daerah Tempat Tinggal, Maret 2011 s.d. Maret 2017 Tahun
Perkotaan (K)
Perdesaan (D)
K+D
(1)
(2)
(3)
(4)
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Maret 2016 September 2016 Maret 2017
1,103 1,331 1,176
2,832 2,571 2,595
1,985 1,948 1,872
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Maret 2016 September 2016 Maret 2017
0,231 0,341 0,271
0,708 0,605 0,639
0,474 0,473 0,451
Sumber: BPS, diolah dari Susenas Maret/September 2011- 2016 dan Susenas Maret 2017 Keterangan: diolah dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk
4. Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index (P0), yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan BukanMakanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkal per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar nonmakanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. e. Indeks Kedalaman Kemiskinan/Poverty Gap Indeks (P1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. 6
Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No.45/07/35/Th.XV,17 Juli 2017
Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. f. Indeks Keparahan Kemiskinan/Poverty Severity Indeks (P2), merupakan ukuran tingkat ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks maka semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. g. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan Maret 2017 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan Maret 2017.
Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No.45/07/35/Th.XV,17 Juli 2017
7
BPS PROVINSI JAWA TIMUR Informasi lebih lanjut hubungi: BIDANG STATISTIK SOSIAL
DJAMAL, SE, M.Sc Telepon : 031-8439343 Kepala BPS Provinsi Jawa Timur E-mail :
[email protected] Telopon: 031-8438873 E-mail:
[email protected]
8
Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No.45/07/35/Th.XV,17 Juli 2017