BPSPRO VINSI JAWATIMUR No. 47/07/35/Th.XIV, 18 Juli 2016
PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TIMUR MARET 2016 Penduduk Miskin di Jawa Timur Turun 0,23 poin persen Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur bulan Maret 2016 dibandingkan September 2015 turun sebesar 0,23 poin persen, yaitu dari 12,28 persen pada September 2015 menjadi 12,05 persen pada Maret 2016. Berdasarkan daerah kota dan desa, selama satu semester (September 2015 s.d. Maret 2016) penduduk miskin di perkotaan turun 0,47 poin persen, sedangkan di perdesaan mengalami kenaikan 0,17 poin persen. Pada periode September 2015 - Maret 2016, garis kemiskinan meningkat sebesar 1,67 persen atau Rp. 5.297 per kapita per bulan, yaitu dari Rp. 316.464 per kapita per bulan pada September 2015 menjadi Rp.321.761 per kapita per bulan pada Maret 2016. Kenaikan garis kemiskinan di perkotaan sedikit lebih tinggi daripada di perdesaan. Garis kemiskinan perkotaan meningkat sebesar 1,70 persen, sedangkan garis kemiskinan perdesaan meningkat 1,68 persen. Kenaikan garis kemiskinan tersebut, meliputi garis kemiskinan makanan (1,68 persen untuk perkotaan dan 1,22 persen untuk perdesaan) dan garis kemiskinan bukan makanan (1,75 persen untuk perkotaan dan 3,11 persen untuk perdesaan). Berdasarkan komoditas makanan, ada 6 komoditas yang secara persentase memberikan kontribusi yang cukup besar pada garis kemiskinan makanan yaitu beras, rokok filter, gula pasir, telur ayam ras, tempe, dan tahu. Komposisi tersebut terjadi pada semua wilayah baik di perdesaan maupun perkotaan. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) selama satu semester ini menunjukkan penurunan sebesar 0,141 poin, yaitu dari 2,126 pada September 2015 menjadi 1,985 pada Maret 2016. Penurunan nilai P1 tersebut terjadi di perkotaan (0,182 poin) serta di perdesaan (0,071 poin). Sementara itu, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga mengalami penurunan 0,139 poin atau menjadi 0,474 pada Maret 2016. Penurunan kedua nilai yaitu P1 dan P2 memberikan indikasi rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin juga semakin menyempit.
Berita Resmi Statistik No.47/07/35/Th.XIV,18 Juli 2016
1
Perkembangan Penduduk Miskin Di Jawa Timur Selama periode September 2015 - Maret 2016, persentase penduduk miskin Jawa Timur mengalami penurunan sebesar 0,23 poin persen, yaitu dari 12,28 persen September 2015 menjadi 12,05 persen Maret 2016 (Gambar 1). Penurunan selama satu semester tersebut ditunjukkan dengan jumlah penduduk miskin pada September 2015 sebanyak 4.775,97 ribu jiwa menjadi sebanyak 4.703,30 ribu jiwa pada Maret 2016 atau turun sebesar 72,67 ribu jiwa. Gambar. 1. Perkembangan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di JawaTimur Tahun 2008 – 2016 *) 25
20
15
10
5 2008 2009 2010 Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar 2011 2011 2012 2012 2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan+Perdesaan
Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur, Susenas 2008-2016 Keterangan: *) diolah dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk
Ditinjau secara daerah kota dan desa, selama periode September 2015 - Maret 2016 penurunan persentase penduduk miskin terjadi di perkotaan (turun 0,47 poin persen), sementara di perdesaan mengalami kenaikan persentase penduduk miskin (naik 0,17 poin persen). Beberapa faktor yang terkait dengan penurunan persentase penduduk miskin selama periode September 2015-Maret 2016 antara lain adalah: a. Selama periode September 2015-Maret 2016 terjadi inflasi sebesar 1,31 persen b. Harga beras mengalami penurunan 0,10 persen, yaitu dari Rp. 9.702 per kg pada September 2015 menjadi Rp. 9.690 per kg pada Maret 2016. c. Selama periode September 2015-Maret 2016, selain beras harga eceran beberapa komoditas bahan pokok mengalami penurunan seperti telur ayam ras dan tempe, yaitu masing-masing turun sebesar 3,54 persen dan 0,17 persen.
2
Berita Resmi Statistik No.47/07/35/Th.XIV,18 Juli 2016
Tabel 1. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Tempat Tinggal, Maret 2009 s/d Maret 2016 *) Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
Persentase penduduk miskin
Perubahan Persentase Penduduk Miskin (%)
Makanan
Bukan Makanan
Total
Jumlah penduduk miskin (ribu)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Maret 2010
152.965
60.418
213.383
1.873,55
10,58
-1,59
Maret 2011
169.242
65.303
234.546
1.774,63
9,87
-0,71
174.210
68.193
242.403
1.742,32
9,66
-0,21
Maret 2012
175.806
69.499
245.305
1.639,65
9,06
-0,60
Sept 2012 Maret 2013 Sept 2013 Maret 2014 Sept 2014 Maret 2015 Sept 2015 Maret 2016
182.073 187.350 200.620 206.858 210.198 216.139 222.168 225.900
71.874 77.853 78.033 80.723 83.193 88.779 92.152 93.762
253.947 265.203 278.653 287.582 293.391 304.918 314.320 319.662
1.616,40 1.561,45 1.631,10 1.535,81 1.531,89 1.524,62 1.571,15 1.518,79
8,90 8,57 8,90 8,35 8,30 8,19 8,41 7,94
-0,16 -0,33 0,33 -0,55 -0,05 -0,11 0,22 -0,47
Maret 2010
139.806
46.073
185.879
3.655,76
19,74
-1,26
Maret 2011
155.457
50.818
206.275
3.614,34
18,26
-1,48
161.141
53.025
214.166
3.509,13
17,66
-0,60
Maret 2012
167.352
54.864
222.216
3.459,35
17,35
-0,31
Sept 2012 Maret 2013 Sept 2013 Maret 2014 Sept 2014 Maret 2015 Sept 2015 Maret 2016
176.674 189.172 202.651 209.263 215.641 230.565 240.911 243.840
57.882 61.358 66.643 69.166 71.157 74.839 77.532 79.939
234.556 250.530 269.294 278.429 286.798 305.404 318.443 323.779
3.376,35 3.243,56 3.261,91 3.250,98 3.216,53 3.264,50 3.204,82 3.184,51
16,88 16,15 16,23 16,13 15,92 16,18 15,84 16,01
-0,47 -0,73 0,08 -0,10 -0,22 0,26 -0,34 0,17
Maret 2010
146.240
53.087
199.327
5.529,30
15,26
-1,42
Maret 2011
162.017
57.711
219.727
5.388,97
14,27
-0,99
167.360
60.243
227.602
5.251,45
13,85
-0,42
Maret 2012
171.375
61.827
233.202
5.099,01
13,40
-0,45
Sept 2012 Maret 2013 Sept 2013 Maret 2014 Sept 2014 Maret 2015 Sept 2015 Maret 2016
179.244 188.306 201.683 208.116 213.043 223.641 231.914 236.455
64.540 69.205 72.075 74.681 76.902 81.530 84.549 85.307
243.783 257.510 273.758 282.796 289.945 305.171 316.464 321.761
4.992,75 4,805,01 4.893,01 4.786,79 4.748,42 4.789,12 4.775,97 4.703,30
13,08 12,55 12,73 12,42 12,28 12,34 12,28 12,05
-0,32 -0,53 0,18 -0,32 -0,14 0,06 -0,06 -0,23
Daerah/Tahun (1)
Perkotaan
Sept 2011
Perdesaan
Sept 2011
Perkotaan+ Perdesaan
Sept 2011
Sumber: BPS, diolah dari data Susenas Panel Maret 2010, Susenas Maret/September 2011-2015, dan Susenas Maret 2016 Keterangan: *) diolah dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk
Berita Resmi Statistik No.47/07/35/Th.XIV,18 Juli 2016
3
Perubahan Garis Kemiskinan September 2015 - Maret 2016 Garis kemiskinan merupakan harga yang dibayar oleh kelompok acuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kkal/kapita/hari dan kebutuhan non-pangan esensial seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan lainnya. Berdasarkan hasil Susenas, pada periode September 2015 - Maret 2016, garis kemiskinan meningkat sebesar 1,67 persen atau Rp. 5.297 per kapita perbulan, yaitu dari Rp.316.464 perkapita perbulan pada September 2015 menjadi Rp.321.761 per kapita perbulan pada Maret 2016. Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibanding peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan Maret 2016, kontribusi garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 73,49 persen. Kenaikan garis kemiskinan di perkotaan sedikit lebih tinggi dibanding di perdesaan. Garis kemiskinan untuk perkotaan meningkat sebesar 1,70 persen dan untuk wilayah perdesaan sebesar 1,68 persen. Tingginya kenaikan garis kemiskinan tersebut meliputi garis kemiskinan makanan (1,68 persen untuk perkotaan dan 1,22 persen untuk perdesaan) dan garis kemiskinan bukan makanan (1,75 persen untuk perkotaan dan 3,11 persen untuk perdesaan). Pada Maret 2016, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya sama, seperti beras yang memberi sumbangan sebesar 22,07 persen di perkotaan dan 25,25 persen di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar ke dua kepada Garis Kemiskinan (8,89 persen di perkotaan dan 9,30 persen di perdesaan). Komoditi lainnya adalah gula pasir, telur ayam ras, tempe, tahu, dan seterusnya. Tabel 2. Daftar Komoditi yang Memberi Sumbangan Besar terhadap Garis Kemiskinan beserta Kontribusinya (%), Maret 2016
Komoditi
Perkotaan (%)
Komoditi
Perdesaan (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
Makanan Beras Rokok kretek filter Telur ayam ras Tempe Gula pasir Tahu Mie instan Daging ayam ras Bawang merah Kopi bubuk dan kopi instan Bukan Makanan Perumahan Bensin Listrik Pendidikan Perlengkapan mandi Pakaian jadi perempuan dewasa
22,07 8,89 3,13 3,07 2,95 2,86 2,45 2,30 2,16 1,95
Beras Rokok kretek filter Gula pasir Telur ayam ras Tempe Tahu Mie instan Bawang merah Kopi bubuk dan kopi instan Cabe rawit
25,25 9,30 3,25 3,20 2,84 2,79 2,58 2,35 2,15 2,05
7,13 4,06 2,76 2,64 1,62 0,98
Perumahan Bensin Listrik Pendidikan Perlengkapan mandi Kayu bakar
6,44 3,33 1,74 1,41 1,28 1,27
Sumber: BPS, diolah dari data Susenas Maret 2016 4
Berita Resmi Statistik No.47/07/35/Th.XIV,18 Juli 2016
Komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan besar adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi. Sementara itu terdapat komoditi bukan makanan lainnya yang memberi sumbangan berbeda pada GK di perkotaan dan perdesaan, yaitu pakaian jadi perempuan dewasa yang hanya memberi sumbangan besar terhadap GK di perkotaan dan kayu bakar yang hanya memberi sumbangan besar terhadap GK di perdesaan.
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Pemahaman kemiskinan secara holistik sangat dibutuhkan, agar dalam implementasi kebijakan yang diambil dapat terfokus dan efisien. Persoalan kemiskinan tidak hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin, tetapi yang juga perlu diperhatikan adalah menyangkut seberapa besar jarak rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan (tingkat kedalaman) yang disebut sebagai P1 dan keragaman pengeluaran antar penduduk miskin (P2). Nilai P1 dalam satu semester ini menunjukkan penurunan 0,141 poin atau sebesar 2,126 pada September 2015 menjadi 1,985 pada Maret 2016. Penurunan nilai P1 tersebut terjadi di perkotaan (0,182 poin), serta di perdesaan (0,071 poin). Sementara itu, nilai P2 juga mengalami penurunan 0,139 poin atau menjadi 0,474 pada Maret 2016. Penurunan kedua nilai yaitu P1 dan P2 memberikan indikasi rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin juga semakin menyempit. Ditinjau secara daerah kota-desa, nilai P1 dan P2 antar perkotaan dan perdesaan menunjukkan bahwa kesenjangan kemiskinan di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan (Tabel 3). Hal ini dapat dilihat dari nilai P1 dan P2, di mana nilai kedua indeks (P1 dan P2) di perdesaan lebih tinggi dibanding di perkotaan.
Berita Resmi Statistik No.47/07/35/Th.XIV,18 Juli 2016
5
Tabel 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Jawa Timur Menurut Daerah Tempat Tinggal, Maret 2010- Maret 2016 *) Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
Maret 2010
1,533
3,183
2,377
Maret 2011
1,505
2,964
2,270
1,254
2,671
1,996
1,249
2,315
1,808
1,285
2,524
1,935
1,314
2,318
1,840
1,423
2,663
2,071
1,160
2,486
1,853
1,245
2,415
1,857
1,279
2,787
2,063
1,285
2,903
2,126
1,103
2,832
1,985
Maret 2010
0,374
0,790
0,587
Maret 2011
0,344
0,721
0.541
0,281
0,626
0,461
0,270
0,477
0,379
0,296
0,568
0,439
0,329
0,525
0,432
0,335
0,656
0,503
0,269
0,597
0,440
0,306
0,589
0,454
0,314
0,719
0,525
0,374
0,834
0,613
0,231
0,708
0,474
Tahun
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
September 2011 Maret 2012 September 2012 Maret 2013 September 2013 Maret 2014 September 2014 Maret 2015 September 2015 Maret 2016 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
September 2011 Maret 2012 September 2012 Maret 2013 September 2013 Maret 2014 September 2014 Maret 2015 September 2015 Maret 2016
Sumber: BPS, diolah dari Susenas Panel Maret 2010, Susenas Maret/September 2011-2015, Susenas Maret 2016 Keterangan: *) diolah dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk
6
Berita Resmi Statistik No.47/07/35/Th.XIV,18 Juli 2016
Penjelasan Teknis dan Sumber Data Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index (P0), yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkal per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbiumbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. Indeks Kedalaman Kemiskinan/Poverty Gap Indeks (P1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan/Poverty Severity Indeks (P2), merupakan ukuran tingkat ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks maka semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan Maret 2016 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan Maret 2016.
Berita Resmi Statistik No.47/07/35/Th.XIV,18 Juli 2016
7
BPS PROVINSI JAWA TIMUR Informasi lebih lanjut hubungi: BIDANG STATISTIK SOSIAL DJAMAL, SE, M.Sc Kepala BPS Provinsi Jawa Timur Telepon : 031-8439343 E-mail :
[email protected]
Telopon: 031-8438873 E-mail:
[email protected]
8
Berita Resmi Statistik No.47/07/35/Th.XIV,18 Juli 2016