PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN REGIONAL
BOKS 2 PERTEMUAN TINDAK LANJUT WORKSHOP PROSPEK DUNIA USAHA DAN POTENSI PEMBIAYAANNYA OLEH PERBANKAN
Pada tanggal 30 November 2006 Kantor Bank Indonesia Kupang menggelar pertemuan tindak lanjut workshop prospek dunia usaha dan potensi pembiayaannya oleh perbankan. Workshop ini merupakan lanjutan dari workshop serupa yang digelar pada tahun 2005 lalu. Apabila tahun lalu topik yang diangkat adalah potensi komoditi garam dan rumput laut, kali ini membahas potensi pembudidayaan rumput laut dan tanaman jarak pagar. Workshop dibagi dalam dua sesi. Pada sesi pertama dibahas topik rumput laut dengan para pembicara: 1. Ir. Anto Sunaryanto, M.Sc., Direktur Usaha Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan – Jakarta. 2. Drs. Alfons Wake, Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian Penanaman Modal BKPMD Provinsi NTT. 3. Antonius Bata, SE, Direktur Pemasaran Bank NTT. 4. Servas Ladoangin, Direktur Yayasan Pengembangan Masyarakat Pesisir (YPMP) Lewoleba Lembata. 5. Elvis E. Datty, Yayasan Tanaoba Lais Manekat Kupang. 6. Sum Nem Tinus, Managing Director PT. Karya Indonesia Sukses – Jakarta; Sedangkan pada sesi kedua dibahas topik tanaman jarak pagar dengan para pembicara: 1. Arie Rahmadi, Manajer Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi – Jakarta. 2. Ir. Agustinus Umbu Soru, Sekretaris Bappeda Provinsi NTT. 3. Ir. Salem L. Amareko MS, Staf Pengajar Fakultas Peternakan – Universitas Nusa Cendana – Kupang. 4. Ir. Manerep Pasaribu, M.M., General Manager PT. PLN (persero) Wilayah Provinsi NTT. Adapun pokok-pokok hasil pembahasan workshop sebagai berikut: I. Rumput Laut a. Permasalahan:
BANK INDONESIA KUPANG
69
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN REGIONAL
1. Sistem pembiayaan/permodalan dalam pengembangan budidaya rumput laut belum maksimal untuk memenuhi kebutuhan usaha pembudidaya. 2. Mekanisme kemitraan antara bank pelaksana dengan pembudidaya rumput laut belum berjalan dengan baik, khususnya dalam hal pengembalian pinjaman. 3. Komoditas rumput laut di NTT belum digarap / diolah secara optimal, masih dalam bentuk rumput laut kering, sehingga belum memiliki nilai tambah. 4. Persaingan harga di tingkat konsumen yang tidak stabil, karena berebut pasar, sehingga petani/pembudidaya rumput laut menjadi bingung, namun pengusaha diuntungkan. 5. Infrastruktur belum memadai dalam menggaet investor dan perlu dukungan penyediaan tenaga kerja yang kondusif. Selain itu, investor mengharapkan perlu adanya perbaikan dalam pembudidayaan rumput laut agar dapat menarik minatnya dalam melakukan investasi. 6. Pembudidaya rumput laut mengalami kesulitan untuk memberikan jaminan ke pihak perbankan. 7. Salah satu kendala yang dihadapi pembudidaya rumput laut adalah belum dimilikinya jaringan langsung menjual keluar (Surabaya dan Jakarta). 8. Kurangnya
kegiatan
pelatihan
tentang
rumput
laut,
sehingga
mengakibatkan pengetahuan dan teknologi budidaya yang dimiliki masih terbatas. 9. Pembudidaya mengharapkan dibukanya pabrik untuk pengolahan hasil rumput laut di propinsi NTT b. Hasil Pembahasan: 1. Sangat diperlukan revitalisasi dan pengembangan budidaya rumput laut, hal ini mengingat pengembangan usaha tersebut tidak memerlukan modal yang besar dan ketergantungan BBM sangat kecil. 2. Peluang pasar (ekspor) rumput laut masih sangat besar dan jenis produksinya sangat beragam. 3. Pemerintah telah memberikan kemudahan dalam perizinan usaha budidaya rumput laut dan menyerahkan perizinan tersebut pada kebijakan daerah. 4. Program pengembangan kawasan dan penyaluran dana penguatan untuk budidaya rumput laut tidak lagi menggunakan dana bergulir, block grant,
BANK INDONESIA KUPANG
70
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN REGIONAL
atau hibah, melainkan dengan pinjaman bank. Rencana alokasi dana perbantuan komoditas rumput laut di privinsi NTT sebesar 3,5 miliar untuk tahun 2006, meningkat menjadi hampir 8 miliar pada tahun 2007. 5. Dengan kondisi masyarakat NTT memiliki tingkat konsumtif yang tinggi, sehingga moral kepada masyarakat agar dapat lebih produktif dan bertanggung jawab, khususnya dalam kerjasama pembiayaan dengan pihak perbankan. Dalam hal ini pihak dinas terkait dan perbankan perlu membantu memberikan pesan moral kepada pembudidaya rumput laut agar taat pada aturan dan menunjukkan bahwa usaha ini menguntungkan serta memiliki cash flow yang baik. 6. Perkembangan usaha budidaya rumput laut diharapkan tidak menghalangi budidaya usaha lain. 7. Perlu pembentukan kemitraan kelompok pembudidaya, karena bagi bank penyaluran
kredit
kepada
kelompok
lebih
aman
daripada
kepada
perorangan secara langsung. 8. Perlu diberikan pelatihan dan dilakukan pendampingan teknis (dari penanaman hingga pasca panen) yang berkelanjutan dalam pembudidayaan rumput laut. Dengan pelatihan/pendampingan yang baik akan dapat menghasilkan produk yang lebih berkualitas. II. Tanaman Jarak Pagar a. Permasalahan: 1. Masih kurangnya penyuluhan dari pihak pemerintah yang bisa menyakinkan kepada petani tanaman jarak sehingga motivasi masyarakat untuk menanam jarak masih rendah. 2. Pengadaan lahan masih menjadi kendala/masalah karena tanah dikuasai oleh hak ulayat masing-masing orang. 3. Ke depan produksi bahan bakar minyak akan semakin berkurang, sehingga pada target 2025 perlu dikembangkan energi alternatif yang slaah satunya adalah pengembangan tanaman jarak pagar. 4. Harga solar yang disubsidi membuat usaha di bidang tanaman jarak tidak kompetitif.
BANK INDONESIA KUPANG
71
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN REGIONAL
b. Hasil Pembahasan: 1. Perlu sosialisasi lebih lanjut agar dapt menjangkau masyarakat atau petani pelaksana di tingkat bawah. Dengan pemahaman yang lebih baik dan lengkap maka keterlibatan masyarakat dalam pengembangan tanaman jarak pagar tersbut akan lebih efektif. 2. Ke depan akan banyak dibuka pabrik biodiesel, sehingga banyak dibutuhkan bahan baku dari tanaman jarak pagar. 3. Perlu dilakukan pelatihan dalam hal pembibitan tanaman jarak agar dapat diperoleh hasil yang maksimal. 4. PLN NTT akan menerima dan menampung berapapun jumlah produk yang dihasilkan dari tanaman jarak di NTT. Hal ini merupakan kesempatan yang menjanjikan bagi investor yang akan masuk pada usaha tanaman jarak. 5. Masyarakat mengharapkan bantuan untuk mendapatkan bibit unggul tanaman jarak, dan dana untuk keperluan tersebut dapat diperoleh dari
Community Develpoment dengan mengajukan proposal. Kesimpulan Umum: 1. Kondisi geografis NTT yang kering dan memiliki lahan kritis di satu sisi dapat mengakibatkan kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan, namun pada sisi lain memiliki peluang yang sangat baik bagi pengembangan komoditas rumput laut dan tanaman jarak pagar. 2. Pemerintah
telah
menfasilitasi
penyediaan
program
pembiayaan
kepada
pembudidaya rumput laut melalui pola penjaminan dan pinjaman. 3. Dalam program tersebut, perbankan bertindak executing (pelaksana), sehingga ikut terlibat secara aktif dalam penyaluran kredit tersbut. Di sisi lain hal ini melatih para pembudidaya agar bertanggung jawab atas penggunaan kredit yang diterimanya. 4. Pelatihan, penyuluhan dan pendampingan secara teknis perlu dilakukan, dan diharapkan para pengusaha juga membantu dalam pelaksanaannya agar lebih efektif. 5. Dalam pengembangan UMKM, khususnya rumput laut dan tanaman jarak pagar di NTT perlu dikembangkan guna meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayah NTT. 6. Terdapat peluang yang sangat menjanjikan untuk pengembangan rumput laut dan tanaman jarak pagar di Propinsi NTT karena adanya kepastian dalam penjualan hasil
BANK INDONESIA KUPANG
72
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN REGIONAL
produksi. Selain itu, permintaan akan kedua produk tersebut selalu meningkat dari waktu ke waktu. 7. Pembentukan kemitraan antara bank dengan kelompok usaha/koperasi binaan diharapkan dapat mengatasi permasalahan dalam usaha rumput laut, sehingga akan terbentuk petani rumput laut yang tangguh dan mandiri. 8. Perlunya pendampingan untuk pembinaan berkelanjutan dari pemerintah swata, dan perbankan terhadap pembudidaya rumput laut dan petani tanaman jarak pagar. 9. Pihak perbankan diharapkan dapat meningkatkan pembiayaan pada usaha rumput laut dan tanaman jarak pagar, namun demikian harus tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian perbankan. Dalam hal ini, kelayakan usaha sangat diperlukan bagi pengusaha untuk mendapatkan kredit dari perbankan. 10. Pertemuan ini telah menjadi sarana yang sangat baik untuk menyamakan pemahaman antara perbankan, pelaku usaha dan pemerintah/dinas terkait terhadap berbagai permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pengembangan usaha rumput laut dan tanaman jarak pagar. 11. Pertemuan yang singkat ini belum dapat menghasilkan rumusan yang secara konkrit untuk meningkatkan penyaluran kredit perbankan. Namun paling kurang para peserta telah mempunyai pemahaman mengenai potensi, prospek, maupun risikonya atas bidang usaha rumput laut dan tanamn jarak pagar. 12. Ke depan, antara perbankan dan dunia usaha agar dapat menindaklanjuti hasil workshop ini dalam forum yang lebih kecil dan bersifat teknis. Sedangkan bagi pemerintah
atau
instansi
terkait
diharapkan
untuk
mengkaji
kembali
ketentuan/peraturan yang dinilai menjadi kendala dalam pengembangan usaha rumput laut dan tanaman jarak pagar. Selama ini pembiayaan terhadap pembudidayaan rumput laut telah dilakukan dan ke depan diharapkan dapat akan terus meningkat. Demikian pula, diharapkan untuk pembiayaan kepada usaha tanaman jarak pagar. Sebagai langkah lebih lanjut semua
pihak
dapat
bekerja
bersama-sama
dan
saling
membantu
untuk
mewujudkannya.
BANK INDONESIA KUPANG
73