BLOK 2.3 RESPIRATORY
BUKU TUTOR
Edisi Kedua
PROGRAM STUDI STRATA-1 ILMU KEPERAWATAN STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG 2015
BLOK 2.3 RESPIRATORY Buku Blok @Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak, mencetak atau menerbitkan sebagian isi atau seluruh buku dengan cara dan dalam bentuk apapun juga tanpa seijin editor dan penerbit Penulis: Tim Blok 2.3
Editor :
Penerbit: Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG Edisi Kedua, Desember 2015 ISBN : ..............
BLOK 2.3 RESPIRATORY Buku Tutor Edisi Kedua, Desember 2015
TIM BLOK Usan Daryaman, S.Kep., Ners Sub Bagian Keperawatan : Keperawatan Dasar Program Study Strata-1 STIKes Dharma Husada Bandung Henty Sugesti, M.Kep Sub Bagian Keperawatan : Keperawatan Kritis Program Study Strata-1 STIKes Dharma Husada Bandung Irma Nuramalia, M.Kep Sub Bagian Keperawatan : Keperawatan Medikal Bedah Program Study Strata-1 STIKes Dharma Husada Bandung R. Bayu Kusuma N, S,Kep., Ners, M.Kes.AIFO Sub Bagian Keperawatan : Keperawatan Dasar Program Study Strata-1 STIKes Dharma Husada Bandung Erma Sugihartini, S.Kep., Ners Sub Bagian Keperawatan : Keperawatan Dasar Program Study Strata-1 STIKes Dharma Husada Bandung Nur Azizah, S.Kep., Ners Sub Bagian Keperawatan : Keperawatan Dasar Program Study Strata-1 STIKes Dharma Husada Bandung
KONTRIBUTOR Asri Handayani, S,Kep., Ners., M.Kep Sub Bagian Keperawatan : Keperawatan Komunitas Program Study Strata-1 STIKes Dharma Husada Bandung Hj. Cucu Rokayah, M.Kep Sub Bagian Keperawatan : Keperawatan Jiwa Prodi S1 Keperawatan STIKes DHB Irma Nuramalia, M.Kep Sub Bagian Keperawatan : Keperawatan Medikal Bedah Program Study Strata-1 STIKes Dharma Husada Bandung Asep Taruna, S.Kep., Ners Sub Bagian Keperawatan : Keperawatan Dasar Program Study Strata-1 STIKes Dharma Husada Bandung Ali Musthofa, S.Kep., Ners Sub Bagian Keperawatan : Keperawatan Dasar Program Study Strata-1 STIKes Dharma Husada Bandung Usan Daryaman, S.Kep., Ners Sub Bagian Keperawatan : Keperawatan Dasar Program Study Strata-1 STIKes Dharma Husada Bandung
TUTOR BLOK 2.3 Usan Daryaman, S.Kep., Ners Sub Bagian Keperawatan : Keperawatan Dasar Program Study Strata-1 STIKes Dharma Husada Bandung Irma Nuramalia, M. Kep Sub Bagian Keperawatan : Keperawatan Medikal Bedah Program Study Strata-1 STIKes Dharma Husada Bandung Erma Sugihartini, S.Kep., Ners Sub Bagian Keperawatan : Keperawatan Dasar Program Study Strata-1 STIKes Dharma Husada Bandung Nur Azizah, S.Kep., Ners Sub Bagian Keperawatan : Keperawatan Dasar Program Study Strata-1 STIKes Dharma Husada Bandung
Peta Kurikulum Program Studi Strata-1 Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung 4.3. Enterpreneurship and IV
4.1. Emergency (include 4.2. Disaster ManagementElective : MIS, BCLS)
in Nursing
Occupational Health,
4.4. CCNS
Japanese Thesis III
3.1. Neurobehavior and 3.3. Research 3.4 Nursing Managem 3.2. Nursing Education coping Methodology and Health Policy
Nursing English
Advance English
II
2.1 Digestive General English
I
2.2. Cardiovascular 2.3 Respiration
2.4. Urinary
Civilization
1.2. Social and1.3. Conceptual Model1.4. in Basic Science2.3 i 1.1. Fundamental of Nursing Transcultural in Nursing Nursing Nursing Religion
Indonesian
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah, Tuhan Yang Maya Kuasa, atas karunia-Nya sehingga Buku Blok 2.3 ini bisa kami terbitkan sebagai panduan bagi dosen dan mahasiswa. Blok 2.3 adalah blok yang membahas tentang system respiratory akan diselesaikan dalam waktu 5 minggu.
Fokus
pembelajaran pada blok ini meliputi: mampu memahami anatomi dan fisiologi system respiratory, mampu memahami. Patofisiologi penyakit-penyakit pada system respiratory yang terjadi pada berbagai tingakatan usia dengan benar, mampu memahami dan melakukan simulasi asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan system respiratory pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal dan etik, mampu mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada kasus gangguan system respiratory dengan benar. Setelah mempelajari blok 2.3 mahasiswa diharapkan mahasiswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan berkaitan dengan System Respiratory pada berbagai siklus kehidupan baik sehat maupun sakit di rumah, masyarakat maupun di tatanan pelayanan kesehatan mulai dari puskesmas sampai ke rumah sakit yang berdasarkan evidence. Pada blok 2.3 ini akan mempelajari beberapa cabang ilmu secara terintegrasi yaitu Anatomi Fisiologi, Patofisiologi, Keperawatan anak, Keperawatan gawat darurat, Psikologi, KMB, Gerontik. Berbagai metode pembelajaran akan diterapkan selama proses pembelajaran untuk di blok 2.3 sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan, yaitu mahasiswa diberi skenario kasus yang dijadikan pemicu untuk diskusi kelompok kecil dengan seven jump, kuliah, seminar, skills laboratorium, role play, film dan field study, dalam setiap
kegiatan tersebut akan dilakukan
evaluasi untuk menilai pencapaian kompetensi mahasiswa. Evaluasi dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi dilakukan dengan menggunakan evaluasi formatif dan sumatif yang terdiri dari evaluasi akhir blok, tugas, seminar, skenario, case study dan role play.
Bandung, Desember 2015 Ketua Program Studi
DAFTAR ISI
Peta Kurikulum .…………………….……………………………………..……… Kata Pengantar ……………………………………………………………............ Daftar Isi …………………………………………………………………………... Pendahuluan ………………..……………………………………………………… Pohon Topik Blok 2.3 ...……………………………………………………............ Cetak Biru Penilaian......……………………………………………………………. Aktivitas Pembelajaran 2.3………………………………………………………... Unit Belajar 1 ……………………………………………………………….......... Unit Belajar 2 ………………………………………………………………......... Unit Belajar 3 ………………………………………………………………......... Unit Belajar 4 ………………………………………………………………........ Unit Belajar 5 ………………………………………………………………....... Lampiran ………………………………………………………………………..
PENDAHULUAN Blok 2.3 merupakan blok pada tahun pertama dalam pembelajaran mahasiswa. Pada blok ini mahasiswa akan mempelajari System Respiratory dalam berbagai siklus kehidupan yang berdasarkan evidence. Mahasiswa akan mempelajari beberapa cabang ilmu secara terintegrasi yaitu Anatomi Fisiologi, Patofisiologi, Keperawatan anak, Keperawatan gawat darurat, Psikologi, KMB, Gerontik. TUJUAN UMUM Setelah menyesaikan blok 2.3 mahasiswa mampu memahami dengan benar tentang system Respiratory yang dapat diterapkan dalam berbagai tingkat perkembangan manusia dengan menerapkan asuhan keperawatan dalam tatanan pelayanan kesehatan. TUJUAN KHUSUS : Setelah pembelajaran selama lima minggu, mahasiswa diharapkan mampu: 1. Diakhir sesi, mahasiswa semester III mampu memahami anatomi dan
fisiologi sistem
Respiratory 2 Diakhir sesi, Mahasiswa semester III mampu memahami Patofisiologi penyakit-penyakit pada system Respiratory yang terjadi pada berbagai tingakatan usia dengan benar 3 Diakhir sesi, mahasiswa semester III mampu memahami dan melakukan simulasi asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan system Respiratory pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal dan etik 4 Diakhir sesi mahasiswa semester III mampu melakukan stimulasi pendidikan kesehatan dengan gangguan system Respiratory pada berbagai tingkat usia dengan baik dan benar 5 Diakhir sesi, mahasiswa semester III mampu mengidentifikasi masalah-masalah penelitian yang berhubungan dengan system Respiratory dan menggunakan hasil-hasil penelitian dalam mengatasi masalah perkemihan dengan benar 6 Diakhir sesi, mahasiswa semester III mampu melakukan simulasi pengelolaan asuhan keperawatan pada sekelompok klien dengan gangguan system Respiratory pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal dan etis 7 Diakhir sesi, mahasiswa semester III mampu mengaplikasikan fungsi advokasi pada kasus
dengan gangguan system Respiratory pada berbagai tingkat usia dengan benar 8 Diakhir sesi, mahasiwa semester III mampu mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada kasus gangguan system Respiratory dengan benar KETERKAITAN DENGAN BLOK LAIN Blok 2.3 berkaitan dengan blok-blok yang telah dan akan dipelajari mahasiswa yaitu: 1.4. Basic Science in Nursing 4.1. Emergency (include BCLS) 4.2. Disaster Management in Nursing 3.5 Family Nursing 3.6 Nursing Community
POHON TOPIK BLOK 2.3
SKENARIO BLOK 2.3 Berdasarkan pohon masalah diatas, blok 2.3 terdapat lima unit pembelajaran yang terdiri dari 5 skenario. Tiap unit pembelajaran akan diselesaikan dalam waktu satu minggu. Nama skenario pada blok 2.3 adalah : 1. 1.
Skenario 1 : “Pengalaman naik ke gunung Papandayan..”
2. 2.
Skenario 2 : “serak-serak basah…. ”
3. 3.
Skenario 3 : “batuk yang tak kunjung sembuh”
4. 4.
Skenario 4 : “Susahnya bernafas”
5. 5.
Skenario 5 : “tolong!!! Tenggelam….gak bisa nafas!!”
EVALUASI PEMBELAJARAN CETAK BIRU PENILAIAN BLOK 2.3 Sistem penilaian pencapaian kompetensi yang dikembangkan mengacu pada aktivitas pembelajaran didasarkan pada pencapaian aspek kognitif, psikomotor dan afektif yang terdiri dari: 1. Penugasan
: 20 %
2. Ujian ketrampilan keperawatan
: 20 %
3. Diskusi kelompok kecil
: 20 %
4. Ujian Akhir Blok (UAB)
: 40 %
Sedangkan evaluasi formatif dilakukan untuk menilai untuk menilai kemajuan pencapaian kompetensi dan untuk upaya perbaikan dilakukan sesuai format yang tersedia terutama saat mahasiswa melakukan kunjungan lapangan, diskusi atau kerja kelompok, keaktifan selama proses pembelajaran termasuk pencapaian kehadiran 75%. A. 1. Jenis soal MCQ:
Tujuan
Tujuan
Jumlah soal
%
C1
C2
C3
Topik Pengkajian jalan napas
1
Pengkajian gangguan pulmonal Pengkajian tanda dan gelaja
1
pernapasan Pengkajian
kemampuan
bernapas Pengkajian diagnostik fungsi
1
pernapasan Proses
keperawatan
sistem respirasi
pada
1
C4
C5
C6
4 Asuhan keperawatan pada
1
pasien dengan Sinusitis dan Memahami
dan Laringitis
mengaplikasikan Asuhan asuhan keperawatan pada
1
keperawatan padapasien pasiendengan Tonsillitis dengan respiratory
gangguan Laryngitis Asuhan keperawatan pada
1
pasien dengan Pleurisy Empiema 3 Asuhan keperawatan pada
1
pasien dengan Pneumonia dan Tuberkolosis Asuhan
keperawatan
pasien dengan dan bronchitis mengaplikasikan asuhan Memahami
asma
pada
2
dan
keperawatan pada pasien dengan Resoiratory
gangguan Asuhan
keperawatan
pada
2
pada
1
pasien dengan COPD Asuhan
keperawatan
pasien dengan empisema dan embolisme paru Asuhan
keperawatan
pada
1
pasien dengan ateletaksis 7 Memahami
Asuhan dan keperawatan dengan
1
mengaplikasikan efusi asuhan pleura dan pneumotorak keperawatan padaAsuhan pasien keperawatan dengan
2
sindrom napas gawat dewasa dengan
gangguan
Resoiratory
Asuhan keperawatan dengan
1
keganas 4
Memahami pertimbangan
Asuhan keperawatan dengan tentang gangguan sistem respirasi
1
pada anak : RDS (Respiratory gerontology dan trend Distress Syndome), issue penyakit sistem SID(Sudden infant death Respiratory dan serta syndrome) mengaplikasikan asuhan Trend issue penyakit sistem keperawatan pada pasien pernapasan dengan gangguan
2
Resoiratory: anak pertimbangan gerontology
1 4
A. 2.
Jenis soal essay : Berkaitan dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan Respiratory : •
- Askep pada pasien ca. faring/ laring
•
- Askep pasien RDS (Respiratory Distress Syndome)
•
- Askep pada pasien tuberkolosis
•
- Askep pada pasien efusi pleura
Point untuk essay adalah 40 (40%)
AKTIVITAS PEMBELAJARAN Blok 2.3 terdiri dari lima unit pembelajaran dan lima skenario yang berfokus pada: anatomi, fisiologi, konsep pengkajian pada pasien tuberculosis, asuhan keperawatan pada pasien efusi pleura, asuhan keperawatan pada pasien faringitis, asuhan keperawatan pada pasien ARDS, oleh karena itu disiapkan aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Aktivitas pembelajaran dalam Blok yang akan 2.3 digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah : 1.
Tutorial Tutorial yang dilakukan adalah diskusi dalam kelompok kecil dengan menggunakan
problem based learning (PBL). Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil beranggotakan 10 – 12 mahasiswa. Tutorial dijadwalkan 2 kali seminggu dan dilakukan dengan didampingi oleh tutor atau mandiri. Untuk mencapai tujuan pembelajaran mahasiswa diberikan skenario kasus dan kelompok akan mendiskusikan kasus tersebut dengan pendekatan seven jump. Setiap satu skenario akan dibahas dalam dua kali pertemuan, pertemuan pertama akan dilakukan langkah 1-5 dan pertemuan kedua akan dilakukan langkah 6-7. Langkah 6 mahasiswa menggunkan sumber belajar eksternal dan belajar mandiri. Langkah 7 mahasiswa akan melanjutkan diskusi kelompok. 2.
Belajar mandiri Dalam pembelajaran orang dewasa, mahasiswa dapat belajar secara mandiri dari berbagai
sumber belajar eksternal yaitu : perpustakaan, wabsite (internet & intranet), e-Learning, buku, brosur dan jurnal. Meode belajar mandiri berbentuk pelaksanaan tugas membaca atau kajian jurnal oleh mahasiswa berupa bimbingan atau pengajaran khusus. Dalam metode ini mahasiswa akan terlebih dahulu mendapatkan penjelasan tentang proses dan hasil yang diharapkan serta diberikan daftar bacaan sesuaikebutuhan. Dengan belajar mandiri diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kerja dan memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk memperdalam pengetahuan secara aktif. 3. Kuliah pakar Metode kuliah pakar/ ceramah pakar berbentuk penjelasan pengajar kepada mahasiswa dan
biasanya diikuti dengan tanya jawab tentang isi pelajaran yang belum jelas. Yang perlu dipersiapkan pengajar daftar topik yang akan diajarkan dan media visual atau materi pembelajaran. Selama kuliah pakar seluruh dosen diwajibkan menggunakan pendekatan student centered learning (SCL). SCL adalah konsep pembelajaran dengan pendlam proses pendekatan:
A. A.
Menyertakan mahasiswa dalam proses pembelajaran
B. B.
Mendorong mahasiswa untuk memiliki pengetahuan yang lebih banyak, luas
dan mendalam. C. C.
Membantu mahasiswa untuk menyelami kejadian pada kehidupan nyata.
D. D.
Mendorong terjadinya pembelajaran secara active
E. E.Mendorong kemampuan mahasiswa untuk berfikir kritis F. F. Mengarahkan mahasiswa untuk mengenali dan menggunakan berbagai macam gaya belajar G. G. 1.
Memperhatikan kebutuhan dan latar belakang mahasiswa
4.
Skills
Laboratorium Skills lab keperawatan merupakan praktik ketrampilan keperawatan di laboratorium keperawatan dengan menggunakan probandus/manikin untuk simulasi ketrampilan klinik keperawatan. Jenis ketrampilan keperawatan klinik pada Blok 2.3 yaitu pemberian oksigenasi dan pulsasi oxyometri, nebulaizer, suction, perawatan tracheostomy, dan perawatan WSD. 1.
5.
Field Study
Aktivitas pembelajaran ini merupakan aktivitas yang langsung mengenalkan fenomena di masyarakat terkait dengan tujuan pembelajaran blok. Adapun tujuan pembelajaran field study ini untuk mempelajari secara langsung di masyarakat tantang proses keperawatan terutama pengkajian disetiap tahapan tumbuh kembang manusia. 1.
6.
Seminar
Metode seminar berbentuk kegiatan belajar bagi kelompok mahasiswa untuk membahas topik atau masalah tertentu. Seminar dalam blok 2.3 adalah presentasi hasil diskusi mengenai hasil menganalisi dari penayangngan film atau video. Penyeleaian tugas membahas topik atau masalah tersebut menjadi tanggung jawab anggota seminar dan dosen sebagai nara sumber.
1. 7.
Film Film atau video diberikan kepada mahasiswa dalam rangka mencapai tujuan yang bersifat
multi demensi dalam proses pembelajaran yaitu agar mahasiswa dapat memahami dan menganalisis fenomena serta kejadian apa yang terjadi dalam film yang telah ditayangkan sehingga terbentuklah critical thinking mahasiswa sehingga di akhir session mahasiswa dapat mengambil pembelajaran dan berupa point utama yang akan dikaji lebih mendalam, berupa keterampilan psikomotor dan afektif. Pencapaian keterampilan kognitif agar dapat memahami teori dan mengintegrasikannya; keterampilan afektif (mahasiswa merencanakan kegiatan secara mandiri, kerjasama dan tukar informasi). Diakhir menonton film ini, mahasiswa akan ditugaskan untuk membuat resume film berupa pembuatan makalah atau seminar dari hasil menonton film tadi. Pada tahap pelaksanaan dan evaluasi film, dosen atau instruktur akan : a. a.
Menginformasikan tujuan dari menonton film
b. b.
Mengkomunikasikan tugas yang harus diselesaikan setelah menonton film
c. c.
Membimbing pelaksanaan menonton film
d. d.
Member umpan balik
a. 8.
Praktek Mandiri Praktek mandiri adalah praktek yang dilakukan mahasiswa secara mandiri di ruang
laboratorium sehingga skill lab mahasiswa dapat lebih terlatih. Sebelum praktek mandiri dilakukan mahasiswa telah mendapatkan bimbingan dari dosen pengajar.
UNIT BELAJAR I
Minggu 1 Setelah menyelesaikan minggu pertama mahasiswa mampu : 1. 1.
Memahami tentang teori Anatomi Fisiologi system Respiratory
2. 2.
Memahami tentang konsep Pengkajian system Respiratory
3. 3.
Memahami mekanisme normal system Respiratory
4. 4.
Memahami pemeriksaan system respiratory
5. 5.
Mempraktekan tentang terapi oksigenasi dan pulse oximentry
Aktivitas pembelajaran minggu pertama : 1. 1. Tutorial No. 1
Topik
Anatomi dan Fisiologi system respiratory “Pengalaman naik gunung papandayan”
Durasi
Departemen
6 jam
Dosen
Deden Aji Jaelani, S. Kep., N
Depi Lukitasari, S.Kep., Ner
Cep Yusup Bahtiar, S.Kep., N
Elsa Nurmeida, S.Kep., Ner
3 SKENARIO 1 “Pengalaman Naik Gunung Papandayan” Pada jumat sore aku dan temantemanku berangkat dari bandung menuju garut (menggunakan Elf) begitu sesak rasanya nafas ini, maklum baru pertama naik elf yang berjubal, tapi Alhamdulillah karena paruparu saya masih bagus jadi tidak pingsan. Singkat cerita sudah 3 jam perjalanan akhirnya sampailah kita di kaki gunung papandayan, ternyata beda rasanya ketika saya turun dari mobil sangat lega, bahkan mulai dari hidung sampai ke paruparu rasanya tidak ada beban, mulailah saya berjalan menuju gunung papandayan, rasa dingin mulai merasuk kedalam dada, sekitar 3 jam kita berjalan kaki sampailah kita di pondok salada yaitu tempat tidur di gunung papandayan, dengan nafas ngosngosan saya sampai. Subuh tiba dan kita melanjutkan perjalanan, dengan udara yang sangat sejuk mulai masuk dari hidung sampai ke paru2 bahkan seluruh tubuh merasakan dinginnya dan hidungku pun mulai mengeluarkan air saking dinginnya, ketika sampai puncak suasana takjub dan indah nafas ngos2ngosan pun tidak terasa ketika sampai di puncak lega rasanya dada ini, melihat indahnya matahari terbit dan pemandangan sekitar gunung papandayan.
Kata Kunci Anatomi dan fisiologi system pernafasan Pertanyaan yang muncul 1. 1.
Sebutkan anatomi system pernafasan ?
2. 2.
Jelaskan Mekanisme bernafas (ekspirasi dan inspirasi)?
3. 3.
Bagaimana Pernafasan eksterna dan interna?
4. 4.
Kenapa ketika kita berjalan ke ketinggian lebih sesak daripada biasanya?
Konsep yang dipelajari 1. 1.
Anatomi fisiologi system pernafasan
2. 2.
Mekanisme bernafas
3. 3.
Pertukaran oksigen interna dan eksterna
4. 4.
Faktor yang mempengaruhi bernafas atau pernafasan
Materi Anatomi Sistem Pernapasan Pernapasan adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru. Fungsi sistem pernapasan adalah untuk mengambil Oksigen dari atmosfer kedalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Organ–organ respiratorik juga berfungsi dalam produksi wicara dan berperan dalam keseimbanga
asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing, dan pengaturan hormonal tekanan darah. Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran pernapasan dan mekanisme pernapasan. Urutan saluran pernapasan adalah sebagai berikut: rongga hidung - faring – laring - trakea - bronkus - paru-paru (bronkiolus dan alveolus). Adapun alat-alat Pernapasan pada manusia adalah sebagai berikut : 1. alat pernafasan atas a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis) Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk. Di dalam rongga hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembapan udara sehingga udara yang masuk ke paru-paru tidak terlalu kering ataupun terlalu lembap. Udara bebas tidak hanya mengandung oksigen saja, namun juga gas-gas yang lain. Misalnya, karbon dioksida (CO2), belerang (S), dan nitrogen (N2). Selain sebagai organ pernapasan, hidung juga merupakan indra pembau yang sangat sensitif. Dengan kemampuan tersebut, manusia dapat terhindar dari menghirup gas-gas yang beracun atau berbau busuk yang mungkin mengandung bakteri dan bahan penyakit lainnya. Dari rongga hidung, udara selanjutnya akan mengalir ke faring.
b. Faring Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita
suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan. c. Laring laring (tekak) adalah tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Laring berparan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring dapat tersumbat, antara lain oleh benda asing ( gumpalan makanan ), infeksi ( misalnya infeksi dan tumor). 2. Alat pernafasan bawah a. Trakea Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. b. Bronkus Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus. c. Paru-paru Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang
menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain. Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paruparu berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas. Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter ± 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus. Bronkiolus ini memiliki gelembunggelembung halus yang disebut alveolus. Bronkiolus memiliki dinding yang tipis, tidak bertulang rawan, dan tidak bersilia. Gas memakai tekanannya sendiri sesuai dengan persentasenya dalam campuran, terlepas dari keberadaan gas lain (hukum Dalton). Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus). Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan. 2.2.
Proses Inspirasi Dan Ekspirasi 1) Mekanisme Pernapasan Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur
sekalipun karma sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu pernapasan luar dan dalam. Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam
rongga dada dengan tekanan udara diluar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar, maka udara akan masuk. Sebaliknya apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar. Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukan udara (inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan pernapasan perut terjadi secara bersamaan. a. Pernapasan dada Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut. 1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk 2. Fase ekspirasi. Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar. b. Pernapasan perut Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dada. Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni : 1. Fase Inspirasi. Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk. 2. Fase Ekspirasi. Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru. Beberapa fungsi pernafasan antara lain adalah: 1. 1. Mengambil oksigen yang kemudian dabawa oleh darah keseluruh tubuh.
2. 2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran pernafasan kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk di buang ke luar tubuh.
-
Inspirasi Tepatnya proses inspirasi adalah sebagai berikut diafragma berkontraksi, bergerak ke arah bawah, dan mengembangkan rongga dada dari atas ke bawah. Otot-otot interkosta eksternal menarik iga ke atas dan ke luar, yang mengembangkan rongga dada ke arah samping kiri dan kanan serta ke depan dan ke belakang. Dengan mengembangnya rongga dada, pleura parietal ikut mengembang. Tekanan intrapleura menjadi makin negatif karena terbentuk isapan singkat antara membran pleura. Perlekatan yang diciptakan oleh cairan serosa, memungkinkan pleura viseral untuk mengembang juga, dan hal ini juga mengembangkan paru-paru. Dengan mengembangnya paru-paru, tekanan intrapulmonal turun di bawah tekanan atmosfir, dan udara memasuki hidung dan terus mengalir melalui saluran pernapasan sampai ke alveoli. Masuknya udara terus berlanjut sampai tekanan intrapulmonal sama dengan tekanan atmosfir; ini merupakan inhalasi normal. Tentu saja inhalasi dapat dilanjutkan lewat dari normal, yang disebut sebagai napas dalam. Pada napas dalam diperlukan kontraksi yang lebih kuat dari otot-otot pernapasan untuk lebih mengembangkan paru-paru, sehingga memungkinkan masuknya udara lebih banyak. Otot-otot inspirasi memperbesar rongga toraks dan meningkatkan volumenya dimana otototot yang berkontraksi adalah : a. Diafragma, yaitu otot berbentuk kubah yang jika sedang rileks akan memipih saat berkontraksi dan memperbesar rongga toraks kearah inferior. b. Otot intrerkostal eksternal mengangkat iga keatas dan kedepan saat berkontraksi sehingga memperbesar rongga toraks kearah anterior dan superior. c. Dalam pernafasan aktif atau pernafasan dalam, otot-otot sternokleidomastoid, pektoralis mayor, serratus-anterior, dan otot skalena juga akan memperbesar rongga toraks.
- Ekspirasi Ekspirasi atau yang juga disebut ekshalasi dimulai ketika diafragma dan otot-otot interkosta
rileks. Karena rongga dada menjadi lebih sempit, paru-paru terdesak, dan jaringan ikat elastiknya yang meregang selama inhalasi, mengerut dan juga mendesak alveoli. Dengan meningkatnya tekanan
intrapulmonal
di
atas
tekanan
atmosfir,
udara
didorong
ke
luar
paru-
paru sampai kedua tekanan sama kembali. Perhatikan bahwa inhalasi merupakan proses yang aktif yang memerlukan kontraksi otot, tetapi ekshalasi yang normal adalah proses yang pasif, bergantung pada besarnya regangan pada elastisitas normal paru-paru yang sehat. Dengan kata lain, dalam kondisi yang normal kita harus mengeluarkan energi untuk inhalasi tetapi tidak untuk ekshalasi. Namun begitu kita juga dapat mengalami ekshalasi diluar batas normal, seperti ketika sedang berbicara, bernyanyi, atau meniup balon. Ekshalasi yang demikian adalah proses aktif yang membutuhkan kontraksi otot-otot lain. Otot-otot ekspirasi menurunkan volume rongga toraks. Ekspirasi pada pernafasan yang tenang dipengaruhi oleh relaksasi otot dan disebut proses pasif. Pada ekspirasi dalam, otot interkostal internal menarik kerangka iga ke bawah dan otot abdomen berkontraksi sehingga mendorong isi abdomen menekan diafragma. Kepatenan Ventilasi tergantung pada empat factor : a. a. Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan nafas akan menghalangi masuk dan keluarnya dari dan ke paru-paru b. b. Adekuatnya system syaraf pusat dan pusat pernafasan c. c. Adekuatnya pengembangan dan pengempesan peru-peru d. d. Kemampuan oto-otot pernafasan seperti diafpragma, eksternal interkosa, internal interkosa, otot abdominal. Ventilasi paru mengacu kepada pergerakan udara dari atmosfir masuk dan keluar paru. Ventilasi berlangsung secara bulk flow.Bulk flow adalah perpindahan atau pergerakan gas atau cairan dari tekanan tinggi ke rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi antara lain : a. a.tekanan b. b.
resistensi bronkus
c. c.
persyarafan bronkus
2.3. Pernafasan Eksternal dan Internal
Bentuk dari pernafasan secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian yaitu: 1. 1. Proses Pernafasan pulmonal atau paru-paru (external) Pernafasan external adalah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida. Pada pernafasan melalui paru-paru atau penafasan externa, oksigen didapatkan melalui hidung dan mulut, pada waktu bernafas oksigen mesul melalui trachea dan pipa bronchial ke alveoli dan berhubungan erat dengan darah di kapiler pulmonalis. Hanya satu lapis membrane, yaitu membrane alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dan darah oksigen menembus membrane ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah di bawa ke jantung. Dari sini di pompa di dalam arteri ke seluruh bagian tubuh. Didalam paru-paru karbon dioksida merupakan hasil buangan yag menembus membrane alveoli. Dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat hemoglobinnya 95% jenuh oksigen. Empat proses berhubungan dengan pernafasan paru-paru atau pernafasan externa : a. a.Ventilisasi pulmorter, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar. b. b.
Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh,
karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru. c. c.Distribusi arus udar dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari setiapnya dapat mencapai semua bagian tubuh. d. d.
Difusi
gas
yang
menembusi
membrane
pemmisah
alveoli
dan
kapiler.
Karbondioksida lebih mudah berdifusi dapi pada oksigen. Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan lebih banyak, darah dating ke paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2, jumlah CO2 tidak dapat di keluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernafasan dalam otak untuk memperbesar dan didalam pernafasan.penambahan fentilasi yang dengan demikian terjadi mengeluarkan CO2 dan memungut lebih benyak O2. Struktur.pernapasan eksternal 1. 3. Proses pernafasan Jaringan (internal) Darah yang telah dijernihkan hemoglobinnya dengan oksigen (oxihemoglobin), mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler, dimana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan
memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan sel melakukan oksidasi pernafasan, sebagai gantunya hasil dari oksidasi yaitu karbondioksida. Perubahan-parubahan berikut terjadi dalam komposisi udara dalam olveoli, yang disebabkan pernafasan externa dan interna. a. a. Udara yang di hirup: Nitrogen (79%), Oksigen (20%), karbondioksida (0-0,4%). Udara yang masuk ke alveoli mempunyai suhu dan kelembaban atmosfer. b. b. Udara yang dihembuskan: Nitrogen(79%), Oksigen(16%), karbondoiksida ( 4-0.4%).
2.4. Transport Gas Pernapasan Ventilasi, Difusi, transportasi, perfusi Ventilasi paru Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas ke dalam dan keluar paru-paru.Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis dan pernapasan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi oleh saraf frenik yang keluar dari medulla spinalis pada vertebra servicalkeempat. Perpindahan O2 di atmosfer ke alveoli,dari alveoli CO2 kembali ke atmosfer. Faktor yang mempengaruhi proses oksigenasi dalam sel adalah :a. Tekanan O2 atmosferb. Jalan nafasc. daya kembang toraks dan paru)d. Pusat nafas (Medula oblongata) yaitu kemampuan untuk meransang CO2 dalam darah Difusi gas Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernapasan terjadi di membran kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan membran. Peningkatan ketebalan membrane merintangi proses kecepatan difusi karena hal tersebut membuat gas memerlukan waktu lebih lama untuk melewati membrane tersebut. Klien yang mengalami edema pulmonar, atau efusi pulmonar
Membrane memiliki ketebalan membrane alveolar kapiler yang meningkat akan mengakibatkan proses difusi yang lambat, pertukaran gas pernapasan yang lambat dan menganggu proses pengiriman oksigen ke jaringan. Daerah permukaan membran dapat mengalami perubahan sebagai akibat suatu penyakit kronik, penyakit akut, atau proses pembedahan. Apabila alveoli yang berfungsi lebih sedikit maka darah permukaan menjadi berkurang O2 alveoli berpindah ke kapiler paru, CO2 kapiler paru berpindah ke alveoli.Faktor yang mempengaruhi difusi : •
a. Luas permukaan paru
•
b. Tebal membrane respirasi
•
c. Jumlah eryth/kadar Hb
•
d. Perbedaan tekanan dan konsentrasi gas
•
e. Waktu difus
•
f. Afinitas gas
Transportasi gas Gas pernapasan mengalami pertukaran di alveoli dan kapiler jaringan tubuh. Oksigen ditransfer dari paru- paru alveoli dan kapiler jaringan tubuh. Oksigen ditransfer dari paru- paru ke darah dan karbon dioksida ditransfer dari darah ke alveoli untuk dikeluarkan sebagai produk sampah. Pada tingkat jarinagn, oksigen ditransfer dari darah ke jaringan, dan karbon dioksida ditransfer dari jaringan ke darah untuk kembali ke alveoli dan dikeluarkan. Transfer ini bergantung pada proses difusi. Transpor O2 Sistem transportasi oksigen terdiri dari system paru dan sitem kardiovaskular. Proses pengantaran ini tergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi), aliran darah ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan divusi dan kapasitas membawa oksigen. Kapasitas darah
untuk
membawa
oksigen
dipengaruhi
oleh
jumlah
oksigen
yang
larut
dalam plasma, jumlah hemoglobin dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan dengan oksigen (Ahrens, 1990). Jumlah oksigen yang larut dalam plasma relatif kecil, yakni hanya sekitar 3%. Sebagian besar oksigen ditransportasi oleh hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbon dioksida. Molekul hemoglobin dicampur dengan oksigen untuk membentuk oksi
hemoglobin.
Pembentukan oksi hemoglobin dengan
mudah
memungkinkan hemoglobin dan oksigen berpisah,
berbalik
membuat
(revesibel), oksigen
sehingga menjadi
bebas. Sehingga oksigen ini bias masuk ke dalam jaringan. Transpor CO2 Karbon dioksida berdifusi ke dalam sel-sel darah merah dan dengan cepat di hidrasi menjadi asam karbonat(H2 CO3 ) akibat adanya anhidrasi karbonat. Asam karbonat kemudian berpisah menjadi ion hydrogen(H+ )dan ion bikarbonat (HCO3-) berdifusi dalam plasma. Selain itu beberapa karbon dioksida yang ada dalam sel darah merah bereaksi dengan kelompok asam amino membentuk senyawa karbamino. Reaksi
ini
dapat
bereaksi
dengan
cepat tanpa adanya enzim. Hemoglobin yang berkurang
(deoksihemoglobin) dapat bersenyawa dengan karbon dioksida dengan lebih midah daripada oksi hemoglobin. Dengan demikian darah vena mentrasportasi sebagian besar karbondoiksida. d) perfusiPerfusi
pulmonal
adalah
aliran
darah
aktual
melalui
sirkulasi
pulmonal
O2 diangkut dlm darah; dalam eritrosit bergabung dgn Hb(oksi Hb) / Oksihaemoglobin (98,5%) dalam plasma sbg O2 yg larut dlm plasma (1,5%). Fungsi paru, yg mencerminkan mekanisme ventilasi disebut volume paru dan kapasitas paru.Volume paru dibagi menjadi : : volume tidal (TV) volume udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali bernafas.Volume cadangan inspirasi (IRV) ,volume udara maksimal yg dapat dihirup setelah inhalasi normal. Volume Cadangan Ekspirasi
(ERV),
volume
udara
maksimal
yang
dapat
dihembuskan dengan kuat setelah exhalasi normal. Volume residual (RV) volume udara yg tersisa dalam paru-paru setelah ekhalasi maksimal. Kapasitas Paru : Kapasitas vital (VC), volume udara maksimal dari poin inspirasi maksimal Kapasitas inspirasi (IC) Volume udara maksimal yg dihirup setelah ekspirasi normal. Kapasitas residual fungsiunal (FRC), volume udara yang tersisa dalam paru-paru setelah ekspirasi normal. Kapasitas total paru (TLC) volume udara dalam paru setelah inspirasi maksimal. i. 1.
Kuliah Pakar Topic Lectures
Metode
Mekanisme normal system respiratory Clasical, diskusi
Durasi 3 jam
Departemen
Dosen Ns. R. Bayu Kusuma,
Pemeriksaan system respiratory a. Pengkajian jalan napas • ♣ Hidung dan sinus • ♣ Faring • ♣ Trakea b. Pengkajian gangguan pulmonal • ♣ Riwayat kesehatan • ♣ Pemeriksaan toraks c. c. Pengkajian tanda dam gelaja pernapasan • ♣ Dipsnea • ♣ Batuk • ♣ Pembentukan sputum • ♣ Nyeri dada • ♣ Mengi • ♣ Jari tabuh • ♣ Hemoptisi • ♣ Sianosis
S.Kep., M.Kes., AIFO
a. a. Mekanisme normal system respiratory Clasical, diskusi dan Pemeriksaan system respiratory Pengkajian kemampuan bernapas • ♣ Frekuensi pernapasan • ♣ Volume tidal • ♣ Ventilasi satu menit • ♣ Kapasitas vital • ♣ Inspirasi kuat b. Pengkajian diagnostik fungsi pernapasan • ♣ Pemeriksaan non infasive; pulse oximetry, pulmonary function testing, chest X-Ray, ventilation-perfusion scan, CT and MRI • ♣ Pemeriksaan infasive; laryngoscopy, bronchoscopy, thoracentesis and pleural fluid analysis, biopsy • ♣ Tes laboratorium ; kultur sputum, nose & throat culture, Arterial Blood Gases i. 2.
3 jam
Ns. R. Bayu Kusuma, S.Kep., M.Kes., AIFO
Tugas Topic
Durasi
Departemen
Dosen
•
Anatomi Respiratory
fisiologi
3 jam
Deden Aji Jaelani S.Kep., Ners Elsa Nurmeida S.Kep.,Ners
Mahasiswa akan membuat alat peraga berhubungan dengan anatomi fisiologi System Respiratory. Tugas dilakukan secara berkelompok. Dua kelompok akan membuat alat peraga tentang anatomi System Respiratory dan dua kelompok lainnya akan membuat alat peraga tentang fisiologi System Respiratory. Alat peraga bisa berupa power point, poster, 3D, dll. Alat peraga akan digunakan pada pembelajaran praktikum dan seminar. i. 3. Skill Lab Topik
Durasi
Departemen
Dosen
Terapi Oksigenasi dan Oximetri (kelas besar)
2 jam
Ns. R. Bayu Kusuma, S.Kep., M.Kes., AIFO
Terapi Oksigenasi dan Oximetri (praktek mandiri)
2 jam
Deden A. Jaelani, S.Kep., Ners Depi Lukitasari, S.Kep., Ners Cep Yusup Bahtiar, S.Kep., Ners Elsa Nurmeida, S.Kep., Ners
i. 4.
Praktikum Topic
•
Anatomi system Respiratory
Durasi
Departemen
3 jam
Dosen Depi Lukitasari, S.Kep., Ners
Parktikum di minggu pertama ini dilakukan dengan menggunkan alat media peraga yang telah dibuat oleh mahasiswa sebelumnya, dan yang akan ditampilkan adalah praktikum anatomi saja. i. 5.
Seminar Topic
•
fisiologi system Respiratory
Durasi 3 jam
Departemen
Dosen Elsa Nurmeida S.Kep., Ners
Pada seminar minggu pertama ini mahasiswa akan menyeminarkan tentang Fisiologi system respiratory bias dalam bentuk lambar balik, power point dll Jumlah Aktivitas Belajar Minggu 1 Tutorial
: 6 jam
Kuliah Pakar : 6 jam Skill lab
: 4 jam
Tugas
: 3 jam
Parktikum
: 2 jam
Seminar
: 3 jam
Total waktu aktifitas belajar minggu I : 24 jam
DAFTAR PUSTAKA Bulecheck, Gloria M, dkk (Ed). 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th Edition. Missouri: Elsevier. Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1. Jakarta : EGC. Carpenito, Lynda Jual. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 11. Jakarta: EGC Herdman, T. Heather (Ed). 2012. NANDA International: Nursing Diagnosis 2012-2014. Oxford: Wiley Kusuma, Hardhi, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.
Yogyakarta : Media Action Publlishing Moorhead, Sue, dkk (Ed). 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition. Missouri: Elsevier. JADUAL PERKULIAHAN MINGGU I KELAS A No 1
Hari/ tanggal Senin, 22-12-2014
2
Selasa, 23-12-2014
3
Rabu, 24-12-2014
4.
Jum’at, 26-12-2014
Jam
Pokok bahasan
08.30-09.30
Pemaparan Silabus
09.30- 11.40
Mekanisme normal system respiratory dan pemeriksaan system respiratory (1)
13.00- 15.30
Anatomi dan fisiologi system respiratory
08.30-10.10
Anatomy system respiratory
10.10-11.50
Fisiologi system respiratory
13.00-15.00
Bahas Inggris
08.30-11.40
Mekanisme normal system respiratory dan pemeriksaan system respiratory (2)
13.00-15.00
Pemberian oksigenasi dan Pulsasi Oxyometri
15.15- 17.00
Skenario 1 STEP (1-5)
08.30-11.40
Skenario 1 STEP (6-7)
13.00-14.40
Pemberian oksigenasi dan Pulsasi Oxyometri
JADUAL PERKULIAHAN MINGGU I KELAS B No 1
Hari/ tanggal Senin, 22-12-2014
Jam
Pokok bahasan
09.30-10.30
Pemaparan Silabus
10.30- 11.30
Anatomi dan fisiologi system respiratory
13.00- 16.30
Mekanisme normal system respiratory dan pemeriksaan
S
S
system respiratory (1) 2
Selasa, 23-12-2014
3
Rabu, 24-12-2014
4.
Jum’at, 26-12-2014
08.30-11.00
Bahas Inggris
13.00-14.50
Anatomi system respiratory
14.50-16.50
Fisiologi system respiratory
08.30-11.40
Mekanisme normal system respiratory dan pemeriksaan system respiratory (2)
13.00-15.00
Pemberian oksigenasi dan Pulsasi Oxyometri
15.15- 17.00
Skenario 1 STEP (1-5)
13.00-14.40
Skenario 1 STEP (6-7)
14.40-16.00
Pemberian oksigenasi dan Pulsasi Oxyometri
UNIT BELAJAR II
Minggu 2 Setelah menyelesaikan minggu kedua mahasiswa mampu : 1. 1.
Memahami dan dapat mempraktekan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
S
S
gangguan system respiratory 2. 2.
Memahami tentang Asuhan keperawatan pada pasien dengan sinusitis dan tongsilitis
3. 3.
Memahami tentang Asuhan keperawatan pada pasien dengan faringitis dan laringitis
4. 4.
Memahami tentang Asuhan keperawatan pada pasien dengan empyema, pleurisy,
trakeobronkitis akut 5. 5.
Memahami dan dapat mempraktekan tentang suction
Aktivitas pembelajaran minggu kedua : 1. 1.
Tutorial No.
1.
Topik
Asuhan keperawatan Faringitis “serak serak basah”
pada
Durasi pasien
dengan6 jam
Departemen
Dosen
Deden Aji Jaelani, S.Kep., Ne
Depi Lukitasari, S.Kep., Ner
Cep Yusup Bahtiar, S.Kep., N
Elsa Nurmeida, S.Kep., Ner
SKENARIO 2 Serak serak basah ….. Tn. A (24 tahun) datang ke poli THT dengan keluhan nyeri saat menelan dan sesak, sudah 3 hari demam dan suara menjadi serak, klien mengatakan 3 hari yang lalu mengkonsusmsi gorengan yang dibelinya dari pedagang dipinggir jalan, hasil pengkajian diapatkan TD 120/80 MmHg, RR: 30x/menit, N : 94x/menit, S: 40OC, wajah tampak pucat, mukosa bibir kering, lidah terdapat bercak merah, mual dan malaise, tonsil kemerahan, ditemukan nanah di tenggorokan, saat palpasi teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening pada leher, data lab : leukosit 14.000 mgdl, analisis gas darah : Ph 6,5 pCO2 49 mmHg, tes apus tenggorokan positif pada strep throat. Kata kunci : strep throat, susah menelan, suara serak, leukosit, PH , PCO2
Pertanyaan yang mungkin muncul : 1. 1.
Bagaimana pengaruh makanan gorengan terhadap peradangan pada faring ?
2. 2.
Jelaskan hubungan pembesaran kelenjar getah bening terhadap sakit yang dirasakan ?
3. 3.
Bagaimana intervensi yang haris dilakukan pada kasus tersebut ?
4. 4.
Faktor apa saja yang mempengaruhi ketidaknyamanan pada penyakit tersebut ?
Konsep yang dipelajari : •
-
Asuhan keperawatan pada pasien Faringitis
Materi
FARINGITIS 1.
A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1.
1.
Definisi Faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang
disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. (Wikipedia.com). Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa tenggorokan. Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan
adenoid. Faringitis Akut yaitu radang tenggorok yang disebabkan oleh organisme virus hampir 70% dan streptokakus group A adalah organisme bakteri yang umum berkenaan dengan faringitis akut yang kemudian disebut sebagai “streepthroat” (Brunner & Suddarth, 2001) Faringitis kronik umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja/tinggal dengan lingkungan berdebu, menggunakan suara berlebihan, menderita akibat batuk kronik, penggunaan habitual alkohol dan tembakau. Ada 3 jenis faringitis : 1) Hipertrofik ( penebalan umum dan kongesti membrane mukosa faring ). 2) Atrofik ( tahap lanjut dari jenis pertama : membran tipis, keputihan, licin dan waktunya berkerut ). 3) Granular kronik (pembengkakan folikel limfe pada dinding faring). 1.
2.
Penyebab/Faktor Predisposisi
Beberapa penyebab dari faringitis yaitu: 1.
a.
Virus
Virus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis. Beberapa jenis virus ini yaitu:
1.
1.
1) Rhinovirus
2.
2) Coronavirus
3.
3) Virus influenza
4.
4) Virus parainfluenza
5.
5) Adenovirus
6.
6) Herpes Simplex Virus tipe 1 dan 2
7.
7) Coxsackievirus A
8.
8) Cytomegalovirus
9.
9) Virus Epstein-Barr
10.
10)
b.
HIV
Bakteri
Beberapa jenis bakteri penyebab faringitis yaitu: 1.
1) Streptoccocus pyogenes, merupakan penyebab terbanyak pada faringitis akut
2.
2) Streptokokus grup A, merupakan penyebab terbanyak pada anak usia 5 – 15 tahun, namun jarang menyebabkan faringitis pada anak usia <3 tahun.
3.
3) Streptokokus grup C dan G
4.
4) Neisseria gonorrheae
5.
5) Corynebacterium diphtheriae
6.
6) Corynebacterium ulcerans
7.
7) Yersinia enterocolitica
8.
8) Treponema pallidum
9.
9) Vincent angina, merupakan mikroorganisme anaerobik dan dapat menyebabkan komplikasi yang berat, seperti abses retrofaringeal dan peritonsilar.
1.
3.
Patofisiologi Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung
menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal. Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karena fragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki struktur yang sama dengan sarkolema pada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi.
1.
4.
Klasifikasi Berdasarkan Agen Penyebab : Faringitis Virus
Biasanya tidak ditemukan nanah di tenggorokan
Demam, biasanya tinggi. Jumlah sel darah putih normal atau agak meningkat
Kelenjar getah bening normal atau sedikit membesar
Tes apus tenggorokan memberikan hasil negative
Pada biakan di laboratorium tidak tumbuh bakteri
1.
5.
Gejala Klinis
Tanda dan gejala faringitis dibedakan berdasarkan etiologinya, yaitu: 1.
a. 1.
Virus 1) Jarang ditemukan tanda dan gejala yang spesifik. Faringitis yang disebabkan oleh virus menyebabkan rhinorrhea, batuk, dan konjungtivitis.
2.
2) Gejala lain dari faringitis penyebab virus yaitu demam yang tidak terlalu tinggi dan sakit kepala ringan.
3.
3) Pada penyebab rhinovirus atau coronavirus, jarang terjadi demam, dan tidak terlihat adanya adenopati servikal dan eksudat faring.
4.
4) Pada penyebab virus influenza, gejala klinis bisa tampak lebih parah dan biasanya timbul demam, myalgia, sakit kepala, dan batuk.
5.
5) Pada penyebab adenovirus, terdapat demam faringokonjungtival dan eksudat faring. Selain itu, terdapat juga konjungtivitis.
6.
6) Pada penyebab HSV, terdapat inflamasi dan eksudat pada faring, dan dapat ditemukan vesikel dan ulkus dangkal pada palatum molle.
7.
7) Pada penyebab coxsackievirus, terdapat vesikel-vesikel kecil pada palatum molle dan uvula. Vesikel ini mudah ruptur dan membentuk ulkus dangkal putih.
8.
8) Pada penyebab CMV, terdapat eksudat faring, demam, kelelahan, limfadenopati generalisata, dan splenomegali.
9.
9) Pada penyebab HIV, terdapat demam, myalgia, arthralgia, malaise, bercak kemerahan makulopapular yang tidak menyebabkan pruritus, limfadenopati, dan ulkus mukosa tanpa eksudat.
1.
b.
Bakteri Faringitis dengan penyebab bakteri umumnya menunjukkan tanda dan gejala berupa
lelah, nyeri/pegal tubuh, menggigil, dan demam yang lebih dari 380C. Faringitis yang menunjukkan adanya mononukleosis memiliki pembesaran nodus limfa di leher dan ketiak, tonsil yang membesar, sakit kepala, hilangnya nafsu makan, pembesaran limpa, dan inflamasi hati. 1.
1) Pada penyebab streptokokus grup A, C, dan G, terdapat nyeri faringeal, demam, menggigil, dan nyeri abdomen. Dapat ditemukan hipertrofi tonsil, membran faring yang hiperemik, eksudat faring, dan adenopati servikal. Batuk tidak ditemukan karena
merupakan tanda dari penyebab virus. 2.
2) Pada penyebab S. Pyogenes, terdapat demam scarlet yang ditandai dengan bercak kemerahan dan lidah berwarna stoberi.
3.
3) Pada penyebab bakteri lainnya, ditemukan adanya eksudat faring dengan atau tanpa tanda klinis lainnya.
1.
1.
1.
c. 1.
1) Nyeri Tenggorokan
2.
2) Sulit Menelan, serak, batuk
3.
3) Demam
4.
4) Mual, malaise
5.
5) Kelenjar Limfa Leher Membengkak
6.
6) Tonsil kemerahan
7.
7) Membran faring tampak merah
8.
8) Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti oleh eksudat
9.
9) Nyeri tekan nodus limfe servikal
10.
10)
Lesu dan lemah, nyeri pada sendi-sendi otot, dan nyeri pada telinga.
11.
11)
Peningkatan jumlah sel darah putih (Leukosità Al)
12.
12)
Nodus limfe servikal membesar dan mengeras
13.
13)
Mungkin terdapat demam,malaise dan sakit tenggorokan
14.
14)
Serak,batuk,rhinitis bukan hal yang tidak lazim.
d.
Manifestasi klinis kronis:
1.
1) Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorokan.
2.
2) Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan dan dikeluarkan dengan batuk.
3.
3) Kesulitan menelan.
6. 1.
Manifestasi klinis akut:
Pemeriksaan Penunjang a.
Pemeriksaan Biopsi : Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari
saluran pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
2.
b.
Pemeriksaan Sputum : Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau
bakteriologik penting dalam diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga. 3.
c. 1.
Pemeriksaan Laboratorium 1) Sel darah putih (SDP) : Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi atau inflamasi.
2.
2) Analisa Gas Darah : Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari hal-hal diluar paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.
1.
7.
Penatalaksanaan Penatalaksanaan terhadap faringitis dapat mengurangi risiko demam reumatik,
menurunkan durasi gejala, dan mengurangi risiko penularan penyakit. Pada faringitis dengan penyebab bakteri, dapat diberikan antibiotik, yaitu: 1.
a.
Penicillin benzathine; diberikan secara IM dalam dosis tunggal
2.
b.
Penicillin; diberikan secara oral
3.
c.
Eritromisin
4.
d.
Penicillin profilaksis, yaitu penicillin benzathine G; diindikasikan pada pasien
dengan
risiko
demam
reumatik
berulang.
Sedangkan,
pada
penyebab
virus,
penatalaksanaan ditujukan untuk mengobati gejala, kecuali pada penyebab virus influenza dan HSV. Beberapa obat yang dapat digunakan yaitu: Amantadine, Rimantadine, Oseltamivir, Zanamivir; dapat digunakan untuk penyebab virus influenza A dan B, Asiklovir; digunakan untuk penyebab HSV Faringitis yang disebabkan oleh virus biasanya ditangani dengan istirahat yang cukup, karena penyakit tersebut dapat sembuh dengan sendirinya. Selain itu, dibutuhkan juga mengkonsumsi air yang cukup dan hindari konsumsi alkohol. Gejala biasanya membaik pada keadaan udara yang lembab. Untuk menghilangkan nyeri pada tenggorokan, dapat digunakan obat kumur yang mengandung asetaminofen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil, Motrin). Anak berusia di bawah 18 tahun sebaiknya tidak diberikan aspirin sebagai analgesik karena berisiko terkena sindrom Reye.
Pemberian suplemen
dapat dilakukan untuk menyembuhkan faringitis atau
mencegahnya, yaitu: 1.
a.
Sup hangat atau minuman hangat, dapat meringankan gejala dan mencairkan mukus,
sehingga dapat mencegah hidung tersumbat. 2.
b.
Probiotik (Lactobacillus), dapat digunakan untuk menghindari dan mengurangi
demam. 3.
c.
Madu, dapat digunakan untuk mengurangi batuk.
4.
d.
Vitamin C, dapat digunakan untuk menghindari demam, namun penggunaan dalam
dosis tinggi perlu pengawasan dokter. 5.
e.
Seng, digunakan dalam fungsi optimal sistem imun tubuh, karena itu seng dapat
digunakan untuk menghindari demam, dan penggunaan dalam spray dapat digunakan untuk mengurangi hidung tersumbat. Namun, penggunaannya perlu dalam pengawasan karena konsumsi dalam dosis besar dan jangka waktu yang lama dapat berbahaya. 1.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1.
1.
Pengkajian
Data fokus: 1.
1.
1.
a.
Data Subjektif
1.
1) pasien mengeluh badannya terasa panas
2.
2) pasien mengatakan tenggorokannya sakit
3.
3)
4.
4) pasien mengatakan tidak bisa menelan
b.
pasien mengeluh batuk Data Objektif
1.
1) Suhu badan tinggi ( > 37,8 derajat celcius)
2.
2) Terdapat pembengkakan pada folikel limfoid
3.
3) Nyeri tekan pada nodus limfe servikal
2.
Diagnosa Keperawatan
1.
a.
Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada faring.
2.
b.
Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada faring.
3.
c.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
(sputum). 4.
d.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan
menelan. 5.
1. 2.
e.
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpajan informasi.
Kuliah Pakar Topic Lectures
Proses keperawatan pada sistem respirasi 1. a.
Durasi 3 jam
Departemen
Dosen R. Nety Rustikayanti, M.Kep
Pengkajian askep pada pasien dengan
gangguan sistem respirasi Perencanaan askep pada
pasien
dengan
gangguan
sistem
respirasi 2. b.
Diagnosa askep pada pasien dengan
gangguan sistem respirasi 3. c.
Perencanaan askep pada pasien dengan
gangguan sistem respirasi 4. d.
Evaluasi askep pada pasien dengan
gangguan sistem respirasi Infeksi pada system respiratory : Sinusitis dan 2 jam
R. Nety Rustikayanti, M.Kep
laryngitis b. etiologi c. klasifikasi d.patofisiologi e. manifestasi klinis f. pemeriksaan penunjang g. penatalaksanaan h. pencegahan Infeksi pada system respiratory :
2 Jam
1. 1. faringitis 2. 2. tonsillitis yang akan disampaikan tentang penyakit
Ns. R. Bayu Kusuma, S.Kep., M.Kes., AIFO
tersebut meliputi : pengertian b. etiologi c. klasifikasi d.patofisiologi e. manifestasi klinis f. pemeriksaan penunjang g. penatalaksanaan h. pencegahan Infeksi pada system respiratory :
3 jam
Ns. R. Bayu Kusuma, S.Kep., M.Kes., AIFO
1. 1. pleurisy 2. 2. Empiema 3. 3. Trakeobronkitis akut yang akan disampaikan tentang penyakit tersebut meliputi : pengertian b. etiologi c. klasifikasi d.patofisiologi e. manifestasi klinis f. pemeriksaan penunjang g. penatalaksanaan h. pencegahan 1. 3.
Skill Lab Topik
Durasi
Departemen
Dosen
Suction (Kelas Besar)
2 jam
R. Nety Rustikayanti, M.Kep
Suction (Praktek Mandiri)
2 Jam
Deden Aji Jaelani, S.Kep., Ners Depi Lukitasari, S.Kep., Ners
Cep Yusup Bahtiar, S.Kep., Ner
Elsa Nurmeida, S.Kep., Ners
1. 4. Tugas Topik Pathway penyakit pada system respiratory : 1. a.
Faringitis
2. b.
TBC
3. c.
Efusi Pleura
Durasi 3 jam
Departemen
Dosen
Cep Yusup Bahtiar, S.Kep., Ne Deden Aji J, S.Kep., Ners
4. d. RDS Penugasan diberikan kepada mahasiswa di minggu ke 2 tentang pembuatan Pathway penyakit pada gangguan System respiratory yang meliputi, faringitis, TBC, Efusi Pleura, RDS. Mahasiswa membuat pathway masing-masing penyakit per kelompok dan dibuatkan makalah. Pathway dibuat dari penyakit Umum dan seterusnya dibuatkan sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul. 5. 5. Skill Lab Topik Seminar Pathway
Durasi 3 jam
Departemen
Dosen
Depi Lukitasari, S.Kep., N
Elsa Nurmeida, S.Kep., N Jumlah Aktivitas Belajar Minggu II Tutorial
: 6 jam
Kuliah Pakar : 10 jam Seminar
: 3 jam
Tugas
: 3 jam
Skill lab
: 4 jam
Total waktu aktivitas belajar minggu II : 28 jam
DAFTAR PUSTAKA Bulecheck, Gloria M, dkk (Ed). 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th Edition. Missouri: Elsevier. Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1. Jakarta : EGC. Carpenito, Lynda Jual. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 11. Jakarta: EGC Herdman, T. Heather (Ed). 2012. NANDA International: Nursing Diagnosis 2012-2014. Oxford: Wiley Kusuma, Hardhi, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Yogyakarta : Media Action Publlishing Moorhead, Sue, dkk (Ed). 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition. Missouri: Elsevier.
JADUAL PERKULIAHAN MINGGU II KELAS A No 1
Hari/ tanggal Senin, 29-12-2014
2
Selasa, 30-12-2014
3
Rabu, 31-12-2014
4.
Jumat, 02-12-2014
Jam
Pokok bahasan
08.30-11-40
Asuhan Keperawatan pada pasien faringitis dan Laringitis
13.00- 14.40
Pathway gangguan system respiratory
08.30-11.40
Skenario 2 STEP (1-5)
13.00-15.00
Bahasa inggris
08.30-11.40
Asuhan Keperawatan pada pasien Pleurisy, Empiema dan Trakeobronkitis akut
13.00-15.00
Pathway gangguan system respiratory
08.30-10.40
Skenario 2 STEP (6-7)
13.00-15.10
Asuhan Keperawatan pada pasien sinusitis dan tonsillitis
JADUAL PERKULIAHAN MINGGU II KELAS B No 1
Hari/ tanggal Senin, 29-12-2014
Jam
Pokok bahasan
08.30-10-10
Pathway gangguan system respiratory
13.00- 14.40
Asuhan Keperawatan pada pasien
faringitis dan Laringitis
2
3
4.
Selasa, 30-12-2014
Rabu, 31-12-2014
Jumat, 01-12-2014
08.30-11.00
Bahasa Inggris
13.00-16.40
Skenario 2 STEP (1-5)
08.30-11.30
Pathway gangguan system respiratory
13.00-16.50
Asuhan Keperawatan pada pasien Pleurisy, Empiema dan Trakeobronkitis akut
13.00-16.20
Skenario 2 STEP (6-7)
08.30-10.40
Asuhan Keperawatan pada pasien sinusitis dan tonsillitis
UNIT BELAJAR III
Minggu 3 Setelah menyelesaikan minggu kedua mahasiswa mampu : 1. 1. Memahami dan menjelaskan tentang Asuhan keperawatan pada pasien dengan peunomonia
dan Tubercolosis 2. 2. Memahami dan menjelaskan tentang Asuhan keperawatan pada pasien dengan Asma dan Bronitis 3. 3. Memahami dan menjelaskan tentang Asuhan keperawatan pada pasien dengan COPD 4. 4. Memahami dan menjelaskan Asuhan keperawatan pada pasien dengan empisema dan emboli paru 5. 5. Memahami dan menjelaskan tentang Asuhan keperawatan pada pasien dengan ateletaksis 6. 6. Mempraktekan tentang Nebulizer Aktivitas pembelajaran minggu ketiga : 1. 1.
Tutorial
No. 1.
Topik
Durasi
Departemen
Asuhan keperawatan pada pasien dengan6 jam Tuberculosis
Dosen Deden Aji Jaelani, S.Kep., Ners Depi Lukitasari, S.Kep., Ners
”Batuk yang tak kunjung sembuh”
Cep Yusup Bahtiar, S.Kep., Ners Elsa Nurmeida, S.Kep., Ners
SKENARIO 3 Batuk yang tak kunjung sembuh… Tn. A (50 Th) datang ke puskesmas dengan keluhan batuk berdahak yang tak kunjung sembuh disertai sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun. Kondisi tersebut sudah dirasakan Tn A sejak 1 bulan yang lalu. Klien mengatakan sebelumnya batuknya belum pernah di periksakan dan hanya mengkonsumsi obat warung namun tak kunjung sembuh. Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan dan obat obatan. Menurut pengakuan keluarganya, tidak ada yang mempunyai penyakit yang serupa dengan klien. Hasil pemeriksaan fisik TD: 130/80 mmHg, RR 27X permenit, HR: 80 x/menit. Hasil pemeriksaan dahak ditemukan BTA positif. Dokter meresepkan klien obat kombipack : Rifampicin, Isoniazid (INH), Ethambutol, Pyridoxin (B6).
Kata kunci BTA + Pertanyaan yang mungkin muncul 1. 1. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien di atas ? 2. 2. Bagimana intervensi keperawatan pada pasien dengan TBC ? 3. 3. Bagaimana pengobatan yang baik untuk pasien dengan TBC ? 4. 4. Mengapa batuknya tak kunjung sembuh ? Konsep yang dipelajari : Asuhan keperawatan pada pasien Tuberkulosis
Materi Tuberkulosis 1. A. Tuberkulosis 1. 1.
Pengertian Tuberkulosis TB Paru (tuberculosis) adalah penyakit menular yang langsung disebabkan oleh
kuman TB (Mycobaterium tuberculosa). Sebagian besar kuman TBC ini menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya ( Depkes RI, 2006 : 5 ). 1. 2.
Etiologi
Penyakit TB adalah sutu penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA) . Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama Basil Koch. Bahkan penyakit TB pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP) (Aditama, 2006). 1. 3.
Gejala Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Gejalagejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK (Unit Pelayanan Kesehatan) dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung (Depkes RI 2006: 13).
1. 4.
Patofisiologi
1. a. Infeksi Primer Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem
pertahanan mukosiler bronkus dan terus berjalan sehingga sampai ke alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahanan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjer limfe sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberculin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persiter atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan yang bersangkutan akan menjadi penderita TB Paru. 1. b. Infeksi pasca primer TB paru pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh manusia akibat infeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas TB Paru pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura (Depkes RI, 2006). 1. 5.
Klasifikasi Tuberkulosis Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak
termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi dalam : 1. a. Tuberkulosis pada BTA positif 1. 1)
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu
hasilnya BTA positif. 2. 2)
Spesimen dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu hasilnya BTA positif dan foto
rontgen dada menunjukkan gambaran tuberculosis aktif.
1. b. Tuberkulosis paru BTA negatif Pemeriksaan 3 spesimen dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu hasilnya BTA negatif dan foto rontgen dada menunjukkan tuberkulosis aktif. TBC paru BTA negatif rontgen positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu batuk berat dan ringan. Batuk berat bila gambaran foto rontgen dapat memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas. 1. c. Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjuar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain. TBC esktra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan. 1. d. TBC esktra paru ringan Misalnya: TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudative unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal. 1. e. TBC esktra paru berat Misalnya: meningitis, millier, perikarditis, peluritis eksudative duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin ( Depkes RI, 2002: 25). 1. 6.
Tipe Penderita Tuberkulosis Menurut Depkes RI (2006: 18) tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat
pengobatan sebelumnya ada beberapa tipe penderita yaitu : 1. a. Kasus baru Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian). 1. b. Kambuh (relaps) Adalah penderita tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan
hasil pemeriksaan dahak BTA positif. 1. c. Pindahan (Trasfer In) Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukan/pindah.
1. d. Setelah lalai (pengobatan setelah default/ drop-out) Adalah penderita yang sudah pernah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan BTA positif. 1. e. Lain-lain 1. 1)
Gagal
Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih. 1. 2)
Kasus kronis
Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2. 1. 7.
Pengobatan
1. a. Tahap awal (Intensif) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. 1. b. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan (Depkes RI, 2006 : 19). 1. 8.
Jenis dan Dosis Obat
1. a. Isoniasid (H) Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolic aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/Kg BB, sedangkan untuk mengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/Kg BB. 1. b. Rifamfisin (R) Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dormant (pesister) yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid. Dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu. 1. c. Pirazinamid Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB 1. d. Streptomisin (S) Bersifat bakterisid, dosis harian yang dianjurkan 15 mg/Kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama. Penderita berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr/hari. Sedangkan untuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50 gr/hari. 1. e. Etambutol (E) Bersifat bakteriostatik, dosis harian yang dianjurkan 12 mg/Kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/Kg BB ( Depkes RI 2002 : 37 ). 1. 9.
Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
Sebagian besar penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping, namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan. Pemantauan efek samping obat dilakukan dengan cara menjelaskan kepada penderita tanda-tanda efek samping dan menanyakan adanya gejala efek samping pada waktu penderita mengambil OAT. 1. a. Efek samping berat yaitu efek samping yang dapat menjadi sakit serius. Dalam kasus ini maka pemberian OAT harus dihentikan dan penderita harus segera dirujuk ke UPK spesialistik. 2. b. Efek samping ringan yaitu hanya menyebabkan sedikit perasaan yang tidak enak. Gejala-gejala ini sering dapat ditanggulangi dengan obat -obat simptomatik atau obat sederhana, tetapi kadang-kadang menetap untuk beberapa waktu selama pengobatan. Dalam hal ini, pemberian OAT dapat diteruskan
Tabel 2.1 Efek samping ringan dari OAT Efek samping
Penyebab
Tidak ada nafsu makan, mual, sakit Rifampisin
Penanganan Obat diminum malam sebelum tidur
perut Nyeri sendi
Pirasinamid
Beri Aspirin
Kesemutan s/d rasa terbakar di kaki INH
Beri vitamin B6 (pridoxin) 100mg perhari
Warna kemerahan pada Rifampisin air seni
Tidak perlu diberi apa – apa, tapi perlu
(urine)
penjelasan kepada penderita
Sumber: Depkes RI 2006: 31
Tabel 2.2 Efek samping berat dari OAT Efek samping
Penyebab
Penatalaksanaan
Gatal dan kemerahan kulit
Semua jenis OAT
Ikuti petunjuk penatalaksanaan dibawah
Tuli
Streptomisin
Streptomisin dihentikan, ganti etambutol
Gangguan keseimbangan
Streptomisin
Streptomisin dihentikan, ganti etambutol
Ikterus tanpa penyebab lain
Hampir semua OAT
Hentikan semua OAT sampai ikterus menghilang
Bingung dan muntah – Hampir semua obat muntah
Hentikan semua OAT, segera lakukan tes
(permulaan ikterus karena obat )
fungsi hati
Gangguan penglihatan
Etambutol
Hentikan etambutol
Purpura dan renjatan (syok) Rifampisin
Hentikan etambutol
Sumber : Depkes RI 2006: 32 Jika seorang penderita dalam pengobatan dengan OAT mulai mengeluh gatal – gatal, singkirkan dulu kemungkinan penyebab lain. Berikan dulu anti-histamin, sambil meneruskan OAT dengan pengawasan ketat. Gatal – gatal tersebut pada sebagian penderita hilang, namun pada sebagian penderita malahan terjadi suatu kemerahan kulit. Bila keadaan seperti ini, hentikan semua OAT. Tunggu sampai kemerahan kulit tersebut hilang. Jika gejala efek samping ini bertambah berat, kepada penderita tersebut perlu diberikan kortikosteroid dan/atau tindakan suportif lainnya (infuse) di UPK perawatan. 1. 2.
Kuliah Pakar Topic Lectures
Metode
Durasi
Departemen
Dosen
Asuhan keperawatan pada pasien dengan Clasical, diskusi 3 jam
Ns. R.BAyu Kusuma
Peunomonia dan Tuberculosis
S.Kep.,M.Kes.,AIFO
a. pengertian b. etiologi c. klasifikasi d.patofisiologi e. manifestasi klinis f. pemeriksaan penunjang g. penatalaksanaan h. pencegahan Asuhan keperawatan pada pasien dengan Clasical, diskusi 3 jam Asma dan Bronitis a. pengertian
Irma Nur Amalia, S.Kep., Ner
b. etiologi c. patofisiologi d. manifestasi klinis e. penatalaksanaan f. asuhan keperawatan -Asuhan keperawatan pada pasien dengan kontraktur depyutren a. pengertian b. etiologi c. patofisiologi d. manifestasi klinis e. penatalaksanaan f. asuhan keperawatan Asuhan keperawatan pada pasien dengan Clasical, diskusi 2 jam
Irma Nur Amalia, S.Kep., Ner
COPD a. pengertian b. etiologi c. patofisiologi d. manifestasi klinis e. penatalaksanaan f. asuhan keperawatan Asuhan keperawatan pada pasien dengan Clasical, diskusi 3 jam
Ns.R. Bayu Kusuma,
Empisema dan emolisme Paru
S.Kep.,M.Kes,AIFO
a. pengertian b. etiologi c. patofisiologi d. manifestasi klinis e. penatalaksanaan f. asuhan keperawatan Asuhan keperawatan pada pasien dengan Clasical, diskusi 2 jam
Ns.R. Bayu Kusuma,
Ateletaksis
S.Kep.,M.Kes,AIFO
a. pengertian b. etiologi c. patofisiologi d. manifestasi klinis e. penatalaksanaan f. asuhan keperawatan 1. 3.
Film Topik
Durasi
Pasien dengan gangguan system respiratory : Paru”
Departemen
2 jam
Dosen Deden Aji Jelani, S.Kep., Ners Cep Yusup B, S.Kep., Ners
Pada minggu ke 3 ini mahasiswa ditugaskan untuk menganalisis Film tentang pasien yang mengalami gangguan system respiratory Ca Paru. Setelah selesai menonton mahasiswa menganalisa film tersebut dan dikumpulkan ke tutor masingmasing.
1. 4.
Seminar Topik
Durasi
Pasien dengan gangguan system respiratory :
3 jam
Paru”
Departemen
Dosen
Depi Lukitasari, S.Kep., N
Elsa Nurmeida, S.Kep., N
Mahasiswa mempersentasikan hasil analisis film yang sudah ditugaskan sebelumnya, dibuat dalam bentuk Power point. 1. 5.
Skill Lab Topik
Nebulizer (Kelas Besar)
Durasi 2 jam
Departemen
Dosen R. Nety Rustikayanti, M.Kep
Nebulizer (Praktek Mandiri)
2 jam
Cep yusup B, S.Kep., Ners Deden Aji Jaelani, S.Kep.,Ners Elsa Nurmeida S.KEp.,Ners Depi Lukitasari S.Kep.,Ners
Jumlah Aktivitas Belajar Minggu III Tutorial
: 6 jam
Kuliah Pakar : 13 jam Film
: 2 jam
Seminar
: 3 jam
Skill lab
: 4 jam
Total waktu aktivitas belajar minggu III : 26 jam
DAFTAR PUSTAKA Bulecheck, Gloria M, dkk (Ed). 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th Edition. Missouri: Elsevier. Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1. Jakarta : EGC. Carpenito, Lynda Jual. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 11. Jakarta: EGC Herdman, T. Heather (Ed). 2012. NANDA International: Nursing Diagnosis 2012-2014. Oxford: Wiley Kusuma, Hardhi, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Yogyakarta : Media Action Publlishing Moorhead, Sue, dkk (Ed). 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition. Missouri: Elsevier.
JADUAL PERKULIAHAN MINGGU III KELAS A No 1
2
3
4.
5.
6
Hari/ tanggal Senin, 05-01-2015
Selasa,0 6-01-2015
Rabu, 07-01-2015
Kamis, 08-01-2015
Jumat, 09-01-2015
Sabtu, 10-01-2015
Jam
Pokok bahasan
08.30-11-40
Asuhan keperawatan pada pasien dengan peunomonia dan tuberculosis
13.00- 16.20
Asuhan keperawatan pada pasien dengan Asma dan Bronkhitis
08.30-10.10
Skenario 3 STEP (1-5)
10.10-12.30
Asuhan keperawatan pada pasien COPD
08.30-11.00
Asuhan keperawatan pada pasien Empisema dan emboli paru
13.00-15.30
Asuhan keperawatan pada pasien Ca Paru
08.30-10.10
Nebulizer dan Suction
10.10-12.30
Nebulizer dan Suction
13.00-15.30
Asuhan keperawatan pada pasien Atekletaksis
08.30-10.10
Skenario 3 STEP (6-7)
13.00-15.40
Asuhan keperawatan pada pasien Ca Paru
08.00-11.00
Proses keperawatan pada pasien dengan gangguan system respiratory
Sk
JADUAL PERKULIAHAN MINGGU III KELAS B No 1
2
3
4.
5.
6
Hari/ tanggal Senin, 05-01-2015
Selasa, 06-01-2015
Rabu, 07-01-2015
Kamis, 08-01-2015
Jumat, 09-01-2015
Sabtu, 10-01-2015
Jam
Pokok bahasan
08.30-11.40
Asuhan keperawatan pada pasien dengan Asma dan Bronkhitis
13.00-16.20
Asuhan keperawatan pada pasien dengan peunomonia dan tuberculosis
13.00-14.40
Asuhan keperawatan pada pasien COPD
14.40-16.20
Skenario 3 STEP (1-5)
08.30-10.10
Asuhan keperawatan pada pasien Ca Paru
10.10-11.40
Nebulizer
13.00-16.20
Asuhan keperawatan pada pasien Empisema dan emboli paru
08.30-10.10
Nebulizer
10.10-11.40
suction
13.00-15.30
Asuhan keperawatan pada pasien Atekletaksis
09.00-11.00
Asuhan keperawatan pada pasien Ca Paru
13.00-14.40
Skenario 3 STEP (6-7)
08.00-11.00
Proses keperawatan pada pasien dengan gangguan system respiratory
UNIT BELAJAR IV
S
Minggu ke 4 Setelah menyelesaikan minggu kedua mahasiswa mampu : 1. 1.
Memahami dan menguraikan tentang Asuhan keperawatan pada pasien dengan Efusi
Pleura dan Peunomotorak 2. 2.
Memahami
dan
menguraikan
tentang
Asuhan
keperawatan
pada
pasien
dengansindrom gawat dewasa 3. 3.
Memahami dan menguraikan tentang Asuhan keperawatan pada pasien dengan
keganasan 3 4. 4.
Mempraktekan tentang perawatan WSD
Aktivitas pembelajaran minggu keempat : 1. 1.
Tutorial
No.
Topik
Durasi
Departemen
1.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan Efusi6 jam Pleura “susahnya bernafas”
Dosen
Deden Aji Jaelani, S.Kep., Ne
Depi Lukitasari, S.Kep., Ner
Cep Yusup Bahtiar, S.Kep., N
Elsa Nurmeida, S.Kep., Ner
SKENARIO 4
SUSAHNYA BERNAFAS
Tn.A 50 tahun sudah satu minggu di rawat di rumah sakit. Pada saat di kaji tuan A mengeluh sesak napas sehingga aktivitasnya terganggu. Tn.A mempunyai riwayat penyakit pneumonia sejak satu tahun yang lalu dan pernah di rawat sebelumnya di rumah sakit selain itu Tn.A merupakan perokok aktif sejak usia 20 tahun. Hasil pemeriksaan fisik di dapatkan TD : 130/90 mmHg, N : 100 X/menit, S: 37,8⁰C, RR: 29 X/menit, bunyi perkusi hiper timpani dan bernafas menggunakan otot tambahan. Hasil ringen menunjukan hanya sebagian organ paruparu yang terlihat. Tn.A direncanakan akan dilakukan tindakan pleura pungsi. Kata Kunci : Efusi Pleura, Pleura Pungsi, Pneumonia Pertanyaan Yang Mungkin Muncul 1. 1. Apa yang dimaksud dengan efusi pleura? 2. 2. Apa tanda gejala efusi pleura? 3. 3. Kenapa pneumonia bisa menyebabkan efusi pleura? 4. 4. Apa yang dimaksud dengan pleura pungsi? 5. 5. Apa indikasi dilakukannya pleura fungsi? Konsep yang dipelajari •
♣ Asuhan keperawatan pada pasien efusi pleura
Materi EFUSI PLEURA i. A. Definisi Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000). B.Etiologi 1. 1.
Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada
dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior. 2. 2.
Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia,
virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis. Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar : a. b. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik b. c. Penurunan tekanan osmotic koloid darah c. d. Peningkatan tekanan negative intrapleural d. e. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
C.Tanda dan Gejala 1. 1.
Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah
cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas. 2. 2.
Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak. 3. 3.
Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleural yang signifikan.
1. 4.
Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan
akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu). 2. 5.
Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian
atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki. 3. 6.
Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
D. Patofisiologi Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (1020%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya. Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal
jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah. E. Pemeriksaan Diagnostik 1. 1.
Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangnya
sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum. 2. 2.
Ultrasonografi
3. 3.
Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan
tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang). 4. 4.
Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam
(untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH. 5. 5.
Biopsi pleura mungkin juga dilakukan
F. Penatalaksanaan medis a. 1.
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah
penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis). b. 2.
Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna
keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu. c. 3.
Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari
tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang
dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru. d. 4.
Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam
ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut. e. 5.
Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada,
bedah plerektomi, dan terapi diuretic. G. Pengkajian a. 1.
Aktifitas/istirahat
Gejala : dispneu dengan aktifitas ataupun istirahat a. 2.
Sirkulasi
Tanda : Takikardi, disritmia, irama jantung gallop, hipertensi/hipotensi, DVJ a. 3.
Integritas ego
Tanda : ketakutan, gelisah a. 4.
Makanan / cairan
b. 5.
Adanya pemasangan IV vena sentral/ infus
a. 6.
nyeri/kenyamanan
Gejala tergantung ukuran/area terlibat : Nyeri yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi a. 7.
Pernapasan
Gejala : Kesulitan bernapas, Batuk, riwayat bedah dada/trauma, Tanda : Takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, retraksi interkostal, Bunyi napas menurun dan fremitus menurun (pada sisi terlibat), Perkusi dada : hiperresonan diarea terisi udara dan bunyi pekak diarea terisi cairan a. 8.
Observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau
kemps, penurunan pengembangan (area sakit). Kulit : pucat, sianosis,berkeringat, krepitasi subkutan.
a. 1.
Kuliah Pakar Topic Lectures
Durasi
Asuhan Keperawatan pada psien dengan3 jam
Departemen
Dosen Putri Puapitasari,S. Kep., Ners
gangguan system respiratory : “ Efusi pleura dan pneumotorak “ a. pengertian b. etiologi c. patofisiologi d. manifestasi klinis e. penatalaksanaan f. asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan pada psien dengan2 jam
Hj. Henti Sugesti, M.Kep
gangguan system respiratory : “ sindrom gawat dewasa “ a. pengertian b. etiologi c. patofisiologi d. manifestasi klinis e. penatalaksanaan f. asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan pada psien dengan gangguan system respiratory : “ Keganasan 3 ” a. pengertian b. etiologi c. patofisiologi d. manifestasi klinis e. penatalaksanaan f. asuhan keperawatan
2 jam
Irma Nur Amalia., M.Kep
a. 2.
Role Play Topik
Durasi
Departemen
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan 3 jam
Dosen
Cep Yusup Bahtiar, S.Kep
system respiratory
Ners
Elsa Nurmeida, S.Kep., N Di minggu ke 4 ini mahasiswa membuat video role play mengenai Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan system respiratory dengan tindakan yang harus dilakukan seperti suction, nebulize, perawatan thraceostomy, dan pearwatan WSD. Dibuat sebuah video dengan jelas sesuai dengan prosedur (SOP) masing-masing tindakan. a. 3.
Skill Lab Topik
Durasi
Departemen
Dosen
Perawatan WSD (Kelas besar)
2 jam
Hj. Henti Sugesti, M.Kep
Perawatan WSD (praktek mandiri)
2 jam
Deden Aji Jaelani, S.Kep., Ners Depi Lukitasari, S.Kep., Ners Cep Yusup Bahtiar, S.Kep., Ners Elsa Nurmeida, S.Kep., Ners
a. 4.
Film Topik
Durasi
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan 2 jam system respiratory
Departemen
Dosen
Deden Aji Jaelani, S.Kep Ners
Depi Lukitasari, S.Kep., N Film yang akan ditonton berkaiatan dengan topik role play video yang sudah dbuat oleh mahasiswa sebelumnya. Dalam kesempatan ini mahasiswa mempersentasikan hasil role play videonya dan
sebagian mahasiswa menjadi oponen untuk mengomentari hasil video yang sudah dibuat kelompok lainnya. a. 5. Field Study Topik
Durasi
Asuhan keperawatan pada pasien dengan5 jam gangguan system respiratory
Departemen
Dosen Deden Aji Jaelani, S.Kep., Ners Depi Lukitasari, S.Kep., Ners Cep Yusup Bahtiar, S.Kep., Ners Elsa Nurmeida, S.Kep., Ners
Mahasiswa akan melakukan penyuluhan tentang Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan system respiratory dengan sasaran SMP, SMA dan adik kelas kuliah. Jumlah Aktivitas Belajar Minggu IV Tutorial
: 6 jam
Kuliah Pakar : 8 jam Seminar
: 3 jam
Role play
: 3 jam
Skill lab
: 4 jam
Film
: 2 jam
Fieldstudy
: 5 jam
Total waktu aktivitas belajar minggu IV : 31 jam DAFTAR PUSTAKA Bulecheck, Gloria M, dkk (Ed). 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th Edition. Missouri: Elsevier. Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1. Jakarta : EGC. Carpenito, Lynda Jual. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 11. Jakarta: EGC Herdman, T. Heather (Ed). 2012. NANDA International: Nursing Diagnosis 2012-2014. Oxford:
Wiley Kusuma, Hardhi, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Yogyakarta : Media Action Publlishing Moorhead, Sue, dkk (Ed). 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition. Missouri: Elsevier.
JADUAL PERKULIAHAN MINGGU IV KELAS A No 1
2
3
Hari/ tanggal Senin, 12-01-2015
Selasa, 13-01-2015
Rabu, 14-01-2015
Jam
Pokok bahasan
08.30-11.40
Asuhan keperawatan pada pasien Efusi Pleura dan Pneumotorak
13.00- 15.30
Keganasan 3
08.30-11.30
Asuhan keperawatan pada pasien gangguan system respiratory
13.00-15.00
Bahasa Inggris
08.30-12.30
Skenario 4 STEP (1-5)
13.00-16.20
Penyuluhan Asuhan keperawatan pada pasien gangguan system respiratory
6.
Jum’at,17-01-2015
08.30-11.30
Skenario 4 STEP (6-7)
7
Sabtu, 18-01-2015
08.00-09.40
Sindrom gawat dewasa
09.40-11.40
Perawatan WSD
JADUAL PERKULIAHAN MINGGU IV KELAS B No 1
2
3
6.
7
Hari/ tanggal Senin, 12-01-2015
Selasa, 13-01-2015
Rabu, 14-01-2015
Jam
Pokok bahasan
08.30-11.40
Keganasan 3
13.00- 15.30
Asuhan keperawatan pada pasien Efusi Pleura dan Pneumotorak
08.30-11.30
Bahasa Inggris
13.00-15.00
Asuhan keperawatan pada pasien gangguan system respiratory
08.30-12.30
Penyuluhan Asuhan keperawatan pada pasien gangguan system respiratory
13.00-16.20
Skenario 4 STEP (1-5)
13.00-14.40
Skenario 4 STEP (6-7)
08.00-09.40
Sindrom gawat dewasa
09.40-11.40
Perawatan WSD
Jum’at,17-01-2015
Sabtu, 18-01-2015
UNIT BELAJAR V
Minggu 5 Setelah menyelesaikan minggu kedua mahasiswa mampu : 1. 1. Memahami tentang Asuhan keperawatan dengan pasien anak dengan RDS dan SIDS 2. 2. Memahami tentang trend issue gangguan pada system respiratory : HSNI, SARS, MERS dan Ebola 3. 3. Memahami dan menjelaskan tentang pertimbangan gerontologi 4. 4. Mempraktekan perawatan thraceostomy Aktivitas pembelajaran minggu kelima : 1. 1.
Tutorial
No. 1.
Topik
Durasi
Departemen
Dosen
Asuhan keperawatan dengan pasien anak 6 jam
Deden Aji Jaelani, S.Kep., Ners
“tolong aku tenggelam, gak bisa nafas nih”
Depi Lukitasari, S.Kep., Ners
Cep Yusup Bahtiar, S.Kep., Ners Elsa Nurmeida, S.Kep., Ners
SKENARIO 5 Tolong!!!!! Aku tenggelam… gak bias nafas nih !!! Seorang perempuan (Ibu Murni) berumur 36 tahun dirawat di ruang ICU untuk dilakukan
observasi akibat kecelakaan tenggelam di danau sejak 1 hari yang lalu. Pasien mengalami aspirasi cairan yang banyak saat kecelakaan. Terpasang oksigen per nasal kanul 6 L/menit dengan PO2 7580 mmHg, cairan iv diberikan untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit dan 40 mg furosemid (Lasix) diberikan melalui iv untuk hipervolemia. Pasien tampak gelisah dan cemas. Dari pemeriksaan fisik diperoleh tekanan darah 116/74 mmHg, suhu 36,6OC, nadi 106 x/mnt, pernapasan 28 x/menit, terdengar crackles, saturasi oksigen 84%. Berdasarkan hasil pemeriksaan, perawat berkolaborasi untuk pemeriksaan analisa gas darah (AGD) dan meningkatkan pemberian oksigen menjadi 8 L/mnt. Hasil AGD menunjukkan PO2 65 mmHg, pH 7,48 dam PCO2 32 mmHg. Gambaran X-ray dada tampak bercak infiltrasi dan ukuran jantung normal. Hasil AGD 1 jam berikutnya menunjukkan PO2 55 mmHg. Dokter mendiagnosa kemungkinan pasien mengalami ARDS dan menginstruksikan intubasi nasotrakeal serta ventilasi mekanik.. Kata kunci Tenggelam, ARDS Pertanyaan yang mungkin muncul 1. 1. Apakah dampak yang mungkin muncul akibat aspirasi cairan? 2. 2. Apakah alasan diberikan resusitasi? 3. 3. Apakah masalah keperawatan yang dialami pasien? 4. 4. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan? Konsep yang dipelajari : Asuhan keperawatan pasien dengan ARDS
Materi ARDS
1. A. Konsep ARDS 1. 1. Pengertian Acute respiratory distress syndrome (ARDS) merupakan kondisi hipoksemia berat dengan onset akut, infiltrat bilateral yang difus pada foto toraks dan penurunan compliance atau daya regang paru. Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Asbaugh dkk. American European Concencus Conference Committee (AECC) menyatakan pengertian ARDS sebagai sekumpulan gejala dan tanda yang terdiri dari 4 komponen, yaitu onset, oksigenasi, foto toraks, dan tekanan kapiler. Penyebab spesifik ARDS masih belum pasti. Banyak faktor penyebab yang dapat berperan pada gangguan ini sehingga ARDS tidak disebut sebagai penyakit, naum sebagai sindrom. Sepsis merupakan faktor risiko yang paling tinggi, mikroorganisme dan produknya (terutama endotoksin) bersifat sangat toksik terhadap parenkim paru dan merupakan faktor risiko terbesar kejadian ARDS. Insiden sepsis menyebabkan ARDS berkisar antara 30-50%. Aspirasi cairan lambung menempati tempat kedua sebagai faktor risiko ARDS (30%). Aspirasi cairan lambung dengan pH<2,5 menyebabkan penderita mengalami chemical burn pada parenkim paru dan menimbulkan kerusakan berat pada epitel alveolar. Faktor risiko dikelompokkan atas faktor risiko yang berasal dari paru dan luar paru. Faktor risiko yang berasal dari paru diantaranya pneumonia, aspirasi, kontusio paru, toxic inhalasi, tenggelam, pulmonary vasculitis, dan cedera reperfusi (transplantasi paru). Sedangkan faktor risiko yang berasal dari paru diantaranya sepsis, trauma mayor, transfusi, pankreatitis, bypass kardiopulmonar, berkaitan dengan kehamilan, emboli lemak, dan tumor lisis. 1. 2. Patogenesis Epitelium alveolar dan endotelium mikrovaskular mengalami kerusakan pada ARDS. Kerusakan ini menyebabkan peningkatan permeabilitas barier alveolar dan kapiler sehingga cairan masuk ke dalam ruang alveolar. Derajat kerusakan epitelium alveolar menentukan prognosis. Epitelium alveolar normal terdiri dari 2 tipe sel, yaitu sel pneumosit tipe I dan sel pneumosit
tipe II. Permukaan alveolar 90% terdiri atas sel pneumosit tipe I berupa sel pipil yang mudah mengalami kerusakan. Fungsi utama sel pneumosit tipe I adalah pertukaran gas yang berlangsung secara difusi pasif. Sel pneumosit tipe II meliputi 10% permukaan alveolar, terdiri atas sel kuboid yang mempunyai aktivitas metabolik intraselular, transport ion, memproduksi surfaktan dan lebih resisten terhadap kerusakan. Kerusakan epitelium alveolar yang berat menyebabkan kesulitan dalam mekanisme perbaikan paru dan menyebabkan fibrosis. Kerusakan pada fase akut terjadi pengelupasan sel epitel bronkial dan alveolar, diikuti dengan pembentukan membran hialin yang kaya protein pada membran basal epitel yang gundul (gambar 1). Neutrofil memasuki endotel kapiler yang rusak dan jaringan interstitial dipenuhi cairan yang kaya akan protein. Adanya mediator anti inflamasi interleukin-1-receptor antagonists, soluble tumor necrosis factor receptor, auto antibodi yang melawan interleukin/IL-8 dan IL-10 menjaga keseimbangan alveolar. 1. 3. Patofisiologis Perubahan patofisiologi yang terjadi pada ARDS adalah edema paru interstitial dan penurunan kapasitas residu fungsional (KRF) karena atelektasis kongestif difus. Keadaan normal, filtrasi cairan ditentukan oleh hukum Starling yang menyatakan filtrasi melewati endotel dan ruang interstitial adalah selisih tekanan osmotik protein dan hidrostatik. Q = K (Pc-PT) – D (c-t) Q
: kecepatan filtrasi melewati membran kapiler
Pt
: tekanan hidrostatik interstitial
K
: koefisien filtrasi
c
: tekanan onkotik kapiler
D
: koefisien refleksi
t
: tekanan onkotik interstitial
Pc
: tekanan hidrostatik kapiler
Perubahan tiap aspek dari hukum Starling akan menyebabkan terjadinya edema paru. Tekanan hidrostatik kapiler (Pc) meningkat akibat kegagalan fungsi ventrikel kiri akan menyebabkan peningkatan filtrasi cairan dari kapiler ke interstitial. Cairan kapiler tersebut akan mengencerkan protein interstitial sehingga tekanan osmotik interstitial menurun dan mengurangi
pengaliran cairan ke dalam vena. Kerusakan endotel kapitel atau epitel alveoli atau keduanya pada ARDS menyebabkan peningkatan permeabilitas membran alveoli-kapiler (terutama sel permeabilitas pneumosit tipe I) sehingga cairan kapiler merembes dan berkumpul di dalam jaringan interstitial, jika telah melebihi kapasitas akan masuk ke dalam rongga alveoli (alveolar flooding) sehingga alveoli menjadi kolaps (mikroatelektasis) dan compliance paru akan lebih menurun. Merembesnya cairan yang banyak mengandung protein dan sel darah merah akan mengakibatkan perubahan tekanan osmotik. Cairan bercampur dengan cairan alveoli dan merusak surfaktan sehingga paru menjadi kaku, keadaan ini akan memperberat atelektasis yang telah terjadi. Mikroatelektasis akan menyebabkan shunting intrapulmonel, ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (VA/Q) dan menurunnya KRD. Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya hipoksemia berat dan progresivitas yang ditandai dengan pernapasan cepat dan dalam. Shunting intrapulmoner menyebabkan curah jantung menurun 40%. Hipoksemia diikuti asidemia, mulanya karena pengumpulan asam laktat. Selanjutnya merupakan pencerminan gabungan dari unsur metabolik maupun respiratorik akibat gangguan pertukaran gas. Penderita yang telah sembuh dapat menunjukkan kelainan fungsi paru berupa penurunan volume paru, kecepatan aliran udara dan khususnya menurunkan kapasitas difusi. Kejadian ARDS dibagi dalam 3 tahap yang berlangsung dalam beberapa minggu sampai bulan. Tahap pertama yaitu tahap eksudatif yang ditandai dengan pembentukan cairan, protein serta sel inflamatori dari kapiler yang kemudian akan menumpuk ke dalam alveoli. Tahap kedua yaitu tahap fibroproliferatif dimana pada tahap ini akibat dari respon terhadap stimuli yang merugikan menyebabkan pembentukan jaringan ikat dengan beberapa perubahan struktur paru sehingga secara mikroskopik jaringan paru tampak seperti jaringan padat. Dalam keadaan ini pertukaran gas pada alveolar akan sangat berkurang sehingga tampilan penderita secara klinis seperti pneumonia. Tahap ketiga yaitu tahap resolusi dan pemulihan. Pada beberapa penderita yang dapat melampaui fase akut akan mengalami resolusi dan pemulihan. Edema paru ditanggulangi dengan transport aktif Na, transport pasif Cl dan transport H2O melalui aquaporins pada sel tipe I. Sementara protein yang yang tidak larut dibuang dengan proses difusi, endositosis sel epitel dan fagositosis oleh sel makrofag. Akhirnya reepitelisasi terjadi pada sel tipe II dari pneumosit yang berproliferasi pada dasar membrana basalis. Proses ini distimulasi oleh Growth factors seperti KGF. Neutrofil dibuang melalui apoptosis. Bagi beberapa penderita tetap dalam tahap fibrosis, dimana hal ini terjadi secara dini yaitu
pada hari ke 5-6 setelah diagnosa ARDS). Ruang alveolar akan dipenuhi oleh sel mesenkim dengan produk-produknya serta pembentukan pembuluh darah paru. Pembentukan jaringan fibrosis berkaitan dengan prognosa yang lebih buruk apalagi bila muncul prokolagen III secara dini pada cairan broncho alveolar lavage (BAL), maka mortalitas akan meningkat. 1. 4. Penatalaksanaan Penanganan ARDS difokuskan pada 3 hal penting yaitu (a) mencegah lesi paru secara iatrogenik; (b) mengurangi cairan di dalam paru; dan (c) mempertahankan oksigenasi jaringan. Inhalasi nitric oxide/prostasiklin akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah di paru sehingga secara nyata memperbaiki hipertensi pulmonum dan oksigenasi arteri. Tidak terdapat pengaruh terhadap tekanan darah sistemik, akan tetapi efek samping subproduk dari NO berupa peroksinitrit dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan paru.Oleh karena itu pengunaannya sangat ketat yaitu pada keadaan ekstrem dimana terjadi hipoksemia akut, gagal jantung kanan serta refrakter terhadap tindakan suportif yang biasa. Targeted Drug Treatment Terapi ini difokuskan pada regresi lesi patologi dan mengurangi jumlah cairan dalam paru. Sayangnya tidak ada bukti objetif akan keberhasilan metode ini. Surfactan sintetik secara aerosol (Exosurf) ternyata bermanfaat untuk ARDS pada neonatus, tetapi tidak pada ARDS . Pada suatu penelitian dengan cara pemberian langsung pada traktus trakeobronkial ternyata efektif. Kortikosteroid dosis tinggi dimaksudkan unutk mengurangi reaksi inflamasi pada jaringan paru , tapi sayangnya hasilnya tidak memuaskan, sehingga tidak direkomendasikan pada ARDS terutama pada fase awal. Beberapa sumber menyarankan pemberian metil prednisolon secara pulsed untuk mencegah fase fibrosis yang destruktif. Oleh karena metabolit oksigen mempunyai peran yang penting pada patogenesis ARDS melalui aktifasi neutrofil, maka pemberian antioksidan mungkin akan banyak banyak manfaatnya sebagai terapi yang spesifikk pada ARDS Pemberian N-acetylcysteine banyak memberikan harapan dan masih terus dilakukan penelitian2 Ketoconazol diharapkan dapat menghambat pelepasan TNF oleh makrofag, tetapi masih
diperlukan penelitian dalam jumlah sample yang lebih besar Diuretikum lebih ditujukan untuk meminimalkan atau mencegah kelebihan cairan, dan hanya diberikan bila eksresi cairan oleh ginjal terganggu, oleh karena itu cara paling baik untuk mencegah kelebihan cairan adalah dengan mempertahankan pengeluaran cairan yang adekuat.Dengan demikian penggunaan diuretikum tidak rutin, karena tidak sesuai dengan patogenesis ARDS. Transfusi darah diperlukan untuk menjaga kadar Hb lebih dari 10gr%, tetapi mengingat kemungkinan terjadinya TRALI maka tranfusi hanya diberikan bila ada oksigenasi jaringan yang inadekuat. Extracorporeal Oxygenation Extracorporeal membrane oxygenation (ECMO) adalah suatu sistem prolonged cardiopulmonary bypass yang banyak berhasil mengobati bayi baru lahir yang mengalami gagal nafas akibat aspirasi mekonium, hernia diapragmatika dan infeksi virus yang berat. Penggunaan EMCO untuk ARDS hasilnya masih controversial. Hasil yang baik diperoleh pada penderita ARDS karena trauma pada stadium dini yaitu kurang dari 5 hari. Proses penyapihan Saat yang tepat untuk mulai menyapih adalah bila sudah didapatkan perbaikan yang menetap dari fungsi respirasi ( berkurangnya kebutuhan O2 dan PEEP) , laju nafas, disertai dengan perbaikan gambaran Foto toraks. Secara umum proses penyapihan dapat berlangsung dengan mudah pada penderita tanpa kelainan paru primer. Kesulitan penyapihan terjadi bila infeksi belum teratasi, atau ada infeksi baru, hiperhidrasi, bronkospasme, anemia, elektrolit imbalans, gagal jantung, serta status nutrisi yang buruk. Dalam keadaan seperti ini maka penyapihan dilakukan secara bergantian bergantian antara pemakaian dengan ventelator dengan mode yang paling minimal (CPAP,PS) dan bernafas sendiri dengan T-valve yang dihubungkan ke tube endotrakeal, sehingga otot pernafasan terlatih dan ppada akkhirnya penderita benar-benar terlepas dari bantuan ventilator. PEEP yang rendah tetap dipertahankan selama proses penyapihan. Terapi umum yang diberikan pada penderita ARDS yaitu dengan menghilangkan penyebab, misalnya drainase pus, antibiotika, fiksasi pada fraktur tulang panjang. Sedasi dapat diberikan dengan kombinasi opiat benzodiazepin oleh karena penderita memerlukan bantuan ventilasi mekanik dalam jangka panjang. Peningkatan oksigenasi melalui perbaikan hemodinamik dengan memberikan cairan, obat vasodilator/konstriktor, inotropik, atau diuretikum. Keadaan ini dapat dicapai dengan cara meningkatkan curah jantung bila saturasi darah vena rendah; atau dengan cara
menurunkan curah jantung pada keadaan high out put state, sehingga pulmonary transit time memanjang. Intervensi dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak mengganggu sirkulasi secara keseluruhan. Terapi ventilasi bertujuan untuk mempertahankan oksigenasi jaringan. Ventilasi mekanik dengan intubasi endotrakeal merupakan terapi mendasar pada penderita ARDS bila ditemukan laju napas > 30 x/mnt atau terjadi peningkatan kebutuhan FiO2 > 60% (dengan menggunakan masker wajah) untuk mempertahankan PO2 sekitar 70 mmHg atau lebih dalam beberapa jam. Lebih spesifik lagi dapat diberikan ventilasi dengan rasio I:E terbalik disertai dengan PEEP untuk membantu mengembalikan cairan yang membanjiri alveolus dan memperbaiki atelektasis sehingga memperbaiki ventilasi dan perfusi (V/Q). Penderita dapat diberi terapi non invasif ventilasi tergantung tingkat keparahannya, seperti CPAP, BIPAP atau Positive Pressure Ventilation. Walaupun demikian metode ini tidak direkomendasikan bagi penderita dengan penurunan kesadaran atau dijumpai adanya peningkatan kerja otot pernapasan disertai peningkatan laju napas dan PCO2 darah arteri. Pemeriksaan AGD (analisa gas darah) dipakai sebagai parameter keberhasilan dan panduan terapi. Namun demikian hasilnya tidak harus mencapai nilai normal. Contohnya kadar CO2 diperbolehkan sedikit melebihi 50cmH2O atau disebut permissive hypercapnia; dan ternyata masih dapat memberikan hasil akhir yang lebih baik. Demikian juga saturasi O2 cukup bila mencapai 92%. Restriksi cairan/diuresis yang cukup akan mengurangi peningkatan tekanan hidrostatik di dalam kapiler paru maupun cairan paru. Dehidrasi berlebihan akan menurunkan perfusi jaringan dan mencetuskan gagal ginjal. Posisi prone akan memperbaiki V/Q karena akan mengalihkan cairan darah sehingga tidak terjadi atelektasis. Meski demikian tehnik ini tidak mempengaruhi angka mortalitas. Berdasarkan tingkat keparahan penyakit, mortalitas dalam sepuluh hari pertama pada kelompok dengan posisi prone lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang berbaring seperti biasa.
1. 2.
Kuliah Pakar Topic Lectures
- Asuhan keperawatan dengan pasien anak
Durasi 3 jam
Departemen
Dosen Ali Mustofa, S. Kep., Ners
dan SIDS a. pengertian b. etiologi c. patofisiologi d. manifestasi klinis e. penatalaksanaan f. asuhan keperawatan Trend Issue tentang gangguan system
3 jam
R.Nety Rustikayanti, M.Kep
2 jam
Erlin F, S.Kp
respiratory a. a. HSNI b. b. SARS c. c. MERS d. d. Ebola Pertimbangan gerontology
1. 3.
Seminar Topik
System Respiratory
Durasi 4 jam
Departemen
Dosen Cep Yusup Bahtiar, S.Kep., Ners Elsa Nurmeida, S.Kep., Ners
Seminar akhir blok dilakukan dengan mempresentasikan hasil diskusi kelompok tiap minggunya. 1. 4.
Skill Lab Topik
Perawatan Thraceostomy (Kelas Besar)
Durasi 2 jam
Departemen
Dosen
Irma Nur Amalia, S.Kep.,Ners
Perawatan Thraceostomy (Praktek mandiri)
2 jam
Deden Aji Jaelani, S.Kep., Ners Depi Lukitasari, S.Kep., Ners
Cep Yusup Bahtiar, S.Kep., Ner Elsa Nurmeida, S.Kep., Ners 1. 5. Seminar Topik Asuhan
Keperawatan
pada
Durasi pasien
dengan 4 jam
gangguan system respiratory
Departemen
Dosen Depi Lukitasari, S.Kep., Ners Deden Aji JAelani, S.Kep.,Ners
Mahasiswa akan mempersentasikan hasil field study nya dan memperlihatkan hasil dari penyuluhan yang yang sudah dilakukan oelh masing-masing kelompok.
Jumlah Aktivitas Belajar Minggu V Tutorial
: 6 jam
Kuliah Pakar : 10 jam Seminar
: 8 jam
Skill lab
: 4 jam
Total waktu aktivitas belajar minggu V : 28 jam DAFTAR PUSTAKA Bulecheck, Gloria M, dkk (Ed). 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th Edition. Missouri: Elsevier.
Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1. Jakarta : EGC. Carpenito, Lynda Jual. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 11. Jakarta: EGC Herdman, T. Heather (Ed). 2012. NANDA International: Nursing Diagnosis 2012-2014. Oxford: Wiley Kusuma, Hardhi, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Yogyakarta : Media Action Publlishing Moorhead, Sue, dkk (Ed). 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition. Missouri: Elsevier.
JADUAL PERKULIAHAN MINGGU V KELAS A No 1
2
3
5.
6.
7
Hari/ tanggal Senin, 19-01-2015
Selasa, 20-01-2015
Rabu, 21-01-2015
Kamis, 22-01-2015
Jumat , 23-01-2015
Sabtu, 24-01-2015
Jam
Pokok bahasan
08.30-10.10
Pertimbangan Gerontologi
13.00-15.00
Perawatan Thraceostomy
08.30-11.30
Asuhan keperawatan pada pasien gangguan system respiratory
13.00-15.00
Bahasa inggris
08.30-12.30
Skenario 5 STEP (1-5)
13.00-15.30
Asuhan keperawatan pada pasien gangguan system respiratory
08.30-11.40
Asuhan keperawatan pada pasien anak dengan gangguan ARDS dan SIDS
13.00-16.20
Trend Issue
08.30-10.10
Skenario 5 STEP (6-7)
13.00-15.00
Perawatan Thraceostomy
Sk
08.00-11.00
Perawatan WSD
Sk
JADUAL PERKULIAHAN MINGGU V KELAS B
No 1
2
3
5.
6.
7
Lampiran 1
Hari/ tanggal Senin, 19-01-2015
Selasa, 20-01-2015
Rabu, 21-01-2015
Kamis, 22-01-2015
Jumat , 23-01-2015
Sabtu, 24-01-2015
Jam
Pokok bahasan
08.30-10.10
Perawatan Thraceostomy
13.00-15.00
Pertimbangan Gerontologi
08.30-11.30
Bahasa inggris
13.00-15.00
Asuhan keperawatan pada pasien gangguan system respiratory
08.30-12.30
Asuhan keperawatan pada pasien gangguan system respiratory
13.00-15.30
Skenario 5 STEP (1-5)
08.30-11.40
Trend Issue
13.00-16.20
Asuhan keperawatan pada pasien anak dengan gangguan ARDS dan SIDS
08.30-10.10
Perawatan Thraceostomy
10.10-11.30
Skenario 5 STEP (6-7)
08.00-11.00
Perawatan WSD
Sk
Sk
PEMBAGIAN KELOMPOK TUTORIAL KELAS A
NIM
Nama Mahasiswa
1
4002130089
Rizki helfiawan
2
4002130041
Ajeng septiani
3
4002130100
Ai siti rohmah
4
4002130023
Asep ahmad tajiri
5
4002130151
Asep sajidin
6
4002130016
Desi oni yunizar
7
4002130008
Desi wulandari
8
4002130013
Devi wismawati
9
4002130098
Yusuf yuswandi
10
4002130071
Meiga murti
NIM
Nama Mahasiswa
1
4002130063
Elsa septiani suciawati
2
4002130002
Bintang Yulnanda
3
4002130156
Cipta tasbihan hermandi
4
4002130107
Satim
5
4002130194
Satria munggaran
6
4002130067
Riska fauzi astuti
8
4002130040
Siska luksita
9
4002130132
Danis januar
10
4002130096
Rabela
Kelompok
Fasilitator
Deden Aji Jaelani, S. Kep., Ners
Kelompok
Fasilitator
Depi Lukitasari, S.Kep., Ners
PEMBAGIAN KELOMPOK TUTORIAL KELAS A
NIM
NamaMahasiswa
1
4002130082
Kamal setiawan
2
4002130058
Eneng aida herdina
3
4002130043
Moch. Sidik Awaludin
4
4002130081
Revi suhaya
5
4002130019
Aurelius hoka
6
4002130033
Setiadi nugraha
7
4002130048
Rini nopitasari
8
4002130025
Meisyi Nurhasanah
9
4002130064
Tri Nur Rochyati
10
4002130009
Dian Rohaeni
NIM
NamaMahasiswa
1
4002130039
Moch. Abdul Aziz
2
4002130028
Ali firmawan
3
4002130120
Reni purnamasari
Kelompok
Elsa Nurmeida, S.Kep., Ners
Kelompok
4
4002130077 5
4002130118
Margareta nera rukmana
6
4002130015
Dyah ayu rahmawati
7
4002130153
Habib mubarok
8
4002130116
Suyepta
9
4002130038
Riska nurseli
10
4002130119
Nadya nurul azmi
Fasilitator
Cep Yusup B, S.Kep., Ners
Findra alfiani
4
Fasilitator
PEMBAGIAN KELOMPOK TUTORIAL KELAS B
NIM
NamaMahasiswa
1
4002130079 Cecep ahmad firdaus
2
4002130125 Akim
3
4002130027 Aprilia dea restika
4
4002130065 Dian lestari
5
4002130052 Artini
6
4002130099 Anna ulfiana
7
4002130026 Wahyu sandana
8
4002130103 Yupi erikahaki
9
4002130037 Sinta alviani
10
4002130084 Adi oktavianus
NIM
Kelompok
Fasilitator
Deden Aji Jaelani, S. Kep., Ners
1
NamaMahasiswa
1
4002130127 Rully nasrulah surahman
2
4002130018 Ali hidayat
3
4002130055 Asmarani
4
4002130117 Eka larasati
5
4002130024 Hendra
6
4002130105 Siska arini widyasari
7
4002130083 Reni sugihartini
8
4002130021 Mira rahmawati
9
4002130123 Ikhsan yadi G
Kelompok
Fasilitator
Depi Lukitasari, S.Kep., Ners
PEMBAGIAN KELOMPOK TUTORIAL KELAS B
NIM 1
4002130027
NamaMahasiswa
Kelompok
Dede hermawan Delista sholaihaini
2 4002130090
Elsa Nurmeida, S.Kep., Ners 3
3
4002130014
Andina mutiamanah
4
4002130053
Agus mulyadi
5
4002130032
Nurjanah
6
4002130088
Fani permatasari manurung
7
4002130060
Panji akbar
8
4002130080
Rani siti lailasari
9
4002130042
Sella eka yulia putri
NIM
NamaMahasiswa
1
4002130031
Dini restiani lestari
2
4002130050
Indra herdiawan
Kelompok
4
4002130012 4
4002130017
Reza nugraha
5
4002130054
Dhevit wijaya
6
4002130062
Emiliana
7
4002130020
Ridwan nugraha
Fasilitator
Cep Yusup B, S.Kep., Ners
Siti hamidah
3
Fasilitator
8
4002130022
Melantri
9
4002130130
Ulan tari
Lampiran 2 PANDUAN PANDUAN PENUGASAN EVIDENCE BASED NURSING Merupakan hasil diskusi setiap pemicu, yang menggambarkan pemahaman materi dan pencapaian sasaran pembelajaran dalam pemicu. Laporan kelompok harus meliputi: 1. A. Pendahuluan •
1.
Penulisan kasus
•
2.
Daftar kata sulit
•
3.
Daftar petanyaan
1. B. Pembahasan 1. 1. Kasus (ditulis lagi) 2. 2. Jawaban kata sulit Contoh : Critical thingking = berfikir kritis (Potter & Perry, 2005) 1. 3. Jawaban pertanyaan Contoh : a. a)
Apakah stress itu ?
•
Stress adalah respon non-spesifik dari tubuh untuk permintaan lingkungan yang berlebihan (Asnar & Putra, 2009).
•
Stress adalah suatu keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan keseimbangan atau ekuilibrium dinamis seseorang (Wong, 2001)
1. C. Bagan/Skema/konsep solusi 2. D. Daftar Pustaka 3. E. Referensi pustaka (fotokopian/ketikan) wajib dilampirkan Jumlah halaman minimal 10 lembar, ketikan 1,5 spasi, Font Times New Roman, size 12, kertas A4, dijilid rapi dan cover makalah menggunakan kertas bufalo berwarna hijau tua, naskah asli bukan foto kopi. Laporan dikumpulkan kepada Tim Blok paling lambat 3 hari setelah tugas diberikan oleh tim blok lalu diserahkan kepada koordinator blok untuk dievaluasi dan dinilai. Tempat pengumpulan di ruang dosen S1 keperawatan di letakkan di tempat yang sudah disediakan dan jangan lupa untuk menandatangani bukti penyerahan tugas yang sudah disediakan.
Contoh Cover Laporan :
Lampiran 3 FORMAT PENILAIAN SEMINAR
TANGGAL
: _____________________________________________________
MATA AJARAN
:______________________________________________________
JUDUL
:______________________________________________________
KELOMPOK PENYAJI
:______________________________________________________
NAMA KELOMPOK
:______________________________________________________
No ASPEK YANG DINILAI
Nilai
KET
0
1
1
Kejelasan isi makalah
2
Penggunaan tata bahasa yang tepat
3
Ketepatan dalam pemberian penjelasan
2
3
4
dan jawaban yang rasional 4
Kemempuan
kelompok
memotivasi
peserta diskusi 5
Kreativitas dalam pelaksanaan penyajian
6
Metode
atau
media
dalampenyajian
kelompok 7
Peran serta anggota kelompok
8
Kelengkapan penggunaan daftar pustaka
9
Bahan
(referensi)
dibagikan
kepada
peserta 10 Ketepatan dalam penggunaan waktu
Keterangan : Nilai = Jumlah nilai 10 Nilai
4 = baik sekali 3 = baik 2 = cukup
Penilai
1 = kurang 0 = tidak dilakukan
Lampiran 4 FORMAT PENILAIAN ROLE PLAY
(____________________________)
TANGGAL
: _____________________________________________________
MATA AJARAN
:______________________________________________________
JUDUL
:______________________________________________________
KELOMPOK PENYAJI
:______________________________________________________
NAMA KELOMPOK
:______________________________________________________
No ASPEK YANG DINILAI
Nilai
KET
0
1
1
Kejelasan tema/topic
2
Penggunaan tata bahasa yang tepat
3
Kejelasan karakter
4
Kejelasan
isi
(keterkaitan
dengan
tema/topic) 5
Kejelasan setting
6
Kejelasan alur (sistematika pelaksanaan cerita)
7
Kemampuan
kelompok
memotivasi
peserta 8
Peran serta anggota kelompok
9
Kreativitas dalam penampilan
10 Ketepatan dalam penggunaan waktu
2
3
4
Keterangan : Nilai = Jumlah nilai 10 Nilai
4 = baik sekali
Penilai
3 = baik 2 = cukup 1 = kurang 0 = tidak dilakukan
(____________________________)