BISNIS KELUARGA DAN KESINAMBUNGAN USAHANYA Oleh: Putra Wisnu Agung (Dosen FE-UNSA)
ABSTRACT Everyone who wanted to deepen his knowledge of business development, both nationally and internationally, generally will find various discussions, reports, studies on the success of the development of the family business. Rarely are writers who are interested in the family business mebahas unsuccessful. This is understandable because in general the reader more like something that works. We can find a variety of books about big companies and successful business leaders to be "big" like. Honda, Unilever, Dupont, General Motors, Microsof, Apple and others. In the media we read the image begins efforts of family business like The Bottle Sosro, Gudang Garam, needles etc, all started by an entrepreneur who shows his skill and success in taking opportunities and mengekspansikan enlarge his business. a family of successful compa be great. Key Word : Family Business And Sustainability Its Business
BISNIS KELUARGA Dalam pembahasan perkembangan bisnis keluarga penulis akan memusatkan perhatian kepada bisnis keluarga yang berhasil mengembangkan diri dan menempatkan usahanya dalam lingkungan bisnis modern. Semakin besar dan bervariasi usahanya , maka semakin besar pula sumbangannya terhadap penciptaan lapangan kerja bukan saja pada level buruh tapi juga ketingkat pimpinan. Suatu usaha keluarga yang berhasil dapat dikatakan sebagai penyumbang pendapatan Negara atau bahkan bisa
mejelma menjadi asset nasional.
Sebaliknya bila usaha keluarga ini mengalami kesulitan dan usahanya harus dipisah-pisah karena adanya masalah intern maupun extern, maka ini dapat dianggap sebagai penghamburan sumber daya (waste of resources). Sehingga, penulis berpendapat bahwa kita perlu mempelajari seluk beluk keberhasilan usaha keluarga dan kesinambungannya. Faktorfaktor apakah yang mnguatka dan melemahkan mereka ditinjau dari sudut Ekstern dan Intern organisasinya.
31
FAKTOR-FAKTOR INTERN Usaha keluarga dilihat dari sudut intern mempunyai kelemahan dan kekuatan yang sebagian dapat dilihat sebagai cermin perkembangan bisnis pada umumnya.
TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN Dalam suatu usaha keluarga yang menjadi besar karena usaha yang dirintis oleh pendirinya, pada umumnya adalah sang Ayah yang bertindak sebagai figure dominan dan sebagai pusat kekuasaan maka pengambilan keputusan bias dilakukan lebih cepat. Terutama kalau usaha keluarga itu masih berbentuk pabrik (misalnya pabrik rokok, pabrik textile). Tetapi bila usahanya sudah melakukan exspansi dan semakin bervariasi maka pemusatan kekuasaan justru dapat menghambat perkembangan usaha keluarga tersebut. Pada tahap permulaan usahanya, sang ayah yang dominan itu belum memiliki anak yang diperkerjakan pada perusahaan karena anak-anaknya masih kecil atau masih menuntut ilmu diperguruan tinggi didalam negeri maupun diluar negeri. Setelah sang ayah berusia katakana 50-55 tahun, maka pada saat itu anak-anaknya telah selesai menuntut ilmu dan mempunyai bekal pengetahuan yang cukup baik dalam bidang manajemen maupun bidang lain. Anak-anak mungkin telah terbiasa berada didalam lingkungan yang berbeda dari lingkungan keluarganya dan bisnis ayahnya yang penuh dengan semangat kerja keras seperti yang dilakukan oleh ayahnya. Sementara itu, sang ayah tentu memiliki pembantu-pembantu yang setia dan pandai yang selama ini menjadi tulang punggung usaha ayahnya. Dilihat dari sudut pendididkan, pembantu-pembantu ini mungkin saja tidak pernah mengecap pendidikan tinggi. Namun, jika dilihat dari pengalaman dan pengetahuan praktis, mereka tidak kalah dari siapapun yang bergelar sarjana. Pada tahap berikutnya, dalam organisasi bisnis keluarga yang telah melakukan exspansi itu dalam realita telah terjadi proliferasi pusat kekuasaan
32
/pengambilan keputusan meskipun teoritis puncak kekuasaan masih berada dalam tangan sang ayah, situasi inilah yang mungkin akan menimbulkan berbagai kemungkinan seperti : 1. Sang ayah bersama pembantu-pembantunya masih merupakan pusat kekuasaan didalam pengambilan keputusan. 2. Sang ayah bersama anak-anaknya mungkin akan berkembang menjadi pusat kekuasaan didalam pengambilan keputusan pula. 3. Ayah, anak dan dibantu para professional muda akan berkembang menjadi pusat kekuasaan dan pengambilan keputusan. 4. Ayah, anak, menantu dan para professional dapat pula berkembang menjadi pusat kekuasaan dan pengambilan keputusan. 5. Bila usaha keluarga telah berkembang, biasanya akan membentuk sebuah holding company dimana anak perusahaan diberi otonomi penuh.
PROLIFERASI PUSAT KEKUASAAN : MENCIPTAKAN KETEGANGAN Bila pada tahap pertama konsentrasi kekuatan masih dapat dianggap sebagai kekuatan usaha keluarga setelah terjadinya proliferasi pusat-pusat kekuatan maka timbul berbagai kelemahan karena pusat-pusat kekuatan yang sedemikian banyak itu dalam realitasnya dapat berkembang menjadi aspek-aspek ketegangan yang pada gilirannya dpat digolongkan sebagai ‘kolone kelima’ atau usaha-usaha yang bersifat subversi terhadap organisasi induk. Mereka yang pernah mempelajari usaha keluarga dan mereka yang telah melihat bahwa pusat-pusat pengambilan keputusan telah mengalami proliferasi, mengetahui suatu usaha keluarga yang sukses dalam fase perkembangannya akan mengalami kesulitan karena dalam proliferasi tersebut terdapat benih-benih perpecahan. ‘kubu-kubu’ yang menciptakan ketegangan ini dalam realita akan mencari posisi untuk kepentingannya sendiri. Banyak contoh-contoh perusahaan keluarga yang akhirnya mengalami perpecahan walau core bisnisnya tetap sama.
33
UKURAN (SIZE) DAN PROLIFERASI Dalam suatu usaha keluarga yang berukuran kecil kemungkinan proliferasi pusat-pusat kekuasaan relatif masih kecil dan masih dapat dipertahankan lebih lama dibanding dengan usaha keluarga yang telah melakukan diversifikasi. Mungkin usaha keluarga mempunyai batas-batas ukuran mengingat suplay tenaga kerja dari pihak keluarga masih sangat terbatas. Mengambil tenaga professional juga tidak mudah karena mereka yang memiliki semangat wiraswasta tidak akan bersedia menjadi pekerja diperusahaan keluarga. Masalah yang paling sering terjadi didalam perusahaan keluarga yang sudah melakukan diversifikasi ialah masalah pengawasan mereka yang diserahi tanggung jawab sering berjalan sendiri-sendiri.
PERKEMBANGAN USAHA KELUARGA DAN KEUANGAN Umumnya wiraswasta tradisional di dalam mengembangkan usahanya lebih memilih memakai modal sendiri, sedapat mungkin mereka menghindari pinjaman dari luar. Namun, sejalan dengan perkembangan lingkungan bisnis konsep tersebut diatas sudah tidak bisa lagi dipertahankan mereka mau tidak mau harus menarik modal dari luar kalau tidak ingin usahanya hancur karena kerasnya persaingan. Oleh karena itu usaha keluarga yang sudah melakukan diversifikasi harus mempunyai akses kepasar uang. Ini berati bahwa untuk mengembangkan suatu usaha dalam arena bisnis modern tidak mungkin bisa dilakukan tanpa melakukan pinjaman dari pihak luar atau masuk dalam pasar uang. Disinilah mulai dituntut perusahaan keluarga harus dikelola secara modern dengan melibatkan para professional dalam bidang usaha dan keuangan. Perkembangan usaha dan tuntutan tambahan modal inilah yang banyak mendorong usha keluarga akhirnya mengalami metamorphosis menjadi Perusahaan Perseroan (PT) walaupun kebanyakan saham-saham terbesarnya masih banyak yang dipegang oleh pendiri.
34
BANK DAN SANG KELUARGA Campur tangan pihak bank dalam melakukan kelayakan usaha keluarga tidak saja hanya meneliti tertib organisasi, administrasi, laporan keuangan, nilai jaminan. Namun, juga komposisi dan struktur kekuasaan keluarga dalam arti siapakah yang akan menjadi penerus usaha keluarga itu. Para bankir akan menggunakan berbagai cara untuk menilai calon penerus. Pengalaman para bankir bahwa bila sang pendiri telah tiada maka akan timbul semacam perebutan kekuasaan sehingga perusahaan akhirnya akan hancur, dari pengalampengalaman inilah maka banyak bank-bank tidak segan-segan memberikan konsultasi manajemen kepada calon debiturnya.
USAHA KELUARGA DAN TIPE BISNIS Usaha keluarga dapat pula dibedakan berdasarkan tipe usahanya misalnya, industri, perdagangan, perkebunan, perbankan, jasa. Pada tahap pertama, kita melihat bahwa usaha keluarga brgerak di bidang perdagangan, kemudian untuk menjamin suplai bahan-bahan industri mereka bergerak dalam sektor industri. Setelah memasuki sektor ini mereka pada umumnya akan memasuki sektor perbankan, transportasi, asuransi. Proses tranformasi inilah yang menjadi cikal bakal industri konglomerasi. Dalam tahap ini persaingan antar usaha keluarga mulai terjadi, usaha keluarga yang tidak bisa berkembang akan mati atau dibeli oleh usaha keluarga yang sudah besar (akuisisi) ada juga yang lalu melakukan merger. Di Indonesia sebesar apapun sebuah perusahaan baik yang sudah go public maupun yang belum masuk dalam lantai bursa pada umumnya adalah usaha keluarga.
SEMANGAT PENDIRI Semangat kewiraswastaan merupakan salah satu aspek kekuatan yang berhasil memperbesar bisnis keluarga dan menjadi pusat pengambilan keputusan. Sebaliknya musuh
35
intern terbesar ialah berkembangnya proliferasi pusat kekuatan sehingga terciptalah puluhan pusat pengambilan keputusan atau yang dapat dilihat sebagai kubu-kubu yang dapat menimbulkan ketegangan. Penambahan pusat pengambilan keputusan/ kubu-kubu yang menimbulkan ketegangan ini berkembang sejalan dengan tumbuhnya anggota keluarga yang telah mengecap pendidikan tinggi dan menduduki posisi manajer dalam organisasi. Pusatpusat pengambilan keputusan/ kubu-kubu ini berkembang menjadi fraksi-fraksi yang dapat berkembang menjadi salah satu penyebab keruntuhan/perpecahan usaha keluarga tersebut. Dalam kondisi begini seorang pendiri akan dihadapkan pada suatu dilemma bagaimana mempertahankan keutuhan usaha keluarga setelah pendiri (ayah) yang merupakan figur dominan itu sudah tidak lagi aktif dalam dunia bisnis. Bila ia mengundurkan diri karena usia maka ia mungkin dapat menjadi figur pemersatu tetapi bila karena meninggal maka kemungkinan perpecahan dalam usaha keluarga bisa saja terjadi.
FAKTOR-FAKTOR EKSTERN Selain
faktor-faktor
intern
diatas,
bagaimanapun
kesinambungan
usaha
keluargakbertalian erat dengan faktor-faktor extern. Salah satu faktor ekstern itu adalah sarana bisnis. Perkembangan sarana bisnis merupakan salah satu faktor penting dalam penentuan kontinuitas usaha swasta. Pembahasan faktor ekstern tidak akan mencakup semua aspek, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan komentar dari mereka yang lebih berpengalaman.
IKLIM USAHA Iklim bisnis yang menggairahkan yang ditentukan oleh lingkungan merupakan salah satu faktor ekstern yang turut membantu mengembangankan usaha keluarga. Iklim bisnis yang tidak kondunsif umpama disebabkan karena situasi politik dan sosial juga akibat
36
persaingan yang tidak sehat antara usaha besar dengan usaha kecil akan sangat menghambat perkembangan dan kesinambungan usaha keluarga. Dsinilah perlunya peranan pemerintah untuk ikut campur tangan terutama dalam bidang regulasi.
MASYARAKAT DAN BISNIS Salah satu faktor yang penting yang juga harus diperhatikan oleh dunia usaha, khususnya usaha keluarga, ialah pandangan masyarakat terhadap bisnis. Bila usaha keluarga itu masih bersifat sederhana maka masyarakat akan memperlihatkan sikap dan pandangan yang positif. Namun, bila perusahaan tersebut telah membengkak dan meliputi berbagai sektor kegiatan bisnis maka masyarakat mulai memperlihatkan pandangan yang berbedabeda, ada yang positif ada pula yang negatif. Memang tidak mengherankan kalau ada sebagian masyarakat yang memeperlihatkan pandangan yang negatif terhadap usaha-usaha keluarga yang mulai besar, mulai melakukan diversifikasi, mulai merambah ke beberapa sektor biasanya lalu dianggap bisa mematikan usaha kecil dan menengah. Pandangan negatif masyarakat terhadap usaha besar inilah yang kadang-kadang dimanfaatkan untuk kepentingan politik sehingga akibatnya akan berdampak terhadap keseluruhan iklim usaha.
PROFESINAL, MAMPU MEMILAH ANTARA URUSAN BISNIS DAN KELUARGA Banyak orang memiliki pandangan negatif terhadap bisnis keluarga, misalnya pandangan kalau bisnis keluarga meruapakan sarang nepotisme, tidak efektif, mudah terjadi konflik antara bisnis dan intern keluarga, dan lain sebagainya. Meskipun demikian, bisnis keluarga tetap memiliki kelebihan. Pelaku bisnis keluarga dan pekerjaaannya biasanya akan lebih merasa memiliki terhadap bisnis yang mereka jalani karena mereka yang mendirikan dari awal. Oleh karena itu , kelangsungan dan perkembangan serta kesejahteraan pekerja merupakan tanggung jawab bersama. Dengan adanya rasa tanggung jawab bersama inilah,
37
mereka cenderung meningkatkan kinerja perusahaan demi untuk kemajuan perusahaan. Akibatnya kadang-kadang dalam bisnis keluarga batasan antara bekerja dengan urusan keluarga menjadi sangat bias. Faktor inilah yang sering dikatakan bahwa kebanyakan bisnis keluarga dijalankan dengan tidak professional., masih menyampur adukkan antara kepentingan bisnis dan keluarga.
KESIMPULAN Fakta menyatakan bahwa hanya ada beberapa bisnis keluarga yang dapat bertahan setelah generasi pertama. Oleh karena itu, suksesi merupakan salah satu tahapan penting dan menentukan bagi kelanjutan bagi sebuah bisnis keluarga. Berdasarkan Moris.et.al (1996) faktor-faktor yang mempengaruhi suksesi bisnis keluarga dapat kita kelompokkan menjadi tiga. Katagori pertama yang sangat mempengaruhi suksesi bisnis keluarga adalah kegiatan perencanaan dan pengendalian. Katagori yang kedua adalah hubungan personal antara keluarga dan karyawan dalam dan luar keluarga di perusahaan, terutama kepercayaan dan komunikasi antara anggota keluarga. Katagori terakhir yang sangat berpengaruh terhadap bisnis keluarga adalah kaderisasi untuk penerus usaha. Menurut Brouckhaus (2004) hal terpenting yang paling berpengaruh terhadap suksesi adalah sikap keluarga. Sikap keluarga yang tidak mendukung calon penerus akan berpengaruh buruk terhadap kelanjutan bisnis keluarga. Oleh karena itu penerus yang potensial harus mendapat dukungan, kepercayaan dan sikap positif dari seluruh keluarga. Suatu anggapan yang salah bila bisnis keluarga selalu diasosiasikan dengan bisnis kecil. Didunia ada Walmart, Samsung, Tata Group yang terbukti sukses dan bersaing dalam bisnis iternasional. Mengapa ada bisnis keluarga yang berkembang menjadi besar dan mendunia, tepai ada yang tetap kecil dan akhirnya malah mati? Ini kuncinya: Bisnis keluarga yang
38
berkembang menjadi besar mampu memadukan konsep manajemen modern dengan nilainilai keluarga yang menjadi cirri khas mereka dibanding dengan para kompetitornya.
REFERENSI Aaker, D.A., Kumar, V, & Day, G.S., 1995, Marketing Research (5th ed)., New York: John Willey & Sons, Inc. Cardozo, R.N., 1968, Segmenting Industrial Market, dalam Robert L. King (Ed), Marketing and the new science of Planning, Chicago: American Marketing Association, Pp. 43340. Green, P.E., 1977, A New Approach of Market Segmentation, Business Horizon, Februari, Pp. 61-73. Kasali, R., 1996, Pemasaran dengan Analisis Cohort, Majalah Cakram, Januari, Pp. 50-51. Kotler, P. 1997, Marketing Management: Analysis, planning, implementaion, and control (9th. Ed.), New Jersey: Prentice-Hall. Kotler, P., 1980, Principles of marketing. New Jersey: Prentice-Hall. Lancaster, K.J., 1966, A New Approach to Consumer Theory”, journal of Political Economy, 74, April, Pp. 132-57. Punj, G. & Stewart, D.R, 1983, Cluster Analysis in Marketing Research: Review and Suggestions for Application”, Journal of Marketing Research, XX (May).
39