25 K
Institut Teknologi Bandung Departement of Civil Engineering
Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia
perak MRK
PERMASALAHAN PEMBOROSAN/BIAYA-TAK-PERLU PADA PELAKSANAAN KONSTRUKSI DI INDONESIA Ratna Sumantri Sanusi1, Sulistyoweni2, dan Bambang Trigunarsyah3 ABSTRAK: Proyek konstruksi berkembang sangat kompleks. Perkembangan kontrak manajemen atau spesialisasi pekerjaan menjadikan kegiatan konstruksi menjadi terpilah-pilah, sehingga sering kali menimbulkan masalah-masalah, seperti inefisiensi, yang mengakibatkan biaya-biaya tidak perlu/ pemborosan yang sangat signifikan, dan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap menurunnya performance dan produktivitas. Makalah ini membahas beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan permasalahan pemborosan konstruksi. Sebagai bagian awal dari penelitian yang lebih besar, tujuan utama dari makalah ini adalah untuk mengidentifikasi permasalahan pemborosan/biaya-tak-perlu pada pelaksanaan proyek konstruksi. Pendekatan utama yang digunakan adalah melalui studi literatur. Studi literatur dimulai dengan cara pemahaman menyeluruh mengenai definisi pemborosan serta metodemetode identifikasi pemborosan tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan identifikasi hasil penelitianpenelitian mengenai biaya-tidak perlu/pemborosan pada proses pelaksanaan konstruksi, baik di Indonesia maupun dari beberapa negara. Pemahaman yang menyeluruh tentang pemborosan dikaitankan dengan beberapa teori atau metode dengan usaha-usaha untuk mengurangi atau bahkan mengeliminasi pemborosan seperti Value Engineeering dan Lean Construction. Selanjutnya rangkuman mengenai biaya tidak perlu/pemborosan konstruksi dilakukan melalui pendekatan yang sistimatik. Penelaahan pemborosan diarahkan pada pengertian konsep pemborosan, yaitu menekankan pada awal proses terjadinya pemborosan. Konsep Pemborosan ini meliputi variabel-variabel “yang tak diperlukan” dalam proses konstruksi, yang dapat mempengaruhi tercapainya target akhir proses konstruksi tersebut. Dari penelaahan berbagai literatur tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep pemborosan dalam konstruksi (Concept of Waste) adalah biaya-tak-perlu (unnecessary cost), kegiatan-kegiatan yang tidak memberikan nilai tambah (non-value-added activities), fungsi-fungsi yang tidak memberikan nilai tambah(non-valueadded function), informasi yang tidak memberikan nilai tambah (non-value-added information), inventori yang tidak memberikan nilai tambah (non-value-added inventory), value loss (non-quality work), dan rangkaian pergerakan sumber daya yang tidak terkontrol (uncontrolled flow of resources). KATA KUNCI: biaya tidak perlu/pemborosan, produksi-konstruksi, lean construction, value engineering, fungsi-tak-perlu.
1 2 3
MahasiswaProgram Doktor -Kekhususan Manajemen Konstruksi – Departemen Teknik Sipil,Universitas Indonesia, email : ratnaningsihssØ@mail.eng.ui.ac.id & email :
[email protected] Guru BesarDepartemen Teknik Sipil, Universitas Indonesia, email:
[email protected] Ketua Departemen Teknik Sipil, Universitas Indonesia, email :
[email protected]
1
25 K
Institut Teknologi Bandung Departement of Civil Engineering
Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia
1. PENDAHULUAN
perak MRK
1.1. Latar Belakang Proyek konstruksi berkembang sangat kompleks. Perkembangan kontrak manajemen atau spesialisasi pekerjaan menjadikan kegiatan konstruksi menjadi terpilah-pilah, sehingga sering kali menimbulkan masalah-masalah, seperti inefisiensi, yang mengakibatkan biaya-biaya tidak perlu/ pemborosan yang sangat signifikan, dan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap menurunnya performance dan produktivitas. Makalah ini berusaha untuk membahas mengenai permasalahan pemborosan yang lebih difokuskan pada pemborosan yang hanya terjadi pada tahap pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana berdasarkan penelitian, sering kali ditemukan pemborosan yang menunjukan tingkat yang sangat signifikan, umumnya diakibatkan karena inefisiensi dan inefektifnya penggunaan sumber daya sehingga berpengaruh terhadap faktor-faktor seperti biaya, waktu dan kualitas, yang dapat mengakibatkan masalahmasalah pemborosan yang ditandai dengan adanya over budget, overtime, dan kualitas, dll. Berdasarkan penjelasan tersebut, pemborosan dapat diterjemahkan secara umum sebagai “biaya-biaya-tak-perlu” yang dikeluarkan melebihi dari target biaya untuk mencapai target hasil tertentu. Peningkatan pemborosan ini mengakibatkan menurunnya performance pada hasil proses konstruksi. Dalam perkembangan Manajemen Konstruksi, untuk mengeliminasi pemborosan pada Industri Konstruksi dicoba digunakan usaha-usaha yang telah dilakukan pada industri manufaktur, seperti usaha-usaha industrialisasi: pabrikasi, modularisasi, dll. Selain itu, berkembang pula usaha pemecahan masalah pemborosan pada konstruksi melalui suatu sistem komputerisasi terpadu. Suatu cara untuk mengurangi fragmentasi (pemilahan) pada pekerjaan pelaksanaan konstruksi, yang diduga menjadi masalah utama penyebab masalah-masalah yang terjadi saat ini. Usaha lain yang sangat potensial dapat dilihat pada perkembangan manufaktur khususnya usaha eliminasi pemborosan, dimana indsutri manufaktur menjadi referensi dan sumber dari penemuan-penemuan pada industri konstruksi selama beberapa abad ini. Sebagai contoh, penerapan Value Engineering dan Lean Construction pada konstruksi. Walaupun dilakukan secara terpisah, keduanya dimulai dari industri manufaktur. Kedua teori ini menekankan pada usaha-usaha eliminasi pemborosan dan optimalisasi performance pada konstruksi, serta mengusulkan perubahan cara berfikir sebagai usaha untuk menghilangkan pemborosan. Perubahan cara berfikir untuk berhemat menjadi dasar pemikiran Value Engineering. Sedangkan perlu perubahan cara berfikir “Lean” menjadi dasar pemikiran Lean Construction. Penggabungan kedua teori ini secara terintegrasi diharapkan dapat memberikan pemahaman permasalahan pemborosan secara mendalam, dan memberikan alternatif lain dalam usaha untuk eliminasi pemborosan dan optimalisasi performance pelaksanaan konstruksi di Indonesia. 1.2. Definisi Pemborosan Pengertian pemborosan/biaya-tak-perlu dapat ditinjau berdasarkan kaitannya dengan beberapa teori yang menkhususkan pada usaha-usaha pengurangan pemborosan/biaya-tak-perlu melalui optimalisasi performance, seperti Value Engineering dan Lean Construction. Kedua teori ini berasal dari prinsip produksi yang diterapkan pada manufaktur dan kemudian diaplikasikan pada produksi-konstruksi. Value enginering adalah pendekatan kreatif dan terorganisasi yang bertujuan untuk mengoptimasikan biaya dan performance dari suatu fasilitas atau sistem (Dell’isola, 1973; Miles, 1972). Metodologi Value Engineering meliputi identifikasi biaya-biaya tak perlu (unnecessary cost) secara effisien, mendefinisikan fungsi dasar beserta mendistribusikan nilai, dan menghilangkan biaya-biaya tak perlu yang tidak
2
25 K
Institut Teknologi Bandung Departement of Civil Engineering
Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia
perak MRK
diperlukan untuk fungsi dasar, dengan sasaran optimisasi kualitas, fungsi, daur hidup, penampilan, spesifikasi pemilik proyek, dll. Teori Lean Construction lebih menitik beratkan bahwa proses konstruksi transformasi (perubahan bentuk) daripada proses konversi aktifitas (conversion), seperti yang terjadi pada proses konstruksi yang ada (Koskela, 2000). Dalam value engineering, pemborosan proyek didefinisikan sebagai biaya-biaya yang tidak diperlukan yang diakibatkan adanya non-added-value function dari suatu fasilitas atau sistem (Miles, 1972; Dell’isola, 1973). Sedangkan dalam teori Lean Construction (Koskela1992), Pemborosan didefinisikan sebagai penggunaan yang tidak efektif dan efisien terhadap alat, material, tenaga kerja ataupun modal kerja, yang jumlahnya lebih tinggi daripada yang seharusnya diperlukan untuk mewujudkan produksi suatu proyek konstruksi. Selain itu, menurut penelitian Koskela (1992), ditemukan pula suatu tipe pemborosan yang khusus pada konstruksi, yaitu value loss, yang dapat diuraikan sebagai berkurangnya produksi akibat kondisi yang suboptimal, sehingga kesimpulan observasinya nya secara umum tidak hanya menekankan pada basis pemborosan fisiknya saja. Sedangkan Formoso et al. (1999), mendefinisikan pemborosan sebagai menurunnya produktivitas/kualitas akibat adanya aktivitas-tidakperlu (non-adding value activity) yang mengakibatkan timbulnya biaya langsung/tidak langsung, tapi tidak menghasilkan added-value terhadap produk, dilihat dari sudut pandang pemilik proyek. Definisi pemborosan pada proyek konstruksi saat ini, seperti yang telah dilakukan oleh Alwi (2002), dari data-data penelitian yang ada, hanya menitik beratkan pada limbah material (waste on material on site). Pada umumnya, manajemen konstruksi mendefinisikan istilah pemborosan lebih pada pemborosan fisik konstruksi (physical waste or slid waste), daripada konsep pemborosan konstruksi yang sebenarnya terjadi. Secara umum, pemborosan meliputi limbah material (material waste), tertundanya proyek (delay), biaya tinggi (cost overrun), masalah kualitas, dll. Makalah ini lebih mengarahkan penelaahan pemborosan pada pengertian konsep pemborosan, menekankan pada awal proses terjadinya pemborosan, “bagaimana cara terwujudnya pemborosan tersebut”. Konsep Pemborosan ini meliputi variabel-variabel dalam proses konstruksi, “segala sesuatu yang tak diperlukan” yang dapat mempengaruhi tercapainya target akhir proses tersebut. 1.3. Metode-Metode Identifikasi Pemborosan Pada Proses Konstruksi. Salah satu metode pengamatan yang sering dilakukan yaitu pengumpulan data melalui questioner, pengamatan langsung, dan interview, seperti yang dilakukan oleh Alwi (2002), yang telah disesuaikan dengan kondisi tradisi konstruksi Indonesia yang ada. Metode lainnya adalah dengan work sampling, yaitu identifikasi pemborosan dengan cara mengamati beberapa sampling pekerjaan dan merekam serta menganalisa hasil yang terjadi. Selain itu juga ada metode Analisa Proses Konstruksi (Construction Process Analysis) (Lee et all 1999). Manajemen konstruksi mengalami kesulitan dalam mendeteksi keberadaan pemborosan pada proses konstruksi, alasan utama diakibatkan karena tidak adanya cara dan alat yang tepat untuk mendeteksi keberadaan pemborosan atau value. Model proses konstruksi tradisional tidak mengenal adanya perbedaan antara aktifitas-aktifitas yang menambah nilai (value added) dan yang tidak memberikan nilai tambah (non-value added). Analisa Proses Konstruksi (CPA) adalah salah satu metode yang efektif untuk identifikasi pemborosan pada proses konstruksi.CPA memfokuskan pada eliminasi 3 masalah utama yaitu Pemborosan, ketidak masuk akalan (irrationalty), dan ketidak konsistenan (inconsistency), serta investigasi keseluruhan aliran tahapan-tahapan dalam proses konstruksi dan melengkapinya dengan metode untuk memperbaiki aliran secara berkesinambungan dan menerus. Diagram CPA mengilustrasikan penggunaan teknik Analisa
3
25 K
Institut Teknologi Bandung Departement of Civil Engineering
Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia
perak MRK
Proses Konstruksi untuk identifikasi dan menghitung kuantitas pemborosan konstruksi . Hasil Analisa Proses Konstruksi ini hanya dapat menganalisa beberapa pemborosan yang diakibatkan oleh: proses/aktifitas-tak-perlu, pergerakan manusia-tak-perlu, pergerakan material-tak-perlu, waktu menunggutak-perlu, dan inventori. CPA belum dapat mengidentifikasi dan menghitung kuantitas defects, dan over produksi serta over disain. Studi penerapan value engineering baik pada komponen ataupun sistem yang terdapat dalam proses konstruksi telah banyak dilakukan. Analisa fungsi dasar yang merupakan metode utama penerapan value engineering, mengkonsentrasikan tingkatan kepentingan fungsi komponen/sistim, dengan mempergunakan prosedur FAST (Function analysis System Techniques) diagram. Value engineering memberikan satu kemungkinan untuk menghilangkan Fungsi yang tidak diperlukan/Fungsi-tak-perlu (non-value-added function) (Miles, 1972). 2. PERMASALAHAN PADA PRAKTEK KONSTRUKSI TRADISIONAL DI INDONESIA Salah satu masalah utama yang dihadapi industri konstruksi, pada saat ini adalah masalah manajemen pengelolaan konstruksi. Berdasarkan pengamatan di lapangan, praktek manajemen konstruksi menjadi sangat kompleks. Perkembangan kontrak manajemen atau spesialisasi pekerjaan menjadikan kegiatan konstruksi menjadi terpilah-pilah, sehingga mengakibatkan inefisiensi dalam penggunaan resources, dan mengarah pada masalah biaya-biaya tidak perlu/pemborosan. Dari hasil penelitian yang ada, ditemukan biaya-biaya tak perlu/pemborosan konstruksi yang sangat signifikan pada praktek konstruksi di Indonesia, dan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap performance pada industri konstruksi. Pada saat ini proses konstruksi lebih menekankan pada rangkaian “aktifitas-aktifitas pada proses konstruksi” , berdasarkan penelitian-penelitian yang ada ditemukan bahwa sebenarnya proses konstruksi harus lebih difokuskan pada transformasi fisik, rangkaian perubahan fisik. Sehingga proses konstruksi saat ini menjadi tak terkontrol, terjadinya biaya-biaya tak perlu/pemborosan, dan menurunnya performance. Inefisiensi yang mengakibatkan adanya pemborosan pada suatu proyek konstruksi ditentukan oleh masalah-masalah pada pengelolaan manajemen, serta kontrol terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan biaya, waktu, dan kualitas. Masalah-masalah yang berhubungan dengan aspek-aspek tersebut dapat diuraikan secara detail sebagai berikut. (Lean Construction Institute): - Kontrol lebih ditekankan pada hasil monitor terhadap pekerjaan yang telah selesai, daripada bagaimana cara mewujudkannya. - Usaha untuk meningkatkan performance, pelaksanaan konstruksi yang ada mencoba untuk memperbanyak aktivitas-aktivitas dari setiap pekerjaan, tapi akibat yang terjadi malah mengakibatkan ketidak jelasan dan lebih rumit sehingga menurunkan performance. - Pada proses konstruksi yang ada, akibat lebih menekankan pada rangkaian aktifitas-aktifitas, sering kali terjadi adanya sequence proses yang tidak perlu sehingga mengakibatkan pemborosan/biaya-tak-perlu.Selain itu pula proses konstruksi bukan lagi merupakan proses value yang berkesinambungan, sebagai akibat adanya perkembangan kontrak manjemen atau spesialisasi sehingga praktek pelaksanaan konstruksi menjadi terpilah-pilah. - Pada tradisi konstruksi, pelaksanaan konstruksi lebih menekankan pada Schedule, deadline Schedule proyek, sehingga bukan proses pelaksanaannya yang diutamakan, tapi bagaimana mencapai target Schedule yang telah ditetapkan diawal. - Pengambilan keputusan lebih menunggu keputusan terpusat (sentralisasi) sehingga menyebabkan proses keputusan yang memakan waktu dan proses yang panjang.
4
25 K
Institut Teknologi Bandung Departement of Civil Engineering
Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia
perak MRK
3. KONSEP PEMBOROSAN 3.1. Hasil Penelitian tentang Pemborosan (waste) konstruksi. Identifikasi pemborosan konstruksi meliputi data hasil penelitian lapangan tentang pemborosan (waste) konstruksi. Selain hasil penelitian di indonesia, pengumpulan data tentang identifikasi pemborosan pada proyek konstruksi juga dilakukan dengan membandingkan hasil penelitian dari beberapa negara lain. Menurut Love (1996), banyak ditemukan adanya aktifitas-aktifitas yang tidak diperlukan selama proses konstruksi, yaitu aktifitas yang memerlukan waktu dan usaha ekstra tanpa nilai tambah untuk pemilik proyek. Sejak tahap awal proyek konstruksi, manajer konstruksi sebaiknya sudah melibatkan semua faktor penyebab yang mungkin dapat berakibat negatif pada proses konstruksi, yaitu pemborosan yang meliputi delay, biaya, kualitas, kurangnya keamanan konstruksi, pekerjaan ulang, pergerakan yang tidak perlu, jarak jauh, pemilihan manajemen yang salah, metode atau alat, dan constructability yang kurang memadai (Serpel et al, 1995; Koskela, 1992; Ishiwata, 1997; Alarcon, 1993). Sedangkan menurut data dari Construction Industry Board, pemborosan meliputi kesalahan-kesalahan teknis/non-teknis, working out of sequence, aktifitas dan pergerakan yang berulang, keterlambatan atau terlalu dini input dan produk atau jasa yang tidak sesuai dengan persyaratan pemilik proyek. Alwi (2002) melakukan investigasi terhadap adanya pemborosan pada konstruksi di Indonesia, yang memfokuskan pada bangunan umum dan bangunan infra struktur, dimana dihasilkan identifikasi variabel pemborosan (waste variables) dan variabel penyebab pemborosan (waste causes variables). Beberapa faktor variabel pemborosan: pekerjaan perbaikan untuk pekerjaan finishing; waktu menunggu material; keterlambatan penyelesaian proyek; keterlambatan pengiriman material; sisa buangan material; dan kurangnya supervisi. Sedangkan variabel kunci penyebab terjadinya pemborosan: perubahan rancangan; lamanya menentukan keputusan atau persetujuan; kurangnya keahlian supplier/subkontraktor; metode pelaksanaan konstruksi yang tidak layak; kurangnya koordinasi antar para pihak terlibat; terlambatnya delivery material; perencanaan yang tidak matang; serta jadwal yang tidak tepat 3.2. Kaitan Pemborosan Konstruksi dengan Prinsip Produksi Manufaktur dari Lean Construction dan Value Engineering Pada akhir tahun 1980, muncul suatu perkembangan penerapan filosofi produksi pada konstruksi. Pendekatan ini didasarkan pada suatu filosofi produksi baru pada manufaktur, yang menekankan pentingnya teori-teori yang berhubungan dengan proses produksi (Singo 1988; Schonberger 1990; Plossl 1991). Prinsip produksi yang diterapkan sebagai prinsip produksi-konstruksi pada industri konstruksi disebut Lean Construction. Pada tingkatan tertentu, masalah yang diasosiasikan sebagai masalah produksi konvensional manufaktur, yaitu aspek flow, juga ditemukan sebagai masalah tradisi konstruksi saat ini. dimana manufaktur dengan philosophi barunya telah berhasil menangani masalah flow ini. Secara logis aspek flow pada konstruksi akan menunjukkan waste/pemborosan (aktifitas-aktifitas non value adding) yang sangat signifikan. Beberapa studi parsial dari beberapa negara dapat dipergunakan untuk memberikan indikasi adanya aktifitas-aktifitas non value adding pada konstruksi. Koskela (1992) menunjukkan, seperti pada manufaktur, konsep dasar manajement konstruksi adalah konversi atau berorientasi pada aktifitas-aktifitas. Proses konstruksi terlihat sebagai suatu rangkaian set aktifitasaktifitas, dimana setiap aktifitas dikontrol dan mengalami perbaikan secara berkesinambungan. Menurut Dell’Isola(1973) dan Miles (1972), pemborosan dapat banyak ditemukannya fungsi-fungsi-takperlu pada suatu komponen atau sistim yang dapat menyebabkan pemborosan. Berdasarkan pemahaman
5
25 K
Institut Teknologi Bandung Departement of Civil Engineering
Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia
perak MRK
penerapan value engineering, penyebab non teknis terjadinya pemborosan ini diakibatkan oleh beberapa variabel-variabel seperti faktor manusia, kurangnya perhatian pada biaya, kurangnya waktu untuk melakukan pekerjaan, dan akibat adanya infomasi yang kurang memadai/kurang baik. 3.3. Konsep Pemborosan Konstruksi (Concept of Waste) Konsep pemborosan menekankan pada awal proses terjadinya pemborosan, yaitu pada bagaimana cara terwujudnya pemborosan tersebut. Berdasarkan konsep pemborosan (Koskela 2000, Ohno1988), diidentifikasi adanya 7 macam pemborosan : - Yang didasarkan pada hubungannya dengan pergerakan material (the flow of material ): • Akibat Produksi yang berlebih(Waste of Overproduction) • Adanya Perbaikan (Waste of correction) • Pergerakan material(Waste of material movement) • Pada proses konstruksi(Waste of processing) • Inventory/logistik (Waste of inventory) - Yang didasarkan pada hubungannya dengan aktifitas manusia/tenaga kerja(the work of men) : • Waktu terbuang (Waste of waiting) • Gerakan/aktifitas yang tak perlu(Waste of motion) Pada awalnya, pemborosan diutamakan yang terjadi pada proses konstruksi, seperti tahap pergerakan material pada sistim produksi. Akan tetapi dari bukti yang ada (Ohno, 1988), menambahkan bahwa pemborosan juga terjadi pada penggunaan tenaga kerja dan alat/mesin. Dari hasil penelitian yang ada ditemukan pemborosan dalam bentuk masalah kurangnya kualitas. Hal ini mengakibatkan tingginya biaya pemeliharaan yang dikeluarkan pemilik proyek pada masa penggunaan fasilitas. Jika hal ini ditelusuri kembali dan dibandingkan dengan biaya konstruksi, maka prosentase terhadap total biaya konstruksi berkisar antara 10-20 % (termasuk design, konstruksi, use problem) (Cnudde, 1991). 3.4. Rangkuman Konsep Pemborosan Berdasarkan hasil pengamatan identifikasi pemborosan konstruksi, baik di beberapa negara maupun di Indonesia, serta pemahaman pemborosan yang dikaitkan dengan prinsip produksi-konstruksi dan metode/teori eliminasi pemborosan, maka permasalahan pemborosan lebih difokukans pada : - konsep waste, yaitu menekankan pada awal proses terjadinya pemborosan, yang terdapat pada phase proses konstruksi (Construction Process Phase). - konsep pemborosan (Concep of Waste), daripada physical Waste. Konsep Pemborosan ini meliputi variabel-variabel dalam proses konstruksi, “segala sesuatu yang tak diperlukan” yang dapat mempengaruhi tercapainya target akhir proses tersebut.
6
25 K
Institut Teknologi Bandung Departement of Civil Engineering
Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia
perak MRK
Construction process Waste CONCEPT OF WASTE Waste originates in priorphases of the production process
Construction Waste
Resulted
SCOPE OF THIS RESEARCH WASTE FOUND IN THE CONSTRUCTION PROCESS Waste as unnecessary cost (any inefficiency that results in the use of construction resources), non-value-adding activities, nonvalue-adding Function, Non-value-adding Information, Non-value-adding Inventory &Value loss(non-quality work). And Uncontrolled Construction Process Flow (Resources)
Construction process phase
PHYSICAL WASTE Waste resulted from the phase of its concurrence (Construction Solid Waste)
CONSTRUCTION DELAY
COST OVERRUN
QUALITY PROBLEMS
Post construction phase
TYPE KONSTRUKSI BANGUNAN Gambar 1. Konsep Pemborosan
4. PENUTUP Berdasarkan pada pemahaman pada pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa konsep pemborosan secara garis besar meliputi variabel-variabel, seperti : Biaya-tak-perlu pada penggunaan yang tidak efektif dan efisien pada material, tenaga kerja, dan alat (resources) Aktifitas-tak-perlu (non-value added activities) Fungsi-tak-perlu (Non-value added Function) Informasi-tak-perlu (Non-value added Information) Inventori-tak-perlu (Non-value-added Inventory) Masalah kualitas (non-quality-work/ value loss) Hubungannya dengan kontrol terhadap pergerakan sumber daya (Flow of Resouces), meliputi material (the flow of material ), aktifitas manusia/tenaga kerja (the work of men) dan Mesin/Alat. Untuk tahapan penelitian selanjutnya beberapa hal berikut perlu dilakukan: Kajian usulan perubahan cara berfikir, sebagai usaha untuk menghilangkan pemborosan dan optimalisasi performance, dimana lebih menekankan pada adanya perubahan cara berfikir untuk berhemat, yang menjadi dasar pemikiran value vngineering; serta perlu adanya perubahan cara berfikir “Lean” seperti yang menjadi dasar pemikiran lean construction. dengan adanya hubungan yang timbal balik antara pemborosan dan performance yang menjadi dasar pemikiran beberapa teori eliminasi pemborosan/optimalisasi performance, maka
7
25 K
Institut Teknologi Bandung Departement of Civil Engineering
Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia
perak MRK
pemahaman tentang penilaian performance pada proyek konstruksi menjadi penting, untuk itu dasar-dasar penilaian performance pada prinsip produksi philosophi baru manufaktur dijadikan sebagai bahan pembanding, seperti efektif, efisiensi, kualitas,produktif, profit, inovasi, serta kualitas lingkungan kerja, dipergunakan sebagai kriteria fungsi-fungsi yang terjadi setiap waktu. kajian penerapan secara terintegrasi prinsip-prinsip produksi konstruksi agar tercapainya pengurangan pemborosan untuk mendapatkan peningkatan performance yang optimal, yang pendekatanya melalui pemberlakuan produksi konstruksi sebagai Proses Rangkaian Fisik konstruksi, meliputi koordinasi work Flow, Konsep Pemborosan, dan diintegrasikan dengan Function Analysis, serta teori sistem integrasi/multi sistem/unit, dll.
5. REFERENSI Achsani, Noer azam., (2003), Sekilas Ekonomi Indonesia : “Sukses” Masa Lalu, Problema Masa Kini dan Tantangan Masa Depan, Diskusi Bulanan ISTEC Eropa 5 Juli 2003, Frankfurt, RFJ. Alarcon, Luis,(1996), Lean Construction, School of Engineering, Catholic University of Chile, Santiago, Chile. Alwi, S.; Hampson, K. And Mohamed, S.(2002), Factor Influencing Contractor Performance in Indonesia : A study of non-Value-adding activities. Proceedings of the International Conference on Advancementin design, construction, construction management & maintenance of building structure, Bali. Cnudde, M. (1991). Lack of Quality in Construction-Economic losses. European Symposium on Management, Quality and Economics in Housing and Other Building Sector, Lisbon. Dell’Isola, Alphonce J. (1973), Value Engineering in the Construction Industry, Construction Publishing Company. Ekonomi, 01 September 2003 , Dinilai masih banyak kelemahan UU Pengadaan Barang dan Jasa Konstruksi harus segera diterbitkan, Pikiran Rakyat, Indonesia. Formoso, C.T.; Issatto, E.L and Hirota, E.H.(1999). Method for waste control in Building Industry. Proceedings of the seventh Annual Conference of the International Group for Lean Construction, Berkeley-USA. Gunarso, 27 Februari 2003, Korupsi dan Citra Jasa Konstruksi, Suara Merdeka, Indonesia. Indonesia Aktual, 22 Desember 2003, Kualitas Produk Konstruksi Indonesia Belum Memuaskan, Merdeka News, Indonesia. Kompas, 21 April 2004, Dari sisi Domestik, Perekonomian RI Kuat, Finansial, Indonesia. Kontruksi Indonesia 2003, Indonesia Construction Towards Global Competitiveness, Indonesian Construction Conference 2003, Jakarta, Indonesia. Koskela, Lauri.(1992), CIFE Technical Report #72 – Stanford University : Application of The New Production Philosophy to Construction, VTT Building Technology, Finland. Koskela, Lauri.(2000), An exploration towards a production theory and its application to construction, VTT Technical Research Center of Finland, Finland. Lee, Seung-Hyun; Diekmann, James; Songer, Anthony D.; Brown, Hyman., Identifying Waste : Applications of Construction Process Analysis. Proceedings IGLC-7,Construction Engineering & Management, Univ. Of Colorado, Boulder., 26-28 July 1999,University of California, Berkeley, CA, USA Love, P.E.D.(1996), Toward Concurrency and Integration in Construction Industry. The 3rd ISPE International Conference on Current Engineering, Canada. Miles, Laurence D.(1972), Techniques of Value Analysis and Engineering, McGraw-Hill. Parker, Donald E.(1985), Value Enginerring Theory, The Lawrence D. Miles Value Foundation, Washington DC.
8
25 K
Institut Teknologi Bandung Departement of Civil Engineering
Peringatan 25 Tahun Pendidikan MRK di Indonesia
perak MRK
Recent Economic Reports, 30 July 1999, IMI, Potential Sources of Growth for Indonesia Economy, Embassy of The United States of America, Indonesia Royal, S.(1994) Development Strategy of Construction Industry in Indonesia. Workshop on Strategic Management in Construction Industry, Bandung. Serpell, A.; Venturi, A. And Contreras, J.(1995) Characterization of waste in Building Construction Project. In Alarcon, Luis(1997, ed.) Lean Construction, A.A. Balkema, Netherlands.
9