BAB V BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI
5.1
Uraian umum Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang
berkaitan didalamnya. Karena semakin banyaknya pihak yang berkaitan didalmnya, maka makin banyak pula pemikiran-pemikiran guna menyelesaikan masalah dalam suatu proyek. Diperlukan metode-metode yang cocok dalam menyelesaikan masalah didalam suatu proyek. Pengambilan metode yang digunakan juga harus mempertimbangkan banyak aspek yang akhirnya dipilih metode yang paling efisien dan pas yang digunakan dalam menyelesaikan proyek tersebut. Pada bab ini, akan diuraikan beberapa metode umum yang digunakan oleh kontraktor untuk menyelesaikankan beberapa unit pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan struktur.
5.2 1.
Pekerjaan Bored Pile Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan tersebut meliputi: a. Pembuatan Direksi Keet dan Work Shop. Direksi keet atau kantor lapangan dibuat dari kontainer yang dilengkapi perlengkapan meja, kursi, papan tulis dan alat tulis. dan work shop khususnya disiapkan untuk perakitan besi / rebar yang ditempatkan ditempat terbuka.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
1
BAB V b. Perakitan Besi / Rebar Pekerjaan besi lebih awal dikerjakan sebelum pekerjaan pengeboran dimulai, meliputi pembuatan spiral, pengikatan tulangan utama dan spiral pemasangan spacer serta pembuatan hook.
2.
Penentuan Titik Bor (Surveying) Pekerjaan survey ditujukan untuk membuat titik-titik yang akan dibor. Penandaan titik bor dipakai potongan besi atau kayu, titk-titik ini merupakan hasil perhitungan dan pengukuran dari gambar kelapangan dengan menggunakan alat theodolite. Titik-titik yang telah dibuat dijaga agar tidak bergerak atau bergeser, maka sebaiknya patok tersebut ditanam rata tanah dan diikat rafia/tambang sehingga titik tersebut dapat dengan mudah didapat kembali.
3.
Pekerjaan Pengeboran Tahapan dari pekerjaan pengeboran adalah: a. Mobilisasi alat bor ke lapangan dan set up alat. b. Tempatkan mata auger pada titik yang akan dibor, dan cheek verticality dari pada kelly bar. c. Lakukan Preboring pada kedalaman sampai maximum 5 meter jika belum terjadi keruntuhan. d. Preboring dilanjutkan tanpa mengambil tanah, hanya menghancurkan tanah.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
2
BAB V e. Pemasangan casing disesuaikan dengan kebutuhan atau sampel pada tanah yang tidak longsor. f. Pemasangan casing digunakan dengan menggunakan crane service dan dibantu dengan vibro kemudian jacking dengan jack hydraulic dari mesin bor. Pada pemasangan casing harus dichek verticalitynya karena hal ini yang menentukan kelurusan hasil pengeboran. g. Setelah
casing
terpasang
sempurna,
maka
dilanjutkan
dengan
pengeboran. h. Pengeboran dilakukan dengan auger, apabila tanah kondisi lepas, maka dilakukan dengan bucket bor. i. Pengeboran dilanjutkan sampai kedalaman yang diharapkan. j. Selama pengeboran dilakukan pengambilan sampel tanah untuk dilaporkan pada pengawas (tiap perubahan lapisan tanah).
4.
Pengecoran (Pouring Concrete) a. Setelah proses pembuatan lubang bor dinyatakan selesai maka proses pengecoran dapat segera dimulai. b. Stell cage yang telah dirakit di workshop dan dipasang spacer dimasukan secara pelan-pelan agar tidak merusak lubang yang sudah jadi. c. Pada ujung-ujung atas dipasang hook, untuk dikaitkan pada casing agar tidak jatuh atau lepas.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
3
BAB V d. Kemudian dilanjutkan pemasangan tremie, panjang tremie bervariasi sesuai kebutuhan. e. Tremi dipasang sesuai kedalaman yang direncanakan. f. Ujung atas dari tremie dipasangkan corong. g. Pada kondisi ini pengecoran sudah siap dimulai. h. Setelah truck mixer datang maka segera dibuat test slump dan silinder beton, slump 18 cm ± 2 cm i. Selanjutnya pengecoran segera dimulai dengan menuangkan concrete ke dalam bucket concrete pump. j. Pengecoran dilanjutkan secara bertahap, apabila sudah terasa berat maka pipa tremie dapat dicopot sesuai kebutuhan, dengan tetap menjaga agar ujung bawah tremie tetap tenggelam dalam concrete ± 2 meter. k. Setelah concrete penuh atau meluap, ditunggu sampai didapatkan fresh concrete sehingga dipastikan lobang telah terisi penuh concrete. l. Segera pipa tremie dan casing dicabut dengan vibro, maka proses pembuatan bored pile dinyatakan telah selesai. 5.
Pembuangan Tanah/Lumpur Pembuangan tanah/lumpur hasil pengeboran dilakukan pada malam hari pada jam dimana aktivitas dilingkungan kantor dinas sudah selesai. a. Selama pekerjaan pengeboran berjalan, maka tanah hasil pengeboran dikumpulkan dengan menggunakan alat excavator pada lokasi yang memungkinkan.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
4
BAB V b. Untuk lumpur yang kental dapat dicampurkan dengan tanah pengeboran yang kering. c. Setelah tumpukan tanah cukup untuk dibuang, maka segera dikeluarkan dari lokasi dengan menggunakan dump truck. d. Pembuangan tanah dapat dilakukan pada malam hari, agar tidak menggangu lalu lintas atau pekerjaan bored pile.
5.3
Pekerjaan Sheet Pile 1. Penentuan Titik Mulai Pemancangan Pekerjaan survey ditujukan untuk membuat titik-titik awal pemancangan. Penandaan titik awal dipakai potongan besi atau kayu. 2. Pekerjaan Pengeboran Tahapan dari pekerjaan pemancangan adalah: k. Mobilisasi alat pancang (vibro) ke lapangan dan set up alat. l. Buat kerangka panduan untuk meletakkan sheet pile agar tidak keluar dari jalur pemancangan
LAPORAN KERJA PRAKTEK
5
BAB V
m. Pemancangan dilakukan dari satu sisi secara berurutan sesuai arah panah.
n. Pemancangan dilakukan secara menerus tidak terputusdan tidak boleh acak sampai ke kedalaman rencana .
LAPORAN KERJA PRAKTEK
6
BAB V o. Selama pemancangan di cek vertikalitasnya. p. Setelah selesai permukaan atas sheet pile dipotong/diratakan dengan alat las
5.4
Pekerjaan Galian 1.
PROSEDUR PELAKSANAAN PERSIAPAN Sebelum memulai pekerjaan galian tanah, semua bagian yang terlibat harus terlebih dahulu memahami bahwa semua kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan galian tanah harus didasarkan pada : a.
Spesifikasi
b.
Gambar perencanaan yang berstatus “for construction”
c.
Shop Drawing
Penyiapan Shop Drawing Untuk memudahkan pelaksanaan di lapangan, maka harus dibuat gambar yang detail dan lengkap, gambar tersebut disebut gambar pelaksanaan atau shop drawing. Gambar pelaksanaan harus menggambarkan : a.
Gambar denah, menggambarkan posisi galian tanah terhadap sumbu bangunan lengkap dengan ukuran galian tanah.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
7
BAB V b.
Gambar potongan galian tanah harus menginformasikan ukuran memanjang dan elevasi galian.
Semua gambar pelaksanaan harus mengacu pada gambar perencanaan yang berstatus “for construction”, spesifikasi dan risalah lelang. Gambar tersebut harus sudah disetujui pemberi tugas, sebelum diedarkan ke lapangan serta gambar yang beredar merupakan gambar dengan revisi terakhir.
Pengajuan Lokasi Pembuangan Material Lokasi pembuagan tanah galian harus memperhatikan masalah safety, misalnya kemungkinan adanya longsoran material buangan yang akan mengakibatkan terganggunya/rusaknya konstruksi atau lainnya.
Pemindahan atau Perlindungan Utilitas Apabila di lapangan dijumpai adanya utilitas yang akan terkena pekerjaan, maka dapat dilakukan pemindahan atau perlindungan sebelum memulai pekerjaan. Utilitas yang dimaksud seperti : kabel telepon, kabel listrik, pipa gas, pipa air bersih/kotor, tiang listrik dan lain-lain.
Staking Out
LAPORAN KERJA PRAKTEK
8
BAB V Pemasangan patok di lapangan bertujuan untuk menentukan batas-batas, center line dan elevasi galian, sehingga pada pelaksanaan tidak terjadi penyimpangan dari gambar kerja. Patok yang diperlukan adalah : 1. Patok referensi (elevasi dan koordinat). 2. Patok center line saluran dan jalan. 3. Patok batas tanah galian.
PELAKSANAAN Pekerjaan galian tanah dilaksanakan sesuai dengan tahapan sebagai berikut : Menggali Sebelum pelaksanaan pekerjaan galian dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pekerjaan penghancuran / demolition bangunan diatasnya (jika ada). Material hasil bongkaran diangkut dan dibuang ke lokasi pembuangan material yang telah ditentukan. Pelaksanaan penggalian dilakukan dengan menggunakan excavator. Pekerjaan galian dilakukan dari bagian atas ke bawah lapis demi lapis sehingga mencapai elevasi sesuai dengan yang direncanakan dalam shop drawing. Penggalian dilakukan sedemikian rupa sehingga bila terjadi hujan, air tidak menggenang di tempat galian dan aktivitas selanjutnya tidak terganggu. Pengamanan ini bisa dilakukan dengan membuat slope /
LAPORAN KERJA PRAKTEK
9
BAB V kemiringan yang memadahi sehingga air hujan bisa mengalir keluar dari tempat galian, atau apabila kondisi sekitar galian tidak memungkinkan dilakukan hal ini, maka genangan air harus dibuang keluar dengan pompa.
Pengangkutan Material hasil galian diangkut keluar dengan menggunakan Dump truck untuk dibuang di tempat yang telah ditentukan. Pada saat pengangkutan harus diperhatikan kebersihan jalan yang dilewati Dump Truck dan faktor keamanan. Untuk itu, selaqma pengangkutan material sebaiknya ditutup dengan terpal dan apabila pengangkutan melewati jalan raya, maka roda dump truck harus dicuci dan disediakan rambu-rambu peringatan. Perawatan jalan kerja dan penentuan interval Dump Truck menjadi hal yang perlu diperhatikan untuk kelancaran pekerjaan ini.
Penempatan Material Galian Setelah pengangkutan sampai di tempat yang telah ditentukan, maka dilakukan penempatan / dropping material. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat penempatan adalah : a. Untuk material yang dibuang :
Jarak yang cukup aman antara tempat pembuangan dan lokasi kerja, sehingga apabila ada hujan dapat dihindarkan adanya
LAPORAN KERJA PRAKTEK
10
BAB V longsoran atau hanyutan yang akan membawa material bekas galian kembali ke lokasi kerja
Disediakan tempat
yang cukup aman dan lapang untuk
menampung material bekas galian
Dropping dilakukan dari arah ujung belakang bergerak maju ke area stok.
Penempatan dilakukan lapis per lapis
b. Untuk material yang akan dipakai lagi untuk timbunan, tetapi harus distock dulu, maka harus diperhatikian :
Material harus dilindungi dari cuaca (hujan dan panas) dengan cara menutupnya dengan terpal
Di stock sedemikian rupa sehingga material lainnya tidak mengotori atau bercampur dengan material ex galian ini
Dibuatkan drainase yang baik sehingga material ex galian ini tidak hanyut, disamping untuk pengamanan daerah sekitar stock area
Tinggi stock dibatasi hingga 3 – 4 m
c. Untuk material yang langsung dipakai lagi untuk timbunan :
Semua ketentuan harus sesuai dengan prosedur pelaksanaan timbunan dan sesuai dengan spesifikasi
PENGAMANAN PEKERJAAN Pengamanan Alat
LAPORAN KERJA PRAKTEK
11
BAB V Alat yang digunakan harus melalui program perawatan & perbaikan yang berkesinambungan dan ditangani oleh tenaga ahli khusus yang ditunjuk. Lakukan pengecekan terhadap alat sebelum pengoperasian yang meliputi : -
Kondisi perkakas
-
Alat bantu
-
Alat Pelindung Diri
Pengamanan Tenaga Kerja & Bahan Material Pastikan kondisi operator, kenek (pembantu) dalam keadaan siap bekerja dan sehat. Sesuaikan dengan lembar koordinasi yang ada. Material yang digunakan telah melalui pengujian dan kontrol kualitas yang telah dipersyaratkan.
Pengamanan Lingkungan Siapkan area kerja agar pengoperasian alat tidak menimbulkan bahaya dan kerusakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memulai pengoperasian alat : 1. Jaga jarak aman alat dengan tenaga kerja, material, stok bahan bakar dan utilitas lain di sekitar alat ± 5 – 10 m (horizontal & vertikal).
LAPORAN KERJA PRAKTEK
12
BAB V 2. Hanya operator dan teknisi / pembantu yang diperbolehkan berada di dalam area manuver alat dan telah diberi ijin oleh koordinator pelaksana. 3. Saat alat bekerja, hindari lalu lalang kendaraan atau orang pada radius jarak aman. 4. Pasang rambu saat alat beroperasi penuh, jika diperlukan pasang barikade. 5. Siapkan alat bantu darurat jika terjadi missused alat atau kondisi tidak normal, pastikan akses darurat / evakuasi tidak tertutup / terganggu. 5.5
Pekerjaan Strutting 1. Persiapan Lapangan Pekerjaan strutting dimulai setelah pekerjaan galian lapis pertama selesai dilaksanakan. Pekerjaan dimulai dengan survey untuk menentukan posisi bracket untuk tempat kedudukan waller beam. Pekerjaan strutting tidak terlepas dari galian,
2. Pekerjaan Pemasangan Strutting Tahapan dari pekerjaan strutting dan galian dalah: 1. `Galian lapis pertama dimulai setelah pekerjaan capping beam selesai.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
13
BAB V
2. Dilanjutkan dengan pemasangan strutting lapis pertama dan pemasangan dek 3. Lalu galian tahap kedua dilanjutkan.
4. Dilanjutkan dengan Strutting tahap kedua 5. Lalu dilanjutkan dengan galian tahap ketiga. 6. Dilanjutkan dengan Strutting tahap ketiga 7. Lalu dilanjutkan dengan galian tahap empat
. 8. Lalu dilanjutkan dengan galian tahap lima 9. Selesai. 5.6 1.
Pekerjaan Pengecoran PROSEDUR PELAKSANAAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
14
BAB V 1.1 PERSIAPAN Sebelum memulai pekerjaan pengecoran, semua bagian yang terlibat harus terlebih dahulu memahami bahwa semua kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan pengecoran harus didasarkan pada : a. Spesifikasi b. Gambar perencanaan c. Risalah lelang Lingkup pekerjaan pengecoran ini meliputi pengecoran : a. Kolom b. Pelat c. Balok dan dinding
1.1.1. Penyiapan shop drawing Untuk memudahkan pelaksanaan dilapangan, maka harus dibuat gambar yang detail dan lengkap, gambar tersebut disebut gambar pelaksanaan atau shop drawing. Gambar pelaksanaan harus menggambarkan : a. Gambar denah, yang menggambarkan dimensi/ukuran balok, kolom serta notasi penulangannya dan juga elevasi. b. Gambar potongan harus dapat menginformasikan ukuran, detail penulangannya, elevasi, mutu beton dan mutu besi yang dipakai.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
15
BAB V c. Gambar skematik penulangan harus dapat menginformasikan jenis, jumlah dan diameter besi serta jarak besi baik besi utama maupun besi sengkang. Semua
gambar
pelaksanaan
harus
mengacu
pada
gambar
perencanaan yang berstatus “for construction” spesifikasi dan risalah lelang. Gambar tersebut harus sudah disetujui pemberi tugas. Sebelum diedarkan ke lapangan serta gambar yang beredar merupakan gambar dengan revisi terakhir.
1.1.2. Mempersiapkan bahan, tenaga kerja dan alat Mempersiapkan bahan Material yang digunakan harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari pemberi tugas atau konsultan. Jenis material yang perlu mendapatkan persetujuan adalah sebagai berikut : -
Besi tulangan melalui tes tarik dan tes tekuk
-
Beton melalui trial mix / job mix
Mempersiapkan peralatan yang dipakai Peralatan yang dipakai untuk mengerjakan pekerjaan pengecoran antara lain : - Gerobak - Ember Cor - Genset / Penerangan Kerja
LAPORAN KERJA PRAKTEK
16
BAB V - Concrete Pump - Alat Bekisting - Vibrator - Talang Cor - Air Compressor - Alat Bantu lainnya.
1.2 PELAKSANAAN 1.2.1 Pengecoran A. Penuangan beton Untuk mendapatkan hasil beton yang baik maka cara penuangan harus benar-benar yaitu : a. Pengecoran dituang langsung dan atau dengan menggunakan talang cor b. Beton harus dituang vertikal dan sedekat mungkin dengan bagian yang dicor c. Beton tidak boleh dituangkan kedalam bekisting dengan jarak yang tinggi (maksimum 1.50 m) karena akan menagkibatkan segregasi. Apabila tinggi lebih dari 1.5 m, maka harus memakai talang/cor/tremi. d. Beton tidak boleh dicorkan pada saat hujan lebat tanpa penutup di atasnya, karena air hujan akan menyebabkan turunnya mutu beton
LAPORAN KERJA PRAKTEK
17
BAB V
B. Pemadatan Disamping cara penuangan yang benar, cara pemadatan yang benar juga merupakan faktor penting guna mencapai tujuan pembetonan. Cara pemadatan dengan vibrator yang benar yaitu : a. Besarnya kepala vibrator harus disesuaikan dengan jenis struktur beton yang akan dicor dan jarak antar tulangan terkecil. b. Vibrator harus dapat dimasukan ke dalam jaringan/anyaman besi beton dan harus diusahakan sedikit mungkin menempel pada besi. Menggetarkan besi beton dapat menyebabkan turunnya mutu beton. Dimana terjadi pengumpulan pasir disekitar besi. Bahkan apabila besi digetarkan terus-menerus dapat menyebabkan retak atau terjadinya rongga antar besi dan beton yang telah mengeras rongga ini dapat menyebabkan korosi pada tulangan. c. Tidak boleh meletakan kepala vibrator terlalu lama dalam beton karena akan menyebabkan segregasi dan bleeding terutama untuk beton dengan slump tinggi. Lama penggetaran cukup antara 10 s/d 15 detik. d. Kepala vibrator jangan terlalu dekat dengan bekisting, karena apabila bekisting bergetar akan terbentuk lapisan pasir lepas
LAPORAN KERJA PRAKTEK
18
BAB V dan juga dapat merusakan bekisting. Jarak minimal kebekisting adalah 10 cm. e. Beton tidak boleh digetarkan berulang-ulang pada tempat yang sama, karena dapat mengakibatkan rongga-rongga didalam beton. f. Vibrator harus dimasukan kedalam beton yang belum terpadatkan secara tepat dan dicabut pelan-pelan. Kecepatan memasukan vibrator diperlukan agar tidak sempat terjadi pemadatan awal pada beton lapis atas sehingga menyulitkan lolosnya udara dan air yang terperangkap di bawahnya. Sedangkan pencabutan harus dilakukan pelan-pelan untuk memberikan kesempatan vibrator menyalurkan secara penuh energi pemadatan pada beton. Kecepatan pencabutan berkisar antara 4cm/dt s/d 8 cm/dt. g. Lapisan beton harus dicor secara rata sejak permulaan untuk memudahkan pengaturan sistem pemadatan dengan vibrator. h. Untuk pengecoran struktur beton yang tinggi dan lebar, yang paling efisien dibuat perlapis kurang lebih 50 cm perlapis. Apabila tiap lapisan dibuat tebal akan menyulitkan udara dan air keluar dari beton ketika digetarkan dengan vibrator. Sebaliknya dengan lapisan yang terlalu tipis tekanan beton tidak dapat mengimbangi pekerjaan vibrator.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
19
BAB V i. Untuk menyambung lapisan bawah dengan lapisan diatasnya, vibrator harus dimasukan sebagian (kira-kira 10 s/d 15 cm) ke dalam lapisan di bawahnya agar tercipta lekatan yang monolik padat dan meyatu. j. Pada pengecoran pelat beton yang tipis, vibrator boleh dimasukan ke dalam beton secara miring dalam hal ini vibrator akan menyentuh besi tulangan, tetapi harus diusahakan sedikit dan secepat mungkin. 5.7
Pekerjaan Bekisting PROSEDUR PELAKSANAAN Sebelum memulai pekerjaan bekisting, maka dilakukan terlebih dahulu beberapa langkah – langkah sebagai berikut :
A. Ruang Lingkup Sebelum dilaksanakan pekerjaan pembesian semua pihak agar benar-benar terlebih dahulu mengetahui lingkup pekerjaan yang harus dikerjakan dan spesifikasi material yang digunakan. Adapula lingkup pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bekisting untuk pekerjaan balok 2. Bekisting untuk pekerjaan plat 3. Bekisting untuk pekerjaan kolom dan dinding
B. Penyiapan Shop Drawing
LAPORAN KERJA PRAKTEK
20
BAB V Untuk memudahkan pelaksanaan di lapangan, maka harus dibuat gambar yang detail dan lengkap, gambar tersebut disebut gambar pelaksanaan atau shop drawing. Gambar pelaksanaan harus menggambarkan : 1. Gambar tampak, harus dapat memberikan informasi mengenai jenis-jenis material yang dipakai untuk system bekisting yang akan digunakan. 2. Gambar detail, harus dapat memberikan informasi mengenai ukuran ukuran material, jarak pemasangan material tersebut dan detail penempatan sambungan. Semua gambar pelaksanaan harus mengacu pada gambar perencanaan yang berstatus “for construction” spesifikasi dan risalah lelang. Gambar tersebut harus sudah disetujui pemberi tugas. Sebelum diedarkan ke lapangan serta gambar yang beredar merupakan gambar dengan revisi terakhir.
C. Cara Pelaksanaan Sistem penggunaan bekisting typical dapat dilihat pada gambar. Untuk efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan bekisting, areal kerja dibagi dalam zone.
D. Sistem Bekisting 1. Kolom
LAPORAN KERJA PRAKTEK
21
BAB V Bekisting dinding untuk kolom menggunkan plywood tebal film 18 mm : steel waller / frame UNP 100.
2. Balok dan Plat Untuk bekisting plat dan balok menggunakan plywood fyber 15 mm. 3. Retaining Wall Untuk bekisting retaining wall menggunakan plywood film dengan tebal 18 mm : steel waller.
E. Bongkar Bekisting 1.
Pembongkaran Bekisting Kolom : Pembongkaran bekisting pada kolom dilakukan setelah pengecoran berumur 48 jam.
Pembongkaran dimulai dari clam kolom terlebih dahulu sehingga tidak akan terjadi goyang pada kolom yang masih muda.
Setelah clam kolom lepas kemudian pipa supportnya dilepaskan satu per satu dengan hati-hati, terakhir baru dilepas panel kolomnya satu per satu.
2.
Pembongkaran Bekisting Balok dan Plat :
Setelah pengecoran plat lantai dan balok, bekisting balok balok dibongkar pada saat beton berumur 7 hari kemudian dan diganti dengan reproping sampai dengan 28 hari setelah pengecoran. Untuk bekisting plat dibongkar 5 hari setelah pengecoran kemudian diganti dengan reporping sampai dengan 28 hari setelah pengecoran.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
22
BAB V
Pembongkaran dimulai dari pelepasan clam siku dan stut dinding balok, hasil pembongkaran dirapikan untuk clam siku dikumpulkan pada kotak yang sudah disediakan, sedangkan stutnya dikumpulkan dan diikat dengan bendrat untuk dipakai selanjutnya.
Pengendoran baut jack multi span pada daerah yang akan dibongkar, pembongkaran dimulai dari pembongkaran multi span secara hati-hati, setelah lepas dari tumpuan dinding balok, multi span dipendekkan dan bautnya dikencngkan kembali baru diturunkan satu per satu secara hatihati.
Di sini perlu diawasi pembongkarannya jangan sampai ada multi span yang rusak karena terbanting.
Setelah multi span lepas semua (pada daerah yang dibongkar, dalam hal ini modul plat), pembongkaran dilanjutkan ke arah dinding balok, setelah dinding balok terbongkar baru dilanjutkan dengan pembongkaran pelat lantai.
F. Cara Pembersihan Sebelum pekerjaan pengecoran beton dilaksanakan, bekisting dan besi yang sudah terpasang harus dibersihkan dari dari kotoran, batu, potongan kayu, potongan besi dan lain-lain. Pembersihan dapat dilakukan dengan menggunakan air compressor, disiram dengan air atau dengan cara lain.
A. Ruang Lingkup LAPORAN KERJA PRAKTEK
23
BAB V Sebelum dilaksanakan pekerjaan pembesian semua pihak agar benar-benar terlebih dahulu mengetahui lingkup pekerjaan yang harus dikerjakan dan spesifikasi material yang digunakan. Adapula lingkup pekerjaan tersebut adalah bekisting untuk pekerjaan dinding core wall.
B. Penyiapan Shop Drawing Untuk memudahkan pelaksanaan di lapangan, maka harus dibuat gambar yang detail dan lengkap, gambar tersebut disebut gambar pelaksanaan atau shop drawing. Gambar pelaksanaan harus menggambarkan : 3. Gambar tampak, harus dapat memberikan informasi mengenai jenis-jenis material yang dipakai untuk system bekisting yang akan digunakan. 4. Gambar detail, harus dapat memberikan informasi mengenai ukuran ukuran material, jarak pemasangan material tersebut dan detail penempatan sambungan. Semua gambar pelaksanaan harus mengacu pada gambar perencanaan yang berstatus “for construction” spesifikasi dan risalah lelang. Gambar tersebut harus sudah disetujui pemberi tugas. Sebelum diedarkan ke lapangan serta gambar yang beredar merupakan gambar dengan revisi terakhir.
C. Peralatan yang digunakan
LAPORAN KERJA PRAKTEK
24
BAB V
Rangka Platform Climbing
D. Tahap Pelaksanaan Sistem penggunaan bekisting typical dapat dilihat pada gambar. Untuk efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan bekisting, areal kerja dibagi dalam zone. Berikut tahap pemasangan bekisting dinding climbing sebagai berikut : a. Posisi shearwall terpasang dengan jarak terhadap besi shearwall +/- 60 cm
LAPORAN KERJA PRAKTEK
25
BAB V b. Selesai besi dinding digeser menutup.
c. Selesai cor dinding digeser keluar.
d. .Pasang box climbing diatasnya
LAPORAN KERJA PRAKTEK
26
BAB V
e. Dengan bantuan TC dinding dinaikkan keatas
f. Dinding sudah terpasang dilevel berikutnya
LAPORAN KERJA PRAKTEK
27
BAB V
E. Sistem Bekisting 4. Core Wall Untuk bekisting core wall menggunakan plywood film dengan tebal 18 mm. Panel bekisting dan climbing corewall merupakan satu kesatuan sehingga setelah bongkar bekisting corewall bekistingnya bisa naik ke lantai berikutnya dengan cara climbing tanpa melepas satu kesatuan bekisting dinding. Peralatan yang digunakan adalah Girder, scaffold bracket, base plate, kicker brace, steel waller, climbing bracket, suspended platform.
F. Bongkar Bekisting 3.
Pembongkaran Bekisting Corewall : Pembongkaran bekisting pada corewall dilakukan setelah pengecoran berumur 24 jam.
Pembongkaran dimulai dari clam corewall terlebih dahulu sehingga tidak akan terjadi goyang pada corewall yang masih muda.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
28
BAB V
Setelah satu kesatuan bekisting core wall dilepas maka bekisting corewall dapat dipasang ke lantai berikutnya tanpa diturunkan ke bawah.
G. Cara Pembersihan Sebelum pekerjaan pengecoran beton dilaksanakan, bekisting dan besi yang sudah terpasang harus dibersihkan dari dari kotoran, batu, potongan kayu, potongan besi dan lain-lain. Pembersihan dapat dilakukan dengan menggunakan air compressor, disiram dengan air atau dengan cara lain.
5.8
Pekerjaan Bekisting System Cape PROSEDUR PELAKSANAAN
Sebelum memulai pekerjaan bekisting, maka dilakukan terlebih dahulu beberapa langkah – langkah sebagai berikut :
A. Ruang Lingkup Sebelum dilaksanakan pekerjaan pembesian semua pihak agar benar-benar terlebih dahulu mengetahui lingkup pekerjaan yang harus dikerjakan dan spesifikasi material yang digunakan. Adapula lingkup pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut :
LAPORAN KERJA PRAKTEK
29
BAB V 4. Bekisting untuk pekerjaan balok 5. Bekisting untuk pekerjaan plat 6. Bekisting untuk pekerjaan kolom dan dinding
B. Penyiapan Shop Drawing Untuk memudahkan pelaksanaan di lapangan, maka harus dibuat gambar yang detail dan lengkap, gambar tersebut disebut gambar pelaksanaan atau shop drawing. Gambar pelaksanaan harus menggambarkan : 5. Gambar tampak, harus dapat memberikan informasi mengenai jenis-jenis material yang dipakai untuk system bekisting yang akan digunakan. 6. Gambar detail, harus dapat memberikan informasi mengenai ukuran ukuran material, jarak pemasangan material tersebut dan detail penempatan sambungan. Semua gambar pelaksanaan harus mengacu pada gambar perencanaan yang berstatus “for construction” spesifikasi dan risalah lelang. Gambar tersebut harus sudah disetujui pemberi tugas. Sebelum diedarkan ke lapangan serta gambar yang beredar merupakan gambar dengan revisi terakhir.
C. Cara Pelaksanaan Sistem penggunaan bekisting typical dapat dilihat pada gambar. Untuk efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan bekisting, areal kerja dibagi dalam zone.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
30
BAB V
5. Kolom Bekisting dinding untuk kolom menggunkan plywood tebal film 18 mm : steel waller / frame UNP 100.
6. Balok dan Plat Untuk bekisting plat dan balok menggunakan plywood fyber 15 mm. 7. Retaining Wall Untuk bekisting retaining wall menggunakan plywood film dengan tebal 18 mm : steel waller.
G. Bongkar Bekisting 4.
Pembongkaran Bekisting Kolom : Pembongkaran bekisting pada kolom dilakukan setelah pengecoran berumur 8 jam.
Pembongkaran dimulai dari clam kolom terlebih dahulu sehingga tidak akan terjadi goyang pada kolom yang masih muda.
Setelah clam kolom lepas kemudian pipa supportnya dilepaskan satu per satu dengan hati-hati, terakhir baru dilepas panel kolomnya satu per satu.
5.
Pembongkaran Bekisting Balok dan Plat :
Setelah pengecoran plat lantai dan balok, bekisting balok balok dibongkar pada saat beton berumur 7 hari kemudian dan diganti dengan reproping
LAPORAN KERJA PRAKTEK
31
BAB V sampai dengan 28 hari setelah pengecoran. Untuk bekisting plat dibongkar 5 hari setelah pengecoran kemudian diganti dengan reporping sampai dengan 28 hari setelah pengecoran.
Pembongkaran dimulai dari pelepasan clam siku dan stut dinding balok, hasil pembongkaran dirapikan untuk clam siku dikumpulkan pada kotak yang sudah disediakan, sedangkan stutnya dikumpulkan dan diikat dengan bendrat untuk dipakai selanjutnya.
Pengendoran baut jack multi span pada daerah yang akan dibongkar, pembongkaran dimulai dari pembongkaran multi span secara hati-hati, setelah lepas dari tumpuan dinding balok, multi span dipendekkan dan bautnya dikencngkan kembali baru diturunkan satu per satu secara hatihati.
Di sini perlu diawasi pembongkarannya jangan sampai ada multi span yang rusak karena terbanting.
Setelah multi span lepas semua (pada daerah yang dibongkar, dalam hal ini modul plat), pembongkaran dilanjutkan ke arah dinding balok, setelah dinding balok terbongkar baru dilanjutkan dengan pembongkaran pelat lantai.
H. Cara Pembersihan Sebelum pekerjaan pengecoran beton dilaksanakan, bekisting dan besi yang sudah terpasang harus dibersihkan dari dari kotoran, batu, potongan
LAPORAN KERJA PRAKTEK
32
BAB V kayu, potongan besi dan lain-lain. Pembersihan dapat dilakukan dengan menggunakan air compressor, disiram dengan air atau dengan cara lain.
5.9
Pekerjaan Pembesian PROSEDUR PELAKSANAAN Pekerjaan pembesian (reinforcing steel) dilaksanakan sesuai tahapan sebagai berikut : 1. Fabrikasi Besi Sebelum pelaksanaan fabrikasi besi, sebelumnya dibuat dulu schedule rencana potong dan bengkok. Hal ini dilakukan untuk memperkecil waste material besi. Sebelum besi di bawa ke lokasi pekerjaan, besi harus difabrikasi dulu di workshop dimana pemindahan dari truck pengangkut besi ke
LAPORAN KERJA PRAKTEK
33
BAB V workshop dilakukan dengan alat bantu tower crane, sesuai dengan dengan gambar rencana dan dipisahkan, diberi ukuran/tanda untuk pekerjaan yang direncanakan. Untuk potong bengkok menggunakan alat bar bender dan bar cutter. Setelah fabrikasi selesai, besi dibawa ke lokasi pekerjaan untuk dilakukan penyetelan besi. 2. Stel Besi Besi distel sesuai dengan gambar rencana / shop drawing dan diikat dengan menggunakan kawat besi (bendrat). Potongan kawat tidak boleh dibuang di area / lokasi yang akan dicor untuk menjaga kebersihan lokasi. Pada saat pengikatan besi perlu diperhatikan kekuatan ikatan tersebut supaya pada saat pengecoran ikatan besi tidak lepas. Tukang besi dan pekerja terbagi dalam grup-grup yang dikoordinir oleh mandor dan pelaksana besi yang mempersiapkan bar bending schedule yang merupakan terjemahan dari gambar kerja struktur besi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan pembesian ini antara lain : a. Penyimpanan besi harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga besi tersebut tidak berhubungan langsung dengan permukaan tanah untuk mencegah agar besi tidak menjadi berkarat. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan ganjal kayu di bawah tumpukan besi.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
34
BAB V b.
Penyimpanan besi harus dipisahkan sesuai dengan ukurannya, untuk memudahkan pada saat pengambilan besi untuk difabrikasi.
5.10
Pekerjaan Waterprofing
A. UMUM Pekerjaan waterproofing meliputi : 1. Daerah-daerah lantai yang diberi waterproofing 2. Posisi-posisi dari drain/talang 3. Peil dari drain/talang 4. Pembagian dan arah kemiringan lantai 5. Potongan-potongan dari dinding yang diberi waterproofing
B. TARGET KUALITAS Waterprofing 1. Jenis bahan yang dipakai adalah tipe membrane tebal 4 mm yang dilapisi pasir silica pada permukaannya. 2. menentukan keperluan bahan waterproofing (dengan memperhitungkan overlapping), menentukan kapasitas tukang berdasarkan pengalaman yang sudah ada, kemudian dihitung jumlah tenaga tukang dan kenek. Selanjutnya peralatan disiapkan, antara lain : sapu, sikat ijuk, sikat kawat, compressor, brander, kape, alat pemotong. Pembuatan schedule harian berdasar volume, kapasitas dan mandays di atas.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
35
BAB V C. CARA PELAKSANAAN 1. Dilakukan seleksi bahan, tukang, lokasi harus bebas, periksa kebenaran peil lantai, arah kemiringan lantai, peil drain dan kebersihan lokasi. 2. Pelaksanaan waterproofing mengikuti brocure dari pabrik bahan waterproofing dan sesuai gambar kerja dari detail pengakhiran dengan pekerjaan-pekerjaan lain. Pada waterproofing kamar mandi/toilet, jika mempunyai bak air maka bidang-bidang dinding yang membatasi bak air harus diberi waterproofing setinggi/selebar 10 cm dari tinggi /lebar bak air tersebut. 3. Lubang-lubang drain dari bak air harus memakai pipa pralon/GIP yang dipasang bersama dinding bak. 4. Pada waterproofing reservoar/tangki air, dipilih jenis yang tidak menimbulkan racun/cemar air dalam tangki. 5. Testing tangki dilakukan dengan mengisi penuh tangki dengan air serta mengamati permukaan tinggi air selama 3x24 jam dan meneliti dindingdinding tangki apakah ada rembesan. 6. Apabila ada rembesan, maka pada bagian tersebut dilakukan injeksi kemudian ditest lagi 3x 24 jam sampai tidak ada rembesan.
Serta masih banyak lagi, metode-metode yang diterapkan di lapangan pada setiap unit pekerjaannya yang tidak dapat diterangkan secara keseluruhan dan terperinci.
LAPORAN KERJA PRAKTEK
36