BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 23/04/52/Th.X, 3 April 2017
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT MENURUT SUB SEKTOR BULAN MARET 2017
Penghitungan Nilai Tukar Petani menggunakan tahun dasar 2012=100 dimana pada bulan Maret 2017 tercatat Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) sebesar 104,72; Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 93,08; Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 91,99; Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 119,03 dan Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) 103,50. Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) dirinci menjadi NTP Perikanan Tangkap (NTN) tercatat 111,87 dan NTP Perikanan Budidaya (NTPi) tercatat 90,00. Secara gabungan, Nilai Tukar Petani Provinsi NTB sebesar 104,71 yang berarti NTP bulan Maret 2017 mengalami peningkatan 0,13 % bila dibandingkan dengan bulan Februari 2017 dengan Nilai Tukar Petani sebesar 104,58. Nilai Tukar Usaha Pertanian Provinsi NTB yang diperoleh dari hasil bagi antara indeks yang diterima petani dengan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM), pada bulan Maret 2017 tercatat 112,81 yang berarti mengalami penurunan 0,48 persen dibandingkan bulan Februari 2017 dengan Nilai Tukar Usaha Pertanian 113,35. Dari 33 Provinsi yang dilaporkan pada bulan Maret 2017, terdapat 4 provinsi yang mengalami peningkatan NTP dan 29 provinsi mengalami penurunan NTP. Peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Papua Barat yaitu sebesar 0,58 persen, dimana indeks harga yang diterima meningkat 0,87 persen, sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi DKI yaitu sebesar 1,37 %, dimana indeks yang diterima petani menurun sebesar 0,98 %. Pada bulan Maret 2017, terjadi deflasi di daerah perdesaan di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 0,51 persen. Deflasi disebabkan karena terjadinya penurunan indeks konsumsi rumah tangga pada kelompok Bahan Makanan sebesar (-1,37 %). Sedangkan 6 kelompok pengeluaran lainnya mengalami peningkatan, terdiri dari kelompok Perumahan (0,69 %), Sandang (0,31 %), Kesehatan (0,22 %), Transportasi & Komunikasi (0,16 %), Pendidikan, Rekreasi & Olahraga (0,16 %) dan Makanan Jadi (0,06 %).
Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 23/04/52/Th.X, 3 April 2017
1
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan pada 8 kabupaten di Provinsi NTB, terjadi NTP yang berfluktuasi setiap bulannya. Pada bulan Maret 2017 dengan tahun dasar (2012=100) NTP Provinsi Nusa Tenggara Barat berada di atas 100 ( tercatat 104,71 ) yang berarti petani mengalami peningkatan daya beli, karena kenaikan harga produksi relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga input produksi dan kebutuhan konsumsi rumah tangganya. Grafik 1 NTP Provinsi NTB Januari 2015 – Maret 2017 (2012=100) 108 107
107,25 106,99
Nilai Tukar Petani
106
106,43 106,22 105,97 105,53 104,78 104,85 104,14 104,38 103,86 103,58103,81 103,29
105 104 103 102 101
102,23 101,97 101,38
106,26
106,56 107,32 105,70 104,71
104,71 104,14
104,58
102,39
101,15
100 99 98
TAHUN
NTP bulan Maret 2017 mengalami peningkatan sebesar 0,13 % bila dibandingkan dengan NTP Februari 2017 yaitu dari 104,58 menjadi 104,71. Hal ini disebabkan karena tingkat penurunan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar (-0,19 persen) lebih rendah dari indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang menurun sebesar (- 0,31 persen). Dari Tabel 1 nampak bahwa pada bulan Maret 2017 kemampuan daya beli petani di Provinsi NTB pada 3 subsektor berada di atas 100 (cukup baik) yang terdiri dari subsektor Peternakan (119,03), sub sektor Tanaman Pangan (104,72) dan subsektor Perikanan (103,50). Sedangkan subsektor lainnya memiliki kemampuan daya beli yang rendah atau NTP di bawah 100 yaitu subsektor Perkebunan Rakyat (91,99) dan sub sektor Hortikultura (93,08).
2
Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 23/04/52/Th.X, 3 April 2017
Tabel 1 Nilai Tukar Petani Provinsi Nusa Tenggara Barat Per Subsektor Maret 2017 (2012=100)
Subsektor
Bulan
Persentase Perubahan
Februari 2017
Maret 2017
(2)
(3)
(4)
a. Indeks yang Diterima (It)
133,13
131,53
-1,20
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
125,87
125,59
-0,22
c. Nilai Tukar Petani (NTPP)
105,77
104,72
-0,99
a. Indeks yang Diterima (It)
117,61
117,77
0,14
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
127,02
126,52
-0,39
c. Nilai Tukar Petani (NTPH)
92,59
93,08
0,53
a. Indeks yang Diterima (It)
116,35
117,18
0,71
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
127,95
127,38
-0,44
c. Nilai Tukar Petani (NTPR)
90,94
91,99
1,15
a. Indeks yang Diterima (It)
143,91
145,07
0,81
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
122,30
121,87
-0,35
c. Nilai Tukar Petani (NTPT)
117,67
119,03
1,16
a. Indeks yang Diterima (It)
125,89
125,51
-0,30
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
121,62
121,27
-0,29
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
103,50
103,50
-0,01
a. Indeks yang Diterima (It)
139,73
138,57
-0,83
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
124,30
123,87
-0,35
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
112,42
111,87
-0,49
a. Indeks yang Diterima (It)
104,75
105,57
0,79
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
117,54
117,30
-0,20
c. Nilai Tukar Petani (NTN)
89,12
90,00
1,00
a. Indeks yang Diterima (It)
131,03
130,78
-0,19
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
(1) 1. Tanaman Pangan
2. Hortikultura
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
4. Peternakan
5. Perikanan
5.a. Perikanan Tangkap
5.b. Perikanan Budidaya
Gabungan 125,29
124,90
-0,31
-Konsumsi Rumah Tangga
129,07
128,41
-0,51
-BPPBM
115,59
115,93
0,30
104,58
104,71
0,13
c. Nilai Tukar Petani (NTP)
Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 23/04/52/Th.X, 3 April 2017
3
1.
Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Maret 2017 dengan tahun dasar (2012=100), secara gabungan indeks harga yang diterima petani (It) Provinsi NTB mengalami penurunan sebesar (-0,19 persen) yaitu dari 131,03 menjadi 130,78. Terdapat 2 subsektor yang mengalami penurunan indeks harga yang diterima yaitu sub sektor Tanaman Pangan (-1,20 persen) dan Perikanan (-0,30 persen). Sedangkan 3 sub sektor lainnya mengalami peningkatan terdiri dari Perkebunan Rakyat (0,71 persen), Hortikultura (0,14 persen) dan Peternakan (0,81 persen).
2.
Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan Maret 2017 dengan tahun dasar (2012=100), indeks harga yang dibayar petani (Ib) di Provinsi NTB mengalami penurunan sebesar (-0,31 persen) yaitu dari 125,29 menjadi 124,90. Dimana Indeks konsumsi rumahtangga mengalami penurunan (-,51 persen) sedangkan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) mengalami peningkatan 0,30 persen.
Grafik 2 Indeks Diterima dan Indeks Dibayar Petani Provinsi NTB Februari – Maret 2017 (2012=100)
201703
BPPBM; 115,93 KRT; 128,41 Indeks Dibayar; 124,9 Indeks Diterima; 130,78
201702
BPPBM; 115,59 KRT; 129,07 Indeks Dibayar; 125,29 Indeks Diterima; 131,03 100
105
110
BPPBM
4
115
KRT
120
Indeks Dibayar
Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 23/04/52/Th.X, 3 April 2017
125
Indeks Diterima
130
135
3.
NTP Subsektor
a.
Subsektor Tanaman Pangan / Padi & Palawija (NTPP)
Pada bulan Maret 2017 NTPP mengalami penurunan sebesar (-0,99 persen), hal ini disebabkan karena tingkat penurunan indeks yang diterima petani sebesar (-1,20 %) lebih tinggi dari tingkat penurunan indeks yang dibayar petani sebesar (-0,22 persen). Indeks harga yang diterima petani sub kelompok padi mengalami penurunan sebesar (1,78 persen) yang disebabkan karena menurunnya harga gabah/padi. Sedangkan Indeks harga yang diterima petani sub kelompok palawija mengalami peningkatan sebesar 0,31 persen yang disebabkan karena meningkatnya harga jagung, ubi jalar. Indeks yang dibayar (Ib) mengalami penurunan, yang disebabkan oleh penurunan indeks konsumsi rumah tangga sebesar (-0,50 persen), sedangkan indeks BPPBM mengalami peningkatan sebesar 0,54 persen. Dimana peningkatan indeks BPPBM disebabkan antara lain oleh meningkatnya harga KCL, terpal, biaya servis motor, upah buruh (memanen, membajak, pengeringan, menanam, menyiangi), bambu, sewa tanah sawah, kereta dorong, arit/sabit, TSP/SP36, oli, parang, bibit jagung, NP/NPK, bibit padi, insektisida.
b.
Subsektor Hortikultura (NTPH)
Nilai Tukar Petani Sub sektor Hortikultura (NTPH) pada bulan Maret 2017 mengalami peningkatan sebesar 0,53 %. Hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani meningkat sebesar 0,14 % sedangkan indeks harga yang dibayar petani menurun sebesar (-0,39 persen). Indeks yang diterima (It) sub kelompok sayur-sayuran mengalami penurunan sebesar (0,51 %) yang disebabkan karena menurunnya harga tomat, petsai/sawi, kacang panjang, cabai merah, bawang putih, bawang merah. Indeks yang diterima (It) sub kelompok buahbuahan dan tanaman obat mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,08 % dan 0,001 %, yang disebabkan karena meningkatnya harga sawo, rambutan, durian, alpukat, pisang, manggis, melon, langsat, jeruk besar, semangka, sirsak. Penurunan indeks yang dibayar (Ib) petani hortikultura disebabkan oleh penurunan indeks konsumsi rumah tangga sebesar (-0,52 persen) dan indeks BPPBM meningkat sebesar 0,22 persen. Dimana peningkatan indeks BPPBM disebabkan meningkatnya harga bibit kacang panjang, plastik transparan/mulsa, KCL, ban luar motor, sprayer, biaya pengairan lahan, upah memanen, TSP/SP36, tali rafia, terpal, upah membajak, upah menanam, NP/NPK, upah menyiangi, sewa lahan sawah, bibit cabai, upah mencangkul, oli, tampah/nyiru, bibit terung, bibit melon, bibit nanas.
c.
Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)
Pada bulan Maret 2017 Nilai Tukar Petani untuk sub sektor perkebunan rakyat (NTPR) terjadi peningkatan sebesar 1,15 persen, hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani meningkat sebesar 0,71 % sedangkan indeks harga yang dibayar petani menurun sebesar (-0,44 persen). Peningkatan indeks yang diterima petani disebabkan karena meningkatnya harga hasil produksi perkebunan rakyat antara lain kopi, jarak, biji jambu mete. Penurunan indeks yang dibayar (Ib) petani perkebunan rakyat disebabkan oleh menurunnya indeks konsumsi rumah Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 23/04/52/Th.X, 3 April 2017
5
tangga sebesar (-0,57 persen) dan indeks BPPBM meningkat sebesar 0,24 persen. Dimana peningkatan indeks BPPBM disebabkan meningkatnya sewa lahan ladang, barang modal (karung, tampah/nyiru, sprayer), ongkos angkut.
d.
Subsektor Peternakan (NTPT)
Pada bulan Maret 2017, NTPT mengalami peningkatan sebesar 1,16 %, hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani meningkat sebesar 0,81 % sedangkan indeks yang dibayar petani menurun sebesar (-0,35 persen). Indeks harga yang diterima (It) peternak pada sub kelompok ternak besar dan ternak kecil mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,99 % dan 0,67 %, yang disebabkan karena meningkatnya harga babi, kerbau, sapi potong, kuda. Indeks harga yang diterima (It) peternak pada sub kelompok unggas dan hasil ternak mengalami penurunan masing-masing (0,80 %) dan (-0,27 %), yang disebabkan menurunnya harga telur ayam buras, itik/bebek, ayam ras pedaging, ayam ras petelur, kambing, ayam buras. Penurunan Indeks yang dibayar petani (Ib) disebabkan indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM mengalami penurunan masing-masing sebesar (-0,50 persen) dan (-0,04 persen). Dimana penurunan indeks BPPBM disebabkan oleh menurunnya harga dedak, bibit ternak (kambing, sapi potong, ayam ras pedaging, bebek/itik), pakan (jagung pipilan, concentrate swine, jerami), ban luar motor, oli.
e.
Subsektor Perikanan (NTNP)
Pada bulan Maret 2017 NTNP mengalami penurunan sebesar (-0,01) persen, hal ini disebabkan karena tingkat penurunan indeks yang diterima petani sebesar (-0,30 persen) lebih tinggi dari tingkat penurunan indeks yang dibayar petani sebesar (-0,29 persen). Indeks harga yang diterima (It) sub kelompok penangkapan mengalami penurunan sebesar (-0,83 persen) yang disebabkan menurunnya harga produksi perikanan tangkap antara lain julung-julung, tembang, baronang, belanak, pari, tuna, kerang, cumi-cumi, kurisi/kerisi, selar, cakalang, rajungan, kuniran, kemung, tenggiri, kerapu. Sedangkan sub kelompok budidaya mengalami peningkatan sebesar 0,79 persen yang disebabkan meningkatnya harga rumput laut dan ikan nila. Penurunan indeks yang dibayar petani (Ib) disebabkan oleh penurunan indeks konsumsi rumah tangga sebesar (-0,55 persen) dan peningkatan indeks BPPBM sebesar 0,11 persen. Dimana peningkatan indeks BPPBM dipengaruhi oleh meningkatnya biaya produksi antara lain garam hancur, upah memanen, oli/pelumas, umpan, benih (rumput laut, nila, bandeng/nener), transportasi (oli/pelumas, bensin), sewa alat penangkapan, minyak tanah, urea, pelet.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 23/04/52/Th.X, 3 April 2017
Tabel 2 Indeks yang Diterima dan Indeks yang Dibayar Petani Provinsi Nusa Tenggara Barat Per Sub Sektor Maret 2017 (2012=100) Subsektor
Bulan
Persentase Perubahan
Februari 2017
Maret 2017
(2)
(3)
(4)
a. Indeks Diterima Petani - Padi
133,13 136,59
131,53 134,16
-1,20 -1,78
- Palawija b. Indeks Dibayar Petani
124,90 125,87
125,28 125,59
0,31 -0,22
128,67 118,93
128,03 119,57
-0,50 0,54
117,61
117,77
0,14
132,30 101,10
131,63 102,20
-0,51 1,08
136,70 127,02
136,70 126,52
0,00 -0,39
129,71 115,14
129,04 115,39
-0,52 0,22
a. Indeks Diterima Petani - Tanaman Perkebunan Rakyat
116,35 116,35
117,18 117,18
0,71 0,71
b. Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga
127,95 131,02
127,38 130,27
-0,44 -0,57
113,87
114,14
0,24
143,91 147,32
145,07 148,77
0,81 0,99
144,09 119,85
145,06 118,89
0,67 -0,80
121,59 122,30
121,26 121,87
-0,27 -0,35
128,28 111,78
127,64 111,74
-0,50 -0,04
125,89
125,51
-0,30
139,73 104,75
138,57 105,57
-0,83 0,79
121,62 128,68
121,27 127,98
-0,29 -0,55
112,30
112,42
0,11
a. Indeks Diterima Petani
131,03
130,78
-0,19
b. Indeks Dibayar Petani
125,29
124,90
-0,31
- Konsumsi Rumah Tangga
129,07
128,41
-0,51
- BPPBM
115,59
115,93
0,30
(1) 1. Tanaman Pangan
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM 2. Hortikultura a. Indeks Diterima Petani - Sayur-sayuran - Buah-buahan - Tanaman Obat b. Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM 3. Tanaman Perkebunan Rakyat
- Indeks BPPBM 4. Peternakan a. Indeks Diterima Petani - Ternak Besar - Ternak Kecil - Unggas - Hasil Ternak b. Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM 5. Perikanan a. Indeks Diterima Petani - Penangkapan - Budidaya b. Indeks Dibayar Petani - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Gabungan
Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 23/04/52/Th.X, 3 April 2017
7
Perbandingan antar Provinsi Dari 33 Provinsi yang dilaporkan pada bulan Maret 2017, hanya 4 provinsi yang mengalami peningkatan NTP dan sebagian besar (29 provinsi) mengalami penurunan NTP. Peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Papua Barat (0,58 persen), diikuti oleh Provinsi Maluku (0,37 persen) dan Banten (0,27 persen). Sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi DKI (-1,37 persen) diikuti oleh Kalbar (-1,30 persen ) dan Kalsel (-1,20 persen). Tabel 3. Nilai Tukar Petani Provinsi di Indonesia dan Persentase Perubahannya Maret 2017 (2012=100) Kode
Provinsi
IB
NTP
(1) 11
NAD
Indeks (3) 119,20
12
SUMUT
128,19
0,16
128,48
0,19
99,77
-0,03
13
SUMBAR
123,65
-0,11
125,93
0,35
98,19
-0,46
14
RIAU
131,86
-0,19
127,40
0,10
103,50
-0,29
15
JAMBI
127,08
-0,80
125,83
-0,03
100,99
-0,77
16
SUMSEL
118,69
-0,80
125,01
0,15
94,94
-0,94
17
BENGKULU
121,53
-0,20
127,43
0,32
95,37
-0,52
18
LAMPUNG
129,55
-0,41
124,79
-0,06
103,82
-0,36
19
BABEL
119,77
-1,08
122,04
-0,05
98,14
-1,03
21
KEPRI
119,01
-0,92
121,25
0,07
98,16
-0,99
31
DKI
119,56
-0,98
120,83
0,40
98,95
-1,37
32
JABAR
133,09
-0,08
130,01
0,08
102,37
-0,16
33
JATENG
124,27
-0,56
127,46
-0,03
97,50
-0,53
34
YOGYAKARTA
127,93
-0,67
126,26
-0,21
101,32
-0,45
35
JATIM
131,61
-0,49
129,46
-0,34
101,66
-0,15
36
BANTEN
123,74
0,50
126,02
0,23
98,19
0,27
51
BALI
129,90
-1,14
124,05
-0,14
104,72
-1,01
52
NTB
130,78
-0,19
124,90
-0,31
104,71
0,13
53
NTT
126,69
-0,01
125,64
0,17
100,84
-0,18
61
KALBAR
122,42
-1,22
125,66
0,09
97,42
-1,30
62
KALTENG
124,82
0,03
124,66
0,40
100,14
-0,37
63
KALSEL
118,57
-1,08
121,76
0,12
97,38
-1,20
64
KALTIM
122,77
-0,42
124,95
0,33
98,25
-0,74
71
SULUT
116,25
-0,34
126,84
0,56
91,65
-0,89
72
SULTENG
120,70
-0,57
126,58
0,40
95,36
-0,96
73
SULSEL
127,74
-0,56
126,80
0,10
100,74
-0,66
74
SULTRA
120,12
-0,74
124,91
0,39
96,16
-1,13
75
GORONTALO
132,11
-0,34
126,51
0,50
104,43
-0,84
76
SULBAR
128,43
-0,75
121,81
0,16
105,44
-0,91
81
MALUKU UTARA
128,25
0,60
127,75
0,23
100,39
0,37
82
MALUKU
126,29
0,18
125,02
0,36
101,01
-0,18
91
PAPUA BARAT
128,24
0,87
126,56
0,29
101,33
0,58
94
PAPUA
120,84
0,57
125,79
0,61
96,07
-0,03
127,19
-0,39
127,25
-0,01
99,95
-0,38
(2)
Nasional
8
IT % Perb (4) -0,93
Indeks (5) 125,32
% Perb
(6) -0,59
Indeks (7) 95,11
% Perb (8) -0,35
Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 23/04/52/Th.X, 3 April 2017
4.
Indeks Harga Konsumen Perdesaan
Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah perdesaan. Dari penghitungan indeks konsumsi rumah tangga yang dilaporkan pada bulan Maret 2017 di Provinsi NTB terjadi deflasi perdesaan sebesar (-0,51 persen). Deflasi disebabkan karena terjadinya penurunan indeks konsumsi rumah tangga pada kelompok Bahan Makanan sebesar (-1,37 %). Sedangkan 6 kelompok pengeluaran lainnya mengalami peningkatan, terdiri dari kelompok Perumahan (0,69 %), Sandang (0,31 %), Kesehatan (0,22 %), Transportasi & Komunikasi (0,16 %), Pendidikan, Rekreasi & Olahraga (0,16 %) dan Makanan Jadi (0,06 %).
Tabel 4 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi Nusa Tenggara Barat Maret 2017 (2012=100)
Sub Kelompok
Februari 2017
Maret 2017
Perubahan
(1)
(2)
(3)
(4)
Konsumsi Rumahtangga
129,07
128,41
-0,51
- Bahan makanan
137,95
136,06
-1,37
- Makanan jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
123,99
124,07
0,06
- Perumahan
121,49
122,34
0,69
- Sandang
123,02
123,41
0,31
- Kesehatan
119,96
120,22
0,22
- Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga
111,85
112,02
0,16
- Transportasi dan Komunikasi
124,94
125,14
0,16
Deflasi perdesaan yang terjadi pada bulan Maret 2017 di Provinsi NTB disebabkan antara lain oleh menurunnya harga kebutuhan konsumsi rumah tangga antara lain tomat sayur, cabai merah, kacang panjang, jeruk, bawal, kapur tembok, lada/merica, kemiri, rajungan, ketimun, daging ayam ras, bayam, asam, bawang putih, kunyit, kacang kedele, terasi, kangkung, ikan pindang tongkol, kelapa tua, telur ayam ras, daging ayam buras, ikan asin selar, beras, bawang merah, ketela pohon, wortel, kerupuk mentah, tenggiri, ayam kampung hidup, nila, tissu, kaos kutang/singlet, bandeng, biaya air, telur ayam kampung, kacang tanah.
Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 23/04/52/Th.X, 3 April 2017
9
Grafik 3. Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi di Indonesia Maret 2017 (2012=100)
-0,36
-0,51
-0,53
-0,78
-0,10
BALI
YOGYAKARTA
NTB
JATIM
NAD
NASIONAL
JATENG
-0,28
-0,05 0,05 0,09
KALSEL
RIAU
KEPRI
JABAR
BANTEN
SUMUT
SUMSEL
0,18 MALUKU PAPUA BARAT
-0,80
LAMPUNG
0,10
SULSEL
0,22
SULTENG
SULTRA
-0,60
-0,27 -0,16
0,11 0,12 0,12 NTT
JAMBI
-0,10 BABEL
0,13 SULBAR
KALBAR
0,18
0,17
0,27 0,32
BENGKULU KALTIM SUMBAR
KALTENG
MALUKU UTARA
0,45
GORONTALO
DKI
0,46
0,43
0,37 0,38 0,41
0,34
0,20
0,64
-0,40
Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 23/04/52/Th.X, 3 April 2017
10
0,62
0,40
SULUT
0,60
0,67
-0,20
PAPUA
0,00
0,73
0,80
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
Jl. Gunung Rinjani No. 2 Mataram 83125Tlp. (0370) 621385 Fax. (0370) 623801 E-mail :
[email protected] Homepage : http://ntb.bps.go.id Contact person
: Ni Kadek Adi Madri, SE Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi NTB
Berita Resmi Statistik Provinsi NTB No. 23/04/52/Th.X, 3 April 2017
11