Berita Gunungapi Januari – April 2009 (Novianti Indrastuti)
BERITA GUNUNGAPI JANUARI – APRIL 2009 Novianti INDRASTUTI Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
Selama periode Januari – April 2009 terdapat 4 gunungapi berstatus SIAGA (Level 3) dan 14 gunungapi berstatus WASPADA (Level 2). Berita Gunungapi ini merangkum kegiatan 11 gunungapi yang saat ini berstatus di Atas Normal dari segi kegempaan dan visual.
GUNUNGAPI BERSTATUS SIAGA Gunungapi Semeru, Jawa Timur Gunung Semeru merupakan salah satu gunungapi paling aktif bertipe strato di P. Jawa. Secara administratif terletak di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur dan posisi geografis puncaknya berada pada 08°06’30’’LS dan 112°55’BT. Puncak tertingginya dinamai Mahameru (+ 3676m dpl) merupakan lokasi tertinggi di Pulau Jawa. Kawah Gunung Semeru disebut Jonggring Saloko. Kegempaan G. Semeru pada bulan Januari 2009, masih didominasi oleh Gempa Letusan, rata-rata dalam sehari terekam lebih dari 100 kejadian. Tanggal 24 Januari 2009 terekam 4 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam. Pada bulan Februari 2009 terjadi penurunan jumlah Gempa Letusan. Secara visual selama periode Januari hingga awal Maret 2009, umumnya cuaca di sekitar gunung mendung sampai hujan dan G. Semeru sering tertutup kabut. Pada saat cuaca cerah di awal Februari 2009 terlihat letusan abu dengan ketinggian ± 300m serta pada tanggal 8 dan 17 Februari 2009 terjadi letusan disertai suara dentuman keras. Pemantauan yang dilakukan pada akhir Februari, Kawah Jonggring Saloko tidak teramati adanya kegiatan letusan abu. Pertengahan Februari hingga 6 Maret 2009, jumlah kejadian Gempa Letusannya di bawah rata–rata 60 kejadian setiap hari secara visual tidak teramati adanya letusan abu. Sejak tanggal 3 Maret 2009 hanya terekam 5 kali kejadian Gempa Letusan per hari. Peningkatan kegiatan G. Semeru ditandai oleh
letusan disertai Gempa Tremor Letusan. Sejak tanggal 6 Maret 2009 pukul 14:00 tingkat kegiatan G. Semeru dinaikkan menjadi SIAGA (level III). Energi kumulatif Gempa Vulkanik Dalam menjelang letusan 6 Maret 2009 mencapai 3,89 x 1015 erg. Gempa Tremor Vulkanik dengan amplituda maksimum 10mm tercatat menerus. Mulai pukul 00:10 WIB terekam Gempa Tremor Letusan dengan amplituda maksimumnya memperlihatkan overscale (± 34mm). Pada 12 dan 15 Maret 2009 terjadi letusan abu dengan ketinggian ± 500m dari bibir kawah, tetapi energi letusannya cenderung berkurang. Pada perioda 16 Maret sampai 22 Maret 2009, jumlah Gempa Letusan rata-rata terekam 1 sampai 30 kejadian setiap hari. Secara visual tidak teramati sinar api / api diam yang mengindikasikan pertumbuhan kubah lava. Energi kegempaan yang ditunjukan oleh RSAM (Real-time Seismic Amplitude Measurement) memperlihatkan pola fluktuatif namun cenderung meningkat. Hal ini mengindiksikan bahwa tekanan dalam tubuh G.Semeru masih berlangsung. Dalam status Siaga, G. Semeru masih berpotensi terjadi letusan abu dengan ketinggian lebih dari 600m, dan sebaran abunya bergantung pada arah angin. Oleh karena itu masyarakat direkomendasikan tidak melakukan aktifitas pada radius 4km dari kawah aktif, yang merupakan bukaan alur luncuran awan panas. Pendakian ke puncak G. Semeru dibatasi sampai Kalimati. Kewaspadaan masyarakat perlu ditingkatkan untuk mengantisipasi dampak hujan abu dan pemberitahuan bagi aktifitas penerbangan yang melintas di atas
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 31-37
Hal :31
Berita Gunungapi Januari – April 2009 (Novianti Indrastuti)
G.Semeru. Pada saat musim penghujan masyarakat yang bermukim di bantaran sungai dan yang beraktifitas di dalam Sungai Besuk Kembar, Besuk Kobokan dan Besuk Bang diharapkan berhati - hati terhadap bahaya aliran lahar hujan. Gunungapi Karangetang, Sulawesi Utara Gunungapi Karangetang termasuk salah satu gunung paling aktif yang berada di wilayah Kabupaten Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara. Beberapa kali letusannya mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Aktivitasnya dicirikan oleh terlihatnya sinar api di puncak pada malam hari sejak tahun 1973 (Wittiri, 2007). Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB), hampir seluruh tubuh G. Karangetang merupakan kawasan rawan bencana, kecuali di sebelah timur puncak yaitu di daerah Lanage sampai Tonggeng Moade. Daerah ini aman karena terhalang oleh Bukit Kalai. Peningkatan kegiatan G. Karangetang diawali dengan terekamnya getaran tremor vulkanik tidak menerus, 2 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA) dan 2 kejadian Gempa Vulkanik Dangkal (VB) pada 28 November 2008, serta teramati peningkatan ketinggian maksimum sinar api dari puncak, bertambahnya jarak dan guguran lava pijar di Kali Bahembang, Beha Timur dan Kali Keting. Awal Desember 2008, amplituda getaran (tremor) vulkanik terekam semakin meningkat dan menerus, terdiri atas 2 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 2 kali Gempa Vulkanik Dangkal, dan 113 Gempa Guguran, sehingga pada 2 Desember 2008 pukul 13:00 WITA, status kegiatan G. Karangetang dinaikkan menjadi SIAGA (level III). Selama periode Januari hingga April 2009, pemantauan secara visual ke puncak G.Karangetang sering terhalang kabut tebal. Hembusan asap putih tipis sering terlihat jelas apabila cuaca cerah dengan tekanan gas kuat. Tinggi asap di atas puncak kawah sekitar 50– 300m. Sinar api terlihat jelas pada kolom asap, dengan tinggi 10 sampai 25m. Pertumbuhan kubah lava masih berlangsung di dalam kawah yang mengindikasikan bahwa magma gunungapi ini sudah berada di permukaan. Pertumbuhan kubah lava cenderung mengarah Hal :32
ke tenggara (Kali Beha Timur). Dikhawatirkan akan terjadi guguran lava ke Kali Beha yang akan mengancam penduduk yang bermukim di pinggiran dan di dalam lembah Kali Beha Timur di Kampong Karalung. Pada awal Februari, yaitu tanggal 4 dan 9 Februari 2009 terdengar suara gemuruh. Tanggal 15 pukul 14.50 teramati hembusan asap putih kecoklatan dengan ketinggian sekitar 300m. Kemudian 18 Maret 2009 terlihat guguran lava pijar dari puncak kawah ke Kali Kahetang dan Kali Keting sekitar 750–1000m. Jumlah getaran gempa yang terekam sebanyak 1331 kali yang terdiri dari 199 kali Tremor Spasmodik, 20 kali Tremor Harmonik, 22 kali Gempa Fase Banyak, 46 kali Gempa Vulkanik Dalam, 135 kali Gempa Vulkanik Dangkal, 347 kali hembusan asap, 2 kali Gempa Tektonik Lokal dan satu kali Gempa Guguran. Gempa Tektonik Jauh terekam sebanyak 559 kali termasuk gempa terasa dengan skala I-II MMI. G. Karangetang hingga saat ini masih berstatus SIAGA disebabkan fluktuasi jumlah Gempa Vulkanik. Potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari kegiatan G. Karangetang adalah bahaya awan panas, guguran lava pijar, bahaya abu vulkanik. Masyarakat direkomendasikan untuk tidak mendaki dan mendekati kawah yang berada di puncak G. Karangetang. Pada musim hujan, masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran Batu Awang, Kali Kahetang, Kali Keting, Kali Batang, Kali Beha Timur dan Kali Nanitu harus tetap mewaspadai bahaya sekunder berupa ancaman aliran lahar. Gunungapi Ibu, Maluku Utara G. Ibu yang terletak di wilayah Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara secara geografis terletak pada posisi 1°29’00’’LS dan 127°38’00’’BT. Berdasarkan sejarah letusannya, G. Ibu meletus pertama kali pada Agustus–September 1911 berupa letusan eksplosif di kawah pusat. Setelah 87 tahun beristirahat, pada Desember 1998 terjadi letusan berikutnya yang diakhiri dengan pembentukan sumbat lava pada kawahnya. Status G. Ibu dinaikkan menjadi Waspada setelah letusan 1998 karena sampai saat ini
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 32-37
Berita Gunungapi Januari – April 2009 (Novianti Indrastuti)
masih terus terekam Gempa Letusan dan terjadi pertumbuhan kubah lava di dalam kawah. Aktifitas G. Ibu kembali meningkat pada tahun 2009, diawali dengan terekamnya Gempa Letusan pada awal April, yaitu tanggal 4 dan 5 April 2009. Jumlah Gempa Letusan terekam hingga 716 kejadian atau rata-rata 80 kejadian setiap hari. Dalam kondisi WASPADA Gempa Letusan yang terjadi kurang dari 100 kejadian per hari. Peningkatan aktivitas G. Ibu ditunjukkan dengan semakin meningkatnya jumlah gempa letusan, gempa hembusan dan gempa tremor vulkanik. Pengamatan visual menunjukkan kolom asap berwarna kelabu keluar dari puncak G. Ibu dengan ketinggian hingga mencapai 800m. Pada tanggal 21 April 2008 pukul 16.00 WIT status kegiatan G. Ibu dinaikan menjadi SIAGA (level III). Sehubungan dengan status G. Ibu yang berada pada SIAGA (Level III) tersebut maka direkomendasikan kepada masyarakat di sekitar G. Ibu dan pengunjung/wisatawan agar tidak mendaki puncak dan mendekati G. Ibu dalam radius 2km dari kawah. Jika terjadi hujan abu cukup lebat masyarakat disarankan agar menggunakan masker penutup hidung dan mulut, karena abu vulkanik yang terhirup dapat mengganggu saluran pernapasan. Gunungapi Slamet, Jawa Tengah Gunungapi Slamet secara administratif terletak di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang meliputi 5 wilayah Kabupaten, yaitu Purbalingga, Tegal, Brebes, Banyumas, dan Pemalang. Data kegempaan, visual, dan pengukuran suhu di sekitar sumber air panas selama periode bulan Januari sampai Maret 2009 tidak menunjukkan adanya perubahan peningkatan aktivitas G. Slamet. Peningkatan aktivitas vulkanik G. Slamet diawali dengan terekamnya Gempa Letusan sekitar 200 kejadian per hari pada akhir April 2009. Status aktivitas G. Slamet dinaikan menjadi Siaga pada tanggal 23 April 2009. Sejak tanggal 28 April 2009, tercatat peningkatan jumlah gempa letusan yang mencapai lebih dari 300 kejadian perhari. Secara visual pemantauan kearah G. Slamet umumnya tertutup kabut, kolom asap dapat
diamati pada saat cuaca cerah. Letusan yang diikuti lontaran lava pijar membentuk kolom asap berwarna putih tipis hingga kelabu dengan ketinggian berkisar antara 100-800m (umumnya 600m) dari puncak. Adakalanya terjadi letusan abu bertekanan sedang yang disertai suara gemuruh terdengar hingga di Pos Pengamatan G. Slamet. Sinar api sesekali teramati dengan ketinggian berkisar antara 25m hingga 100m. Hasil pemantauan aktivitas vulkanik G.Slamet sejak mengalami peningkatan menunjukan suatu pola kegiatan yang fluktuatif tetapi tidak menunjukkan pola peningkatan maupun penurunan secara signifikan. Jumlah kejadian Gempa Letusan cenderung meningkat, namun tidak diikuti oleh peningkatan energi letusan secara kumulatif (RSAM). Suhu air panas di dua lokasi pengamatan, yaitu Pasepuhan dan Pandansari belum menunjukkan suhu normal, bahkan masih cenderung meningkat. Ancaman bahaya hujan abu kemungkinan besar melanda Kecamatan Bojong dan Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, serta Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang. Abu letusan dapat merusak tanaman dan jika terhirup oleh manusia dapat meyebabkan Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA). Wilayah Guci, yang merupakan bukaan langsung dari kawah G. Slamet perlu diwaspadai jika aktivitas letusan G. Slamet semakin membesar.
GUNUNGAPI BERSTATUS WASPADA Gunung Papandayan, Jawa Barat G. Papandayan merupakan gunungapi tipe strato yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Letusan G. Papandayan pertama kali tercatat pada tahun1772 dan menelan banyak korban jiwa dan harta benda. Letusan berikutnya terjadi pada tahun 1923 sampai tahun 1925. Peningkatan aktivitas kegempaan G. Papandayan dimulai sejak tanggal 11 Maret 2008, diawali dengan terekamnya satu kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam dan 6 kejadian Gempa Vulkanik Dangkal. Gempa Vulkanik Dangkal secara fluktuatif terus
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 33-37
Hal :33
Berita Gunungapi Januari – April 2009 (Novianti Indrastuti)
meningkat. Pada tanggal 15 April 2008 tercatat 113 kejadian Gempa Vulkanik Dangkal, 1 kejadian Tremor Vulkanik dengan amplitudo maksimum 1mm dan lama gempa 72 detik, 1 kejadian Gempa Tektonik Lokal (TL), 5 kejadian Gempa Tektonik Jauh (TJ). Secara visual sejak tanggal 11–15 April mulai teramati hembusan asap putih tipis, tekanan sedang dengan ketinggian antara 25 sampai dengan 50m di atas kawah. Pemantauan deformasi di G. Papandayan dilakukan dengan memasang 1 stasiun tiltmeter yang permanen di puncak Walirang. Pengiriman data tilt dilakukan secara telemetri dengan menggunakan radio pancar ke Pos Pengamatan G. Papandayan. Data deformasi menunjukan bahwa terjadi proses deflasi diikuti oleh proses stabilisasi pada komponen tangensial maupun radial sejak awal April 2008. Pengukuran suhu solfatara di Kawah Emas dan Kawah Balagadama menunjukan kenaikan serta peningkatan unsur kimia magmatik yang terlarut dalam air panas fumarola di Kawah Baru dan Kawah Balagamada. Oleh sebab itu status kegiatan G.Papandayan dinaikan menjadi Waspada (Level II) sejak 16 April 2008 pukul 12.00 WIB. Selama periode Januari sampai April 2009, status kegiatan G. Papandayan masih tetap Waspada. Pengukuran suhu dan data seismik menunjukkan peningkatan selama bulan Januari 2009. Terekam 390 kejadian Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 30 Gempa Vulkanik Dalam, 7 Vulkanik Type T (tornello) dan beberapa Gempa Tektonik. Pada bulan Februari 2009, terjadi perubahan yang mencolok yaitu warna air danau Kawah 2002 yang semula berwarna hijau telur asin berubah menjadi warna coklat tua, tetapi kegempaan dan suhu menunjukkan penurunan dibandingkan bulan Januari 2009. Pada bulan Maret, kegempaan G. Papandayan terus menurun tetapi suhu kawah meningkat dan warna air danau kawah masih tetap coklat. Dalam status kegiatan Waspada, masyarakat di sekitar G. Papandayan dan pengunjung tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 1km dari kawah aktif. Pada musim penghujan Pemerintah Daerah setempat direkomendasikan agar memantau kemungkinan terbentuknya Hal :34
tanggul-tanggul air akibat longsoran tebing di sungai-sungai yang berhulu di sekitar kawah, yang dapat memicu terjadinya banjir banding seperti kejadian banjir bandang tahun 2002. G. Dempo, Sumatera Selatan G. Dempo mempunyai dua puncak yaitu: G.Dempo (3.049m dpl) dan G. Marapi Dempo (3.173m dpl). Karakter letusan G. Dempo merupakan letusan freatik, umumnya berlangsung secara tiba-tiba dalam waktu singkat dan selalu mengeluarkan lumpur belerang serta piroklastik halus yang membahayakan daerah sekitarnya. Dampak bahaya letusan G. Dempo umumnya bersifat lokal dan tersebar di sekitar kawahnya. Berdasarkan sejarah letusannya tercatat 20 kali erupsi sejak tahun 1818 hingga kini. Letusan terakhir terjadi pada tanggal 1 Januari 2009. G.Dempo memiliki frekuensi letusan yang tidak teratur dan periode istirahatnya tidak tetap. Jangka waktu terpendek periode istirahat adalah satu tahun sedangkan periode terpanjang 34 tahun, yaitu dari tahun 1940-1974. Peningkatan aktivitas G. Dempo diawali dengan terjadinya letusan freatik yang menghasilkan hujan abu. Sejak tanggal 27 Desember 2008 sampai dengan 1 Januari 2009 cuaca di sekitar G. Dempo sering tertutup kabut. Kegempaan yang terekam mulai menunjukan peningkatan. Pada tanggal 1 Januari 2009 pukul 16.00 G. Dempo dinaikkan statusnya menjadi Waspada. Dari hasil pemantauan yang dilakukan setelah terjadinya letusan freatik hingga akhir Maret 2009 tidak menunjukkan adanya kegiatan asap hembusan atau letusan yang berasal dari Kawah Marapi-Dempo. Kegempaan pada bulan Maret didominasi oleh Gempa Tektonik Jauh. Gempa Vulkanik Dalam (VA), Gempa Vulkanik Dangkal (VB) dan Gempa Hembusan jarang terekam atau rata-rata kurang dari satu kali kejadian setiap hari. Berdasarkan pengamatan aktivitas secara visual dan kegempaan, pada tanggal 23 Maret 2009 pukul 16:00 status kegiatan G. Dempo diturunkan menjadi Normal (Level I). Meskipun status kegiatan normal tetapi masyarakat direkomendasikan untuk tetap waspada dan tidak mendekati Kawah Marapi Dempo dalam
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 34-37
Berita Gunungapi Januari – April 2009 (Novianti Indrastuti)
radius 1km karena letusan freatik dapat terjadi secara tiba-tiba.
Potensi bahaya letusan berupa lontaran batu pijar dan hembusan gas beracun.
G. Anak Krakatau, Lampung Selatan G. Anak Krakatau terletak di Selat Sunda pada posisi geografis 6°06’05,8’’LS dan 105°25’22,3’’BT. Secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, Propinsi Lampung. Pemantauan G. Anak Krakatau dilakukan dari dua pos PGA G. Anak Krakatau dari Pasauran, Banten dan Kalianda, Lampung. Sejak tanggal 3 Juli 2008, G. Anak Krakatau berada dalam status Waspada (Level II). Peningkatan aktivitas kegempaan G. Anak Krakatau secara signifikan terjadi pada akhir Maret 2009. 19 kejadian Gempa Letusan mulai terekam pada tanggal 25 Maret 2009. Dari data kegempaan tanggal 1 sampai 25 April 2009 tercatat 4060 kali letusan dan terdengar 174 kali dentuman. Suara dentuman berkurang menjadi 83 dentuman pada akhir bulan April 2009. Selama bulan April 2009, G. Anak Krakatau tampak jelas. Terlihat asap letusan berwarna putih kelabu hingga hitam menggumpal dengan ketinggian berkisar antara 50–1000m. Sejak tanggal 29 April G. Anak Krakatau tertutup kabut dan suara dentuman tidak terdengar lagi. Dari hasil pengamatan visual langsung ke G. Anak Krakatau, yang dilakukan dari P. Panjang, P. Sertung, P. Rakata serta P. G. Anak Krakatau pada jarak yang aman dari letusan tanggal 24, 25 dan 29 April 2009, didapatkan hasil bahwa pusat letusan berasal dari kawah dekat puncak G. Anak Krakatau, pada lereng baratdaya. Letusan Anak Krakatau umumnya berupa lontaran material pijar dan abu dengan radius lontaran sekitar 500m dari pusat letusan ke segala arah. Lontaran material pijar dapat mencapai jarak 700m dari pusat letusan. Abu letusan umumnya mengarah ke bagian timur - timur laut G. Anak Krakatau dan menyebabkan hujan abu hingga radius 5km dari pusat letusan. Hasil analisis sebaran produk letusan menunjukkan bahwa daerah yang terancam letusan G. Anak Krakatau berpusat di sekitar puncak pada radius 500m. Abu letusan menyebar dominan ke arah timur, karena angin bertiup dari arah barat hingga radius 5km.
G. Kerinci, Sumatera Barat G. Kerinci secara geografis berada pada posisi 1°41,5’LS dan 101°16’BT, dengan tinggi puncaknya 3.800m dpl. Sedangkan secara administratif terletak dalam dua provinsi dan dua kabupaten, yaitu : Provinsi Jambi, Kabupaten Kerinci dan Provinsi Sumatera Barat, Kabupaten Solok. G. Kerinci pada status Normal selalu mengeluarkan asap dari kawahnya dengan warna putih tipis dan ketinggian ± 300m dari puncak. Sejak tanggal 9 September 2007, status kegiatan G. Kerinci dinaikan menjadi Waspada (Level II) karena asap hitam pekat teramati keluar dari kawah dengan ketinggian ± 800m. Ketinggian asap mulai menurun dan warna asapnya bervariasi. Hembusan asap dengan warna putih tebal – kehitaman dengan ketinggian maksimum mencapai ± 400m dari puncak G. Kerinci mulai teramati pada bulan Februari 2009. Tinggi asap kemudian mengalami penurunan dan warna asap kembali berwarna putih pada periode bulan Maret sampai dengan April 2009. Pada tanggal 26 April 2009 terdengar suara dentuman dan asap putih tebal. Sejak tanggal 30 April 2009 teramati asap mulai berwarna putih tebal kehitaman dengan ketinggian mencapai 500m. Kegempaan G. Kerinci pada umumnya didominasi oleh Gempa Hembusan. Pada bulan Januari 2009, jumlah gempa hembusan rata-rata 32 kejadian perhari dengan jumlah maksimum 89 kejadian perhari. Pada bulan Februari sampai dengan April 2009, kegempaan G.Kerinci masih di dominasi Gempa–gempa Hembusan. Pada akhir bulan April, jumlah gempa vulkanik yang terekam mengalami kenaikan yang sangat signifikan, mencapai di atas 40 kejadian per hari. Pada tanggal 25 April, Gempa Vulkanik Dalam terekam 211 kejadian. Gempa Letusan tercatat berkisar antara 7–34 kejadian per hari. Sehubungan dengan status G. Kerinci dinyatakan WASPADA (Level II), maka direkomendasikan agar masyarakat di sekitar
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 35-37
Hal :35
Berita Gunungapi Januari – April 2009 (Novianti Indrastuti)
G.Kerinci dan pengunjung/wisatawan tidak mendekati kawahnya dalam radius 1km dari kawah aktif dan jika terjadi hujan abu cukup lebat, direkomendasikan agar masyarakat menggunakan masker penutup hidung dan mulut karena abu vulkanik yang terhirup dapat mengganggu saluran pernapasan. Masyarakat yang ada di sekitar G. Kerinci diharapkan tenang tidak terpancing isyu-isyu negatif tentang letusan G. Kerinci. G. Rokatenda, Nusa Tenggara Timur Gunungapi Rokatenda, secara administratif termasuk wilayah Kecamatan Awa, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Secara geografis terletak pada koordinat 121º42'30"BT dan 8º19'LS. Gunungapi Rokatenda adalah gunungapi jenis strato dengan karakter letusan bersifat efusif dan eksplosif, terletak di P. Palue dengan ketinggian 876m dpl; diameter Pulau Palue sekitar 7,2km. Kegempaan G. Rokatenda dipantau secara menerus, melalui Pos Pengamatan Gunungapi Rokatenda yang berada di Kampung Ropa, Desa Keliwumbu, Kecamatan Maurole, Kabupaten Ende. Sejak awal April 2009 terjadi peningkatan Gempa Terasa (I-III MMI) dan disertai oleh peningkatan kegiatan Gempa Vulkanik Dalam (VA) dan Gempa Vulkanik Dangkal (VB). Peningkatan jumlah gempa vulkanik secara fluktuatif menunjukan telah terjadi peningkatan tekanan di dalam tubuh G.Rokatenda. Pengamatan visual sejak tanggal 1 hingga 17 April 2009 tidak memperlihatkan adanya hembusan asap solfatara dan fumarola dari puncak G. Rokatenda. Status kegiatan G.Rokatenda dinaikan dari Aktif Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II) mulai 18 April 2009 pukul 24:00 WIB. Masyarakat/pengunjung di sekitar G.Rokatenda direkomendasikan untuk tidak melakukan kegiatan di sekitar kawah. G. Dukono, Maluku Utara Sampai bulan April 2009 kegiatan G.Dukono masih Waspada. Secara visual, teramati adanya asap putih kelabu dengan ketebalan sedang terkadang disertai abu tipis sampai sedang. Bunyi gemuruh terdengar
Hal :36
lemah sampai sedang dari Pos Pengamatan dan sekitarnya. Aktifitas kegempaan masih didominasi oleh Gempa Letusan. Gempa tremor yang terekam memiliki amplituda maksimum 4–20mm. G. Dieng, Jawa Tengah Secara geografis G. Dieng terletak pada 7º12'LS dan 109º54'BT, dengan ketinggian ± 2565m dml (G. Prahu) termasuk dalam wilayah Kabupaten Banjarnegara, Wonosobo, dan Batang, Provinsi Jawa Tengah. Pada tanggal 15 Januari 2009 pukul 18:00 WIB, status kegiatan G. Dieng dinaikkan menjadi Waspada (Level II). Sebagian besar erupsi di Kompleks Dieng adalah erupsi freatik. Kawah Sileri merupakan salah satu kawah yang paling aktif. Erupsi freatik terakhir yang berlangsung di kawah tersebut tercatat pada bulan Juli 2003. Aktifitas erupsi freatik G.Dieng tidak membahayakan masyarakat sekitarnya karena jauh dari pemukiman penduduk. Potensi bahaya utama bagi penduduk yang bermukim di sekitar G. Dieng adalah munculnya gas beracun yang pernah terjadi pada tanggal 20 Februari 1979. Gas beracun muncul secara tiba-tiba dari Kawah Timbang akibat letusan freatik yang terjadi di Kawah Sinila menewaskan 149 jiwa penduduk. Pada tanggal 15 Januari 2009 terjadi dua kali erupsi freatik di Kawah Sibanteng pada pukul 08.00 WIB dan pukul 08.30 WIB, namun erupsi hanya berlangsung sesaat. Gempa tidak terekam di seismograf karena jarak antara seismograf dan lokasi kejadian semburan lebih kurang 7.5km. Seismometer ini difokuskan untuk memantau kawah yang paling aktif yaitu Kawah Timbang dekat Kawah Sinila sehingga tidak terekam adanya Gempa Vulkanik baik sebelum maupun sesudah erupsi. Lubang erupsi berdiameter lebih kurang 50m, sebaran material erupsi mencapai radius 50m yang melanda lahan Perhutani. Sebagian material hasil dari erupsi dan longsoran menyumbat aliran Kali Putih, sehingga membendung air di kali tersebut dan sewaktuwaktu berpotensi jebol yang dapat memicu terjadinya banjir bandang. Tidak terdeteksi adanya peningkatan konsentrasi gas beracun di lokasi erupsi dan sekitarnya.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 36-37
Berita Gunungapi Januari – April 2009 (Novianti Indrastuti)
Pemeriksaan kawah dan pengukuran temperatur yang dilakukan tidak menunjukkan adanya perubahan apabila dibandingkan dengan data sebelumnya. Pada tanggal 18 Januari 2009 temperatur Kawah Sibanteng terukur 93.2– 93.6°C. Demikian pula hasil pengukuran kandungan/konsentrasi gas di sekitar Kawah Sibanteng dan lokasi kawah lainnya tidak terukur adanya peningkatan konsentrasi gas, baik CO maupun CO2, dominan kandungan gas CH4 dan SO2 berada pada ambang batas I (2ppm), sedangkan H2S berada di bawah ambang batas I (10 ppm).
Daftar Pustaka Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, 2008, Laporan Evaluasi Data Aktivitas Gunungapi Januari – April 2009 Wittiri, 2007, Peta Kawasan Rawan Bencana G. Karangetang-Sulawesi Utara http://portal.vsi.esdm.go.id
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 4 Nomor 1, Januari 2009 : 37-37
Hal :37