Berita Gunungapi April – Juni 2008 (Estu Kriswati)
BERITA GUNUNGAPI APRIL - JUNI 2008 ESTU KRISWATI Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
Pada periode April–Juni 2008, tiga gunungapi yang sebelumnya berstatus Normal naik menjadi Waspada, yaitu G. Papandayan, G. Gamalama, dan G. Lewotobi, serta lima gunungapi menjadi berstatus Siaga (G. Egon, G. Ibu, G. Semeru, G. Anak Krakatau, dan G.Soputan). Gunungapi Egon, Nusa Tenggara Timur G. Egon (1703m) merupakan salah satu gunungapi aktif bertipe strato di P. Flores bagian timur. G. Egon berada dalam wilayah Kabupaten Sikka, Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan puncaknya terletak pada posisi geografi 08o40’00,000”LS dan o 122 27’00,000”BT. Menurut van Padang (1951), pada 28 September 1907 terjadi letusan di kawah pusat G. Egon dan pada bulan April 1925 kegiatan solfatara keluar di kawah bagian barat. Setelah masa istirahat selama 79 tahun, pada 28 Januari 2004, kegiatan vulkanik G.Egon meningkat. Diawali letusan 28 Januari 2004, letusan G. Egon berlanjut dengan letusan di awal Juli, disusul letusan periode Agustus– September. Tinggi asap letusan periode September mencapai 5000m di atas puncak. Abu letusan jatuh ke arah selatan dan tenggara G. Egon sejauh lk. 7km. Ketebalan abu di puncak mencapai 20–80cm dan pada jarak 7km dari puncak ketebalannya kurang dari 1mm (Kriswati, 2007). Peningkatan aktivitas vulkanik G. Egon dimulai dengan terekamnya 38 kejadian gempa Vulkanik Dalam (VA) dan 23 kejadian gempa Vulkanik Dangkal (VB) pada tanggal 6 April 2008, tetapi 2 hari kemudian jumlah gempa kembali normal. Pada kondisi normal biasanya tercatat Gempa Vulkanik Dalam dan Vulkanik Dangkal masing-masing sebesar 1–10 kejadian/hari. Secara visual tidak nampak
adanya perubahan yang berarti. Tinggi hembusan asap mencapai ketinggian 25–50m di atas kawah. Pengukuran deformasi (EDM) yang dilakukan tanggal 14 April 2008 menunjukkan adanya proses inflasi yang cukup besar di daerah dekat puncak. Pada tanggal 15 April 2008 pukul 22:15 WITA, terjadi letusan freatik dengan tinggi asap letusan mencapai lk. 4000m di atas kawah disertai suara gemuruh. Kolom letusan abu condong ke arah baratlaut dan sebaran abunya mencapai Kota Maumere yang berjarak lk. 20km dari G.Egon. Durasi gempa letusan terekam 1290 detik. Level kegiatan vulkanik G.Egon dinaikkan menjadi Siaga (level III) pada 15 April 2008 pukul 23:00. Tim tanggap Darurat yang telah dikirimkan ke G.Egon pada 14 April 2008 bersama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sikka melaporkan bahwa sekitar 600 jiwa dari Dusun Baokrenget, Desa Egon Gahar, Kecamatan Mapitara telah mengungsi ke tempat yang aman. Pada tanggal 20, 24, dan 28 April 2008 kembali terekam Gempa Letusan masingmasing berdurasi 1073.5 detik, 91 detik, dan 60.5 detik dengan ketinggian kolom asap masing-masing 2000m, 850m, dan 75m. Setelah itu jumlah gempa vulkanik mengalami penurunan dengan jumlah gempa hembusan yang berfluktuatif antara 6–47 kejadian/hari. Pada tanggal 12 Mei hanya terekam 2 kejadian Gempa Hembusan. Secara visual masih teramati adanya asap putih tipis dengan ketinggian 10m di atas puncak G. Egon. Pengukuran jarak dengan EDM menunjukkan deformasi yang berfluktuatif hingga akhirnya relatif konstan sejak 27 April. Pada tanggal 12 Mei 2008 pukul 16:00 WITA, tingkat kegiatan vulkanik G. Egon diturunkan dari Siaga (level III) menjadi Waspada (level II). Dalam keadaan status Waspada, PVMBG merekomendasikan agar masyarakat yang
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : 55 - 59
Hal :55
Berita Gunungapi April – Juni 2008 (Estu Kriswati)
bermukim di lereng barat dan baratdaya pada radius 1km dari puncak G. Egon selalu waspada terhadap jatuhan abu dan menjaga komunikasi serta mengikuti dan mentaati semua ketentuan yang ditetapkan oleh SATLAK PB Kabupaten Sikka dan SATKORLAK PB Provinsi Nusa Tenggara Timur serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi melalui Pos Pengamatan G. Egon di Desa Nangatobong. Gunungapi Papandayan, Jawa Barat Gunung Papandayan tercatat pertama kali meletus tahun 1772, menelan korban sekitar dua ribu jiwa dan melenyapkan banyak perkampungan, terutama di sebelah timurlaut G. Papandayan. Letusan berikutnya terjadi antara tahun 1923 sampai tahun 1925. Peningkatan jumlah gempa terjadi pada bulan Juni 1998 disertai terjadinya semburan lumpur dan gas di Kawah Emas yang mencapai ketinggian lebih kurang lima meter. Letusan terakhir terjadi pada tanggal 11 November 2002 yang mencapai puncaknya pada tanggal 13 hingga 20 November 2002. Akibat letusan ini terjadi longsoran pada dinding Kawah Nangklak dan banjir di sepanjang aliran sungai Cibeureum Gede hingga ke Sungai Cimanuk sejauh 7km, yang merendam beberapa unit rumah dan menyebabkan erosi besar sepanjang alirannya. Peningkatan aktivitas vulkanik G.Papandayan kembali terjadi tanggal 2 Agustus 2007. Peningkatan kegiatan kegempaan tercermin dari peningkatan jumlah gempa vulkanik dan terekamnya beberapa kali gempa tremor harmonik. Pengukuran suhu solfatara di Kawah Emas dan Kawah Balagadama juga menunjukkan adanya peningkatan. Peningkatan aktivitas tersebut tidak diikuti oleh letusan (Kriswati, 2007). Tanggal 15 April 2008 terekam Gempa Vulkanik Dangkal sebanyak 113 kejadian. Pada kondisi normal, jumlah Gempa Vulkanik Dangkal yang terekam di G. Papandayan adalah sebesar 1-20 kejadian/hari. Hasil analisa kimia air panas di Kawah Baru dan Kawah Balagadama memperlihatkan adanya peningkatan konsentrasi unsur kimia magmatik terlarut, terutama unsur Cl dan SO4
Hal : 56
dibandingkan data unsur kimia Desember 2007. Suhu solfatara di Kawah Mas mengalami peningkatan dari 245ºC tanggal 7 April 2008 menjadi 262ºC tanggal 16 April 2008, sementara itu di Kawah Balagadama suhu meningkat dari 91.4ºC menjadi 116ºC. Deformasi yang diukur menggunakan tiltmeter menunjukkan adanya proses deflasi di daerah puncak. Ungkitan pada komponen radial menunjukkan nilai menurun sejak 20 Maret 2008 hingga 2 April 2008, setelah itu hingga 14 April nilainya relatif stabil. Secara visual tidak nampak adanya perubahan aktivitas gunungapi. Meskipun demikian, untuk mengantisipasi peningkatan kegempaan, sejak 16 April 2008 pukul 12:00 WIB status G. Papandayan dinaikkan menjadi Waspada (level II). Pada tingkat kegiatan “Waspada” (level II), direkomendasikan kepada masyarakat dan pengunjung/wisatawan untuk tidak mendekati kawah yang ada di puncak G. Papandayan dalam radius 1km dari kawah aktif. Di musim penghujan Pemda setempat direkomendasikan untuk terus memantau kemungkinan terbentuknya tanggul-tanggul air akibat longsoran tebing di sungai-sungai yang berhulu di sekitar kawah yang dapat memicu terjadinya banjir bandang. Gunungapi Ibu, Maluku Utara Peningkatan aktivitas G. Ibu mulai terjadi tanggal 4 April dengan mulai terekamnya terekamnya Gempa Letusan. Tanggal 6 April terus meningkat hingga mencapai 117 kejadian. Tanggal 15–18 April 2008, jumlah gempa letusan mencapai rata-rata 101 kejadian/hari dan tanggal 19–20 April 2008 terekam 241 kejadian gempa letusan dan 143 gempa hembusan. Secara visual letusan teramati sejak 4 April dengan warna asap kelabu mencapai ketinggian 300–400m di atas puncak G. Ibu. Sejak 12 April 2008 tinggi asap terus meningkat mencapai 500–800m di atas puncak. Berdasarkan data kegempaan dan visual tersebut, tingkat kegiatan G. Ibu dinaikkan dari Waspada (level II) menjadi Siaga (level III) sejak tanggal 21 April 2008 pukul 16:00 WIT.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : 56 - 59
Berita Gunungapi April – Juni 2008 (Estu Kriswati)
Tingkat kegiatan ini masih dipertahankan hingga tulisan ini disusun (Agustus 2008). Sehubungan dengan tingkat kegiatan G. Ibu yang berada pada tingkat Siaga (level III), masyarakat direkomendasikan untuk tidak mendaki dan mendekati kawah G. Ibu dalam radius 2km. Jika terjadi hujan abu dianjurkan untuk menggunakan masker penutup hidung dan mulut karena dapat mengganggu pernapasan. Gunungapi Anak Krakatau, Lampung Selatan Setelah beristirahat selama hampir 2 bulan, G. Anak Krakatau kembali mengeluarkan letusan abu. Jumlah Gempa Letusan yang terekam di pos PGA Pasauran pada 14 April sebanyak 193 kejadian, menyusul meningkatnya jumlah Gempa Vulkanik Dalam menjadi sebesar 24 kejadian dan Gempa Vulkanik Dangkal sebesar 52 kejadian. Jumlah gempa berfluktuatif hingga mencapai puncaknya tanggal 20 April 2008 dengan terekamnya 156 kejadian Gempa Vulkanik Dalam, 155 kejadian Gempa Vulkanik Dangkal, 189 Gempa Letusan, dan 283 kejadian Gempa Hembusan. Tingkat kegiatan G. Anak Krakatau kembali dinyatakan Siaga (level III) sejak 21 April 2008 pukul 12:00 WIB. Letusan abu disertai lontaran material pijar berlangsung setiap selang 5–15 menit dengan ketinggian 100–500m di atas titik letusan. Suara dentuman kadang terdengar hingga pos PGA Pasauran. Diameter kawah baru makin lebar dan hampir menjebol dinding kawah lama. Sejak 21 April hingga 21 Juni 2008, jumlah gempa letusan berfluktuasi antara 110 hingga 279 kejadian/hari. Setelah itu jumlah gempa letusan mengalami penurunan yang cukup besar hingga tanggal 2 Juli 2008 jumlah gempa hanya terekam sebanyak 11 kejadian. Tanggal 3 Juli 2008, tingkat kegiatan G. Anak Krakatau kembali diturunkan menjadi Waspada (level II). Analisis sebaran produk letusan menunjukkan bahwa daerah yang terancam bahaya letusan G. Anak Krakatau umumnya terbatas di daerah sekitar puncak dan lereng bagian timur, selatan–baratdaya. Potensi bahaya
letusan berupa lontaran batu pijar, hujan abu, dan longsoran material lepas produk letusan. Masyarakat direkomendasikan untuk tidak mendekati Pulau Anak Krakatau dalam radius 1km dari Kawah G. Anak Krakatau. Gunungapi Gamalama, Maluku Utara Sejak abad 16 sering terjadi letusan G.Gamalama dengan interval terpendek 1 tahun dan terpanjang 50 tahun. Dimulai pada tahun 1538 dengan letusan yang berpusat di kawah puncak. Di samping letusan yang berpusat di kawah utama, letusan-letusan samping juga tercatat terjadi tahun 1763, 1770, 1775, dan 1962-63. Tipe letusan G. Gamalama umumnya vulkanian, terkadang diakhiri oleh adanya leleran lava. Sejak kegiatan tahun 1911 aliran lava tidak pernah terjadi lagi, tetapi awanpanas yang sebelumnya tidak pernah ada, teramati pada letusan 1988, 1991, dan 1993 ke arah timur puncak. Tercatat beberapa kali terjadi korban jiwa manusia. Letusan terakhir terjadi pada Juli-Agustus 2003 (Kriswati, 2005). Beberapa kali terjadi peningkatan kegiatan vulkanik G. Gamalama tetapi tidak diikuti oleh letusan. Diawali dengan peningkatan aktivitas kegempaan pada tanggal 10 Mei 2008, terjadi hembusan asap berwarna putih tebal yang mencapai ketinggian 400–500m di atas puncak pada tanggal 11 Mei 2008. Peningkatan kegempaan terutama ditandai oleh munculnya gempa Tremor Vulkanik pada tanggal 10 Mei 2008. Sejak tanggal 11 Mei 2008 pukul 19:00 tingkat kegiatan G. Gamalama dinaikkan menjadi Waspada (level II). Masyarakat direkomendasikan untuk tidak mendaki dan mendekati kawah yang ada di puncak G.Gamalama dalam radius 2 km. Gunungapi Semeru, Jawa Timur Peningkatan kegiatan vulkanik G. Semeru mulai terlihat sejak 15 Mei 2008. Tanggal 15 hingga 19 Mei terekam 432 kejadian Gempa Letusan, 4 kejadian Gempa Guguran, satu kejadian Tremor, dan 6 kejadian awanpanas. Letusan abu G. Semeru pada tingkat Waspada (level II) terjadi dengan interval 20–30 menit
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : 57 - 59
Hal :57
Berita Gunungapi April – Juni 2008 (Estu Kriswati)
dengan ketinggian asap mencapai 100–400m di atas puncak G. Semeru. Pada malam hari sering terlihat semburan lava pijar. Tanggal 15 Mei 2008 terjadi peningkatan tinggi letusan asap hingga mencapai 600m di atas puncak dan jarak luncur awan panas mencapai lebih kurang 2500m dari kawah aktif ke arah Besuk Bang. Jarak luncur awanpanas semakin meningkat hingga mencapai 3000m dari kawah aktif pada tanggal 21 Mei 2008. Terhitung tanggal 21 Mei 2008 pukul 20:00 WIB, tingkat kegiatan G.Semeru dinaikan menjadi Siaga (level III). Sejak tanggal 22 Mei 2008 jumlah kejadian awan panas menunjukkan penurunan dan terhitung sejak tanggal 5 Juni 2008 pukul 13:00 WIB, tingkat kegiatan G. Semeru diturunkan menjadi Waspada (Level II). Wilayah yang berpotensi terkena ancaman material vulkanik adalah Dusun Rowo Baung dan Dusun Supit yang termasuk wilayah Desa Pronojiwo dan berjarak lebih kurang 9km dari puncak G. Semeru, Dusun Urip di Desa Sumber Urip, serta Dusun Kamar A dan Dusun Umbulandi di Desa Supit Urang. Sungai-sungai yang harus diwaspadai karena ancaman awan panas maupun lahar adalah Sungai Besuk Bang, Sungai Besuk Kobokan, dan Sungai Besuk Kembar. Potensi ancaman tersebut semakin tinggi oleh keberadaan aktifitas penambangan pasir G. Semeru di Dusun Supit dan Dusun Rowo Baung (PVMBG, 2008). Masyarakat direkomendasikan untuk tidak melakukan aktivitas di wilayah sejauh 4km di seputar lereng tenggara kawah aktif yang merupakan wilayah bukaan yang bisa menjadi alur luncuran awan panas. Masih banyaknya endapan material vulkanik lepas hasil letusan terdahulu di sekitar kawah, maka di musim penghujan masyarakat yang bermukim di bantaran sungai dan yang beraktivitas di dalam Sungai Besuk kembar, Besuk Kobokan, dan Besuk Bang diharapkan berhati-hati karena dapat terancam bahaya aliran lahar panas. Gunungapi Lewotobi, Nusa Tenggara Timur G. Lewotobi sangat aktif dengan interval terpendek antar letusan adalah 1 tahun dan interval terpanjang 29 tahun. Letusan yang
Hal : 58
relatif besar, menghasilkan aliran lava bahkan awan panas serta kadang menimbulkan korban manusia yang terjadi tahun 1869, 1907, 1909, 1914, dan 1932. Tahun 1932 terjadi pembentukan kubah lava dan proses letusan mengakibatkan munculnya awan panas guguran. Letusan G. Lewotobi lebih jauh dicirikan oleh munculnya letusan-letusan kecil yang berlangsung selama beberapa bulan mendahului letusan besar. Tinggi kolom asap yang timbul berkisar antara 200–500m, berangsur ketinggiannya meningkat hingga mencapai puncaknya sekitar 1000–2000m di atas puncak. Setelah letusan besar terjadi, kegiatan letusan dalam waktu sekitar 2 minggu kemudian berangsur menurun bahkan hampir tidak terjadi lagi letusan (Kriswati, 2006). Jumlah gempa Vulkanik Dangkal mengalami peningkatan sejak 12 Mei 2008 disusul peningkatan jumlah gempa Vulkanik Dangkal pada tanggal 26 Mei 2008 dan mulai terekamnya Gempa Tremor menerus dengan amplitudo maksimum mencapai 5mm. Tetapi secara visual tidak tampak adanya perubahan aktivitas vulkanik G. Lewotobi. Untuk mengantisipasi peningkatan kegiatan vulkanik G. Lewotobi, tingkat kegiatannya dinaikkan menjadi Waspada (level II) pada tanggal 29 Mei 2008 pukul 13:00 WITA. Pada tingkat kegiatan Waspada (level II) direkomendasikan kepada masyarakat untuk tidak mendekati area puncak pada radius 2km dari puncak baik G. Lewotobi Laki-Laki maupun G. Lewotobi Perempuan. Gunungapi Soputan, Sulawesi Utara Aktivitas kegiatan G. Soputan dicirikan oleh pertumbuhan kubah lava yang terus bertambah sejak tahun 1991. Pertumbuhan kubah lava tersebut sering disertai oleh letusan abu. Pada status Waspada (level II) kegiatan G. Soputan dicirikan oleh hembusan asap di kubah lava. Letusan terakhir G. Soputan terjadi pada tanggal 25 Oktober 2007, menyemburkan asap setinggi lebih kurang 1000 meter di atas puncak disertai guguran lava pijar ke arah barat sejauh 1000km.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : 58 - 59
Berita Gunungapi April – Juni 2008 (Estu Kriswati)
Peningkatan aktivitas vulkanik G. Soputan kembali terjadi akhir Maret 2008 dengan meningkatnya suhu permukaan di stasiun tiltmeter dan terekamnya gempa vulkanik disertai dengan munculnya sinar api di sekitar puncak pada 31 Maret 2008. Sejak awal Mei terjadi deformasi yang cukup signifikan di daerah puncak G. Soputan dan suhu permukaan tanah meningkat sejak 24 Mei 2008 hingga mencapai 51.4ºC. Selama bulan mei hingga 5 Juni 2008 terekam Gempa Guguran berkisar antara 14-22 kejadian /hari. Pada tanggal 6 Juni mulai terekam Gempa Tremor Vulkanik dengan amplitudo makasimum antara 5–20mm. Pukul 11:07 WITA terekam Gempa Awan Panas Guguran. Berdasarkan data peningkatan kegiatan vulkanik tersebut, tingkat kegiatan G. Soputan dinaikkan menjadi Siaga (level III) sejak 6 Juni 2008 pukul 11:30 WITA. Letusan terus menerus terjadi sejak 6 Juni hingga 7 Juni dengan tinggi kolom asap mencapai ketinggian hingga lebih dari 2000m di atas puncak, diiringi lontaran material pijar dan awan panas guguran dengan jangkauan luncuran maksimum sekitar 6km dari puncak ke arah barat–baratdaya– baratlaut. Dinding kawah bagian barat runtuh menyebabkan terbentuknya bukaan kawah ke arah barat dan diameter Kawah G. Soputan membesar. Sebaran abu secara umum mengarah ke bagian barat laut meliputi Desa Tombatu, Desa Silian, dan Desa Lobu di Kecamatan Tombatu, dan ke arah baratdaya meliputi Kecamatan Amurang dan Tompaan. Ketebalan abu letusan pada jarak 5km dari pusat letusan rata-rata mencapai 4cm. Abu letusan menjangkau hingga Bolaang Mongondouw dan Kabupaten Kotamobagu, sekitar 60km selatan G. Soputan. Kerusakan terjadi pada areal perkebunan kelapa di Kabupaten Minahasa Selatan yang berjarak 6km dari pusat letusan karena terkena awan panas. Setelah tanggal 7 Juni aktivitas G. Soputan menurun kembali dan pada tanggal 18 Juni 2008 pukul 14.00 WITA statusnya diturunkan menjadi Waspada (Level II). Potensi bencana akibat letusan G. Soputan bagi penduduk relatif kecil karena pemukiman terdekat berjarak 8km dari puncak. Ancaman
terbesar ada di area perkemahan di lereng timurlaut puncak yang berjarak sekitar 3–4km dari puncak G. Soputan. Oleh sebab itu direkomendasikan kepada masyarakat agar tidak beraktifitas pada radius sekitar 6km dari puncak G. Soputan dan dilarang melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas di sekitar area perkemahan. Jika terjadi hujan abu, masyarakat dianjurkan menggunakan masker penutup hidung dan mulut untuk mengantisipasi gangguan saluran pernafasan.
Daftar Pustaka Bidang
Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, 2008, Laporan Evaluasi Data Aktivitas Gunungapi di Indonesia Triwulan II (April – Juni 2008), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Kriswati, E., 2006, Laporan Pengamatan Terpadu G. Lewotobi Juli – Agustus 2006, PVMBG. Kriswati, E., 2007, Perubahan Jarak Horisontal Sehubungan dengan Letusan G. Egon 2004 – 2005, Buletin Vulkanologi Vol. 2 Nomor 1, Januari 2007, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 3 Nomor 2, Agustus 2008 : 59 - 59
Hal :59