<span style="color: #008000; font-size: large;"><strong><span style="color: #0000ff;"><span style="text-decoration: underline;">Berita Karet Alam dari Beberapa Sumber Media :
<span style="font-size: small;"><strong><span style="color: #000000;">1. Pertemuan Khusus Indonesia, Malaysia dan Thailand Membahas Harga Karet Alam
<span style="font-size: small;"><strong><span style="font-size: small;"><span style="color: #000000;">2. Harga Turun, Negara Produsen Karet Berkumpul
<span style="font-size: small;"><strong><span style="font-size: small;"><span style="color: #000000;">3. Thailand Rusuh, Harga Karet Masih Belum Melar
<span style="font-size: x-small;"><strong><span style="font-size: small;"><span style="color: #000000;">4. Harga Karet Turun, DPR Minta Pemerintah Bangun Industri Domestik
<span style="font-size: x-small;"><strong><span style="font-size: small;"><span style="color: #000000;">5. Petani Keluhkan Anjloknya Harga Karet
<span style="font-size: x-small;"><strong><span style="font-size: small;"><span style="color: #000000;">6. Gapkindo Sumut : Harga Karet Masih Meprihatinkan
<span style="font-size: x-small;"><strong><span style="font-size: small;"><span style="color: #000000;">7. Bengkulu Siapkan 448.000 Bibit untuk Proyek Kebun Karet Rakyat
<span style="font-size: x-small;"><strong><span style="font-size: small;"><span style="color: #000000;">8. Harga Karet Murah, Petani Sumut Tidak Mederes
<span style="font-size: x-small;"><strong><span style="font-size: small;"><span style="color: #000000;">9. Penguatan Industri Hulu Karet Mendesak Dilakukan
<span style="font-size: x-small;"><strong><span style="font-size: small;"><span style="color: #000000;">-----------------------------------------------------------------------
<span style="font-size: x-small;"><strong>
<strong><span style="color: #0000ff;"><span style="font-size: medium;">1. Pertemuan Khusus Indonesia, Malaysia dan Thailand Membahas Harga Karet Alam
<span style="color: #000000;">Pada tanggal 13-14 Maret 2014 telah diselenggarakan pertemuan khusus <em>International Tripartite Rubber Council (ITRC)<em> di Bangkok, Thailand. Pertemuan dihadiri oleh anggota ITRC yaitu Indonesia, Malaysia dan Thailand. Delegasi RI yang dipimpin KBRI Bangkok terdiri dari pejabat Kementerian Perdagangan RI dan Wakil Ketua Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO). Pertemuan tersebut dilanjutkan dengan Pertemuan Khusus antara ITRC dengan Kamboja.
<span style="color: #000000; line-height: 1.3em;">ITRC adalah aliansi tiga negara produsen karet yang dibentuk�melalui <em>Joint Ministerial Declaration (the Bali Declaration 2001)<span style="color: #000000; line-height: 1.3em;"> tanggal 12 Desember 2001 di Bali, Indonesia. Tujuan aliansi ini adalah kerja sama untuk menjamin penghasilan para petani karet kecil secara adil di tiga negara anggotanya. Berdasar Deklarasi Bali tersebut kemudian dibentuk <em>International Tripartite Rubber Council (ITRC)<span style="color: #000000;
1/7
Berita Karet Alam April 2014
line-height: 1.3em;"> yang bertanggungjawab untuk mengkoordinir dan memantau implementasi langkah-langkah suplai karet alam melalui mekanisme antara lain <em>Supply Management Scheme (SMS)<span style="color: #000000; line-height: 1.3em;"> dan <em>Agreed Export Tonnage Scheme (AETS).<span style="color: #000000; line-height: 1.3em;"> Hal ini dilakukan dengan target tercapainya harga karet yang baik sehingga dapat menguntungkan para petani karet.
<span style="color: #000000; line-height: 1.3em;">ITRC pada pertemuan tanggal 8 Agustus 2002 di Bali membentuk <em>International Rubber Consortium, Limited (IRCo)<span style="color: #000000; line-height: 1.3em;"> yang bertugas untuk melaksanakan operasi pasar secara strategis.
<span style="color: #000000; line-height: 1.3em;">Pertemuan Khusus ITRC di Bangkok membahas perkembangan harga karet alam saat ini. Ketiga negara anggota ITRC berpandangan bahwa sentimen negatif pasar karet alam saat ini dipengaruhi oleh laporan-laporan adanya stok karet alam yang berlebihan.��Namun demikian, stok karet alam tersebut akan mengalami penurunan seiring dengan terjadinya musim kering yang luar biasa, masa <em>wit<em>h<em>ering<span style="color: #000000; line-height: 1.3em;"> yang diperkirakan akan panjang. Keadaan tersebut diperkiarakan akan menyebabkan masa sadap karet mundur. <em>International�Rubber�Consortium Limited (IRCo)<span style="color: #000000; line-height: 1.3em;">berpendapat kondisi tersebut akan menyebabkan penurunan lebih lanjut produksi karet alam tahun 2014 di negara-negara ITRC sebanyak 6%-8%.
<span style="color: #000000; line-height: 1.3em;">Untuk meningkatkan penggunaan karet alam, ITRC telah membentuk <em>Demand Promotion Scheme Committee (DPSC)<span style="color: #000000; line-height: 1.3em;"> yang bertugas menggali bidang-bidang dan stretagi untuk peningkatkan konsumsi karet alam di tingkat domestik maupun global. Selain itu, DPSC juga bertugas��memperkuat kerja sama pengembangan penggunaan produk-produk dengan bahan dasar karet alam.
<span style="color: #000000; line-height: 1.3em;">Memperhatikan hal-hal tersebut di atas, serta adanya perkiraan pertumbuhan ekonomi yang positif di negara-negara importir karet alam, IRCo berpendapat harga karet alam tahun 2014 akan meningkat.
<span style="color: #000000; line-height: 1.3em;">Untuk memperkuat kerja sama regional di antara negara-negara penghasil karet, ITRC juga melakukan pertemuan dengan Kamboja.
<span style="color: #000000;"><strong>15/03/2014 Kemlu.go.id
<span style="color: #000000;"><strong>-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
<span style="font-size: 16px; font-weight: bold; line-height: 1.3em;"><span style="color: #0000ff;">2. Harga Turun, Negara Produsen Karet Berkumpul
<span style="color: #000000; line-height: 1.3em;">Harga karet terus menunjukkan pelemahan. Untuk mengantisipasi pelemahan harga lebih lanjut, pada bulan Maret ini akan diadakan pertemuan antar negara-negara produsen karet seperti Thailand, Indonesia dan Malaysia yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC).
<span style="color: #000000;">Iman Pambagyo Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional (KPI) Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengatakan, pertemuan ITRC itu akan membahas berbagai upaya
2/7
Berita Karet Alam April 2014
dalam menjaga stabilitas harga karet. "Pertemuan <em>special meeting membahas harga karet yang jatuh," kata Iman, Kamis (13/3).
<span style="color: #000000;">Dalam pertemuan itu akan diundang juga negara produsen karet lain, seperti Vietnam dan Kamboja. Selama ini, penerapan skema pengurangan ekspor dan pelaksanaan program peremajaan pohon yang dilakukan negara anggota ITRC tidak berdampak signifikan lantaran, beberapa negara produsen karet lain tetap melakukan ekspor dengan cukup deras.
<span style="color: #000000;">Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi harga karet dunia saat ini masih belum melar meski tren perekonomian dunia mulai membaik. "Vietnam mempengaruhi ITRC, dan permintaan di pasar. Industri manufaktur belum pulih," ujar Iman.
<span style="color: #000000;"><strong>Kontan, 14/03/2014
<span style="color: #000000;"><strong>----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
<span style="color: #0000ff;"><strong>3. Thailand <strong>R<strong>usuh, <strong>H<strong>arga <strong>K<strong>aret <strong>M<strong>asih <strong>B<strong>elum <strong>M<strong>elar
<span style="color: #000000;">Harga karet diproyeksikan masih akan tertekan dan sulit melar dalam waktu dekat. Walau salah satu negara produsen karet terbesar di dunia, yakni Thailand, saat ini suhu politiknya sedang bergejolak, namun hal tersebut belum mampu untuk mendongkrak harga karet di pasaran.
Aziz Pane, Ketua Umum Dewan Karet Indonesia mengatakan, harga karet yang terbentuk saat ini lebih disebabkan oleh kondisi perekonomian dunia. "Efek dari kondisi di Thailand tidak terasa, dan harga tidak akan benyak beranjak dari saat ini," kata Aziz, Senin (3/3).
Mengutip <em>Bloomberg, harga karet di bursa Tokyo Commodity Exchange (Tocomm) untuk pengiriman Maret 2014 saat ini hanya berada di kisaran US$ 2,2 per kilogram (kg). Padahal pada awal Januari lalu harga karet sempat berada di kisaran US$ 2,5 per kg.
<span style="color: #000000;">Sementara itu, Asril Sutan Amir, Penasehat Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) mengatakan, rendahnya harga karet di pasar internasional tersebut akan mempengaruhi pendapatan para petani karet di dalam negeri.
<span style="color: #000000;">Asril bilang, saat ini, harga karet dengan kadar 30% di tingkat petani hanya Rp 5.400 per kg. Padahal, tahun 2011 lalu bisa mencapai Rp 15.000 per kg-Rp 20.000 per kg. "Harga karet saat ini merupakan yang paling rendah dalam 10 tahun terakhir," kata Asril.
<span style="color: #000000;">Saat ini, harga jual karet dari para petani tersebut dinilai sudah tidak ideal lagi. Pasalnya, dengan harga jual saat ini para petani hanya dapat membeli beras sebanyak 1/2 kg. Padahal, agar para petani terangsang untuk terus menanam pohon karet, maka harga jual karet seharusnya setara dengan 2 kg beras.
<span style="color: #000000;"><strong>Kontan, 03/03/2014
<span style="color: #000000;"><strong>----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
<strong><span style="color: #000000;"><span style="font-size: medium;"><span style="color: #0000ff;">4. Harga Karet Turun, DPR Minta Pemerintah Bangun Industri Domestik
<span
3/7
Berita Karet Alam April 2014
style="color: #000000;">Dalam beberapa bulan terakhir, harga karet turun drastis dan disinyalir membuat para petani khususnya di Kepulauan Bangka Belitung menderita. Anggota Komisi IV DPR-RI, Anton Sukartono Suratto, menyatakan harga karet kini hanya Rp 6.500/kg, lebih rendah dibanding akhir tahun 2013 yang mencapai Rp 8.000/kg.
<span style="color: #000000; line-height: 1.3em;">Akibat turunnya harga karet di berbagai daerah di Indonesia, terutama di Bangka Belitung, petani diharap siap menghadapi harga yang berfluktuasi. Penurunan harga bisa terjadi dalam waktu yang lama karena dipengaruhi krisis ekonomi di Eropa yang tak mungkin bisa segera selesai.
<span style="color: #000000;">Walau demikian, Politisi Partai Demokrat itu menilai ada solusi terbaik yang harus dilakukan, yakni dengan mengatur�<em>supply dan�<em>demand melalui Kementerian Perdagangan. "Pemerintah harus mampu mendorong pengembangan industri hilir dan industri hulu domestik. Karena pengembangan hilir domestik dapat mengurangi ketergantungan sektor perkebunan terhadap situasi pasar komoditas primer internasional," kata Anton di Jakarta, Minggu (9/3).
<span style="color: #000000;">Lebih jauh Anton yang kini menjadi Caleg PD Daerah Pemilihan Jabar V, menjelaskan saat ini Indonesia baru memanfaatkan tidak lebih 13% produksi karet alam nasional untuk industri hilir.
<span style="color: #000000;">Mengingat 85% dari luas perkebunan karet Indonesia merupakan perkebunan rakyat, maka mereka mampu menghasilkan produk karet alam sebanyak 2.210 juta ton. Di sisi lain, perusahaan perkebunan negara (BUMN) menghasilkan karet 252.000 ton, dan perkebunan besar swasta diperkirakan mampu memproduksi 274.000 ton karet alam pada tahun 2010 dan menjadi 276.000 ton pada tahun 2011.
<span style="color: #000000;">"Masalahnya, tinggal bagaimana pemerintah memberikan berbagai skema insentif kepada para investor untuk mengembangkan industri karet ini dengan menyediakan teknologi," paparnya.
<span style="color: #000000;">Sementara, dari sektor hulu, jelasnya, pemerintah diharapkan juga membantu petani dalam mengintensifikasi tanaman karet, sehingga para petani tidak perlu memiliki lahan yang luas. Akan tetapi, bagaimana petani dapat meningkatkan produktivitasnya dari 1.000 kilogram menjadii 1.500-1.800 kilogram per hektar.
<span style="color: #000000;">Sementara Kartini Tilawati, Caleg PD dari Bangka Belitung, menambahkan harga karet selama ini memang ditentukan oleh harga karet dunia. Sehingga ketika pasaran harga di dunia turun, maka pasaran harga di tingkat petani juga akan turun.
<span style="color: #000000;">"Nah, mestinya petani tidak hanya mengandalkan produksi karet, tetapi bagaimana agar mereka diversifikasi tanaman-tanaman yang menguntungkan atau komoditas pertanian lain yang bisa menopang penghidupan mereka," jelas Kartini.
<span style="color: #000000;"><strong>Berita satu.com, 09/03/2014
<span style="color: #000000;"><strong>-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
<strong><span style="color: #0000ff;"><span style="font-size: medium;">5. Petani Keluhkan Anjloknya Harga Karet
<span style="color: #000000;">Petani karet di Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat (Babar), Kepulauan Bangka-Belitung (Babel) kembali mengeluhkan turunnya harga karet, yang sudah berlangsung dalam beberapa pekan ini.
<span style="color: #000000;">Harga karet di tingkat petani yang dijual ke pedagang pengepul, hanya tembus Rp 6.500/kg hingga Jumat (7/3/2014) ini. Dibanding harga di penghujung 2013, masih mencapai Rp 8.000 per kg.
<span style="color: #000000;">"Pada 2013 lalu, harga karet petani di Kelapa paling tinggi hanya sampai Rp 8.000 per Kg. Di awal 2014 ini kok turun terus, sekarang jadi Rp 6.500 per Kg, kan kalau begini petani jadi tercekik," kata Syaibum petani karet di Kelurahan Kelapa kepada bangkapos.com (Tribunnews.com Network), Jumat (7/3/2014).
<span style="color: #000000;">Syaibum menuturkan, harga karet dalam 1-2 tahun ini tidak sebanding dengan harga beras.
<span style="color: #000000;">"Harga karet sekarang satu kilogram Rp 6.500, harga beras Rp 10.000-Rp 11.000 per kilogram (Kg), kan nggak sesuai lagi," keluh Syaibum.
<span style="color: #000000;"><strong>Tribunnews.com, 07/03/2014
<span style="color: #000000;"><strong>--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
<strong><span style="color: #0000ff;"><span style="font-size: medium;">6. Gapkindo Sumut: Harga Karet Masih Memprihatinkan
<span style="color: #000000;">Aksi spekulan masih terus menekan harga ekspor karet di pasar internasional yang kini tergolong memprihatinkan yakni hanya US$ 1,836 AS per kg untuk jenis SIR20 Indonesia.
"Meski harga pada 27 Februari untuk pengapalan Maret itu hanya US$ 1,836 per kg, namun sudah naik dari kondisi 26 Februari yang tercatat US$ 1,791 per kg. Perkembangan harga itu masih memprihatinkan karena di bawah US$ 2 per kg," kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara, Edy Irwansyah di Medan, Jumat.
<span style="color: #000000;">Menurut dia, tren terus menurunnya harga ekspor itu merupakan dampak aksi spekulan yang antara lain mengeluarkan isu bahwa stok karet dunia banyak dan sewaktu-waktu dapat dilepas ke pasar.
<span style="color: #000000;">Dugaan kuat penurunan harga karet sebagai dampak aksi spekulan, kata Edy mengacu pada terjadinya pasokan ketat komoditas itu dewasa ini.
<span style="color: #000000;">Pengetatan pasokan merupakan dampak musim kering yang terjadi di sentra produksi termasuk di Indonesia. "Harusnya harga naik, bukan turun seperti dewasa ini," katanya.
<span style="color: #000000;">Edy mengakui, rendahnya harga juga karena negara produsen belum kompak untuk melakukan penahanan ekspor seperti yang diwacanakan.
<span style="color: #000000;">"Eksportir Gapkindo sendiri sudah siap untuk menahan ekspor, tetapi tampaknya negara lain belum dan itu tentunya tidak efektif," katanya.
<span style="color: #000000;">Penurunan harga ekspor otomatis membuat harga bahan baku berupa bahan olah karet (Bokar) di pabrikan turun tinggal Rp 17.226-Rp 19.226 per kg.
<span style="color: #000000;">Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut, Parlindungan Purba menyebutkan, turunnya terus harga karet dan CPO dikhawatirkan menurunkan devisa Sumut.
<span style="color: #000000;">"Harus ada langkah kongkrit untuk menaikkan harga karet itu antara lain dengan melepas ketergantungan ekspor dalam bentuk setengah jadi," katanya.
<span style="color: #000000;"><strong>Investor daily,
5/7
Berita Karet Alam April 2014
01/03/2014
<span style="color: #000000;"><strong>-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
<span style="color: #0000ff;"><span style="font-size: medium;"><span style="color: #0000ff;"><strong>7. Bengkulu Siapkan 448<strong>.000<strong> Bibit <strong>untuk<strong> Proyek Kebun Karet Rakyat
<span style="color: #000000; line-height: 1.3em;">Provinsi Bengkulu yang masih memiliki ratusan ribu hektar lahan tidur kini tengah mempersiapkan pengembangan kebun karet rakyat. Sebanyak 448.000 bibit karet sudah disiapkan untuk menyukseskan program ini.
<span style="color: #000000;">"Kita salurkan tahun ini juga melalui kelompok tani se-Provinsi Bengkulu," ujar Kepala Dinas Perkebunan Bengkulu Ricky Gunarwan, Jum'at (21/3/2014).
<span style="color: #000000;">Bibit karet itu rencananya akan disebar ke 7 kabupaten, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Seluma, Kaur, Mukomuko dan Bengkulu Selatan.
<span style="color: #000000;">Pengadaan 300.000 batang bibit ini didanai anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk kebutuhan 26.000 hektar (ha) lahan. Sisanya 148.000 bibit didanai APBD guna memenuhi kebutuhan 100.000 ha.
<span style="color: #000000;">Pembagian bibit sendiri akan dilakukan melalui kelompok tani masing-masing desa di 7 kabupaten tersebut. Setiap petani akan mendapatkan sebanyak 150 batang dengan lahan maksimal 2 ha.
<span style="color: #000000;">"Kami melakukan pembibitan sendiri untuk menjamin kualitas. Jika dilakukan perawatan dan pemupukan yang baik, 5 tahun kedepan mereka sudah bisa panen," lanjut Ricky.
<span style="color: #000000;">Total produksi karet Bengkulu tahun 2013 dari kebun rakyat dan perkebunan swasta lebih dari 600.000 ton.
<span style="color: #000000;">Lima tahun ke depan produksi karet di wilayah ini diprediksi meningkat lebih dari 25% dan akan dilakukan pembagian bibit gratis secara berkala.
<span style="color: #000000;"><strong>Liputan6.com, 21/03/2014
<span style="color: #000000;"><strong>-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
<span style="color: #0000ff;"><span style="font-size: medium;"><span style="color: #0000ff;"><strong>8. Harga Karet Murah<strong>,<strong> Petani Sumut Tidak Menderes
<span style="color: #000000; line-height: 1.3em;">Para petani karet dari berbagai sentra produksi di Sumatera Utara memilih tidak menderes getah dan "hijrah" sementara ke Kota Medan untuk bekerja serabutan menyusul harga jual komoditas itu yang semakin murah.
<span style="color: #000000;">"Petani sangat susah. Harga getah sangat murah hanya Rp 5.000-an sampai Rp 6.000-an per kg, padahal produksi sedang sedikit karena kemarau," kata K. Siregar, petani karet Labuhanbatu di Medan, Jumat.
<span style="color: #000000;">Untuk bertahan menghidupi keluarga, kata dia, sebagian besar petani memilih mencari kerja sementara di Kota Medan dan kota lainnya.
<span style="color: #000000;">"Yah ada yang menjadi sopir angkot, buruh bangunan dan membawa becak. Mau kerja di pabrik susah karena tidak ada ijazah," katanya.
<span style="color:
6/7
Berita Karet Alam April 2014
#000000;">Menurut dia, harga karet sudah beberapa tahun terakhir rendah khususnya pada tahun lalu dan berlanjut hingga awal tahun ini.
<span style="color: #000000;">K.Siregar berharap harga karet segera naik atau pemerintah membeli karet petani dengan harga normal. Selain itu dapat pula pemerintah memberikan bantuan pinjaman.
<span style="color: #000000;">Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah menyebutkan, harga jual karet memang tren rendah di bawah US$ 2 per kg akibat pengaruh krisis global.
<span style="color: #000000;">Harga karet Indonesia jenis SIR20 di bursa Singapura misalnya pada tanggal 27 Maret hanya US$ 1,868 per kg sehingga di pabrikan juga sebesar Rp17.671-Rp19.671 per kg. "Otomatis, memang harga beli ke petani ikut murah," katanya.
<span style="color: #000000;">Pengusaha pabrikan sendiri tidak berani berspekulasi membeli getah dalam partai besar karena melihat fluktuasi harga begitu cepat terjadi di bursa di tengah permintaan yang masih belum membaik.
<span style="color: #000000;"><strong>Republika, 29/03/2014
<span style="color: #000000;"><strong>-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
<span style="color: #000000; font-size: 14px; line-height: 1.3em;"><strong><span style="color: #0000ff;"><span style="font-size: medium;">9. Penguatan Industri Hulu Karet Mendesak Dilakukan
<span style="color: #000000; line-height: 1.3em;">Asosiasi Petani Karet Indonesia Jawa Barat meminta pemerintah memperkuat industri hulu karet rakyat guna mendongkrat pendapatan di tingkat petani.
<span style="color: #000000;">Penasihat Asosiasi Petani Karet Indonesia Jabar Iyus Supriatna mengatakan selama ini industri hulu karet rakyat hanya mampu memproduksi bahan olahan karet (bokar) dari 1 ton per hektar. Padahal, idealnya produksi bokar per ha mencapai 1,8 ton per ha.
<span style="color: #000000;">"Solusinya pemerintah harus melakukan peremajaan klon unggul dan perbaikan sistem sadap dengan sentuhan teknologi modern agar karet yang dihasilkan bisa lebih banyak,� katanya, Senin (3/3/2014).
<span style="color: #000000;">Menurutnya, industri pengolahan bokar saat ini masih dikelola kelompok petani secara swadaya, dengan menggunakan teknologi konvensional.
<span style="color: #000000;">Sehingga, katanya, wajar jika petani rakyat belum menikmati harga sesungguhnya dari harga jual di dalam maupun luar negeri.
<span style="color: #000000;">Iyus mengungkapkan pangsa pasar karet di tingkat petani saat ini sudah cukup menggeliat, mengingat mereka secara swadaya mengembangkan perkebunan karet.
<span style="color: #000000;">�Misalnya di Garut, saat ini dalam kurun waktu 10 tahun perkebunan karet di sana sudah mencapai 2.000 ha. Itu merupakan hasil swadaya mereka yang tergiur mengembangkannya,� tutur Iyus.
<span style="color: #000000;"><strong>Bisnis.com, 03/03/2014
<span style="color: #000000;"><strong>---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------