Kawan- Kawan yang baik, Berikut ini saya teruskan karangan yang ditulis oleh Kawan Eddi Sugianto. Pada tahun 1965 ia adalah aktivis CGMI, pernah ditahan di Kamp interogasi Operasi Kalong, Rumah Tahanan Chusus (RTC) Salemba, Penjara Nusakambangan dan Pulau Buru. Ia ditahan sejak 1965 dan dibebaskan pada 1979 tanpa proses pengadilan. Sejak 1999 ia aktif di YPKP 65 (Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965/1966) bersama Bapak Pramoedya Ananta Toer, Ibu Sulami, Bapak Hasan Raid, Bapak Suharno, Ibu Sumini Martono, Bapak Kusalah S. Toer dan Ibu dokter Ribka Tjiptaning. Ketika Ibu Sulami menderita sakit, ia menjabat sebagai Wakil Ketua YPKP 65 dan Ketua dipegang oleh Bapak Hasan Raid. Sekarang masih tetap aktif berjuang di YPKP 65 dengan tugasnya sebagai Sekretaris I Yayasan.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
Salam hangat, Bedjo Untung
Ketua YPKP 65 YAYASAN PENELITIAN KORBAN PEMBUNUHAN 1965/1966 Indonesian Institute for The Study of 1965/1966 Massacre SK Menkumham No.C-125.HT.01.02.TH 2007 Tanggal 19 Januari 2007 Berita Negara RITanggal 5 Juni 2007 No.45 Jalan M.H.Thamrin Gang Mulia no. 21 Kp. Warung Mangga, Panunggangan, Kecamatan Pinang, Tangerang 15143, Banten, Indonesia Phone : (+62 -21) 53121770, Fax 021-53121770 E-mail
[email protected]
Perjuangan Memerlukan Tahapan-Tahapan Untuk menanggapi tulisan sementara Kawan terkait dengan pandangan dan penilaian tentang munculnya gerakan perjuangan melawan ketidak-adilan dan tindak pelanggaran kemanusiaan serta tindakan lainnya yang merugikan rakyat, memang sangat diperlukan. Siapa pun akan mampu memberikan tanggapan dan menyimpulkannya secara benar, apabila ada kajian terhadap masalah tersebut dengan menyimak landasan teori perjuangan yang telah dipraktekan oleh pejuang-pejuang rakyat sebelumnya. Sebagai pokok-pokok dasar kajiannya di antaranya adalah sbb: I. DASAR KAJIAN DARI MANIFESTO PARTAI KOMUNIS 1. Landasan filosofi. Sejak hancurnya hak milik bersama primitif atas tanah, maka bubarlah persekutuan hidup yang primitif dan mulailah masyarakat terpecah menjadi klas-klas yang terpisah-pisah dan akhirnya bermusuhan. Maka, sejarah dari semua masyarakat yang ada hingga kini adalah sejarah perjuangan klas. Sejarah perjuangan antara klas yang dihisap dengan yang menghisap, antara klas yang dikuasai dengan klas yang menguasai dalam berbagai tingkat perkembangan masyarakat. (MPK bab I, Kaum Borjuis dan Kaum Proletar,juga pada Pendahuluan edisi Jerman th.1883) Catatan: Berpegang pada landasan filosofi, maka setiap aksi yang terkait dengan perubahan fundamental nasib rakyat adalah suatu gerakan perjuangan klas, Perjuangan melawan kaum penghisap dan kaum yang menguasai adalah merupakan perjuangan dalam tataran kontradiksi antagonisme dalam artian watak bukan dalam artian bentuk. Oleh karenanya tidak bisa dikompromikan. Kontradiksi yang demikian adalah kontradiksi yang mengandung saling menghancurkan dengan unsur kekerasan dalam penyelesaiannya. Perjuangan yang bersifat kompromis tidak bisa diartikan sebagai perjuangan klas.
2. MPK pendahuluan pada edisi Inggris tahun 1888. Bagaimana pun juga banyak keadaan mungkin telah berubah selama duapuluh lima tahun belakangan ini, prinsip-prinsip umum yang telah ditetapkan dalam manifest ini dalam keseluruhannya, sekarang masih tetap tepat sebagai sedia kala. Di sana sini mungkin beberapa detailnya dapat diperbaiki. Pengenaan prinsip-prinsip itu dalam praktek akan tergantung sebagai yng dinyatakan oleh manifest ini, di mana saja dan bilamana saja, kepada syarat-syarat sejarah yang berlaku. Catatan: Inti pokok dari tulisan “Pengenaan prinsip-prinsip itu dalam praktek akan tergantung sebagai yang dinyatakan oleh manifest ini, dimana saja, kapan saja, kepada syarat-syarat sejarah yang berlaku”, memberikan pengertian bahwa gerakan perjuangan itu melalui tahapan sesuai dengan syarat-syarat kesejarahan. Gerakan perjuangan untuk perubahan demokrasi akan berbeda dengan gerakangerakan perjuangan untuk perubahan sosial (revolusi sosial). Perjuangan menentang ketidak adilan, menuntut penuntasan pelanggaran Hak Asasi Manusia, pelurusan sejarah bukanlah tahapan perjuangan perubahan sosial tetapi adalah perjuangan perubahan demokratis yang akan melapangkan jalan ke arah perubahan sosial. Tulisan Lenin 1902 tentang “Apa yang Harus Kita Kerjakan”, bab II, spontanitas massa dan kesedaran Kaum Sosial Demokrat, menyatakan antara lain, bahwa kekuatan gerakan terletak pada kebangkitan massa dan kelemahannya terletak pada ketidak-cukupan kesedaran dan kurangnya inisiatif di kalangan para pimpinan revolusioner. Jadi, tentang persoalan munculnya aksi-aksi rakyat/gerakan perjuangan rakyat yang kemudian terjadi benturan dengan alat-alat kekuasaan lapisan bawah, yang salah bukannya rakyat atau pun gerakan perjuangannya, yang salah adalah paradigmanya, pola pikirnya. karena kurang pendalaman bagaimana ketentuan-ketentuan saat melakukan gerakan aksi. Dalam aksi untuk perubahan demokratis pun diperlukan empat jelas, yaitu: 1.Jelas tuntutannya. Ketidak- cukupan kesedaran tentang kedudukan, peranan, sikap dan watak kontradiksi terjadilah bentrokan dengan kekuasaan. Padahal kalau kita punya cukup kesedaran tentang kontradiksi antagonis dalam artian watak, yaitu adanya kepentingan yang berlawanan, tak perlu adanya jawaban dari kekuasaan ataupun pemaksaan supaya tuntutannya diterima kekuasaan. Bahwa aksi tuntutan itu sebenarnya untuk meningkatkan kesedaran politik
bangsa dan pencerdasan bangsa tentang perampasan, pengabaian hak rakyat ataupun perlakuan ketikadilan yang dilakukan oleh kekuasaan. Benturan dengan alat kekuasaan bangunan bawah mestinya harus dihindari, apalagi bentuk aksi yang merugikan rakyat. 2.Jelas sandarannya. Diperlukan sandaran riil dan sandaran idiil sebagai alat legalitas supaya aksi bisa berjalan sesuai dengan rencana. 3.Jelas persatuannya. Masih banyak terlihat dalam aksi yang sama dan massa aksi yang sama masih menonjol bentuk sektarianisme. Padahal pada bab II Manifest Partai Komunis tentang pendirian dalam hubungannya dengan berbagai partai oposisi menyatakan: Berjuang untuk mencapai tujuan terdekat untuk menuntut pelaksanaan kepentingan-kepentingan sementara, tetapi dalam gerakan yang mewakili dan memperhatikan masa datang gerakan, terjadi di Prancis yang bergabung dengan kaum sosial demokrat menentang borjuis konservatif dan radikal. Begitu juga di Swiss, Polandia, Jerman. Tetapi, tetap menanamkan kesedaran tentang antagonisme antara borjuis dan proletar. Di Indonesia secara teori diterjemahkan dengan istilah, bahwa konsep perjuangan yang beradaptasi dengan konsep perjuangan borjuasi hanya bisa dipakai dan dijadikan perjuangan/program jangka pendek. 4.Jelas sasarannya. Karena bentuk kontradiksinya adalah kontradiksi antagonis, bukan pemenuhan hasil tuntutan dari kekuasaan. Sasaran aksi adalah memberikan kesedaran politik, pencerdasan dan cara berpikir kritis kepada rakyat, tentang adanya masalah-masalah kepentingan rakyat dan keadilan yang diabaikan oleh kekuasaan. II.DASAR KAJIAN DARI MDH Masalah pokok dari materi sudah umum diketahui, bahwa materi itu selalu saling hubungan, saling mempengaruhi dan saling bergantung antara yang satu dengan yang lainnya, dan selalu dalam keadaan gerak, berubah dan berkembang. Catatan: Hukum dialektika ini merupakan methoda analysa mencari kebenaran dan kesimpulan dari berbagai masalah. Dengan menggunakan methoda analisa dialektika, kita akan terhindar dari penyakit cara kerja kepicikan burjuasi kecil, menyimpulkan sesuatu melalui kajian materi sepotong-sepotong yang tidak secara menyeluruh, atau pun cara kerja keangkuhan burjuasi intelektual, bahwa yang disimpulkan
merupakan sebuah kebenaran dan anggapan bahwa dirinya adalah pusat kebenaran. Dari faktor penyakit subjektif inilah akan berkembang dan menimbulkan banyak hal negatif, antara lain: 1. Terjadi penyusunan konsep yang subjektif,yang didasari oleh peranan ide yang lepas dari materi sehingga berakibat lepasnya gerakan dari kebangkitan massa. 2. Subjektifisme di bidang ideologi. 3. Dogmatis, empiris, dan pragmatis di bidang teori. 4. Oportunis kanan dan kiri di bidang politik. 5. Liberalisme, sektarisme, dan komandoisme di bidang organisasi. Terkait dengan masalah kontradiksi, selain harus sadar betul tentang kedudukan, peranan, sifat dan watak kontradiksi antagonisme, kita juga harus tahu betul bahwa di dalam sesuatu itu terdapat kontradiksi lebih dari satu, begitu juga antara kekuasaan yang tidak berpihak kepada rakyat dengan rakyatnya sendiri. Melalui pilihan kontradiksi inilah kita bisa memilih macam kontradiksi yang sesuai dengan syarat kesejarahan sebagai program aksi. Masalah logika. Suatu program aksi yang didasari oleh faktor logika, akan lebih banyak memperoleh hasil yang brbeda dari harapan yang ingin diperolehnya. Logika mengandung keterbatasan cara berpikir karena meninjau sesuatu hanya dari hal yang terlihat saja, hanya dari bentuk, gejala dan akibat. Tinjauannya tidak menangkap tentang apa yang berada di dalamnya, yaitu tentang isinya, hakekatnya, sebab-sebabnya atau pun prosesnya. Karena itu, logika tidak akan bisa mewakili masalah kebenaran secara penuh. III. KAJIAN DARI CARA PANDANG GERAKAN Dasar filosofinya. Sebuah gerakan yang hanya membela dan menuntut hak tidak akan bisa menyelesaikan permasalahan bila tidak dibarengi dengan melawan dan mencari akar permasalahannya serta digerakkan secara nasional tanpa meninggalkan prinsip kesejarahan yang sedang berlaku di antaranya perkembangan masyarakatnya, keadaan politiknya, kondisi ekonominya beserta kebudayaannya. Suatu gerakan tidak akan mungkin berhasil kalau melupakan senjata gerakan, di antaranya adalah, adanya methoda analisa yang tepat, kematangan ideologi, satunya
sikap politik, organisasi dan mendalami teori-teori perjuangan. Satunya sikap politik mesti harus ada penggalangan usaha ke arah satu pikiran, satu hati dan satu tujuan. Saya pikir dengan berpijak pada paparan tersebut di atas siapa pun bisa menyimpulkan tentang tulisan sementara Kawan tersebut. Saya sendiri menggaris bawahi antara lain adalah: Tulisan belum lepas dari dasar perjuangan klas, tetapi orientasi penulisan melupakan bahwa perjuangan itu memerlukan tahapan-tahapan yang didasari oleh perkembangan masyarakat, keadaan politik, ekonomi dan kebudayaannya. Membangun organisasi saja memerlukan tahapan, dari membangkitkan, mengkonsolidasi, baru kemudian organisasi. Dasar penulisan tidak didasari oleh analisa dialektis. Kalau kita mengikuti arus tulisan dari cara berpikir yang dikondisionalkan dalam era perubahan sosial, padahal syarat-syarat ke arah itu sama sekali belum nampak, ini yang disebut kekiri-kirian, dari sudut MDH idea yang lepas dari materi, aksi yang terpisah dari kebangkitan massa. Di pihak lain jangan coba-coba memprovokasi massa untuk berdemo, merupakan penolakan terhadap bangkitnya gerakan, sehingga kita akan terjebak menjadi manusia oportunis.
Cirebon, 20 Juli 2011 Eddi Sugianto