BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sejalan dengan berjalannya waktu dan demi menyesuaikan dengan situasi tanah yang semakin sempit untuk itu penulis mengangkat hidroponik sebagai judul makalah, mudahmudahan dapat bermanfaat. Hidroponik adalah cara bercocok tanam yang paling mudah dan waktunya pun lebih singkat dari pada bercocok tanam dengan media tanah. Bercocok tanam secara hidroponik dapat dilakukan oleh setiap individu meskipun tidak memiliki lahan yang luas. Hidroponik merupakan teknik bertanam tanpa menggunakan media tanah. Teknik ini mampu meningkatkan hasil tanaman per satuan luas sampai lebih dari sepuluh kali, bila dibandingkan dengan teknik pertanian konvensional (Soenoeadji, 1990 cit. Basuki, 2008). 1361 Menurut Sundstrom (1982) dengan sistem hidroponik dapat diatur kondisi lingkungannya seperti suhu, kelembaban relatif dan intensitas cahaya, bahkan faktor curah hujan dapat dihilangkan sama sekali dan serangan hama penyakit dapat diperkecil. Pada teknik ini hara disediakan dalam bentuk larutan hara, mengandung semua unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tanaman agar tercapai pertumbuhan normal. Nutrisi yang diperlukan tanaman dapat dipenuhi dengan meramu sendiri berbagai garam kimia, cara ini memerlukan ketrampilan dan pengetahuan khusus. Memang cara inilah yang banyak dipakai di perusahaan-perusahaan besar, tetapi untuk di tingkat petani hal ini menjadi tidak efektif lagi mengingat mahalnya harga bahan-bahan kimia saat ini. ,Bercocok tanam secara hidroponik menurut sebagian orang hanya sebatas hobi dan ada juga berhidroponik sebagai usaha sampingan berskala kecil.
1.2 Tujuan -
Penilaian tugas UTS
-
Menanggulangi lahan yang semakins sempit.
-
Agar para pembaca mengerti cara berhidroponik yang benar.
1.3 Keuntungan Dibandingkan bercocok tanam dengan media tanah, hidroponik mempunyai beberapa keuntungan diantaranya : -
Dapat diletakkan didalam lahan yang terbata, misalnya atap, dapur, atau garasi.
-
Dapat memberikan produktivitas relatif tinggi
-
Tidak dipengaruhi kondisi alam
-
Terhindari dari erosi dan kekeringan.
-
Perawatan lebih praktis serta gangguan hama lebih terkontrol
-
Pemakaian pupuk lebih hemat
-
Tidak membutuhkan banyak tenaga kasar karena metode kerja lebih hemat dan memiliki standardisasi tinggi
-
Tanaman dapat tumbuh lebih pesat dan dengan keadaan yang tidak kotor dan rusak
-
Hasil produksi lebih kontinu dan lebih tinggi dibandingkan dengan penanaman di tanah
-
Harga jual produk hidroponik lebih tinggi dari produk non-hidroponik
-
Dapat memberikan penghijauan lingkungan
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Istilah hidroponik dilontarkan oleh W.A Sethell dari Universitas California, sehubungan dengan keberhasilan W.F Gericke dari Universitas yang sama tetapi dia menggunakan istilah aquaculture. Hidroponik diambil dari bahasa Yunani yaitu hidro = air dan phonos = kerja, artinya kerja menumbuhkan tanaman dengan media air yang telah diberi larutan hara. Istilah hidroponik digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok tanam tanpa menggunakan menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Dahulu, peneliti yang bekerja di laboratorium fisiologi tumbuhan sering bermain- main dengan air sebagai media tanam dengan tujuan uji coba bercocok tanam tanpa tanah. Sebagian orang metode itu sebagai aquakultur (bercocok tanam di dalam air). Uji coba tersebut ternyata berhasil dan patut di acungi jempol sehingga banyak ahli agronomi yang terus mengembangkan cara tersebut. Pada perkembangan selanjutnya, media air diganti dengan media yang lebih praktis, efisien, dan lebih produktif. Cara kedua ini lebih mendapat sambutan dibandingkan cara yang hanya menggunakan media air. Oleh karena itu, pada perkembangan selanjutnya, teknik itu disebut hidroponik. Hidroponik ini kemudian dikembangkan secara komersial.
2.2 Media Yang Digunakan Saat ini sistem hidroponik telah diterapkan secara luas baik dinegara maju maupun negara berkembang. Budidaya dengan cara ini dapat dilakukan oleh setiap orang. Dalam perkembangan selanjutnya sistem hiroponik tidak hanya menggunakan air sebagai medianya, tetapi dapat pula menggunakan media lain seperti pasir, pecahan genting, kerikil, potongan ijuk, potongan sabut kelapa, batu apung (spons), dan arang sekam.
Media tanam yang baik bersifat porus dan ringan. Tujuanya agar akar tanaman tidak mudah rusak, mampu menjaga kelembaban dan menyimpan air. Arang sekam (kulit gabah) yang berwarna hitam menguntungkan sebagai media tanam, karena menghasilkan pertanaman yang baik, meminimumkan penyakit, dan ekonomis dalam penggunaan air (Zulfitri, 2005).
Arang sekam umum digunakan untuk media tanam hidroponik dibandingkan dengan serbuk sabut kelapa. Beberapa penelitian telah menyebutkan bahwa sabut kelapa mempunyai daya simpan air yang sangat baik (Muhit dan Qodriyah, 2006). Menurut Wuryaningsih et al., (2003) media serbuk sabut kelapa dapat menghasilkan tunas danbunga mawar nyata lebih banyak dibandingkan dengan media serbuk gergaji, karena unsurhara yang terserap terutama N pada media serbuk sabut kelapa lebih banyak dibandingkan dengan serbuk gergaji. Pengolahan serbuk sabut kelapa menjadi arang serbuk sabut kelapa lebih menguntungkan karena menurut Hoshi (2000); Anonim (2007) Cit. Basuki (2008), arang yang ditaburkan di sekeliling tanaman teh mampu meningkatkan pertumbuhan danhasil tanaman teh hingga 40% dibandingkan dengan tanaman yang tidak ditaburi arang.Selain dari segi media, larutan nutrisi yang diberikan pada tanaman juga harus diperhatikan. Tanaman sayuran buah menghendaki konsentrasi larutan nutrisi yang lebih pekat dibandingkan dengan tanaman sayuran daun (Chadirin, 2001).1361 Untuk Pasir memiliki pori-pori berukuran besar oleh karena itu pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan, selain itu suhu yang tinggi akan meningkatkan laju penguapan. Ketahanan pasir terhadap proses pencucian sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau larutan. Bobot pasir yang berat akan mempermudah tegaknya batang tanaman. Menurut Lingga (2006), bahwa media pasir lebih membutuhkan pengairan dan pemupukan yang lebih intensif. 59
2.3 Metode Yang Digunakan Kultur air Kultur pasir
Kultur bahan berpori
2.4 Cara Bertanam Dalam Pot Hidroponik Bibit tanaman diambil dari pot pembibitan bersama tanahnya dan dibuang tanahnya dengan hatihati jangan sampai merusak akar. Akar tanaman yang sudah dibuang tanahnya kemudian dicuci. Setelah bersih di letakkan dalam pot hidroponik, sementara ruangan pot yang kosong diisi dengan kerikil sampai setinggi “leher” akar tanaman. Setelah tanaman-tanaman rapu, pot dipasang dalam wadahnya tetapi masih belum perlu diberi larutan makanan. Sebab, tanaman belum pulih ujung akarnya waktu dibongkar dari tempat pembibitan. Tanaman tersebut belum mampu menyerap unsur makanan, tetapi perlu disemprot dengan air biasa setiap hari untuk mengimbangi kehilangan air karena penguapan. Penyemprotan tersebut dilakukan selama tanaman masih belum segar. Setiap kali selesai, tanaman harus dikerudungi dengan kantung plastik bening. Setelah 2 – 3 minggu kemudian kerudung plastik dibuka dan diberi larutan mineral. Dalam waktu satu minggu unsur kimia dalam larutan makanan itu sudah habis terpakai, maka seminggu sekali seuruh larutan harus diperbaharui.
2.5 Penyediaan Larutan Makanan Ketersediaan unsur hara makro dan mikro yang cukup dan sesuai menyebabkan pertumbuhan tanaman akan terpacu secara optimal sehingga diperoleh produksi berupa berat segar dan berat kering tajuk pada tanaman dengan kombinasi perlakuan nutrisi buatan sendiri. Semua hara yang terkandung pada nutrisi hidroponik adalah unsur esensial yang diperlukan tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Apabila unsur hara makro dan mikro tidak
lengkap ketersediaannya, dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Pairunan dkk , 1997). 59 Pencarian komposisi yang paling baik untuk tiap jenis tanaman masih terus dilakukan, mengingat tiap jenis tanaman membutuhkan nutrisi dengan komposisi berbeda. Salah satu kesulitan didalam penyiapan larutan hara ini adalah belum diketahuinya dosis unsur hara yang optimal bagi pertumbuhan tanaman. Pada dosis yang terlalu rendah, pengaruh larutan hara tidak nyata, sedangkan pada dosis yang terlalu tinggi selain boros juga akan mengakibatkan tanaman mengalami plasmolisis, yaitu keluarnya cairan sel karena tertarik oleh larutan hara yang lebih pekat (Wijayani, 2000; Marschner, 1986). Sundstrom (1982) telah memudahkan cara budidaya secara hidroponik dengan membuat formula larutan yang dapat digunakan untuk berbagai macam tanaman sayuran dan hias, anjurannya adalah N 140-300 ppm; P 31-80 ppm dan K 160-300 ppm, tetapi untuk kebutuhan yang optimal belum diketahui secara pasti. Larutan mineral sangat dibutuhkan dalam berhidroponik. Larutan mineral berguna untuk mendorong pembentukan akar, batang, daun, bunga dan buah. Contoh daftar bahan kimia penghasil unsur mikro Bahan Kimia
Jumlah
Mangan sulfat
1 sendok teh
Asam bor
1 sendok teh
Seng sulfat
½ sendok teh
Terasi
½ sendok teh
Bahan kimia yang berbentuk gumpalan harus digerus lumatkan, setelah halus baru ditakar.
Penyediaan sumber air dan pembibitan tanaman juga diperluhkan. Tanaman hidroponik diperoleh dari pembibitan yang caranya sama dengan pembibitan tanaman biasa, yaitu generatif (menyemai bibit) dan vegetatif (menyetek bagian tanaman yang sudah dapat di stek).
BAB III PERAWATAN
3.1 Frekuensi Penyiraman Cara sederhana untuk mengetahui berapa kali kita sehari harus menyiram pot itu ialah dengan mengikuti perkembangan pengeringan medium tanaman dalam pot itu sendiri. Frekuensi penyiraman bergantung pada beberapa faktor lingkungan, seperti lengas udara, suhu, cahaya matahari dan lain-lain.
3.2 Pengedaran Ulang Pengedaran ulang perlu dilakukan untuk menghemat air yang digunakan untuk berhiroponik.
3.3 Penjagaan Kepekatan Larutan Kepekatan unsur makanan dalam suatu larutan dapat diketahui dengan mengukur kemampuan larutan itu untuk menghantar arus listrik. Makin pekat larutan itu makin besar arus listrik yang dihantarkan. Larutan makanan itu tidak boleh kurang dari 20. Kalau turun, larutan tersebut harus ditambah dengan bahan kimia unsur makanan tanaman yang cukup lagi, agar nilainya mendekati 30 kembali.
3.4 Penjagaan Derajat Keasaman Setiap larutan mempunyai kemampuan untuk menahan sejumlah hidrogen. Kalau unsur ini terlalu banyak di tahan oleh larutan, maka larutan ini terasa asam, kalau hidrogen yang ditahan itu hanya sedikit maka larutan itu terasa basa. Kebanyakan tanaman dapat hidup dengan subur dalam suasana netral dalam suasana netral tanaman dapat menyerap unsur makanan lebih banyak sehingga mampu tumbuh dengan subur.
3.5 Pencegahan Terhadap Penyakit dan Hama Tanaman Tanaman hidroponik yang berada di serambi dan kebun pekarangan lebih besar kemungkinannya terserang penyakit dan hama, karena tercemar oleh benihnya yang terbawa air penyiraman. Penyakit itu bisa berasal dari bakteri dan kekurangan unsur makanan. Penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri dan hama tanaman harus diberantas dengan obat yang cocok.
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan Hidroponik adalah cara bercocok tanam yang paling mudah, hidroponik dapat dilakukan oleh setiap masyarakat, meskipun tidak mempunyai lahan yang luas. Selain mudah hasilnya pun lebih baik dan higienis. Hidroponik berkembang menjadi dua jenis kegiatan utama, yaitu bercocok tanam tanaman hias sebagai hobi dalam rumah dan bercocok tanam sayuran dan buah-buahan secara komersial. Hidroponik juga memiliki 3 metode yaitu kultur air, kultur air dan kultur bahan berpori. Dalam perkembangan selanjutnya hidroponik tidak hanya menggunakan air tapi dapat menggunakan media lain seperti pasir, kerikil dan lain-lain.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Soeseno, Slamet. 1991. Bercocok Tanam Secara Hidroponik. Jakarta : Gramedia. Suparni. 1995. Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung : Aditia