BERBAGAI ANCAMAN TEHADAP KEUTUHAN NKRI (6 X 40 Menit) Kompetensi Inti:
1.Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yg dianutnya. 2.Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro aktif dan menunjukkan sikap sbg bagian dr solusi atas berbagai permasalahan dlm berinteraksi sec efektif dg link sosial dan alam serta dlm menempatkan diri sbg cerminan bangsa dlm pergaulan dunia 3.Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya ttg ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dg wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dg bakat dan minatnya unt memecahkan masalah 4.Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai
Kompetensi Dasar : 1. Menganalisis indikator ancaman terhadap negara dlm membangun integrasi nasional dg bingkai BTI 2. Menyaji hasil analisis ttg indikator ancaman thp negara dlm membangun integrasi nasional dg bingkai BTI 3. Menyaji dlm bentuk partisipasi kewarganegaraan yg mencerminkan komitmen thd keutuhan nasional
(Indikator) Hasil Yang Diharapkan :
Menguraikan pengertian ancaman. Mendeskripsikan macam-macam ancaman terhadap keutuhan NKRI Menyajikan bentuk-bentuk partisipasi warga negara terhadap keutuhan NKRI
Agresi Pelanggaran wilayah Pembrontakan bersenjata.
Militer
Berbagai ancaman terhadap keutuhan NKRI
Upaya bela negara dan cinta tanah air
Non Militer
Pengaruh Ideologi selain Pancasila Narkoba Kejahatan Perbankan
A. Mengenal Berbagai Bentuk Ancaman terhadap Keutuhan NKRI 1. Ancaman Militer Ancaman militer : 1.ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata 2.terorganisasi 3.mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa. Bentuk : 1.Agresi 2.Pelanggaran wilayah 3.Spionase 4.Sabotase 5.Pembrontakan bersenjata 6.Perang saudara
2. Ancaman Non Militer Ancaman non militer : 1.ancaman yang bersifat abstrak 2.Tidak menggunakan kekuatan senjata 3.mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa. Macam : 1.Berdimensi 2.Berdimensi 3.Berdimensi 4.Berdimensi 5.Berdimensi 6.Berdimensi
Ideologi Politik ekonomi sosial budaya teknologi keselamatan umum
3. Ancaman terhadap a. bangsa Berasal dari dalam negeri :
separatis, kerusuhan, pertikaian antar kelompok, disintegrasi bangsa.
b. Berasal dari luar negeri : penguasaan beberapa wilayah, pencurian kekayaan alam, penyelundupan barang, masuknya pesawat/kapal asing tanpa izsin.
4. Upaya Mencegah Munculnya Berbagai Ancaman terhadap Keutuhan NKRI Ancaman dari Dalam Negeri : Meningkatkan kebanggaan dan rasa memiliki bangsa Indonesia dlm diri setiap manusia Membangun sikap saling menghargai dan menghormati antar sesama warga walaupun berbeda sara, budaya, dan gender Para penyelenggara pemerintahan menjalankan secara efektif dan efisien Memperkuat unsur-unsur yang menjadi alat pertahanan negara Ancaman dari Luar Negeri : Indonesia menerapkan prinsip bebas aktif, sehingga memberi dampak positif bagi Indonesia, seperti : 1. Mempunyai banyak sahabat dan disegani negara-negara lain 2. Mengambil peran dalam mewujudkan perdamaian dunia 3. Dikenal sebagai negara yang netral, sehingga tidak mengundang kecurigaan negara lain untuk membangun konflik.
B. Pentingnya Integrasi Nasional 1. Pengertian Integrasi Nasional Integrasi Nasional berasal dari dua kata yaitu Integrasi dan nasional. Integrasi mempunyai arti pembauran atau penyatuan sehingga menjadi kesatuan yang bulat dan utuh. Nasional mempunyai pengertian kebangsaan, meliputi cita-cita nasional, tarian nasional, perusahaan nasional. Sedangkan yang menyangkut kebangsaan berupa adat istiadat, suku, warna kulit, keturunan, agama, budaya, wilayah, atau daerah dll. Kesimpulan : integrasi nasional adalah proses dan usaha mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga tercipta keserasian dan keselarasan secara nasional
2. Faktor Pendorong dan Penghambat Integrasi Nasional a. Faktor Pendorong : 1. Faktor Sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan 2. Keinginan bersatu seperti yang telah dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tgl 28 Oktober 1928 3. Rasa Cinta Tanah air 4. Jiwa rela berkorban 5. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila, UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesiab Raya, bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia.
2. Faktor Pendorong dan Penghambat Integrasi Nasional b. Faktor Penghambat : 1. Faktor Masyarakat Indonesia yang heterogen 2. Adanya ketimpangan sosial, yang memicu munculnya masalah sara, separatis dll 3. Adanya paham etnocentrisme 4. Korupsi terjadi dimana-mana
C. Upaya Bela Negara untuk menghadapi Berbagai Ancaman terhadap Keutuhan NKRI 1. Pengertian Bela Negara • Bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara serta keyakinan akan Pancasila dan UUD 1945 guna menghadapi setiap ancaman baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri yang membahayakan dan mengancam kedaulatan bangsa meliputi IPOLEKSOSBUDHANKAM • Landasan Hukum bela negara : 1. UUD 1945 pasal 27 ayat 3, pasal 30 ayat 1 dan 2 2. UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM pasal 6B 3. UU No 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara pasal 9 ayat 1 dan 2 2. Peran Serta dalam Usaha Bela Negara Setiap warga negara mempunyai kewajiban untuk ikut serta dalam bela negara sesuai dengan profesi
Pasal 9 (1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara. (2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diselenggarakan melalui: a. pendidikan kewarganegaraan; b. pelatihan dasar kemiliteran secara wajib; c. pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib; d. pengabdian sesuai dengan profesi. (3) Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang-undang.
Pahlawan Nasional dari Papua Provinsi Irian Jaya atau sekarang telah dimekarkan menjadi provinsi Papua dan Papua Barat merupakan Provinsi terakhir yang bergabung dengan NKRI. Melalui Resolusi PBB No.2504 pada tanggal 19 November 1969, secara resmi Papua dinyatakan kembali ke dalam pangkuan NKRI. Ketika Irian Barat masih di bawah penguasaan Belanda, terdapat tokohtokoh putra Irian yang ikut berjuang membebaskan pulau di timur nusantara itu untuk bersatu dengan Republik Indonesia. Adapun putra Daerah Irian yang turut berjuang dan mendapat gelar sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah RI antara lain.
1. Silas Papare
Pria kelahiran Serui, Irian Jaya, 18 Desember 1918 ini begitu mendengar Indonesia telah merdeka, ia pun langsung mengadakan perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Pada bulan Desember 1945, bersama temantemannya berusaha mempengaruhi pemudapemuda di Irian Barat yang tergabung dalam Batalyon Papua agar melancarkan pemberontakan.
Pada bulan Nopember 1946, ia mendirikan Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII). Dan pada Oktober 1949, ia kemudian membentuk Badan Perjuangan Irian yang bertujuan untuk membantu pemerintah Indonesia membebaskan Irian Barat dari tangan Belanda sekaligus menyatukannya dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada tanggal 15 Agustus 1962 diadakan penandatanganan Persetujuan New York antara Indonesia dan Belanda, Silas Papare ikut terlibat sebagai anggota delegasi RI. Tanggal 1 Mei 1963, Irian Barat pun resmi menjadi wilayah Republik Indonesia. Tanggal 7 Maret 1978, Silas meninggal dunia di tanah kelahirannya Serui.
2. Frans Kaisiepo
Frans Kaisiepo lahir di Wardo, Biak, 10 Oktober 1921. Pada usia 24 tahun, ia mengikuti Kursus Pamong Praja di (Jayapura) yang salah satu pengajarnya adalah Soegoro Atmoprasodjo, mantan guru Taman Siswa Yogyakarta. Frans Kaisipo berjuang sejak masa-masa kemerdekaan RI. Tindakannya yang sangat teguh menyatakan bahwa Papua merupakan bagian dari Nusantara, menjadikan dirinya “dipinggirkan” oleh pemerintah Belanda.
Frans menggagas berdirinya Partai Indonesia Merdeka (PIM) di Biak. Selain itu, Frans menjadi anggota delegasi Papua (Nederlands Nieuw Guinea) yang kala itu membahas tentang pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT) dalam Republik Indonesia Serikat (RIS), dimana pada saat itu Belanda memasukkan Papua dalam NIT.Di hadapan konferensi, Frans Kaisiepo memperkenalkan nama “Irian” sebagai pengganti nama “Nederlands Nieuw Guinea”, yang secara historis dan politik merupakan bagian integral dari Nusantara Indonesia (Hindia-Belanda).
Setelah melewati beberapa konfrontasi, pada 4 Agustus 1969 dilaksanakanlah Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) yang pada saat itu Frans masih menjadi Gubernur Papua. Jelas Frans Kaisiepo sangat berperan dalam pelaksanaan Pepera tersebut. Hasil dari dari Pepera tersebut adalah suara bulat dari masyarakat Papua adalah tetap bergabung dengan Indonesia.
3. Marthen Indey
Marthen Indey dilahirkan di Doromena, Jayapura pada tanggal 16 Maret 1912. Sebelumnya, ia merupakan polisi Belanda yang kemudian berbalik mendukung Indonesia setelah bertemu dengan beberapa tahanan politik yang diasingkan di Digul, salah satunya adalah Sugoro Atmoprasojo. Pada tahun 1946, Marthen bergabung dengan sebuah organisasi politik bernama Komite Indonesia Merdeka (KIM) yang kemudian dikenal dengan sebutan Partai Indonesia Merdeka (PIM).
Pada tahun 1962 Marthen bergerilya untuk menyelamatkan anggota RPKAD yang didaratkan di Papua selama masa Tri Komando Rakyat (Trikora). Di tahun yang sama, Marthen menyampaikan Piagam Kota Baru yang berisi mengenai keinginan kuat penduduk Papua untuk tetap setia pada wilayah kesatuan Indonesia.
Berkat jasanya, Marthen diangkat sebagai anggota MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) sejak tahun 1963 hingga 1968. Tak hanya itu, ia juga diangkat sebagai kontrolir diperbantukan pada Residen Jayapura dan berpangkat Mayor Tituler selama dua puluh tahun.Marthen meninggal pada usia 74 tahun tepatnya pada tanggal 17 Juli 1986.
sekianlaaaaaaah