1
BENTUK TINGKAH LAKU SALAH SUAI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DILIHAT DARI PENDEKATAN KONSELING SELF (CLIENT CENTERED) DI KELAS VIII MTsN 4 AGAM Sri Yulia Ulfah1, Rahma Wira Nita2, Besti Nora Dwi Putri2 Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat 1
[email protected] ABSTRACT The background of this research was that there are some students who do maladjustment of student’s behavior in learning with worry in teaching and learning process, there are in doubt of giving their idea and with lack of confidence. The research was purposed to find out. The maladjustment of student’s behavior seen from the counseling self (client centered) approach in aspect of (1) hypocritical, (2) inconsistent behavior, (3) worry, (4) mechanism of self defence, (5) lack of positive thinking, (6) lack of self confidence, (7) afraid of making mistake, (8) depressed, and (9) feeling weak. This research was done at MTsN 4 Agam, with quantitative descriptive of 123 students of the 8th grade. The sample of this research was propotional random sampling technic with 55 samples. As the instrument of the research was questionnaire and the data analyses was using percentage technic. The result of this research is that the maladjustment of student’s behavior seen in the aspect of (1) hypocritical (many enough), (2) inconsistent behavior (many enough), (3) worry (many enough), (4) mechanism of self defence (very few), (5) lack of positive thinking (a few), (6) lack of self confidence(a few), (7) afraid of making mistake (many enough), (8) depressed (many enough), and (9) feeling weak (a few). Recommended to counseling guidance teachers so that the can make a program deal with students, needs so there is no more maladjustment of students’ behavior in learning. Keywords: Behavior, Maladjustment, Counseling Self PENDAHULUAN UU RI No. 20 Tahun 2003
pengendalian
diri,
kepribadian,
tentang Sistem Pendidikan Nasional
kecerdasan,
(Sisdiknas)
keterampilan yang diperlukan dirinya,
menyatakan
tentang
pendidikan yaitu: pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
akhlak
mulia,
serta
masyarakat, bangsa dan negara. Sekolah
adalah
salah
satu
mewujudkan suasana belajar dan
lembaga yang bisa mengembangkan
proses pembelajaran agar peserta
potensi
didik secara aktif mengembangkan
bertujuan untuk menciptakan individu
potensi
yang berkualitas, dimana individu
kekuatan
dirinya
untuk
spiritual,
memiliki keagamaan,
yang
peserta
berkualitas
didik.
tersebut
Sekolah
ialah
2
individu
yang
mengembangkan
mampu segala
yang
salah suai tersebut dapat berdampak tidak
bagus
pada
perkembangan
dimilikinya dan mampu memandang
pribadi dan aktualisasi diri peserta
positif terhadap dirinya dan orang
didik. Oleh karena itu peserta didik
lain. Salah satu
memerlukan arahan dan bimbingan
komponen dari
sekolah adalah adanya peserta didik.
untuk
Peserta didik merupakan komponen
dirinya dan mengatasi permasalahan
yang
dirinya
penting
dalam
sistem
pendidikan, dimana peserta didik pada
sekolah
menengah
tersebut
berada pada masa remaja.
dapat
memahami
melalui
tentang
bimbingan
dan
konseling. Konseling perorangan merupakan salah
satu
layanan
di
dalam
Menurut Ali dan Asrori (2012:9)
bimbingan dan konseling yang dapat
“Remaja yang dalam bahasa aslinya
membantu individu atau peserta didik
disebut adolescence yang berasal dari
dalam
kata latin adolescere yang berarti
permasalahannya.
tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
Erman Amti (2004:105) menyatakan
kematangan”. Pada masa remaja ini,
bahwa “Konseling perorangan adalah
individu
proses
banyak
mengalami
mengentaskan Prayitno
pemberian
yang
permasalahan, karena pada masa ini
dilakukan
adalah masa peralihannya dari masa
konseling oleh seorang ahli (disebut
anak-anak ke masa dewasa. Peserta
konselor)
didik di MTs setara dengan Sekolah
sedang mengalami sesuatu masalah
Menengah
juga
(disebut klien) yang bermuara pada
sedang
teratasinya masalah yang dihadapi
termasuk
Pertama individu
(SMP) yang
berada pada masa remaja dan tidak terlepas
dari
kepada
wawancara
individu
yang
klien”.
yang
Pendekatan konseling self (Client
berkaitan dengan tingkah laku salah
Centered) dapat digunakan untuk
suai
mengidentifikasi
permasalahan-
Permasalahan-permasalahan tersebut
permsalahan
dialami
seringkali dianggap wajar terjadi di
peserta didik di sekolah terutama
sekolah, padahal berbagai perilaku
dalam permasalahan tingkah laku
terutama
permasalahan
melalui
bantuan
dan
dalam
belajar.
yang
oleh
3
salah suai yang dialami oleh peserta
dirinya, sehingga tingkah lakunya
didik dalam belajar.
itu tidak sesuai dengan apa yang
Sobur (2003:341) “Tingkah laku salah suai (maladjusment) dipandang sebagai
ketidakefektifan
dirasakan dan diinginkannya. 2. Tingkah laku yang tidak konsisten
individu
(incongruity in behavior), Ciri
dalam menghadapi, menangani atau
kedua dari kepribadian yang salah
melaksanakan tuntutan-tuntutan dari
suai adalah tingkah laku tidak
lingkungan
konsisten atau plin-plan.
fisik
dan
maupun
yang
berbagai
kebutuhannya
sosialnya
bersumber
dari
sendiri”.
3. Kecemasan (anxiety), Pada diri individu
tersebut
muncul
Dalyono (2012:260) “Seorang siswa
kecemasan setiap kali menghadapi
dikategorikan
anak
situasi tertentu, atau kecemasan
bermasalah apabila ia menunjukkan
bahwa yang dilakukannya itu akan
gejala-gejala
gagal atau kecemasan akan selalu
sebagai
penyimpangan
dari
perilaku yang sering dilakukan oleh pada
anak-anak
umumnya”.
ditimpa musibah. 4. Mekanisme
pertahanan
diri
Berdasarkan pendapat tersebut dapat
(defence mechanism), Orang yang
disimpulkan bahwa tingkah laku salah
mencari-cari
suai yaitu perilaku bermasalah yang
membenarkan tindakannya yang
dilakukan
keliru adalah salah satu bentuk
di
luar
kondisi
yang
seharusnya atau bertentangan dengan
alasan
untuk
mekanisme pertahanan diri.
nilai, norma dan aturan yang berlaku,
Hendri (2013:68-71) menjelaskan
hal tersebut terjadi karena tidak
beberapa bentuk tingkah laku salah
terpenuhinya
suai, antaranya:
kebutuhan
individu
sebagaimana mestinya. Taufik
(2016:153-155)
1. Kurang berpikir positif, individu ada
beberapa bentuk tingkah laku salah suai dilihat dari pendekatan konseling
selalu merasa bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.. 2. Kurangnya
rasa
percaya
diri,
self, yaitu:
individu yang merasa tidak yakin
1. Munafik (estrangement), Individu
dengan dirinya sendiri, ia selalu
yang seperti ini selalu menutupi
4
menganggap semua yang terjadi
pelajaran, masuk kelas tepat waktu,
sebagai kegagalan mereka.
memperhatikan penjelasan dari guru,
3. Lebih memperhatikan kesalahan, individu
tersebut
memfokuskan
terlalu
dirinya
pada
mencatat,
mengerjakan
tugas,
mengajukan pertanyaan, ulet dan tidak mudah putus asa.
sejumlah kesalahan yang ia buat
Hasil observasi peneliti selama
dan hasilnya membuat individu
melaksanakan Praktik Pengalaman
tersebut menciptakan kesan negatif
Lapangan Bimbingan dan Konseling
mengenai
Sekolah di MTsN 4 Agam pada bulan
individu
kesalahan tersebut
sehingga
selalu
ragu
Juli-Desember 2016, bahwasannya
dengan apa yang akan ia lakukan
masih
ada
peserta
didik
yang
karena ia selalu merasa takut salah.
memiliki kecemasan saat melakukan
4. Merasa tertekan dengan berbagai
proses belajar mengajar di kelas,
kewajiban dalam hidup, dalam hal
adanya peserta didik yang kurang
ini individu selalu berpikir tentang
memiliki rasa percaya diri, adanya
apa yang seharusnya ia lakukan
peserta didik yang merasa tertekan
dan tidak seharusnya ia lakukan
dengan tugas-tugas yang diberikan
sehingga ia selalu merasa terbebani
oleh guru, adanya peserta didik yang
dengan sejumlah komitmen.
merasa rendah diri terhadap potensi
5. Merasa
lemah,
individu
yang
yang dimilikinya, adanya peserta
merasa
bahwa
dirinya
tidak
didik
yang
belum
mampu
mampu atau tidak bisa dalam
mengaktualisasikan dirinya baik di
melakukan sesuatu hal. Ia tidak
kelas maupun di luar kelas, adanya
memiliki
terhadap
peserta didik yang sering datang
dirinya dan selalu menilai bahwa
terlambat, adanya peserta didik yang
dirinya tidak bisa dan mudah putus
diam-diam di kelas.
keyakinan
asa.
Kemudian juga berdasarkan hasil
Yusuf (Widiastuti, 2013:4) siswa
wawancara dengan guru BK dan Wali
dapat dikatakan memiliki sikap dan
Kelas pada tanggal 18 Februari 2017
kebiasaan yang positif apabila ia
bahwa masih ada peserta didik yang
memiliki
ragu-ragu
ciri-ciri
menyenangi
dalam
menyampaikan
5
pendapat, adanya peserta didik yang
3. Bentuk tingkah laku salah suai
takut untuk bertanya dan maju ke
peserta didik dilihat dari aspek
depan kelas, adanya peserta didik
kecemasan.
yang menyontek tugas teman, adanya
4. Bentuk tingkah laku salah suai
peserta didik yang menyontek saat
peserta didik dilihat dari aspek
ujian, adanya peserta didik yang tidak
mekanisme pertahanan diri.
mengikuti
satu
pun
kegiatan
5. Bentuk tingkah laku salah suai
ekstrakurikuler dan masih ada peserta
peserta didik dilihat dari aspek
didik yang melawan saat diberi
kurang berpikir positif.
nasihat.
6. Bentuk tingkah laku salah suai
Berdasarkan permasalahan yang muncul tersebut peneliti tertarik untuk
peserta didik dilihat dari aspek kurang percaya diri.
meneliti tentang “Bentuk Tingkah
7. Bentuk tingkah laku salah suai
Laku Salah Suai Peserta Didik dalam
peserta didik dilihat dari aspek
Belajar
lebih memperhatikan kesalahan.
dilihat
dari
Pendekatan
Konseling Self (Client Centered) di Kelas VIII MTsN 4 Agam”
peserta didik dilihat dari aspek
Berdasarkan identifikasi masalah di
atas,
maka
batasan
8. Bentuk tingkah laku salah suai
merasa tertekan.
masalah,
9. Bentuk tingkah laku salah suai
rumusan dan tujuan dalam penelitian
peserta didik dilihat dari aspek
ini adalah bentuk tingkah laku salah
merasa lemah.
suai peserta didik dalam belajar dilihat dari aspek: 1. Bentuk tingkah laku salah suai
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif
peserta didik dilihat dari aspek
kuantitatif.
Menurut
Darmawan
munafik.
(2013:37)
“Penelitian
kuantitatif,
adalah
proses
2. Bentuk tingkah laku salah suai
menemukan
peserta didik dilihat dari aspek
pengetahuan yang menggunakan data
tingkah laku yang tidak konsisten.
berupa
angka
sebagai
alat
menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketehui”.
6
Penelitian ini bertujuan untuk
(49,10%), dan 3 peserta didik berada
mendeskripsikan bentuk tingkah laku
pada kategori sangat sedikit dengan
salah suai peserta didik dalam belajar
(5,45%). Namun tidak ada satu orang
dilihat dari pendekatan konseling self
pun yang berada dalam kategori
(client centered) di kelas VIII MTsN
sangat banyak.
4 Agam. Adapun populasi dalam
Yusuf dan Nurihsan (2007:145)
penelitian ini adalah seluruh peserta
menyatakan bahwa kepribadian salah
didik kelas VIII MTsN 4 Agam yang
suai terjadi karena adanya inkongruen
berjumlah
dalam
sampel
123
orang.
pada
menggunakan
Penarikan
penelitian teknik
diri
individu
yang
ini
menyebabkan seseorang mengalami
propotional
sakit mental, seperti merasa terancam,
random sampling dengan jumlah
cemas,
sampel sebanyak 55 peserta didik.
berpikir yang kaku atau picik.
Teknik
analisis
data
berperilaku
defensif
dan
yang
Perilaku salah suai yang muncul
digunakan adalah presentase untuk
terjadi karena adanyan inkongruen
mengungkapkan aspek yang diteliti.
dalam diri individu sehingga individu
Rumus yang digunakan adalah teknik
memandang dirinya secara negatif
analisis presentase.
dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
terancam, perilaku defensif dan lain
muncullah
perasaan
cemas,
Berdasarkan hasil penelitian yang
sebagainya. Tingkah laku salah suai
telah dilakukan, gambaran secara
dalam belajar tersebut jika dibiarkan
umum bentuk tingkah laku salah suai
akan
peserta didik dalam belajar dilihat
proses belajar peserta didik dan juga
dari pendekatan konseling self (client
terhadap diri peseta didik itu sendiri.
berdampak
buruk
terhadap
centered) di kelas VIII MTsN 4
Gambaran bentuk tingkah laku
Agam dari 55 peserta didik 3 peserta
salah suai peserta didik dalam belajar
didik berada pada kategori banyak
dapat dilihat dari beberapa aspek
dengan (5,45%), 22 peserta didik
sebagai berikut:
berada pada kategori cukup banyak
a. Munafik
dengan (40%), 27 peserta didik
Bentuk tingkah laku salah suai
berada pada kategori sedikit dengan
peserta didik dalam belajar pada
7
aspek
munafik
berada
pada
kategori cukup banyak dengan (34,55%).
berada pada kategori cukup banyak dengan (43,64%). Taufik
Taufik
(2016:153-155)
menjelaskan
menjelaskan bahwa tingkah laku
yang
yang tidak konsisten artinya apa
munafik adalah individu yang
yang dilakukan sekarang berbeda
bertingkah
sesuai
dengan apa yang dilakukan pada
dengan apa yang dikatakannya.
waktu sebelumnya. Pada situasi
Individu yang seperti ini selalu
tertentu dia berbuat jujur, dan pada
menutupi dirinya, sehingga tingkah
kesempatan
lakunya itu tidak sesuai dengan
pembohong.
apa
Individu
(2016:153-155)
laku
yang
tidak
dirasakan
dan
diinginkannya.
lain
menjadi
Saat proses belajar mengajar peserta
Berdasarkan pendapat di atas
dia
didik
memperhatikan
hanya
pada
mata
dapat dimaknai bahwa munafik
pelajaran yang disukainya saja,
adalah perilaku individu yang tidak
sehingga pada mata pelajaran yang
jujur dengan apa yang sebenarnya
tidak ia sukai ia melakukan hal-hal
ia rasakan dan ia fikirkan sehingga
lain. Apabila tingkah laku peserta
terkadang
didik ini dibiarkan saja maka akan
menutup
individu diri.
cenderung
Tingkah
laku
berdampak pada hasil belajarnya,
munafik yang dilakukan peserta
peserta
didik ialah pura-pura mengerti
memahami
dengan apa yang dijelaskan oleh
pelajaran yang tidak ia sukai
guru.
tersebut.
b. Tingkah laku tidak konsisten
didik ilmu
tidak pada
dapat mata
c. Kecemasan
Bentuk tingkah laku salah suai
Bentuk tingkah laku salah suai
peserta didik dalam belajar dilihat
peserta didik dalam belajar dilihat
dari pendekatan konseling self
dari pendekatan konseling self
(client
(client
centered)
pada
aspek
tingkah laku yang tidak konsisten
centered)
pada
aspek
kecemasan berada pada kategori cukup banyak dengan (40%).
8
Musfir menjelaskan adalah
bahwa
kondisi
(2005:512)
tidak
kecemasan
eksternal maupun realitas internal
kejiwaan
yang
sesuai
dengan
realitas
guna menutupi kecemasannya.
penuh dengan kekhawatiran dan
Pada proses belajar mengajar
ketakutan akan apa yang mungkin
tingkah laku mempertahankan diri
terjadi.
yang dilakukan oleh peserta didik
Tingkah laku cemas yang
yaitu menyalahkan teman ketika ia
dilakukan peserta didik dalam
dimarahi
belajar yaitu takut mendapatkan
berbicara saat belajar. Dalam hal
giliran untuk menjawab ketika ada
tersebut
tanya jawab di kelas. Jika perilaku
mempertahankan
tersebut dibiarkan maka peserta
melakukan
didik akan terus merasa cemas
menyalahkan orang lain karena ia
ketika berada pada proses belajar
merasa
di dalam kelas dan hal tersebut
perbuatannya. Hal tersebut sangat
akan menghambat peserta didik
tidak baik jika dilakukan secara
dalam mencapai hasil belajar yang
terus-menerus
baik.
menjadi kebiasaan.
d. Mekanisme Pertahanan diri
oleh
guru
peserta dirinya
kesalahan
cemas
karena
didik yang dengan
dengan
karena
akan
e. Kurang Berpikir Positif
Bentuk tingkah laku salah suai
Bentuk tingkah laku salah suai
peserta didik dalam belajar dilihat
peserta didik dalam belajar dilihat
dari pendekatan konseling self
dari pendekatan konseling self
(client
(client
centered)
mekanisme
pada
aspek
pertahanan
diri
(defence mechanism) berada pada kategori sangat sedikit dengan (65,45%). Taufik
centered)
pada
aspek
kurang berpikir positif berada pada kategori sedikit dengan (36,36%). Hendri menjelaskan
(2013:68-71) bahwa
kurang
(2016:153-155)
berpikir
positif
adalah
ketika
Mekanisme pertahanan diri adalah
individu
selalu
merasa
bahwa
kecenderungan
untuk
sesuatu yang buruk akan terjadi.
melakukan tindakan-tindakan yang
Dalam hal ini individu tersebut
individu
9
melihat lebih banyak hal buruk
dari pendekatan konseling self
terhadap
sadar
(client centered) pada aspek lebih
ataupun tidak, dalam pikirannya ia
memperhatikan kesalahan berada
merasa bahwa sesuatu yang buruk
pada
itu terjadi karena mereka.
dengan (29,09%).
sesuatu
secara
f. Kurang Percaya Diri
kategori
Hendri
bentuk tingkah laku salah suai
menjelaskan
bahwa
memperhatikan
dari pendekatan konseling self
individu
(client
memfokuskan
pada
aspek
banyak
(2013:68-71)
peserta didik dalam belajar dilihat
centered)
cukup
lebih kesalahan,
tersebut
terlalu
dirinya
pada
kurang percaya diri berada pada
sejumlah kesalahan yang ia buat
kategori sedikit dengan (45,45%).
dan hasilnya membuat individu
Haryansah
(Supriyono:32)
tersebut menciptakan kesan negatif
kurang percaya diri adalah keadaan
mengenai
diri
orang
individu
dirinya
tidak
dengan apa yang akan ia lakukan
dan
takut
karena ia selalu merasa takut salah.
orang
Salah satu tingkah laku yang
seseorang
tersebut
merasa
sanggup,
malu
ditertawakan
dimana
oleh
disekitarnya.
kesalahan tersebut
sehingga
selalu
ragu
dilakukan ialah peserta didik takut
Tingkah laku kurang percaya
menemui
guru
karena
pernah
diri tersebut terlihat pada perilaku
berbuat salah. Apabila hal tersebut
peserta didik yang sering malu
sering dilakukan oleh peserta didik
ketika disuruh tampil di depan
maka
kelas. Hal tersebut apabila sering
terganggunya proses belajar karena
dilakukan oleh peserta didik maka
peserta
akan menghambat peserta didik
kesalahan
dalam
dilakukannya sehingga ia merasa
proses
belajar
dan
aktualisasi dirinya. g. Lebih Memperhatikan Kesalahan Bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar dilihat
akan
didik
berdampak
fokus yang
pada
kepada pernah
takut atau ragu. Ketika ia ingin menyampaikan pendapat, bertanya, atau menemui guru ia menahan diri
karena pernah
melakukan
10
kesalahan
dan
ia
takut
akan
i. Merasa Lemah
melakukan kesalahan itu lagi.
Bentuk tingkah laku salah suai
h. Merasa Tertekan
peserta didik dalam belajar dilihat
Bentuk tingkah laku salah suai
dari pendekatan konseling self
peserta didik dalam belajar dilihat
(client
centered)
pada
dari pendekatan konseling self
merasa lemah berada pada kategori
(client
centered)
pada
aspek
sedikit dengan (52,73%).
merasa
tertekan
berada
pada
Hendri
aspek
(2013:68-71)
kategori cukup banyak dengan
menjelaskan bahwa merasa lemah
(41,82%).
yaitu individu yang merasa bahwa
Hendri
(2013:68-71)
menjelaskan tertekan
bahwa dengan
merasa berbagai
dirinya tidak mampu atau tidak bisa dalam melakukan sesuatu hal. Ia
tidak
memiliki
keyakinan
kewajiban dalam hidup, dalam hal
terhadap dirinya dan selalu menilai
ini individu selalu berpikir tentang
bahwa dirinya tidak bisa dan
apa yang seharusnya ia lakukan
mudah putus asa.
dan tidak seharusnya ia lakukan
Peserta didik merasa ia sulit
sehingga ia selalu merasa terbebani
untuk memahami pelajaran yang
dengan sejumlah komitmen.
diberikan
oleh
guru.
Apabila
Peserta didik merasa takut
peserta didik sering melakukan hal
akan mendapatkan nilai rendah
tersebut maka akan berpengaruh
jika tidak rajin belajar, sehingga
pada terganggunya proses belajar
hal
dan
tersebut
menjadi
tekanan
juga
perkembangan
dirinya untuk harus rajin belajar.
kepribadiannya. Peserta didik akan
Jika hal tersebut terus dialami oleh
menjadi mudah putus asa dengan
peserta didik maka mereka akan
dirinya dan hal tersebut sangat
merasa
tidak baik untuk peserta didik.
stres
dengan
pikiran-
pikirannya yang penuh tekanan tersebut.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa bentuk tingkah laku salah suai
11
peserta didik dilihat dari pendekatan
aspek
konseling self (client centered) di
berada pada kategori sedikit.
kelas VIII MTsN 4 Agam sebagai
kurang
berpikir
positif
7. Bentuk tingkah laku salah suai
berikut:
peserta didik dalam belajar pada
1. Bentuk tingkah laku salah suai
aspek kurang percaya diri berada
peserta didik dalam belajar dilihat dari pendekatan konseling self (client
centered)
secara
pada kategori sedikit. 8. Bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar pada
keseluruhan berada pada kategori
aspek
sedikit.
kesalahan berada pada kategori
2. Bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar pada aspek
munafik
berada
pada
kategori cukup banyak. 3. Bentuk tingkah laku salah suai
lebih
memperhatikan
cukup banyak. 9. Bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar pada aspek merasa tertekan berada pada kategori cukup banyak.
peserta didik dalam belajar pada
10. Bentuk tingkah laku salah suai
aspek tingkah laku yang tidak
peserta didik dalam belajar pada
konsisten berada pada kategori
aspek merasa lemah berada pada
cukup banyak.
kategori sedikit.
4. Bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar pada aspek kecemasan berada pada kategori cukup banyak. 5. Bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar pada aspek mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) berada pada kategori sangat sedikit. 6. Bentuk tingkah laku salah suai peserta didik dalam belajar pada
DAFTAR PUSTAKA Ali, mohammad dan Mohammad Asrori. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. Corey, Gerald. 1997. Teori dan Praktek Konseling Psikoterapi. Bandung: Eresco. Dalyono. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Darmawan, Deni. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hendri, Novi. 2013. Model-model Konseling. Medan: Perdana Publishing.
12
Musfir. 2005. Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani Press. Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Cetakan kedua. Jakarta: Rineka Cipta. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Supriyono. 2008. Studi Kasus Bimbingan dan Konseling. Semarang: Nieuw Setapak.
Taufik. 2016. Pendekatan dalam Konseling. Padang: Universitas Negeri Padang. Yuniarti, Rika. 2013. Peningkatan Sikap dan Kebiasaan Belajar Positif dengan Menggunakan Token Economy pada Siswa Kelas V SD Negeri 4 Way Galih Kecamatan Tanjung Bintang Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal: FKIP Universitas Lampung. Yusuf, Syamsu dan Juntika Nurihsan. 2007. Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya