Linguistika Akademia Vol.2, No.1, 2013, pp. 96~107 ISSN: 2089-3884
BEHAVIORISME DALAM KOMENTAR RESPONSIF KOMENTATOR SEPAK BOLA ATAS SEBLEBRASI GOL PEMAIN SEPAK BOLA MUSLIM Oleh: Sukron Marzuki e-mail:
[email protected] ABSTRACT Behaviorism is a theory of linguistic to study lingual phenomena that happens in our environment. There are many phenomena that can be studied through analytic of the theory. One of phenomena that can be example for this study is phenomenon about commentary of Garry Lineker, a football commentator, toward sujud celebration by a Moslem football player after making a goal and its impact such critism from London moslem community toward the commentary. This paper aims to explain the reader about recent phenomenon that is analyzed using behaviorism theory and some reasons why the author chose using this analytic in analyzing it. Result of the research is that in the observed phenomena, the author founds that commentary of Gary Lineker about sujud selebration by moslem footballer is a response of what the footballer had done whereas what the footballer had done is stimulation that causes Garry’s commentary.
ABSTRAK Teori behaviorismae adalah sebuah teori linguistik yang mempelajari fenomena-fenomena kebahasaan yang terjadi di lingkungan kita. Ada begitu banyak fenomena yang dapat dikaji melalui analisis teori ini. Salah satu fenomena yang dapat menjadi contoh untuk pembahasan ini adalah fenomena tentang komentar Gary Lineker, seorang komentator sepak bola, terhadap seleberasi sujud seorang pemain sepak bola muslim setelah mencetak gol dan dampak berupa kecaman yang timbul atas komentar itu. Paper ini bertujuan menjelaskan pembaca mengenai fenomena baru-baru ini tersebut yang dianilisis menggunakan teori behaviorisme dari segi stimulus, respon dan stimulus respon dan analisis distributional terhadap isi komentar Gary Lineker. Metode yang digunakan dalam menganalisis persoalan ini adalah metode/ teknik pustaka. Adapun hasil penelitian ini yaitu bahwa dalam fenomena yang diamati, penulis menemukan bahwa komentar Gary Lineker mengenai seleberasi sujud oleh seorang pesepak bola muslim adalah respon dari apa yang pesepak bola itu telah lakukan. Kata kunci: stimulus, respon, behaviorisme.
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
97
A. PENDAHULUAN Sepak bola merupakan olahraga yang paling digemari di dunia. Oleh karena itu fans-fans pecinta sepak bola sangat banyak di berbagai belahan dunia. Sepak bola yang dulu merupakan sarana hiburan bagi penonton kini telah berubah menjadi lahan bisnis yang menyebabkan terbukanya lahan pekerjaan bagi masyarakat dunia. Dari sekian banyak profesi dalam dunia sepak bola yang dapat mengundang gelak tawa adalah komentator sepak bola pada suatu pertandingan. Ironisnya, seorang komentator bola justru bisa mendapat kecaman dan kritikan atas ucapan yang khilaf dalam mengomentari suatu pertandingan. Seperti halnya dalam kasus Gary Lineker ini, yang mengeluarkan celetukan yang bersifat responsif atas selebrasi sujud pemain sepak bola. Celetukan itu bahkan disinyalir mengandung makna rasis yang bahkan menjadi judul berita dalam sebuah blog londonmuslims.blogspot.com di London yang judulnya yaitu “Racist Gary Linekar claims Muslim prayer celebration is ‘Eating Grass’”. Dalam kasus semacam ini celetukan seorang komentator itu didiagnosis telah memenuhi salah satu unsur utama teori behavioristik yaitu sebagai respons yang dalam hal ini bersifat spontanitas dan tidak disengaja. Jika memang hal tersebut merupakan respons tentu saja ada hal lain yang tidak bisa lepas dari respons itu yaitu stimulus atau dalam istilah yang lebih mudah dipahami orang awam yaitu rangsangan. Jika ada stimulus maka ada respon dan begitupun sebaliknya, jika ada respon maka ada ranngsangan. Inilah sekilas yang penulis pahami dari teori behviorisme milik Bloomfield ini. Penerapan teori behavioristik ini sarat makna dengan realitas sosial masyarakat Inggris saat itu yang mana Inggris tidak hanya di huni penduduk yang beragama Kristen saja melainkan islam pun telah diterima di negara itu. Oleh karena itu respon pun muncul di kalangan yang merasakan ucapan rasis dari sang komentator. Tidak hanya itu, globalitas sumber informasi yang hanya perlu menunggu sekian detik dalam pengaksesannya telah menjadi sarana responrespon lainnya. Jadi respon yang semula hanya ada pada Gary Linekar dengan komentarnya yang kontroversial itu, kini bisa jadi
Behaviorisme dalam Komentar Responsif Komentator Sepak Bola …(Sukron Marzuki)
98
bertambah dilihat dari pengakses internet di dunia ini yang kemungkinan besar mereka bisa melihat berita itu. Adapun data yang menjadi kerangka paper ini tidak hanya bersumber pada blog milik seorang muslim di London yang alamat blognya www.londonmuslim.blogspot.co.uk tetapi juga situs web lain. Misalanya saja di www.bola.net. Kedua sumber tersebut mengusung isi berita yang sama yaitu mengenai komentator atas selebrasi sujud pemain muslim. Namun, keduanya berbeda dalam judul berita dan uraian beritanya. Hal itu karena blog milik muslim London itu penulisnya menggunakan bahasa inggris dalam penulisannya karena memang penduduk London sedangkan www.bola.net adalah situs web asli indonesia yang berbahasa indonesia. Jika dalam www.bola.net berita tentang kasus ini judulnya “Demba: Hina Selebrasi pemain muslim, Gari Lienekr minta maaf”, www.londonmuslim.blogspot .co.uk judulnya adalah ‘racist Gary Lineker claims muslim prayer celebration is “eating grass”’ yang artinya dalam bahasa indonesia rasis, Gary Linekar mengklaim selebrasi sujud makan rumput. Beberapa ulasan di atas kemungkinan sudah cukup untuk menggambarkan garis besar paper ini yang nantinya berupa pembahasan yang lebih kompleks atas paper ini. Namun demikian, untuk memasuki pembahasan itu ada dua masalah yang akan menjadi poin inti dari pembahasan paper ini yaitu 1). Pembahasan lebih detail mengenai teori ini yang berkaitan dengan respons atas fenomena behavioristik itu dan 2). Pembahasan lebih detail mengenai teori ini berkaitan dengan stimulus dalam fenomena behavioristik. Adapun teknik yang digunakan adalah teknik pustaka karena data kebahasaan tersebut diambil dari sumber tertulis, yakni website dan blog. Sebagaimana dijelaskan oleh Dr. Edi Soebroto bahwa teknik pustaka adalah mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data (1992: 42). Lebih lanjut lagi dia menjelaskan bahwa data kebahasaan diambil dari sumber-sumber pustaka dibatasi pada kepentingannya terhadap maksud dan tujuan penelitian (1992: 43). Sementara maksud dan tujuan penelitian itu telah diterangkan sebelumnya yaitu untuk menjelaskan penerapan penganalisisan teori behaviorisme terhadap komentar Gary Linekar yang menjadi objek kajian teori behaviorisme. Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 96 – 107
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
99
B. SEKILAS TENTANG BEHAVIORISME Selama beberapa tahun dari tahun 1930-an sampai akhir tahun 1950-an, aliran linguistik yang paling bepengaruh adalah yang disebut strukrural, dan terutama dikaiteratkan dengan linguis Amerika, Bloomfield (Alwasilah, 1992: 43). Pendiri paham strukturalisme ini adalah Frans boas yang kemudian dikembangkan oleh Leonard Bloomfield. Bloomfield adalah wakil Boas dalam aliran deskriptif, namun kemudian hari dialah yang terkenal sebagai penyebar aliran deskriptif (Ubaidillah, 2012: 52). Perkembangan teori ini kemudian mengarah pada penamaan yang bermacam-macam terhadap teori ini. Dalam hal penamaan aliran Linguistik Amerika yang dipelopori oleh Franz Boas dan dikembangkan oleh Leonard Bloomfield ini memiliki banyak sebutan, seperti 1) Aliran Struktural Amerika, 2) Aliran Deskriptif, 3) Aliran Behavioris/ Mekanis, 4) Aliran Distributional (Ubaidillah, 2012: 53). Namun, Nama strukturalisme lebih dikenal dan menyatu kepada nama aliran linguistik yang dikembangkan oleh Bloomfield dan kawan-kawannya di Amerika (Chaer, 2002: 359).. Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa Teori behaviorisme merupakan teori linguistik yang dianut oleh Leonard Bloomfield. Penamaan behaviorisme ini memandang bahwa bahasa merupakan bagian dari perilaku manusi dalam suasana stimulus dan respon yang benar-benar di amati (Ubaidillah, 2012: 53). Dalam teori ini dikatakan pula bahwa setiap orang yang berbicara pasti ada stimulusnya (Ubaidillah, 2012: 68). Stimulus tersebut secara tidak langsung telah menjadi istilah baru dalam aliran linguistik behaviorisme ini. tak heran istilah stimulus cukup akrab untuk dijumpai bahkan selalu ada dalam penganalisisan masalah yang menggunakan teori ini. dikatakan Sebagaimana teori merupakan sebuah ciptaan seorang manusia, tentu terdapat banyak teori lain selain teori ini dengan paham yang bebeda. Tak heran jika di antara teori-teori itu saling berselisih dalam hal pendapat. Jika demikian, teori lain yang bertindak sebagai lawan dari teori behaviorisme ini yaitu teori mentalism yang pedapatanya berseberangan dengan teori behavioris Bloomfield ini milik. Sebagaimana menurut Verhaar yaitu bahwa pertama, tentu dapat disebut adanya sikap berkompetisi yang tegas-tegas dinyatakan oleh mentalisme aliran transformasi atas Behaviorisme dalam Komentar Responsif Komentator Sepak Bola …(Sukron Marzuki)
100
“behaviorisme” Bloomfield (1980: 9). Perbedaan keduanya yaitu pada kasus bagaimana seorang itu dapat mengeluarkan ujaran bahasa dari mulut pengujar. jika dipertentamgkan antara teori mentalism dan teori behaviorism atau nama lainnya teori mekanik, akan ditemukan jawaban yang bertolak belakang di antara keduanya, yakni teori mentalism akan menjawab bahwa ujaran mesti diterangkan sebagai akibat dari pikiran (maksud, kepercayaan, perasaan) dari subyek yang terujar (Alwasilah, 1992: 44). Hal ini sejalan dengan teori chomsky (dalam Ubaidillah, 2012: 68) yang menyatakan bahwa jika seseorang menguasai suatu bahasa dengan baik –karena kita menjadi penutur bahasa itu – maka kita dapat menghasilkan kalimat-kalimat baru yang jumlahnya tidak terbatas. Namun, jawaban Bloomfield atas hal tersebut bertentangan dengan jawaban-jawaban sebelumnya atas kasus bagaimana seseorang dapat mengeluarkan ujaran bahasa. Jawaban bloomfield yaitu bahwasanya bahasa itu terjadi tidak lepas dari faktor-faktor eksternal yang mempengaruhinya bukan karena kefasihan si pengujar bahasa saja. Selain teori ini memiliki lawan teori sebagaimana telah dijelaskan di atas, teori behaviorisme ini merupakan teori yang tepat digunakan dalam menganalisis fenomena kebahasaan yang berkaitan dengan ranah budaya atau sosial suatu masyarakat karena yang diamati teori ini adalah faktor-faktor eksternal sebgai stimulus penyebab terjadinya fenomena lain, yang dalam hal ini berupa fenomena yang berkaitan dengan kebahasaan. Misalnya saja pemanfaatan teori behaviorisme ini dalam sistem pengajaran sekolah. Seorang guru seni musik yang ingin mengetahui minat belajar siswanya dalam bidang musik dapat menggunakan cara berupa pemberian stimulus seperti membawakan siswa-siswinya alat-alat musik semacam gitar, piano, seruling dan lain sebagainya. Dari stimulus itulah muncul respon dari siswa-siswi di kelas itu yang berupa tanggapan mereka atau antusiasme mereka dalam memainkan salah satu alat musik tersebut dalam bentuk bahasa ekspresi mereka. Itulah sekilas mengenai teori behaviorisme yang berkembang di Amerika sekitar tahun 1930-1950-an. Teori itu cukup berpengaruh di Amerika sebelum akhirnya ditentang oleh Chomsky yang akhirnya
Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 96 – 107
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
101
menghilang pada tahun 1960-an menurut Samson (dalam ubaidillah, 2002 : 53). C. ANALISIS DATA KEBAHASAAN Data yang akan dianalisis adalah berita dalam website dan blog yang mengandung kajian behaviorisme di dalamnya baik pada isi berita itu maupun berita itu sendiri. Lebih detailnya, data tersebut dirincikan satu website yaitu www.bola.net dengan berita yang diambil bertanggal 5 oktober 2012. Situs web tersebut berbahasa indonesia, Adapun untuk blognya yaitu muslimlondon.blogspot.co.uk dengan berita yang diambil bertanggal 8 november 2012. Blog ini merupakan blog milik seorang penduduk London yang tentunya berbahasa inggris seluruh berita di dalamnya.
D. TINJAUAN DATA DARI SEGI STIMULUSNYA Dari data-data mengenai blog dan website yang menjadi sumber kajian itu, yang akan dikaji terlebih dahulu yaitu data yang menjadi stimulus sebagaimana halnya yang terdapat dalam data sumber. Data sumber yang diambil berupa ujaran. Hal itu sejalan dengan apa yang dikatan Soeparno yaitu bahwa stimulus adakalanya berupa ujaran, adakalanya berupa isyarat dengan gerakan anggota tubuh atau adakalanya berupa situasi (dalam Ubaidillah, 2012: 54). Untuk lebih jelasnya dalam mengetahui stimulus yang ada dalam fenomena sujud yang dikomentari itu ada beberapa rangkaian peristiwa yang akan dikronolgikan di bawah ini. 1. Karim Eit-fana mencetak gol; 2. Dia berselebrasi gol dengan selebrasi sujud; 3. Gary Linekar, sang komentator, mengeluarkan celetukan selebrasi Karim eitfana makan rumput;. 4. kecaman timbul dari pemain yang biasa melakukan selebrasi sujud setelah mencetak gol yaitu Demba ba. Dari rangkaian peristiwa di atas, kita dapat memilah-milah mana yang merupakan stimulus dan mana yang merupakan respon. Setelah dipilah-pilah, hasil yang diperoleh dari pemilahan itu berupa: 1. Karim Eitfany mencetak gol merupakan stimulus pertama yang ditandai dengan S1,
Behaviorisme dalam Komentar Responsif Komentator Sepak Bola …(Sukron Marzuki)
102
2. Dia melakukan selebrasi gol dengan cara bersujud di lapangan merupakan stimulus kedua atau disingkat S2, 3. Gary Linekar, sang komentator, mengeluarkan celetukan selebrasi Karim Eitfana makan rumput merupakan stimulus ketiga atau S3; 4. Kecaman timbul dari kalangan umat muslim dan pemain yang biasa melakukan selebrasi sujud yakni Demba ba. Dari analisis kronologi kejadian yang beruntun itu dapat ditarik suatu hubungan sebab akibat dari peristiwa yang bersebelahan urutannya atau dalam bahasan teori ini stimulus dan respon. Misalnya saja data di atas kalau dipilah-pilah berdasarkan respon dan stimulusnya akan jadi seperti ini: S1 = Stimulus S2, S2 = Stimulus S3, dan S3 = Stimulus kejadian 4. Jadi, antara S1, S2, dan S3 saling mempengaruhi kejadian setelahnyasementara kejadian 4 meruapakan kejadian yang dipengaruhi paling akhir . itulah Stimulus beruntun yang menjadi aspek kebahasaan menurut teori behaviorisme ini. Kalau kejadian- kejadian yang meupakan stimulus beruntun di atas diilustrasikan akan jadi seperti di bawah ini:
S1
S2
Kejadian 1
kejadian 2
Keterangan:
S3
kejadian 3
kejadian 4
= Mempengaruhi/ menstimulasi + X
= Stimulus = ......?
Jika data kejadian kronologis dimasukkan ke dalam pola analisis stimulus di atas maka hasilnya yaitu sebagai berikut.
Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 96 – 107
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
103
Kejadian 1: Karim Eitfana mencetak gol
Kejadian 2: Karim Eitfana melakukan selebrasi sujud
Kejadian 3: Gary Lineker berkomentar selebrasi makan rumput
Kejadian 4: Gary Lineker mendapat banyak kecaman
E. TINJAUAN DATA DARI SEGI RESPONNYA Dalam pembahasan sebelumnya, data yang dikaji ditinjau dari segi stimulusnya itu telah menghasilkan runtutan peristiwa yang bertalian yang dilambangkan dengan S1, S2 dan S3. Namun, hal itu berlaku juga dalam respon yang merupakan pasangan dari stimulus dalam teori behaviorisme. Pelambangan pada analysis sebagaimana terdapat pada analisis stimulus pada pembahasan sebelumnya, dapat pula diterapkan pada pembahasan respon. Hal itu dapat terjadi jika pelambangan S1 dikembalikan ke bentuk asal yakni kejadian 1, kejadian 2, kejadian 3, dan kejadian 4. Dari dinetralkannya pelambangan kejadian yang semula lambangnya S1 (Stimulus 1), S2 (Stimulus 2) dan S3 (Stimulus 3) penulis dapat mulai memberi nama kejadian-kejadian tersebut dengan proses yang sama dengan palambangan pada stimulus. Proses tersbeut dapat dilihat di bawah ini yaitu: 1. Kejadian 2 = R1 2. kejadian 3= R2 3. kejadian 4 = R3 Adapun penyimbolan kejadian sebagaimana telah dilakukan di atas bertujuan agar proses pengidentifikasian lebih mudah karena stimulus dan responnya lebih dari satu. Karena yang menjadi bahan acuan sama yakni kejadian 1, 2, 3, 4 sama antara analisis stimulus dan analisis respon maka hal yang sama seperti terdapat dalam analisis stimulus pada pembahasan sebelumnnya juga sama. Kesamaan itu terletak pada kronolgi kejadian yang berturut-turut. Misalnya saja karena R4 menjadi respon kejadian sebelahnya. Behaviorisme dalam Komentar Responsif Komentator Sepak Bola …(Sukron Marzuki)
104
Namun karena respon berlawanan dengan stimulus arah urutannya, maka kejadian 4 (R1) akan menjadi respon kejadian sebelumnya yakni kejadin 3 (R2), kejadian 3 (R2) akan menjadi respon kejadian sebelumnya yakni kejadian 2 (R3) dan kejadian 2 (R3) akan menjadi respon kejadian sebelumnya lagi (R4). Jika diilustrasikan, analisis respon akan terlihat pada ilustrasi di bawah ini.
R3
Kejadian 1 Keterangan:
kejadian 2
R2
kejadian 3
R1
kejadian 4
= meresponi
Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai pertanyaan mengapa simbol pada stimulus yang hanya terdiri dari 3 stimulus yakni yakni S1, S2, dan S3 padahal kejadiannya ada 4 itu karena stimulus menduduki posisi awal dalam dua ilustrasi di atas, yakni ilustrasi analisis stimulus dan ilustrasi analisis respon. Jal itu ttidak memungkinkan posisinya sebagai penutup atau menempati posisi kejadian 4. Begitu pun dengan respon yang hanya memuliki 3 simbol yakni R1, R2, dan R3. Posisi respon selalu sebagai penutup (dalam kasus ini kejadian 4) dan tidak mungkin terletak di posisi pembukaan (kejadian 1). Penerapan analisis stimulus terhadap data kronologis dapat dilihat di bawah ini. (S1) Kejadian 1: Karim Eitfany mencetak gol
(S2) Kejadian 2: Karim Eitfany melakukan selebrasi sujud (S3) Kejadian 3: Gary Lineker berkomentar selebrasi itu makan rumput
(-) Kejadian 4: Gary Lineker mendapat banyak kecaman
Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 96 – 107
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
105
F. TINJAUAN DATA DARI SEGI STIMULUS DAN RESPON Pada tinjauan kali ini stimulus dan respon akan hadir secara bersamaan. Kehadiran keduanya dalam satu analisis tidak akan meninggalkan penyimbolan yang sudah dilakukan sebelumnya. Maksudnya yaitu simbol yang digunakan pada analisis mereka masing-masing sebelumnya tidak akan mengalami perubahan justru akan melengkapi analisis satu sama lain di antara keduanya. Dikatakan melengkapi satu sama lain di sini karena yang semula pada analisis mereka masing-masing terdapat ketidaksempurnaan dalam hal jumlah masing-masing yang ganjil sementara kejadiannya genap. Tentu ini akan menyisakan kejadian yang lowong dari analisis. Misalnya pada analisis stimulus simbolnya kejadian yang teranalisis hanya 3 yakni kejadian 1 terisi dengan S1, kejadian 2 terisi dengan, S2, kejadian 3 terisi dengan S3 dan kejadian S4 tidak terisi pada analisis stimulus. Hal yang sama juga terjadi pada analisis respon yang mana pada kejadian 1 tidak tersentuh analisis. Untuk itu, tinjauan data merupakan paripurna dari kedua tinjauan yang telah dipaparkan. Hal itu dapat dilihat dari tertutupinya masing-masing kelowongan analisis pada kejadian awal maupun akhir. Sehingga hadirnya kedua analisis ini akan menimbulkan suatu kejadian bisa berfungsi ganda, baik sebagai stimulus maupun respon. Adapun untuk kejadian pembuka selalu ditempati stimulus sedangkan penutup selalu ditempati oleh respon. Untuk mengetahui lebih jelasnya, illustrasi berikut bisa menjelaskan.
Kejadian 1 Keterangan:
kejadian 2 + X
kejadian 3
kejadian 4
= stimulus = respon = stimulus dan respon = menstimulasi = meresponi
Behaviorisme dalam Komentar Responsif Komentator Sepak Bola …(Sukron Marzuki)
106
Berdasarkan ilustrasi di atas, kita dapat melihat bahwa disana terdapat dua kejadian yang memiliki peran ganda sebagai stimulus dan respon. Kejadian tersebut adalah kejadian 2 dan kejadian 3. Jika dilihat lagi ke pembahasan sebelumnya, kita dapat memasukkan data yang ada yakni berupa kronologi peristiwa yang telah disusun berdasarkan urutan waktu dan hubungan stimulus-responnya. Setelah data kejadian itu dimasukkan ke dalam bentuk analisis stimulus dan respon akan mengahasilkan pengolahan data kejadian yang seperti di bawah ini: Kejadian 1: karim etfiana mencetak gol
Kejadian 2: karim etfiana melakukan selebrasi sujud
Kejadian 3: Gary Lineker berkomentar selebrasi makan rumput
Kejadian 4: Gary Linekar mendapat kecaman Keterangan:
= menstimulusi = meresponi
G. ANALISIS ISI UCAPAN DENGAN TEORI DISTRIBUTION Sebelumnya penulis telah menguraikan kejadian-kejadian kronologis yang memiliki sangkut paut dengan fenomena kebahasaan yaitu bahwa semua kegiatan manusia termasuk bahasa adalah satu rangkaian sebab-akibat (1992: 45). Rangkaian sebab akibat ini dianalisis dalam behaviorisme yang dalam penganalisisannya dengan mencari apa yang menjadi stimulus atas terjadinya suatu respon. Jadi sebab disini sama dengan stimulus dan akibat itu sama dengan respon. Analisis kali ini masih menggunakan teori behaviorisme namun cara penganalisisannya yang berbeda. Kalau sebelumnya yaitu dengan memilah-milah stimulus dan responnya, kalau kali ini Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 96 – 107
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
107
dengan menganalisis isi ujaran Gary Lineker dengan menggunakan teori distributional yang merupakan nama lain dari teori struktural juga teori behaviorisme. Adapun analisis yang digunakan adalah analisis unsur bawahan langsung. Analisis bawahan langsung yaitu suatu analisis kata atau kalimat dengan membaginya kepada unsurunsurnya (Alwasilah, 1993: 49). Kalimat yang akan dianalaisis yaitu “Usaha yang hebat dari Karim Eit-fana, mencetak gol dari area luar kotak penalti dan kemudian memakan rumput, seperti biasanya.” Analisisnya yaitu: Usaha/ yang hebat dari Karim Eit-fana / mencetak gol dari area luar kotak penalti dan kemudian memakan rumput, seperti biasanya H. KESIMPULAN Data berupa komentar Gary Linekar terhadap selebrasi sujud terhadap Karim Etfiana dianalsis dengan melihat stimulus dan respon yang terjadi yang mengiringi komentar itu. Selain dianalisis sebab-akibatnya tersebut, data ujaran dari komentar Gary Lineker tersebut bisa dianalisis dengan teori distribusional dengan unsur bawahan langsung. I. DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Beberapa Madzhab dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung: Penerbit Angkasa Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rieneka Cipta Edi Subroto, D. 1992. Pengantar Metode Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Ubaidillah. 2012. Diktat Mata Kuliah Teori Linguistik. Yogyakarta: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Verhaar, J.W.M. 1980. Teori Linguistik dan Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius
Behaviorisme dalam Komentar Responsif Komentator Sepak Bola …(Sukron Marzuki)