Jurnal - Artikel WDSP
YANUAR HABIB
Menghitung Nilai Ekonomi Sepak Bola Jajang Yanuar Habib
[email protected]
Abstrak Ada sekitar 300 transfer pemain sepak bola setiap tahun. Di luar ‘kebolehan’ pemain, sebenarnya terdapat faktor ekonomi yang menentukan besaran nilai ekonomi di dalamnya.
Kata Kunci: Ekonomi, sepak bola
LATAR BELAKANG Pasca piala dunia sepak bola lalu di Brazil, nilai transfer bola mencapai angka tertinggi £120 juta atau setara dengan Rp2,31 triliun. Nilai tersebut untuk pemain bola asal Argentina Lionel Messi. Berturut-turut hingga peringkat tiga dipegang oleh pemain Portugal Cristiano Ronaldo senilai Rp1,93 triliun (£100 juta) dan pemain Uruguay Cavani senilai Rp1,16 triliun (£60 juta). Angka yang sangat fantastis di atas menjadi semangat tersendiri bagi tim-tim sepak bola dalam melahirkan pemain-pemain berkualitas dunia. Ada sekitar 2.000 transfer pemain bola di seluruh negara setiap tahunnya. Transfer pemain di negara-negara dengan tim sepak bola yang tengah berkembang memiliki karakteristik impor dengan jumlah yang besar. Adapun, di antara negara yang memiliki tim sepak bola papan atas transfer pemain cenderung ekspor. Jumlah transfer pemain di negara top dunia cenderung berjumlah sedikit, sedangkan transfer pemain di negara berkembang memiliki jumlah yang relatif banyak. Indonesia misalnya, dalam catatan FIFA, transfer sebanyak 169 pada agustus 2013 hingga agustus 2014 sebesar 154 transfer. Dari aktifitas pertukaran tersebut perubahan jumlah menjadi minus 15 pemain. Secara fungsi, transfer pemain bola didorong karir pemain dan pembentukan teamwork club sepak bola. Aset intangible tim sepak bola ini didasarkan pada orisinalitas kemampuan individual. Meski di luar hal itu terdapat penilaian secara ekonomi, dengan konsep kapitalisasi dan amortisasi pemain selayaknya aset. Di Asia, sepanjang empat bulan terakhir Indonesia berada pada urutan ke-31 dalam transfer pemain dengan best move 4 dan worst move sebanyak -5.
Publikasi oleh WDSP
1
Jurnal - Artikel WDSP
YANUAR HABIB
GELINDING FINANSIAL Sepak bola sebagai olahraga populer kini telah bertransformasi menjadi industri global dengan dampak ekonomi luar biasa. Perputaran uang yang sangat tinggi di dalamnya meliputi: penyiaran dan sponsor, investasi melalui sponsor, private investment pada tim, hingga pasar para pemain. Perkembangan yang luar biasa pada sepakbola saat ini bahkan mampu menciptakan nilai tambah dalam bentuk mikro, yang bisa dilihat dari bermunculannya jasa penyewaan lapangan futsal. Keberadaan futsal di daerah perkotaan Indonesia hampir ada di setiap kecamatan. Tempo-tempo penulis berbincang dengan beberapa CEO ternama, mereka memiliki lapangan futsal yang biasa digunakan oleh kalangan terbatas para pengusaha. Sejatinya, sepak bola bukan hanya memberikan potensi nilai tambah ekonomi secara korporasi atau individual. Lebih jauh sepak bola merupakan alat bagi pembangunan ekonomi lokal, kohesi sosial, pendidikan, dan transmisi nilai sosial. Sebagai misal Inggris yang masyarakatnya memiliki sentimen tinggi atas klub sepakbola daerahnya. Atau, Brazil dan beberapa negara Amerika Latin yang membangun citra negaranya dengan ikon sepakbola. Hal ini dapat dilakukannya karena begitu banyak pemain bola dengan kualifikasi skill di atas ratarata yang mendominasi berbagai pertandingan dunia. Kemampuan klub ternama di Inggris dan Brazil dalam menelurkan pemain-pemain handal tidak terlepas dari iklim kompetisi. Hal ini berhubungan dengan opsi anggaran yang digunakan dalam pendanaan klub. Hal yang sama mulai diberlakukan di Indonesia, ketika pemerintah mulai menghendaki klub-klub sepak bola di daerah untuk tidak lagi bergantung pada anggaran daerah. Melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 22 tahun 2011 pemerintah resmi melarang penggunaan anggaran daerah untuk pendanaan klub daerah yang sudah profesional. Aturan tersebut sudah berjalan hampir tiga tahun, dengan perkembangan dana yang masih terbatas. Ditambah adanya ketentuan perusahaan rokok sudah tidak diperbolehkan lagi menjadi sponsor olahraga.
POTENSI KLUB NASIONAL Perkembangan yang lambat dalam nilai tambah ekonomi olahraga sepak bola dilatarbelakangi dengan manajemen yang masih kurang profesional. Banyak klub yang dikenal dengan kebijakan membeli pemain ketimbang membina pemain. Tidak heran apabila manajemen yang kurang profesional pada klub menjadi sarang politik orang-orang daerah. kini ketika pendanaan daerah itu dihentikan, yang terjadi adalah sulitnya memulai profesionalitas.
Publikasi oleh WDSP
2
Jurnal - Artikel WDSP
YANUAR HABIB
Acapkali disorot di media televisi, para pemain asing yang disewa oleh klub daerah tidak memperoleh penghidupan yang layak. Sergei Litvinov asal Rusia yang menjadi pemain Solo FC terpaksa harus bekerja sebagai buruh di salah satu penjual es jus kota Solo. Sergei juga punya piutang pada kesebelasan timnya sebelum di Solo FC, yakni PSLS Lhokseumawe senilai Rp124 juta. Hal yang lebih parah terjadi pada pemain asing asal Paraguay Diego Mendieta, yang meninggal sebagai pemain Persis Solo akibat sakitnya yang tak terobati, yang dilatarbelakangi gaji yang tidak terbayar. Jika dilihat dari para pemain yang mencetak gol terbanyak, sejauh ini didominasi oleh para pemain asing. Dari hasil catatan Liga Super Indonesia 2014, top score dipegang oleh Emmanuel Kenmogne asal Persebaya dengan jumlah 22 gol. Secara berturut-turut jumlah gol terbanyak diikuti oleh Greg Nwokolo (Persebaya), Ilija Spasojevic (Putra Samarinda), Cristian Gonzales (Arema), dan Esteban Vizcarra (Semen Padang). Di urutan ke-6 baru pemain lokal Muhammad Arif (Arema) yang sudah mencetak 10 gol. Kondisi ini mengindikasikan keberadaan pemain asing yang dapat menciptakan dinamika positif terhadap aspek permainan. Sepak bola yang bagi para penggemarnya bukan sematamata hiburan, tetapi juga mengandung unsur fanatisme. Telah menjadi rahasia umum, bahwa para klub sepak bola selalu dikelilingi supporter yang dapat menciptakan suasana permainan lebih meriah. Sebagai misal Persib dengan Bobotoh, Persija dengan Jak Mania, Bonek sebagai pendukung persebaya, dan berbagai supporter lainnya di setiap daerah. Jalan keluar dari pendanaan yang memadai tidak lain harus diawali dengan pertunjukkan yang baik sehingga mampu menarik minat para investor. Memang ibarat telor dan ayam, tangguhnya permainan suatu klub tergantung tingkat kesejahteraan. Tetapi dalam perhitungan bisnis, barang yang bagus yang akan dihargai secara layak. Aset intangible ini didongkrak dengan langkah profesional dari permainan yang layak terlebihdahulu. Selayaknya menjual prospektus saham di bursa efek, hal yang sama seharusnya menjadi kerangka marketing klub sepakbola tanah air. Yakni, menjual kemenangan dari para pemain bola yang handal. Manajemen sepak bola Indonesia harus dikerahkan secara ekonomi. Hanya dengan cara mengikuti sistem global seperti itu yang dapat menyelamatkan citra persepakbolaan di tanah air. Bukan dengan terbawa arus sentimen supporter, yang kadang-kadang apabila kedatangan klub dari eropa para supporter berbalik menertawakan kekalahan klubnya sendiri. *Tulisan ini pernah dimuat pada majalah Warta Ekonomi edisi WE-17/XXVI/2014
Publikasi oleh WDSP
3
Jurnal - Artikel WDSP
YANUAR HABIB
Nilai Transfer Tertinggi Pemain Bola Pasca Piala Dunia 2014 (£ juta) Marco Reus (Jerman) Toni Kroos (Jerman) Thiago Silva (Brazil) Luka Modric (Kroasia) Robin van Persie (Belanda) Schweinsteiger (Jerman) Frank Ribery (Perancis) Arturo Vidal (Cili) Paul Pogba (Perancis) Sergio Busquets (Spanyol) Thomas Muller (Jerman) Eden Hazard (Belgia) Kun Aguero (Argentina) Wayne Rooney (Inggris) Hulk (Brazil) Mesut Ozil (Jerman) Cesc Fabregas (Spanyol) Luis Suarez (Uruguay) Mario Gotze (Jerman) Andres Iniesta (Spanyol) Neymar (Brazil) Edinson Cavani (Uruguay) C. Ronaldo (Portugal) Lionel Messi (Argentina) Sumber: Statista
0
20
40
60
Top Score Liga Super Indonesia Rnk Name Team Emmanuel 1 Kenmogne Persebaya 2 Greg Nwokolo Persebaya 3 Ilija Spasojevic Putra Samarinda 4 Cristian GONZALES Arema Publikasi oleh WDSP
80
100
120
140
GS PEN 22 14 11 10
4 0 1 0 4
Jurnal - Artikel WDSP
5 6
Esteban Vizcarra Samsul ARIF
7
Ansou Toure Bambang PAMUNGKAS Beto Ferdinand SINAGA Herman Epandi Anindito Erminarno Djibril Coulibaly Makan Konate Rizki Lestaluhu
8 9 10 11 12 13 14 15
YANUAR HABIB
Semen Padang Arema Persiba Balikpapan Pelita Bandung Raya Arema Persib Mitra Kukar Mitra Kukar Persib Persib Persija
10 10
3 0
9
4
9 9 9 9 8 8 8 8
1 0 0 0 0 0 4 0
NOTES -
REFERENCES -
Publikasi oleh WDSP
5