BEGINILAH BEGOMOVIRUS, PENYAKIT BARU PADA TEMBAKAU Annisrien Nadiah, SP POPT Ahli Pertama
[email protected]
Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya
Setiap tahun, produksi tembakau sangat fluktuatif karena dipengaruhi oleh banyak faktor. Fluktuasi produksi ini salah satunya disebabkan oleh adanya penyakit tumbuhan yang menjadi faktor utama penurunan kualitas dan kuantitas tembakau, terutama penyakit tanaman akibat serangan virus. Tanaman tembakau dan virus patogen memiliki hubungan yang sepertinya tidak terpisahkan, bagaimana tidak setiap kita melihat dan mengamati hamparan pertanaman tembakau di daerah manapun pasti ada saja yang terserang virus dengan gejala daun menguning ataupun keriting bahkan tanaman menjadi kerdil. Virus penyebab penyakit pada tanaman pertama kali ditemukan pada tanaman tembakau dan diteliti oleh ilmuwan Rusia bernama Von Iwanovski yang mengemukakan bahwa penyebab penyakit pada tembakau (mosaik tembakau) mampu menembus saringan bakteri, jika daun sakit disentuhkan pada daun sehat maka daun sehat akan tertular. Strain virus patogen penyebab penyakit tanaman tembakau sangat beragam dan hampir menimbulkan gejala serangan yang sama sehingga sulit dibedakan dengan kasat mata, cara yang paling efektif untuk identifikasi adalah melalui biomolekuler dengan metode PCR (polymerase chain reaction). Tahun 2008 disinyalir muncul penyakit baru yang menyerang tembakau di Jawa Timur dan di Sumatera Barat dengan kerugian mencapai 100%. Penyakit itu bernama Begomovirus. Beginilah begomovirus, penyebab penyakit tembakau yang merugikan petani. Sejarah kemunculan Begomovirus Pada tahun 1999 di Jawa Barat ditemukan adanya gejala kuning keriting pada tanaman cabai, yang kemudian diketahui disebabkan oleh geminivirus (Hidayat et al., 1999), dan pada tahun 2000 dilaporkan sudah terjadi epidemi di pulau Jawa (Sulandari, 2004). Sedangkan di Sumatera Barat, gejala penyakit kuning keriting ini pertama kali dilaporkan pada akhir tahun 2003 di Kabupaten
Sawahlunto Sijunjung dan pada tahun 2004 sudah tersebar diseluruh areal pertanaman cabai di Sumatera Barat (Syaiful, 2005). Tahun 2006 penyakit ini dilaporkan sudah tersebar di hampir seluruh pertanaman cabai Indonesia (Hidayat, 2006). Tahun 2008 begomovirus pertama kali dilaporkan menyerang tanaman tembakau di Jember, kemudian dilaporkan telah menyebar menyerang tembakau di sejumlah daerah di Jawa Timur bahkan di Sumatera Barat. Kerugian yang ditimbulkan mencapai 100% karena daun tembakau tidak dapat dipanen. Selayang Pandang Begomovirus Begomovirus (dari Bean Golden Mosaic Virus) adalah salah satu Genus virus partikel kembar (virus Gemini atau Geminiviridae) yang merupakan virus tumbuhan dengan DNA cincin berkas tunggal ini bertanggung jawab atas banyak penyakit kerugian
tumbuhan yang menimbulkan
ekonomi
besar,
seperti penyakit
kuning pada kacangkacangan (terutama Phaseolus), tomat, Gambar 1. Gejala begomovirus pada tembakau berumur kurang dari satu bulan (Trisno, Rifqah, Martinus. 2014)
dan
akhir-akhir
tanaman
ini
tembakau.
ditemukan
cabai
menyerang
Begomovirus
mudah
menyebar karena dapat terbawa oleh serangga
vektor, terutama kutu kebul (Bemicia tabaci) yang memiliki kisaran inang luas. Penyakit ini baru muncul pada musim tanam tahun 2008 dan dapat menimbulkan kerugian sampai 100%. Begomovirus menginfeksi tanaman muda dari daun muda atau pucuk tanaman sehingga tanaman kerdil dan tidak dapat berproduksi sama sekali. Tanaman yang terinfeksi begomovirus menunjukkan gejala berupa klorosis pada daun, tepi daun menggulung, daun keriting dan menguning, tanaman menjadi kerdil (Gambar 1). Daun menjadi kaku dan apabila diremas akan pecah seperti kerupuk sehingga disebut penyakit kerupuk (gambar 2a, b). Gejala penyakit hampir mirip dengan Tobacco leaf curl virus anggota begomovirus yang sudah banyak dilaporkan di berbagai negara seperti Thailand dan Banglades.
Begomovirus termasuk famili Geminiviridae yang merupakan kelompok terbesar penyebab penyakit pada tanaman. Perkembangan penyakit yang disebabkan oleh begomovirus sangat cepat karena dibantu oleh vektornya yaitu B. tabaci.
a
b
Gambar 2. Gejala seranagan begomovirus pada daun tembakau, a. tanaman berumur 2 bulan; b. tanaman berumur lebih dari 2 bulan (Trisno, Rifqah, Martinus. 2014).
Hubungan antara Begomovirus dan serangga vektor Penyebaran
begomovirus
yang sangat cepat dan menyebar luas adalah tidak lepas dari peran serangga vektornya. Kutu kebul B. dewasa
tabaci (gambar 3) adalah merupakan nympha
vektor
begomovirus
yang
sangat
efektif, memiliki daerah penyebaran yang luas terutama di daerah tropik telur
dan sub tropik. Di Indonesia kutu kebul juga berkembang dengan baik
Gambar 3. Bemicia tabaci (http://www.agrobio.es/information/pests/white-fly/?lang=en)
(Hidayat 2005). B. tabaci mempunyai inang kurang lebih
600
spesies
tanaman dari golongan dikotil, monokotil, dan bahkan beberapa gulma. Hubungan begomovirus dengan kutu kebul pada umumnya bersifat persisten, tidak mengalami replikasi dalam tubuh vektornya dan tidak ditularkan ke generasi berikutnya (Cohen et al, 1983, Aidawati et al. 2002).
Keberadaan serangga vektor B. tabaci dengan kisaran inang yang luas ini memungkinkan
perkembangan
penyakit
sangat
cepat.
Hasil
penelitian
sebelumnya menunjukan bahwa begomovirus hanya ditularkan oleh serangga vektor B. tabaci, tidak dapat ditularkan melalui benih dan secara mekanik (Sulandari et al. 2001).
Arti penting virus penyebab penyakit tanaman tembakau Indonesia menyumbang 2,1% dari persediaan daun tembakau di seluruh dunia. Indonesia adalah negara penghasil tembakau cerutu terkenal sejak tahun 1850. Iklim maritim dengan kelengasan tinggi memberikan peluang untuk menghasilkan daun dengan sifat kerosok bertekstur halus, pegangan empuk dan elastisitas sangat tinggi. Hampir seluruh produksi daun tembakau digunakan untuk produksi rokok domestik dan produk-produk tembakau lainnya. Sampai saat ini masih terdapat kendala dalam hal produktivitas, salah satu penyebabnya adalah gangguan penyakit seperti infeksi virus yang timbul selama penanaman tembakau. Penyakit virus pada tembakau khususnya gejala mosaik, menimbulkan kerugian yang kurang disadari oleh petani, khususnya pada tembakau rajangan karena tanaman yang sakit tidak langsung mati dan masih memberikan hasil walaupun
kualitasnya
menurun.
Pada
tembakau
cerutu
penyakit
virus
menyebabkan kerugian yang cukup besar, karena selain mengurangi produksi juga sangat berpengaruh terhadap mutu daun yang dihasilkan. Daun tembakau yang terserang virus pada umumnya menunjukkan gejala mosaik, berkerut, atau menggulung, ukurannya menjadi lebih kecil, rapuh, elastisitas dan daya bakarnya menurun. Menurut Lucas (1975) daun yang terserang penyakit CMV menunjukkan perubahan warna secara nyata seperti pola mosaik, kebanyakan tanaman kerdil, daun menyempit dan mengalami distorsi. Efisiensi fotosintesis pada daun yang terinfeksi virus juga mengalami perubahan, seiring dengan berkurangnya kadar CO2 bersih dan kandungan klorofil a/b (Gonçalves et al. 2005). Besarnya kerugian tergantung dari jenis virus yang menyerang, jenis tembakau, dan waktu terjadinya infeksi (Saleh et al. 1992).
Virus patogen menghambat proses fotosintesis Aktivitas virus yang sangat tinggi diduga akan mempengaruhi proses metabolisme sehingga dapat menurunkan metabolit primer serta pertumbuhan tanaman. Metabolisme yang utama adalah proses fotosintesis yang berhubungan dengan pigmen klorofil (Gonçalves, et al. 2005). Diduga tanaman yang mendapat infeksi CMV akan mereduksi pertumbuhannya baik fase vegetatif maupun generatif.
Beberapa
penelitian
telah
membuktikan
infeksi
virus
mampu
menurunkan pertumbuhan tanaman, menurunkan hasil dan komponen hasil tanaman. Bila intensitas cahaya yang diterima rendah, maka jumlah cahaya yang diterima oleh setiap luasan permukaan daun dalam jangka waktu tertentu rendah. Kondisi kekurangan cahaya berakibat terganggunya metabolisme, sehingga menyebabkan menurunnya laju fotosintesis dan sintesis karbohidrat (Sopandie, et al. 2003). Penurunan fotosintesis pada tanaman terinfeksi virus merupakan akibat dari
me-nurunnya
efisiensi
kloroplas.
Mekanisme
fisiologi
yang
terjadi
mengakibatkan penurunan pertumbuhan, antara lain perubahan aktivitas hor-mon pertumbuhan dan berkurangnya kemampuan tanaman dalam pengambilan nutrisi.
Kendala dalam mengendalikan virus patogen Pengendalian penyakit yang disebabkan oleh virus sampai saat ini masih sangat sulit, hal ini disebabkan karena beberapa faktor, antara lain 1) Keragaman genetik yang tinggi sehingga sulit menemukan jenis tembakau yang tahan, 2) Kisaran tanaman inang yang luas, dan 3) Penyakit akibat virus ditularkan oleh berbagai jenis kutu daun secara nonpersisten. Sifat virus patogen tersebut dan metabolisme sel inang sangat erat kaitannya sehingga sampai saat ini belum diketahui zat kimia yang secara spesifik dapat mengendalikan perkembangan virus tanpa mempengaruhi tanaman inangnya. Oleh karena itu pengendalian virus secara kimiawi belum dapat dilaksanakan. Pengendalian yang selama ini dilakukan adalah menitik beratkan pada pengendalian vektor. Hal ini dilakukan agar virus tidak cepet menyebar.
Referensi Hamidah R., C. Suhara. 2013. Pengaruh infeksi Cucumber Mosaik Virus (CMV) terhadap morfologi, anatomi dan kadar klorofil daun tembakau cerutu. B. Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 5(1):11-19. Nurindah, D. A. Sunarto, Sujak. 2009. Tanaman perangkap untuk pengensalian serangga hama tembakau. B. Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri 1(2):55-68. Trisno J., S. H. Hidayat, I. Manti. 2010. Hubungan strain Geminivirus dan serangga vektor Bemicia tabaci dalam menimbulkan penyakit kuning keriting cabai. J. Manggaro 10(1):1-7. Trisno J., R. A. Rifqah, Martinus. 2014. Temuan penyakit baru (Penyakit kerupuk tembakau di Sumatera Barat). J. Fitopatologi Indonesia 10(6):210-213. https://id.wikipedia.org/wiki/Begomovirus diakses 29 Oktober 2015. http://www.agrobio.es/information/pests/white-fly/?lang=en diakses 29 Oktober 2015. http://aggie-horticulture.tamu.edu/vegetable/problem-solvers/cucurbit-problemsolver/cucurbit-insects/whitefly/ diakses 29 Oktober 2015.