WASPADA TERHADAP EKSPLOSIF PENYAKIT MOSAIK (Marmor tabaci Holmes) MELANDA PADA TEMBAKAU Rudy Trisnadi K, SP. POPT Ahli Muda
Penyakit mosaik adalah penyakit virus yang terdapat di semua daerah yang terdapat pertanaman tembakau. Pada musim tanam tembakau di tahun 2014 terjadi serangan virus tergolong eksplosif yang mengakibatkan tanaman tembakau bercakbercak klorosis seterusnya keriting, penyakit virus ini menyebar luas di hampir setiap daerah di Jawa Timur, di Kabupaten Probolinggo luas serangan virus tembakau berkisar 50%, bahkan petani sangat merugi akibat penyakit ini. namun demikian tidak membuat petani putus asa bahkan dengan melakukan pembongkaran tanaman yang terserang virus dan menanam ulang kembali hingga dua sampai tiga kali tanam. Penyakit karena Virus termasuk salah satu penyakit penting atau utama, penyakit virus yang dominan dan seringkali menyerang tanaman tembakau adalah TMV (Tobacco Mozaic Virus). Kehadiran TMV yang berat dapat menekan produktifitas hingga 20% sampai 50% tergantung varietas..Virus memiliki titik inaktivasi pemanasan 94ºC, titik pengenceran terahir 1 : 1.000.000. dalam daun tembakau virus sanggup bertahan sampai puluhan tahun. Klasifikasi Tobacco Mosaik Virus (TMV) adalah sebagai berikut: Group
: Group IV (+) ss RNA
Genus
: Tobamo virus
Species
: Tobacco Mosaic Virus
(Sumber Wikipedia.org)
Ciri tanaman tembakau terserang penyakit Virus
Rudy T. 2014
Rudy T. 2014
Daun muda mengecil
Budisma.net
Daun-daun terdapat bercak-bercak kuning/klorotik dan berkerut-kerut
Gejala Tanaman tembakau yang terinfeksi menunjukan gejala pada daun-daun mudanya
warna lebih terang dari pada tulang biasa.
melengkung/tidak
rata,
pada
daun
yang
muda
Sering bentuknya
terdapat
kuning/klorotik yang tidak teratur sehingga daun mempunyai
bercak-bercak
gambaran mosaik
(belang). Bagian yang berwarna hijau mempunyai warna yang lebih tua dari pada biasa, pertumbuhan daun terhambat. Penyakit mosaik tembakau disebabkan oleh beberapa jenis (strain) virus yang menyebabkan timbulnya gejala yang agak berbeda, misalnya yang di daerah tembakau Vorstenlands disebut sebagai penyakit mosaik “biasa” menyebabkan terjadinya klorosis diantara tulang-tulang daun, sehingga sepanjang tulang-tulang daun terdapat jalur-jalur berwarna hijau tua. Pada mosaik “bentol” bagian-bagian berwarna hijau tua menjadi melengkung, sehingga daun menjadi sangat berkeriting. Kalau umur daun bertambah warna hijau meluas, sehingga gambaran mosaik menjadi kabur. Daun-daun yang sudah tua pada waktu mengalami infeksi tidak menunjukkan gejala mosaik (Semangun. 2007). Bentuk Virus Mosaik secara mikroskopis : Zarah-zarah (virion) virus mosaic tembakau berbentuk batang-batang yang panjangnya 280 nmdan tebalnya 15nm. (sumber wikipedia.org)
Morfologi/DaurPenyakit Virus TMV pada tanaman ditularkan secara mekanis atau melalui benih, juga ditularkan melalui vektor (serangga penular). Virus dapat bertahan dan bersifat
infektif selama beberapa tahun. Virus bersifat sangat stabil dan mudah ditularkan dari benih ke pembibitan pada saat pengelolaan tanaman secara mekanis misalnya pada saat pemindahan bibit ke pertanaman. Para petani kebanyakan kurang memperhatikan kerugian yang disebabkan oleh penyakit mosaik, karena tanaman yang sakit akibat mosaik tidak menimbulkan kematian, tetapi sebenarnya mosaik ini menyebab kerugian yang besar. Karena tanaman yang terserang penyakit mosaik akan menurunkan kualitas tembakau, daun-daun menjadi tidak rata, rapuh, ukurannya lebih kecil cenderung keriting, warna tidak merata, elastis, daya bakar menurun, dan jika setelah dihisap rasa tembakau pahit .Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit. 1. Penyakit mosaik biasa terdapat pada tanah lempung, atau pada lahan bekas tanaman inang lain seperti terong, cabe, tomat, semangka. 2. Kurang selektif saat penyediaan benih, benih diperoleh dari tanaman induk yang tidak sehat atau disekitar tanaman induk terdapat tanamam terinfeksi virus, sehingga penularan terjadi lewat calon benih 3. Pemilihan lahan untuk pembibitan tidak pada lahan dekat perumahan penduduk, tidak pada tempat-tempat di tepi jalan raya. Pengendalian –
Melakukan pencabutan bibit/tanaman yang sakit dan dimusnahkan.
–
Hindari membuat bibit dilahan bekas tanaman inang virus antara lain : terong, cabe, semangka, tomat dan bayam karena tanaman ini paling rentan terhadap virus sehingga dapat menjadikan sumber infeksi dari virus
-
Eradikasi tanaman sakit, yaitu tanaman yang menunjukkan gejala segera dicabut dan dimusnahkan supaya tidak menjadi sumber penularan ke tanaman lain yang sehat,
-
Penanganan bibit secara hati-hati agar tidak bersentuhan satu sama lain,
-
Benih dapat dibebaskan dari kontaminasi virus dengan cara merendam benih dalam larutan 10 % (w/v), Na3PO4 selama 20 menit,
-
Perlakuan benih dengan pemanasan (heat treatment) pada suhu 70 ºC selama 2 – 4 hari dapat mengeradikasi virus yang terbawa dalam endosperm.
-
Jika serangan virus terjadi usahakan pengurangan pupuk N, karena pupuk ini akan memacu percepatan perkembangan penyakit vitus
-
Pemberian abu tomang atau abu sekam pada bedeng pembibitan akan membantu menghambat perkembangan virus dan disarankan jika menanam kembali sebaiknya setiap lubang tanam diberi abu.
-
Pemberian Agens Pengendali Hayati jamur Trichoderma dengan cara dikocor/disiram pada lahan pembibitan atau pada lubang tanam bersamaan saat pemberian abu
-
Pemakaian bokasi cair sangat membantu petani dalam hal pengendalian OPT, meningkatkan ketahanan dan kesuburan tanaman serta meningkatkan kualitas tembakau pasca panen. Tembakau yang menggunakan bokasi cair akan lebih unggul di bidang aroma, warna, pegangan dan rasa. Proses Pembuatan Pupuk Organik Cair Bahan : 1. 2. 3. 4.
Rudy T. 2014
Urine binatang 20 l Tepung beras 4 kg Tepung kedelai 3 kg Molases atau gula jawa atau gula pasir atau tetes 2 kg/2 l 5. Empon2: kunyit, temu ireng, temu lawak, Laos masing2 = 2 kg 6. Tapai pohong 4-5 kg 7. Daun Alpokat, Sabut/gergajian batang kelapa 2 kg 8. Telor ayam/bebek 2 – 3 kg 9. Air Kelapa 80 l 10. EM 4 = 2 l
Peralatan: 1. Bak atau drum penampung 2. Pengaduk 3. Corong 4. Botol atau jerigen penampung
Rudy T. 2014
Cara pembuatan:
Rudy T. 2014
a. Tampung urine, tepung beras, tepung kedelai,gula dan EM4 ke dalam drum atau bak penampung. b. Siapkan empon2, daun alpokat/sabut kelapa yang sudah di haluskan/blander masukkan ke dalam drum c. Tapai pohong, telur dan cangkangnya di remas dan aduk sampai merata masukkan dalam drum d. Tambahkan air kelapa, bakteri pungurai EM4 diaduk sampai tercampur rata selanjutnya ditutup e. Setiap hari dilakukan pengadukan selain membuang gas juga menjaga temperatur hasil fermentasi tidak tinggi f. Pada hari ke 21 bokasi siap digunakan.
Cara pemakaian: Bokasi cair dapat diaplikasikan pada perakaran dan pada daun. Fungsi bokasi pada daun sama halnya dengan pupuk daun dan jika di tanah dapat memperbaiki struktur tanah dan menambah mikroba pengurai pada tanah. Dosis pemakaian bokasi pada tanaman seperti pada tabel : Waktu
Dosis
Setelah tanam
400 ml Bokasi + 15 l air
Umur 10 hari
500 ml Bokasi + 15 l air
Umur 20 hari
600 ml Bokasi + 15 l air
Umur 30 hari
600 ml Bokasi + 15 l air
Aplikasi Dikocorkan pada lubang tanam 500 ml larutan perlubang tanam Dikocorkan pada tanaman dan lubang tanam 500 ml larutan per-lubang tanam Daplikasikan pada tanaman Daplikasikan pada tanaman Bila serangan virus sudah ada bisa saat aplikasi di tambahkan Trichoderma
Dari hasil penerapan lapangan, para petani yang sudah menggunakan bokasi menjelaskan bahwa tanaman tembakau yang dibudidayakan, terhindar dari
serangan OPT termasuk penyakit akibat virus. Keuntungan lainnya, dari segi aroma, rasa, pegangan dan warna, tembakau yang diaplikasi dengan bokasi kualitasnya jauh lebih baik. Pengamatan berkala merupakan bagian penting dari upaya pengendalian OPT. Pengamatan penting dilakukan untuk mengetahui serangan
secara OPT.
dini
Secara
terhadap sederhana
pengamatan dilakukan dengan cara 1 petak / 5000 tanaman diambil 5 – 10% nya sekitar 25 s/d 50 tanaman. Pengamatan secara diagonal, amati tanaman catat tanaman yang menunjukan gejala serangan dan catat tanaman yang sehat, dengan menggunakan perhitungan Luas Serangan
X 100% (didapat prosentase luas serangan).
Ambang kendali untuk penyakit virus belum ada ketetapan, namun berdasarkan pengalaman lapang, jika Luas Serangan > 30 % segera dilakukan pengendalian, yaitu dengan melakukan pembongkaran tanaman sakit, selanjutnya memberikan abu dapur dan aplikasi APH Trichoderma. Setelah jeda waktu 5-7 hari dapat dilakukan penanaman kembali tanaman/bibit tembakau.
Sumber Semangun, H. 2007. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia (Edisi Kedua). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wikipedia (online), (http://en.wikipedia.org/wiki/Tobacco_mosaic_virus, diakses 17 Dari Pengalaman Pribadi dilapangan dan Pengalaman Petani selaku pelaku bercocok tanam tembakau yang dapat dipertanggung jawabkan.