WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia !!
I.
Latar Belakang Luas areal kebun kopi di Indonesia sekarang, lebih kurang 1,3 juta ha, sedangkan produksi kopi Indonesia sekarang, lebih kurang 740.000 ton dengan produksi kopi Robusta 600.000 ton dan arabika 140.000 ton. Kopi Arabika sebagian besar diekspor, sedangkan kopi Robusta sebagian besar untuk kebutuhan domestik. Dari sisi luas areal kebun kopi di Indonesia sekarang yang lebih kurang 1,3 juta ha dan produksi lebih kurang 740.000 ton serta ekspor sebesar 534.100 ton dengan nilai USD 1.174,1 juta, kelihatannya sudah sangat baik, dimana Indonesia menempati posisi produsen nomor 3 setelah Brazil dan Vietnam. Sebagai salah satu penghasil kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk berperan dalam perdagangan kopi dunia dan menghasilkan devisa yang cukup besar kontribusinya bagi pemasukan negara Namun potensi yang sangat besar tersebut bukannya tanpa tantangan karena banyak permasalahan yang harus diatasi. Permasalahan yang dihadapi untuk meningkatkan produktivitas kopi antara lain adalah sebagian besar (96%) dari luas areal kopi merupakan perkebunan rakyat yang diusahakan secara monokultur dan belum menerapkan kultur teknis sesuai anjuran dan kesadaran petani akan benih unggul bermutu masih rendah. Selain itu sebagian besar umur tanaman kopi yang diusahakan petani sudah tua dan kondisinya banyak yang rusak akibat serangan hama dan penyakit dan banyak yang tidak terawat (Michael, 2015). Penyakit mati ujung pada tanaman kopi merupakan salah satu penyakit yang menyerang bagian ujung sistem percabangan, penyakit ini disebabkan oleh infeksi jamur Rhizoctonia sp. Tanaman yang terserang pada umumnya adalah tanaman yang berada di lahan dengan ketinggian ± 200 meter di atas permukaan laut. Tidak seperti penyakit yang disebabkan jamur lainnya, penyakit mati ujung justru biasanya terjadi pada kebun yang naungannya tidak rapat. Pada umumnya penyakit ini diketahui pada tanaman yang sudah dewasa oleh sebab itu penyakit mati ujung dianggap bukan penyakit penting pada tanaman kopi, karena hal itu pula penyakit ini kurang mendapat perhatian petani. Akan
tetapi jamur R. solani diketahui dapat menginfeksi benih dan pada fase pembibitan kopi, bahkan pada serangan yang parah dapat mengakibatkan matinya bibit tanaman kopi. Oleh sebab itu perlu adanya pengetahuan lebih lanjut mengenai penyakit Rhizoctonia ini, untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkannya. II. Mengenal jamur R. solani Pada awalnya Rhizoctonia termasuk ke dalam kelas Deuteromycetes, namun
setelah
ditemukan
stadium
sempurnanya
cendawan
tersebut
diklasifikasikan ke dalam genus Thanatephorus, family Ceratobasidiaceae, ordo Tulasnellales, kelas Basidiomycetes (Alexopoulus et al. 1979). Salah satu spesiesnya adalah T. cucumeris, yang merupakan bentuk sempurna dari R. solani dengan kisaran inang sangat luas. Rhizoctonia sp. merupakan suatu kelompok besar jamur yang penting. Alexopoulus et al.(1996), menyebutkan bahwa anggota jamur ini dapat berperan sebagai patogen, mikoriza, dan saprofit. Sneh et al. (1991), menyebutkan bahwa R. solani setelah menginfeksi tanaman melalui akar, patogen akan terus berkembang dan jauh memasuki tanaman melalui pembuluh angkut terutama xylem. Semakin lama, massa bakteri/jamur akan semakin banyak sehingga akan menyumbat saluran dalam pebuluh angkut. Akibatnya adalah suplai air dan mineral dari akar terganggu, hal ini menyebabkan tanaman tidak dapat menjaga keseimbangan turgiditas di daun akibat penguapan yang terjadi sehingga tanaman menjadi layu (Sumartini, 2011). Ceresini (1999) dalam Zainal M., (2011) menggambarkan R. solani tertarik pada tanaman karena senyawa kimia stimulan yang dilepaskan oleh tanaman. Hifa cendawan bergerak ke arah tanaman dan melekat pada permukaan luar tanaman. Setelah melekat, cendawan terus berkembang pada permukaan luar tanaman dan menyebabkan penyakit dengan membentuk apresorium atau infection cushion dan melakukan penetrasi ke dalam sel tanaman. Proses infeksi didukung oleh produksi berbagai enzim ekstraseluler yang mendegradasi berbagai komponen dinding sel tanaman, seperti selulosa, kutin, dan pektin. Seiring dengan matinya sel tanaman oleh cendawan tersebut, hifa melanjutkan pertumbuhannya dan menyerang jaringan mati, seringkali juga
membentuk sklerotia. Inokulum baru dihasilkan pada atau di dalam jaringan inang, dan siklus baru berulang jika substrat baru tersedia.
Gambar 1. Koloni jamur R. solani Sumber : Hilda, 2013
Pada pengamatan secara mikroskopis hifa R. solani mempunyai percabangan yang hampir siku (Gambar 2), pada titik percabangannya terdapat lekukan, lebar hifa 6–10 μm, berwarna hialin, bersekat (Semangun 1993), dan mempunyai pori yang disebut dolipori (Alexopoulus et al. 1979). Sklerotia Rhizoctonia berbeda dari Sclerotium karena sel-selnya tidak berlapis, sehingga bentuk sklerotianya tidak bulat, tetapi pipih dan tidak beraturan (Sumartini, 2011).
Gambar 2. Jamur R. solani secara mikroskopis, percabangan yamg hampir siku Sumber : Center for invasive species and ecosystem health, 1987 dalam Sumartini, 2011.
Jamur
R.
solani
dapat
hidup
selama
beberapa
tahun
dengan
memproduksi sklerotia di tanah dan jaringan tanaman, selain itu juga dapat bertahan hidup sebagai miselium dengan cara saprofit, yakni mengkolonisasi bahan-bahan organik tanah khususnya sebagai hasil aktivitas patogen tanaman.
Sklerotia dan miselia yang berada di tanah atau jaringan tanaman tumbuh dan membentuk hifa yang dapat menyerang beberapa jenis tanaman. Patogen ini sangat cocok dengan keadaan struktur tanah yang kurang baik dan kelembapan tanah yang tinggi (Cabi, 2004 dalam Zaenal, 2011). III. Penyakit Rhizoctonia Selama ini penyakit Rhizoctonia dikenal pada saat gejala timbul pada tanaman dewasa, akan tetapi penyakit Rhizoctonia ini dapat menyerang tanaman kopi mulai dari benih, bibit sampai tanaman dewasa, adapun gejala yang timbul adalah sebagai berikut : 1. Pada benih kopi, menyebabkan busuk benih (seed rot) dan busuk bibit (seedling blight). Menurut Sweets dan Wrather (2000) dalam Zaenal M. (2011), busuk benih terjadi sebelum benih tumbuh. Pada fase ini benih menjadi lunak dan berwarna coklat. Busuk bibit dapat menyerang baik pada fase pratumbuh maupun pada saat benih tumbuh, ataupun bibit mati sebelum muncul ke atas permukaan tanah. Serangan dapat juga terjadi pada pasca tumbuh, yaitu pada saat benih tumbuh sebelum gejala serangan berkembang. Serangan pada fase pratumbuh menyebabkan koleoptil dan system perakaran berwarna coklat, tampak basah dan busuk, sedangkan serangan pasca tumbuh mengakibatkan tanaman berwarna kuning, layu, dan mati.
Gambar 3. Gejala serangan jamur R. solani pada benih kopi Sumber : Zaenal M., 2011
2. Pada pembibitan, gejala penyakit Rhizoctonia di pembibitan biasanya ditandai dengan rebahnya bibit ke tanah karena pangkal batangnya busuk, hal ini merupakan ciri khas dari jamur tular tanah pada saat
menginfeksi tanaman yang diawali dengan infeksi pada bagian akar atau batang yang berbatasan dengan permukaan tanah. Infeksi menyebabkan transportasi hara dan air tersumbat sehingga tanaman layu. Patogen selanjutnya menyebar keseluruh bagian tanaman dan menyebabkan pembusukan. Pada permukaan tanah di sekitar tanaman yang terserang terdapat miselium putih dan sklerotia. Serangan parah sering terjadi pada musim hujan, yang menyebabkan seluruh tanaman di suatu area pembibitan menjadi layu dan mati (Zaenal M., 2014).
Gambar 4. Gejala serangan jamur R. solani pada fase pembibitan Sumber : Zaenal M., 2011
3. Pada tanaman dewasa, penyakit Rhizoctonia disebut juga penyakit mati ujung dengan gejala matinya ujung batang,cabang,atau ranting yang disertai dengan menguning dan gugurnya daun-daun bagian yang sakit. Cabang-cabang disekeliling batang berkembang tidak simetris. Daundaun pada cabang yang pendek berwarna hijau kekuningan suram. Daun pupus pada cabang-cabang tampak suram, berwarna kekuningan, kaku, keras,lebih lama tegak (Anonim, 2010 - 2011).
Gambar 5. Gejala serangan jamur R. solani pada tanaman dewasa Sumber : Perlindungan Tanaman, Kanisius,1989.
IV. Pengendalian 1. Pengendalian secara preventif perlu dilakukan dengan cara, Pemilihan benih yang sehat, yaitu benih yang telah disertifikasi atau menanam kopi dari jenis arabika. 2. Melakukan perendaman benih kopi dengan menggunakan agens hayati Trichoderma spp. yang diketahui mampu meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan patogen tular tanah. Selain itu agens hayati Trichoderma spp. dapat diaplikasikan dengan dicampurkan pada media tanam pada pembibitan kopi. Menurut Sri Sukamto (1999) dalam Baharudin dan Rubiyo (2013) , pemberian jamur Trichoderma spp. dengan kerapatn 106 – 108 spora/ml dapat menekan perkembangan patogen R. solani atau penyakit rebah batang pada bibit kopi. 3. Kultur teknis, yaitu memotong dan membakar ranting atau batang yang terinfeksi jamur R. solani Pemangkasan dilakukan dengan jarak 10 cm dari bagian yang terinfeksi dan kemudian dibakar atau ditanam dengan kedalaman 30 cm dari permukaan tanah. 4. Penyemprotan fungisida tembaga (bubur Bordeaux) pada pembibitan kopi pada daerah yang terjangkit penyakit Rhizoctonia (Anonim, 2010-2011).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010-2011. Mati Pucuk. Basis data Hama dan Penyakit Tumbuhan. Departemen Proteksi Tanaman – IPB, diakses pada tanggal 11 Maret 2015. Baharudin dan Rubiyo. 2013. Pengaruh Perlakuan Benih Dan Media Tanam Terhadap Vigor Bibit Kakao Hibrida. Balai pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara dan Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar. Hilda. S. D. 2013. Ayo Kenali Penyakit Mati Ujung Pada Kopi. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan. Matnawy H.. 1989. Perlindungan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta. Michael S., 2015. Tantangan Kopi Indonesia di Tahun 2015 (Bagian II). Dikutip dari http://vibiznews.com/2015/03/31/tantangan-kopi-indonesia-di-tahun-2015bagian-ii/. diakses pada tanggal 23 Maret 2015. Sumartini. 2011. Penyakit Tular Tanah (Sclerotium Rolfsii Dan Rhizoctonia Solani) Pada Tanaman Kacangkacangan Dan Umbi-Umbian Serta Cara Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbiumbian, Jalan Raya Kendal Payak, Kotak Pos 66, Malang 65101. Zaenal M. 2011. Pengaruh Aplikasi Trichoderma spp Terhadap Penyakit Rebah Batang R. Solani Pada Persemaian Bibit Kopi Robusta. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Jember.
Oleh : Asri Maria W., SP.