Beginilah Seharusnnya Akhlak seorang Muslim Kepada Saudaranya JAKARTA (VoA-Islam) – “Seorang mukmin terhadap mukmin yang lainnya seperti bangunan yang saling mengokohkan satu dengan yang lain.” (HR. Bukhari – Muslim). Meski Rasulullah Saw berkali-kali mengingatkan umatnya tentang arti persaudaraan, namun tetap saja diantara kita saling menyakiti, saling merendahkan dan saling menjatuhkan satu sama lain. Simaklah nasihat Rasulullah Saw sekali lagi. “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”(QS.alHujuraat:10). Dalam hadits yang lain, Rasulullah Saw bersabda:“Perumpamaan mukmin dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu satu tubuh, apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuhnya turut merasakan hal yang sama, sulit tidur dan merasakan demam.” (HR. Muslim). Dalam persahabatan perselisihan karena berbeda pendapat dan ijtihad itu adalah hal yang biasa. Namun tidak serta jalinan ukhuwah dan silaturahim menjadi terputus. Ingatlah, Allah Swt berfirman: “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu berceraiberai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara…” (QS. Ali Imran: 103). Perselisihan dan pertengkaran diantara kaum muslim, adalah akibat tidak menjadikan Al Qur‟an sebagai petunjuk. Selama ini, kita merasa diri sudah beriman, paling shaleh, dan merasa sudah menjalankan sunnah-Nya. Sementara ia tidak menyadari dirinya telah merendahkan martabatnya terhadap sesama muslim, selalu berprangsaka tidak baik dan menggunjing keburukannya. Ingat-ingat lagi sabda Rasulullah saw: “Tidak beriman seseorang dari kalian hingga dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari-Muslim dari Anas ra). Karena itu, seseorang belum dapat dikatakan bertakwa sebelum ia mencintai saudaranya. “Temanteman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa.” (QS. az-Zukhruf: 67). Menarik untuk disimak dari riwayat ini. Dari „Itban bin Malik, ia berkata, “Pada sebuah kunjungan, beliau mengerjakan shalat di rumah kami. Seusai shalat beliau bertanya, “Dimana gerangan Malik bin ad-Dukhsyum? Ada seorang yang menyahut, “Dia adalah seorang munafik, tidak mencintai Allah dan Rasulnya!” Rasulullah segera menegur seraya berkata: “Jangan ucapkan demikian, bukankah kamu mengetahui dia telah mengucapka kalimat syahadat La ilaha illallah? Semata-mata mengharapkan pahala melihat „wajah‟ Allah? Sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas neraka setiap orang yang mengucapkan Laa ilaha illallah semata-mata mengharapkan pahala melihat „wajah‟ Allah. Sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas neraka setiap orang yang mengucapkan Laa ilaha illallah semata-mata mengharapkan pahala melihat „wajah‟ Allah.(Muttafaq‟ alaih) Sangat tidak dibenarkan, seorang muslim memberi kesaksian palsu mengenai perilaku saudaranya yang tidak terbukti kebenarannya.
Menutup Aib Saudaranya Sesama saudara muslim bukanlah rival. Namun Islam mengajarkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Ketika persaingan itu terjadi, acapkali kita menebar cela dan cacat saudaranya, kerap berprasangka, hingga terbetik keinginan untuk menghancurkan kredibelitasnya. Sesungguhnya itu perbuatan zalim. Bukankah Allah berfirman dalam Al Qur‟an: “….Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (pangilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.” (QS. al-Hujuraat: 11-12). Sebagai muslim, seharusnya kita menutup segala aibnya di masa lalu. “Barangsiapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, niscaya Allah akan menghilangkan satu kesusahannya di hari Kiamat. Barangsiapa menutup aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya di Hari Kiamat. Allah selalu menolong seorang hamba selama dia menolong saudaranya.” (HR. Muslim). Orang yang menutup aib saudaranya akan dijamin masuk surge, seperti sabda Rasulullah saw: “Tidaklah seseorang melihat aib saudaranya lalu dia menutupinya, kecuali dia akan masuk surga.” (HR. Thabrani). Hak dan Kewajiban Muslim Sungguh sangat disayangkan, jika sesama muslim tidak menegur saudaranya ketika terlibat perselisihan. Diantara mereka merasa gengsi jika menegur lebih dulu. Padahal ukuran seorang yang bertakwa adalah ketika ia menjadi orang yang pertama kali menyapa dan memberi salam kepada saudaranya. Bukan saling berpaling. Rasulullah saw mengingatkan, “Tidak halal bagi seorang muslim tidak bertegur sapa dengan saudaranya lebih dari tiga hari tiga malam, yaitu mereka bertemu, lalu yang ini berpaling dan yang itu berpaling. Tetapi, orang yang paling baik adalah yang paling dahulu memberi salam.” (HR. Muslim). Setelah mengucapkan salam, maka iringilah dengan kebajikan yang lain. Kata Rasulullah Saw: “Hak muslim terhadap sesamanya ada enam, Rasulullah ditanya,”Apa saja itu, ya Rasulullah? Beliau menjaw, “Apabila kamu bertemu dengannya ucapkanlah salam, apabila dia mengundangmu penuhilah undangan tersebut, apabila dia meminta nasihat, berikanlah, apabila dia bersin lalu mengucapkan hamdalah jawablah, apabila dia sakit jenguklah, dan apabila dia meninggal dunia, antarkanlah.” (HR. Muslim). Bahkan, disunnahkan agar sesama muslim saling berjabat tangan yang disertai dengan senyuman yang tulus. “Tiada dua orang muslim yang saling berjumpa lalu berjabat tangan, melainkan diampuni dosa keduanya sebelum mereka berpisah.” (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Albani). Hak dan kewajiban seorang muslim kepada saudaranya, adalah membantu saudaranya yang kesusahan, bukan malah mendoakan sesuatu yang buruk menimpanya. Sifat hasud dan dengki itu
tidak pantas disandang oleh seorang muslim. Apalagi berniat dan sampai menumpahkan darah saudaranya. Dari Ibnu Umar ra, Rasulullah Saw bersabda: “Seorang muslim adalah saudara bagi seorang muslim lainya, tidak boleh menganiayanya dan menyerahkannya (kepada musuh). Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya, Allah akan membantu kebutuhannya. Barangsiapa membebaskan kesukaran seorang muslim, Allah akan membebaskan darinya satu kesukaran dari antara kesukaran-kesukaran pada hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi (cacat)nya akan ditutup aibnya kelak di hari kiamat.” (HR. Bukhari-Muslim). Allah Swt menegaskan, “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia da di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS An Nur: 19). Dari Abu Hurairah juga ia berkata, Rasulullah saw bersabda:”Janganlah saling hasud menghasud, saling benci membenci dan saling berpaling, serta janganlah seseorang diantara kamu menjual atas penjualan kawannya, tapi jadilah kamu sekalian bersaudara, hai hamba Allah. Seorang muslim itu saduara bagi muslim lainnya, tidak boleh menzaliminya, dan tidak boleh membiarkannya dalam keadaan terhina dan tidak boleh merendahkannya. Taqwa itu disini (sambil menunjuk kea rah dadanya sebanyak tiga kali). Cukup dinilai bertindak jahat, siapa yang merendahkan kawan muslimnya yang lain. Setiap muslim atas muslim lainnya adalah haram (terhormat) darahnya, hartanya dan kehormatannya.” (HR. Muslim). Mendamaikan Perselisihan Perselisihan yang terjadi dalam pergaulan, persahabatan dan pergerakan tidak boleh dibiarkan terus berlangsung. Apabila terjadi perselisihan, maka harus ada pihak yang mau menengahi atau mendamaikan secara adil, sehingga kedua belah pihak yang berselisih dan bertikai dapat kembali berdampingan. Terjadinya konflik dan berbagai pertentangan hingga terjadi permusuhan diantara sesama kaum muslimin adalah karena diantara mereka tidak memiliki keikhlasan, atau keikhlasannya telah hilang dari dirinya. Maka, ketika kita melihat perselisihan diantara kaum muslimin, Rasulullah saw mengajari umatnya untuk mendamaikan, bukan malah mengadu domba hingga menjadikan perselisihan semakin hebat. “Takutlah kamu kepada Allah dan damaikanlah persengketaan diantara kamu itu.” (QS. alanfal:1) Dan dari Ummu Kultsum bin „Uqbah bin Abu Mu‟aith, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Tidak termasuk berdusta orang yang mendamaikan manusia, yaitu dia mencari kebaikan atau berkata baik.” (HR. Bukhari-Muslim) Ingatlah firman Allah Swt, ketika kaum muslimin berselisih paham dengan sesama muslim:“Dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Hujuraat: 9). Memaafkan Saudaranya
Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Ada tiga hal yang jika dimiliki seseorang, ia akan mendapatkan pemeliharaan Allah, dan akan dipenuhi dengan rahmat-Nya, dan Allah akan senantiasa memasukkannya ke dalam lingkungan hamba-hamba yang mendapat cinta-Nya, yaitu: seseorang yang selalu bersyukur ketika Allah memberi nikmat, seseorang yang mampu (meluapkan amarahnya) tetapi dia memberi maaf atas kesalahan orang, dan seseorang yang apabila marah, dia menghentikan amarahnya.” (HR. Hakim). Memaafkan kesalahan saudaranya adalah salah satu dari akhlak yang utama. Seperti halnya pesan Nabi Muhammad Saw kepada sahabatnya. “Ya Uqbah, maukah kuberitahukan tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Yaitu, menyambung silaturahim terhadap orang yang memutuskan hubungan denganmu, memberi orang yang menahan pemberiannya kepadamu, dan memaafkan orang yang pernah menganiayamu.” (HR. Hakim). Bahkan dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman: “Wahai anak Adam, ingatlah kepada-Ku ketika kamu marah, Aku akan mengingatmu jika Aku sedang murka (pada hari Akhir).” Rasulullah Saw lagi-lagi mengingatkan: “Orang kuat bukanlah yang dapat mengalahkan musuh, namun orang yang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. BukhariMuslim). Mau tahu, balasan orang yang menahan marah dan suka memaafkan? “Barangsiapa yang menyembunyikan kemarahan, padahal dia mampu melakukannya, Allah akan menyerunya dihadapan para pemimpin makhluk, sehingga Dia memilihkan bidadari untuknya, lalu menikahkan dengannya sesuai dengan kehendaknya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). Rasulullah Saw mengingatkan” “Orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang paling keras dalam pertengkaran.” (HR. Bukhari). Di akhir pesan ini, sungguh mulia akhlak seorang muslim, jika ia mendoakan saudaranya seperti ini: “Dan orang yang datang sesudah mereka (muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-sadara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sungguh, Engkau Mapa Penyantun, lagi Maha Penyayang.”(QS al-Hasyr: 10). Rasulullah Saw juga mengajarkan, “Jika seseorang mendoakan saudaranya sepengetahuannya, malaikat berkata, „Engkau juga mendapatkannya.” (HR. Muslim)
tanpa
Mulai detik ini, yuk kita hilangkan permusuhan diantara ikhwan, sesama aktivis muslim, dan para mujahid yang berjuang di jalan Allah. Tinggalkan segala perbedaan, cari persamaan diantara kita. Yuk tingkatkatkan fastabiqul khairat, saling memperkuat dan mengokohkan. Ketakwaan itu bukanlah karena pakaianmu atau rupamu, tapi kebaikan dan ketulusanmu kepada saudara sesama muslim. Kembalilah pada Al Qur‟an dan as-Sunnah. Semoga Allah merahmati kita semua.
Adab Pergaulan Islami
اللُْبِِْوْ َخ ْي ًراْيُّ َف ِّق ْه ْوُْفِيْالدِّيْن ْ َْم ْْنْيُ ِرِْد
“Barang siapa menghendaki Allôh baginya kebaikan, akan difahamkan di dalam (fiqih) agama. (Shohîh Muslim ; 1037)”
ِ اَلدِّيْنْالن َُّص ْي َح ْة ُ
“Agama (adalah) nasihat (petunjuk hidup) (Shohîh Muslim ; 55)”
ْاْالس ََ َّ َّالَ َمْبَ ْي نَ ُك ْم ُ أَف َ ش ْو
“Tebarkan (perbanyak mengucapkan) salam di antara kalian. (Shohîh Muslim ; 54)"
َْخ ْوْال ُْم ْسلِ ِم ُ اَل ُْم ْسلِ ُمْأ
“Seorang muslim bersaudara dengan muslim (yang lain). (Shohîh Muslim ; 2580) ”
َْْال ُْم ْسلِ ُْمْ َم ْْنْ َسلِ َْمْال ُْم ْسلِ ُم ْو َْنِْمنْلِّ َسانِِْوْ َويَ ِد ِه َ
“Seorang muslim barangsiapa yang menjaga keselamatan muslim yang lain dari lisan dan tanganya (dari kejahatan). (Shohîh Muslim ; 41)”
ِ ِ ْْماْالَْيَ ْعنِ ْي ِو َ ُْح ْس ِنْإِ ْسالَِمْاَل َْم ْرء َِْتَ ْرُكو ُ م ْن
“Dari sebaik-baik nya muslim seseorang yang meninggalkan hal yang tidak berguna (kesia-siaan/yang bukan urusannya). (Musnad Ahmad ;135/3)”
ِ ُالَْإِيْ َما َنْل َم ْنْالَّْأ ََمانَةَْلَْو
“Tidak beriman bagi seseorang yang tidak bisa amanah (Jamiu„l Tirmidzi; 2318,2317)”
۞ىَّأه ْهلِهها ََّٰ تَّإِله َِّ ٱَللهَّيهأْ ُم ُر ُك َّْمَّأهنَّتُ هؤ ُّدواََّّ ْٱْله َٰ هم َٰىه َّ ََّّإِن َّاسَّأهنَّتهحْ ُك ُمىاََّّبِ ْٱل هع ْد ِل َِّ ْهَّٱلى َّهوإِ هذاَّ هح هك ْمتُمَّبهي ه انَّ هس ِم ًۢيعا َّٱَللهَّ هك ه َّ ََّّٱَللهَّوِ ِعماَّيه ِعظُ ُكمَّبِِۦَّهَّإِن َّ َََّّّإِن يرا ِ به ًۭ ص Sesungguhnya Allôh menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allôh memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allôh adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (An nisa :58)
ِِسبابْالْمسل ِ ْْوقِتَاْلُوُْ ُك ْف ٌر ف ْ م ُ ُْ ُ َ َ س ٌق ُ
“Mencaci maki seorang muslim adalah kefasiqkan dan membunuhnya (memeranginya) adalah kekufuran. (Shohîh Bukhôrî ; 6044 & Shohîh Muslim; 64)”
Apa Artinya Saya Mengaku Muslim? Mengaku Muslim bukan sekadar klaim terhadap identitas saja, namun lebih jauh dari itu: pengakuan untuk menjadi penganut Islam, berkomitmen terhadap Islam, dan beradaptasi dengan Islam dalam setiap aspek kehidupan. 1. Mengislamkan Aqidah Aqidah seorang muslim hendaknya merupakan aqidah yang benar dan shahih, selaras dengan Al Qur‟an dan As Sunnah. Oleh karena itu ia harus meyakini pula segala sesuatu yang terdapat di dalam keduanya. Diantaranya adalah meyakini Maha Besar Allah, keEsaan Allah, tidak menyekutukanNya, senatiasa mengingatNya, merasakan muraqabahNya setiap saat, serta meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah rasul terakhir yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan risalah kepada umat manusia di bumi berupa Al Qur‟an. 1. Mengislamkan Ibadah Sebagai bukti dari benarnya aqidah, maka seorang muslim juga harus memperhatikan ibadahnya. Karena ibadah itulah penghubung antara seorang hamba dengan Sang Khaliqnya. Baiknya ibadah seseorang inilah yang juga akan mempengaruhi hubungan sesama manusia. Diantara yang dimaksud dengan ibadah yang baik adalah senantiasa menjaga kekhusyukan dalam beribadah, ikhlas hanya karena dan untuk Allah, manjaga amalan-amalan ibadah wajib maupun sunnah, dan senatiasa mengingat Allah dengan berdoa dalam keadaan apapun. 1. Mengislamkan Akhlaq Akhlaq mulia merupakan buah sekaligus bukti dari kuatnya iman. Maka jika aqidah dan ibadah terjaga, maka akhlaq pun akan baik dengan sendirinya. Karena ketiganya merupakan mata rantai yang tidak bisa putus. Diantara akhlaq seorang muslim yang harus selalu dijaga adalah a. Wara (hati-hati) terhadap syubhat b. Menahan Pandanagn c. Menjaga lidah d. Malu (haya‟) e. Pemaaf dan sabar f. Jujur g. Rendah hati h. Menjauhi su‟udzan dan ghibah serta mencari cela sesame muslim i. Dermawan dan pemurah j. Menjadi teladan yang baik 1. Mengislamkan keluarga dan rumah tangga Kewajiban setiap muslim adalah mengajak orang lain menuju kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Kewajiban ini diemban oleh setiap muslim dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam rangka membentuk masyarakat yang baik, peran keluarga sangatlah penting karena
keluarga-keluarga itu nantinya akan meluas menjadi masyarakat. Maka dibutuhkan pembinaanpembinaan dalam setiap keluarga muslim. Pembinaan ini dimualai saat pra pernikahan yang meliputi memilih calon suami/istri yang baik agamanya dan tujuan pernikahan itu sendiri. Sedangkan pembinaan pasca pernikahan meliputi adab hubungan antara suami dengan istri dan tanggung jawab terhadap pendidikan anak. 1. Mengalahkan Nafsu Nafsu merupakan musuh terbesar manusia karena ia merupakan manifestasi dari setan. Ada orang yang sangat sulit ditaklukan oleh nafsunya, ada yang bersungguh-sungguh memerangi nafsunya tetapi kadang terjebak menuruti nafsunya kemudian ia beristighfar, dan ada pula yang sangat mudah ditundukkan oleh nafsu yang ada dalam dirinya. Oleh karena itu hendaknya seorang muslim mengetahui kemampuan-kamampuan yang ada di dalam dirinya untuk mengalahkan nafsunya a. hati yang lembut, kukuh, dan bercahaya b. akal yang bijaksana, berilmu, dan senatiasda mencari wasilah-wasilah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Sepuluh pintu masuknya setan dan cara menghadapinya a. ambisi dan buruk sangka, dihadapi dengan rasa percaya dan menerima b. kecintaan kepada hidup dan panjang angan-angan, dihadapi dengan menghadirkan rasa takut terhadap datangnya kematian secara tiba-tiba c. keinginan untuk santai dan bersenag-senang, dihadapi dengan menyadari hilangnya nikmat dan keburukan hisab d. bangga diri, dihadapi dengan mengingat karunia e. meremehkan dan tidak menghargai orang lain, dihadapi dengan mengenali hak dan kehormatan mereka f. dengki, dihadapi dengan menerima dan rela terhadap pembagian rizqi yang telah ditetapkan Allah g. riya, dihadapi dengan keikhlasan h. kikir, dihadapi dengan menyadari akan sirnanya semua yang ada di tangan makhluk dan kekalnya pahala di sisi Allah i. sombong, dihadapi dengan sikap rendah hati j. tamak, dihadapi dengan percaya yang ada di sisi Allah dan bersikap zuhud terhadap apa yang menjadi milik manusia. 1. Yakin bahwa masa depan adalah milik Islam Islam sebagai ajaran Allah harus diyakini yang paling mampu untuk mengatur urusan kehidupan serta mengendalikan dan memimpin umat manusia. Hal ini dipandang karena hal-hal sebagai berikut
a. Islam bercorak ketuhanan yang menjadikannya lebih unggul dan terdepan daripada segala konsep produk buatan manusia b. Islam bersifat universal dimana ia meninggalkan sentimen sempit kedaerahan, ras, nasionalisme, gender, dan keturunan. Keterbukaan dan keluasan ini bersumber dari konsep agama (sibghah) yang telah dijelaskan sebelumnya c. Islam mampu menampung segala bentuk permasalahan manusia yang berubah-ubah dan bervariasi. Dalam Islam terdapat tempat untuk berijtihad dalam menyimpulkan hukum-hukum yang berkenaan dengan masalah-masalah yang tidak ada nashnya dengan metode-metode tertentu. d. manhaj Islam mampu memenuhi kebutuhan hidup manusia baik secara individual dan kolektif karena ia dirumuskan oleh Tuhan Yang Maha Tahu segala urusan manusia, Allah SWT. Tentunya kesempurnaan konsep yang dimuat oleh Islam ini jauh lebih maju dan lebih solutif dibanding konsep-konsep yang dibuat manusia di seluruh penjuru dunia: kapitalisme, sosialisme, komunisme, liberalisme, demokratisme, dll Apa Artinya Saya Berafiliasi Kepada Pergerakan Islam? Setelah ditempa oleh ujian yang melibatkan aqidah, ibadah, akhlaq, memerangi hawa nafsu, dll, maka setelah itu yang perlu dilakukan adalah mengkaryakan dirinya untuk bergerak demi kejayaan Islam itu sendiri. 1. Hidup untuk Islam Hidup untuk Islam berarti mengerahkan seluruh potensi yang dimiliki dirinya untuk mengukuhkan perjuangan Islam. Jadi seorang muslim bukanlah orang yang hidup untuk dunia, atau hidup terombang-ambing diantara godaan dunia dan manisnya akhirat, tetapi ia menjadi orang yang menjadikan dunia sebagai sarana untuk menggapai kehidupan akhirat. Untuk itu maka dibutuhkan sebuah kesadaran agar ia mencapai posisi itu a. mengetahui tujuan hidup b. mengetahui berharganya nilai akhirat bila dibandingkan dengan nilai dunia c. menyadari bahwa kematian pasti datang dan mengambil pelajaran darinya d. mengetahui hakikat Islam dengan mempelajari dan memahami prinsip-prinsip dan hukumhukum yang meliputinya e. mengetahui hakikat jahiliyah Karakteristik manusia yang hidup untuk Islam a. teguh dalam melaksanakan ajaran Islam b. memiliki kepedulian erhadap kemashlahatan Islam
c. bangga terhadap kebenaran dan yakin kepada Allah d. konsisten dalam memperjuangkan Islam dan tolong-menolong antar para aktivis 1. Meyakini kewajiban untuk memperjuangkan Islam Memperjuangkan Islam merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim. Hal itu dikarenakan beberapa pandangan a. kewajibannya sebagai prinsip Inti dari perjuangan Islam adalah amar ma‟ru nahi munkar, yang sekaligus merupakan prinsip dasar ajaran Islam itu sendiri. Jika dahulu yang terkena kewajiban itu adalah para rasul, maka sekarang merupakan tugas setiap muslim untuk meneruskannya. b. kewajibannya sebagai hukum Berkuasanya tatanan produk manusia mengharuskan kaum muslimin untuk menegakkan masyarakat yang Islami, menundukkan manusia kepada Allah dalam aqidah, akhlaq, maupun tata kehidupan mereka. Jika mewujudkan masyarakat yang Islami dan berhukum dengan apa yang diturunkan Allah merupakan kewajiban, maka berjuang untuk menegakkan dan mewujudkannya juga merupakan kewajiban sebagai hukum. c. kewajiban menegakkan Islam sebagai kebutuhan darurat Banyaknya fakta akan adanya imperialisme terhadap umat muslim di negara-negara muslim maupun non muslim menjadikan perjuangan menegakkan Islam merupakan suatu kewajiban. d. kewajiban secara individu dan kolektif Kewajiban memperjuangkan Islam bersifat individu seperti kewajiban Islam yang lain. Jika dari sisi ini memperjuangkan Islam merupakan kewajiban individu, maka a merupakan kewajiban kolektif dipandang dari segi tanggung jawab pelaksanaannya. e. barangsiapa berjihad, sesungguhnya ia berjihad untuk dirinya sendiri Seperti halnya kita beribadah bukan karena Allah membutuhkan ibadah kita, tetapi karena kita yang membutuhkannya, sama halnya dengan berjihad. Dalam berjuang, hendaknya para aktivis Islam melakukannya dalam rangka membersihkan dirinya, menyucikan jiwanya, melaksanakan sebagian hak Allah yang wajib ditunaikan, dan mengharap pahala dari Allah. 1. Pergerakan Islam: misi, karakteristik dan perlengkapannya a. misi perlengkapan Islam Pergerakan Islam adalah sebuah organisasi internasional yang berkembang agar mewadahi seluruh aktivis di kancah perjuangan Islam di setiap kawasan bumi. Ia memerangi imperialisme dan meyakini bahwa hukum dan ajaran Islam itu lengkap dalam mengatur seluruh urusan manusia dalam segala bidang. Ia memandang bahwa tindakan menagdopsi sistem kalitalisme, sosialisme, komunisme, dan sistem produk manusia lainnya sebagai pengingkaran terhadap ajaran Islam yang agung dan pengingkaran terhadap Allah.
Sebagai perinciannya, pergerakan Islam meliputi berbagai sistem
sistem pemerintahan internal sistem hubungan internasional tatanan aplikatif di bidang kehakiman sistem pertahanan kemoiliteran sistem perekonimian sistem pendidikan dan pengajaran tatanan keluarga dan rumah tangga tatanana individu dalam perilakunya spirit umum yang mewarnai setiap individu umat, baik penguasa maupun rakyatnya b. karakteristik dasar perjuangan Islam
pergerakan yang bercorak ketuhanan (rabaniyah) pergerakan yang independen (muncul dari relitas masyarakat Islam) pergerakan yang progresif pergerakan yang komprehensif (bertujuan memperbaiki seluruh aspek kehidupan) menjauhi perselisihan fiqih c. spesifikasi pergerakan Islam
jauh dari kekuasaan penguasa dan politikus memiliki tahapan-tahapan dalam langkah-langkahnya Ø tahapan ta‟rif Yaitu menyebarkan fikrah umum dalam masyarakat. Sarananya adalah pengajian dan bimbingan, pendirian lembaga-lembaga yang bermanfaat. Ø tahapan takwin Yaitu menyaring unsur-unsur baik untuk memikul beban jihad dan membentuk sinergi satu sama lain. Ø tahapan tanfidz Yaitu jihad tanpa kompromi, aktivitas berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan, serta ujian dan cobaan yang tidak mungkin mampu bersabar menghadapinya selain orang-orang yang tulus.
mengutamakan aktivitas dan produktivitas daripada klaim dan propaganda mengatur napas yang panjang, tidak tergesa-gesa nyata dalam aktivitas, rahasia dalam organisasi uzlah (pembedaan) kejiwaan, bukan fisik tujuan tidak menghalalkan segala cara
Hal tersebut diperjelas dengan adanya batas ideologi dan moral Ø aktivitaas memperjuangkan kebenaran tidak boleh menggunakan sarana yang batil Ø kebenaran tidak bisa dipisah-pisahkan Ø kebenaran harus diperjuangkan dengan penuh kekuatan dan harus ada pengorbanan Ø para pejuang kebenaran harus senantiasa sadar, berhati-hati, dan teguh berpegang pada tali Allah Ø kebenaran adalah yang dituntunkan oleh syara‟, bukan yang dituntunkan oleh manusia d. perlengkapan perjuangan Islam
jihad fi sabilillah keimanan yang mendalam, kuat, suci, dan kekal meyakini keistimewaan dan kebaikan jalan yang ditempuh meyakini persaudaraan dan hak-haknya meyakini agung dan besarnya pahala meyakini akan diri mereka sendiri 1. Mengetahui jalan perjuangan Islam Perjuangan Islam adalah perjuangan lurus yang mencermnkan garis perjuangan Islam yang mendasar, apapun namanya dan atribut luarnya. Ia berdiri di atas konsep dasar perubahan total dan melakukan persiapan untuk transformasi total. 1. Mengetahui dimensi-dimensi afiliasi kepada pergerakan Islam a. afliasi dalam aqidah Hal ini mengandung makna kepatuhan kepada perintah Allah serta minat yang besar untuk memperoleh rahmat dan ridhoNya. Sikap ini akan jauh dari pengaruh kematian, kehilangan atau kepergian figur dari pentas dakwah karena ia menjadi keterkaitan individu-individu dengan Allah serta bersatunya mereka juga karena Allah. b. afiliasi dalam tujuan Hal ini berarti keanggotaannya senantiasa terkait dengan tujuan jamaah, dalam kondisi bagaimanapun, bukan afiliasi periodik yang akan berakhir seiring berakhirnya periode tersebut
atau hilang setelah situsianya berubah. Ia tidak bisa ditinggalkan begitu saja sampai sang aktivis bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan tetap demikian. 1. Mengetahui poros-poros perjuangan Islam a. poros perjuangan Islam
kejelasan tujuan Kejelasan tujuan dimaksudkan untuk mengefisienkan energi para aktivis dalam menghadapi persoalan dan konflik yang berkaitan dengan tujuan perjuangan Islam (menghambakan manusia kepada Allah baik secara individu maupun kolektif)
kejelasan jalan Artinya adalah bahwa jalan perjuanagn Islam harus tunduk pada kaidah-kaidah dan prinsipprinsip baku yang telah digariskan oleh tujuan dasar perjuangan dan dikuatkan oleh terjemahan riilnya dalam sirah Rasul SAW. Adapun karakter jalan yang harus ditempuh adalah Ø bersifat transformatif Ø komprehensif Ø universal
komitmen terhadap jalan Rasul SAW Sirah Rasul menyuguhkan metode paling selamat dalam memprjuangkan Islam, mengemukakan seni dalam berdakwah dan berinteraksi dengan masyarakat, serta cara-cara menghadapi dan menghancurkan masyarakat jahiliyah. b. posisi kekuatan fisik dalam startegi pergerakan Kekuatan yang pertama dan paling utama adalah kekuatan aqidah dan iman, setelah itu adalah kekuatan kesatuan dan ikatan, setelah itu kekuatan tangan dan senjata.
1. Mengetahui persyaratan baiat dan keanggotaannya Beberapa hal yang perlu diperhatikan a. kualitas buka kuantitas b. baiat dan hukumnya c. ketaatan dan hukumnya d. rukun-rukun baiat
al fahm al ikhlash al amal al jihad at tadhiyah (pengorbanan) at tha‟at at tsabat (keteguhan) at tajarud (dedikasi)
al ukhuwah at tsiqah e. kewajiban-kewajiban akhi muslim
membaca wirid harian dari Al Qur‟an membaca, mendengarkan, dan merenungkan makna Al Qur‟an melakukan check up kesehatan menghindari konsumsi kopi, the, dan minuman perangsang lainnya memperhatikan kebersihan berkata jujur dan jangan berbohong menepati janji dan perkataan menjadi pemberani dan tabah dll f. doa rabithah