sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XX, Nomor 4, 1995 : 11 – 23
ISSN 0216 – 1877
BEBERAPA CATATAN TENTANG TERIPANG BANGSA ASPIDOCHIROTIDA oleh Aznam Aziz *) ABSTRACT SOME NOTES ON ASPIDOCHIROTID HOLOTHURIANS. Aspidochirotid holothurians are usually abundant on reef flats, including sea grass beds, and lagoon. Some species are conspicuous since they lie exposed on sandy patches. One of the best-known is the black Holothuria atra, which covers itself with continuous coating of mucus-held coarse sand This species is more common on the sand flats and in the lagoon, than on hard substrat at the outer reef flats. Most aspidochirotid holothurians are found in low-energy habitats because they feed on sedimentary deposits. Some other ecological aspects like habitat, local distribution, predator, density, and general characters of common species are discussed in this article.
PENDAHULUAN
Catatan mengenai habitat dan sebaran lokal dari teripang bangsa Aspidochirotida telah dibicarakan pada banyak artikel mengenai sistematik. Acuan dalam artikel kali ini terutama didasarkam kepada makalah sistematika dari ROWE & DOTY (1977), CLARK (1976), APPLEGATE (1984), CANNON & SILVER (1986), dan CHAO & CHANG (1989). Teripang bangsa Aspidochirotida sebagaimana teripang pada umumnya, mempunyai tubuh bulat memanjang seperti buah ketimun, tentakel pendek berbentuk perisai (peltate) berjumlah 15 sampai 30, kaki tabung tersusun dalam dua jalur memanjang
Pada saat ini kelompok teripang diperkirakan mencapai sekita 1200 jenis (species) yang tersebar di seluruh perairan, dan tersebar dari zona intertidal sampai dengan palung laut. Tetapi keanekaragaman tertinggi terutama didapatkan di perairan dangkal daerah tropis (PAWSON 1966, BAKUS 1973). Menurut ROWE (dalam BAKUS 1973), marga Holothuria yang termasuk kedalam suku Holothuriidae mempunyai anggota sekitar 114 jenis. Teripang bangsa (ordo) Aspidochirotida terutama tersebar di perairan dangkal daerah tropis.
11
Oseana, Volume XX No. 4, 1995
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
pada bagian perut (ventral) biasanya disebut sebagai "sol", atau tereduksi dalam bentuk papila atau duri kecil, atau berbentuk bintil yang tersebar di seluruh permukaan tubuh atau tereduksi sama sekali. dalam hal ini permukaan tubuh bisa menjadi kasar atau licin bila disentuh. Bangsa Aspidochirotida mempunyai 3 suku, yaitu suku Holothuriidae, Stichopodidae, dan Synallactidae. Suku Holothuridae dan Stichopodidae menempati perairan dangkal, dan seringkali dieksploitasi sebagai teripang komersial. Sedangkan teripang suku Synallactidae menempati perairan yang lebih dalam, yaitu antara kedalaman 400 meter sampai dengan kedalaman sekitar 7000 meter. Teripang suku Holothuriidae dan Stichopodidae terutama tersebar di daerah tropis dan subtropis. Sedangkan teripang suku Synallactidae juga tersebar di perairan ugahari. Ikhtisa lengkap mengenai teripang di perairan tropis telah diuraikan secara rinci oleh BAKUS (1973). Pada artikel kali ini tulisan mengenai teripang lebih ditekankan kepada suku Holothuriidae dan Stichopodidae, terutama menyangkut aspek habitat dan sebaran lokal.
Pada umumnya teripang bangsa Aspidochiirotida adalah pemakan endapan (deposit feeder), kelompok biota ini seringkali dijumpai berada di perairan tenang, terlindung, dan kaya akan akumulasi zat organik (BAKUS 1973). 1. Habitat bersubstrat lunak Habitat bersubstrat lunak ditandai oleh tipe dasar yang bervariasi antara lumpur halus sampai pasir kasar. Teripang dapat hidup bebas di atas permukaan substrat, atau ada yang me mpunyai kebiasaan membenamkan diri dalam lumpur atau pasir, atau melapisi tubuhnya dengan selapis pasir halus. Tingkah laku biota ini berkaitan dengan upaya meredam pengaruh intensitas cahaya yang kuat dan menghindari suhu yang relatif tinggi di waktu siang. Di daerah rataan pasir (sand flat) suhu maksimal di siang hari dapat mencapai 39,4° C (BONHAM & HELD 1963). Pada umumnya teripang bersifat fototaksis negatif, untuk menghindari diri dari efek cahaya yang kuat dan suhu yang relatif tinggi di siang hari, teripang jenis Bohadschia marmorata biasanya membenamkan diri kedalam lumpur. Sedangkan teripang jenis Holothuria atra melapisi dirinya dengan pasir halus untuk tujuan yang sama. Beberapa jenis teripang lainnya seperti, Holothuria arenicola, Holothuria perficax, dan Holothuria difficilis aktif di malam hari, di siang hari mereka bersembunyi di bawah batu. Habitat bersubstrat lunak, didapatkan di daerah lepas pantai, zona awal dari ekosistem terumbu karang, dan pada daerah padang lamun.
HABITAT Teripang suku Holothuriidae dan Stichopodidae bisa menempati segala macam tipe dasar (substrat), seperti lumpur, lumpur pasiran, pasir, pasir lumpuran, kerikil, pantai berbatu, karang mati, pecahan karang (rubbles), dan bongkahan karang (boulders). Dengan kemampuan adaptasi yang baik teripang bisa menempati berbagai macam tipe dasar. Tetapi ada juga kecenderungan jenis tertentu lebih menyukai macam tipe dasar tertentu pula.
2. Habitat bersubstrat keras. Habitat bersubstrat keras ditandai oleh substrat yang bervariasi dari pasir kerikilan,
12
Oseana, Volume XX No. 4, 1995
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
yang paling menonjol di kawasan daerah Indo Pasifik Barat (LEVIN 1979). Di perairan dangkal teripang jenis Holothuria atra seringkali menjadi jenis yang dominan dan kehadirannya bisa mencapai jumlah yang tinggi dalam jumlah total individu. Dari hasil penelitian di daerah karang Penghalang Besar, Australia ternyata teripang jenis Holothuria atra merupakan teripang yang paling dominan dengan tingkat kehadiran 41 % dari jumlah total teripang yang diamati (HAMMOND et al. 1985). Sedangkan di Kaledonia Baru, teripang ini mencapai 34,9 % dari jumlah total yang diamati (CONAND & CHARDY 1985). Di Pulau Laing, Papua Nugini dan di Guam, Kepulauan Marshall, kehadiran teripang jenis Holothuria atra ini mencapai 90 % dari total jumlah yang diamati (MASSIN & DOUMEN 1986; KERR et al. 1993). Selain membenamkan diri kedalam pasir atau melapisi diri dengan butir-butir pasir halus, teripang tertentu aktif hanya di malam hari. Sedangkan di siang hari mereka bersembunyi di bawah batu. Hal ini terlihat pada teripang yang hidup di tubir karang dan di zona lereng terumbu. Bongkah batu, koloni karang mati merupakan mikrohabitat bagi teripang tersebut. Teripang yang hidup bersembunyi di bawah batu ini, antara lain adalah jenis Holothuria arenicola, Holothuria difficilis, Holothuria hilla, Holothuria pervicax, Holothuria rigida, Holothuria impatiens dan Holothuria cinerascens. Berbeda dengan teripang lainnya, teripang jenis Holothuria leaucospilota daerah penyebarannya relatif lebih luas, yaitu selain di daerah tubir dan lereng terumbu, teripang ini juga tersebar di daerah pertumbuhan algae dan zona lamun. Dalam hal ini teripang tersebut tetap bersembunyi di bawah batu, atau di antara rumpun iaun. Yang menarik adalah badan teripang ini hanya sebagian
kerikil, pecahan karang, bongkah karang, karang mati, dan pantai berbatu (rocky shore). Beberapa jenis teripang tertentu lebih menyukai habitat bersubstrat keras ini. Habitat bersubstrat keras terutama dijumpai pada ekosistem terumbu karang. Jenis-jenis teripang yang sering dijumpai di substrat keras adalah teripang jenis, Actinopyga lecanora, Actinopyga mauritiana, Bohadschia graeffei, Holothuria nobilis, Holothuria fuscogilva, Holothuria impatiens, Stichopus chloronutus, Stichopus horrens, dan teripang marga Thelenota. Walaupun secara umum dapat dibedakan preferensi teripang terhadap macam substrat, pada umumnya terdapat kemungkinan teripang menempati substart yang bervariasi. Teripang jenis Holothuria atra, Holothuria leucospilota, Holothuria coluber, Stichopus variegatus, dan Bohadschina argus dapat menempati bermacam-macam tipe substrat. MIKROHABITAT DAN ADAPTASI SPESIFIK Setelah pembahasan habitat dan substrat secara umum. Pada subjudul ini dikemukakan masalah mikrohabitat dan adaptasi khusus. Teripang jenis Holothuria atra di daerah penyebarannya terlihat aktif siang dan malam hari. Pada saat terik matahari teripang ini tidak perlu bersembunyi, tetapi cukup dengan melapisi dirinya dengan selapis pasir halus dan telah mampu beradaptasi terhadap intensitas cahaya yang kuat, suhu yang relatif tinggi, dan terhadap kekeringan untuk waktu yang cukup lama. Selain itu teripang jenis Holothuria atra ini dapat menempati semua zona di ekosistem terumbu karang dari titik nol sampai kedalaman tertentu di luar tubir. Dengan adaptasi khusus teripang jenis Holothuria atra merupakan teripang
13
Oseana, Volume XX No. 4, 1995
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
yang tersembunyi, yaitu bagian posteriornya. Sedangkan bagian anteriornya tetap terjulur keluar dari batu. Hal ini lebih memudahkan untuk mengenal biota ini di lapangan. Menurut MACNAE & KALK (1962), teripang jenis Holothuria arenicola dan Holothuria pervicax di Kepulauan Inhaca, Mozambique juga ditemukan di daerah bersubstrat lunak. Kedua teripang ini membenamkan diri secara vertikal dengan bagian anus berada di permukaan pasir. Hal ini bisa dipandang sebagai adaptasi khusus. karena kedua jenis teripang ini biasanya hidup di bawah koloni karang mati. Kaloran atau kanal merupakan saluran kecil tempat keluar masuk air dari laut lepas ke bagian moats dan goba. Kaloran ini ditandai oleh arus yang kuat. Pada umumnya teripang menghindari tempat seperti ini. Dengan adanya arus yang kuat, dasar dari kaloran relatif miskin akan kandungan organik, karena selalu terkikis oleh arus yang relatif kuat. Dua jenis teripang seringkali didapatkan di daerah kaloran ini, yaitu Actinopyga mauritiana dan Holothuria cinerascens. Menurut para pakar kedua jenis teripang ini berbeda dari kelompok Aspidochirotida lainnya dalam hal pakan. kedua jenis teripang ini terutama memakani plankton. Di daerah kaloran kandungan planktonnya relatif lebih tinggi. Tentakel peltate dari Holothuria cinerascens termodifikasi menjadi pseudodendrit dan tampaknya lebih teradaptasi untuk menangkap plankton (LAWRENCE 1980, BIRKELAND 1989, KERR et al. 1993). Menurut BAKUS (1981), teripang yang selalu bersembunyi di bawah batu diduga untuk menghindari dirinya dari serangan biota pemangsa seperti ikan, burung laut, dan kepi ting. Dalam hal ini teripang tersebut tidak mengandung senyawa holothurin atau mengandung senyawa holothurin dengan daya racun yang relatif lebih lemah terhadap
biota pemangsa. Sedangkan teripang jenis Holothuria atra dan Stichopus chloronotus yang selalu berada di atas permukaan substrat, baik siang ataupun malam diduga mempunyai senyawa holothurin yang relatif efektif terhadap ikan pemangsa. SEBARAN LOKAL Teripang dapat tersebar di berbagai ekosistem perairan dangkal, yaitu pada ekosistem lamun, ekosistem terumbu karang dan daerah lepas pantai. Jenis teripang, kondisi substrat dan habitat ikut menentukan sebaran lokal dari teripang ini. 1. Daerah lepas pantai Daerah lepas pantai tidak dipengaruhi oleh ketiga macam ekosistem laut dangkal, (i.e. ekosistem mangrove, terumbu karang dan lamun). Daerah lepas pantai bersifat oseanik, dengan batasan pergoyangan salinitas dan suhu untuk daerah tropis berkisar antara 30 ‰ sampai dengan 34 ‰, dan 28 °C sampai dengan 31 °C. Teripang yang hidup di daerah lepas pantai seringkali tertangkap dengan pukat harimau (trawl). Menurut CANNON & SILVER (1986), jenis-jenis teripang yang hidup di daerah lepas pantai di Australia Utara adalah jenis, Holothuria albiventer, Holothuria ocellata, dan Holothuria martensi. Selain jenis teripang yang disebutkan terdahulu, jenis-jenis lain yang sering didapatkan di daerah lepas pantai adalah Actinopyga miliaris, Holothuria arenicola, Holothuria difficilis, Holothuria erinaceus, Holothuria modesta, Holothuria notabilis, Holothuria moebii dan Holothuria kurti. 2. Ekosistem lamun Di daerah ugahari dan daerah subtropis padang lamun merupakan ekosistem yang khas untuk perairan dangkal. Di daerah tropis
14
Oseana, Volume XX No. 4, 1995
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
boulders. Pada zona ini biasanya terdapat teripang jenis Bohadschia argus, Actinopyga miliaris, Actinopyga echinites, Holothuria atra, Holothuria edulis, Holothuria coluber, Holothuria impatiens, Holothuria leucospilota, Holothuria pervicax, dan Stichopus variegatus. Goba dan moats. Zona ini selalu tergenang air kadang-kadang mencapai kedalaman lebih dari 5 meter. Goba dan moats mempunyai substrat bervariasi dari lumpur sampai dengan pecahan karang. Teripang yang didapatkan pada zona lamun dan pertumbuhan algae dapat pula dijumpai di goba (lagoon). Zona lamun, pertumbuhan algae beserta moats/goba merupakan bagian paling tinggi keanekargaman teripangnya (KER et al. 1993). Zona beting karang dan tubir. Zona ini ditutupi oleh substrat keras berupa pecahan karang, karang mati, karang hidup dan bongkah karang. Teripang yang hidup di zona ini adalah teripang jenis, Stichopus chloronotus, Stichopus horrens, Bohadschia argus, Bohadschia graeffei, Holothuria nobilis, Holothuria impatiens, Holothuria hilla, Holothuria pervicax, Holothuria arenicola, dan berbagai jenis anggota marga Actinopyga. Zona lereng terumbu. Zona ini menghadap ke laut lepas ditumbuhi oleh berbagai jenis koloni karang batu, karang lunak, spons dan gorgonean. Substrat zona lereng terumbu pada umumnya berupa substrat keras yang terdiri dari pecahan karang, boulders dan diantara koloni karang masih terdapat pasir kasar. Teripang yang hidup disini hampir sama dengan teripang yang hidup di daerah tubir. Di luar lereng terumbu pada kedalaman antara 1 0 – 2 0 meter terdapat teripang jenis Thelenota anax dan Thelenota ananas. Di daerah lereng terumbu terdapat semacam kaloran (channel) yang menghubungkan laut
padang lamun seringkali merupakan bagian dari ekosistem terumbu karang, atau merupakan formasi di depan tegakan mangrove. Padang lamun pada umumnya mempunyai substrat lunak, bervariasi dari lumpur sampai pasir kasar. Jenis teripang yang pernah dilaporkan di daerah padang lamun adalah teripang jenis, Bohadschia marmorata, Holothuria atra, Holothuria axiologa, Holothuria edulis, Holothuria leucospilota, Holothuria impatiens, Holothuria coluber, Holothuria nobilis, Holothuria notabilis, Holothuria pardalis, Holothuria scabra, dan Stichopus variegatus. Apabila di padang lamun didapatkan juga koloni karang mati atau batu padas, kemungkinan didapatkan juga teripang jenis Holothuria pervicax dan Holothuria arenicola. 3. Ekosistem terumbu karang Ekosistem terumbu karang mempunyai bermacam zona, seperti zona rataan pasir, zona lamun, zona pertumbuhan algae, zona moats, goba, zona Acropora rampart, beting karang, tubir, dan lereng terumbu. Zona pasir, zona lamun dan goba mempunyai substrat lunak, sedangkan zona pertumbuhan algae, tubir, dan lereng terumbu didominasi oleh substrat keras. Zona rataan pasir. pada zona ini hanya didapatkan dua jenis teripang, yaitu Holothuria atra dan Bohadschia marmorata. kedua jenis teripang ini dapat beradaptasi pada kondisi kekeringan di saat surut terendah. Zona lamun. Pada saat surut terendah biasanya masih tersisa air setinggi 20 cm. jenis-jenis teripang yang terdapat disini sama dengan ekosistem padang lamun. Zona pertumbuhan algae. Zona ini mempunyai substrat relatif keras berupa campuran pasir dan pecahan karang. Algae tumbuh pada koloni karang mati dan pada
15
Oseana, Volume XX No. 4, 1995
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
lepas dan goba/moats. Arus disini relatif kuat, dipengaruhi oleh pergerakan ombak dan arus pasang surut. Pada kaloran ini seringkali dijumpai teripang jenis Actinopyga mauritiana
dan Holothuria cinerascens. Sebaran teripang di ekosistem terumbu karang lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 1.
16
Oseana, Volume XX No. 4, 1995
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
atas 10 individu per meter persegi, yaitu teripang jenis Holothuria atra, Holothuria hilla, Holothuria leucospilota, Holothuria difficilis dan Stichopus chloronotus (Tabel 2). Sedang jenis teripang lainnya cenderung hidup menyendiri dengan tingkat kepadatan kurang dari 1 individu per meter persegi.
KEPADATAN Teripang jenis tertentu dalam kondisi optimal bisa mencapai tingkat kepadatan populasi yang cukup tinggi. Dalam hal ini mereka hidup mengelompok (agregasi). Teripang yang pernah dilaporkan hidup mengelompok dengan tingkat kepadatan di
17
Oseana, Volume XX No. 4, 1995
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
atau musuh teripang paling utama adalah manusia (BAKUS 1973).
PREDATOR TERIPANG KROPP (1982), mengikhtisarkan bahwa, kebanyakan teripang mempunyai senyawa holothurin yang sangat beracun terutama untuk kelompok ikan. Sehingga ikan pada umumnya menghindar dan tidak mau memangsa teripang. Tetapi senyawa holothurin ini tidak begitu efektif terhadap pemangsa dari kelompok krustasea. Beberapa jenis invertebrata dikenal sebagai pemangsa teripang. Di belahan bumi utara jenis-jenis bintang laut berukuran besar telah banyak dilaporkan sebagai pemangsa teripang. Kepiting jenis Dardanus megistos, dan jenis Atergatis floridus diketahui memangsa teripang (KROPP 1982). Selain bintang laut dan kepiting, pemangsa teripang yang paling umum adalah moluska kelompok Gastropoda. Salah satu keong pemangsa teripang adalah dari jenis Tonna perdix (KROPP 1982). Dari hasil pengamatan di akuarium teripang yang diserang oleh keong jenis Tonna perdix akan memendekkan dirinya (berkontraksi), sehingga tubuhnya terlihat seperti menggelembung. Hal ini dianggap usaha dari teripang untuk melawan hewan predatornya. Menurut KROPP (1982), teripang jenis Holothuria atra mengeluarkan cairan berwarna merah (senyawa holothurin), dan senyawa ini membatalkan niat predator (Tonna perdix) untuk menyerang lebih lanjut. Berbeda dengan keempat jenis teripang lainnya tetap dimangsa oleh keong jenis Tonna perdix tanpa perlawanan yang berarti, yaitu teripang jenis Stichopus horrens, Holothuria cinerascens, Holothuria hilla, dan Stichopus chloronotus. Selain biota yang disebutkan di atas, burung laut tertentu juga merupakan salah satu predator dari teripang. Namun predator
PENGENALAN TERIPANG Kunci utama untuk identifikasi teripang adalah mengenal struktur mikroskopis yang tersebar dalam lapisan kulitnya yang disebut sebagai keping spikula. Pengenalan keping spikula ini memerlukan persiapan pembuatan preparat dan diamti dengan perbesaran yang cukup kuat. Untuk praktek lapangan pengenalan dapat dilakukan dengan bantuan karakter morfologi, seperti bentuk tubuh, variasi warna, sebaran kaki tabung, sebaran duri, tonjolan, bintil dan ada atau absennya kelenjar getah. Pengenalan mikrohabitat untuk jenis-jenis tertentu juga ikut membantu, seperti hidup bebas, membenamkan diri dalam pasir, bersembunyi di bawah batu. Tetapi untuk jenis-jenis yang langka dan jarang didapatkan, identifikasi laboratorium dengan pengenalan spikula sangat diperlukan. Marga Actinopyga termasuk teripang berukuran sedang, jenis tertentu dapat mencapai panjang total sekitar 30 cm. Pada umumnya permukaan tubuh relatif licin bila disentuh atau terdapat bintil-bintil kecil. Hal yang menonjol pada marga Actinopyga adalah tubuhnya menjadi memendek bila dipegang dan berubah jadi keras dan kaku, kadangkadang memberikan kesan seperti bola karet. Ciri khas pada marga ini terdapatnya 5 gigi kapur mengelilingi lubang anus. Actinopyga miliaris atau dikenal sebagai teripang lotong berwarna hitam merata. Actinopyga echinites ditandai oleh bintil-bintil halus dan tubuh mempunyai warna coklat kekuning-kuningan. Actinopyga lecanora atau bilalo bila dipegang menjadi keras mirip bola karet, warna tubuh abu-abu kecoklatan dengan bercak-bercak coklat kemerahan tersebar tidak merata pada
18
Oseana, Volume XX No. 4, 1995
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
bagian dorsalnya, daerah seputar anus berwarna putih. Actinopyga mauritiana juga mengeras seperti bola karet bila disentuh, tetapi bercak coklatnya berukuran lebih kecil dan lebih menyebar, tidak ada lingkaran putih seputar anus. Jenis-jenis lain dari marga ini lebih sulit diidentifikasi dan juga jarang didapatkan, sebaiknya dikoleksi untuk identifikasi lebih lanjut. Marga Bohadschia termasuk teripang berukuran sedang, kecuali jenis Bohadschia argus dapat mencapai ukuran sekitar 50 cm. Hampir semua anggota marga ini mempunyai kelenjar getah. Teripang jenis Bohadschia argus hidup bebas di daerah pertumbuhan algae sampai lereng terumbu, biota ini juga ditemukan di goba. Bohadschia argus mempunyai warna kuning kecoklatan, di bagian dorsal terdapat bercak-bercak bundar berwarna coklat dengan tepi lingkarannya berwarna lebih tua. Sepintas teripang ini memberikan kesan warna/motif macan tutul (leopard). Di Kepulauan Seribu dikenal sebagai teripang ular mata. Teripang jenis Bohadschia marmorata hidup di rataan pasir dan daerah lamun. Tubuh berwarna putih abu-abu, dengan bercak coklat muda tak merata, kesan yang kuat adalah warna putih. Teripang ini dikenal sebagai teripang getah putih, di daerah penyebarannya biota ini mempunyai kebiasaan membenamkan diri dalam pasir. Untuk membedakan dengan jenis Bohadschia vittiensis dan Bohadschia tenuissima sebaiknya diidentifikasi lebih lanjut. Bohadschia graeffei berwarna abu-abu coklat dan dengan tonjolan-tonjolan tak merata. Teripang ini hidup di tubir dan lereng terumbu, mempunyai tubuh yang lebih langsing dan tonjolan yang lebih jelas dengan warna abu-abu lebih dominan, tanda-tanda morfologi ini dapat membantu pembedaannya dari Stichopus variegatus.
Marga Stichopus relatif lebih mudah dikenal karena terdapatnya dua jalur kaki tabung di bagian ventral yang termodifikasi menjadi "sol" atau tapak. Penampang melintang dari tubuh seperti prisma terpotong (rectangular). Teripang jenis Stichopus variegatus berwarna kuning kecoklatan dengan motif tonjolan di punggung seperti kasur. Karenanya teripang ini juga dikenal sebagai teripang kasur atau teripang gamat. Stichopus chloronotus berwarna hitam kehijauan dengan kesan hitam gelap, terdapat dua jalur duri/ tonjolan dorsolateral memanjang sepanjang tubuhnya. Secara umum teripang ini memberikan kesan buah belimbing atau kacang kapri. Teripang ini umum tersebar di tubir dan lereng terumbu. Marga Thelenota seperti marga Stichopus mempunyai bagian tapak (sol) yang cukup jelas, dan mempunyai penampang melintang tubuh rectangular, yang paling mudah dikenal adalah teripang nanas dengan tonjolan duri-duri tumpul di daerah punggungnya. Ujung duri bisa juga bersifat bifid atau trifid, warna abu-abu coklat kemerahan. Nama ilmiah teripang nanas adalah Thelenota ananas. Anggota lain dari marga ini yaitu Thelenota anax lebih jarang ditemukan dan hidup di luar tubir, jenis ini lebih baik diidentifikasi lebih lanjut. Marga Holothuria adalah marga yang mempunyai anggota terbanyak, menurut ROWE (dalam BAKUS 1973) teripang ini mempunyai 114 jenis. Warna tubuh yang paling dominan adalah coklat tua sampai hitam, dengan banyak variasinya, sehingga kadang-kadang teripang ini sulit diidentifikasikan hanya berdasarkan warna saja. Untuk beberapa jenis tertentu identifikasi laboratorium sangat diperlukan. Tubuh pada umumnya bulat memanjang tanpa bagian tapak atau sol yang jelas. Tubuh dapat licin
19
Oseana, Volume XX No. 4, 1995
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
atau ditebari oleh duri-duri dan bintil-bintil kecil. Akibat ada atau absennya duri/bintil ini tubuh bisa terasa licin atau kasar bila disentuh. Selanjutnya kita coba memberikan tandatanda pengenalan untuk jenis teripang yang umum. Teripang keling atau teripang batu keling (Holothuria atra), tubuh licin berwarna hitam tersebar luas di daerah rataan terumbu. Teripang ini tidak bergetah dan bila digosok dan kulit tubuhnya keluar cairan berwarna merah, karenanya teripang ini kadang-kadang juga disebut sebagai teripang darah. Teripang ini paling umum dan mudah dikenal seringkali menjadi jenis yang dominan dalam jumlah individu. Teripang pasir atau teripang jepung (Holothuria scabra). Teripang ini tersebar di daerah padang lamun dan goba. Perut berwarna putih, punggung berwarna putih abu-abu dengan guratan-guratan abu-abu hitam melintang tak beraturan. Teripang ini merupakan jenis yang paling banyak dicari. Teripang belalai gajah mempunyai pola warna yang sama, tetapi warna punggung dominan coklat kekuningan dengan guratan-guratan melintang berwarna coklat tua. Teripang ini di Indonesia ditemukan di perairan Maluku, dikenal sebagai "elephant trunk", nama lainnya adalah Holothuria axiologa atau Holothuria fuscopunctata (nama sinonim). Teripang dada merah (Holothuria edulis), teripang ini mirip dengan teripang keling, tetapi warna punggung tidak terlalu hitam (hitam kecoklatan), perut berwarna merah bata. Teripang ini tersebar di padang lamun, goba dan didapatkan juga di luar tubir karang. Teripang getah hitam atau teripang tali jangkar (Holothuria leucospilota). Teripang ini mempunyai kebiasaan berpegang pada batu karang mati, terutama bagian
posteriornya, sedangkan bagian anteriornya sering menjulur pada permukaan pasir. Teripang ini bila disentuh akan mengeluarkan getahnya, seluruh permukaan tubuhnya berwarna hitam dan ditumbuhi oleh bintilbintil/papilae halus. Teripang ini mirip dengan Holothuria coluber atau teripang oler-oler, bedanya Holothuria coluber tidak bergetah, hidup bebas pada substrat, dan tentakel bukalnya berwarna kekuning-kuningan. Sedangkan Holothuria leucospilota mempunyai tentakel bukal berwarna hitam. Pada literatur lama teripang getah hitam dituliskan dengan nama Holothuria vagabunda (nama ini sudah tidak valid lagi). Teripang susuan (Holothuria nobilis), teripang ini berwarna hitam, dengan tonjolan seperti mammae pada sisi lateralnya berjumlah 4 sampai 6, bila disentuh tubuhnya memendek dan keras dan tonjolan mammaenya menghilang. Teripang ini berukuran lebih besar dari teripang lotong (Actinopyga miliaris), hidup di tubir dan lereng terumbu, kadang-kadang juga ditemukan di dasar goba dan daerah pertumbuhan algae. Kerabat paling dekatnya adalah Holothuria fuscogilva, teripang ini juga mempunyai tonjolan mammae, warna tubuh putih abu-abu dengan bercak coklat hitam. Holothuria fuscogilva bisa ditemukan di daerah Maluku, tetapi termasuk jenis yang langka. Kelompok teripang yang hidup bersembunyi di bawah batu atau di antara rumpun lamun. Pengenalan mikrohabitat dari biota ini dapat membantu pengenalannya. yang paling umum adalah teripang oler-oler atau Holothuria impatiens, teripang ini dapat juga hidup bebas dan bisa mencapai panjang sekitar 40 cm. Tetapi pada umumnya hidup bersembunyi di bawah koloni karang mati. Tubuh dipenuhi oleh bintil-bintil atau duriduri kecil tak beraturan, berwarna abu-abu
20
Oseana, Volume XX No. 4, 1995
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
hilla, Teripang ini berukuran kecil 10 cm sampai 15 cm berkulit lunak dan tipis, warna coklat-merah bata, dengan duri dan pangkal duri berwarna putih. Jenis-jenis teripang lainnya sukar dikenal dengan tepat di lapangan, karena pola warnanya bersifat tumpang tindih dengan jenis teripang lainnya. Selain itu teripang tersebut juga bisa dikategorikan jenis langka dan penyebarannya tidak menyolok di lapangan. Untuk jenis-jenis ini diperlukan identifikasi lebih lanjut. Untuk membantu para pekerja lapangan jenis-jenis langka ini ditampilkan dalam Tabel 3. Semoga tulisan ini cukup membantu para peneliti di lapangan.
coklat, pada bagian anterior tubuhnya terdapat 1 atau 2 garis melintang berwarna coklat hi tarn, teripang ini mengeluarkan getah bila disentuh. Teripang ini bila berukuran kecil (kurang dan 20 cm) agak sulit dibedakan dari teripang karang (Holothuria pervicax), tetapi Holothuria pervicax berwarna coklat merata dan tidak mempunyai garis melintang, keduanya mengeluarkan getah bila disentuh. Holothuria arenicola, juga hidup bersembunyi di bawah karang mati, tubuh berwarna putih abu-abu, dengan bintil-bintil atau papillae halus tersebar di seluruh permukaan tubuhnya. Dua jalur bintik hitam terdapat di sisi dorsolateral. Jenis teripang lainnya yang hidup di bawah koloni karang mati adalah Holothuria
Tabel 3. Jenis-jenis teripang langka atau penyebarannya sangat terbatas. Suku dan Jenis
Suku dan Jenis
Keterangan
: Semua jenis teripang dalam tabel ini pernah dilaporkan terdapat di Indonesia, tetapi sangat jarang. kemungkinan lain, adalah teripang tersebut berukuran kecil, atau penyebarannya di tempat relatif lebih dalam (lepas pantai).
21
Oseana, Volume XX No. 4, 1995
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
DAFTAR PUSTAKA
Fifth Intern. Coral Reef Congress, Tahiti 2 : 291 – 297. HAMMOND, L.S., R.A. BIRTLES, and R.E. REICHELT 1985. Holothuroid assemblages on coral reefs across the central section of the Great Barrier Reef. Proc. Fifth Intern. Coral Reef Congress, Tahiti 2 : 285 – 291. KERR, A.M., E.M. STOFFEL and R.L. YOON 1993. Abundance distribution of Holothuroids (Echinodermata : Holothuroidea) on a windward and leeward fringing coral reef, Guam, Mariana Islands. Bull. Mar. Sci. 52 (2) : 780 – 791. KROPP, R.K. 1982. Responses of five holothurian species to attacks by a predatory gastropod, Tonna perdix. Pac. Sci. 36 (4) : 445 – 452. LAWRENCE, J.M. 1980. Numbers and biomass of the common Holothuroids on the windward reef flat at Eniwetak Atoll, Marshall Islands. Proc. Europ. Coll. Echinoderms, Brussels : 201–204 LEVIN, V.S. 1979. Aspidochirote holothurians of the upper sublittoral zone of the Indo-West Pacific : species composition and distribution. Biol. Morya 5 : 17–23. MACNAE, W. and M. KALK 1962. The fauna and flora of sand flats at Inhaca Island, Mocambique. J. Anim. Ecol. 31 : 93 – 128. MASSIN, C. and C. DOUMEN 1986. Distribution and feeding of epibenthic holothuroids on the reef flat of Laing Island (Papua New Guinea). Mar. Ecol. Progr. Ser. 31 : 185 – 195. PAWSON, D.L. 1966. Ecology of Holothurians. In : BOOLOTIANS, R.A. (ed.), Physiology of Echinodermata. Willey Intersc, New York : 63 – 71.
APPLEGATE, A.L. 1984. Echinoderms of southern Taiwan. Bull. Inst. Zool. Sinica, 23 (1) : 93 – 118. BAKUS, G.J. 1968. Defensive mechanisms and ecology of some tropical holothurians. Mar. Biol. 2 (1) : 23 – 32. BAKUS, G. J. 1973. The biology and ecology of tropical holothurians. In : JONES, O.A. and R. ENDEAN (eds.), biology and geology of coral reefs. II. Acad. Press. New York : 325 – 367. BIRKELAND, C. 1989. The influence of echinoderms on coral reef communities. In : JANGOUX, M. and J.M. LAWRENCE (eds.), echinoderm studies. III. A.A. Balkema, Rotterdam : 1 – 79. BONHAM, K. and E.E. HELD 1963. Ecological observations on the sea cucumber Holothuria atra and H. leucospilota at Rongelap atoll, Marshall Islands. Pac. Sci. 17 : 305 – 314. CANNON, L.R.G. and H. SILVER 1986. Sea cucumbers of Northern Australia. Queensland Museum, Brisbane : 60 pp. CHAO, S.M. and K.H. CHANG 1989. The shallow water holothurians (Echinodermata : Holothuroidea) of Southern Taiwan. Bull. Inst. Zool. Acad. Sinica 28 (2) : 107 – 137. CLARK, A.M. 1976. Echinoderms of coral reefs. In : JONES, O.A. and R. ENDEAN (eds.), Biology and Geology of Coral reefs. III (2). Acad. Press, New york : 92 – 122. CONAND, C. and P. CHARDY 1985. Are the Aspidochirnote Holothurians of the new Caledonian lagoon good indicators of the Reefal features? Proc.
22
Oseana, Volume XX No. 4, 1995
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
ROBERTS, D. 1979. Deposit feeding mechanisms and resource partitioning in tropical Holothurians. J. Exp. Mar. Biol. Ecol. 17 : 43 – 56. ROWE, R WE. and J.E. DOTY 1977. The shallow water Holothurians of Guam. Micronesica 13 (2) : 217 – 250.
YAMANOUTI, T. 1939. Ecological and physiological studies on the Holothurians in the Coral Reef of Palao Islands. Palao Trop. Biol. Stud. 4 : 604 – 635.
23
Oseana, Volume XX No. 4, 1995