sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume X, Nomor 3 :106-112, 1985.
ISSN 0216-1877
BEBERAPA CATATAN DALAM PENGENALAN ISOPODA
oleh Indra Aswandy 1) ABSTRACT SOME NOTES ON THE ISOPODS. The Isopods belong to the lower crustacean group. Their body is dorsoventrally compressed, depressed or flattened. Their pleopods are adapted for respiration. Among Isopods, the suborders Epicaridea and Gnathiidea are known to have specks which are parasitic. The best known parasitic families are Bopyridae and Cymothoidae. The parasitic Isopods are usually found lodging in the gill chamber of the host Commonly, they occur on crustaceans, particularly decapods and are often found attach on fishes.
PENDAHULUAN Menurut SCHMITT (1973) dan BUSS (1983) Isopoda adalah salah satu ordo dari enam ordo yang termasuk dalam Induk ordo (Super ordo) Peracarida. Ordo lainnya adalah Mysidacea, Spelaeogriphaceae, Cumacea, Tanaidacea dan Amphipoda. Tetapi menurut McLAUGHLIN (1980) Induk ordo Peracarida terdiri dari tujuh ordo, termasuk ordo Thermosbaenacea yang oleh SCHMITT (1973) ordo ini digolongkan menjadi Induk ordo. Sedangkan menurut BLISS (1983) ordo Thermosbaenacea merupakan ordo yang berdiri sendiri dari Induk ordo Pancarida. Menurut McLAUGHLIN (1980) dalam ordo Isopoda ada sembilan anak ordo yaitu Valvifera, Anthuridea, Flabellifera, Microcerberidea, Asellota, Phreatoicidea, Gnathiidea, Oniscoidea dan Epicaridea. Morfologi dari masing-masing anak ordo terlampir pada Gambar 1 dan 2. Isopoda berasal dari kata iso=sama, pous=kaki, jadi berarti binatang yang mempunyai kaki yang sama ben-
tuknya pada kedua sisi tubuhnya. Binatang ini juga digolongkan ke dalam krustacea tingkat rendah. Dari sembilan anak ordo tersebut Epicaridea adalah anak ordo yang dalam kehidupannya sangat menggantungkan diri pada binatang lain dan semata-mata bersifat parasit, sedangkan anak ordo lainnya hidup bebas. Walaupun ada perbedaan antara anak ordo Epicaridea dengan delapan anak ordo lainnya, tetapi secara umum morfologinya hampir sama. Panjang tubuh Isopoda umumnya berkisar antara satu sampai 350 mm. Menurut SCHMITT (1973) jenis Isopoda yang terbesar yang pernah ditemukan yaitu Bathynomus giganteus A. Milne-Edwards, yang dikenal sebagai Isopoda raksasa (the giant Isopod) mempunyai ukuran panjang mencapai 40 cm, dan merupakan jenis yang berukuran terbesar di antara jenis-jenis krustacea. Isopoda meliputi jenis-jenis yang dikenal dengan nama wood-lice, pill-bugs atau sowbugs. Isopoda, Tanaidacea dan Amphipoda
1) Pusat Penelitian Biologi Laut, Lembaga Oseanologi National — LIPI, Jakata.
106
Oseana, Volume X No. 3, 1985
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
sering di kelompokkan ke dalam satu kelompok yang disebut Arthrostraca. Sebagian besar jenis Isopoda penyebaran-
nya luas (kosmopolit). Binatang ini dapat
hidup di darat, di air tawar, di air payau dan di laut. Di laut binatang ini mendiami berbagai macam habitat, baik di mintakat intertidal, littoral, sublittoral maupun abyssal.
Gambar 1. Morfologi Isopoda dari anak ordo Flabellifera, dan bagian-bagian tubuhnya. (MCLAUGHLIN 1980).
107
Oseana, Volume X No. 3, 1985
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Gambar 2. Morfologi anak ordo dari Isopoda, A. Microcerberidea B & C, Epiearidea (B, bopvrid jantan dan C, bopyrid betina). D. Vdvifera. E. Phreatoicidca. F. Anthuridea, G. Asellota. H. Oniscoidea, dan I. Gnathiidea (MCLAUGHLIN 1980).
108
Oseana, Volume X No. 3, 1985
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
MORFOLOGI Seperti Amphipoda, Isopoda juga tidak mempunyai karapas sebagai penutup dadanya (thoraks). Tubuh Isopoda umumnya berbentuk pipih (dorsoventrally compressed, depressed or flattened) (Gambar 1). Bentuk tubuh yang demikian merupakan salah satu karakter yang dapat digunakan untuk membedakan ordo Isopoda dengan ordo Amphipoda. Tubuh terbagi atas tiga bagian yaitu kepala, dada, dan perut. Mempunyai mata majemuk dan biasanya tidak bertangkai (sessile), antena dan antenule masing-masing sepasang dan tidak bercabang (uniramous). Dada (pereon) terdiri dari tujuh segmen, masing-masing segmen tidak bergabung satu dengan lainnya, dan bagian dada selalu disokongoleh delapan pasang umbai-umbai (appendages). Pasangan pertama dari umbaiumbai yang terdapat pada segmen dada bermodifikasi menjadi maksiliped, tujuh pasang lainnya berfungsi sebagai kaki jalan. Pasangan pertama dari kaki jalan berfungsi sebagai alat pemegang makanan. Pada yang jantan pasangan pertama kaki jalan juga berfungsi untuk memegang tubuh binatang betina pada saat kopulasi. Pada binatang betina yang dewasa, beberapa sternum thoraks (thoracic sternites) sering tertutup oleh oostegit yang melebar. Perut (pleon) terdiri dari enam segmen dan biasanya segmen-segmen perut ini terlihat lebih menyempit jika dibandingkan dengan segmen-segmen dada. Hampir pada sebagian besar anak ordo dari Isopoda dimana segmen-segmen akhir perut satu atau beberapa segmen bergabung dengan telson, membentuk bagian yang disebut dengan pleotelson. Pada bagian perut biasanya terdapat lima pasang pleopod. Meskipun demikian segmen perut tempat kedudukan pleopod (pleonal somites) sering tereduksi dan bergabung. Pasangan pleopod di samping berfungsi sebagai alat gerak, juga berfungsi sebagai alat pernafasan. Hal ini mungkin disebabkan dari pleopod yang mengalami modifikasi. Pleopod umumnya bercabang (biramous) modifikasi biasanya
terjadi pada endopod. Pada binatang jantan, endopod dari pleopod kedua mengalami modifikasi (apendix masculina) dan berperan untuk kopulasi.
BEBERAPA JENIS ISOPODA YANG HIDUP PARASITIK Jenis-jenis Isopoda biasanya hidup sebagai pemakan detritus (detritus feeders), pemakan bangkai-bangkai (scavenger), pemakan daun-daunan (herbivorous), pemakan segala (omnivorous), yang hidup sebagai predator dan parasit adalah jenisjenis dengan tipe mulut yang telah beradaptasi sebagai penutuk (piercing) dan pengisap (sucking). Di dalam perjalanan hidup Isopoda bukan hanya binatang dewasa saja yang hidup parasit, melainkan pada tingkat larva dari beberapa jenis Isopoda telah hidup sebagai parasit. Umpamanya larva dari Paragnathia formica (Gambar 3C) yang ditemukan menempel pada kulit ikan gobi dan dalam rongga mulut dari beberapa jenis ikan. (Gambar 3A dan 3B). Perkembangan larva dari Isopoda umumnya epimorphic, tetapi pada jenisjenis dari anak ordo Gnathiidea dan suku Cymothoidea perkembangan larvanya metamorphic, dimana bentuk tubuh pada tingkat larva sangat berbeda dengan bentuk tubuh dewasa. Pada suku Cymothoidae (Flabellifera), larvanya ada yang hidup bebas dan ada pula yang hidup parasit. Larva yang hidup parasitik didapatkan menempel pada kulit ikan, dengan menggunakan bagian mulutnya. Lamanya penempelan tergantung pada kondisi parasitnya, jika sampai saatnya larva menjatuhkan diri dan lepas dari tubuh hostnya, turun ke dasar dan kemudian mengalami ganti kulit (molting) lalu menjadi dewasa dan selanjutnya di dasar perairan hidup sebagai bentik. Sedangkan larva yang hidup bebas, setelah mencapai tingkat kedewasaaan hidup sebagai parasit pada beberapa jenis ikan. Menurut BOWMAN (1968) beberapa jenis dari marga Renocila umum-
109 Oseana, Volume X No. 3, 1985
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
nya hidup ektoparasit pada krustacea dan pada ikan yang hidup di anemone. Misalnya Renocila heterozota n.sp. hidup ektoparasit pada ikan Amphiprion akallopisos, parasit ini menempel pada kepala bagian atas. Dari
Gambar 3.
hasil penelitiannya di Seychelles (Port Victoria), ia mendapatkan 5% dari seluruh contoh Amphiprion akallopisos yang dikoleksi, terinfeksi oleh Renocila heterozota (Gambar 3G).
A & B. Posisi larva Paragnathia formica pada kulit dan mulut ikan gobi. C. Larva P. formica. D. Posisi Ione thoracica pada sejenis udang. E. Posisi melekatkan diri I. thoracica jantan pada I. thoracica betina (SCHMITT 1973). F. Posisi Hypophryxus pikei pada udang pontoniid (BRUCE 1968). G. Posisi Renocila heterozota n. sp pada ikan Amphiprion akallopisos (BOWMAN & MARISCAL 1968).
110
Oseana, Volume X No. 3, 1985
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Menu ru t DE BEAU FO RT (1940) ikan Amphiprion akallopisos adalah ikan penghuni karang. Ikan ini juga didapatkan di Kepulauan Andaman, Pulau Weh, Sumatera, Jawa, Pulau Buru, dan Pulau Seram. Sampai saat ini belum diketahui apakah ikan Amphiprion akallopisos yang terdapat di perairan Indonesia, juga terinfeksi oleh jenis Isopoda tersebut. Hal ini dimaklumi, karena belum ada yang menelitinya. Akibat yang ditimbulkan parasit ini adalah dapat mengakibatkan pembengkakan, seperti tumor pada bagian kepala ikan tersebut. Menurut SZIDAT dalam MANN (1968) beberapa marga dari suku Cymothoidae yaitu : Braga, Conilera, Rocinela, Aega, Livoneca, Ichthyoxenus dan Riggia hidup parasit pada ikan-ikan pantai di perairan Amerika Selatan. Beberapa jenis dari Isopoda yang hidup di laut, kadang-kadang juga didapatkan pada ikan-lkan air payau dan ikan air tawar. Menurut REINCHENBANH KLINKE dalam MANN (1968) jenis Isopoda yang paling umum dikenal di daerah Mediterranean adalah Anilocra physodes (L), binatang ini merupakan parasit pada beberapa jenis ikan, terutama pada Maena samris (CUV) dan Cupela rubescens L., menempelkan diri pada kerongkongan, operculum dan insang. Jenis-jenis dari anak ordo Epicaridea sebagaian besar hidup parasit, suku yang terkenal adalah Bopyrydae. Binatang dewasa dari suku ini hidup parasit pada beberapa jenis krustacea, terutama pada decapoda dan biasanya menempel pada rongga insang dari hostnya. Jenis yang diketahui antara lain : Hypophryxus pikei dan Ischnopontonia lophos hidup parasit pada jenis udang pontoniid. Parasit ini terlihat menempel pada dasar dari salah satu pasangan pertama pleopod hostnya. (Gambar 3F). Ukuran Hypophryxus pikei dan Bopyrini sp., jantan jauh lebih kecil dibandingkan dengan ukuran betina, dan yang jantan selalu melekatkan diri, di antara permukaan ventral perut dan dada betina selama hidup (Gambar 3E).
Jenis-jenis Bopyrini, didapatkan hidup pada rongga-rongga insang pada beberapa jenis krustacea. Jenis lain adalah Cymothoa, merupakan jenis yang berukuran besar, ukuran panjangnya dapat mencapai 6 - 8 cm. Jenis ini hidup pada beberapa jenis ikan, menempel dalam rongga mulut. Binatang ini berpegang pada dinding (selaput lendir) dengan mengkaitkan kuku-kukunya. Sampai saat ini pengaruh langsung yang ditimbulkan oleh jenis-jenis Isopoda yang hidup parasit, pada ikan, kepiting dan udang belum dirasakan. Walaupun jenis tersebut juga banyak ditemukan pada ikanikan yang mempunyai nilai komersial. Oleh sebab itu pula parasit Isopoda belum begitu mendapat perhatian yang serius, mungkin effek yang ditimbulkan secara langsung terhadap hostnya belum begitu terlihat. Pengaruh langsung parasit terhadap host, secara visual hanya berakibat timbulnya luka pada bagian tubuh yang ditempelinya, tetapi secara fisiologi tentu ada pengaruhnya. Jenis Isopoda parasit yang hidup menempel pada kulit ikan, kurang penting jika dibandingkan dengan yang hidup di rongga insang atau dalam rongga mulut. Parasit yang hidup di insang dan mulut dapat mengakibatkan gangguan. Memang belum banyak diketahui akibat dari Isopoda yang parasit, baik mengenai biologinya maupun akibat yang ditimbulkan nya . Walaupun demikian effek akhir dari parasit diperkirakan dapat menghambat pertumbuhan, ini berarti mengurangi berat badan dan juga mengakibatkan anemia sekunder.
HABITAT DAN PENYEBARAN Sebagian besar jenis-jenis Isopoda hidup di laut, ia mendiami berbagai macam habitat dengan dasar pasir atau lumpur dan hidup sebagai bentik, mulai dari zona intertidal sampai abyssal Menurut SCHULTZ (1970) pada daerah pantai yang berbatu dan berkarang, jenis-jenis Isopoda ditemukan hidup di celah-celah karang atau di antara
111 Oseana, Volume X No. 3, 1985
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
batu-batuan, sedangkan di pantai berpasir ia akan membuat lobang di pasir. Sering kali jenis-jenis Isopoda didapatkan hidup berkelompok di bawah rumput laut atau pada substratum yang mengapung di permukaan laut. Selain jenis yang hidup di laut juga ada jenis-jenis yang hidup di darat, sungai (air tawar) maupun estuaria. Di darat jenis-jenis ini mendiami tempat-tempat lembab pada mintakat supralittoral, daerah paya atau di tempat-tempat air tergenang. Sedangkan jenis yang parasit hidup pada jenis krustasea lain terutama jenis-jenis dari dekapoda dan ikan. Menurut McLAUGHLIN (1980) hampir sebagian besar jenis-jenis Isopoda tersebar di seluruh dunia, kecuali jenis-jenis dari sub ordo Michrocerberidea dan subordo Phreatoicidea. Penyebaran jenis-jenis dari sub ordo Microcerberidea adalah Pasifik timur, Amerika selatan, Afrika, Mediterranean dan India, sedangkan jenis-jenis dari subordo Phreatoicidea penyebarannya adalah Afrika selatan, India, New Zealand dan Australia.
PERKEMBANGAN Perkembangan larva umumnya epimorphic dimana larva yang baru menetas menyerupai bentuk dewasa. Isopoda muda yang baru menetas untuk beberapa waktu masih berada dalam kantong keraman induknya. Sedangkan pada jenis-jenis dari anak Ordo Gnathiidea dan suku Cymothoidae perkembangan larvanya adalah metamorphic dimana bentuk larva sangat berbeda dengan bentuk tubuh dewasa. Tingkat perkembangan larva seperti tertera dibawah ini. edpicaridium/Æ cryptoniscus Æ bopyridum micronicus
DAFTAR PUSTAKA BLISS, D.E. 1983 The Biology of Crustacea. vol. 8. Environmental adaptations. Academic Press. New York. 383 pp. BOWMAN, T.E. and R.N. MARISCAL 1968 Renocila heterozota, A new Cymathoid Isopod, with notes on its host, the Anemone fish, Amphiprion akallopisos, in the Seychelles. Crustaceana, vol. 14, Part l,pp. : 9 7 - 104. BRUCE, J.A. 1968. A new species of Hypophryxus (Isopoda, Bopyridae) from an Indo-Pacific Portuniid shrimp. Journ. crust Research, vol. 14, Part 1, pp. : 13 - 20. DE BEAUFORT, L.F. 1940. The Fishes of the Indo-Australian Archiipelago, vol. 8, Leiden; E.J. BRILL. 508 pp. MANN, H. 1968. Copepoda and Isopoda as parasites on Marine fishes. Bundesforschung san stalt fur Fischerei. Institut fur Kunsten und Binnen fischerei. Hamburg, Germany, pp. : 177 -189. McLAUGHLIN, P. 1980. Comperative of Recent Crustacea. W.H. Freeman And Company. SAN FRANCISCO, pp : 1 177. SCHMITT, W. 1973. Crustaceans. Smithsonian Institution. Washington, pp. : 5 - 204. SCHULTZ, G.A. (1970). A review of the species of the genus Tylos LATREILLE from the New World (Isopoda, Oniscoidea). Crustaceana, vol. 19, Part 3, p p . : 2 9 7 - 3 05 .
112
Oseana, Volume X No. 3, 1985