sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Oseana, Volume XXXIII, Nomor 1, Tahun 2008 : 1- 9
ISSN 0216-1877
KRUSTASEA SEBAGAI KONSUMEN DI PADANG LAMUN Oleh Indra Aswandy1) ABSTRACT CRUSTACEAN AS THE CONSUMER IN SEAGRASS BED. Some of animal communities use seagrass beds as their habitat, nursery and feeding ground. Crustacean is one of as the consumers ecology in the seagrass bed. Moreover, crustacean has an important role in the food chains of seagrass beds. This paper discusses about crustaceans as consumers and their function in the trophic levels of the seagrass bed. biota (Gambar 1); dan 2. padang lamun sebagai sumber makanan biota (Gambar 2). Krustasea termasuk salah satu biota konsumen di padang lamun. Beberapa amphipoda, isopoda dan tanaidacea memakan detritus dan rimpang lamun. Di samping itu beberapa dekapoda memakan daun lamun, dan beberapa kepiting dengan ukuran besar memakan moluska, polikhaeta dan algae yang menempel pada serasah lamun. Pada saat yang sama, beberapa ikan memakan udang dan kepiting kecil. Hal ini dapat dikatakan bahwa krusatasea berperan dalam rantai makanan (food chains) di laut (HATANAKA & IIZUKA, 1962 dan KIKUCHI, 1966). Krusatesa sebagai konsumer sangat berperan dalam kaitannya sebagai salah satu strata dalam rantai makanan (trophic levels) di laut. Pada tulisan ini akan diketengahkan tentang krustasea sebagai konsumer, khususnya dalam kaitannya sebagai salah satu tingkat dalam rantai makanan di laut.
PENDAHULUAN
Menurut KIKUCH1 & PERES (1973), komunitas hewan termasuk krustasea mempergunakan padang lamun sebagai habitatnya, tempat memijah dan mencari makan. Komunitas hewan tersebut membentuk 4 (empat) kategori struktur dan cara hidup di padang lamun, yaitu : 1. komunitas biota yang hidup pada daun hijau (segar) lamun (epifit, mikro-meiofauna); 2. komunitas biota yang menempel pada rimpang (rhizome) lamun (polikhaeta, krustasea, moluska, ekhinodermata); 3. komunitas biota yang bergerak/berenang di bawah daun lamun (ikan dan cumi); dan 4. komunitas biota yang hidup dalam sedimen (bivalvia, polikhaeta). Lebih lanjut KIKUCHI (1974) juga mengatakan bahwa ada 2 (dua) peranan padang lamun bagi komunitas biota konsumer, yaitu 1. padang lamun sebagai habitat (niche) dari komunitas
1)
Bidang Sumberdaya Laut, Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI, Jakarta.
1
Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Gambar 1. Padang lamun sebagai habitat biota.
Gambar 2. Padang lamun sebagai sumber makanan biota. substrat keras seperti batu-batuan yang terdapat di antara tumbuhan lamun dan sebagian lagi ada yang sudah mengadaptasikan diri hidup pada tumbuhan seperti beberapa jenis algae dan lamun. Suku Xanthidae sebagian besar ditemukan pada substrat keras, suku Majidae ditemukan merayap di antara tumbuhan, dan suku Portunidae dan Calappidae bergerak di substrat dasar. Udang (subordo Macrura) ada yang mendiami substrat dasar dengan membentuk liang seperti suku Alpheidae yang juga ditemukan meliang di dalam batuan dan makhluk lain seperti spong. Udang dari suku Palaemonidae, Periclimenes sp., hidup di antara daun lamun dan ada pula yang sudah beradaptasi dengan baik dengan lamun seperti marga Tozeuma (suku Hippolytidae). Krustasea ini memangsa binatang-binatang kecil lainnya yang hidup menempel (epizoa) pada daun atau bagian lain dari lamun. Ordo Hoplocarida (Stomatopoda) hidup di substrat dasar dengan meliang seperti misalnya Lysiosquilla maculata dan ada pula yang membenamkan diri di substrat dasar atau hidup di antara batu-batuan yang terdapat di dalam ekosistem padang lamun. Menurut MOOSA & ASWANDY (1994) jenis udang pengko ini merupakan pemangsa berbagai jenis moluska atau binatang lainnya seperti ikan-ikan kecil atau krustasea. Stomatopoda sendiri merupakan mangsa dari binatang lainnya, yaitu ikan, cumi dan gurita.
BENTUK KEHIDUPAN KRUSTASEA DI PADANG LAMUN
Krustasea merupakan kelompok binatang yang paling banyak jenisnya ditemukan di padang lamun (KIKUCHI,1968) (Gambar 3). Kelompok krustasea yang menghuni padang lamun terdiri dari berbagai taksa terutama Amphipoda, Decapoda dan Stomatopoda. Amphipoda, dari suku Gammaridae, adalah krustasea pemakan detritus dan busukan organik termasuk daun dan bagian lain dari lamun (GRIFFITH, 1976). Decapoda yang diwakili oleh berbagai jenis udang (Macrura), kepiting (Brachyura) dan kumang (Anomura) pada umumnya adalah binatang pemakan segala (omnivora) dengan kecenderungan ke arah pemakan daging (karnivora). Stomatopoda merupakan pemangsa (predator) yang bergerak aktif mencari mangsa tapi merupakan karnivora yang menunggu mangsanya untuk diterkam. Krustasea mendiami berbagai substrat di padang lamun. Amphipoda pada umumnya mendiami substrat dasar yang ditumbuhi oleh lamun atau algae bentik (BARNARD, 1971). Jems binatang ini dapat berenang, berjalan atau meloncat di antara tumbuhan. Decapoda ditemukan mendiami berbagai macam habitat dan substrat. Kepiting (subordo Brachyura) sebagian besar mendiami
2
Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Gambar3. Beberapa jenis krustasea yang hidup dan makan di padang lamun (Foto pribadi).
Krustasea dari ordo Decapoda dan Amphipoda paling banyak ditemukan di daerah padang lamun. Krustasea yang hidup di ekosistem lamun sangat beragam jenis dan ukurannya. Kelimpahan dan kepadatan krustasea dipengaruhi oleh sebaran dan kepadatan pertumbuhan lamun, serta kondisi abiotik (suhu), substrat lamun, intensitas cahaya, kedalaman dan salinitas air laut. Menurut VIRNSTEIN (1987), panjang daun lamun dan kerapatan lamun dapat mempengarahi sebaran dan kelimpahan ikan dan krustasea yang berasosiasi dengan lamun, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan padang lamun (abiotic factor) sangat menentukan terhadap sebaran biotanya. Lebih lanjutMcLAUGHLIN (1980) mengatakan bahwa Amphipoda termasuk ke dalam kelas
krustasea dan merupakan salah satu dari tujuh ordo yang termasuk dalam super-ordo Peracarida. Ordo lainnya adalah Mysidacea, Cumacea, Tanaidacea, Thermosbaenacea, Spelaeogrifacea dan Isopoda Pada ekosistem lamun, epifit makroalgae, plankton dan bentik mikroalgae sebagai produser primer yang menduduki strata pertama dalam rantai makanan. Setelah itu, keong kecil (gastropoda) yaitu Trochidae, Rissoidae dan Ceithiidae yang merupakan pemakan algae. Kemudian krustasea kecil yaitu Amphipoda, Isopoda dan Tanaidacea yang memakan mikroflora dan detritus dari lamun. Beberapa jenis dari krustasea yang menempel di daun lamun memakan lamun dan epifit algae yang menempel pada daun lamun (FUSE, 1962).
3
Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan ASWANDY & HUTOMO 1988, MOOSA&ASWANDY 1994, ASWANDY 1991, 1996,1998 dan 1999, di padang lamun di perairan Teluk Banten dan Teluk Kuta-Lombok dan perairan Lombok Selatan, menunjukkan bahwa beberapa jenis krustasea dapat bertindak sebagai konsumer (Tabel 2).
Hasil penelitian pada padang lamun di perairan Mediterania dan Jepang menunjukkan bahwa beberapa jenis krustasea bertindak sebagai konsumen, antara lain yaitu, Idotea sp., Munna sp. (Isopoda), Leptochelia sp., Anatanais sp. (Tanaidacea), Amphitoe sp., Crubia sp. (Amphipoda) (Tabel 1).
Tabel 1. Bentuk kehidupan krustasea yang bertindak sebagai konsumer di padang lamun (LEDOYER, 1968; PEREZ & PICARD, 1964 dan KIKUCHI, 1968).
No. 1.
Grup Taksa/Genus
Bentuk Kehidupan Menempel, merayap pada daun
Isopoda Idotea, Synisorna, Munna,
Lokasi dan Jenis Padang Lamun Posidonia di Mediterania
Cymodoce, Dynamene Tanaidacea
Zostera di Jepang
Leptochelia, Anatanais Amphipoda
Zostera di Jepang
Amphithoe, Grubia, D examine, Ericthonius, Microdeutopus. 2.
Berenang dan beristirahat di daun
Udang
Posidonia di
Hippolyte, Thoralus, Eualus,
Mediterania dan
Palaemon, Latereutes
Zostera di Jepang
4
Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
Tabel2. Bentuk kehidupan krustasea yang bertindak sebagai konsumer ekologi di padang lamun (ASWANDY & HUTOMO 1988, MOOSA & ASWANDY 1994, ASWANDY 1991, 1996, 1998 dan 1999). No. 1.
Bentuk Kehidupan
Grup Taksa/Genus
Menempel, merayap pada daun
Isopoda Idotea, Cymodoce, Arcturina
Lokasi dan Jenis Padang Lamun Di perairan Indonesia yang
Tanaidacea
ditumbuhi padang
Leptochelia, Tanais, Apseudes Amphipoda
lamun antara lain: Teluk Banten,
Amphithoe, Dexamine,
Teluk Kuta
Ericthonius, Microdeutopus.
Lombok dan perairan Lombok Selatan, dsb.
2.
Berenang dan beristirahat di daun
Udang/Caridean Hippolyte, Palaemon,
Di perairan Indonesia yang
Periclimenes, Pontonides,
ditumbuhi padang
Ogyrides, Leandrites, Acetes,
lamun antara lain:
Processa, Tozeuma, Athanas
Teluk Banten,
dan Acanthephyrra
Teluk Kuta Lombok dan perairan Lombok Selatan, dsb.
3
Yang hidup di habitat lamun
Kepiting Portunus pelagicus, Thalamita
Di perairan Indonesia yang
spp, Calappa spp., Camposcia,
ditumbuhi padang
Daldorfia, Hyastenus, Miccipa,
lamun antara lain:
Schizophyris, Tiarinia,
Teluk Banten,
Actaeodes, Liomera, dan
Teluk Kuta
Pilodius
Lombok dan perairan Lombok Selatan, dsb.
5
Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
POSISI KRUSTASEA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN RANTAI MAKANAN DAN ALIRAN ENERGI
Sedangkan konsumsi karbon organik dari biota epifauna dan infauna (termasuk krustasea) melalui respirasi/assimilasi dengan rasio 0,75.
Hubungan dengan rantai makanan Lamun dapat dimakan oleh beberapa organisme di laut. Di padang lamun, dari avertebrata hanya bulu babi yang memakan langsung lamun, sedangkan dari vertebrata yaitu beberapa ikan (Scaridae, Acanthuridae), penyu dan duyung, sedangkan bebek dan angsa memakan lamun, jika lamun tersebut muncul pada surut terendah (KIKUCHI, 1974). Telah diketahui bahwa sejumlah avertebrata memakan lamun sedikit sekali, tetapi jika lamun tersebut hanyut dan terdampar di pantai maka mulai terjadi dekomposisi sehingga lamun akan dimakan oleh beberapa larva dari Talitridae (Amphipoda). Selanjutnya telah diketahui bahwa makanan yang diproduksi oleh lamun berguna untuk fauna dasar pemakan detritus. Hanya sedikit sekali pengetahuan tentang proses dekomposisi lamun. Deposit serasah Thalassia testudinum sering ditemukan di laut dalam (MENZEIS et al., 1967). Dekomposisi lamun mungkin terjadi pada keadaan aerobik, dimana pada keadaan ini lamun akan diawetkan. Nilai detritus lamun sebagai sumber makanan masih diperdebatkan oleh beberapa biolog karena tingginya kandungan pentosan.
KONSUMEN PADANG LAMUN DI BERBAGAI BELAHAN DUNIA Madagaskar Padang lamun di daerah pesisir Madagaskar dapat ditemukan di daerah terumbu karang. Padang lamun merupakan tipe campuran yang terdiri dari Thalassia, Cymodocea dan Halodule. Padang lamun tersebut berasosiasi dengan beberapa jenis karang (Scelactiniaria). Di samping itu ditemukan juga padang lamun
dari Syringodium dan Thalassodendron ciliatum yang kaya dengan fauna asosiasi, termasuk krustasea. Menurut THOMASSIN ( 1 9 7 1 ) kehadiran fauna dibagi atas tiga bagian dari lamun, yaitu : 1. fauna yang hidup di daun lamun, yaitu, foraminifera, hidroid, copepoda, amphipoda, gastropoda ukuran kecil (Phasianella, Smaragdia dan Cerithidae) : 2. fauna yang berenang di bawah daun lamun, yaitu, amphipoda, isopoda, udang kecil, cumi kecil dan ikan: 3. fauna dalam sedimen di padang lamun, yaitu, kepiting besar (Thalamita, Portunus, Matuta dan Calappa). Mediterania dan Pesisir Atlantik, Perancis
Hubungan dengan aliran energi Pengukuran aliran energi merupakan salah satu hal yang penting dalam mempelajari komunitas hewan di padang lamun. MARSHAL (1970) mengatakan bahwa mikro dan meiofauna sebagai dekomposer sangat berperan dalam sedimen. Menurut KIKUCHI (1966 dan 1974) aliran energi di padang lamun berdasarkan biomassa energi (karbon) disumbang oleh beberapa taksa fauna termasuk krustasea. Total produksi bersih dari fitoplankton, algae dan padang lamun adalah 1.550 kkal/m2/tahun, detritus lamun ( 2 1 . 0 0 0 kkal/m 2 /tahun).
Di pesisir Mediterania dan pesisir Atlantik dan Perancis ditemukan padang lamun, Posidonia oceanica yang tumbuh pada substrat lumpur-pasiran. Juga ditemukan padang lamun, Cymodocea nodosa yang tumbuh substrat pasir yang bersih (MOLINIER & DEGUEN, 1961). Kehidupan fauna di padang lamun dibedakan atas lima tingkat, yaitu : 1. algae dan fauna penempel, yaitu diatom dan phaeophyta (Melobesia lejolisi, yang hidup pada daun tua lamun); 2. mikro fauna, termasuk protozoa (ciliata, flagellata), nematoda, polikhaeta, rotifera yang
6
Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
menempel pada daun; 3. fauna yang merayap dan berjalan, gastropoda, krustasea seperti harpaticoid, amphipoda, isopoda; 4. fauna yang berenang dan istirahat di daun seperti copepoda, ostracoda dan 5. fauna yang berenang di bawah daun lamun seperti ikan, dekapoda dan krustasea (KIKUCHI, 1966).
besar pada padang lamun dari pada di luar padang lamun; dan 5. secara umum, individual kecil dan ukuran lebih kecil pada daerah padang lamun dibandingkan dengan daerah yang tidak ditumbuhi oleh lamun.
Afrika Timur
ASWANDY, I. 1991. Komposisi jenis, kelimpahan dan sebaran Fauna Krustasea pada Padang Lamun (seagrass) di Teluk Banten. Prosiding Seminar Ilmiah dan Kongres Nasional Biologi X, Bogor, 24-26 September 1991: 313-321.
DAFTAR PUSTAKA
Berbeda dengan padang lamun Cymodocea nodosa di Mediterania, padang lamun di pesisir Afrika Timur yaitu padang lamun, Thalassodendron ciliatum yang tumbuh pada laut yang agak dalam. Di samp ing itu pada laut dangkal, juga ditemukan padang lamun campuran, yaitu Cymodocea rotundata dan C. serrulata. (MACNAE & KALK, 1958). Pada padang lamun di Afrika Timur ditemukan juga tiga kelompok fauna, yaitu : 1. Kepadatan dan keragaman Gastropoda (Trochus, Cypraea dan Conus) yang lebihtinggi di padang lamun T. ciliatum; 2. Ophiuroid yang jarang pada padang lamun C. rotundata; 3. fauna, Zoanthus dan Polyandrocarps yang hidup pada serasah T. hemprichii.
ASWANDY, I. 1996. Komposisi Fauna Krustasea pada Padang Lamun (seagrass) di Teluk Banten. Dalam : Inventarisasi dan Evaluasi Lingkungan Pesisir, Oseanografi, Geologi, Biologi dan Ekologi (D.P. PRASENO, W.S. ATMADJA, I. SUPANGAT, RUYITNO dan B.S. SOEDIBJO eds.) P3O-LIPI, Jakarta: 59-66. ASWANDY, I. 1998. Struktur Komunitas Fauna Krustasea di Pulau-pulau Teluk Banten. Prosiding Seminar dan Lokakarya Pengelolaan Pulau-pulau kecil di Indonesia: 22-30.
AtlantikUtara Di pesisir Atlantik Utara, padang lamunnya adalah Zostera marina. Beberapa pengamatan tentang fauna di padang lamun Z. marina telah dilaporkan oleh LEDOYER (1968). Lebih lanjut dilaporkan bahwa fauna yang dominan adalah gastropoda dan amphipoda. Menurut THAYER et al. (1975) fauna krustasea, gastropoda dan polikhaeta hidup pada serasah lamun yang masih hijau. Lebih lanjut dikatakan bahwa secara umum fauna pada padang lamun dapat dibagi menjadi: 1. epifauna dominan tidak ditemukan di luar padang lamun; 2. kepadatan dan biomassa epifauna lebih besar dari kepadatan invertebrata di luar padang lamun; 3. jenis infauna yang sama dapat ditemukan pada padang lamun dan daerah yang tidak ada lamunnya; 4. kepadatan infauna lebih
ASWANDY, I. 1999. Dinamika Fauna Krustasea Bentik di Padang Lamun Teluk Kuta, Lombok. Dalam : Dinamika Komunitas Biologis Pada Ekosistem Lamun di Pulau Lombok, Indonesia. (SOEBAGJO. S., O.H. ARINARDI dan I. ASWANDY, eds.). P3O-LIPI, Jakarta: 47-55. ASWANDY, I. dan M. HUTOMO 1988. Komunitas Fauna Bentik pada Padang Lamun (seagrass) di Teluk Banten, Jawa Barat. Dalam : Perairan Indonesia, Biologi, Budidaya, Kualitas air dan Oseanografi. (M.K. MOOSA, D.P. PRASENO dan SOEKARNO, eds.) LIPI, Jakarta: 60-66.
7
Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
BARNARD, J.L. 1971. Key to the Hawaiian
MACNAE, W. and M. KALK 1958. A natural history of Inhaka Island, Mosambique. Witwaterstrand Univ. Press, Johannesburg: 224 pp.
marine Gammariidae, 0-30 metre. Smithsonian contribution to zoology, Toronto. 58:1-135. FUSE, S. 1962. The nimal community in the Zoster a belt. Physiol. Ecol. Japan 11:122 (In Japanese, with English summary) GIACCONE, G 1970. The climax problem in the deep regions of the Mediterranean Sea. Thalassia jugoslavica 6: 195-199.
MARSHAL, N. 1970. Food transfer through the lower trophic levels of the benthic environment. In : Marine Food Chains (J.A. Steele, ed.) Oliver and Boyd, England: 52-66. MCLAUGHLIN, P.A. 1980. Comparative morphology of recent Crustacea. W.H. Freeman and Company, San Fransisco: 2-152.
GRIFFITH, C.L. 1976. Guide to the benthic marine amphipoda of Saouthern Africa CSIR Ocenographic Research Unit, University of Cape Town: 93 pp.
MENZIES, R; J.S. ZANEVELD andR.M. PRATT 1967. Transported turtle grass as a sources organic enrichment of abysal sediments of North Carolina. Deep-Sea Research 14:111-112.
HATANAKA, M. andK. IIZUKA 1962. Studies on the fish community of the Zostera area. 1. The ecological order for feeding in the fish group related to the dominance species. Bull. Jap. Soc. Sci. Fish. 28: 516 (In Japanese, with English summary).
MOLINEAR, R. and J. PICARD 1952. Recherche sur les herbiers de phanerogames marines du littoral mediterraneen francais. Ann. Inst. Oceanogr. XXVII (3): 1-20.
KIKUCHI, T. 1966. An ecological study on animal communities of the Zostera belt in Tomioka Bay, Amakusa, Kyusu. Publ. Amakusa. Mar. Biol. Lab. 1: 1-106.
MOLINEAR, R. and F. DEGUEN 1961. Contribution a l'etude des sols dans les pelouses et prairies de phjanerogames marines Mediterraneens. Les sols phanerogamiques de la formation langunaire de Brusc (Var). Bull. Inst. Oceanogr. Monaco 1197: 102-125.
KIKUCHI, T. 1968. Faunal list of the Zostera marina belt in Tomioka Bay, Amakusa, Kyusu. Publ. Amakusa. Mar. Biol. Lab. 1:163-192. KIKUCHI, T. 1974. Japanese contribution on c'onsumer ecology in eelgrass Zostera marina L.) beds, with special reference to trophic relationship and resources in inshore fisheries. Aquaculture 4: 145-160
MOOSA, M.K. dan I. ASWANDY 1994. Krustasea dari Padang Lamun di Perairan Lombok Selatan. Dalam: Struktur Komunitas Biologi padang lamun di pantai selatan Lombok dan kondisi lingkungannya. (W. KISWARA, M.K. MOOSA danM. HUTOMO, eds). LIPI, Jakarta: 42-51.
KIKUCHI, T and J.M. PERES 1973. Consumer ecology of seagrass beds. In : Seagrass ecosystem; a scientific perspective. Marcel Dekker, Inc. New York: 147-194. LEDOYER, M. 1968. Amphipodes tubicoles des feuilles des herbiers de phanerogames marines de la Region de Tulear (Madagascar). Rec. Trav. Sta. Mar. Endoume. Suppl. 9: 183-191.
PERES, J.M. and J. PICARD 1964. Nouveau manuel de bionomie benthique de la Mer Mediterranee. Rec. Trav. Stat. Mar. Endoume 31 (47): 5-137.
8
Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008
sumber:www.oseanografi.lipi.go.id
THOMASSIN, B. 1971. Les facies d'epiufauna et d'epiflore des biotopes sedimentaires des formations coralliennes dans la region de Tulear (Sud-Quest de
THAYER, G.W.; S.M. ADAMS and M.W. LA CROIX 1975. Structural and fluctuation aspects of a recently established Zostera marina community. Estuarine Res. 1:518540.
Madagascar). Symp. Zool. Soc. Lond. 28: 371-396.
VIRNSTEIN, R.W. 1987. Seagrass associated invertebrate communities of the Southtern USA; A review. Florida marine research publications. 42: 89116.
9
Oseana, Volume XXXIII No. 1, 2008