ANALISA STRES KERJA PADA KONDISI DAN BEBAN KERJA PERAWAT DALAM KLASIFIKASI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMKIT TK II PUTRI HIJAU KESDAM I/BB MEDAN
TESIS
OLEH SUPARDI 057010018 / KK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007
ANALISA STRES KERJA PADA KONDISI DAN BEBAN KERJA PERAWAT DALAM KLASIFIKASI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMKIT TK II PUTRI HIJAU KESDAM I/BB MEDAN
TESIS Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Pada Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara
OLEH
SUPARDI 057010018 / KK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007
LEMBAR PENGESAHAN Judul Tesis
: ANALISA STRES KERJA PADA KONDISI DAN BEBAN KERJA PERAWAT DALAM KLASIFIKASI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMKIT TK II PUTRI HIJAU KESDAM I/BB MEDAN TAHUN 2007
Nama Mahasiswa
: SUPARDI
Nomor Induk Mahasiswa : 057010018 Program Studi
: Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja
Menyetujui Komisi Pembimbing :
Prof. Dr. Habibah Hanum Nst, Sp.Pd, K, Psi Ketua
Ferry Novliadi, S.Psi, MSi Anggota
Ketua Program Studi,
Dr.Drs.R.Kintoko Rochadi, MKM Tanggal Lulus : 1 Agustus 2007
Ir. Mbue Kata Bangun, MS Anggota
Direktur SPs USU
Prof.Dr.Ir. T.Chairun Nisa B., Msc.
Telah diseminarkan dan diuji di depan Komisi Pembimbing dan Tim Penguji Program Pascasarjana USU untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan pada tanggal 1 Agustus 2007
PANITIA PENGUJI KARYA AKHIR PROFESIONAL Ketua
: Prof. Dr. Habibah Hanum Nst, Sp.Pd, K, Psi
Anggota
: Ferry Novliadi, S.Psi, MSi Ir. Mbue Kata Bangun, MS Dr.Drs.R.Kintoko Rochadi, MKM dr. Halinda Sari Lubis, MKKK
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 1 Agustus 2007
Supardi
KATA PENGANTAR
Bisnillahirrahmannirrahim. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan izin dan rahmatNya lah penulis dapat menyelesaikan Tesis yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada program Magister Kesehatan Kerja Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : 1. Komisi pembimbing yaitu : Ibu Prof. Dr. Habibah Hanum Nst, Sp.Pd, K, Psi, Bapak Ferry Novliadi, S.Psi, MSi, dan Bapak Ir. Mbue Kata Bangun, MS yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan Tesis sehingga tesis ini semakin sempurna. 2. Bapak Prof.Dr.Ir. T.Chairun Nisa B., Msc selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr.Drs.R.Kintoko Rochadi, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ibu dr. Halindasari Lubis, MKKK selaku sekretaris jurusan Program Magister Kesehatan Kerja Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara dan Bapak/Ibu staf pengajar yang telah banyak memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis selama penulis menjalani perkuliahan. 3. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak dr. Ahadin, MARS selaku mantan Kakesdam I/BB dan Bapak dr. Tjahaya Indra Utama, SpAn,MARS selaku Kakesdam I/BB yang telah memberikan izin kepada saya untuk melanjutkan studi pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 4. Penulis juga mengucapkan terimah kasih kepada Ibu Kepala dan seluruh staf Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan yang telah memberi izin kepada penulis dalam melakukan penelitian khususnya kepada Mayor Ckm Yurizal, SKM selaku Kepala Bangsal, Ibu Imelda Rosalina Sembiring, Amd selaku Ka Perawatan, dan Bapak/Ibu kepala ruang rawat inap yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian.
5. Rekan-rekan mahasiswa Magister Kesehatan Kerja Angkatan 2005 Ibu Ari P, Ibu Nana, Ibu Eliyana, Ibu Firy, Ibu Sri K, Ibu Eva, Ibu Liza, Ibu Diba, Ibu Lilis, Bapak Ali A, Bapak Arianto dan teman lainnya yang telah banyak memberikan dukungan dan do'a kepada penulis dalam penelitian ini, berjuang demi keberhasilan dan bersahabat dalam suka maupun duka, terima kasih sahabat. 6. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Almarhun Bapak Prof. dr. Harwinta F.Eyanoer, MSc, MPH, Dr.PH,SpOk yang telah banyak memberi wawasan kepada penulis, penulis do'akan semoga Allah memberikan tempat yang baik kepada Bapak. 7. Secara khusus penulis menyampaikan rasa sayang dan terima kasih yang tidak terhingga kepada orang tua tercinta Ibunda Sijah (Alm) dan Ponijan (Alm) serta Nenek Sumirah (Alm), segala apa yang telah diberikan Ibunda dan Nenek tidak akan dapat terbalas oleh penulis dan hanya do'a dan ucapan syukur kepada Allah SWT yang dapat penulis sampaikan atas anugerah ini, terima kasih semoga senantiasa mendapat ridho disisiNya dan diampuni dosanya. 8. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada isteri tercinta Srindari Rezeki, anak-anak yang saya sayangi Indah Permata Wulandari, Muhammad Rizky, dan Muhammad Ridho Fadly yang selalu mendampingi, memberi dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan. Penulis menyadari Tesis ini tidak luput dari kekeliruan, akhirnya penulis berharap semoga penulisan Tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca untuk kemajuan Ilmu Pengetahuan khususnya bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Medan, 1 Agustus 2007
Penulis
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Supardi lahir di Kasindir Pematang Siantar, tanggal 10 Pebruari 1968, merupakan anak ke 3 dari 4 orang bersaudara, dari keluarga Bapak Ponijan (Alm) dan Ibunda Sijah (Alm).
RIWAYAT PENDIDIKAN -
SD Negeri Inpres Bagot Puloan Tanah Jawa, lulus tahun 1981
-
SMP Alwashliyah Serbelawan, lulus tahun 1984
-
SMA Negeri Serbelawan, lulus tahun 1987
-
D III, lulus tahun 1996
-
S1 Kesehatan Masyarakat USU, lulus tahun 2002
-
Akta IV UMN Alwashliyah, lulus tahun 2003
-
Masuk pendidikan Magistes Kesehatan Kerja USU, tahun 2005
RIWAYAT PEKERJAAN -
Tahun 1988-1989, sebagai tenaga administrasi di PT Deserco Medan, proyek MUDP.
-
Tahun 1989-1990, sebagai tenaga honorer di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB
-
Tahun 1990, diangkat menjadi PNS dengan penugasan di bagian rekam medis Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB sampai dengan tahun 1996.
-
Tahun 1996 sampai dengan sekarang bekerja di Makesdam I/BB.
ABSTRAK ANALISA STRES KERJA PADA KONDISI DAN BEBAN KERJA PERAWAT DALAM KLASIFIKASI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMKIT TK II PUTRI HIJAU KESDAM I/BB MEDAN Klasifikasi pasien merupakan sistem pengelompokan pasien di ruang rawat inap berdasarkan karakteristik dan tingkat kebutuhan pasien dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Klasifikasi pasien dibutuhkan dalam pengaturan kebutuhan tenaga kerja keperawatan di ruang rawatan. Dalam pemberian pelayanan kesehatan pada tiap klasifikasi pasien di ruangan yang banyak berperan adalah tenaga perawat, karena mereka selalu ada dalam ruangan rawatan dan merupakan jumlah terbesar di sebuah rumah sakit. Setiap kegiatan pekerjaan di ruangan dapat menjadi stressor bagi perawat. Tujuan penelitian mengetahui hubungan tipe kepribadian, beban dan kondisi kerja perawat terhadap stres kerja dan untuk mengetahui perbedaan tipe kepribadian, beban, kondisi dan stres kerja di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB. Rancangan penelitian ini bersifat survei analitik yang memberikan gambaran terhadap stres kerja pada tipe kepribadian, beban dan kondisi kerja. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 83 orang dan sampel adalah jumlah keseluruhan populasi. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi terhadap kondisi kerja dan dengan koesioner tentang tipe kepribadian, beban, kondisi dan stres kerja. Hasil uji Regresi pada taraf keyakinan α=0,05 menunjukkan : terdapat hubungan yang bermakna tipe kepribadian terhadap stres kerja dengan koefisien regresi sebesar 0,106, terdapat hubungan yang bermakna beban kerja terhadap stres kerja dengan koefisien regresi 0,041, terdapat hubungan yang bermakna kondisi kerja terhadap stres kerja dengan koefisien regresi 0,114. Koefisien regresi kondisi kerja memperlihatkan kontribusi paling besar terhadap terjadinya stres kerja kemudian tipe kepribadian dan beban kerja. Belum terdapat perbedaan yang bermakna pada tipe kepribadian, kondisi, beban dan stres kerja dalam penerapan klasifikasi pasien. Terdapat perbedaan yang bermakna pada tipe kepribadian, kondisi dan beban kerja terhadap terjadinya stres kerja. Diperlukan pengendalian stres kerja dari pihak rumah sakit dan juga dari perawat itu sendiri. Sebagai upaya pengendalian dan pencegahan terhadap terjadinya penyakit akibat kerja. Kata kunci : Stres kerja, tipe kepribadian, beban kerja, kondisi kerja, pengendalian stres Daftar Kepustakaan 47 (1986-2006)
i
ABSTRACT ANALYSIS OF WORK STRESS ON THE CONDITION AND WORKING BURDEN OF NURSES IN CLASSIFIED PATIENT WARDS AT PUTRI HIJAU KESDAM I/BB HOSPITAL MEDAN Patient Classification is a system grouping patient in the hospitalized room based on the characteristic and requirement rate of patient in having medical treatment in service. Patient classification is required to arrange the need of personnel to handle in treatment. In serving them with treatment on each patien classification in room major to take role perhaps nurses there since they should be available in room and it is noted mostly for a hospital. Each activity to handle in room sometimes potential to become stressor for nurses. The objective of this study is to know the relationship of personality type, burden an condition of working around nurses to their working stress and to know the difference of personality type, working burden, condition and working stress in hospitalized room of Rumkit Tk II Putri Hijau Hospital of Kesdam I/BB. The design to this study adopted an analytical survey which by describing things about working stress over personality type, burden and working condition. Population to this research summed 83 respondents and the sample is all total of population. Collecting data conducted by observation to the working condition and by questionnaire about the personality type, burden, condition an working stress. The result of regression test over convince rate α=0,05 showed : existing a significant relationship personality type over the working stress with a regression coefficient amount 0,106 found a significant relations of working burden to the working stress with a regression coefficient 0,041, found a significant relations to the working condition over working stress with a regression coefficient 0,114. The regression coefficient of working condition show the greatest contribution to result working stress later to personal type and working burden. There is no found a significant difference on the personality type, condition, working burden and stres while arranging the patient classification. It is found a significant difference on personality type, condition and working burden over working stress. It is required institutional control over working stress by the management and also to those nurses, this way is aimed to control and preserve it over resulting any illness on working. Keywords : Working stress, personality type, working burden, working condition, stress controlling. Bibliography : 47 (1986-2006)
ii
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK .................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................. DAFTAR TABEL.......................................................................................... DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
i iii v vi ix x
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 1.3. Landasan Teoritis ......................................................................... 1.4. Tujuan Penelitian ......................................................................... 1.4.1. Tujuan Umum ................................................................... 1.4.2. Tujuan Khusus .................................................................. 1.5. Hipotesa ....................................................................................... 1.6. Manfaat Penelitian .......................................................................
1 1 6 8 8 8 8 9 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 2.1. Stres .............................................................................................. 2.1.1. Pengertian Stres.................................................................... 2.1.2. Pengertian Stres Kerja.......................................................... 2.1.3. Proses Stres ......................................................................... 2.1.4. Tingkatan Stres ................................................................... 2.1.5. Gejala Stres ......................................................................... 2.1.6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja ................. 2.1.7. Stres dan Daya Tahan Tubuh .............................................. 2.1.8. Akibat Stres.......................................................................... 2.2. Kondisi Kerja ............................................................................... 2.3. Beban Kerja ................................................................................ 2.4. Tenaga Perawat ............................................................................ 2.4.1. Hak-Hak Perawat ................................................................ 2.4.2. Kewajiban Perawat ............................................................. 2.4.3. Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit............................. 2.5. Klasifikasi Pasien ......................................................................... 2.5.1. Pengertian ............................................................................ 2.5.2. Tujuan Klasifikasi Pasien ....................................................
11 11 11 12 13 14 17 19 25 26 28 29 31 32 33 35 36 36 37
iii
Halaman BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................ 3.1. Tempat dan Waktu ....................................................................... 3.1.1. Tempat ................................................................................ 3.1.2. Waktu .................................................................................. 3.2. Rancangan Jenis Penelitian .......................................................... 3.3. Populasi dan Sampel .................................................................... 3.3.1. Populasi ............................................................................... 3.3.2. Sampel ................................................................................. 3.4. Variabel Yang Diamati ................................................................ 3.4.1. Variabel Tergantung (Dependent Variable) ........................ 3.4.2. Variabel Bebas Independent Variable) ............................... 3.4.3. Variabel Pendukung (Moderating Variable) ...................... 3.5. Manajemen Data .......................................................................... 3.5.1. Sumber Data......................................................................... 3.5.2. Cara Pengumpulan Data....................................................... 3.5.3. Pengukuran Variabel ........................................................... 3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa ................................................... 3.6.1. Pengolahan Data ................................................................. 3.6.2. Analisa Data ........................................................................ 3.7. Kerangka Konsep ......................................................................... 3.8. Definisi Operasional..................................................................... 3.9. Jadwal Pelaksanaan ......................................................................
39 39 39 39 39 40 40 40 40 40 40 41 41 41 41 42 44 44 44 45 46 46
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................ 4.1. Hasil Penelitian ............................................................................ 4.1.1. Lokasi Penelitian dan Gambaran Umum ............................ 4.1.2. Tugas dan Kewajiban Rumkit ............................................. 4.1.3. Prosedur Kerja Ruang Rawat Inap....................................... 4.1.4. Karakteristik Subjek Penelitian............................................ 1) Karakteristik Berdasarkan Status Kepegawaian ............ 2) Karakteristik Berdasarkan Latarbelakang Pendidikan.... 3) Karakteristik Berdasarkan Usia ..................................... 4) Karakteristik Berdasarkan Masa kerja............................ 5) Karakteristik Berdasarkan Tipe Kepribadian.. .............. 6) Karakteristik Berdasarkan Beban Kerja ........................ 7) Karakteristik Berdasarkan Kondisi Kerja....................... 8) Karakteristik Berdasarkan Stres Kerja ........................... 4.2. Hasil Analisa................................................................................. 4.2.1. Karakteristik Tenaga Perawat di Ruang Rawat Inap ......... 4.2.2. Hubungan Tipe Kepribadian, Kondisi Kerja dan Beban Kerja terhadap Stres Kerja Perawat.....................................
47 47 47 49 49 50 50 51 51 52 52 53 55 56 57 57 59
iv
Halaman 4.2.3. Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban Kerja, Kondisi Kerja dan Stres Kerja Perawat Pada Klasifikasi Pasien di Ruang Rawat Inap .......................................................................... 4.2.4. Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban Kerja dan Kondisi Kerja Pada Stres Kerja Perawat .......................................... 4.3. Pembahasan................................................................................... 4.3.1. Karakteristik Perawat di Ruang Rawat Inap........................ 4.3.2. Hubungan Tipe Kepribadian, Beban dan Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja Perawat.. 4.3.3. Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban Kerja, Kondisi Kerja dan Stres Kerja pada Klasifikasi Pasien di Ruang Rawat Inap....................................................................................... 4.3.4. Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban Kerja dan Kondisi Kerja Pada Stres Kerja ........................................................
61
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 5.1. Kesimpulan...... ............................................................................ 5.2. Saran................ ............................................................................
71 71 72
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
74
LAMPIRAN Lampiran : 1 Intrumen A : Identifikasi responden.............................. Lampiran : 2 Intrumen B : Koesioner Tipe Kepribadian.................... Lampiran : 3 Intrumen C : Koesioner Beban Kerja............................. Lampiran : 4 Intrumen D : Koesioner Kondisi Kerja.......................... Lampiran : 5 Intrumen E : Koesioner Stres Kerja .............................. Lampiran : 6 Master Data ................................................................... Lampiran : 7 Summarize..................................................................... Lampiran : 8 Tabel frequencies............................................................ Lampiran : 9 Crosstabs........................................................................ Lampiran : 10 Regression ................................................................... Lampiran : 11 Table ANOVA ............................................................ Surat Kakesdam I/BB tentang selesai melaksanakan penelitian di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB
v
63 64 64 67 68 69
77 78 80 81 82 84 86 87 89 93 96
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Gejala stres berdasarkan gejala psikologis, fisik dan perilaku...... Tabel 3.1. Pengukuran variabel ..................................................................... Tabel 3.2. Pengkategorian tipe perilaku, kondisi, beban dan stres kerja ...... Tabel 3.2. Jadwal pelaksanaan kegiatan penyusunan tesis ........................... Tabel 4.1. Klasifikasi Ruang Rawat Inap ..................................................... Tabel 4.2. Kuantitas Personel Rumkit........................................................... Tabel 4.3. Kualitas Personil Rumkit.............................................................. Tabel 4.4. Distribusi Perawat Berdasarkan Status Kepegawaian.................. Tabel 4.5. Distribusi Perawat Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan....... Tabel 4.6. Distribusi Perawat Berdasarkan Usia........................................... Tabel 4.7. Distribusi Perawat Berdasarkan Masa Kerja................................ Tabel 4.8. Distribusi Perawat Berdasarkan Tipe Kepribadian....................... Tabel 4.9.Distribusi Perawat Berdasarkan Beban Kerja ............................. Tabel 4.10.Distribusi Perawat Berdasarkan Kondisi Kerja .......................... Tabel 4.11.Distribusi Perawat Berdasarkan Stres Kerja ............................... Tabel 4.12.Karakteristik Tenaga Perawat di Ruang Rawat Inap................... Tabel 4.13.Hasil Analisa Regresi dari Tipe Kepribadian, Beban dan Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja............................................ Tabel 4.14.Nilai Masing-masing Variabel pada Analisa Regresi dari Tipe Kepribadian, Beban dan Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja..... Tabel 4.15.Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban dan Kondisi Kerja dan Stres Kerja Pada Klasifikasi Pasien di Ruang Rawat Inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB TA 2007....................... Tabel 4.16.Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban dan Kondisi Kerja Pada Stres Kerja di Ruang Rawat Inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB TA 2007................................................................
vi
17 42 43 46 48 48 49 50 51 51 52 53 54 55 56 57 59 60 61
63
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1. Landasan Teoritis ....................................................................
8
Gambar 3.1. Kurva distribusi normal batas skala interval kategori ringan, sedang dan berat ......................................................................
43
Gambar 3.2. Kerangka Konsep .....................................................................
45
Gambar 4.1. Skala interval tipe kepribadian pada distribusi normal............
53
Gambar 4.2. Skala interval beban kerja pada distribusi normal ..................
54
Gambar 4.3. Skala interval kondisi kerja pada distribusi normal ................
55
Gambar 4.4. Skala interval stres kerja pada distribusi normal ....................
56
vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan
kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan, sehingga pengembangan rumah sakit tidak dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan. Saling keterkaitan ini terlihat jelas dari visi pembangunan kesehatan yakni Indonesia Sehat 2010 yang terwujud dalam Undang-Undang Bidang Kesehatan No 23/1992. Sebagai salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting, rumah sakit merupakan salah satu industri jasa yang tidak cukup bekerja disiang hari saja tetapi harus 24 jam, karena setiap saat orang sakit membutuhkan pelayanan. Bentuk pelayanan ini bersifat sosio ekonomi yaitu suatu usaha yang walau bersifat sosial namun diusahakan agar bisa mendapatkan surplus keuntungan dengan cara pengelolaan yang profesional dengan memperhatikan prinsip ekonomi (Djododibroto, 1997). Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XII/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit adalah tempat yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar spesialistik dan subspesialistik, serta memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau masyarakat, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
1
2
Untuk meningkatkan pelayanan yang optimal dan berkualitas rumah sakit melaksanakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Dalam pelayanan rawat inap pasien di kelompokkan berdasarkan kondisi, status dan golongan yang disebut dengan klasifikasi pasien. Tiap klasifikasi pasien dirawat di ruang rawatan yang merupakan central dari kegiatan pokok dalam proses penyembuhan pasien (Arwani dan Heru Supriyatno, 2004) Dalam pengelolaan ruangan sumber daya yang paling penting adalah perawat, dimana perawat yang selalu ada di ruangan dan merupakan jumlah terbesar dari seluruh petugas yang ada di sebuah rumah sakit. Keberadaan perawat sebagai ujung tombak pelayanan harus benar-benar diperhatikan dan dikelola secara profesional sehingga memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat dan juga untuk kemajuan rumah sakit itu sendiri. Sejak diakuinya keperawatan sebagai profesi dan ditingkatkannya pendidikan tinggi keperawatan dari SPK ke D III dan S1, berlakunya undang-undang No. 23 tahun 1992, dan Permenkes No. 647/2000, proses registrasi dan legalitasi keperawatan, sebagai bentuk pengakuan adanya kewenangan dalam melaksanakan praktek keperawatan profesional. Langkah awal yang perlu ditempuh adalah penataan pendidikan keperawatan dan memberikan kesempatan kepada perawat untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga diharapkan pada akhirnya semua tenaga perawat yang ada di rumah sakit sudah memenuhi kriteria untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan (Nursalman, 2002).
3
Pelaksanaan klasifikasi pasien ruang rawat inap merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas pelayanan keperawatan yang diberlakukannya melalui SK Menkes No. 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang Standar pelayanan di rumah sakit dan standar asuhan keperawatan yang diperlukan melalui SK Dirjen Yanmed No 00.03.2.6.7637 tahun 1993 yaitu pedoman studi dokumentasi asuhan keperawatan, angket pelayanan yang diberikan oleh perawat dan pedoman observasi pelaksanaan tindakan keperawatan (Depkes RI, 1997). Kualitas pelayanan keperawatan tidak terlepas dari peran klasifikasi pasien di ruang rawat inap, karena dengan klasifikasi tersebut pasien merasa lebih dihargai sesuai haknya dan dapat diketahui bagaimana kondisi dan beban kerja perawat di masing-masing ruang rawatan. Dengan diketahui kondisi dan beban kerja di ruang rawat inap diharapkan dapat ditentukan kebutuhan kuantitas dan kualitas tenaga perawat yang diperlukan dalam ruang rawat inap sehingga tidak terjadi beban kerja yang tidak sesuai yang akhirnya menyebabkan stres kerja. Penerapan sistem klasifikasi pasien Rumkit Tk II Putri Hijau Medan mengacu pada Skep Kasad dan Juknis tata cara penerimaan pasien di Rumkit jajaran Kesad (1989) dimana pasien dikelompokkan pada empat kategori yang terdiri dari pasien militer dan keluarganya (Pamen, Pama, Bintara/tamtama), pasien PNS Hankam dan keluarganya
(Golongan
IV,
III,
II/I),
pasien
Askes/purnawirawan
sesuai
pangkat/golongan serta pasien umum (bebas/sesuai kemampuan). Selain klasifikasi diatas pasien dibedakan berdasarkan kategori pasien dalam mendapatkan pelayanan keperawatan berdasarkan jenis penyakit dan derajat
4
ketergantungan pasien dalam kebutuhan pelayanan kesehatan yang terdiri dari tiga kategori yaitu perawatan minimal, perawatan intermediate dan perawatan maksimal atau total, (Donglas, 1984). Klasifikasi pasien akan berpengaruh terhadap kondisi dan beban kerja di tiap ruang rawat inap. Untuk itu perawat harus berperan sebagai tenaga serba bisa, memiliki inisiatif, berperilaku kreatif serta memiliki wawasan yang luas dengan motivasi kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, kerja tuntas dan kerja berkualitas sesuai dengan profesinya sebagai perawat (Arwani dan Heru, 2004). Klasifikasi pasien ruang rawat inap di rumah sakit kalau dipandang sebagai tuntutan terhadap pelayanan kesehatan, jika tidak dikelola dengan baik oleh pimpinan rumah sakit terutama tentang penempatan tenaga perawat baik secara kuantitas dan kualitas maka dapat berakibat terjadinya gangguan pada kondisi dan beban kerja (Ed Boenisch & Michele Haney, 2004). Kondisi kerja berupa situasi kerja yang mencakup fasilitas, peraturan yang diterapkan, hubungan sosial kerjasama antar petugas yang dapat mengakibatkan ketidak nyamanan bagi pekerja. Demikian juga dengan beban kerja baik secara kuantitas dimana tugas-tugas yang harus dikerjakan terlalu banyak/sedikit maupun secara kualitas dimana tugas yang harus dikerjakan membutuhkan keahliahan. Bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia maka akan menjadi sumber stres (Davis & Newstron, 2001). Setiap orang di manapun ia berada dalam suatu pekerjaan perawat di rumah sakit, dapat berperan sebagai sumber stres bagi perawat yang lain, hal ini sangat
5
dipengaruhi oleh kepribadian orang tersebut dimana ada yang rentan atau Kepribadian tipe A dan ada yang kebal atau Kepribadian tipe B, (Rosenmen & C, 1980). Mengelola stres pekerjaan perawat di tempat kerja, lebih bersifat pemahaman akan penyebab stres perawat lain dan mengambil tindakan untuk menguranginya dalam rangka pencapaian tujuan keperawatan.
Kondisi dan beban kerja adalah
penting menjadi perhatian untuk mengidentifikasi penyebab stres yang potensial dan pemecahannya, karena stres akan selalu menimpa perawat maupun rumah sakit. Stres sebagai suatu ketidak seimbangan antara keinginan dan kemampuan memenuhinya sehingga menimbulkan konsekuensi penting bagi perawat. Hidayat T (1998) menjelaskan bahwa ada beberapa alasan mengapa stres dalam lingkup pekerjaan perlu diangkat ke permukaan : 1. Masalah stres mempunyai posisi yang sangat penting dalam setiap kegiatan kerja. 2. Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber pada individu, stres juga dipengaruhi oleh faktor dalam organisasi. Oleh karena itu perlu disadari dan dipahami keberadaanya. 3. Pemahaman akan sumber-sumber stres yang disertai pemahaman terhadap upaya penanggulangannya adalah penting sekali bagi para pimpinan dan tenaga keperawatan yang terlibat dalam organisasi untuk kelangsungan organisasi yang sehat dan efektif. 4. Setiap manusia tidak terkecuali perawat akan mengalami stres dalam berbagai tingkatan. 5. Pada saat ini tenaga perawat masih dituntut untuk mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan, di satu pihak peralatan kerja semakin modern dan
6
efisien, dan di lain pihak beban kerja di satuan-satuan organisasi juga semakin bertambah. Keadaan ini menuntut energi, waktu dan pikiran yang lebih banyak bagi perawat sehingga pengalaman-pengalaman stres yang dialami akan menjadi lebih terasa berat. Bagi setiap perawat mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menahan stres, hal tersebut bergantung jenis, lama, dan frekuensi stres yang dialami oleh perawat. Menurut Dantzer dan Kelley, (1989) makin kuat stresor, makin lama dan sering terjadi, sangat berpotensi menurunkan daya tahan tubuh dan mudah menimbulkan penyakit, (Widyastuti, 1999). Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan penelitian untuk mengkaji lebih jauh stres kerja pada kondisi dan beban kerja perawat dalam klasifikasi pasien di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB.
1.2. Rumusan Masalah Pemberian pelayanan kesehatan di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau menerapkan sistem klasifikasi yang terdiri dari empat kategori yaitu pasien militer dan keluarganya (Pamen, Pama, Bintara/Tamtama), pasien PNS Hankam dan keluarganya (Golongan IV, III, II/I), pasien Askes dan pasien Umum, selain penerapan klasifikasi tersebut pasien juga dikategorikan berdasarkan kebutuhan mendapatkan pelayanan kesehatan yaitu pelayanan minimal, intermediate, dan maksimal.
7
Yang paling berperan dalam pelayanan di ruang rawat inap adalah tenaga kerja perawat, karena mereka yang selalu berhadapan dengan kondisi dan beban kerja yang ada selama 24 jam dan tentu saja dapat menimbulkan stres kerja. Hal tersebut yang menjadi masalah peneliti ingin mengetahui tentang tipe perilaku, kondisi dan beban kerja perawat di ruang rawat inap apakah ada hubungannya dengan stres kerja di ruang rawat inap. Stres kerja yang terjadi secara terus menerus akan berpotensi menurunkan daya tahan tubuh dan mudah menimbulkan penyakit, tentu akan berpengaruh terhadap kesehatan tenaga keperawatan dan pada akhirnya terhadap kualitas pelayanan di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB. Untuk itu peneliti membuat rumusan masalah, antara lain : 1.
Apakah ada hubungan tipe perilaku, kondisi kerja, beban kerja terhadap terjadinya stres kerja pada perawat di ruang rawat inap ?
2.
Apakah ada perbedaan tipe perilaku, beban kerja, kondisi kerja dan stres kerja pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap?
3.
Apakah ada perbedaan tipe perilaku, kondisi dan beban kerja terhadap stres kerja?
8
1.3. Landasan Teoritis. KLASIFIKASI PASIEN DI RUANG RAWAT INAP
UPAYA PENGENDALIAN
- KONDISI KERJA - BEBAN KERJA
STRES KERJA
TIPE KEPRIBADIAN PERAWAT
Gambar 1.1. Landasan Teoritis
1.4.
Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini untuk menganalisa stres kerja perawat pada kondisi dan beban kerja dalam klasifikasi pasien di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB diharapkan dapat menjadi masukan bagi pimpinan dalam upaya menanggulangi stres kerja bagi tenaga perawat. 1.4.2. Tujuan khusus 1.4.2.1. Untuk mengetahui kuatnya hubungan tipe perilaku terhadap stres kerja perawat dalam klasifikasi pasien di ruang rawat inap. 1.4.2.2. Untuk mengetahui kuatnya hubungan beban kerja terhadap stres kerja perawat pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap.
9
1.4.2.3. Untuk mengetahui kuatnya hubungan kondisi kerja perawat terhadap stres kerja pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap. 1.4.2.4. Untuk mengetahui perbedaan beban kerja, kondisi kerja dan stres kerja perawat pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap. 1.4.2.5. Untuk mengetahui perbedaan tipe kepribadian, beban kerja dan kondisi kerja pada terjadinya stres kerja perawat.
1.5.
Hipotesis
1.5.1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tipe perilaku terhadap stres kerja pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap. 1.5.2. Terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja terhadap stres kerja pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap. 1.5.3. Terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi kerja terhadap stres kerja pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap. 1.5.4. Terdapat perbedaan beban kerja, kondisi kerja dan stres kerja perawat pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap. 1.5.5. Terdapat perbedaan tipe kepribadian, beban kerja dan
kondisi kerja pada
terjadinya stres kerja perawat.
1.6.
Manfaat Penelitian
1.6.1. Dapat memberikan informasi tentang kondisi dan beban kerja tenaga perawat pada masing-masing klasifikasi ruang rawat inap.
10
1.6.2. Dapat memberikan informasi tentang tipe kepribadian perawat pada tiap klasifikasi pasien ruang rawat inap, sehingga dapat memberi masukan pada pihak rumah sakit dalam penempatan tenaga perawat. 1.6.3. Dapat memberikan informasi tentang stres kerja perawat dalam kondisi dan beban kerja dalam klasifikasi pasien ruang rawat inap, sehingga pihak rumah sakit dapat melakukan upaya penagulangan stres kerja dengan baik terhadap tenaga keperawatan. 1.6.4. Sebagai upaya bagi pihak rumah sakit dalam meningkatkan derajat kesehatan tenaga keperawatan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. 1.6.5. Bahan masukan bagi komando dalam hal ini Kesdam I/BB dan Ditkesad tentang kondisi kerja tenaga perawat di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB. 1.6.6. Sebagai bahan masukan/informasi bagi kelengkapan penelitian lainnya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Stres
2.1.1. Pengertian Stres. Menurut Charles D. Spielberger menyebutkan bahwa stres adalah tuntutantuntutan eksternal yang mengenai seseorang. Stres bisa biasa diartikan sebagai tekanan, ketengangan atau gangguan yang tidak menyenagkan berasal dari luar diri seseorang (Charles A,1992). Menurut Hans Selye, stres adalah respon manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutankbhan yang ada dalam dirinya (Depkes RI, 1989). Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht (2000) bahwa yang dimaksud Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan untutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkunagn tersebut. Menurut Soeharto Heerdjan, (1987), Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang (Sonaryo, 2002). Stres adalah masalah atau tuntutan penyesuaian diri dan karena itu, sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita (Maramis, 1999). Secara umum yang dimaksud stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketengangan emosi, dan lain-lain (Sunaryo, 2002).
11
12
2.1.2. Pengertian Stres Kerja. Stres kerja dikategorikan apabila seseorang mengalami stres melibatkan juga pihak organisasi tempat orang yang bersangkutan bekerja (Rice, 1992), Setiap aspek dari lingkungan kerja dapat dirasakan sebagai stres oleh tenaga kerja, tergantung dari persepsi tenaga kerja terhadap lingkungannya, apabila ia merasakan adanya stres ataukah tidak. Gibeson mengemukakan bahwa stres kerja dikonseptualisasi dari beberapa titik pandang, yaitu stres sebagai stimulus, stres sebagai respon dan stres sebagai stimulus-respon. Stres sebagai stimulus merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada lingkungan. Definisi stimulus memandang stres sebagai suatu kekuatan yang menekan individu untuk memberikan tanggapan terhadap stresor, (Widyastuti, 1999) Luthans (2000), mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stres kerja timbul karena tuntutan lingkungan dan tanggapan setiap individu dalam menghadapinya dapat berbeda. Masalah stres kerja di dalam organisasi perusahaan menjadi gajala yang penting diamati sejak mulai timbulnya tuntutan untuk efisiensi di dalam pekerjaan. Akibat adanya stres kerja tersebut yaitu orang menjadi nervous, merasakan kecemasan yang kronis, peningkatan ketegangan pada emosi, proses berfikir dan kondisi fisik individu. Selain itu sebagai hasil dari adanya stres kerja perawat mengalami beberapa gejala stres yang dapat mengancam
13
dan mengganggu pelaksanaan pekerjaan mereka, seperti mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu terlibat, dan kesulitan dalam masalah tidur, (Widyastuti, 1999). Robin, (2001), memberikan definisi stres sebagai suatu kondisi dinamis dimana individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan (Sunaryo, 2002). 2.1.3. Proses Stres Dalam peristiwa stres, ada tiga hal yang saling terkait satu dengan yang lainnya (Nasution, 2000). a. Hal, peristiwa, kedaan, orang yang menjadi sumber stres (stressor) jika dipandang secara umum, hal-hal yang menjadi sumber stres dipahami sebagai rangsangan (stimulus). b. Orang yang mengalami stres (the stessed), kita dapat memusatkan perhatian pada tanggapan (respons) orang tersebut terhadap hal-hal yang dinilai mendatangkan stres. Tanggapan orang tersebut terhadap sumber stres dapat mempengaruhi pada psikologis dan fisiologis.
Tanggapan ini disebut strain, yaitu tekanan atau
tangangan yang dapat membuat pola pikir, emosi dan prilakunya kacau, dapat membuat gugup dan gelisah. Secara fisiologis kegugupan dan kegelisahan itu dapat berpengaruh pada denyut jantung yang cepat, perut mual, mulut kering, banyak keringat dan lain-lain. c. Hubungan antara orang yang stres dengan keadaan yang penuh stres merupakan proses. Proses ini berpengaruh timbal balik dengan usaha penyesuaian dengan lingkungan stres proses fisik dan perilaku.
14
Kemampuan individu menahan stres berbeda-beda, hal tersebut bergantung pada : a. Sifat dan hakikat stres, yaitu intensitas, lamanya, lokal, dan umum (general). b. Sifat individu yang terkait dengan proses adaptasi. 2.1.4. Tingkatan Stres Hans Selye (1936), dalam Nurmiati Amir (Jiwa, Indonesian Psychiatric Quarterly : XXXII : 4) memperkenalkan suatu konsep tentang stres yang dikenal dengan General Adaptation Syndrom. Ia menyatakan bahwa ada tiga fase yang dapat diidentifikasi bila seseorang terpapar stres, yaitu : 1. Reaksi tanda waspada, dalam keadaan bahaya timbul ketegangan atau ketakutan tubuh memobilisasi sumber-sumber yang ada untuk meningkatan aktivitas mekanisme pertahanan. Terjadi peningkatan aktivitas sistem simpatis yang mengakibatkan peninggian sekresi katekolamin. Tubuh dipersiapkan secara psikofisiologis untuk bereaksi dengan stres tersebut. Muncul reaksi emergensi yang dikenal dengan "melarikan diri atau menyerang". 2. Fase resistensi, terjadi resistensi terhadap stres. Tubuh berusaha beradaptasi dengan stres. Mekanisme defensi bekerja secara maksimum untuk beradaptasi dengan stres. Pada fase ini juga biasanya individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi untuk mengatasi stresor ini. Tubuh berusaha menyeimbangkan proses fisiologis yang telah dipengaruhi selama reaksi waspada untuk sedapat mungkin kembali ke keadaan normal dan pada waktu yang sama pula tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stres. Apabila proses fisiologis telah teratasi maka gejala-gejala stres akan menurun, tubuh akan secepat mungkin berusaha
15
normal kembali karena ketahanan tubuh ada batasnya dalam beradaptasi. Jika stresor berjalan terus dan tidak dapat diatasi/terkontrol maka ketahanan tubuh untuk beradaptasi akan habis dan timbul berbagai keluhan pada individu. 3. Fase kelelahan/kepayahan, terjadi bila fungsi fisik dan psikologis seseorang telah terganggu sebagai akibat selama fase resistensi. Bila reaksi ini berlanjut tanpa adanya pemulihan akan memacu terjadinya penyakit atau kemunduran dan orang tidak dapat mengatasi tuntutan lingkungan yang dirasakan. Fase ini terjadi akibat reaksi tanda waspada datang terlalu kuat atau sering dan berlangsung dalam waktu lama, kebutuhan energi untuk beradaptasi menjadi habis sehingga timbul kelelahan. Akibat yang ditimbulkan pada fase ini adalah ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, binggung, dan panik. Menurut Robert J.Van Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh Dadang Hawari (2001) bahwa tahapan stres sebagai berikut : a. Stres tahap pertama (paling ringan), yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam. b. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung berdebar dan otot kaku. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.
16
c. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak teratur (kadang-kadang diare), otot kaku, emosional, insomia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late insomia), koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan. d. Stres tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari (loyo), aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan. e. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental (physical and psyhological exhaustion), ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, binggung, dan panik. f. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda, seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin dan banyak keluar keringat, loyo, seperti pinsan atau collaps.
17
2.1.5. Gejala Stres Gejala stres menurut Beehr (1987) dibagi menjadi tiga gejala yakni : gejala psikologis, gejala fisik dan perilaku. Tabel 2.1. Gejala stres berdasarkan gejala psikologis, fisik dan perilaku. Gejala Psikologis Kecemasan, ketegangan
Gejala Fisik Meningkatnya nadi dan tekanan darah Binggung, marah, sensitif Meningkatnya sekresi adrenalin Memendam perasaan Gangguan lambung Komunikasi tidak efektif Mudah terluka Mengurung diri Mudah lelah fisik Depresi Kematian Merasa terasing Gangguan kardiovaskuler Kebosanan Gangguan pernafasan Ketidakpuasan kerja Sering berkeringat Lelah mental Gangguan kulit Menurunnya intelektual Kepala pusing Hilang daya konsentrasi Kanker Hilang kreatifitas Ketegangan otot Hilang semangat hidup Sulit tidur
Gejala Perilaku Menunda, menghindari pekerjaan Produktivitas menurun Minuman keras Perilaku sabotase Absensi meningkat Banyak/kurang makan Nafsu makan hilang Tindakan resiko tinggi Kriminalitas Interpersonal tidak baik Cenderung bunuh diri
Menurut Anoraga (2001) gejala stres ringan sampai berat meliputi : a. Gejala badan : Sakit kepala, sakit perut, mudah terkejut, banyak keringat, gangguan pola tidur, lesu, kaku leher belakang sampai punggung, nafsu makan menurun dan lain-lain. b. Gejala emosional : Mudah lupa, sulit konsentrasi, cemas, was-was, mudah marah, mudah menangis, gelisah, dan putus asa. c. Gejala sosial :
18
Banyak merokok, minum alkohol, sering memeriksa pintu dan jendela, mudah bertengkar, menarik diri dan bunuh diri. Cary Cooper dan Alison Straw (1995), mengemukakan gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini : 1. Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembilit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah. 2. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak tertarik, kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jernih, sulit membuat keputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain. 3. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang berlebihan, cemas menjadi lekas panik, kurang percaya diri menjadi rawan, pemarah. Menurut Braham yang dikutip Charles (1997), gejala stres dapat berupa tanda-tanda : 1. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan leher terasa tegang, keringat berlebih, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi. 2. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, dudup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang, dan kelesuan mental.
19
3. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja. 4. Interpersonal, yaitu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain. Dari beberapa uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang dimana ia terpaksa memberikan tanggapan melebihi kemampuan penyesuaian dirinya terhadap suatu tuntutan eksternal (lingkungan). Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri para pekerja berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. 2.1.6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja 1)
Tipe kepribadian. Menurut Andrew Goliszek (2005), dalam buku manajemen stres terdapat tiga tipe kepribadian yaitu kepribadian tipe A, tipe B dan tipe AB. Kepribadian tipe AB merupakan kebanyakan orang yang memiliki sebagian tipe A dan sebagian tipe B. Sebagian karena mengetahui cara berelaksasi serta tidak terlalu agresif dan kompetitif.
20
Kepribadian tipe A rentan (vulnerable) yang disebut A Type Personality dengan pola perilaku Type A Behavior Pattern. Individu dengan tipe ini memiliki resiko tinggi mengalami stres, dengan ciri-ciri kepribadian sebagai berikut : a. Cita-citanya tinggi (ambisius). b. Suka menyerang (agresif) c. Suka bersaing (kompetitif) yang kurang sehat. d. Banyak jabatan rangkap. e. Emosional, yang ditandai dengan mudah marah, mudah tersinggung, mudah mengalami ketegangan, dan kurang sabar. f. Terlalu percaya diri (over confident) g. Self control kuat. h. Terlalu waspada. i. Tindakan dan cara bicaranya cepat dan tidak dapat diam (hiperaktif). j. Cakap dalam berorganesasi (organisatoris). k. Cakap dalam memimpin (leader). l. Tipe kepemimpinan otoriter. m. Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic). n. Bila menghadapi tantangan senang bekerja sendiri. o. Disiplin waktu yang ketat. p. Kurang rileks dan serba terburu-buru. q. Kurang atau tidak ramah. r. Tidak mudah bergaul.
21
s. Mudah empati, tetapi mudah bersikap bermusuhan. t. Sulit dipengaruhi. u. Sifatnya kaku (tidak fleksibel). v. Pikiran tercurah ke pekerjaan walaupun sedang libur. w. Berusaha keras agar segala sesuatunya terkendali. Kepribadian tipe B yang kebal (immune) yang di sebut B Type Personality dengan pola perilaku type B Behavior Pattern. Individu dengan tipe ini kebal terhadap stres, yang ciri-ciri kepribadiannya sebagai berikut : a.
Cita-cita atau ambisinya wajar.
b.
Berkompetisi secara sehat.
c.
Tidak agresif.
d.
Tidak memaksakan diri.
e.
Emosi terkendali, yang ditandai dengan tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung, penyabar, dan tenang.
f.
Kewaspadaan wajar.
g.
Self control wajar.
h.
Self confident wajar.
i.
Cara bicara tenang.
j.
Cara bertindak tenang dan dilakukan pada saat yang tepat.
k.
Ada keseimbangan waktu bekerja dan istirahat.
l.
Sikap dalam memimpin maupun berorganisasi akomodatif dan manusiawi.
m. Mudah bekerja sama (kooperatif). n.
Tidak memaksakan diri dalam menghadapi tantangan.
22
o.
Bersikap ramah.
p.
Mudah bergaul.
q.
Dapat menimbulkan empati untuk mencapai kebersamaan (mutual benefit).
r.
Bersikap fleksibel, akomodatif, dan tidak merasa dirinya paling benar.
s.
Dapat melepaskan masalah pekerjaan ataupun kehidupan di saat libur.
t.
Mampu menahan dan mengendalikan diri.
Kepribadian tipe AB seperti kebanyakan orang mempunyai sebagian karakteristik tipe A dan sebagian lagi tipe B. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman sehingga meningkatkan dirinya dalam upaya berelaksasi. Kepribadian tipe AB mempunyai perilaku yang baik karena hal itu memungkinkan seseorang untuk mencapai sasaran, termotivasi dan produktif. Selain itu seseorang dapat melakukan apapun yang dilakukan orang dengan tipe A tanpa harus merasa bermusuhan, agresif, tidak sabar atau merasa terancam. (Andrew Goliszek, 2005). Kepribadian tipe AB dapat mencapai setiap yang diinginkan sekaligus mempertahankan ketenangan diri dan bersikap rileks adalah sesuatu hal yang dapat kita pelajari. 2)
Kondisi kerja 1. Menurut Cooper (1983) sumber stres antara lain : a. Lingkungan kerja : Kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan pekerja mudah sakit, mengalami stres, dan menurunkan produktivitas
23
kerja. Lingkungan yang kurang nyaman, misalnya panas, berisik, sirkulasi udara kurang, membuat peker muda menderita stres. b. Overload : Overload dapat dibedakan menjadi kuantitatif dan kualitatif. Dikatakan overload secara kuantitatif, bila target kerja melebihi kemampuan pekerja yang bersangkutan, akibatnya mudah lelah dan berada dalam keteganggan tinggi. Overload kualitatif, bila pekerja memiliki tingkat kesulitan atau kerumitan yang tinggi. c. Deprivational stres :
Istilah deprivational stres diperkenalkan oleh
George Every dan Daniel Girdano (1980), yaitu pekerjaan yang tidak lagi menantang atau menarik begi pekerja. Akibatnya timbul berbagai keluhan seperti kebosanan, ketidakpuasan dan sebagainya. d. Pekerjaan berisiko tinggi: Adalah pekerjaan yang beresiko tinggi dan berbahaya bagi keselamatan. 2. Charles, A dan Shanley F. (1997), dalam buku psikologi untuk perawat, menemukan lima sumber stres dalam keperawatan, antara lain : a. Beban kerja berlebihan, misalnya merawat terlalu banyak pasien, mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar yang tinggi, merasa tidak mampu memberi dukungan yang dibutuhkan teman sekerja, dan menghadapi keterbatasan tenaga. b. Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, misalnya mengalami konflik dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak menghargai sumbangsih yang dilakukan, dan gagal membentuk tim kerja dengan staf.
24
c. Kesulitan dalam merawat pasien kritis, misalnya kesulitan menjalankan peralatan yang belum dikenal, mengelola prosedur atau tindakan baru, dan bekerja dengan dokter yang menuntut jawaban dan tindakan cepat. d. Berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien, misalnya bekerja dengan dokter yang tidam memahami kebutuhan sosial dan emosional pasien, terlibat dalam ketidak sepakatan pada program tidakan, merasa tidak pasti sejauh mana harus memberi informasi pada pasien atau keluarga, dan merawat pasien sulit atau tidak bekerjasama. e. Merawat pasien yang gagal untuk membaik, misalnya pasien lansia, pasien yang nyeri kronis, dan pasien yang meninggal selama merawat. 3. Davis dan Newstrom dalam (Margiati, 1999), stres kerja disebabkan adanya tugas yang terlalu banyak. Banyaknya tugas tidak selalu menjadi penyebab stres, akan menjadi sumber stres bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia bagi pekerja. Setiap pekerja mempunyai kemampuan normal menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya. Kemampuan berkaitan dengan keahlian, pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu, terutama bagi perawat
seringkali berhadapan dengan pekerjaan dengan waktu yang
terbatas, akibatnya, perawat dikerja waktu untuk menyelesaikan tugas. 5. Lesley Towner (2002), menyatakan setiap orang dimanapun mereka berada dalam suatu organisasi, adalah suatu sumber stres bagi orang lain. Karena kita tidak bisa mengontrol sepenuhnya apa yang dilakukan orang lain, apa
25
yang mereka katakan, bagaimana mereka berperilaku, bagaimana mereka bereaksi. Kita semua bersifat individual, masing-masing bersifat uniq. Dan semua orang memiliki rentang kendali yang terbatas pada hidup kita. 6. Caron Grainger (1994), menyatakan bahwa menghadapi kematian dan pasien yang sekarat, bersikap baik pada orang yang mungkin tidak anda suakai, berbicara dengan kerabat yang menderita merupakan sumber stres kerja. 2.1.7. Stres dan Daya Tahan Tubuh. Menurut penelitian Baker dan kawan-kawan (1987), stres yang dialami oleh seseorang mengubah sistem kekebalan tubuh dengan cara fithting diesease cells. Plaut dan Friedman (1981), membuktikan bahwa stres sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk menderita penyakit, terkena alergi serta menurunkan sistem autoimmune-nya. Ditemukan bukti bahwa pada saat suasana hati seseorang negatif terjadi penurunan respon antibodi, sedangkan pada saat suasana hati positif respon antibodi meningkat pula. Dantzer dan Kelley (1989), berpendapat tentang stres dalam hubungannya dengan daya tahan tubuh. Pengaruh stres terhadap daya tahan tubuh ditentukan oleh jenis, lama dan frekuensi stres yang dialami oleh seseorang. Makin kuat stresor makin lama dan sering terjadi, sangat berpotensi menurunkan daya tahan tubuh dan mudah menimbulkan penyakit.
26
2.1.8. Akibat Stres Menurut Beehr dalam Freser (1992), stres akan mempunyai dampak terhadap a. Dampak terhadap individu : Dampak stres terhadap individu adalah munculnya masalah yang berhubungan dengan kesehatan, psikologi dan interaksi interpersonal.
Pada gangguan fisik
seseorang yang mengalami stres akan mudah teserang penyakit. Pada gangguan mental stres berkepanjangan akan mengakibatkan ketegangan, hal ini cenderung akan merusak tubuh dan gangguan kesehatan. Pada gangguan interpersonal stres akan lebih sensitif terhadap hilangnya rasa percaya diri, menarik diri dan lain-lain. Reaksi terhadap stres dapat berupa reaksi bersifat psikis maupun fisik. Biasanya perawat yang stres akan menunjukkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku terjdi pada diri manusia sebagai usaha mengatasi stres. Usaha mengatasi stres dapat berupa perilaku melawan stres (flight) atau berdiam diri (freeze). Dalam kehidupan sehari-hari ketiga reaksi ini biasanya dilakukan secara bergantian, tergantung situasi dan bentuk stres. Perubahan-perubahan ini di tempat kerja merupakan gejala-gejala individu yang mengalami stres antara lain (margiati, 1999) : 1) Bekerja melewati batas kemampuan. 2) Keterlambatan masuk kerja yang sering. 3) Ketidakhadiran tenaga kerja. 4) Kesulitan membuat keputusan. 5) Kesalahan yang sembrono. 6) Kelalaian menyelesaikan pekerjaan.
27
7) Lupa akan janji yang telah dibuat dan kegagalan diri sendiri. 8) Kesulitan berhubungan dengan orang lain. 9) Kerisauan tentang kesalahan yang dibuat. 10) Menunjukkan gejalan fisik seperti pada alat pencernaan, tekanan darah tinggi, radang kulit, radang pernafasan. Munculnya stres, baik yang disebabkan oleh sesuatu yang menyenangkan atau sesuatu yang tidak menyenangkan akan memberikan akibat tertentu pada seseorang. Cox (dalam Handoyo, 2001) membagi empat jenis konsekuensi yang dapat ditimbulkan stres, yaitu : 1) Pengaruh psikolois, yang berupa kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri yang rendah. 2) Pengaruh perilaku, yang berupa peningkatan komsumsi alkohol, perubahan nafsu makan, penyalagunaan obat-obatan, menurunnya semangat untuk berolahraga yang berakibat timbulnya beberapa penyakit. Pada saat stres juga terjadi peningkatan intensitas kecelakaan, baik di rumah, ditempat kerja atau di jalan. 3) Pengaruh kognitif, yaitu ketidakmampuan mengambil keputusan, kurangnya konsentrasi, dan peka terhadap ancaman. 4) Pengaruh fisiologis, yaitu menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik yang berupa penyakit yang sudah diterima sebelumnya, atau memicu timbulnya penyakit tertentu.
28
b. Dampak terhadap organisasi : Pekerja yang mengalami stres akan berpengaruh pada kualitas kerja dan kesehatan pekerja terganggu berupa kekacauan manajeman dan operasional kerja. Meningkatnya absensi dan banyak pekerjaan yang tidak terlaksana. Redall Schuller (dalam Rini, 2002), mengidentifikasi beberapa perilaku negatif tenaga kerja yang berpengaruh terhadap organisasi. Menurut peneliti ini, stres yang dihadapi oleh tenaga kerja berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja serta tendesi mengalami kecelakaan. Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres kerja dapat berupa : 1) Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja. 2) Mengganggu kenormalan aktivitas kerja. 3) Menurunkan tingkat produktivitas. 4) Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian financial yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya.
2.2.
Kondisi Kerja Kondisi kerja meliputi variabel lingkungan fisik seperti distribusi jam kerja,
suhu, penerangan, suara dan ciri-ciri arsitektur tempat kerja. Sudah dapat dijelaskan dengan baik bahwa variabel-variabel tadi mempengaruhi sikap dan perilaku kerja. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangan dalam penerapan penelitian yang sesuai
29
dengan situasi organisasi tertentu termasuk bagaimana biasanya pekerjaan dilakukan, karakteristik tenaga kerja yang terlibat, dan aturan standar eksternal yang sesuai. (Occupational Safety and Health Administration, 1970) dalam Psikologi Industri, (1998). Kondisi kerja yang buruk berpotensi menyebabkan pekerja mudah sakit, mengalami stres psikologis dan menurunkan produktivitas kerja. Keamanan dan kesehatan pekerja hanyalah sebagian dari fungsi kondisi kerja, tetapi kondisi ini tetap merupakan pusat perhatian bagi mereka yang memperhatikan isu ini. Aspek-aspek kondisi kerja yang diatur oleh OSHA adalah bahan dan peralatan kerja, metode kerja, dan praktek keperawtan yang umum. Kondisi lingkungan kerja, dapat menyebabkan ketidaknyamanan seseorang dalam menjalankan pekerjaanya misalnya suhu udara dan kebisingan, karena beberapa orang sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan (Muchins dalam Margiati, 1999). Lazarus dan Folkman (1984), menyatakan timbulnya suatu rangsangan dari lingkungan ekstrenal dan internal yang dirasakan oleh individu melalui sikap tertentu. Hal yang menentukan apakah suatu hubungan dengan seseorang atau lingkungan tertentu menimbulkan stres bergantung pada penilaian kognitif individu tentang situasi.
2.3.
Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang
harus diselesaiakan dalam batas waktu tertentu. Beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan pembangkit stres. Beban kerja secara kuantitatif timbul
30
akibat tugas-tugas terlalu banyak atau sedikit, sedangkan secara kualitatif jika pekerja merasa tidak mampu untuk melakukan tugas, atau tugas tidak menggunakan keterampilan atau potensi dari tenaga kerja. Beban kerja secara kuantitatif dan kualitatif dapat menimbulkan kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam kerja yang sangat banyak, hal ini merupakan sumber tambahan stres. Everly & Girdano (dalam munandar, 2001), menambahkan kategori lain dari beban kerja, yaitu kombinasi dari beban kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif. Beban berlebih secara fisikal ataupun mental, yaitu harus melakukan terlalu banyak hal, merupakan kemungkinan sumber stres pekerjaan. Unsur yang menimbulkan beban berlebih kuantitatif ialah kondisi kerja, yaitu setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan cermat. Pada saat tertentu hal ini merupakan motivasi dan menghasilkan prestasi, namun bila desakan waktu menyebabkan banyak kesalahan atau menyebabkan kondisi kesehatan seseorang berkurang, maka ini merupakan cerminan adanya beban berlebih kuantitatif. Beban kerja terlalu sedikit kuantitatif juga dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Pada pekerjaan yang sederhana, dimana banyak terjadi pengulangan akan timbul rasa bosan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari, sebagai hasil dari terlampau sedikitnya tugas yang harus dilakukan, dapat menghasilkan berkurangnya perhatian. Hal ini secara potensial membahayakan jika tenaga kerja gagal untuk bertindak tepat dalam keadaan darurat. Beban berlebihan kualitatif merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh manusia makin beralih titik beratnya pada pekerjaan otak. Pekerjaan makin menjadi majemuk.
31
Kemajemukan yang harus dilakukan seorang tenaga kerja dapat dengan mudah berkembang menjadi beban berlebihan kualitatif jika kemajemukannya memerlukan kemampuan teknikal dan intelektual yang lebih tinggi daripada yang dimiliki. Pada titik tertentu kemajemukan pekerjaan tidak lagi produktif, tetapi menjadi destrutif. Pada titik tersebut kita telah melewati kemampuan kita untuk memecahkan masalah dan menalar dengan cara yang konstruktif. Timbullah kelelahan mental dan reaksireaksi emosional dan fisik. Penelitian menunjukkan bahwa kelelahan mental, sakit kepala, dan gangguan-gangguan pada perut merupakan hasil dari kondisi kronis dari beban berlebih kualitatif. Beban terlalu sedikit kualitatif merupakan keadaan dimana tenaga kerja tidak diberi peluang untuk menggunakan keterampilan yang diperolehnya, atau untuk mengembangkan kecakapan potensialnya. Beban terlalu sidikit disebabkan kurang adanya rangsangan akan mengarah ke semangat dan motivasi yang rendah untuk kerja. Tenaga kerja akan merasa bahwa ia "tidak maju-maju" dan merasa tidak berdaya untuk memperlihatkan bakat dan keterampilannya (Sutherlan & Cooper dalam Munandar, 2001).
2.4.
Tenaga Perawat. Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (Undang-Undang Kesehatan No, 23, 1992). Seorang perawat dikatakan profesional jika memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan
32
keperawatan profesional serta memiliki sikap profesional sesuai kode etik profesi. Husein (1994), menegaskan bahwa yang dimaksud dengan keterampilan profesional keperawatan bukan sekedar terampil dalam melakukan prosedur keperawatan, tetapi mencakup keterampilan interpersonal, keterampilan intelektual dan keterampilan teknikal. Profil perawat profesional adalah gambaran dan penampilan menyeluruh perawat dalam melakukan aktifitas keperawatan sesuai kode etik keperawatan. Aktivitas keperawatan meliputi peran dan fungsi pemberian asuhan/pelayanan keperawatan, mencakup peran sebagai pelaksanan, pengelolaan institusi keperawatan, pendidik klien (individu, keluarga dan masyarakat) serta kegiatan penelitian dibidang keperawatan. 2.4.1. Hak-hak Perawat. Perawat mempunyai hak yang sama dengan yang umumnya diberikan masyarakat pada semua orang. Tetapi di samping itu, umumnya disepakati bahwa para perawat juga mempunyai hak profesional, hak-hak profesional perawat menurut Claire Fagin (1975), sebagai berikut : 1. Hak memperoleh martabat dalam rangka mengekspresikan dan meningkatkan dirinya melalui penggunaan kemampuan khsusnya dan sesuai dengan latar belakang pendidikannya. 2. Hak memperoleh pengakuan sehubungan dengan kontribusinya melalui ketetapan yang diberikan lingkungan untuk praktik yang dijalankan serta imbalan ekonomi sehubungan dengan profesinya.
33
3. Hak mendapatkan lingkungan kerja dengan stres fisik dan emosional serta resiko kerja yang seminimal mungkin. 4. Hak untuk melakukan prakteik-praktik profesi dalam batas-batas hukum yang berlaku. 5. Hak menetapkan standar yang bermutu dalam perawatan yang dilakukan. 6. Hak berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan yang berpengaruh terhadap perawatan. 7. Hak untuk berpartisipasi dalam organisasi sosial dan politik yang mewakili perawat dalam meningkatkan asuhan kesehatan. 2.4.2. Kewajiban Perawat. Iswani (2000) dalam Etika Keperwatan menyatakan kewajiban perawat sebagai berikut : 1. Perawat wajib mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan. 2. Perawat wajib memberikan pelayanan atau asuhan keperawaan sesuai dengan standar profesi dan batas-batas kegunaanya. 3. Perawat wajib menghormati hak-hak pasien/klien. 4. Perawat wajib merujuk pasien/klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, bila yang bersangkutan tidak dapat mengatasnya sendiri. 5. Perawat
wajib
memberikan
kesempatan
kepada
pasien/klien
untuk
berhubungan dengan keluarganya, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan atau standar profesi yang ada.
34
6. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien/klien untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan agama atau kepercayaan masing-masing sepanjang tidak mengganggu pasien yang lain. 7. Perawat wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan terkait lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada pasien/klien. 8. Perawat wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien/klien dan atau keluarganya sesuai dengan batas kemampunnya. 9. Perawat wajib meningkatkan mutu pelayanan keperawatannya sesuai dengan standar profesi keperawatan demi kepuasan pasien/klien. 10. Perawat wajib membua dokumentasi asuhan keperawatan secara akurat dan berkesinambungan. 11. Perawat wajib mengikuti perkembangan IPTEK keperawatan atau kesehatan secara terus-menerus. 12. Perawat wajib melakukan pelayanan darurat sebagai tugas kemanusiaan sesuai dengan batas-batas kewenangannya. 13. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien/klien, kecuali jika diminta keterangan oleh pihak yang berwenang. 14. Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuat sebelumnya terhadap institusi tempat kerja.
35
2.4.3. Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit Pelayanan keperawatan di Rumah Sakit merupakan kepedulian yang mendalam dari seorang perawat terhadap pasien di Rumah Sakit.
Pelayanan keperawatan
bertugas membantu individu, keluarga dan kelompok seoptimal mungkin dalam ruang lingkup kehidupan dan pekerjaannya. Perawat harus mampu melakukan upaya promosi dan pemeliharaan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit. Gillies (1989), menyatakan bahwa manajeman keperawatan merupakan proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan, untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman bagi pasien. Griffith (1987), kegiatan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit dapat dibagi menjadi keperawatan klinik dan manajeman keperawatan, kegiatan keperawatan klinik antara lain adalah pemberian motivasi dan dukungan emosi pasien, pemberian obat, komunikasi, menjalin hubungan dan menjaga lingkungan tempat perawatan. Sedangkan manajemen keperawatan adalah penanganan administratif, monitoring mutu pelayanan, ketenagaan dan lain-lain. Dengan demikian pelayanan keperawatan ternyata tidak hanya dibatasi oleh pagar Rumah Sakit saja, keunikan disiplin ilmu keperawatan yang selalu memandang sistem custumer tidak hanya sebagai individu tetapi juga merupakan bagian dari keluarga dan masyarakatnya.
36
2.5. Klasifikasi Pasien 2.5.1. Pengertian. Klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien menurut jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka untuk mendapatkan perawatan dalam ruang rawat inap. Dalam banyak sistem klasifikasi pasien dikelompokan sesuai dengan ketergantungan mereka pada pemberian perawatan atau sesuai dengan waktu memberi perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan (Arwani & Heru dalam Manajemen Keperawatan Bangsal, 2004). Klasifikasi pasien sangat diperlukan sehubungan dengan kebutuhan perawatan selama 24 jam sehingga dapat menentukan kebutuhan tenaga. Gillies (1994), mengungkapkan bahwa dalam kegiatan manajemen keperawatan ada dua kegiatan pokok yaitu bagaimana pelaksaan asuhan keperawatan dan bagaimana mengelola manajemen ruangan secara keseluruhan. Klasifikasi pasien adalah pengelompokkan pasien berdasarkan statusnya pangkat dan golongan pasien dalam rangka memudahkan proses administrasi dan pemberian pelayanan di ruang rawat inap. Dalam sistem klasifikasi di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB pasien dikelompokkan menjadi empat kelompok yaitu pasien militer & keluarganya (Pamen, Pama, Ba/Ta), PNS Hankam (Gol. IV, III, II/I), pasien Askes, dan pasien Umum (Skep Kasad dan Juklak tatacara penerimaan pasien di Rumkit jajaran Kesad, 1989).
37
2.5.2. Tujuan Klasifikasi Pasien Tujuan klasifikasi pasien adalah menghargai setiap pasien sesuai dengan status dan kondisinya dalam memperoleh pelayanan kesehatan di ruang rawat inap sehingga terciptanya pelayan kesehatan yang prima dan dukungan kesehatan yang handal dalam setiap klasifikasi dengan demikian tugas pokok Rumkit dapat tercapai yaitu memberikan dukungan kesehatan bagi prajurit dan keluarganya serta bagi PNS TNI Hankam dan keluarganya, juga ikut serta dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan memberikan pelayanan yang bermutu, menyeluruh dan terjangkau bagi masyarakat umum (Skep Kasad dan Juklak, Tata cara penerimaan pasien, 1989). Klasifikasi pasien selain untuk menghargai setiap pasien sesuai dengan klasifikasinya juga untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit serta mengukur kebutuhan tenaga perawat secara kuantitas dan kualitas di setiap unit yang mencakup tiga kategori, Donglas (1984), terdiri dari : 1. Perawatan minimal yang memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam. Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah klien masih dapat melakukan sendiri kebersihan diri, mandi dan ganti pakaian termasuk minum. Observasi tanda vital dilakukan setiap shift, pengobatan minimal, status psikologis stabil dan persiapan prosedur memerlukan pengobatan. 2. Perawatan itermediate yang memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam. Kreteria klien pada klasifikasi ini adalah klien masih perlu bantuan dalam memenuhi kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi serta perlunya observasi dan tanda vital 4 jam.
38
Klien memerlukan pengobatan lebih dari sekali, klien dengan pemasangan infus serta persiapan pengobatan memerlukan prosedur 3. Perawatan maksimal atau total yang memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam. Kreteria klien pada klasifikasi ini adalah klien harus dibantu tentang segala sesuatunya, posisi yang diatur, observasi tanda vital setiap 2 jam, makan memerlukan slang nasogastrik (NG), menggunakan terapi intravena, pemakaian alat pengisap (suction) dan kadang klien dalam kondisi gelisa/disorentasi. Dalam petunjuk pelaksanaan penerimaan pasien di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB (1989) dinyatakaan bahwa tujuan pelaksanaan klasifikasi pasien adalah untuk memberikan penghargaan tiap klasifikasi pasien dalam menerima pelayanan sehingga tercipta kemudahan dalam tata administrasi
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1.
Tempat dan Waktu
3.1.1. Tempat Penelitian dilakukan di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB, Jalan Putri Hijau, Nomor 17 Medan. Sebagai rumah sakit TNI AD yang memberikan pelayanan kesehatan kepada anggota TNI dan keluarganya, PNS Hankam dan keluarganya, peserta Askes serta masyarakat umum.
3.1.2. Waktu Penelitian di mulai dengan melakukan penelusuran pustaka, dilanjutkan dengan survey awal dan mempersiapkan proposal penelitian, membuat materi instrumen lapangan berupa angket dan kuesioner yang ditujukan untuk menilai beban dan kondisi kerja serta menilai stres kerja perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
Pengumpulan, pengolahan data serta menganalisa data dan pembuatan
laporan penelitian. Perencanaan dan penyelesaian penelitian berlangsung selama 6 (enam) bulan dimulai bulan Januari 2007 sampai dengan bulan Juni 2007.
3.2.
Rancangan Jenis Penelitian Jenis penelitian termasuk rancangan penelitian survei analitik untuk
mengetahui fenomena stres kerja dari penerapan sistim klasifikasi pasien pada ruang rawat inap dan mengetahui seberapa besar kontribusi faktor resiko sistim klasifikasi pasien ruang rawat inap terhadap faktor efek kondisi dan beban kerja, serta mengetahui seberapa besar kontribusi kondisi dan beban kerja terhadap stres kerja.
39
3.3.
Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan, berstatus sebagai TNI atau pengawai negeri sipil. Populasi berjumlah 83 (delapan puluh tiga) orang perawat, tidak termasuk perawat yang bekerja di ruang V (rawat jiwa), ruang ICU, ICCU dan Kamar Operasi karena sifat perawatan yang berbeda. 3.3.2. Sampel Sampel yang digunakan adalah keseluruhan populsi tenaga perawat yang bekerja di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB. 3.4.
Variabel Yang Diamati
3.4.1. Variabel Tidak Bebas (Dependent Variabel) Variabel tergantung adalah variabel yang menjadi fokus penelitian dan merupakan akibat dari variabel lain. Termasuk variabel ini adalah stres kerja yang dialami responden. 3.4.2. Variabel Bebas (Independent Variabel) Variabel bebas adalah variabel yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variabel tergantung yaitu Kondisi dan Beban kerja perawat dalam penerapan Klasifikasi pasien di rumah sakit. 3.4.3. Variabel Moderator (Moderating variable) Variabel moderator adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah dan mempengaruhi antara hubungan variabel bebas Klasifikasi pasien rawat inap dengan variabel tidak bebas Stres kerja yaitu Tipe Kepribadian Perawat.
40
3.5.
Manajemen Data
3.5.1. Sumber Data Pengumpulan data diambil dari data primer dan data skunder : a. Data primer Data primer berupa data tentang tipe kepribadian, kondisi dan beban kerja yang merupakan dampak dari sistem klasifikasi pasien ruang rawat inap. Data tersebut diperoleh dari hasil wawancara face-to-face dengan kepala ruangan serta hasil proses assesment perawat yang menjadi sampel atas kuesioner penelitian. b. Data sekunder Diperoleh dari studi dokumentasi dengan mempelajari data-data tentang karakteristik dan riwayat pekerjaan responden pada masing-masing sampel penelitian. 3.5.2. Cara Pengumpulan Data Pengambilan data penelitian dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : 1. Pengamatan/Observasi. Observasi dengan melakukan pengamatan pada kondisi dan beban kerja yang ada di ruang rawat inap. 2. Wawancara. Wawancara dengan kepala ruangan dan para perawat, untuk memperoleh informasi mendalam tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kondisi dan beban kerja serta stres kerja perawat. 3. Kuesioner. Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk dijawab/diconteng pada kuesioner yang diberikan kepada responden tentang
41
identitas (lampiran 1), Tipe Kepribadian (lampiran 2), Beban kerja (lampiran 3), dan Kondisi kerja (lampiran 4), serta Stres kerja (lampiran 5). 3.5.3. Pengukuran Variabel Pengukuran variabel dilakukan dengan menggunakan Skala Likert, dimana responden hanya memberikan tanda (9) pada kolom angka pada masing-masing butir pertanyaan yang dianggap sesuai dengan responden. Tabel 3.1. Pengukuran Variabel. Bobot Nilai Satu Indikator Jarang KadangTidak Biasa Selalu kadang pernah nya
No
Variabel
Jumlah pertanyaan
1
Kondisi kerja
16
1
2
3
4
5
Bobot nilai satu variabel 16-80
2
Beban kerja
13
1
2
3
4
5
13-65
3
Tipe
30
1
2
3
4
5
30-150
50
1
2
3
4
5
50-250
Kepribadian 4
Stres kerja
Selanjutnya skor-skor yang diperoleh dari setiap pertanyaan pada responden dikonversikan kedalam tiga skala interval (ringan, sedang dan berat), dengan menggunakan sebaran data pada kurva distribusi normal (Sudjana,2002), yaitu :
Sedang Rendah μ-σ
Tinggi μ+σ
μ
Gambar 3.1. Kurve distribusi normal untuk interval kategori ringan, sedang dan berat dimana : σ = standar deviasi dengan rumus :
σ
=
∑
x
2
−
(∑
n − 1
x)
2
n
42
μ
= rata-rata, dengan rumus : υ =
∑x n
Dari sebaran distribusi normal tersebut dilakukan pengkategorian untuk masing-masing variabel penelitian sebagai berikut : Tabel 3.2. Pengkategorian tipe kepribadian, kondisi, beban dan stres kerja Variabel
Kategori 1 = Tipe B 2 = Tipe AB Tipe Kepribadian 3 = Tipe A 1 = Tidak menyenangkan 2 = Kurang menyenangkan Kondisi Kerja 3 = Menyenangkan 1 = Ringan 2 = Sedang Beban Kerja 3 = Berat 1 = Reaksi tanda waspada/Ringan 2 = Fase Resistensi/Sedang Stres Kerja 3 = Fase Kelelahan/Berat 3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa
Rentang Skor < μ-σ antara μ+σ > μ+σ < μ-σ antara μ+σ > μ+σ < μ-σ antara μ+σ > μ+σ < μ-σ antara μ+σ > μ+σ
3.6.1. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan komputer memakai metode statistik dan data dianalisa menggunakan analisa regresi untuk mengetahui kuatnya hubungan antara variabel tipe kepribadian, kondisi dan beban kerja pada penerapan klasifikasi pasien ruang rawat inap serta melakukan uji anova terhadap variabel dengan menggunakan software SPSS. 3.6.2. Analisa Data Data primer dan skunder yang telah dikumpulkan dianalisa dengan proses pengolahan data yang mencakup antara lain kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
43
1.
Editing Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan/meneliti satu persatu setiap jawaban yang telah diisi oleh responden, guna mengoreksi kekeliruhan.
2.
Tabulating Kegiatan diawali dengan memberikan skor terhadap jawaban responden, kemudian menyajikan data tersebut ke dalam tabel. Analisis data Analisa data dilakukan dengan menggunakan analysis regresi untuk mengetahui kuatnya hubungan tipe kepribadian, beban dan kondisi kerja terhadap stres kerja dan anaysis Anova untuk mengetahui perbedaan tipe kepribadian, beban, kondisi dan stres kerja pada penerapan klasifikasi pasien.
3.7.
Kerangka Konsep.
KLASIFIKASI PASIEN Ru.I
Ba/Ta (Pr)
Ru.II Ba/Ta (Lk) Ru.III Anak-anak Ru.IV Obsgyn R.VI Pama R.VII Bedah R.VIII Bedah R.X Pamen
PERAWAT
3.
Kondisi Kerja Beban Kerja
STRES KERJA
Tipe Kepribadian
R.XI Pemen
UAPAYA PENGENDALIAN
R.XII (Askes)
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 44
Dari gambar kerangka konsep diatas, dapat dijelaskan bahwa peneliti ingin mengetahui terjadinya Stres Kerja dari variabel kondisi, beban dan tipe kepribadian perawat dengan adanya penerapan klasifikasi pasien di ruang rawat inap. Dari ketiga variabel tersebut diharapkan diketahui faktor mana yang paling dominan menimbulkan stres sehingga memberi masukan terhadap upaya penanggulangan stres.
3.8.
Definisi Operasional.
1. Klasifikasi pasien adalah sistem yang diterapkan Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB dalam mengelompokan pasien untuk memperoleh pelayanan kesehatan. 2. Kondisi kerja meliputi variabel lingkungan kerja, situasi kerja, kondisi yang ada baik fisik berupa kebisingan, penataan peralatan dan ruangan, maupun psikis berupa peraturan, keluhan dan tuntutan, serta hubungan sosial. 3. Beban kerja adalah keadaan dimana perawat dihadapkan pada tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan perawat baik secara kuantitatif yaitu banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan maupun secara kualitatif yaitu tingkat kesulitan atau kerumitan kerja. 4. Tipe Kepribadian merupakan pola perilaku perawat dalam menghadapi dan menerima kondisi dan beban kerja yang ada. Dimana tipe kepribadian ada 3 jenis yaitu tipe A, tipe AB, dan tipe B. 5. Stres Kerja adalah pengaruh yang ditimbulkan dari efek penerapan klasifikasi pasien berupa keluhan dan perasaan yang dialami tenaga keperawatan dari beban dan kondisi kerja dalam penerapan klasifikasi pasien.
45
3.9. Jadwal Pelaksanaan Jadwal pelaksanaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.3. Jadwal pelaksanaan kegiatan penyusunan tesis No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kegiatan
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Penelusuran pustaka Studi Pendahuluan Konsultasi Judul dengan Ketua Program Konsultasi Pembimbing Pengurusan Administrasi Penelitian Persiapan Bahan Kolokium Kolokium Persiapan alat dan bahan Pengumpulan data Pengolahan dan analisa data Penyusunan laporan Tesis Seminar hasil
46
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian
4.1.1. Lokasi Penelitian dan Gambaran Umum Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan Kesdam I/BB. Rumah Sakit (Rumkit) Tk II Putri Hijau Medan Kesdam I/BB, merupakan rumah sakit dibawah naungan Kesehatan TNI Angkatan Dasat (Kesad) yang berada di wilayah Kodam I/BB. Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB dengan segenap fasilitas dan kemampuannya menyelenggarakan fungsi kuratif dan rehabilitasi medik, preventif terbatas, dukungan kesehatan terbatas, secara terus menerus diwilayah Kodam I/BB meliputi pelayanan Bedah, Penyakit Dalam, Jantung, Kulit dan kelamin, Obsgyn, Kesehatan Anak, Penyakit Mata, THT, Syaraf dan Jiwa, Gigi serta Ragiologi. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Rumkit menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada Militer TNI AD dan keluarganya, PNS Hankam dan keluarganya Peserta Askes dan masyarakat umum. Untuk memudahkan sistem administrasi Rumkit merapkan sistem klasifikasi pasien kedalam ruang rawat inap yang terdiri dari 10 ruang tidak termasuk ruang V (Kesehatan jiwa) dan ICU. Terdapat 83 tenaga perawat, dengan rincian sebagaimana tersebut dalam tabel 4.1.
47
48
Tabel 4.1. Klasifikasi ruangan rawat inap N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ruang
Klasifikasi ruangan
I II III IV VI VII VIII X XI XII
Ba/Ta (Gol II/I) & Keluarga, kasus P.Dalam, wanita Ba/Ta (Gol II/I) & Keluarga, kasus P. Dalam, pria Perawatan anak Obsgyn Pa & Keluarganya, kasus Penyakit dalam Ba/Ta & Keluarganya, kasus Bedah + Dokmil Ba/Ta & Keluarganya, kasus Bedah + Dokmil Pamen/Pejabat & Keluarganya Pamen & keluarganya Askes/Purnawirawan & keluarganya Jumlah
Jumlah perawat 9 8 7 9 6 10 9 8 9 8 83
Waktu kerja perawat rawat inap terdiri dari 3 (tiga) shift kerja yaitu pagi pukul 7.30-15.00, shift kerja sore 15.00-21.00 dan shift kerja malam 21.00-7.30. Jumlah tenaga kerja di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB, terdiri dari : a.
Kuantitas berdasarkan Daftar Susunan Personel (DSP) Tabel 4.2. Kuantitas personel Rumkit No. 1
2
Status Militer Pamen Pama Bintara Tamtama PNS Gol IV Gol III Gol II Gol I Jumlah
DSP
Nyata 70
40 10 13 7
% 104
19 6 70 29
47 60 538 414
391 9 46 336 -
266
68
470
0 157 56 120 102
65 189 12 461
149
49
b.
Kualitas Personel Tabel 4.3. Kualitas personel Rumkit No 1 2 3 4 5 6 7
Militer Aktif Purn 4 2 3 9 12 2 74 13 104 12
Kualifikasi Dokter umum Dokter gigi Dokter spesialis Ahli Gizi Apoteker Paramedis Non paramedis Jumlah
PNS 9 2 1 209 36 257
Dep kes 7 1 5 17 3 33
Kon sultan 5 1 1 6
Jumlah 20 5 33 1 2 300 52 412
4.1.2. Tugas dan kewajiban Rumkit Rumkit Tk II Putri Hijau Medan dipimpin oleh Karumkit yaitu seorang Pamen Angkatan Darat (AD) berpangkat Kolonel Ckm, merupakan unsur pelaksana Kakesdam dalam menyelenggarakan fungsi perumahsakitan ditingkat Kodam dengan tugas kewajiban sebagai berikut: 1)
Menyelenggarakan perumahsakitan,
dan
membina
organisasi,
sistem,
serta metode
mengendalikan dan
prosedur
fungsi kerja
dilingkungan Rumkit. 2)
Meningkatkan kesejahteraan, daya guna, hasil guna kemampuan kerja dan pengembangan dalam rangka kesiapan satuan serta keserasian kerja di Rumkit.
4.1.3. Prosedur Kerja Perawat Ruang Rawat Inap. Dalam upaya mendukung tugas Rumkit, perawat ruang rawat inap tidak terlepas dengan kegiatan umum yang berlaku di lingkungan TNI Angkatan Darat yaitu memulai dan mengakhiri pekerjaan dengan apel bersama, melaksanakan senam pagi, serta melakukan kebersihan lingkungan bersama. Secara khusus prosedur kerja perawat ruang rawat inap yang meliputi :
50
1)
Melayani seluruh pasien organik militer maupun sipil beserta keluarganya, pasien pensiunan/Askes dan pasien umum termasuk Askeskin.
2)
Membaca buku rawatan dan melihat status, rencana tindakan yang ada pada papan rencana kegiatan sebelum dokter melaksanakan visite di ruangan.
3)
Mendapingi dokter visite terhadap pasien untuk pemeriksaan selanjutnya atau pemeriksaan penunjang seperti ; laboratorium, rontgen, EKG dan sebagainya.
4)
Perawat melakukan pengecekan segala persiapan operasi yang berhubungan dengan jenis dan indikasi tindakan operasi dan post operasi, perawat kembali menjemput pasien dari kamar operasi dan membaca instruksi yang diberika oleh dokter yang melakukan tindakan operasi.
5)
Memberikan obat-obatan terhadap pasien atas anjuran dokter.
6)
Melakukan tindakan personal higiene, pengendalian infeksi nosokomial, penerapan asuhan keperawatan sampai pasien dapat disembuhkan atau tidak tertolong.
7)
Menyelesaikan administrasi bagi pasien yang akan pulang.
4.1.4. Karakteristik Subjek Penelitian Subyek dalam penelitian adalah tenaga perawat yang bekerja di ruang rawat inap sebanyak 83 orang perawat. Jumlah tersebut tidak termasuk kepala ruangan dan tenaga kerja sukarela yang bekerja di ruang rawat inap. Dengan karakteristik sebagai berikut : 1)
Karakteristik berdasarkan Status Kepegawaian Tabel 4.4. Distribusi Perawat Berdasarkan Status Kepegawaian. Status Kepegawaian Militer PNS Jumlah
Pria 6 10 16
Wanita 3 64 67
Jumlah 9 74 83
% 10,8 89,2 100,0
51
Dari tabel 4.4. di atas dapat diketahui tenaga perawat paling banyak adalah berstatus PNS yaitu sebanyak 74 orang (89,2%) terdiri dari 64 perawat wanita dan 10 perawat pria, sedang militer hanya 9 orang (10,8%) terdiri dari 6 pria dan 3 wanita. 2)
Karakteristik berdasarkan Latarbelakang Pendidikan. Karakteristik berdasarkan latarbelakang pendidikan dengan distribusi sebagai mana tersebut pada tabel 4.5. Tabel 4.5. Distribusi Perawat berdasarkan Latarbelakang Pendidikan Pendidikan SPK D III (Akper/Akbid) S1 Keperawatan Jumlah
Jumlah (orang) 32 48 3 83
Jumlah (%) 38,6 57,8 3,6 100,0
Dari tabel 4.5. di atas dapat diketahui tenaga perawat paling banyak adalah berpendidikan D III Kesehatan (Akper & Akbid) yaitu sebanyak 48 orang (57,8%) dan berpendidikan SPK 32 orang (38,6%) serta jumlah perawat berpendidikan S1 Keperawatan sebanyak 3 orang (3,6%). 3)
Karakteristik berdasarkan Usia. Karakteristik berdasarkan usia,
menurut Fieldman (1996), orang dewasa
dibagi menjadi 3 fase yaitu Early Adulthood (fase dewasa awal) usia 20<40 tahun, Middle age (fase setengah baya) usia 40-45 tahun, dan old age (dewasa lanjut) usia >45 tahun (Murbin & Ani Cahyadi, 2006). Tabel 4.6. Distribusi Perawat berdasarkan Usia Usia perawat 20-40 tahun 40-45 tahun >45 tahun Jumlah
Jumlah (orang) 49 22 12 83
Jumlah (%) 59,0 26,5 14,5 100,0
52
Dari tabel 4.6. di atas dapat diketahui tenaga perawat paling banyak pada usia 20-40 tahun sebanyak 49 orang (59,0%) dan usia 40-45 tahun sebanyak 22 orang (26,5%) serta jumlah yang terkecil adalah perawat berusia 45-60 tahun sebanyak 12 orang (14,5%). 4)
Karakteristik berdasarkan Masa Kerja. Karakteristik berdasarkan masa kerja di ruang rawat inap tempat perawat bekerja saat ini dibagi menjadi tiga dengan distribusi sebagai mana tersebut pada tabel 4.7. Masa kerja yang terlalu lama dapat menimbulkan kebosanan (As'ad, 2000). Tabel 4.7. Distribusi Perawat Berdasarkan Masa Kerja Masa kerja < 5 tahun 5 - 10 tahun > 10 tahun Jumlah
Jumlah (orang) 21 38 24 83
Jumlah (%) 25,3 45,8 28,9 100,0
Dari tabel 4.7. di atas diketahui tenaga perawat di ruang rawat inap yang memiliki masa kerja 5-10 tahun sebanyak 38 orang (45,8%) dan masa kerja > 10 tahun sebanyak 24 orang (28,9%) serta masa kerja < 5 tahun sebanyak 21 orang (25,3%). 5)
Karakteristik berdasarkan Tipe Kepribadian. Karakteristik berdasarkan tipe kepribadian perawat di setiap ruang rawat inap, dibagi menjadi tiga tipe kepribadian yaitu tipe A, tipe AB dan tipe B (Andrew Goliszek, 2005), untuk menentukan kategori tipe kepribadian digunakan skala interval dengan pengukuran data pada sebaran distribusi normal.
53
Hasil perhitungan skor tipe kepribadian diperoleh ∑x =6717, mean (μ) = 80,93 dan standart deviasi (σ) = 13,550. Dengan persamaan x = μ + σ, maka diperoleh skala interval distribusi normal untuk tipe kepribadian sebagai berikut :
tipe AB tipe A
tipe B 67,38
80,93
94,48
Gambar 4.1. Skala interval tipe kepribadian pada distribusi normal Dari perhitungan diatas diperoleh distribusi tipe kepribadian di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Medan sebagaimana tersebut pada tabel 4.8. Tabel 4.8. Distribusi Perawat Berdasarkan Tipe Kepribadian Kepribadian Tipe B Tipe AB Tipe A Jumlah
Jumlah (orang) 7 59 17 83
Jumlah (%) 8,4 71,1 20,5 100,0
Dari tabel 4.8. di atas dapat diketahui tenaga perawat paling banyak dengan kepribadian Tipe AB sebanyak 59 orang (71,1%), dan perawat dengan kepribadian Tipe A sebanyak 17 orang (20,5%) serta perawat dengan kepribadian Tipe B sebanyak 7 orang (8,4%). 6)
Karakteristik berdasarkan Beban Kerja. Karakteristik beban kerja perawat di setiap ruang rawat inap dibagi menjadi tiga kategori yaitu ringan, sedang dan berat untuk menentukan kategori
54
beban kerja digunakan skala interval dengan pengukuran data pada sebaran didistribusi normal. Hasil perhitungan skor beban kerja diperoleh ∑x =2149, μ = 25,89 dan σ = 7,441. Dengan persamaan x = μ + σ, maka diperoleh skala interval distribusi normal untuk beban kerja sebagai berikut :
Sedang Berat
Ringan 18,449
25,89
33,331
Gambar 4.2. Skala interval beban kerja pada distribusi normal
Dari perhitungan diatas diperoleh distribusi beban kerja di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Medan sebagaimana tersebut pada tabel 4.9. Tabel 4.9. Distribusi Perawat Berdasarkan Beban Kerja Beban Kerja Ringan Sedang Berat Jumlah
Jumlah (orang) 15 53 15 83
Jumlah (%) 18,1 63,9 18,1 100,0
Dari tabel 4.9. di atas dapat diketahui bahwa beban kerja yang paling banyak terdapat pada kategori sedang yaitu 53 orang (63,9%) dan kategori ringan dan berat masing-masing 15 orang (18,1%).
.
55
7)
Karakteristik berdasarkan Kondisi Kerja. Kondisi kerja perawat di setiap ruang rawat inap dibagi kategori
yaitu
tidak
menyenangkan,
kurang
menjadi tiga
menyenangkan
dan
menyenangkan, untuk menentukan kategori kondisi kerja digunakan skala interval dengan pengukuran data pada sebaran didistribusi normal. Hasil perhitungan skor kondisi kerja diperoleh ∑x =2875, μ = 34,64 dan σ = 9,181. Dengan persamaan x = μ + σ, maka diperoleh skala interval distribusi normal untuk kondisi kerja sebagai berikut :
Tidak menyenangkan
Kurang Menyenangkan
25,459
34,64
Menyenangkan
43,821
Gambar 4.3. Skala interval kondisi kerja pada distribusi normal
Dari perhitungan diatas diperoleh distribusi kondisi kerja di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Medan sebagaimana tersebut pada tabel 4.10. Tabel 4.10. Distribusi Perawat Berdasarkan Kondisi Kerja Kondisi Kerja Menyenangkan Kurang Menyenangkan Tidak Menyenangkan Jumlah
Jumlah (orang) 21 55 7 83
Jumlah (%) 25,3 66,3 8,4 100,0
Dari tabel 4.10. di atas dapat diketahui bahwa kondisi kerja paling banyak pada kategori kurang menyenangkan 55 orang (66,3%) dan kategori menyenangkan 21 orang (25,3%) serta kategori tidak menyenangkan 7 orang (8,4%).
56
8)
Karakteristik berdasarkan Stres Kerja. Karakteristik berdasarkan stres kerja perawat di ruang rawat inap dibagi menjadi tiga fase yaitu reaksi tanda waspada, fase resistensi dan fase kelelahan (Hans Selye, 1974), untuk menentukan kategori stres kerja digunakan skala interval dengan pengukuran data pada sebaran didistribusi normal. Hasil perhitungan skor stres kerja diperoleh ∑x =8573, μ = 103,29 dan σ = 21,061. Dengan persamaan x = μ + σ, maka diperoleh skala interval distribusi normal untuk stres kerja sebagai berikut :
Fase resistensi Reaksi tanda waspada 82,229
Fase kelelahan 103,29
124,351
Gambar 4.4. Skala interval stres kerja pada distribusi normal
Dari perhitungan diatas diperoleh distribusi stres kerja di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Medan sebagaimana tersebut pada tabel 4.11. Tabel 4.11. Distribusi Perawat Berdasarkan Stres Kerja Stres Kerja Reaksi Tanda Waspada Fase Resistensi Fase Kelelahan Jumlah
Jumlah (orang) 18 52 13 83
Jumlah (%) 21,7 62,7 15,7 100,0
Dari tabel 4.11. di atas dapat diketahui bahwa stres kerja paling banyak terdapat pada fase resistensi 52 orang (62,7%), dan reaksi tanda waspada 18 orang (21,7%) serta fase kelelahan 13 orang (15,7%).
57
4.2.
Hasil Analisa Dalam penelitian ini dilakukan analisa dengan menggunakan Regresi untuk
mengetahui kuatnya hubungan Tipe kepribadian, Beban kerja dan Kondisi Kerja terhadap Stres kerja (hipotesis 1,2,3).
Untuk mengetahui perbedaan Kondisi
kerja, Beban Kerja dan Stres kerja pada klasifikasi ruangan dilakukan dengan analisa Anova satu jalur (hipotesis 4). Dan untuk mengetahui perbedaan tipe kepribadian, beban kerja dan kondisi kerja terhadap terjadinya stres kerja perawat dengan analisa Anova satu jalur (hipotesis 5). 4.2.1. Karakteristik Tenaga Perawat di Ruang Rawat Inap. Karakteristik tenaga perawat di ruang rawat inap dapat dilihat pada tabel 4.12 yang menggambarkan tentang karakteristik tipe kepribadian, beban, kondisi dan stres kerja perawat di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB. Tabel 4.12. Karakteristik Tenaga Perawat di Ruang Rawat Inap. Ruang I II III IV VI VII VIII X XI XII Total
Jum lah 9 8 7 9 6 10 9 8 9 8 83
Tipe Kepribadian B AB A 1 6 2 1 4 3 0 7 0 0 7 2 0 5 1 0 7 3 1 6 2 0 6 2 3 4 2 1 7 0 7 59 17
Beban Kerja R 2 0 0 2 0 2 3 1 5 0 15
S 4 7 6 5 5 5 3 7 4 7 53
B 3 1 1 2 1 3 3 0 0 1 15
Kondisi Kerja T K M 1 7 1 3 4 1 0 7 0 0 9 0 3 3 0 2 4 4 3 6 0 4 3 1 3 6 0 2 6 0 21 55 7
Stres Kerja W 1 0 1 2 2 0 1 3 4 4 18
R 8 7 4 4 4 7 6 3 5 4 52
K 0 1 2 3 0 3 2 2 0 0 13
Dari tabel 4.12. di atas dapat diketahui karakteristik tenaga perawat dalam ruang rawat inap menggambarkan sebagai berikut :
58
1) Tipe kepribadian terlihat bahwa tidak terdapat perawat dengan tipe kepribadian B pada ruang III, IV, VI , VII dan X, dan tidak terdapat perawat tipe kepribadian A pada ruang III dan XII, serta jumlah yang paling banyak adalah tipe kepribadian AB yaitu 59 orang dan pada ruang III 100% perawatnya dengan kepribadian tipe AB. 2) Beban kerja terlihat bahwa tidak terdapat perawat yang mengalami beban kerja ringan (R) pada ruang II, III, VI dan XII, dan tidak terdapat perawat yang mengalami beban kerja berat (B) pada ruang X dan XI, serta jumlah yang paling banyak perawat dengan beban kerja sedang (S) yaitu 53 orang, dan pada ruang II, X dan XII 87,5% perawatnya dengan beban kerja sedang. 3) Kondisi kerja terlihat bahwa tidak terdapat perawat yang mengalami tidak menyenangkan (T) pada ruang III, dan IV, dan tidak terdapat perawat pada kondisi kerja menyenangkan (M) pada ruang III, IV, VI, VIII, X dan XII, serta jumlah yang paling banyak perawat dengan kondisi kerja kurang menyenangkan (K) yaitu 55 orang, dan pada ruang III dan IV 100% perawatnya mengalami kondisi kerja kurang menyenangkan. 4) Stres kerja terlihat bahwa tidak terdapat perawat yang stres kerja pada reaksi tanda waspada (W) pada ruang II, dan VII, dan tidak terdapat perawat pada stres kerja fase kelelahan (K) pada ruang I, VI, XI dan XII, serta jumlah yang paling banyak perawat mengalami stres kerja pada fase resistensi (R) yaitu 52 orang, dan pada ruang I resistensi.
88,9% perawatnya mengalami stres kerja fase
59
4.2.2. Hubungan Tipe Kepribadian,
Kondisi Kerja dan Beban Kerja
terhadap Stres Kerja Perawat. Untuk melihat hipotesis 1, 2 dan 3 yaitu hubungan variabel stres kerja (Y) dengan tipe kepribadian (X1), kondisi (X2), dan beban kerja (X3) dilakukan dengan uji Regresi pada
=0,05 untuk 3 prediktor dengan persamaan sebagai
berikut : Y=a+b1X1+b2X2+b3X3. Dimana Y=variabel dependent (stres kerja) sedangkan X1,X2 dan X3 adalah variabel independent, a=konstanta perpotongan garis pada sumbu X1 dan b1, b2 dan b3 adalah koefisein regresi. Hasil analisa regresi pada tabel ANOVA dibawah ini memberikan gambaran hasil sebagai berikut : Tabel 4.13. Hasil Analisa Regresi dari Tipe Kepribadian, Beban dan Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja Model
Y=a+b1X1
Sum of Squares
df
Mean Square
3,246
1
3,246
Residu
27,452
81
,339
Total
30,699
82
Y=a+b1X1+b2X2
4,510
2
2,255
Residu
26,188
80
,327
Total
30,699
82
: Y=a+b1X1+b2X2+b3X3
8,012
3
2,671
Residu
22,687
79
,287
Total
30,699
82
F
Sig.
9,579
,003(a)
6,889
,002(b)
9,299
,000(c)
Untuk menguji signifikansi koefisien regresi pada tabel ANOVA diatas maka dilakukan perhitungan untuk mencari nilai b2 dan nilai b3 dimana diketahui nilai sum of squares pada persamaan regresi adalah 8,012 dengan nilai b1 = 3,246 maka untuk nilai b3 diperoleh 8,012-4,510 =3,502 dan untuk nilai b2 diperoleh 4,510-3,246 =1,264, sebagaimana terlihat pada tabel 4.14.
60
Tabel 4.14. Nilai Masing-masing Variabel pada Analisa Regresi dari Tipe Kepribadian, Beban dan Kondisi Kerja terhadap Stres Kerja Source df Sum of Mean F F.05 Squares Square b1 1 3,246 3,246 11,31 3,96 b2 1 1,264 1,264 4,20 3,96 b3 1 3,502 3,502 12,20 3,96 Residu 79 22,687 0,287 Total 82 30,699 Dari tabel 4.14. diatas diketahui bahwa : 1.
Model hipotesa 1 dimana H0 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian dengan stres kerja, menunjukkan hasil
F hitung
(11,31)>F tabel adalah 3,96, sehingga H0 ditolak dengan signifikansi p<0,05 2.
Model hipotesa 2 dimana H0 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stres kerja, menunjukkan hasil F hitung (4,20) > F tabel adalah 3,96, sehingga H0 ditolak dengan signifikansi p < 0,05.
3.
Model hipotesa 3 dimana H0 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi kerja dengan stres kerja, menunjukkan hasil F hitung (12,20) > F tabel adalah 3,96 sehingga H0 ditolak dengan signifikansi p < 0,05.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh/korelasi variabel indevendent (X) pada persamaan Y=0,391+0,241.X1+0,174.X2+0,376.X3 dilakukan perhitungan untuk mencari nilai sumbangan dari masing-masing variabel X yaitu rx1y, rx2y dan rx3y sebagai berikut : R2 untuk tipe kepribadian (X1) atau (rx1y ) adalah R 2 = R2 untuk beban kerja (X2) atau (rx2y) adalah R 2 =
3,246 = 0,106 30,699
1,264 = 0,041 30,699
R2 untuk kondisi kerja (X3) atau (rx3y) adalah R 2 =
3,502 = 0,114 30,699
61
Dari perhitungan diatas diketahui sumbangn tebesar di dalam hubungan variabel diatas diperoleh dari variabel kondisi kerja (X3) yaitu 0,114, selanjutnya variabel tipe kepribadian (X1) yaitu 0,106 dan terakhir oleh variabel beban kerja (X2) yaitu 0,041. 4.2.3. Perbedaan Tipe Perilaku, Beban Kerja, Kondisi Kerja dan Stres Kerja Perawat Pada Klasifikasi Pasien di Ruang Rawat Inap. Hasil ANOVA satu jalur terhadap variabel tipe kepribadian, kondisi, beban kerja dan stres kerja pada klasifikasi pasien (hipotesis 4) belum menunjukkan perbedaan yang signifikan. Rataan (Mean) masing-masing variabel tersebut dapat dilihat pada tabel 4.15. Tabel 4.15. Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban Kerja, Kondisi Kerja dan Stres Kerja Pada Klasifikasi Pasien di Ruang Rawat Inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB TA 2007 Ru
N
Tipe Kepribadian p Mean F 0,691 0,715
Kondisi Kerja
Beban Kerja Mean
p
F Mean F 1,130 0,353 39,11 1,011
p
Stres Kerja Mean
I
9
82,44
II
8
85,13
24,38
33,88
114,63
III
7
75,29
28,14
32,57
103,00
IV
9
83,22
28,33
34,89
109,67
VI
6
77,50
25,17
28,83
92,67
VII
10
85,40
27,40
39,90
112,20
VIII
9
81,67
28,11
33,67
108,00
X
8
83,88
22,63
34,63
104,88
XI
9
76,33
20,89
33,44
91,22
XII
8
75,75
24,88
32,13
90,25
Total
83
28,44
F
p
0,439 101,78 1,531 0,153
Dari tabel 4.15 di atas dapat dilihat bahwa dari hasil uji ANOVA satu jalur terhadap penerapan klasifikasi pasien pada : 1. Pada tipe kepribadian menunjukkan F hitung (0,691) < F tabel
(9;73,0,05)
(2,67)
dengan signifikansi p>0,05 maka H0 diterima. Artinya belum terdapat perbedaan yang bermakna tipe kepribadian perawat pada penerapan klasifikasi
62
pasien pada nilai rata-rata 80,93 dan standar deviasi 13,55 dengan rentangan yang bervariasi memiliki nilai terbesar rentangan 5,64. 2. Pada beban kerja menunjukkan F hitung (1,130) < F tabel (2,67) dengan signifikansi p>0,05 maka H0 diterima. Artinya belum terdapat perbedaan yang bermakna beban kerja perawat pada penerapan klasifikasi pasien pada nilai rata-rata 25,89 dan standar deviasi 7,44 dengan rentangan yang bervariasi memiliki nilai terbesar rentangan 7,55 nilai ini lebih besar dari standar deviasi yaitu pada ruang XI memiliki nilai rata-rata paling kecil (20,89) artinya pada ruang ini perbandingan rata-rata perawat lebih banyak dengan beban kerja ringan. 3. Kondisi kerja menunjukkan F hitung (1,011) < F tabel
(2,67) dengan
signifikansi p>0,05 maka H0 diterima. Artinya belum terdapat perbedaan yang bermakna kondisi kerja perawat pada penerapan klasifikasi pasien pada nilai rata-rata 34,64 dan standar deviasi 9,18 dengan rentangan yang bervariasi memiliki nilai terbesar rentangan 11,07 nilai ini lebih besar dari standar deviasi yaitu pada ruang VI memiliki nilai rata-rata paling kecil (28,83) artinya pada ruang ini perbandingan nilai rata-rata perawat banyak dengan kondisi tidak menyenangkan. 4. Stres kerja menunjukkan F hitung (1,531) < F tabel (2,67) dengan signifikansi p>0,05 maka H0 diterima. Dengan demikian tidak terdapat perbedaan yang bermakna kondisi kerja perawat pada penerapan klasifikasi pasien pada nilai rata-rata 103,29 dan standar deviasi 21,061 dengan rentangan yang bervariasi memiliki nilai terbesar rentangan 21,95 nilai ini lebih besar dari standar deviasi yaitu pada ruang XII memiliki nilai rata-rata paling kecil (90,25) artinya pada ruang ini perbandingan nilai rata-rata perawat banyak dengan tingkat stres pada reaksi waspada.
63
4.2.4. Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban Kerja dan Kondisi Kerja Pada Stres Kerja Perawat. Untuk melihat adanya perbedaan tipe kepribadian, kondisi dan beban kerja pada stres kerja perawat (hipotesis 5) dilakukan dengan menggunakan uji ANOVA satu jalur. Hasil uji sebagaimana tersebut pada tabel 4.16 Tabel 4.16. Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban Kerja dan Kondisi Kerja Pada Stres Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB TA 2007 STRES KERJA Reaksi tanda Waspada Fase Resistensi Fase Resistensi Total
N
Tipe Kepribadian Mean
F
p
Beban Kerja Mean
F
Kondisi Kerja p
Mean
F
p
,000
29,44
8,707
,000
18
72,50
52
82,15
26,52
34,54
13
87,69
31,15
42,23
5,957 ,004
20,28 10,553
83
Dari tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa hasil uji ANOVA satu jalur terhadap stres kerja pada : 1. Tipe kepribadian menunjukkan F hitung (5,957) > F tabel
(1;81,0,05)
(3,99)
dengan signifikansi p<0,05 maka H0 ditolak. Artinya terdapat hubungan yang bermakna antara tipe kepribadian dengan stres kerja. 2. Beban kerja menunjukkan F hitung (10,553)
> F tabel (3,99) dengan
signifikansi p<0,05, maka H0 ditolak.. Artinya terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan stres kerja. 3. Kondisi kerja menunjukkan F hitung (8,707) > F tabel (3,99) dengan signifikansi p<0,05 maka H0 ditolak. Artinya terdapat hubungan yang bermakna antara tipe kepribadian dengan stres kerja.
64
4.3.
Pembahasan Berbagai situasi dan kondisi kerja dapat menjadi sumber potensial
munculnya stres karena setiap aspek dalam lingkungan kerja dapat dirasakan sebagai stres oleh pekerja. Cara pandang perawat dalam melihat situasi kerja akan menentukan besarnya stres yang dialami perawat. Stres ditempat kerja adakalanya berguna untuk menimbulkan persaingan yang dinamis dalam rangka meningkatkan kinerja, tetapi juga merupakan penghalang bagi kreatifitas dan prestasi kerja jika stres kerja tidak dikelola dengan baik. Jika tidak ada stres, tantangan kerja juga tidak ada, prestasi kerja cenderung rendah, sejalan dengan meningkatnya stres, prestasi kerja juga naik, karena stres membantu perawat untuk mengerahkan segala sumber daya dalam memenuhi berbagai persyaratan atau kebutuhan pekerjaan. Stres pada tingkat tertentu bertindak sebagai stimulus atau dorongan untuk bertindak, namun ketika stres meningkat sampai pada fase kelelahan maka prestasi kerja dapat menurun secara dratis. (Rasmun, 2004). Kondisi ini terjadi karena perawat akan lebih banyak menggunakan waktunya untuk melawan stres dari pada untuk melaksanakan tugasnya. 4.3.1. Karakteristik Perawat di Ruang Rawat Inap. Karakteristis berdasarkan status kepegawaian yang terbanyak adalah PNS (89,2%). Dengan status PNS perawat akan lebih terbuka dalam berkomunikasi karena sistem yang berlaku dilingkungan PNS tidak seperti yang berlaku di lingkungan militer yang selalu tunduk dan patuh kepada perintah atasan (butir dalam Sapta Marga). Hal ini bermanfaat dalam kebebasan berkomunikasi untuk dengan tujuan tercapainya pelayanan kesehatan yang baik.
65
Karakteristik latar belakang pendidikan terbanyak adalah Diploma dan S1 (61,4%). Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap kualitas dalam bekerja. Kualitas yang rendah dapat mengakibatkan beban kerja menjadi bertambah, dan menimbulkan stres (Cooper, 1983). Karakteristik usia perawat yang terbanyak pada usia dewasa awal (59%) dalam usia ini perubahan bersifat fisik baik efisiensi, kesehatan dan kekuatan tenaga fisik mencapai puncaknya, secara psikis muncul keinginan dan usaha pemantapan, sering mengalami keteganggan emosi karena kompleksitas persoalan, kemampuan mental seperti penalaran, mengingat dan kreatif pada posisi puncak. (Murbin, 2006) Karakteristik masa kerja yang terbanyak pada 5-10 tahun (45,8%), hal ini memberikan pengaruh terhadap kematangan pengalaman perawat di ruangan, tetapi bila terlalu lama dapat menimbulkan kebosanan, terutama bila lingkungan kerja kurang menyenangkan maka kondisi ini akan menimbulkan stres (Andew Goliszek 2005). Karakteristik tipe keperibadian perawat yang paling banyak pada kepribadian tipe AB (71,1%),
tipe ini merupakan orang yang berperilaku
sebagian tipe A dan sebagian tipe B dimana tipe ini adalah baik bagi perawat karena itu memungkinkan perawat untuk mencapai sasaran, termotivasi dan produktif. Pada tipe ini perawat dapat mengetahui cara berelaksasi serta tidak terlalu agresif dan kompetitif. Meski demikian tidak berarti perawat tidak serius dalam bekerja, melainkan dalam situasi tertentu perawat cenderung aktif, kompetitif dan produktif. Selain itu, perawat dapat melakukan apapun yang
66
dilakukan orang dengan tipe A, tanpa harus bermusuhan, agresif, tidak sabar atau merasa terancam. Karakteristik beban kerja perawat yang terbanyak adalah pada beban kerja sedang yaitu 63,9%. Beban kerja ini tidak terlepas dari masing-masing individu perawat karena setiap individu memiliki daerah kerja dimana beban kerja yang tidak sesuai dapat menimbulkan stres kerja, bila terlalu berat akan menimbulkan kelelahan dan bila beban kerja terlalu ringan dapat menimbulkan kebosanan, tidak tertarik dan kelelahan kerja (Martha Davis, Elizabet RE, Mathew Mc. Kay,1995). Karakteristik kondisi kerja perawat yang terbanyak adalah kondisi kerja kurang menyenangkan yaitu 66,3%. Kondisi kerja akan mempengaruhi lingkungan kerja yang dapat menimbulkan stres karena perubahan lingkungan akan merangsang
sikap pekerja untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan kerja (Susilawati, dkk, 2004). Karakteristik stres kerja perawat yang paling banyak pada fase resistensi (stres sedang) yaitu (62,7%). Pada fase resistensi perawat mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi untuk mengatasi stresor. Tubuh berusaha mengimbangi proses fisiologis yang telah dipengaruhi selama reaksi waspada untuk sedapat mungkin kembali kekeadaan normal dan pada waktu yang sama tubuh mengatasi faktorfaktor penyebab stres. Bila teratasi gejala stres akan menurun tepati bila tidak stressor akan berjalan terus dan ketahanan tubuh untuk beradaptasi akan habis karena ketahanan tubuh ada batasnya dalam beradaptasi. Bila ketahanan tubuh habis maka akan berpengaruh terhadap kognitif dan emosi ini memacu terjadinya
67
perubahan perilaku terutama bila stres terjadi berkepanjangan. Perubahan ini meliputi penurunan minat dan aktivitas penurunan energi, tidak masuk/terlambat, cenderung mengepreksikan pandangan sinis pada pasien atau teman kerja cenderung melemahkan tanggung jawab terhadap kekurangan pada orang lain, serta mengalami gangguan tidur (Charles Abraham & Eamon Shanly, 1996). 4.3.2. Hubungan Tipe Kepribadian Beban kerja dan Kondisi kerja terhadap Stres Kerja Perawat. Hasil Analisa Regresi pada
=0,05 untuk 3 prediktor (tipe kepribadian,
beban dan kondisi keja) menunjukkan regresi sebgai berikut : Y= 0,391 + 0,241.X1 + 0,174. X2 + 0,376.X3 Dari persamaan ini berarti stres kerja akan naik bila variabel prediktor ada yang naik dan sebaliknya. Setelah dicari harga R2 diketahui besarnya sumbangsih variabel X terhadap persamaan regresi diatas yaitu variabel X3 (kondisi kerja) sebesar 0,114 , variabel X1 (tipe kepribadian) sebesar 0,106 dan variabel X2 (beban kerja) sebesar 0,041. Hubungan tipe kepribadian dengan stres kerja menggambarkan bawah 10,6% dari tipe kepribadian memberikan pengaruh terhadap terjadinya stres kerja terutama pada tipe kepribadian A, karena tipe ini memiliki perilaku dan sikap mental dengan ciri-ciri yang rentan terhadap stres (Dadang Hawari, 2001). Hubungan beban kerja dengan stres kerja menggambarkan bawah 4,10% dari beban kerja memberikan pengaruh terhadap terjadinya stres kerja. Beban kerja yang tidak sesuai baik dari kuantitas atau kualitas perawat dapat menimbulkan stres. Karena bila beban terlalu banyak akan terjadi kelelahan dan
68
bila beban terlalu sedikit akan timbul kebosanan, ketidak puasan. Antara kelelahan dan kebosanan keduanya merupakan sumber pencetus stres (Cooper 1983). Hubungan kondisi kerja dengan stres kerja menggambarkan bawah 11,4% dari kondisi kerja memberikan pengaruh terhadap terjadinya stres kerja. Bila kondisi kerja semakin kurang nyaman maka akan menimbulkan semakin tinggi pula stres, demikian pula sebaliknya semakin baik kondisi maka semakin ideal tingkat stres yang dialami. Kondisi kerja yang kurang baik dapat menimbulkan gangguan dan ancaman, dalam kondisi kerja seperti ini akan menyebabkan perawat menjadi pelupa, lebih banyak kesalahan dalam aktivitas dan penurunana kemampuan dalam membuat rencana (Fortana, 1984 yang dikutif oleh Charles Abraham 1996) Perubahan kondisi kerja akan menimbulkan reaksi pekerja untuk dapat menyesuaikan diri dalam kondisi yang ada.
Apabila pekeja kurang mampu
beradaptasi dengen kondisi kerja yang ada maka akan cenderung mengalami stres kerja (Anoraga, 2001).
4.3.3. Perbedaan Tipe Kepribadian, Beban Kerja, Kondisi Kerja dan Stres Kerja Perwat Pada Klasifikasi Pasien di Ruang Rawat Inap. Dari hasil uji ANOVA satu jalur terhadap tipe kepribadian, beban kerja, kondisi kerja dan stres kerja pada klasifikasi pasien di ruang rawat inap memberikan hasil H0 diterima, yang berarti belum terdapat perbedaan yang bermakna antara tipe kepribadian, beban kerja, kondisi kerja dan stres kerja pada klasifikasi ruang rawat inap.
69
Ha ini menggambarkan bahwa penerapan klasifikasi pasien diruang rawat inap sudah cukup baik terhadap beban kerja, kondisi dan stres kerja, walaupun dalam kenyataan ada perbedaan namun secara statistik belum menunjukkan tingkat kebermaknaan. 4.3.4. Perbedaan Tipe kepribadian, Beban Kerja dan Kondisi Kerja Pada Stres Kerja Perawat. Dari hasil uji ANOVA satu jalur pada tipe kepribadian, beban kerja dan kondisi kerja terhadap stres kerja menunjukkan H0 ditolak, yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara tipe kepribadian, beban kerja dan kondisi kerja terhadap terjadinya stres kerja. Perbedaan tipe kepribadian, beban kerja dan kondisi kerja ditunjukkan pada nilai F hitung > F tabel dan perbedaan besarnya nilai rata-rata untuk masingmasing variabel yang berbeda. Pada tipe kepribadian yang sangat mempengaruhi terjadinya stres adalah kepribadian tipe A karena memiliki perilaku lebih mudah stres, sedangkan kepribadian tipe B lebih tahan terhadap stres dan kepribadian tipe AB merupakan orang yang memiliki perilaku sebagian tipe A dan sebagian tipe B sehingga lebih mudah dalam beradaptasi tergantung mana yang lebih dominan (Andrew Goliszek, 2005). Perbedaan beban kerja memberikan gambaran terhadap terjadinya stres kerja yang berbeda dimana setiap kita memiliki batasan ukuran kemampuan dalam bekerja, bila beban terlalu ringan maka timbul kebosanan dan bila terlalu
70
berat akan menimbulkan kelelahan yang berpengaruh terhadap stres kerja (Cooper, 1983). Perbedaan kondisi kerja memberi gambaran terhadap terjadinya stres kerja yang berbeda kondisi kerja yang kurang nyaman akan berpotensi terhadap terjadinya stres kerja. Perubahan kondisi kerja akan menimbulkan reaksi pekerja untuk dapat menyesuaikan diri dalam kondisi yang ada. Apabila pekerja kurang mampu beradaptasi dengan kondisi kerja yangada maka akan cenderung mengalami stres kerja (Anoraga, 2001).
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Terdapat hubungan yang bermakna antara tipe kepribadian dengan stres kerja di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB tahun 2007, pada taraf keyakinan α=0,05 dengan koefisien regresi sebesar 0,106.
2.
Terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan stres kerja di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB tahun 2007, pada taraf keyakinan α=0,05 dengan koefisien regresi 0,041.
3.
Terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi kerja dengan stres kerja di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB tahun 2007, pada taraf keyakinan α=0,05 dengan koefisien regresi 0,114.
4.
Belum terdapat perbedaan yang bermakna antara tipe kepribadian, beban kerja, kondisi kerja dan stres kerja pada tiap ruangan rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB tahun 2007 pada taraf keyakinan α=0,05.
5.
Terdapat perbedaan yang bermakna antara tipe kepribadian terhadap stres kerja, kondisi kerja terhadap stres kerja dan beban kerja terhadap terjadinya stres kerja di Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB tahun 2007, pada taraf keyakinan α=0,05.
71
. 5.2. Saran Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan dan untuk dapat menanggulangi stres kerja disarankan :
1. Kepada pihak Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB a. Menerapkan rotasi kerja secara periodik agar tidak timbul kebosanan bila berada di ruang rawat inap dengan kondisi yang kurang menyenangkan dan beban kerja yang berat selain itu rotasi kerja dapat memberi motivasi kerja bagi perawat. b. Memberikan kesempatan kepada perawat untuk meningkatkan pendidikan dan pengetahuan terutama yang masih berpendidikan SPK guna meningkatkan kemampuan dalam menghadapi kondisi dan beban kerja yang semakin komplek. c. Memberikan pembinaan kepada perawat yang terindikasi mengalami stres pada fase kelelahan. d. Menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan dengan berbagai hal seperti memperhatikan hak perawat, mengadakan kegiatan olah raga, pembinaan terhadap perawat dan adanya petunjuk kerja yang jelas. e. Membuat kotak saran untuk mengumpul informasi tentang kondisi dan beban kerja perawat serta permasalahan yang ada di ruang rawat inap sebagai bahan masukan bagi rumah sakit.
72
2. Kepada perawat di ruang rawat inap Rumkit Tk II Putri Hijau Kesdam I/BB disarankan : a. Bekerja sesuai prosedur dan skala prioritas serta tidak bekerja secara berlebihan yang tidak ada hubungannya dengan tugas dan tanggung jawab sebagai perawat. b. Selalu berupaya meningkatkan pengetahuan yang berhubungan dengan tindakan keperawatan di ruangan. c. Menciptakan kerjasama sesama tenaga kesehatan di rumah sakit untuk mengatasi beban kerja yang berlebih dan menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan. d. Melakukan relaksasi dengan berolah raga, memanfaatkan waktu istirahat dengan benar.
73
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Tjandra Yoga. Manajemen Administrasi Rumah Sakit Universitas Indonesia, 2000. Adi Wardana, A.S. Pencegahan Kecelakanan, Cetakan Pertama, PT. Pustaka Binama Pressindo, Jakarta, 1989. Andrew, G. Manajemen Stres, Cara Tercepat Untuk Rileks dan Menghilangkan Rasa Cemas, PT. Bhuana Ilmu Populer, 1992 Anies, Penyakit Akibat Kerja, Berbagai Penyakit Akibat Lingkungan Kerja dan Upaya penanggulangannya, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005. Anoraga Pandji, Psikologi Kerja, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2004. Arwani & Heru Supriyatno, Manajemen Bangsal Keperawatan, Kedokteran EGC, 2004. As'ad, Setyawati dkk, Psikologi Industri, Yogyakarta, 2000. Arikunto, Suharsimi, Dr. Prof. Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta, 2000
Cetakan kelima PT.
Arwani & Heru Supriyanto, Manajemen Bangsal Keperawatan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2004 Bakeer, dkk Penelitian Stres Kerja, E-Psikologi Com, Team E - Psikologi, Informasi, Pskologi Online, Jakarta, 1987. Bartlett & Jones , Stress Manajement, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2004. Beehr TA, dan Newman JE, Penelitian Stres Kerja, E-PSikologi.Com, Team EPsikologi, Informasi Online, Jakarta, 1987. Brecht, Grant, Mengenal dan Menanggulangi Stres, PT. Prenhallindo, Jakarta, 2000. Brown Montange, Manajemen Keperawatan Kesehatan; Stategi, Struktur dan Proses, ECG, Jakarta, 1997. Charles Abraham and Eamon Shanley, Social Psychology For Nurses, First Pusblished in Great Britain, 1992. 74
Cooper CL, Managerial Occupational and Organizational Stres Research. Available at; http://www.ashgate.com. Dadang Hawari, Manajemen Stres, Cemas dan Depresi, Gaya Baru, Jakarta, 2006. Davis & Newstron, http://www.Google.com/Archives/Article5-987.html, 2001. Depkes RI, Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Kerja di Rumah Sakit, Pusdiknakes, 1996. Depkes RI, Undang-Undang Kesehatan , Depkes RI, Jakarta 1992. Dirkesad, Tata Cara Penerimaan Pasien di Rumkit Jajaran Kesehatan Angkatan Darat, Jakarta, 1989 Donglas, L.M., The Effective Nurse: Leader and Manager, St. Louis, 1992. Ed Boenisch & Michele Haney, The Stres Owner's Manual, Meaning, Balance & Health In Your Life, Menggapai Keseimbangan Hidup, Gramedia, Jakarta, 2004. Fraser, Stres dan Kepuasan Kerja, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakara, 1992. Gullies DA, Nursing Management a System Approach, Philadelphia, WB Sounder Co, 1989. Hidayat, T, Stres Dalam Lingkungan Pekerjaan, Jiwa, Majalah Psikiatri, Tahun XXXI, No. 3, Yayasan Kesehatan Jiwa "Dharmawangsa", Jakarta, 1989. Jacobalis, Menjaga Mutu Pelayanan Rumah Sakit, PT. Citra Wisnu Satria, Jakarta, 1989. Johanes, Kebosanan Kerja, E-Psikologi. Com, Team E-Psikologi, Informasi Psikologi Online, Jakarta, 2002 Lesley Towner, Managing Employee Stress, PT Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta 2002. Martha Davis, dkk, The Relaxation & Stres Reduction Workbook, edisi III, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995. Maramis, W.F, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, Surabaya, 1998. Murbir & Ani Cahyadi, Psikologi perkembangan, PT. Ciputa, Press Group, Jakarta, 2006
75
Notoamodjo, S, Metodologi Penelitian Kesehatan, Cetakan pertama, PT.Rineka Cipta, Jakarta, 1993. Nursalam, Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep & Praktek, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, 2001. Nurmiati, A, Stres dan Hubungannya dengan Gangguan Kardiovasculer, Jiwa, Majalah Psikiatri, Tahu XXXII, No 4, Yayasan Kesehatan Jiwa "Dharma Wangsa", Jakarta, 1999. Pratomo H dan Sudarti, Pedoman Usaha Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat, Depdikbud, 1986. Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi, Teori dan Pohon Masalah Keperawatan, CV. Sugeng Seto, Jakarta, 2004. Riduwan, Dasar-dasar Statistik, Bandung, Alpabeta, 2003. Rice PL, Stres and Health, 2nd ed. Pacific Grove, California, Brooks/Cole, 1992. Scholler, Penelitian Dampak Stres, E-Psikologi. Com, Team E-Psikologi, Informasi, Psikologi Online, Jakarta, 2002. Sunaryo, Psikologi Untuk Perawat, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2002. Surat Keputusan Mentri Kesehatan RI, No. 983/Menkes/SK/IX/1992, Tentang Pedoman Organisai Rumah Sakit Umum, 1992. Suroto, Stres Cara Mengendalikan, Pengalaman pribadi sebagai pasien PT. Ortindo, Gajah Mada University Press, 2001. Susilawati, dkk, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Buku Kedokteran ECG, Jakarta, 2004. Sudjana, Metode Statistika, Tarsito, Bandung, 2002. Trihendradi Cornelius, Step by Step SPSS 13 Analisis Data Statistik, Andi, Yogyakarta, 2005. Widyastuti, P, Manajemen Stres, National Safety Councli, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1999.
76
Lampiran :1 Instrumen A IDENTIFIKASI RESPONDEN 1.
Identitas responden
Ruang
: ....................................................................
Lama Kerja
: ....................................................................
Umur
: ....................................................................
Pendidikan
: 1. SPK 2. D III Kesehatan 3. S1 Kesehatan
77
Lampiran : 2 Instrumen B Koesioner Tipe Kepribadian (Andrew G, 1992) Berilah tanda (9) pada kolom angka yang ada di sebelah kanan pada masing-masing butir pertanyaan dengan pilihan sesuai dengan yang anda alami : Skore : 1 = Tidak pernah 2 = Jarang 3 = Kadang-kadang 4 = Biasanya 5 = Selalu terjadi SKOR No PERTANYAAN 1 2 3 4 5 1 Saya menjadi marah atau terganggu ketika harus menunggu lebih dari 15 menit 2 Saya menagani lebih dari satu masalah pada waktu yang bersamaan 3 Saya mengalami kesulitan menemukan waktu untuk rileks pada siang hari 4 Saya menjadi tersinggung atau jengkel jika ada orang yang berbicara terlalu lambat 5 Bila dalam pertandingan atau permainan saya berusaha keras memenangkan 6 Ketika saya kalah dalam pertandingan atau permainan, saya merasa marah pada diri saya atau orang lain 7 Saya sulit melakukan hal-hal untuk kesenangan diri sendiri 8 Saya dapat bekerja lebih baik di bawah tekanan atau tantanggan 9 Saya sering melihat jam pada saat saya sedang dudukduduk atau tidak mengerjakan sesuatu secara aktif 10 Saya membawa pekerjaan ke rumah 11 Saya merasa bersemangat dan senang setelah berada dalam situasi di bawah tekanan atau tantanggan 12 Saya merasa perlu mengambil kendali tindakan agar semuanya dapat berjalan 13 Saya merasa bahwa saya makan dengan cepat agar saya dapat segera kembali ke tempat kerja 14 Saya melakukan berbagai hal secara cepat,entah ketika saya punya banyak waktu atau tidak
78
No
PERTANYAAN
15
Saya memotong pembicaraan seseorang ketika saya pikir orang itu salah Saya tidak fleksibel dan kaku ketika berhubungan dengan perubahan di tempat kerja atau rumah Saya menjadi tidak tenang atau gelisa dan harus bergerak ke sana-sini jika saya berusaha untuk rileks Saya makan lebih cepat daripada orang-orang yang makan bersama saya Di tempat kerja, saya perlu melakukan lebih dari satu tugas sekaligus atau bersamaan agar saya merasa produktif Saya mengambil waktu istirahat/liburan lebih sedikit dari pada yang menjadi hak saya Saya sangat selektif dan memerhatikan berbagai hal secara rinci Saya merasa jengkel terhadap siapa pun yang tidak bekerja keras Saya merasa tidak ada hal-hal yang perlu dikerjakan pada siang hari Saya banyak menghabiskan waktu untuk berfikir mengenai pekerjaan saya Saya mudah bosan Saya aktif di akhir minggu, baik bekerja ataupun mengerjakan pekerjaan tertentu Saya terlibat dalam adu pendapat dengan orang-orang yang tidak sepaham dengan saya Saya berusaha keras beradaptasi kapan pun masalah muncul Saya memotong pembicaraan orang untuk mempercepat segalanya Saya bersikap serius terhadap apa pun yang saya kerjakan
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1
SKOR 2 3 4
5
79
Lampiran : 3 Instrumen C Kuesioner Pengukuran Beban Kerja (Nursalam, 2003) Petunjuk : Berilah tanda (9) pada kolom angka yang ada di sebelah kanan pada masingmasing butir pernyataan dengan pilihan sebagai berikut : Skore 1 = Tidak penah ada keluhan dalam melakukan tugas 2 = Jarang timbul keluhan dalam melaksanakan tugas 3 = Kadang-kadang timbul keluhan dalam melaksanakan tugas 4 = Biasanya timbul keluhan dalam melaksanakan tugas 5 = Selalu timbul keluhan dalam melaksanakan tugas No
PERTANYAAN
1 2
Beban kerja terhadap observasi pasien selama jam kerja Beban kerja terhadap banyak pekerjaan yang harus dilakukan Beragamnya jenis pekerjaan yang harus dilakukan Beban kerja terhadap kontak langsung perawat dengan klien di ruang rawat Beban kerja terhadap kurangnya tenaga perawatan di ruang rawat dibandingkan dengan jumlah pasien Beban kerja karena pengetahuan dan keterampilan yang saya miliki tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan Beban kerja terhadap harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang berkualitas. Beban kerja terhadap tuntutan keluarga untuk keselamatan pasien. Beban kerja terhadap setiap saat dihadapkan pada keputusan yang harus tepat Beban kerja terhadap tanggung jawab dalam melaksanakan perawatan pasien terlalu banyak Beban kerja terhadap setiap saat menghadapi pasien dengan karakteristik dalam kondisi lemah Beban kerja terhadap tugas pemberian obat-obatan Beban kerja terhadap tindakan penyelamatan pasien
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1
SKOR 2 3 4 5
80
Lampiran : 4 Instrumen D Kuesioner Pengukuran Kondisi Kerja (Nursalam, 2003) Petunjuk : Berilah tanda (9) pada kolom angka yang ada di sebelah kanan pada masingmasing butir pernyataan dengan pilihan sebagai berikut : Skore : 1 = Sangat tidak menyenangkan 2 = Tidak menyenangkan 3 = Kurang menyenangkan 4 = Menyenangkan 5 = Sangat menyenangkan No
PERTANYAAN
1
Kondisi terhadap bunyi peralatan yang ada di ruang rawat inap Kondisi terhadap lingkungan ruang Kondisi terhadap dering telepon yang berbunyi tiba-tiba Kondisi terhadap bunyi AC/kipas angin Kondisi terhadap peralatan yang tidak tertata di ruangan Kondisi terhadap suara rintihan/jeritan pasien Kondisi terhadap adanya ekskresi saluran cerna, genetalia, darah, mukosa, bekas muntahan, urine dan fecces di ruangan Kondisi terhadap pasien Kondisi terhadap ketatnya aturan kerja Kondisi terhadap aturan penggunaan pakaian dinas Kondisi terhadap berkomunkasi dengan sesama petugas Kondisi terhadap kerjasama antar petugas Kondisi terhadap kerjasama antar perawat dengan tim kesehatan yang lain Kondisi keluarga yang tidak koopratif (selalu menuntut perawat untuk berbuat lebih terhadap pasien) Kondisi menghadapi keluarga dengan kecemasan yang meningkat Memburuknya kondisi pasien secara tiba-tiba
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1
SKOR 2 3 4
5
81
Lampiran : 5 Instrumen E Kuesioner Pengukuran Stres Kerja (Nursalam, 2003) Berilah tanda (9) pada kolom angka yang ada di sebelah kanan pada masing-masing butir pertanyaan dengan pilihan sesuai dengan yang anda alami : Skore : 1 = Tidak pernah terjadi 2 = Jarang terjadi 3 = Kadang-kadang terjadi 4 = Biasanya terjadi 5 = Selalu terjadi SKOR No PERTANYAAN 1 2 3 4 5 1 Saya merasa sakit kepala 2 Saya bekerja berkeringat dingin 3 Saya merasa jantung berdebar saat bekerja 4 Merasa mual saat bekerja 5 Merasa sakit perut/nyeri ulu hati saat bekerja 6 Merasa sesak napas saat bekerja 7 Merasa otot kaku saat/setelah bekerja (kaku leher) 8 Mulut saya terasa kering 9 Saya merasa ada gangguan penglihatan saat bekerja 10 Saya merasa ada gangguan tidur 11 Merasa nyeri yang tidak spesifik 12 Merasa gatal yang tidak spesifik 13 Diare saat/setelah kerja 14 Merasa telapak tangan berkeringat 15 Merasa telapak tangan dingin 16 Merasa frekuensi pernapasan meningkat 17 Merasa denyut nadi meningkat 18 Merasa cemas/takut 19 Merasa tertekan karena pekerjaan 20 Menyalahkan diri sendiri 21 Hilang harapan 22 Meresa bodoh 23 Merasa tidak cocok dengan pekerjaan 24 Curiga dengan orang lain membicarakan diri saya 82
25 26 27
Merasa kehilangan konsentrasi Mudah lupa Merasa tidak cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaan
No
PERTANYAAN
28 29 30 31
Menghindar dari masalah Berganti-ganti rencana Berfikir hal-hal kecil terlalu detil Ketegangan dalam berinteraksi dengan teman sejawat
32 33
Ketegangan dalam berinteraksi dengan tim kesehatan lain Mudah tersinggung
34
Mudah marah tanpa sebab yang berarti
35
Menarik diri (menolak berinteraksi dengan sejawat)
36 37
Menarik diri (Menolak berinteraksi dengan tim kesehatan) Merasa tidak suka dengan pekerjaan
38
Kecewa terhadap hasil pekerjaan
39
Merasa jenuh dalam pekerjaan
40
Merasa tergantung pada orang lain
41
Merasa tidak tertarik terhadap minat yang disukai
42
Merasa lambat terhadap situasi yang membahayakan
43
Makan secara berlebihan
44
Kehilangan nafsu makan
45
Perubahan kesukaan merokok/minuman keras
46
Bingung dalam menghadapi pekerjaan
47
Putus asa pada pekerjaan
48
Penurunan kemampuan kerja
49
Kepuasan terhadap pekerjaan
50
Meninggalkan kerja
1
SKOR 2 3 4
5
83
Lampiran : 6 Master Data Ru ang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 6 6 6 6 6 6 7 7
ms kerja 5 6 4 3 13 4 9 11 4 6 5 4 8 11 13 11 8 4 4 7 6 6 13 12 3 6 4 11 5 9 8 7 14 11 3 6 4 11 13 5 5
kat ms kerja 2 2 1 1 3 1 2 3 1 2 2 1 2 3 3 3 2 1 1 2 2 2 3 3 1 2 1 3 2 2 2 2 3 3 1 2 1 3 3 2 2
Dik 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1
Usia 40 39 26 42 35 33 30 40 50 29 34 33 43 42 41 50 49 35 29 27 44 44 34 48 24 33 35 42 31 47 45 48 34 36 25 38 39 41 35 29 28
kat usia 2 1 1 2 1 1 1 2 3 1 1 1 2 2 2 3 3 1 1 1 2 2 1 3 1 1 1 2 1 3 2 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1
Tp peri laku 66 78 77 75 113 75 104 80 74 79 78 107 111 71 62 103 70 69 72 77 70 74 82 83 70 102 88 72 102 80 77 79 79 74 75 77 96 70 73 70 105
kattp peri laku 1 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3
bb kerja 14 28 36 24 37 25 45 32 15 31 26 21 19 20 24 34 20 29 30 31 21 22 29 35 14 36 32 14 40 24 33 31 31 36 20 23 28 22 22 23 35
kat bb kerja 1 2 3 2 3 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 1 3 2 1 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3
kd kerja 39 24 35 42 42 42 59 38 31 42 38 21 20 37 38 50 25 36 30 35 35 31 35 26 31 42 40 27 38 29 36 35 36 20 25 38 39 20 31 25 41
katk dkerja 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2
stres 70 109 102 110 108 89 110 120 98 124 119 123 113 96 106 148 88 83 96 123 79 87 126 127 81 122 117 79 125 94 106 133 130 99 84 110 117 72 74 88 132
84
Ru ang 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 8 8 10 10 10 10 10 10 10 10 11 11 11 11 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
ms kerja 3 5 11 11 12 2 3 11 4 12 5 6 4 7 7 6 1 6 6 9 7 14 13 3 10 12 6 6 8 7 3 6 13 8 11 2 7 10 12 13 9 4
kat ms kerja 1 2 3 3 3 1 1 3 1 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 3 3 1 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 3 1 2 2 3 3 2 1
Dik 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 3 3 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1
Usia 34 32 35 43 34 44 29 31 33 36 32 35 42 9 42 41 48 30 39 40 34 42 43 44 48 47 33 36 31 38 34 41 49 43 32 35 29 26 28 47 46 32
kat usia 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 3 1 1 2 1 2 2 2 3 3 1 1 1 1 1 2 3 2 1 1 1 1 1 3 3 1
Tp peri laku 78 81 109 72 87 71 85 96 103 80 106 81 46 79 79 81 80 80 77 95 78 78 96 88 79 50 96 78 110 80 67 69 59 78 88 74 81 79 74 72 59 79
kattp peri laku 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 3 2 3 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2
bb kerja 28 27 17 18 34 24 33 35 34 29 34 18 17 28 33 17 43 15 20 19 20 21 32 30 24 17 29 33 22 18 25 16 13 15 36 25 21 19 23 30 26 19
kat bb kerja 2 2 1 1 3 2 2 3 3 2 3 1 1 2 2 1 3 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2
kd kerja 45 42 39 21 46 28 57 55 41 38 18 39 22 39 42 41 23 24 25 43 43 56 22 39 25 25 41 22 40 40 42 31 36 24 22 31 25 37 31 31 41 39
katk dkerja 3 2 2 1 3 2 3 3 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 3 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2
stres 110 105 120 83 123 83 140 138 123 112 77 134 86 121 128 86 105 79 78 105 106 134 120 140 77 73 120 90 122 108 74 89 75 70 120 77 81 98 80 83 65 118
85
Lampiran : 7
Summarize Case Summaries(a)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
tipe kepribadian 66 78 77 75 113 75 104 80 74 79 78 107 111 71 62 103 70 69 72 77 70 74 82 83 70 102 88 72 102 80 77 79 79 74 75 77 96 70 73 70 105 78
beban kerja 14 28 36 24 37 25 45 32 15 31 26 21 19 20 24 34 20 29 30 31 21 22 29 35 14 36 32 14 40 24 33 31 31 36 20 23 28 22 22 23 35 28
kondisi kerja 39 24 35 42 42 42 59 38 31 42 38 21 20 37 38 50 25 36 30 35 35 31 35 26 31 42 40 27 38 29 36 35 36 20 25 38 39 20 31 25 41 45
Total
N ∑x Mean
stres kerja 70 109 102 110 108 89 110 120 98 124 119 123 113 96 106 148 88 83 96 123 79 87 126 127 81 122 117 79 125 94 106 133 130 99 84 110 117 72 74 88 132 110
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83
83
94,48 67,38
beban kerja 27 17 18 34 24 33 35 34 29 34 18 17 28 33 17 43 15 20 19 20 21 32 30 24 17 29 33 22 18 25 16 13 15 36 25 21 19 23 30 26 19
kondisi kerja 42 39 21 46 28 57 55 41 38 18 39 22 39 42 41 23 24 25 43 43 56 22 39 25 25 41 22 40 40 42 31 36 24 22 31 25 37 31 31 41 39
83
83
83
2149 671776717
2875 2149
8573 2875
25,89
34,64
103,29
7,441
9,181
21,061
80,93
Std. 13,550 Deviation a Limited to first 100 cases.
Max Min
tipe kepribadian 81 109 72 87 71 85 96 103 80 106 81 46 79 79 81 80 80 77 95 78 78 96 88 79 50 96 78 110 80 67 69 59 78 88 74 81 79 74 72 59 79
33,331 18,449
43,821 25,459
stres kerja 105 120 83 123 83 140 138 123 112 77 134 86 121 128 86 105 79 78 105 106 134 120 140 77 73 120 90 122 108 74 89 75 70 120 77 81 98 80 83 65 118
8573
124,351 82,229
86
Lampiran : 8
Frequencies Statistics
N
Valid
Ruang 83
Masa kerja 83
Pendidikan 83
usia 83
tipe kepribadian 83
beban kerja 83
kondisi kerja 83
stres kerja 83
0
0
0
0
0
0
0
0
Missing
Frequency Table Ruang
Valid
Ruang I
Frequency 9
Percent 10,8
Valid Percent 10,8
Cumulative Percent 10,8
Ruang II
8
9,6
9,6
20,5
Ruang III
7
8,4
8,4
28,9
Ruang IV
9
10,8
10,8
39,8
Ruang VI
6
7,2
7,2
47,0
Ruang VII
10
12,0
12,0
59,0
Ruang VIII
9
10,8
10,8
69,9
Ruang X
8
9,6
9,6
79,5
Ruang XI
9
10,8
10,8
90,4
Ruang XII
8
9,6
9,6
100,0
83
100,0
100,0
Total
Pendidikan
Valid
SPK
Frequency 32
Percent 38,6
Valid Percent 38,6
Cumulative Percent 38,6
48
57,8
57,8
96,4 100,0
D III Kes S1Kes Total
3
3,6
3,6
83
100,0
100,0
usia
Frequency Valid
20 - <40 Tahun 40 - 45 Tahun > 45 - 60 Tahun Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
49
59,0
59,0
59,0
22
26,5
26,5
85,5
12
14,5
14,5
100,0
83
100,0
100,0
87
Masa kerja
Valid
< 5 Tahun
Frequency 21
Percent 25,3
Valid Percent 25,3
Cumulative Percent 25,3
38
45,8
45,8
71,1
24
28,9
28,9
100,0
83
100,0
100,0
5 - 10 Tahun > 10 Tahun Total
tipe kepribadian
Frequency Valid
Kepribadian B Kepribadian AB Kepribadian A Total
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
7
8,4
8,4
8,4
59
71,1
71,1
79,5
17
20,5
20,5
100,0
83
100,0
100,0
beban kerja
Valid
Ringan
Frequency 15
Percent 18,1
Valid Percent 18,1
Cumulative Percent 18,1
Sedang
53
63,9
63,9
81,9
Berat
15 83
18,1 100,0
18,1 100,0
100,0
Total
kondisi kerja
Valid
Frequency 21
Percent 25,3
Valid Percent 25,3
Cumulative Percent 25,3
Kurang Menyenangkan
55
66,3
66,3
91,6
Menyenangkan
7 83
8,4 100,0
8,4 100,0
100,0
Frequency 18
Percent 21,7
Valid Percent 21,7
Cumulative Percent 21,7
52
62,7
62,7
84,3
13
15,7
15,7
100,0
83
100,0
100,0
Tidak Menyenangkan
Total
stres kerja
Valid
Reaksi Tanda Waspada Fase Resistensi Fase Kelelahan/Kepayahan Total
88
Lampiran : 9
Crosstabs Case Processing Summary Cases Missing
Valid Ruang * tipe kepribadian
N 83
Percent 100,0%
Ruang * beban kerja
83
Ruang * kondisi kerja
83
Ruang * stres kerja
83
Ruang I
Ruang II
Ruang III
Ruang IV
Ruang VI
Ruang VII
Ruang VIII
Ruang X
Ruang XI
Ruang XII
Total
Count
N
Total
0
Percent ,0%
100,0%
0
100,0%
0
N 83
Percent 100,0%
,0%
83
100,0%
,0%
83
100,0%
100,0% 0 ,0% 83 Ruang * tipe kepribadian Crosstabulation tipe kepribadian Kepribadian Kepribadian Kepribadian B AB A 1 6 2
100,0% Total
9
% within Ruang
11,1%
66,7%
22,2%
100,0%
% within tipe kepribadian
14,3%
10,2%
11,8%
10,8%
1
4
3
8
% within Ruang
12,5%
50,0%
37,5%
100,0%
% within tipe kepribadian
14,3%
6,8%
17,6%
9,6%
0
7
0
7
% within Ruang
,0%
100,0%
,0%
100,0%
% within tipe kepribadian
,0%
11,9%
,0%
8,4%
Count
Count
Count
0
7
2
9
% within Ruang
,0%
77,8%
22,2%
100,0%
% within tipe kepribadian
,0%
11,9%
11,8%
10,8%
Count
0
5
1
6
% within Ruang
,0%
83,3%
16,7%
100,0%
% within tipe kepribadian
,0%
8,5%
5,9%
7,2%
0
7
3
10
% within Ruang
,0%
70,0%
30,0%
100,0%
% within tipe kepribadian
,0%
11,9%
17,6%
12,0%
1
6
2
9
% within Ruang
11,1%
66,7%
22,2%
100,0%
% within tipe kepribadian
14,3%
10,2%
11,8%
10,8%
Count
Count
Count
0
6
2
8
% within Ruang
,0%
75,0%
25,0%
100,0%
% within tipe kepribadian
,0%
10,2%
11,8%
9,6%
Count
3
4
2
9
% within Ruang
33,3%
44,4%
22,2%
100,0%
% within tipe kepribadian
42,9%
6,8%
11,8%
10,8%
1
7
0
8
% within Ruang
12,5%
87,5%
,0%
100,0%
% within tipe kepribadian
14,3%
11,9%
,0%
9,6%
7
59
17
83
Count
Count % within Ruang % within tipe kepribadian
8,4%
71,1%
20,5%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
89
Ruang * beban kerja Crosstabulation beban kerja Ringan Ruang I
Ruang II
Ruang III
Ruang IV
Ruang VI
Ruang VII
Ruang VIII
Ruang X
Count
2
4
3
9
22,2%
44,4%
33,3%
100,0%
% within beban kerja
13,3%
7,5%
20,0%
10,8%
Count
0
7
1
8
% within Ruang
,0%
87,5%
12,5%
100,0%
% within beban kerja
,0%
13,2%
6,7%
9,6%
0
6
1
7
% within Ruang
,0%
85,7%
14,3%
100,0%
% within beban kerja
,0%
11,3%
6,7%
8,4%
2
5
2
9
% within Ruang
22,2%
55,6%
22,2%
100,0%
% within beban kerja
13,3%
9,4%
13,3%
10,8%
Count
Count
Count
0
5
1
6
% within Ruang
,0%
83,3%
16,7%
100,0%
% within beban kerja
,0%
9,4%
6,7%
7,2%
Count
2
5
3
10
% within Ruang
20,0%
50,0%
30,0%
100,0%
% within beban kerja
13,3%
9,4%
20,0%
12,0%
3
3
3
9
% within Ruang
33,3%
33,3%
33,3%
100,0%
% within beban kerja
20,0%
5,7%
20,0%
10,8%
1
7
0
8
12,5%
87,5%
,0%
100,0%
6,7%
13,2%
,0%
9,6%
5
4
0
9
% within Ruang
55,6%
44,4%
,0%
100,0%
% within beban kerja
33,3%
7,5%
,0%
10,8%
Count
Count % within beban kerja
Ruang XII
Total
Berat
% within Ruang
% within Ruang Ruang XI
Sedang
Total
Count
Count
0
7
1
8
% within Ruang
,0%
87,5%
12,5%
100,0%
% within beban kerja
,0%
13,2%
6,7%
9,6%
15
53
15
83
18,1%
63,9%
18,1%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
Count % within Ruang % within beban kerja
90
Ruang * kondisi kerja Crosstabulation
Ruang I
Count % within Ruang
Ruang III
Ruang IV
Ruang VI
Ruang VII
Ruang XI
Ruang XII
100,0%
4,8%
12,7%
14,3%
10,8%
3
4
1
8
% within Ruang
37,5%
50,0%
12,5%
100,0%
% within kondisi kerja
14,3%
7,3%
14,3%
9,6%
0
7
0
7
% within Ruang
,0%
100,0%
,0%
100,0%
% within kondisi kerja
,0%
12,7%
,0%
8,4%
Count
Count
Count
0
9
0
9
% within Ruang
,0%
100,0%
,0%
100,0%
% within kondisi kerja
,0%
16,4%
,0%
10,8%
Count
3
3
0
6
% within Ruang
50,0%
50,0%
,0%
100,0%
% within kondisi kerja
14,3%
5,5%
,0%
7,2%
2
4
4
10
20,0%
40,0%
40,0%
100,0%
9,5%
7,3%
57,1%
12,0%
3
6
0
9
% within Ruang
33,3%
66,7%
,0%
100,0%
% within kondisi kerja
14,3%
10,9%
,0%
10,8%
4
3
1
8
% within Ruang
50,0%
37,5%
12,5%
100,0%
% within kondisi kerja
19,0%
5,5%
14,3%
9,6%
Count
Count
Count
Count
3
6
0
9
% within Ruang
33,3%
66,7%
,0%
100,0%
% within kondisi kerja
14,3%
10,9%
,0%
10,8%
2
6
0
8
25,0%
75,0%
,0%
100,0%
9,5%
10,9%
,0%
9,6%
21
55
7
83
Count % within Ruang % within kondisi kerja
Total
9
11,1%
% within kondisi kerja
Ruang X
Total
77,8%
% within Ruang Ruang VIII
kondisi kerja Kurang Menyenan Menyenan gkan gkan 7 1
11,1%
% within kondisi kerja Ruang II
Tidak Menyenan gkan 1
Count % within Ruang % within kondisi kerja
25,3%
66,3%
8,4%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
91
Ruang * stres kerja Crosstabulation
stres kerja
Ruang I
Count % within Ruang % within stres kerja
Ruang II
Count % within Ruang % within stres kerja
Ruang III
Count % within Ruang % within stres kerja
Ruang IV
Count % within Ruang % within stres kerja
Ruang VI
Count % within Ruang % within stres kerja
Ruang VII
Count % within Ruang % within stres kerja
Ruang VIII
Count % within Ruang % within stres kerja
Ruang X
Count % within Ruang % within stres kerja
Ruang XI
Count % within Ruang % within stres kerja
Ruang XII
Count % within Ruang % within stres kerja
Total
Count % within Ruang % within stres kerja
Total
8
Fase Kelelahan/Kep ayahan 0
11,1%
88,9%
,0%
5,6%
15,4%
,0%
0
7
1
,0%
87,5%
12,5%
,0%
13,5%
7,7%
1
4
2
14,3%
57,1%
28,6%
5,6%
7,7%
15,4%
2
4
3
22,2%
44,4%
33,3%
11,1%
7,7%
23,1%
2
4
0
33,3%
66,7%
,0%
11,1%
7,7%
,0%
0
7
3
,0%
70,0%
30,0%
,0%
13,5%
23,1%
1
6
2
11,1%
66,7%
22,2%
5,6%
11,5%
15,4%
3
3
2
37,5%
37,5%
25,0%
16,7%
5,8%
15,4%
4
5
0
44,4%
55,6%
,0%
22,2%
9,6%
,0%
4
4
0
50,0%
50,0%
,0%
22,2%
7,7%
,0%
18
52
13
21,7%
62,7%
15,7%
100,0%
100,0%
100,0%
Reaksi Tanda Waspada 1
Fase Resistensi
9 100,0 % 10,8% 8 100,0 % 9,6% 7 100,0 % 8,4% 9 100,0 % 10,8% 6 100,0 % 7,2% 10 100,0 % 12,0% 9 100,0 % 10,8% 8 100,0 % 9,6% 9 100,0 % 10,8% 8 100,0 % 9,6% 83 100,0 % 100,0 %
92
Lampiran : 10
Regression Variables Entered/Removed(b)
Model 1
Variables Entered
Variables Removed
Method
tipe kepribadian( a)
.
Enter
2
beban kerja(a)
.
Enter
3
kondisi kerja(a)
.
Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: stres kerja Model Summary(d)
Model 1
R ,325(a)
R Square ,106
Adjusted R Square ,095
Std. Error of the Estimate ,582
2
,383(b)
,147
,126
,572
3 a b c d
,511(c) ,261 ,233 ,536 Predictors: (Constant), tipe kepribadian Predictors: (Constant), tipe kepribadian, beban kerja Predictors: (Constant), tipe kepribadian, beban kerja, kondisi kerja Dependent Variable: stres kerja ANOVA(d)
Model 1
2
3
Sum of Squares
df
Mean Square
Regressio n Residual
3,246
1
3,246
27,452
81
,339
Total
30,699
82
Regressio n Residual
4,510
2
2,255
26,188
80
,327
Total
30,699
82
8,012
3
2,671
22,687
79
,287
Regressio n Residual
F
Sig.
9,579
,003(a)
6,889
,002(b)
9,299
,000(c)
Total
a b c d
30,699 82 Predictors: (Constant), tipe kepribadian Predictors: (Constant), tipe kepribadian, beban kerja Predictors: (Constant), tipe kepribadian, beban kerja, kondisi kerja Dependent Variable: stres kerja
93
Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
2
3
(Constant)
Standardized Coefficients
B 1,140
Std. Error ,266
,377
,122
,935
,282
,256
,135
,231
,118
,391
,306
,241
,126
,174 ,376
,111 ,108
tipe kepribadian (Constant) tipe kepribadian beban kerja (Constant) tipe kepribadian beban kerja kondisi kerja
t
Beta
Sig.
4,279
,000
3,095
,003
3,321
,001
,220
1,896
,062
,228
1,965
,053
1,277
,205
,208
1,910
,060
,172 ,344
1,564 3,492
,122 ,001
,325
a Dependent Variable: stres kerja Excluded Variables(c) Collinearity Statistics Model 1
Beta In
t
Partial Correlation
Sig.
beban ,228(a) 1,965 ,053 kerja kondisi ,366(a) 3,728 ,000 kerja 2 kondisi ,344(b) 3,492 ,001 kerja a Predictors in the Model: (Constant), tipe kepribadian b Predictors in the Model: (Constant), tipe kepribadian, beban kerja c Dependent Variable: stres kerja
Tolerance
,215
,789
,385
,988
,366
,966
Residuals Statistics(a) Minimum 1,18
Maximum 2,77
Mean 1,94
Std. Deviation ,313
Residual
-1,014
1,200
,000
,526
83
Std. Predicted Value
-2,422
2,642
,000
1,000
83
-1,892 a Dependent Variable: stres kerja
2,239
,000
,982
83
Predicted Value
Std. Residual
N 83
94
Charts Histogram
Dependent Variable: stres kerja
25
15
10
5 Mean = 2.45E-17 Std. Dev. = 0.982 N = 83
0 -2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Residual
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: stres kerja 1.0
0.8
Expected Cum Prob
Frequency
20
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
95
Lampiran : 11
Oneway Descriptives N tipe kepribadian
Ruang I Ruang II Ruang III Ruang IV Ruang VI Ruang VII Ruang VIII Ruang X Ruang XI Ruang XII
beban kerja
Total Ruang I Ruang II Ruang III Ruang IV Ruang VI Ruang VII Ruang VIII Ruang X Ruang XI Ruang XII
kondisi kerja
Total Ruang I Ruang II Ruang III Ruang IV Ruang VI Ruang VII Ruang VIII Ruang X Ruang XI Ruang XII
stres kerja
Total Ruang I Ruang II Ruang III Ruang IV Ruang VI Ruang VII Ruang VIII Ruang X Ruang XI Ruang XII Total
Mean
Std. Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound
Minimu m
Maximu m
9
82,44
15,436
5,145
70,58
94,31
66
113
8
85,13
18,969
6,707
69,27
100,98
62
111
7
75,29
5,589
2,112
70,12
80,45
69
83
9
83,22
11,798
3,933
74,15
92,29
70
102
6
77,50
9,354
3,819
67,68
87,32
70
96
10
85,40
13,962
4,415
75,41
95,39
70
109
9
81,67
17,103
5,701
68,52
94,81
46
106
8
83,88
7,954
2,812
77,23
90,52
77
96
9
76,33
18,283
6,094
62,28
90,39
50
110
8
75,75
8,447
2,987
68,69
82,81
59
88
83
80,93
13,550
1,487
77,97
83,89
46
113
9
28,44
10,236
3,412
20,58
36,31
14
45
8
24,38
5,579
1,972
19,71
29,04
19
34
7
28,14
4,981
1,883
23,54
32,75
21
35
9
28,33
9,179
3,060
21,28
35,39
14
40
6
25,17
5,947
2,428
18,93
31,41
20
36
10
27,40
6,818
2,156
22,52
32,28
17
35
9
28,11
9,117
3,039
21,10
35,12
17
43
8
22,63
5,755
2,035
17,81
27,44
15
32
9
20,89
6,846
2,282
15,63
26,15
13
33
8
24,88
5,842
2,065
19,99
29,76
19
36
83
25,89
7,441
,817
24,27
27,52
13
45
9
39,11
9,571
3,190
31,75
46,47
24
59
8
33,88
10,736
3,796
24,90
42,85
20
50
7
32,57
3,690
1,395
29,16
35,98
26
36
9
34,89
5,011
1,670
31,04
38,74
27
42
6
28,83
8,519
3,478
19,89
37,77
20
39
10
39,90
12,069
3,816
31,27
48,53
21
57
9
33,67
9,670
3,223
26,23
41,10
18
42
8
34,63
12,386
4,379
24,27
44,98
22
56
9
33,44
8,064
2,688
27,25
39,64
22
42
8
32,13
6,621
2,341
26,59
37,66
22
41
83
34,64
9,181
1,008
32,63
36,64
18
59
9
101,78
14,771
4,924
90,42
113,13
70
120
8
114,63
18,608
6,579
99,07
130,18
88
148
7
103,00
21,548
8,145
83,07
122,93
79
127
9
109,67
20,676
6,892
93,77
125,56
79
133
6
92,67
18,886
7,710
72,85
112,49
72
117
10
112,20
21,999
6,957
96,46
127,94
83
140
9
108,00
20,688
6,896
92,10
123,90
77
134
8
104,88
25,301
8,945
83,72
126,03
77
140
9
91,22
20,632
6,877
75,36
107,08
70
122
8
90,25
19,898
7,035
73,61
106,89
65
120
83
103,29
21,061
2,312
98,69
107,89
65
148
96
ANOVA
tipe kepribadian
beban kerja
kondisi kerja
stres kerja
Sum of Squares 1181,210
9
Mean Square 131,246
Within Groups
13874,356
73
190,060
Total
15055,566
82
Between Groups
Between Groups
df
555,309
9
61,701
Within Groups
3984,715
73
54,585
Total
4540,024
82
766,084
9
85,120
Within Groups
6145,073
73
84,179
Total
6911,157
82
Between Groups
Between Groups
5776,766
9
641,863
Within Groups
30596,294
73
419,127
Total
36373,060
82
F ,691
Sig. ,715
1,130
,353
1,011
,439
1,531
,153
Oneway Descriptives
N
tipe kepribadian
beban kerja
kondisi kerja
Reaksi Tanda Waspada Fase Resistensi
Mean
Std. Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound
18
72,50
11,658
2,748
66,70
78,30
52
82,15
13,690
1,899
78,34
85,97
Fase Kelelahan/Kepayahan
13
87,69
10,144
2,813
81,56
93,82
Total
83
80,93
13,550
1,487
77,97
83,89
18
20,28
5,592
1,318
17,50
23,06
Reaksi Tanda Waspada Fase Resistensi
52
26,52
7,196
,998
24,52
28,52
Fase Kelelahan/Kepayahan
13
31,15
5,914
1,640
27,58
34,73
Total
83
25,89
7,441
,817
24,27
27,52
18
29,44
6,989
1,647
25,97
32,92
Reaksi Tanda Waspada Fase Resistensi
52
34,54
8,594
1,192
32,15
36,93
Fase Kelelahan/Kepayahan
13
42,23
9,479
2,629
36,50
47,96
Total
83
34,64
9,181
1,008
32,63
36,64
Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic ,887
2
80
Sig. ,416
beban kerja
2,130
2
80
,126
kondisi kerja
,820
2
80
,444
tipe kepribadian
df1
df2
97
ANOVA
tipe kepribadian
beban kerja
kondisi kerja
Sum of Squares 1951,528
2
Mean Square 975,764
Within Groups
13104,038
80
163,800
Total
15055,566
82
947,740
2
473,870
Within Groups
3592,284
80
44,904
Total
4540,024
82
Between Groups
1235,481
2
617,741
Within Groups
5675,675
80
70,946
Total
6911,157
82
Between Groups
Between Groups
df
F 5,957
Sig. ,004
10,55 3
,000
8,707
,000
98