BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan Gambar 2, pada bulan Oktober 2008 sampai dengan Februari 2011. Secara geografis Kabupaten Tanah Bumbu terletak antara 2°52' - 3°47' Lintang Selatan dan 115°15' - 116°04' Bujur Timur (Badan Pusat Statistik, 2009). Wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kotabaru, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kotabaru dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut. Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data sekunder yang dikumpulkan diperoleh dari berbagai sumber, seperti disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian Jenis Data No. 1 Peta digital administrasi tahun 2010 dan peta kuntor RBI Kabupaten Tanah Bumbu (1 : 50 000) tahun 2010 2 Peta Tutupan Lahan Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2004 (bentuk JPEG) 3 Peta RTRW Kabupaten Tanah Bumbu tahun 20042014 (bentuk JPEG) 4 Citra satelit Landsat 7 ETM+ Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2010 5 Peta tanah Kabupaten Tanah Bumbu (1 : 250 000) tahun 2000 6 Kecamatan Dalam Angka Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2004-2006 7 Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka tahun 2009
Sumber Bappeda Kabupaten Tanah Bumbu dan Bakosurtanal Bappeda Kabupaten Tanah Bumbu Bappeda Kabupaten Tanah Bumbu BTIC (Biotrop) Bogor Puslittanak Bogor BPS Kabupaten Tanah Bumbu BPS Kabupaten Tanah Bumbu
8
PDRB Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2004-2006
BPS Pusat Jakarta
9
PDRB Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2004-2006
BPS Kabupaten Tanah Bumbu
10 Pedoman RTRW Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2004-2014 11 Data Populasi dan Produksi Ternak Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2010 12 Data Populasi dan Produksi Ternak Propinsi Kalimantan Selatan tahun 2008
Bappeda Kabupaten Tanah Bumbu Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Tanah Bumbu Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Selatan
17
Gambar 2 Peta lokasi penelitian Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan
18 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu perangkat komputer hardware dan perangkat lunak GIS Arc View 3.3, Erdas Imagine 8.6, Excel dalam Microsoft Windows XP, alat bantu GPS. Komputer dan software pendukung SIG digunakan untuk pengolahan data atribut dan peta-peta digital, baik untuk persiapan, analisis serta penyajian hasil penelitian, sedangkan GPS sebagai alat bantu dalam kegiatan pengecekan di lapangan. Analisis dan Pengolahan Data Analisis Sektor Basis dan Pemusatan Aktifitas Sektor Peternakan Untuk melihat sektor basis dan pemusatan aktifitas sektor peternakan di wilayah penelitian digunakan data populasi ternak dan analisisnya menurut Panuju dan Rustiadi (2005), menggunakan Location Quotient (LQ), Localization Index (LI) dan Specialization Index (SI):
LQ
SI
i
IJ
= 1
=
X X P
2
j =1
IJ
X / X
/
.J
X X
ij i
−
LI
I. ..
X X
J
= 1
n
2
I =1
X X
ij .j
−
X X
i. ..
.j ..
Keterangan: Xij adalah nilai aktifitas ke-j pada wilayah ke-i Xi. adalah jumlah seluruh aktifitas di wilayah ke-I X.j adalah jumlah aktifitas ke-j di seluruh wilayah X.. adalah besaran aktifitas total di seluruh wilayah Kisaran nilai LQ: (a) LQ>1 artinya komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah. (b) LQ=1 komoditas itu tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor. (c) LQ<1 komoditas ini juga termasuk non basis. Produksi komoditas di suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar. (d) LQ=0 artinya komoditas tidak berkembang
19 Nilai LI dan SI berkisar antara 0 – 1 Interpretasi LI: ~0 : (Mendekati 0) perkembangan aktifitas bersifat indifferent tidak ada perbedaan tingkat performa untuk dikembangkan di seluruh lokasi ~1 : (Mendekati 1) ada indikasi terjadi pemusatan aktifitas tertentu di salah satu unit wilayah Interpretasi SI: ~0 : (Mendekati 0) kecenderungan unit wilayah tidak memiliki kekhasan aktifitas ~1: (Mendekati 1) ada indikasi unit wilayah tertentu memiliki aktifitas khas. Penilaian Kesesuaian Lingkungan Ekologis Sapi Potong Penilaian lingkungan ekologis sapi potong dilakukan secara matching antara peta satuan lahan Gambar 8 yang berisi kualitas/karakteristik lahan Lampiran 3 dengan persyaratan lingkungan ekologis sapi potong Lampiran 2. Hasil akhir penilaian dibedakan menjadi dua kategori yaitu pemeliharaan sapi potong sistem gembala dan sistem kandang. Menurut Suratman et al. (1998) ada empat kriteria lingkungan ekologis dalam pengembangan sapi potong, yaitu: rejim temperatur (suhu rata-rata, kelembaban); ketersediaan air (bulan kering, curah hujan, keberadaan sumber air) dan kualitas air; terrain (lereng, elevasi) serta persentase kandungan batuan. Identifikasi Tingkat Ketersediaan Hijauan Makanan Ternak Daya dukung (DD) hijauan makanan ternak adalah kemampuan suatu wilayah untuk menghasilkan pakan terutama berupa hijauan yang dapat menampung bagi kebutuhan sejumlah populasi sapi potong dalam bentuk segar maupun kering, tanpa melalui pengolahan dan tanpa pengolahan khusus dan diasumsikan penggunaannya hanya untuk sapi potong. Daya dukung hijauan dihitung berdasarkan produksi bahan kering (BK) terhadap kebutuhan satu satuan ternak (1 ST) sapi potong dalam satu tahun, dimana kebutuhan bahan kering adalah 6.25 kg/hari atau 2.28 Ton/tahun (NRC, 1984), untuk sapi dengan berat hidup mencapai 500 kg. Untuk ternak sapi di Indonesia pada umumnya tiap 1 ST memiliki berat hidup rata-rata 250 kg. Jadi kebutuhan pakan/bahan kering minimum untuk 1 ST selama satu tahun dapat berbeda-beda, tergantung berat hidup sapinya. Berat hidup sapi secara rata-rata di Kabupaten Tanah Bumbu
20 adalah 250 kg maka kebutuhan pakan minimum ternak ruminansia per satu satuan ternak (1 ST) dihitung menurut Sumanto dan Juarini (2006) sebagai berikut : K = 2.5% x 50% x 365 x 250 kg = 1.14 ton BKC/tahun/ST Keterangan : K
= Kebutuhan pakan minimum untuk 1 ST dalam ton bahan kering tercerna atau DDM (digestible dry matter) selama satu tahun 2.5% = Kebutuhan minimum jumlah ransum hijauan pakan (bahan kering) terhadap berat badan 50% = Nilai rata-rata daya cerna berbagai jenis tanaman 365 = Jumlah hari dalam satu tahun 250 kg = Berat hidup 1 ST (keadaan dapat berubah sesuai kondisi ternak pada setiap wilayah). Produksi bahan kering merupakan jumlah dari produksi pakan asal limbah
pertanian dan produksi pakan dari hijauan alami. Jumlah potensi limbah dari masing-masing tanaman pangan merupakan potensi ketersediaan pakan potensial saat ini. Perhitungan pakan asal limbah pertanian per kecamatan dihitung menurut Pedoman Identifikasi Wilayah (Sumanto dan Juarini, 2006). Hasil perhitungan produksi bahan kering selanjutnya digunakan untuk mendapatkan daya dukung pakan hijauan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Sumanto dan Juarini, 2006): Daya Dukung (ST) =
Produksi bahan kering cerna (kg) Kebutuhan bahan kering cerna sapi dewasa (kg/ST)
Indeks daya dukung (IDD) adalah angka yang menunjukan status nilai daya dukung pada suatu wilayah. Indeks daya dukung hijauan makanan ternak dihitung dari total produksi hijauan makanan ternak yang tersedia terhadap jumlah kebutuhan hijauan bagi sejumlah populasi ternak ruminansia di suatu wilayah. Indeks daya dukung dihitung berdasarkan bahan kering cerna (BKC) dengan persamaan sebagai berikut (Sumanto dan Juarini, 2006): Indeks Daya Dukung Hijauan
=
Total produksi bahan kering cerna (kg) Populasi ruminansia (ST) x Kebutuhan BKC sapi dewasa (kg/ST)
Atau menurut Ashari et al. (1995):
21 Indeks Daya Dukung Hijauan
=
Daya dukung hijauan makanan ternak (ST) Populasi ruminansia
Setelah didapat nilai indeks daya dukung maka diperoleh kriteria status daya dukung hijauan seperti disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Kriteria status daya dukung hijauan berdasarkan indeks daya dukung No.
Indeks daya dukung (IDD)
Kriteria
1. 2. 3. 4.
1 >1-1.5 >1.5-2 >2
Sangat Kritis Kritis Rawan Aman
Sumber: Sumanto dan Juarini (2006).
Masing-masing nilai IDD tersebut mempunyai makna sebagai berikut: Nilai
1
: - Ternak tidak mempunyai pilihan dalam memanfaatkan sumberdaya yang tersedia, - Terjadi pengurasan sumberdaya dalam agro-ekosistemnya, - Tidak ada hijauan alami maupun limbah yang kembali melakukan siklus haranya. Nilai >1-1.5 : - Ternak telah mempunyai pilihan untuk memanfaatkan sumberdaya tetapi belum terpenuhi aspek konservasi. Nilai >1.5-2 : - Pengembangan bahan organik ke alam pas-pasan. Nilai >2 : - Ketersediaan sumberdaya pakan secara fungsional mencukupi kebutuhan lingkungan secara efesien. Produksi limbah tanaman pangan diambil dari data Tabel 18 yaitu luas
panen tanaman padi dan Palawija berdasarkan kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu dikalikan indikator Tabel 6. Produksi hijauan makanan ternak diambil dari data Tabel 22 jenis penutupan dan penggunaan lahan di Kabupaten Tanah Bumbu dikalikan indikator Tabel 7. Perhitungan jumlah populasi ternak ruminansia dalam satuan ternak (ST) didasarkan pada data nilai ST ternak ruminansia utama Kabupaten Tanah Bumbu seperti disajikan pada Tabel 8. Prioritas dan Arahan Lahan Pengembangan Lahan yang diprioritaskan untuk pengembangan sapi potong merupakan lahan yang sesuai untuk lingkungan ekologis sapi potong (S) dan urutan prioritasnya didasarkan pada indeks daya dukung hijauan makanan ternak. Lahan bukan prioritas adalah lahan yang kurang sesuai (N) untuk lingkungan ekologis sapi potong dan lahan yang tidak dinilai (TD), hal ini bisa dilihat pada Tabel 9.
22 Tabel 6 Karakterisasi pakan limbah tanaman pangan No.
Jenis limbah tanaman pangan
(a)
(b)
1 2 3 4 5 6 7 8
Padi sawah Padi gogo Jagung kedelai Kacang tanah Kacang hijau Ubi kayu Ubi jalar
Luas (Ha) (c)
Produksi limbah (Ton/Th)*
Daya cerna
Produksi limbah BKC (Ton)
(d)
(e)
(f)
-
9.0 6.6 15.0 1.2 1.3 1.9 1.1 2.5
0.140 0.140 0.150 0.137 0.137 0.137 0.135 0.135
(c) x (d) x (e) (c) x (d) x (e) (c) x (d) x (e) (c) x (d) x (e) (c) x (d) x (e) (c) x (d) x (e) (c) x (d) x (e) (c) x (d) x (e)
Sumber : Sumanto dan Juarini (2006), *Natasasmita dan Murdikdjo (1980).
Tabel 7 Karakterisasi pakan hijauan pada setiap penggunaan lahan Penggunaan lahan (a) (b) 1 Kebun 2 Lahan terbuka 3 Semak belukar 4 Tegalan 5 Perkebunan karet 6 Sawah 7 Hutan produksi
No.
Luas (Ha) (c) -
Produktivitas pakan hijauan (Ton/Ha/Th)* (d) 2.875 0.750 1.000 2.875 2.000 1.250 0.300
Produksi (Ton BKC/Ha/Th) (e) (c) x (d) x (0.5)** (c) x (d) x (0.5)** (c) x (d) x (0.5)** (c) x (d) x (0.5)** (c) x (d) x (0.5)** (c) x (d) x (0.5)** (c) x (d) x (0.5)**
Sumber : Sumanto dan Juarini (2006), *Direktorat Jenderal Peternakan dan Balai Penelitian Ternak (1995), **Tingkat kecernaan diperhitungkan 50% BKC
Tabel 8 Nilai satuan ternak (ST) ruminansia utama di Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2009 No. Jenis ternak 1 Sapi potong 2 Kerbau 3 Kambing/Domba Total
Populasi (ekor) 31 568 4 883 7 177 43 628
Faktor konversi* 0.700 0.800 0.055
Sumber : *Sumanto dan Juarini (2006)
Nilai (ST) 22 098 3 906 395 26 399
Tabel 9 Matriks prioritas arahan lahan pengembangan sapi potong Kesesuaian lingkungan ekologis Sesuai (S) Kurang Sesuai (N)
Indeks daya dukung hijauan makanan ternak Aman Rawan Kritis Sangat kritis (A) (R) (K) (SK) S-A S-R S-K S-SK (Prioritas I) (Prioritas II) (Prioritas III) (Prioritas IV) Bukan prioritas
23 Peta satuan lahan Peta satuan lahan diperoleh dengan melakukan operasi tumpang tindih (overlay) peta-peta tematik berupa peta administrasi, peta tanah, peta curah hujan, peta tutupan/penggunaan lahan, peta lereng dan peta ketinggian (elevasi). Proses pembuatan peta satuan lahan Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2010 disajikan pada Gambar 3. Penjelasan dari masing-masing peta tematik adalah: 1. Peta administrasi, berisi polygon kecamatan dan kabupaten yang menjadi acuan dalam penentuan luas pada analisis selanjutnya. Peta administrasi diperoleh dari Bappeda Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2010. 2. Peta satuan lahan, berisi polygon yang masing-masing berisi atribut dan karakteristik lahan yang terdapat di lokasi penelitian. 3. Peta curah hujan, dibuat berdasarkan data dari 4 (empat) stasiun pengamatan. Data dikumpulkan selama kurun waktu 2003-2008 yaitu dari stasiun pengamatan Kusan Hilir, Sungai Loban, Kusan Hulu dan Batulicin. 4. Peta tutupan/penggunaan lahan, dibuat berdasarkan Klasifikasi citra menggunakan software ERDAS Imagine 8.6. Selanjutkan dilakukan analisis citra berupa: a). Pemotongan batas area penelitian, diperlukan untuk melakukan clip citra landsat sehingga tidak semua image area citra Landsat yang luas akan dianalisis. Data vektor peta administrasi kabupaten di jadikan acuan dalam penentuan luas. b). Rektifikasi citra, citra landsat terlebih dahulu dilakukan rektifikasi/koreksi geometrik untuk mengurangi distorsi geomertik selama akuisisi citra seperti pengaruh rotasi bumi, kelengkungan bumi, kecepatan scanning dari beberapa sensor yang tidak normal dan efek panoramik yang menyebabkan posisi citra tidak sama posisinya dengan posisi geografis yang sebenarnya. Citra yang mempunyai kesalahan geometri memberikan implikasi terhadap variasi jarak, luas, arah, sudut dan bentuk di semua bagian citra sehingga perlu dikoreksi terlebih dahulu untuk dapat digunakan sebagai peta. Rektifikasi citra mentah bertujuan agar citra dapat semaksimal mungkin sesuai denga keadaan aslinya di lapangan. Koreksi geometri dapat dilakukan dengan menentukan fungsi transformasi dan
24 resampling citra. Pada koreksi ini diperlukan Ground Control Point (GCP) yang dapat diacu dari peta topografi seperti peta RBI ataupun dengan memanfaatkan satelit GPS. Setelah didapatkan peta tutupan/penggunaan lahan,
kemudian
dilakukan
pengecekan
tutupan/penggunaan lahan rujukan, pengamatan
menggunakan
peta
ke lapangan dan
konfirmasi dengan masyarakat untuk perbaikan peta, sehingga dihasilkan peta akhir tutupan/penggunaan lahan (existing) Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2010. 5. Peta lereng dan peta ketinggian (elevasi), merupakan hasil olahan peta kontur Rupa Bumi Indonsia (RBI) Kabupaten Tanah Bumbu yang diperoleh dari Bakosurtanal. Selanjutnya dihasilkan peta lereng dan peta ketinggian (elevasi). Peta Prioritas dan Arahan Lahan Pengembangan Sapi Potong Setelah dilakukan matching dan query antara peta satuan lahan dengan persyaratan kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong maka dihasilkan peta kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong. Kemudian dilakukan analisis daya dukung (DD) dan indeks daya dukung (IDD) hijauan makanan ternak, yang merupakan perhitungan luas peta tutupan/penggunaan lahan Kabupaten Tanah Bumbu keadaan tahun 2010 dengan data populasi dan komposisi ternak yang diperoleh dari Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Tanah Bumbu (2010), maka dihasilkan peta status daya dukung hijauan makanan ternak. Adapun produksi limbah tanaman pangan diambil dari data luas panen tanaman padi dan Palawija berdasarkan kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu (2009) dikalikan indikator karakterisasi pakan limbah tanaman pangan, data produksi limbah tanaman pangan berdasarkan kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2009 disajikan pada Lampiran 6. Analisis spasial dilakukan dengan operasi tumpang tindih (overlay) petapeta tematik berupa peta kesesuaian lingkungan ekologis sapi potong, peta status daya dukung hijauan makanan ternak dan peta RTRW maka dihasilkan peta prioritas dan arahan lahan pengembangan sapi potong. Adapun diagram alir pembuatan peta prioritas dan arahan lahan pengembangan sapi potong dapat dilihat pada kerangka analisis penelitian Gambar 4.
25 Citra Satelit Landsat 7 ETM+ (2010)
Peta Tutupan Lahan (Bentuk JPEG) (Bappeda 2004)
Rujukan
Interpretasi Tutupan/ Penggunaan Lahan
Peta RBI (Kontur)
Pengolahan dengan GIS
Peta Lereng (Slope)
Pengamatan di Lapangan
Peta Ketinggian (Elevasi)
Cek Lapang Konfirmasi dengan Masyarakat
Peta Digital Tutupan/Penggunaan lahan Keadaan Tahun (2010)
Peta Curah Hujan
Peta Satuan Lahan
OVERLAY Peta Administrasi
Peta Satuan Lahan Kabupaten Tanah Bumbu
Gambar 3 Diagram alir pembuatan peta satuan lahan Kabupaten Tanah Bumbu
26 Peta Satuan Lahan Kabupaten Tanah Bumbu
Persyaratan Kesesuaian Lingkungan Ekologis Sapi Potong
Peta Tutupan/penggunaan Lahan Kabupaten Tanah Bumbu Keadaan Tahun 2010
Matching
Peta Kesesuaian Lingkungan Ekologis Sapi Potong
Data Populasi dan Komposisi Ternak Analisis Daya Dukung dan Indeks Daya Dukung Hijauan Makanan Ternak
Data Produksi Limbah Tanaman Pangan
Peta Status Daya Dukung Hijauan Makanan Ternak
OVERLAY
Peta RTRW
Peta Prioritas dan Arahan Lahan Pengembangan Sapi Potong
Gambar 4 Diagram alir pembuatan peta prioritas dan arahan lahan pengembangan sapi potong