1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Hakikat Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis (Tarigan, 2008:7). Pengertian lain dari membaca adalah suatu proses kegiatan mencocokkan huruf atau melafalkan lambanglambang bahasa tulis. Membaca adalah suatu kegiatan atau cara dalam mengupayakan pembinaan daya nalar (Tampubolon, 1987:6). Dengan melakukan kegiatan membaca, seseorang secara tidak langsung telah mengumpulkan kata demi kata dalam mengaitkan maksud dan arah bacaannya yang pada akhirnya pembaca dapat menyimpulkan suatu hal dengan nalar yang milikinya. Dari segi linguistik membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembahasan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna (Tarigan, 2008:8). Harjasujana (2003:4) mengemukakan bahwa membaca merupakan proses. Membaca bukanlah proses yang tunggal melainkan sintesis dari berbagai proses yang kemudian berakumulasi pada suatu perbuatan tunggal. Membaca diartikan sebagai pengucapan kata-kata, mengidentifikasi kata dan mencari arti dari sebuah teks. Membaca diawali dari struktur luar
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
2
bahasa yang terlihat oleh kemampuan visual untuk mendapatkan makna yang terdapat dalam struktur dalam bahasa. Dengan kata lain, membaca berarti menggunakan struktur dalam untuk menginterpretasikan struktur luar yang terdiri dari kata-kata dalam sebuah teks. Dari definisidefinisi diatas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan sebuah proses yang melibatkan kemampuan visual dan kemampuan kognisi. Kedua kemampuan ini diperlukan untuk memberikan lambang-lambang huruf agar dapat dipahami dan menjadi bermakna bagi pembaca. Kridalaksana (1985:105) mengemukakan bahwa dalam kegiatan membaca melibatkan dua hal, yaitu (1) pembaca yang berimplikasi adanya pemahaman dan (2) teks yang berimplikasi adanya penulis. Syafi‟ie (1999:6-7) menyebutkan hakikat membaca adalah: 1. Pengembangan Keterampilan Pengembangan keterampilan ini mulai dari keterampilan memahami kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf dalam bacaan sampai dengan memahami secara kritis dan evaluatif keseluruhan isi bacaan. 2. Kegiatan Visual Kegiatan visual ini berupa serangkaian gerakan mata dalam mengikuti baris-baris tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan kelompok kata, melihat ulang kata dan kelompok kata untuk memperoleh pemahaman terhadap bacaan. 3. Kegiatan Mengamati Kegiatan mengamati dan memahami kata-kata yang tertulis dan memberikan makna terhadap kata-
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
3
kata tersebut berdasarkan pengetahuan pengalaman yang telah dipunyai.
dan
4. Suatu Proses Berpikir Suatu proses berpikir yang terjadi melalui proses mempersepsi dan memahami informasi serta memberikan makna terhadap bacaan. 5. Proses Mengolah Informasi Proses mengolah informasi oleh pembaca dengan menggunakan informasi dalam bacaan dan pengetahuan serta pengalaman yang telah dipunyai sebelumnya yang relevan dengan informasi tersebut. 6. Proses Menghubungkan Tulisan Proses menghubungkan tulisan dengan bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. 7. Kemampuan Mengantisipasi Makna Kemampuan mengantisipasi makna terhadap baris-baris dalam tulisan. Kegatan membaca bukan hanya kegiatan mekanis saja, melainkan merupakan kegiatan menangkap maksud dari kelompokkelompok kata yang membawa makna. Dari beberapa butir hakikat membaca tersebut, dapat dikemukakan bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang berupa fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual dan merupakan proses mekanis dalam membaca. Proses mekanis tersebut berlanjut dengan proses psikologis yang berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Proses pskologis itu dimulai ketika indera visual mengirimkan hasil pengamatan terhadap tulisan ke pusat
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
4
kesadaran melalui sistem syaraf. Melalui proses decoding gambar-gambar bunyi dan kombinasinya itu kemudian diidentifikasi, diuraikan, dan diberi makna. Proses decoding berlangsung dengan melibatkan Knowledge of The World dalam skemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan. B. Tujuan Membaca Setiap orang yang membaca pastinya ada tujuan tersendiri. Ketika membaca dengan tujuan tertentu biasanya lebih memahami maksud dan tujuan membaca dibanding dengan orang yang hanya sekadar membaca tanpa tujuan. Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Kegiatan membaca yang dilakukan oleh seseorang tentu memiliki tujuan tertentu. Namun pada dasarnya membaca memiliki dua tujuan. Yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum membaca adalah untuk mencari dan mendapatkan informasi dari sumber yang dibaca. Dan secara khusus Tarigan (2008:9) mengemukakan bahwa membaca memiliki beberapa tujuan sebagai berikut: 1. membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh para penemu. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian atau fakta (reading for details or facts). 2. membaca untuk mengetahui mengapa hal tersebut merupakan topic yang baik atau menarik. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ideide utama (reading for mains ideas).
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
5
3. membaca untuk mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita. Membaca seperti ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan (reading for sequence or organization). 4. membaca untuk mengetahui serta menemukan mengapa para tokoh merasakan. Membaca seperti ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inferensi). 5. membaca untuk mengetahui dan menemukan apaapa yang tidak bisa atau tidak wajar mengenai seorang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk mengelompokkan (reading for classify). 6. membaca untuk mencari atau menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu. Membaca seperti ini disebut membaca untuk menilai (reading tu evaluate). 7. membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah. Membaca seperti ini disebut membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan (reading for compare or contrasts). C. Manfaat Membaca Buku adalah jendela dunia, dan kegiatan membaca buku merupakan suatu cara untuk membuka jendela tersebut agar kita bisa mengetahui lebih tentang dunia yang belum kita tahu sebelumnya. Kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh siapa saja, anak-anak, remaja, dewasa, maupun orangorang yang telah berusia lanjut. Buku merupakan sumber berbagai informasi yang dapat membuka wawasan kita tentang berbagai hal seperti ilmu pengetahuan, ekonomi, sosial, budaya, politik, maupun aspek-aspek kehidupan
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
6
lainnya. Selain itu, dengan membaca, dapat membantu mengubah masa depan, serta dapat menambah kecerdasan akal dan pikiran kita. Tanpa kita sadari, manfaat membaca buku dapat memberikan banyak inspirasi bagi kita. Namun sayangnya kegiatan membaca buku akhir-akhir ini telah banyak diabaikan berbagai kalangan dengan alasan kesibukan, maupun karena adanya media yang lebih praktis untuk mendapatkan informasi seperti televisi, radio, maupun media internet. Berikut ini beberapa manfaat membaca buku yang bisa kita dapatkan selain mempercerdas otak. diantaranya: 1. Dapat Menstimulasi Mental Otak merupakan salah satu organ tubuh yang memerlukan latihan agar tetap kuat dan sehat seperti organ tubuh yang lainnya. Dengan membaca buku dapat menjaga otak agar bisa tetap aktif sehingga dapat melakukan fungsinya secara baik dan benar. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa dengan membaca buku dapat merangsang mental bahkan dapat mencegah penyakit Alzheimer dan demensia. 2. Dapat Mengurangi Stres Setelah seharian melakukan rutinitas yang melelahkan, tak jarang hal tersebut dapat memicu timbulnya stres. Dengan melakukan kegiatan membaca yang bisa dilakukan selama beberapa menit dapat membantu menekan perkembangan hormon stres seperti hormon kortisol. Dengan membaca dapat membuat pikiran lebih santai sehingga hal tersebut dapat membantu menurunkan tingkat stres hingga 67%.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
7
Selain relaksasi, dengan membaca buku dapat membawa kedamaian batin serta ketenangan yang sangat besar dan menurunkan tekanan darah. Inilah manfaat membaca buku yang banyak orang abaikan, banyak orang beanggapan bahwa membaca buku justru membuat otak terus bekerja dan menimbulkan stres, padahal manfaat membaca buku adalah mengurangi stres. 3. Menambah Wawasan dan Pengetahuan Dengan membaca buku dapat mengisi kepala kita tentang berbagai macam informasi baru yang selama ini belum kita ketahui yang kemungkinan besar hal tersebut dapat berguna bagi kita nantinya. Semakin banyak pengetahuan yang kita miliki, maka kita akan lebih siap untuk menghadapi tantangan hidup baik dimasa sekarang maupun di masa-masa yang akan datang. Selain itu, ilmu pengetahuan merupakan hal yang sangat berharga yang tidak pernah dapat hilang meskipun kita kehilangan hal-hal lain didunia ini, seperti harta, benda, maupun yang lainnya. Cerita maupun ide-ide yang tertuang dalam sebuah buku yang kita baca dapat membantu untuk membuka jalan pikiran kita untuk lebih mengenal dunia lain, mendapatkan pemahama yang lebih dari sebelumnya. 4. Dapat Menambah Kosakata Semakin banyak melakukan kegiatan membaca buku, maka akan semakin banyak kita mendapatkan penjelasan mengenai hal-hal yang belum kita ketahui, serta dapat menambah jumlah kosakata yang bisa kita gunakan dalam kehidupan keseharian
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
8
kita. Hal ini tentu saja dapat membantu bagi kita untuk dapat mengartikulasikan, membantu menyampaikan pendapat dengan bahasa yang lugas, serta dapat menambah rasa percaya diri pada saat berbicara dengan orang lain. 5. Dapat Meningkatkan Kualitas Memori Dengan membaca buku dapat memberikan andil untuk meningkatkan kualitas otak kita dalam proses mengingat, berbagai macam hal yang telah kita baca. Misalnya saja karakter, latar belakang, ambisi, sejarah, maupun berbagai macam unsur atau plot dari setiap alur cerita. Setiap memori dapat membantu untuk menempa jalur otak serta memperkuatnya. Selain itu juga dengan melakukan kegiatan membaca dapat menstabilkan suasana hati seseorang. 6. Melatih Ketrampilan untuk Berpikir dan Menganalisa Manfaat membaca buku dapat melatih otak untuk dapat berfikir lebih kritis maupun menganalisis adanya masalah yang tersaji dalam apa yang kita baca. Kita seperti mendapatkan akses atau jalan untuk dapat masuk ke dalam alur cerita dan membantu dalam penyelesaian cerita tersebut. Hal tersebut dapat membantu mengembangkan karakter kita di masa mendatang. 7. Dapat Meningkatkan Fokus dan Konsentrasi Pada saat membaca buku, kita dapat melatih otak untuk lebih fokus dan berkonsentrasi pada apa yang kita baca. Hal ini akan melatih kita untuk dapat
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
9
juga lebih fokus dalam melakukan berbagai macam kegiatan atau rutinitas keseharian. 8. Melatih untuk dapat Menulis dengan Baik Dengan bertambahnya kosakata yang kita miliki dari kegiatan membaca buku, otomatis dapat membantu kita untuk dapat membuat karya tulis sendiri dengan bahasa yang sebaik atau bahkan bisa lebih baik dari apa yang telah kita baca sebelumnya. 9. Dapat Memperluas Pemikiran Seseorang Seseorang yang gemar membaca buku telah dilaporkan memiliki tingkat kreativitas yang lebih tinggi daripada orang-orang yang tidak atau kurang gemar membaca. Dengan kegiatan membaca buku, kita bisa berbagi pengalaman dengan orang lain tentang berbagai macam hal, yang nantinya bisa kita jadikan sebagai suatu bahan pertimbangan untuk dapat memutuskan sesuatu. 10. Dapat Meningkatkan Hubungan Sosial Kegiatan gemar membaca buku ini juga mempengaruhi aspek kehidupan sosial manusia, dimana ia bisa lebih mengenal berbagai macam karakteristik, budaya, maupun kehidupan sosial suatu masyarakat. Sehingga apabila suatu saat ia berkunjung ke tempat tersebut, ia telah tahu bagaimana cara bersikap untuk menghormati adat serta kebudayaan mereka. 11. Dapat Membantu Mencegah Penurunan Fungsi Kognitif Berdasarkan study yang dilakukan University Medical Center menyatakan bahwa seseorang yang
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
10
menghabiskan waktu mereka untuk melakukan kegiatan kreatif atau intelektual seperti membaca mengalami tingkat penurunan kognitif hingga 32% daripada mereka yang tidak membaca dikemudian harinya. Membaca buku dapat membuat otak bekerja lebih efisien yaitu dengan mengubah struktur neuropathologies yang berkaitan dengan usia. 12. Dapat Meningkatkan Empati Seseorang Menurut penelitian yang dilakukan oleh New York University mengatakan bahwa dengan membaca buku dapat meningkatkan kemampuan kita untuk lebih memahami perasaan orang lain. Sehingga dapat meningkatkan kualitas hubungan yang lebih baik dengan orang-orang disekitar kita. 13. Dapat Mendorong Tujuan Hidup Seseorang Menurut penelitian yang dilakukan Ohio State University menyatakan bahwa dengan membaca buku dapat membantu seseorang untuk mendapatkan motivasi dalam mengatasi berbagai macam hambatan, sehingga nantinya dapat membantu dalam mencapai tujuan hidupnya. Pada saat seseorang dapat lebih mengidentifikasi karakter, pengalaman, serta berbagai macam peristiwa yang seolah-olah hal itu sedang terjadi pada mereka, maka akan semakin besar kemungkinan bagi mereka untuk mengambil tindakan. 14. Dapat Membantu Kita untuk Terhubung dengan Dunia Luar Seorang psikolog dari University of Buffalo menyatakan bahwa ketika seseorang sedang membaca buku, hal tersebut dapat membantunya
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
11
untuk mengidentifikasi karakter dalam buku yang ia baca. Ia akan mengalami jenis hubungan kehidupan nyata yang dapat meningkatkan rasa inklusi. Dengan kata lain, membaca dapat meningkatkan persahabatan dengan dunia luar. D. Motivasi dalam Membaca Budaya membaca merupakan suatu kebiasaan membaca yang dilakukan oleh masyarakat. Adanya kata budaya membaca berarti bahwa kegiatan membaca merupakan kegiatan yang dilakukan secara rutin atau terus menerus. Budaya membaca diperlukan karena kegiatan membaca merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan seseorang untuk memahami sesuatu. Menurut Suryaman (2009:45) budaya membaca masih sangat rendah di Indonesia. Indonesia menduduki peringkat ketiga dari bawah untuk kebiasaan membaca. Hasil UNESCO melalui Program for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2003 menunjukkan bahwa ketrampilan membaca anak-anak Indonesia pada usia 15 tahun ke atas, berada pada urutan ke-39 dari 41 negara. Minat merupakan kecenderungan dan keinginan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Mulyasa, 2009:93). Menurut Djaali (2011:101) motivasi merupakan kondisi fisiologis dan psikologis dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan). Ini berarti bahwa motivasi baca merupakan kondisi fisiologis dan psikologis seseorang untuk mendorongnya melakukan kegiatan membaca guna mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut dapat berupa prestasi maupun penghargaan. Minat Baca Indonesia (KMBI), secara terang–terangan mengatakan bahwa minat baca rakyat Indonesia tergolong paling rendah diantara negara–negara ASEAN. Ia
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
12
menyatakan bahwa faktor penyebab rendahnya kualitas SDM Indonesia adalah minat dan budaya membaca. Budaya membaca yang rendah terjadi akibat SDM Indonesia yang pada dasarnya memiliki karakter pemalas. Masyarakat lebih menyukai menonton televisi daripada membaca. Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang membuat rendahnya budaya membaca penduduk Indonesia adalah fasilitas buku bacaan yang minim dan karakter penduduk Indonesia yang malas. Berdasarkan kemajuan teknologi yang ada pada zaman sekarang faktor karakter pemalas merupakan faktor yang paling memengaruhi rendahnya budaya membaca. Kemajuan teknologi menjadikan penduduk Indonesia dapat mengakses bahan bacaan yang diinginkan dengan lebih mudah dan murah. Hal rendahnya budaya membaca masyarakat Indonesia dijabarkan sebagai berikut. Pada tahun 2000, International Education Achievement (IAE) menyebutkan minat baca siswa Sekolah Dasar di Indonesia menduduki peringkat 38 dan siswa Sekolah Menengah Pertama menduduki peringkat 34 dari 39 negara yang diteliti. Nilai tersebut diukur dari kemampuan membaca rata-rata. Mengenai minat baca, laporan UNDP 2003 menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-39 dari 41 negara yang diteliti. Tahun 2006 BPS (www.bps.go.id.) 85, 9% penduduk Indonesia memilih menonton televisi, 40,3% mendengarkan radio dan 23,5% memilih membaca koran. Tahun 2008/2009 UNDP melalui Suryaman (2009:45) kembali menyatakan bahwa minat baca masyarakat Indonesia berada pada peringkat 96 dari negara di seluruh dunia. Dapat dikatakan Indonesia sejajar dengan Bahrain, Malta dan Suriname, sedangkan di Asia Tenggara, Indonesia hanya berada di atas Kamboja dan Laos, yang berarti jauh tertinggal dengan negara Asia Tenggara lainnya.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
13
Indikasi rendahnya minat baca disampaikan juga oleh Anwari dalam Suryaman (2009:45) bahwa rendahnya minat baca dapat dilihat dari pembaca surat kabar. Di negara maju, satu surat kabar dibaca oleh sepuluh orang (1:10). Tetapi, di Indonesia satu surat kabar dibaca oleh 45 orang (1:45), kondisi ini lebih buruk dibandingkan di Filipina (1:30), dan di Sri Lanka (1:38). Untuk meningkatkan keterampilan membaca, terlebih dahulu harus mengetahui pengertian dan pemahaman dari membaca. Menurut Zuchdi (1995: 34) menyatakan bahwa pemahaman merupakan seperangkat keterampilan pemerolehan pengetahuan yang digeneralisasi, yang memungkinkan orang memperoleh dan mewujudkan informasi yang diperoleh sebagai hasil membaca bahan tertulis. Hal tersebut berarti bahwa dalam proses pemahaman terjadi asimilasi dan akomodasi antara fakta, konsep, dan generalisasi yang baru dengan seluruh pengetahuan yang telah dimiliki pembaca. Pembaca menginterpretasikan apa yang dibacanya berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya. Secara tidak langsung pembaca berdialog dengan penulis lewat bacaan. Makna yang terdapat dalam bahan tidak selamanya terdapat dalam bacaan itu sendiri tetapi dapat juga berada di luar bacaan itu sendiri (makna tersirat). Oleh karena itu pembaca yang baik harus jeli dan melibatkan secara aktif dalam bacaan tersebut. Hal tersebut akan memudahkan pembaca dalam memperoleh pemahaman. Berkenaan dengan keterampilan membaca pemahaman tersebut Wiryodijoyo (1989: 29) menyatakan bahwa guru harus dapat mengajarkan enam macam keterampilan, yaitu menemukan detail, menunjukkan pikiran pokok, mencapai kata akhir, menarik kesimpulan, membuat evaluasi, dan mengikuti petunjuk-petunjuk.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
14
Pendapat-pendapat tersebut pada hakikatnya hampir sama dan saling mengisi sehingga faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kemampuan dalam keterampilan membaca pemahaman dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu faktor linguistik dan nonlinguistik. Faktor linguistik yang dimaksud dalam penelitian ini antara lain: pengetahuan fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Adapun faktorfaktor nonlinguistik berupa: kecerdasan, minat, motivasi, cara mengikuti pelajaran, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan guru, lingkungan sosial, sumber belajar dan proses belajar, fasilitas belajar, dan sebagainya. Latihan 1. Jelaskan pengertian membaca menurut para ahli! _______________________________________ _______________________________________ _______________________________________ 2. Jelaskan proses membaca dari segi linguistik! _______________________________________ _______________________________________ _______________________________________ 3. Sebutkan hakikat membaca! _______________________________________ _______________________________________ _______________________________________ 4. Jelaskan tujuan dan manfat membaca! _______________________________________ _______________________________________ _______________________________________
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
15
5. Bagaimana cara memotivasi anak dalam meningkatkan keterambilan membaca? _______________________________________ _______________________________________ _______________________________________ Tugas Kelompok Buatlah kelompok dan amatilah kegiatan membaca pada perpustakan di daerahmu, lalu datalah pengunjung disetiap bulannya. Buatlah diagram batang dari data tersebut dan carilah alasan mengenai penaikan atau penurunan jumlah pengunjung tersebut!
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
16
BAB 2
KETERAMPILAN BERBAHASA
A. Empat Keterampilan Berbahasa Dalam memperoleh keterampilan berbahasa biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula, pada masa kecil, kita belajar menyimak/mendengarkan bahasa, kemudian berbicara, membaca, dan menulis. Dengan demikian, rangkaian pemerolehan keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, kemudian menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan keterampilan membaca dan menulis pada umumnya dipelajari di sekolah. Keempat aspek keterampilan berbahasa berhubungan satu sama lain. 1. Keterampilan Menyimak (Listening Skills) Menyimak merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat reseptif. Dengan demikian, menyimak tidak sekadar kegiatan mendengarkan tetapi juga memahaminya. Ada dua jenis situasi dalam menyimak, yaitu situasi menyimak secara interaktif dan situasi menyimak secara noninteraktif. Menyimak secara interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon atau yang sejenisnya. Dalam menyimak jenis ini, kita bergantian melakukan aktivitas menyimak dan berbicara. Oleh karena itu, kita memiliki kesempatan untuk bertanya guna memperoleh penjelasan, meminta lawan bicara mengulang apa yang diucapkan olehnya atau mungkin memintanya berbicara agak lebih lambat.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
17
Kemudian, contoh situasi-situasi mendengarkan noninteraktif, yaitu mendengarkan radio, TV, film, khotbah, atau menyimak dalam acara-acara seremonial. Dalam situasi menyimak noninteraktif tersebut, kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa pembicara mengulangi apa yang diucapkan, dan tidak bisa meminta pembicaraan diperlambat. Berikut ini adalah keterampilan-keterampilan mikro yang terlibat ketika kita berupaya untuk memahami apa yang kita dengar, yaitu pendengar harus mampu menguasai beberapa hal berikut: a. menyimpan/mengingat unsur bahasa yang didengar menggunakan daya ingat jangka pendek (short-term memory); b. berupaya membedakan bunyi-bunyi yang membedakan arti dalam bahasa target; c. menyadari adanya bentuk-bentuk tekanan dan nada, warna suara, intonasi, dan adanya reduksi bentuk-bentuk kata; d. membedakan dan memahami arti kata-kata yang didengar; e. mengenal bentuk-bentuk kata khusus (typical word-order patterns); f. mendeteksi kata-kata kunci yang mengidentifikasi topik dan gagasan; g. menebak makna dari konteks; h. mengenal kelas-kelas kata (grammatical word classes); i. menyadari bentuk-bentuk dasar sintaksis; j. mengenal perangkat-perangkat kohesif (recognize cohesive devices);
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
18
k. mendeteksi unsur-unsur kalimat seperti subjek, predikat, objek, preposisi, dan unsur-unsur lainnya. 2. Keterampilan Berbicara (Speaking Skills) Berbicara merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat produktif. Sehubungan dengan keterampilan berbicara ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiinteraktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan menyimak, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kita dapat meminta lawan bicara memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian, ada pula situasi berbicara yang semiinteraktif, misalnya alam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan betul-betul bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atau televisi. Berikut ini beberapa keterampilan mikro yang harus dimiliki dalam berbicara. Seorang pembicara harus dapat: a. mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya; b. menggunakan tekanan dan nada serta intonasi yang jelas dan tepat sehingga pendengar dapat memahami apa yang diucapkan pembicara; c. menggunakan bentuk-bentuk kata, urutan kata, serta pilihan kata yang tepat;
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
19
d. menggunakan register atau ragam bahasa yang sesuai terhadap situasi komunikasi, termasuk sesuai ditinjau dari hubungan antara pembicara dan pendengar; e. berupaya agar kalimat-kalimat utama (the main sentence constituents) jelas bagi pendengar; f. berupaya mengemukakan ide-ide atau informasi tambahan guna menjelaskan ide-ide utama; g. berupaya agar wacana berpautan secara selaras sehingga pendengar mudah mengikuti pembicaraan. 3. Keterampilan Membaca (Reading Skills) Membaca merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat reseptif. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan menyimak dan berbicara. Tetapi, pada masyarakat yang memiliki tradisi literasi yang telah berkembang, sering kali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara. Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses membaca yang harus dimiliki pembaca adalah: a. mengenal sistem tulisan yang digunakan; b. mengenal kosakata; c. menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasikan topik dan gagasan utama; d. menentukan makna-makna kata, termasuk kosakata split, dari konteks tertulis; e. mengenal kelas kata gramatikal: kata benda, kata sifat, dan sebagainya;
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
20
f. menentukan konstituen-konstituen dalam kalimat, seperti subjek, predikat, objek, dan preposisi; g. mengenal bentuk-bentuk dasar sintaksis; h. merekonstruksi dan menyimpulkan situasi, tujuan-tujuan, dan partisipan; i. menggunakan perangkat kohesif leksikal dan gramatikal guna menarik kesimpulankesimpulan; j. menggunakan pengetahuan dan perangkatperangkat kohesif leksikal dan gramatikal untuk memahami topik utama atau informasi utama; k. membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan; l. menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan membaca yang berbeda, seperti skimming untuk mencari ide-ide utama atau melakukan studi secara mendalam. 4. Keterampilan Menulis (Writing Skills) Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat produktif. Menulis dapat dikatakan keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat; melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur. Berikut ini keterampilan-keterampilan mikro yang diperlukan dalam menulis, penulis perlu untuk: a. menggunakan ortografi dengan benar, termasuk di sini penggunaan ejaan; b. memilih kata yang tepat;
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
21
c. menggunakan bentuk kata dengan benar; d. mengurutkan kta-kata dengan benar; e. menggunakan struktur kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca; f. memilih genre tulisan yang tepat, sesuai dengan pembaca yang dituju; g. mengupayakan ide-ide atu informasi utama didukung secara jelas oleh ide-ide atau informasi tambahan; h. mengupayakan terciptanya paragraf dan keseluruhan tulisan koheren sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran atau informasi yang disajikan; i. membuat dugaan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca sasaran mengenai subjek yang ditulis dan membuat asumsi mengenai hal-hal yang belum mereka ketahui dan penting untuk ditulis. B. Hubungan Membaca dan Menyimak Keterampilan menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh manusia bila dilihat dari proses pemerolehan bahasa. Secara berturut-turut pemerolehan keterampilan berbahasa itu pada umumnya dimulai dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kegiatan menyimak diawali dengan mendengarkan, dan pada akhirnya memahami apa yang disimak. Untuk memahami isi bahan simakan diperlukan suatu proses berikut; mendengarkan, mengidentifikasi, menginterpretasi atau menafsirkan, memahami, menilai, dan yang terakhir menanggapi apa yang disimak. Dalam hal ini menyimak memiliki tujuan yang berbeda-beda yaitu untuk; mendapatkan fakta, manganalisa fakta, mengevaluasi fakta,
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
22
mendapat inspirasi, menghibur diri, dan meningkatkan kemampuan berbicara. Menyimak dan membaca mempunyai persamaan ; kedua-duanya bersifat reseptif, bersifat menerima (Brooks, 1964: 134) ; bedanya : menyimak menerima informasi dari sumber lisan, sedangkan membaca menerima informasi dari sumber tertulis. Dengan kata lain : menyimak menerima informasi dari kegiatan berbicara, sedangkan membaca menerima informasi dari kegiatan menulis. Keterampilan menyimak juga merupakan dasar atau faktor penting bagi suksesnya seseorang dalam belajar membaca secara efektif. Penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli telah memperlihatkan beberapa hubungan penting antara membaca dan menyimak, antara lain : 1. pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca diberikan oleh sang guru melalui bahasa lisan, dan kemampuan sang anak untuk menyimak dengan pemahaman penting sekali. 2. menyimak merupakan cara atau mode utama bagi pelajaran lisan (verbalized learning) selama tahuntahun permulaan di sekolah. Perlu dicatat misalnya bahwa anak yang cacat dalam membaca haruslah meneruskan pelajarannya di kelas yanglebih tinggi dengan lebih banyak melalui menyimak tinimbang membaca. 3. walaupun menyimak pemahaman (listening comprehension) lebih unggul daripada membaca pemahaman (reading comrehension), namun anakanak sering gagal untuk memahaminya dan tetap menyimpan/ memakai/ menguasai sejumlah fakta yang mereka dengar. 4. oleh karena itu para pelajar membutuhkan bimbingan dalam belajar menyimak lebih efektif dan lebih teratur lagi, agar hasil pengajaran itu baik.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
23
5. kosa kata atau perbendaharaan kata menyimak yang sangat terbatas mempunyai kaitan dengan kesukarankesukaran dalam belajar membaca secara baik. 6. bagi para pelajar yang lebih besar atau tinggi kelasnya. Korelasi antara kosa kata baca dan kosa kata simak (reading vocabulary dan listening vocabulary) sangat tinggi , mungkin 80% atau lebih. 7. pembeda-bedaan atau diskriminasi pendengaran yang jelek sering kali dihubugkan dengan membaca yang tidak efektif dan mungkin merupakan suatu faktor pendukung atau faktor tambahan dalam ketidakmampuan dalam membaca (poor reading). 8. menyimak turut membantu sang anak untuk menangkap ide utama yang disampaikan oleh pembicara ; bagi pelajar yang lebih tinggi kelasnya , membaca lebih unggul dari pada menyimak sesuatu yang mendadak dan pemahaman informasi yang terperinci. Selagi ketetrampilan menyimak dan membaca erat hubungannya, maka peningkatan pada yang satu turut pula menimbulkan peningkatan pada yang lain. Kedua-duanya merupakan proses saling mengisi. Membaca hendaklah disertai oleh diskusi (sebelum, selama dan sesudah membaca) kalau kita ingin meningkatkan serta memperkaya kosa kata, pemahaman umum, serta pemilihan ide-ide para pelajar yang kita asuh. (Dawson, 1963 : 29-30). Menyimak dan membaca merupakan keterampilan reseptif. Keduanya memungkinkan seseorang menerima informasi dari orang lain. Baik dalam menyimak maupun dalam membaca dibutuhkan penyandian simbol – simbol ; menyimak bersifat lisan sedangkan membaca bersifat tertulis.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
24
Penyandian kembali simbol – simbol lisan (menyimak) hanya melibatkan satu tingkat pemindahan, yaitu dari bunyi ke pengalaman yang menjadi sumbernya. Misalnya ketika seorang anak menyimak kalimat “Nanti Ibu belikan bola”, anak mengubungkan dengan alat permainan yang digunakan untuk bermain sepak bola, sehingga dapat memahami arti kata bola yang disimaknya. Penyandian kembali simbol – simbol tertulis (membaca) melibatkan dua tingkat pemindahan, yaitu dari simbol tertulis ke simbol lisan, selanjutnya ke pengalaman yang menjadi sumbernya. Ketika membaca “bola”, anak mengucapkan atau mengucapkan dalam hati kata tersebut. Selain itu menghungkannya dengan benda yang digunakan untuk bermain sepak bola. Oleh karena itu keterampilan menyimak bagus untuk mengembangkan kesiapan membaca, karena menyimak memerlukan proses mental yang sama dengan membaca, kecuali pada tingkat penyandiannya. C. Hubungan Membaca dan Berbicara Keterampilan membaca sangat mendukung ketermpilan seseorang dalam berbicara. Semakin banyak seseorang membaca, semakin banyak informasi yang didapatnya dan biasanya akan lebih mudah dan terampil menyampaikan informasi yang diketahuinya. Keterampilan tersebut mencakup ujaran yang jelas dan lancar, kosa kata yang luas dan beraneka ragam, penggunaan kalimat-kalimat lengkap serta sempurna bila, perbedaan pendengaran yang tepat, dan kemampuan mengikuti serta menelusuri perkembangan urutan suatu cerita, atau menghubungkan kejadian-kejadian dalam urutan yang wajar serta logis.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
25
Hubungan-hubungan antara bidang kegiatan lisan dan membaca telah dapat diketahui dari dari beberapa telaah penelitian antara lain: 1. performansi atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan berbahasa lisan. 2. pola-pola ujaran orang yang tuna-aksara mungkin mengganggu pelajaran membaca bagi anak-anak 3. jikalau pada tahun-tahun awal sekolah ujaran membentuk suatu dasar bagi pelajaran membaca, maka membaca bagi anak-anak kelas yang lebih tinggi turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka misalnya: kesadaran linuistik mereka terhadap istilah-istilah baru ,struktur kalimat yang baik dan efektif, serta penggunaan kata-kata yang tepat. 4. kosakata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung. Seandainya muncul katakata baru dalam buku bacaan siswa, maka sang guru hendaknya mendiskusikannya. D. Hubungan Membaca dan Menulis Membaca dan menulis merupakan keterampilan yang saling melengkapi. Tidak ada yang perlu ditulis kalau tidak ada yang membacanya, dan tidak ada yang dapat dibaca kalau belum ada yang ditulis. Keduanya merupakan keterampilan bahasa yang tertulis, dan menggunakan simbol – simbol yang dapat dilihat yang mewakili kata – kata yang diucapkan serta pengalaman dibalik kata – kata tersebut. Dalam menulis, orang lebih suka menggunakan kata – kata yang dikenal dan yang dirasakan sudah dipahami dengan baik dalam bahasa bacaan yang telah dibacanya. Namun, banyak materi yang telah dibaca dan dikuasai oleh seseorang yang tidak pernah muncul dalam tulisan
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
26
(karangan). Hal itu terjadi karena untuk menggunakan suatu kata dalam tulisan diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam dalam hal penerapan kata tersebut daripada sekedar memahami ketika membaca. Membaca dan menulis mempunyai hubungan sangat erat. Kalau di ibaratkan sepeda motor membaca dan menulis bisa diibaratkan bensin dan motor, kalau diibaratkan pasangan sejati membaca dan menulis diibaratkan seperti Romeo dan Juliet. Menulis sesuatu yang baru dan belum pernah kita tulis sebelumnya tentu bukan hal yang mudah. Misalnya saya adalah seorang penulis artikel, tapi di lain waktu saya ingin menulis sebuah cerpen. Menulis cerpen adalah hal yang baru buat saya. Sebelum saya menulis tidak bisa di pungkiri saya butuh membaca banyak cerpen terlebih dulu, untuk mengasah ketrampilan saya. Setelah saya terampil baru saya akan membagikan wawasan tersebut kepada orang lain dalam bentuk tulisan. Dengan demikian membaca adalah satu proses awal yang tidak bisa ditinggalkan dalam menulis. Ini adalah kunci kesuksesan kita dalam menulis. Untuk itu mulai sekarang banyak-banyaklah membaca, untuk meningkatkan khazanah pengetahuan kita. Setelah kita memiliki wawasan bagikanlah wawasan tersebut kepada orang supaya orang lain bisa mendapat manfaat dari apa yang telah kita tulis. Membaca dan menulis merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis. Menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca adalah kegiatan yang bersifat reseptif. Seorang penulis menyampaikan gagasan, perasaan, atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya seorang pembaca mencoba memahami gagsan, perasaan atau informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan tersebut.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
27
Latihan 1. Sebutkan empat keterampilan berbahasa! ________________________________________ ________________________________________ ________________________________________ 2. Jelaskan hubungan antara membaca dan menyimak! ________________________________________ ________________________________________ ________________________________________ 3. Jelaskan hubungan antara membaca dan berbicara! ________________________________________ ________________________________________ ________________________________________ 4. Jelaskan hubungan antara membaca dan menulis! ________________________________________ ________________________________________ ________________________________________ 5. Bagaimakah cara dalam meningkatkan empat keterampilan berbahasa? ________________________________________ ________________________________________ ________________________________________ Tugas Kelompok Buatlah kelompok dan diskusilah mengenai suatu hal, dalam berdiskusi tersebut libatkan keempat keterampilan berbahasa. Kemudian diskusikan kembali keterampilan berbahasa apakah yang paling sulit lalu bagaimana solusi untuk meningkatkan keterampilan yang dianggap sulit tersebut!
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
28
BAB 3
KETERAMPILAN MEMBACA A. Keterampilan Membaca dan Strateginya Dewasa ini, dari sekian banyak orang, yang bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar amat sedikit. Bahkan yang lebih parahnya masih ada diantara mereka yang sama sekali tidak bisa membaca (buta huruf). Oleh karena itu anak-anak harus belajar membaca dari kecil karena dengan membacalah kita dapat berbagai macam pengetahuan. Pembelajaran tersebut harus menggunakan berbagai macam strategi dan pendekatan untuk membentuk keterampilan berbahasa pada setiap siswa. Strategi membaca dapat dilakukan dengan : 1. Sebelum Membaca Sebelum memulai membaca, cobalah untuk mendapatkan “gambaran besar” atau keseluruhan poin dari bacaan tersebut. Berikut beberapa strategi untuk membantu Anda melihat apa yang dibaca : a. mengamati judul dan pengarang, b. melihat daftar isi, c. membaca kata pengantar atau pendahuluan, d. membaca kalimat pertama di bawah judul atau kalimat pertama pada setiap alinea, dan e. membaca simpulan atau akhir paragraf atau akhir buku. 2. Selama Membaca Ketika membaca, cobalah untuk menjadi peka, menjadi pemikir yang aktif dengan melakukan kegiatan prediksi, seperti :
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
29
a. b. c.
d. e. f.
membuat pertanyaan- pertanyaan filosofis atau 5W+1H, mencari jawaban dari setiap pertanyaan Anda, merhentilah segera dan tanyakan pada diri Anda sendiri, “Apa yang baru saja saya baca?”. Kemudian jawablah pertanyaan Anda sendiri, ungkapkan ide atau gagasan dengan katakata sendiri, garis bawahi atau tandai ide- ide penting, buatlah daftar kata kunci, frasa, atau kalimatkalimat kesimpulan. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara: membuat kerangka bacaan atau out lining, membuat skema atau bagan, dan membuat rangkuman atau summarising.
3. Setelah Membaca Setelah melakukan kegiatan- kegiatan pada strategi membaca yang ada pada strategi membaca sebelum membaca dan selama membaca, kemudian lihatlah kembali halaman- halamannya. Berikut ini beberapa strategi untuk meninjau ulang : a. tanyakan pada diri Anda apa saja yang Anda ketahui setelah membaca bacaan tersebut. b. ceritakan apa yang baru saja Anda baca kepada orang lain yang mau mendengarkan. c. tulislah ringkasan atau rangkuman dari apa yang Anda baca.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
30
Strategi adalah ilmu dan kiat didalam memanfaatkan segala sumber yang yang dimiliki dan atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 1. Strategi Bawah-Atas Memandang bahwa bahasa yang mewadahi teks menentukan pemahaman. Secara fisik, ketika orang melakukan kegiatan membaca, yang dipandang adalah halaman-halaman bacaan yang posisinya di bawah. Secara literal, bottom-up berarti dari bawah ke atas. Maksudnya, makna itu berasal dari bawah (teks) menuju ke atas (otak/kepala). Secara harfiah, menurut strategi ini teks-lah yang menentukan pemahaman. Inti proses membaca menurut strategi ini adalah proses pengkodean kembali simbol tuturan tertulis (Harris & Sipay, 1980). Membaca dalam proses bottom-up merupakan proses yang melibatkan ketepatan, rincian, dan rangkaian persepsi dan identifikasi huruf-huruf, kata-kata, pola ejaan, dan unit bahasa lainnya. Brown (2001) menyatakan bahwa pada proses bottom-up membaca terlebih dahulu mengetahui berbagai tanda linguistik, seperti huruf, morfem, suku kata, kata-kata frasa, petunjuk gramatika dan tanda wacana, kemudian menggunakan mekanisme pemrosesan yang masuk akal, koheren dan bermakna. Agar bisa memahami bacaan pada teori ini, pembaca membutuhkan keterampilan yang berhubungan dengan lambang bahasa yang digunakan dalam teks. Dalam strategi bawah-atas membaca memulai proses pemahaman teks dari tataran kebahasaan yang paling rendah menuju ke yang tinggi. Strategi pemahaman bawah-atas umumnya digunakan dalam pembelajaran membaca awal dengan menggunakan
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
31
strategi memperkenalkan nama dan bentuk huruf kepada siswa, memperkenalkan gabungan-gabungan huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata dan kata menjadi kalimat. Metode ini dikenal dengan metode eja. 2. Strategi Atas-Bawah Strategi atas-bawah adalah proses pemahaman teks dari tataran yang lebih tinggi ke rendah. Strategi ini memandang kegiatan membaca sebagai bagian dari proses pengembangan skemata seseorang yakni pembaca secara stimultan (terusmenerus) menguji dan menerima atau menolak hipotesis yang ia buat sendiri pada saat proses membaca berlangsung. Pada strategi ini, informasi grafis hanya digunakan untuk mendukung hipotesa tentang makna. Pembaca tidak banyak lagi membutuhkan informasi grafis dari bacaan karena mereka telah memiliki modal bacaan sendiri untuk mengerti bacaan. Proses membaca model ini dimulai dengan hipotesis dan prediksi-prediksi kemudian memverifikasinya dengan menggunakan stimulus yang berupa tulisan yang ada pada teks. Inti dari strategi top-down adalah pembaca memulai proses pemahaman teks dari tataran yang lebih tinggi. Pembaca memulai tahapan membacanya dengan membaca prediksi-prediksi, hipotesishipotesis, dugaan-dugaan berkenaan dengan apa yang mungkin ada dalam bacaan, bermodalkan pengetahuan tentang isi dan bahasa yang dimilikinya, untuk membantu pemahaman dengan menggunakan teori ini, pembaca menggunakan
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
32
strategi yang didasarkan pada penggunaan petunjuk semantik dan sintaksis, artinya untuk mendapatkan makna bacaan, pembaca dapat menggunakan petunjuk tambahan yang berupa kompetensi berbahasa yang ia miliki. Jadi, kompetensi berbahasa dan pengetahuan tentang apa saja memainkan peran penting dalam membentuk makna bacaan. Jadi strategi top-down dapat disimpulkan bahwa pengetahuan, pengalaman dan kecerdasan pembaca diperlukan sebagai dasar dalam memahami bacaan. Strategi membaca atas-bawah merupakan kebalikan dari strategi bawah-atas. Pada strategi atas-bawah, pembaca memulai proses pemahaman teks dari tataran yang lebih tinggi. Dalam hal ini, pembaca mulai dengan prediksi, kemudian mencari input untuk mendapatkan informasi yang cocok dalam teks. 3. Strategi Campuran Strategi campuran adalah proses pemahaman teks dengan menggunakan model bawah-atas dan atas-bawah yang bisa digunakan dalam waktu yang bersamaan. Guru yang baik tidak perlu memakai satu teori saja. Mereka bisa mengambil dan memilih yang terbaik dari semua strategi yang ada, termasuk pandangan-pandangan teoretis dan model pengajaran membaca. Begitu juga model bawah-atas dan atasbawah bisa digunakan dalam waktu bersamaan jika diperlukan.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
33
B. Faktor-faktor Penunjang Kecepatan Membaca Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, Faktor-faktor yang mempengaruhi membaca menurut Lamb dan Arnol (Rahim Farida 2007: 6) ada tiga yaitu; 1) faktor psikologi, 2) faktor intelektual, dan 3) faktor lingkungan. Ketiga faktor tersebut dapat diuraikan sebagi berikut : 1. Faktor Fisiologi Mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbelakangan neurologis (misalnya berbagai cacat otak) dan kekurangan matang secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka. 2. Faktor Intelektual Istilah intelegensi didefinisikan sebagai suatu kegiatan berfikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponnya secara tepat. Secara umum ada hubungan antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata peningkatan remedial membaca. Tingkatan intelegensi membaca itu sendiri pada hakikatnya proses berfikir dan memecahkan masalah. Dua orang yang berbeda IQnya sudah pasti akan berbeda hasil dan kemampuan membacanya. 3. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan ikut mempengaruhi kemajuan kemampuan membaca murid. Faktor lingkungan
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
34
tersebut ialah: latar belakang dan pengalaman anak dirumah, faktor sosial ekonomi, dan faktor psikologi C. Faktor-faktor Penghambat Kecepatan Membaca Dalam melakukan kegiatan membaca cepat, ada beberapa hal yang dapat menghambat kegiatan tersebut. Penghambat membaca cepat ini biasanya diturunkan karena kegiatan membaca yang dilakukan sewaktu masih kecil. Kebiasaan-kebiasaan membaca waktu kecil menjadi terbawa sampai dewasa. Membaca dengan bersuara (vokalisasi), menggerakkan bibir, menunjuk kata demi kata dengan jari, menggerakkan kepala dari kiri ke kanan, seperti dilakukan semasa kanak-kanak, merupakan kegitan yang menghambat. Berikut adalah hambatan-hambatan kecepatan membaca (Soedarso, 2006:5) yaitu: 1. Vokalisasi Vokalisasi atau membaca dengan bersuara adalah salah satu hal yang mampu menghambat kecepatan dalam membaca cepat. Jika seseorang membaca dengan bersuara, maka seseorang melakukan dua pekerjaan sekaligus sehingga akan menghambat kecepatan membaca sekaligus pemahaman yang diperoleh. cara untuk menghilangkan kebiasaan vokalisasi ini dapat dilakukan dengan cara menyiulkan suara dengan bibir, sementara itu aktifitas membaca tetap berlangsung. Pada waktu yang sama tangan diletakkan pada leher, dan diusahakan tidak ada getaran pada leher. 2. Gerakan Bibir Menggerakkan bibir ketika kita sedang membaca akan membuat kecepatan membaca kita melambat. Itu sama saja dengan kita membaca
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
35
dengan bersuara. Soedarso menambahkan kecepatan seseorang yang membaca dengan bersuara ataupun dengan gerakan bibir hanya seperempat dari kecepatan seseorang yang membaca secara diam. Kebiasaan menggerakkan bibir ketika membaca dapat dihilangkan dengan melakukan kegiatan: a. merapatkan bibir kuat-kuat, dan menekankan lidah ke langit-langit mulut. b. mengunyah permen karet. c. mengambil pensil atau sesuatu yang lain yang cukup ringan, lalu menjepit dengan kedua bibir (bukan gigi), diusahakan agar pensil itu tidak bergerak. d. mengucapkan berulang-ulang, kata “satu, dua, tiga”. e. bibir dalam posisi bersiul, tetapi tidak bersuara. 3. Gerakan Kepala Kebiasaan menggerakkan kepala saat membaca merupakan kebiasaan yang timbul pada masa kanakkanak. Kebiasaan itu timbul karena dulu jangkauan mata kita sewaktu masih kecil, kurang mencukupi. Setelah dewasa, walaupun jangkauan mata kita sudah mencukupi, kita sulit meninggalkan kebiasaan menggerakkan kepala karena sudah sering dilakukan. Untuk menghilangkan kebiasaan gerakan kepala saat membaca dapat dilakukan cara sebagai berikut: a. meletakkan telunjuk jari ke pipi, dan menyandarkan siku tangan ke meja selama membaca. Apabila terasa tangan terdesak oleh gerakan kepala, maka gerakan itu harus segera dihentikan.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
36
b. memegang dagu dengan tangan seperti memegang-megang jenggot dan bila kepala bergerak, maka gerakan itu harus segera dihentikan. c. meletakkan ujung telunjuk jari di hidung, maka bila kepala bergerak, maka gerakan itu harus segera dihentikan. 4. Menunjuk dengan Jari Kegiatan membaca dengan menunjukkan jari ini juga merupakan kebiasaan membaca yang dibawa sejak kecil. Dulu kita melakukan hal ini karena untuk menjaga agar tidak ada kata yang terlewatkan. Akan tetapi, setelah dewasa, sudah barang tentu kemampuan membaca kita semakin meningkat kebiasaan ini tetap dilakukan karena sudah menjadi kebiasaan. Padahal membaca dengan menggunkan telunjuk jari atau benda lain dapat menghambat kecepatan membaca kita. Cara membaca dengan menunjuk dengan jari atau benda lain itu sangat menghambat membaca sebab gerakan tangan lebih lambat daripada gerakan mata. Kebiasaan menunjuk dengan jari ketika membaca dapat dihilangkan dengan melakukan kebiasaan menggunakan kedua tangan memegang buku yang dibaca, atau memasukkan tangan ke saku selama membaca. 5. Regresi Regresi ialah terjadinya pengulanganpengulangan gerak mata pada unit-unit bahasa yang telah dibaca. Hal tersebut biasanya terjadi karena kurang memahami kalimat yang dibacanya. Kebiasaan tersebut menjadi hambatan yang sangat
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
37
serius dalam membaca. Regresi sering diiringi oleh beberapa sebab diantaranya adalah: a. kurang percaya diri terhadap apa yang sedang di baca. b. merasa ada sesuatu yang tertinggal. c. salah persepsi. d. terpaku pada detail. e. mempersoalkan tentang salah cetak, yakin ada salah ejaan, dan kata sulit. Kebiasaan regresi ketika membaca dapat dihilangkan dengan melakukan cara sebagai berikut: a. menanamkan kepercayaan diri. Jangan berusaha mengerti setiap kata atau kalimat dalam bacaan tersebut. Jangan terpaku pada detail, terus saja membaca jangan ikuti godaan untuk kembali ke belakang. b. menghadapi bahan bacaan tanpa perasaan ragu terhadap kesalahan yang dilakukan, jika dalam keadaan membaca, bacalah. Apa yang sudah ketinggalan, tinggalkan. Meskipun ada banyak masalah yang bisa menjadi penghambat dalam belajar membaca cepat, tidak berarti tidak ada jalan keluarnya. Berikut ini ada beberapa langkah yang bisa digunakan untuk membantu mengatasi masalahmasalah dalam membaca cepat. 1. Miliki Kosakata yang Luas Jika saat ini Anda masih memiliki kosakata yang terbatas, ada cara-cara yang bisa ditempuh untuk mengatasinya, yaitu dengan menyiapkan catatan kata-kata baru yang belum Anda ketahui. Setelah itu, carilah artinya di dalam kamus. Perbendaharaan kata
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
38
yang banyak sangat membantu dalam memahami suatu bacaan. 2. Sikap Tubuh Membaca cepat memang memerlukan konsentrasi yang tinggi. Tidak jarang pembaca justru berada dalam posisi tegang. Kondisi yang seperti ini justru menjadi penghambat. Untuk itu, ambilah posisi santai saat membaca. 3. Membaca Sepintas Lalu Dengan membaca sepintas lalu, Anda bisa mengantisipasi hal-hal yang mungkin akan terjadi. 4. Konsentrasi Konsentrasi yang penuh menghindarkan Anda dari melamun atau pikiran yang melayang-layang. Kesulitan dalam berkonsentrasi menunjukkan kecepatan membaca yang rendah. Untuk itu, usahakan agar selalu berkonsentrasi ketika membaca cepat. 5. Retensi Mengingat kembali informasi yang baru saja Anda baca bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan, diskusi, maupun menulis kembali informasi yang sudah diterima. 6. Tujuan Dengan menentukan tujuan dari membaca, Anda akan mengetahui apakah bacaan tersebut sesuai dengan kebutuhan Anda atau seperti yang Anda inginkan.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
39
7. Motivasi Motivasi yang jelas dalam membaca akan memengaruhi tingkat pemahaman bacaan. Jika Anda sudah memiliki motivasi yang jelas dalam membaca suatu bacaan, Anda akan lebih mudah menyerap informasi dalam bacaan tersebut. Untuk itu, tumbuhkanlah motivasi dalam membaca. D. Menghitung Kecepatan Membaca Membaca dengan teknik cepat termasuk dalam jenis membaca ekstensif. Dengan membaca cepat kita dapat mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dalam waktu yang relatif singkat. Cara membaca dengan teknik cepat ini sebenarnya hanya dianjurkan untuk memahami bacaanbacaan yang ringan saja dan tidak memerlukan pemahaman yang mendalam. Contoh bacaan yang cocok untuk teknik membaca cepat antara lain cerpen, novel, artikel, berita, atau bacaan yang ringan dan tidak memerlukan penalaran yang mendalam. Menurut penelitian, bedasarkan jenjang pendidikan masing-masing pembaca, standar kecepatan membaca dapat diklasifikasikan sebagai berikut: SD SMP SMA PT
= = = =
80–140 Kpm 140–175 Kpm 175–245 Kpm 245–280 Kpm
Agar kita dapat mempraktikan teknik membaca cepat yang akan berdampak positif pada efektivitas membaca kita perlu memperhatikan langkah-langkah berikut. 1. bacalah teks bacaan dengan penuh konsentrasi. 2. cari kata kunci di setiap paragraf atau sub bab.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
40
3. sebisa mungkin hindarilah membaca dengan pengulangan atau regresi. 4. dapatkanlah pemahaman secara umum saja, bukan dari detail rincian informasi saja. 5. temukan informasi dari hasil membacamu. Dalam hal ini, jangan sekadar menonjolkan kecepatan membaca saja. Namun, pemahaman dan daya serap informasi juga harus terukur. Karena pada dasarnya membaca adalah proses mencari informasi dari ragam topik yang kita baca. Untuk mengukur seberapa efektif kegiatan membaca cepat yang kita lakukan, kita dapat menggunakan rumus berikut: Rumus: KM = JK x 60 JW KP = JSB JSS KEM = KM X KP
Keterangan: KM = Kecepatan membaca JK = Jumlah kata JW = Jumlah waktu untuk membaca KP = Kemampuan pemahaman JSB = Jumlah soal yang dijawab dengan benar JSS = Jumlah soal seluruhnya KEM = Kemampuan efektif membaca
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
41
Contoh : Rudi membaca sebuah teks dengan jumlah kata sebanyak 1.000 kata. Kecepatan membacanya 5 menit 10 detik. Dengan demikian, Rudi memiliki Kpm yaitu: JK = 1.000 kata JW= 5 menit 10 detik atau ( 5 x 60 ) + 10 = 310 detik KM = KM = JK x 60 JW = 1.000 x 60 310 = 193,5 kpm
Definisi membaca cepat yaitu teknik membaca untuk mendapat informasi dengan cara membaca langsung ke permasalahan atau fakta yang dicarinya. Membaca cepat ini merupakan salah satu metode untuk membaca yang dilakukan dengan cara membaca dalam hati. Keuntungan membaca cepat yaitu akan memperoleh informasi yang lengkap dalam waktu yang singkat dengan pemahaman isi bacaan yang tinggi juga. Kecepatan membaca terdapat ukurannya, yaitu kata per menit yang disingkat Kpm. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat membaca cepat yaitu: 1. tidak membaca per kata. Biasakan membaca menurut kelompok kata. 2. tidak mengulangi kata atau kalimat yang sudah dibaca.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
42
3. tidak berhenti lama di awal baris atau kalimat. Hal ini dapat memutuskan hubungan makna antarkalimat atau antarparagrafnya . 4. carilah kata kuncinya. yang menjadi tanda awal adanya gagasan utama sebuah kalimat. 5. abaikanlah kata-kata lugas yang mempunyai sifat berulang, misalnya kepada, di, dari, yang , dan sebagainya. 6. membaca cepat itu tidak hanya sekedar membaca tetapi sebaiknya menggunakan teknik atau cara-cara membaca cepat dalam mengukur kemampuan kita perlunya mengetahui rumus-rumus dalam membaca cepat sehingga kita dapat mengetahui kemampuan kita menangkap bacaan yang kita baca, tidak asal baca. Membaca tidak hanya harus cepat, tetapi juga harus paham. Seseorang dikatakan memahami suatu bacaan dengan baik, apabila ia dapat menjawab dengan benar sekurang-kurangnya 75% dari seluruh pertanyaan yang disediakan.Untuk mengetahui kecepatan sekaligus pemahaman dalam membaca, anda dapat menggunakan rumus berikut: Latihan 1. Sebutkan strategi dalam membaca! _____________________________________ _____________________________________ _____________________________________ 2. Jelaskan cara menghitung kecepatan membaca! _____________________________________ _____________________________________ _____________________________________
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
43
3. Sebutkan faktor-faktor penunjang kecepatan membaca! _____________________________________ _____________________________________ _____________________________________ 4. Sebutkan faktor-faktor penghambat kecepatan membaca! _____________________________________ _____________________________________ _____________________________________ 5. Bagaimanakah cara mengatasi faktor penghambat kecepatan membaca! _____________________________________ _____________________________________ _____________________________________ Tugas Kelompok Buatlah kelompok kemudian siapkan sebuah teks bacaan lalu hitunglah tingkat kecepatan membaca temanmu!
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
44
BAB 4
MEMBACA NYARING
A. Pengantar Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengaruntuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Dalam membaca nyaring, selain penglihatan dan ingatan,juga turut aktif auditory memory (ingatan pendengaran) dan motor memory ingatan yang bersangkut paut dengan otot-otot kita (Tarigan 2008:23). Membaca nyaring adalah sebuah pendekatan yang dapat memuaskan serta memenuhi berbagai ragam tujuan serta mengembangkan sejumlah keterampilan serta minat.Oleh karena itu, dalam mengajarkan keterampilan-keterampilan membaca nyaring, guru harus memahami proses komunikasi dua arah. Lingkaran komunikasi belumlah lengkap jika pendengar belum memberi tanggapan secukupnya terhadap pikiran atau perasaan yang diekspresikan oleh pembaca. Memang tanggapan tersebut mungkin hanya dalam hati, tetapi bersifat apresiatif,mempunyai nilai apresiaisi yang tinggi. Pembaca harus memahami aksara di atas kertas serta memproduksikan suara yang tepat dan bermakna. Membaca nyaring pada hakikatnya merupakan suatu masalah lisan atau oral matter. Oleh karena itu, dalam pengajaran bahasa asingaktivitas membaca nyaring lebih ditujukan pada pengucapan (pronounciation) daripada pemahaman
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
45
(comprehension).mengingat hal tersebut, maka bahan bacaan haruslah dipilih yang mengandung isi dan bahasa yang relatif mudah dipahami. Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita perhatikan bahwa kegunaan membaca nyaring sangat terbatas. Sedikit orang yang dituntut membaca nyaring dalam kegiatan rutin sehari-hari, seperti penyiar radio, pembicara televisi,pengacara, atau pastor. Demikianlah, dari segi mayoritas, kegunaan atau kepentingannya memang terbatas (Broughton (et al) 1978:92). Membaca bersuara menyangkut tiga istilah yakni: reading aloud, oral reading, dan reading out loud. Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan bersuara dengan memperhatikan struktur kata (kata, kata majemuk, dan frasa) dan kalimat, lafal, intonasi dan jeda. Tekanan kata dalam bahasa Indonesia jatuh pada suku kedua dari belakang. Pembaca nyaring harus dapat pula mengelompokkan kata sesuai dengan kelompoknya agar jelas maknanya bagi pendengar. Membaca nyaring adalah membaca dengan suara keras dan jelas. Tujuan membaca nyaring adalah agar semua orang dapat mendengarkan apa yang dibaca dan memahami isinya, berikut adalah syaratsyarat dalam membaca nyaring. 1. ucapan atau lafal harus jelas. Maksudnya, huruf dan kata-kata yang diucapkan harus benar, tepat, dan jelas. 2. jeda atau perhentiannya harus tepat. Maksudnya, cara memenggal kata-katanya harus sesuai dengan arti yang dimaksud. Contoh : a. kucing // makan tikus mati. b. kucing makan // tikus mati. c. kucing makan tikus // mati.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
46
3. kalimat-kalimat diatas diberi tanda jeda yang berbeda-beda. Oleh karena itu, kalimat-kalimat itu mempunyai arti yang berbeda pula. 4. lagu kalimat atau tinggi rendahnya suara harus tepat. Tujuannya agar maksud kalimat itu jelas ; apakahitu kalimat berita, tanya, atau perintah. Lagu kalimat atau tinggi rendahnya suara disebut juga dengan intonasi. 5. tempo adalah cepat atau lambatnya membaca. Jika terlalu cepat membaca, pendengar akan sulit mengerti. Jika terlalu lambat, pendengar merasa bosan. Oleh karena itu, tempo membaca harus sedang-sedang saja atau tergantung pada suasana. B. Keterampilan-keterampilan yang Dituntut dalam Membaca Nyaring Di bawah ini, dikemukakan sejumlah keterampilan yang dituntut dalam memabaca nyaring pada sekolah dasar kelas. Daftar keterampilan berikut ini sangat menolong para guru dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam membaca nyaring.(Tarigan 2008:25). 1. Kelas I: a. mempergunakan ucapan yang tepat; b. menggunakan frasa yang tepat (bukan kata demi kata); c. menggunakan intonasi suara yang wajar agar makna mudah terpahami; d. memiliki perawakan dan sikap yang baikserta merawat buku dengan baik; e. menguasai tanda-tanda baca sederhana seperti: titik(.) koma(,) tanda tanya(?) tanda seru (!).
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
47
2. Kelas II a. membaca dengan terang dan jelas. Dalam pembelajaran membaca nyaring siswa dituntut untuk membaca dengan terang dan jelas agar yang mendengarkan dapat memahami maksud dari bacaan yang dibacakan. b. membaca dengan penuh perasaan, ekspresi. Membaca harus dilakukan dengan penuh perasaan dan ekspresi agar orang yang menyimak dapat mengetahui makna yang dibacakan. Misalnya, ketika seseorang membaca cerita sedih maka pembaca harus mengekpresikan dengan mimik yang sedih. c. membaca tanpa tertegun-tegun, tanpa terbata-bata. Siswa kelas II dalam membaca diharuskan untuk dapat membaca dengan lancar tidak terbata-bata sehingga pendengar mengerti dengan yang dibacakan. 3. Kelas III a. membaca dengan penuh perasaan, ekspresi; b. mengerti serta memahami bahan bacaan. 4. Kelas IV: a. memahami bacaan pada tingkay dasar; b. kecepatan mata dan suara:tiga patah kata dalam satu detik. 5. Kelas V a. membaca dengan pemahamn dan perasaan; b. aneka kecepatan membaca nyaring bergantung pada bahan bacaan; c. dapat membaca tanpa terus menerus melihat pada bahan bacaan.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
48
6. Kelas VI a. membaca nyaring dengan perasaan atau ekspresi; b. membaca dengan penuh kepercayaan (pada diri sendiri) dan mempergunakan frase atau susunan kata yamg tepat. C. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Membaca Nyaring Dalam membaca nyaring terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah sebelum melakukan membaca nyaring guru harus dapat meninjau buku yang akan dibacakan, ketika membacakan buku sebaiknya buku dibacakan secara pelan-pelan agar anak dapat memahami isi dari buku tersebut. Dalam membacakan buku juga seorang guru harus dapat memperhatikan panjang pendek mata pelajaran dan yang dibacakan hendaknya bervariasi agar anak tidak merasa jenuh, selain itu ketika membacakan buku cerita yang bergambar, guru harus dapat memastikan anak dapat melihat gambar dengan jelas, karena jika tidak dapat melihat gambar dalam buku tersebut dengan jelas anak akan kesulitan mengungkapkan isi dari cerita yang ada. Setelah membaca selesai maka guru harus dapat menyediakan waktu untuk diskusi, dengan adanya diskusi siswa akan aktif dalam pembelajaran dan siswa dapat mengungkapkan pendapatnya. Hal yang harus dihindari dalam kegiatan membaca nyaring yaitu: 1. jangan membacakan cerita yang anda sendiri tidak menyukainya. Karena jika gurunya saja tidak menyukai cerita yang dibacakan tersebut pesan yang terkandung dalam cerita tidak akan tersampaikan kepada siswa.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
49
2. jangan teruskan membaca cerita jika ternyata buku tersebut pilihan yang salah. Karena apabila guru meneruskan cerita yang salah tersebut tidak akan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang di harapkan. 3. jangan bingung dengan pertanyaan yang diajukan siswa selama membaca, dan diskusikan dengan siswa pendapat dan kesimpulan mereka. 4. ciptakan pertanyaan terbuka yang mengharuskan siswa memusatkan perhatian pada bagian tertentu dan sebuah buku. Dalam membaca nyaring terdapat beberapa keuntungan dan kesenangan diantaranya adalah guru harus dapat membacakan cerita pada awal pertama di kelas hal ini berguna untuk mengakrabkan keadaan dalam kelas, selain itu wacana yanng panjang sebaiknya diperpendek agar siswa tidak terlalu jenuh mendengarkan cerita yang cukup panjang. Keuntungan dan kesenangan membaca nyaring lainya yaitu siswa dapat duduk senang dan santai dalam setengah lingkaran di sekitar guru. Kemudian guru duduk pada kursi rendah dekat dengan siswa, hal ini dapat menghidupakan suasana menjadi lebik asyik. Setelah pembacaan selesai berikanlah pertanyaan kepada siswa, hal ini dapat meningkatkan pemahaman dan minat membaca siswa. Selain itu guru dapat mendorong siswa untuk ikut berpartisifasi dalam membaca, misalnya siswa dapat menceritakan buku atau mendeklamasikan puisi.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
50
D. Manfaat dan Prosedur Membaca Nyaring Manfaat membaca dan pentingnya membaca nyaring untuk anakanak yaitu sebagai berikut : 1. memberikan contoh kepada siswa proses membaca secara positif. Sebagai guru harus dapat mencontohkan proses membaca yang positif kepada siswa agar siswa dapat menirukan proses membaca positif tersebut. 2. mengekspos siswa untuk memperkaya kosakatanya. Guru harus dapat memberikan kosakata-kosakata yang banyak agar siswa memperoleh kosakata yang belum dimilikinya dan dengan penambahahan kosakata yang diberikan oleh guru tersebut maka kosakata yang dimiliki oleh siswa akan bertambah. 3. memberi siswa informasi baru. Sebagai guru harus update akan informasi baru, agar guru dapat memberikan informasi baru tersebut kepada siswa dengan adanya informasi baru yang diberikan oleh guru maka siswa tidak akan tertinggal dengan informasi yang baru. 4. mengenalkan kepada siswa dari aliran sastra yang berbeda-beda. Sebagai guru harus dapat memberikan tentang sastra yang berbedabeda agar siswa mengetahui sastra-sastra yang ada. 5. memberi siswa kesempatan menyimak dan menggunakan daya imajinasinya. Sebagai guru harus bisa memberikan kesempatan kepada siswanya untuk menyimak dan mengguankan daya imajinasinya, karena dengan ada kesempatan yang diberikan guru tersebut siswa akan dapat berimajinasi sesuai dengan yang dipikirkannya.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
51
Prodesur dalam membaca nyaring menurut Melvin L. Silberman (2011:152). 1. pilihlah teks yang cukup menarik untuk dibaca dengan suara yang nyaring. Batasi diri anda untuk memilih teks yang berisi kurang dari 500 kata. 2. perkenalkan teks tersebut kepada siswa. 3. bagilah teks tersebut berdasarkan paragarfnya atau dengan cara lain, tunjuklah sejumlah siswa untuk membaca dengan suara lantang atau nyaring. 4. ketika pembacaan sedang berlangsung, hentikan pada beberapa bagian untuk menentukan poinpoin tertentu, mengajukan pertanyaan, atau memberi contoh. Beri kesempatan untuk melakukan diskusi singkat jika siswa memperlihatkan minat terhadap bagian tertentu. Selanjutnya bahaslah apa yang dimuat dalam teks. Latihan 1. Jelaskan pengertian membaca nyaring! _____________________________________ _____________________________________ _____________________________________ 2. Jelaskan manfaat membaca nyaring! _____________________________________ _____________________________________ _____________________________________ 3. Sebutkan keterampilan-keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring! ______________________________________ ______________________________________ ______________________________________
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
52
4. Sebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membaca nyaring! ______________________________________ ______________________________________ ______________________________________ 5. Sebutkan prosedur dalam membaca nyaring! ______________________________________ ______________________________________ ______________________________________ Tugas Kelompok Buatlah kelompok dan praktikan membaca nyaring dengan memperhatikan prosedur membaca nyaring dengan teks yang sudah ditentukan!
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
53
BAB 5
MEMBACA DALAM HATI
A. Pengantar Membaca dalam hati pada dasarnya adalah membaca dengan mempergunakan ingatan visual(visual memory), melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Tujuan utama membaca dalam hati (silent reading)adalah untuk memperoleh informasi. (Tarigan 2008:30). Latihan membaca dalam hati harus dimulai sejak anak-anak bisa membaca sendiri.Pada tahap ini anak-anak harus diberikan bacaan tambahan, yang penekanannya diarahkan pada keterampilan menguasai bahan bacaan,memahami ide-ide dengan usahanya sendiri. Bila seseorang dapat membentuk konsep-konsep serta sikap-sikap pribadi, hal itu berarti dia telah memperluas kesatuan-kesatuan pikirannya serta memperoleh dasar pendapat. Dia akan menguasai cerita-cerita dan uraianuraian sebagai suatu keseluruhan yang dalam kegiatan membaca nyaring kini hanya dapat memahami fragmenfragmen yang lepas-lepas saja. Pada membaca dalam hati ini, anak mencapai kecepatan dalam pemahaman frase-frase, memperkaya kosa katanya,dan memperoleh keuntungandalam hal keakraban dengan sastra yang baik. Setelah membaca dalam hati, guru dapat menyuruh murid mengutarakan apa yang telah ia baca, hal ini mempernudahkan pengujian pertumbuhan daya pemahaman apresiasi mereka. (Cole 1950:244-245). Dalam kehidupan sehari-hari, setiap anggota msyarakat akan membaca bahan-bahan sesuai dengan selera/pilihannya masing-masing, tanpa paksaan dari pihak
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
54
lain. Membaca secara perseorangan menurut selera masingmasing ini disebut personalizing reading. Pengajaran membaca perseorangan atau personalized reading merupakan suatu pendekatan terhadap organisasi kelas. Berdasarkan konsep bahwa setiap anak, setiap orang harus tahu mencari sendiri, melangkah sendiri, maju sendiri, program membaca perseorangan ini merupakan suatu bagian dari program keseluruhan yang mungkin mencakup program dasar, pengajaran perorangan dan pendekatan pengalaman bahasa. (Barbe and Abbott 1975:23). B. Membaca Ekstensif Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Tujuan dan tuntutan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi bacaan yang pentingpenting dengan cepat sehingga dengan demikaian membaca secara efesien dapat terlaksana. (Tarigan 2008:32). Membaca ekstensif meliputi: 1. Membaca Survey (Survey Reading); Membaca survey merupakan kegiatan meneliti terlebih dahulu apa yang akan kita telaah/baca. Ketika akan melakukan survey bahan bacaan yang akan kita pelajari, yang akan kita telaah, dengan cara: a. memeriksa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku-buku; b. melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku-buku yang bersangkutan. c. memeriksa, meneliti bagan, skema, out line buku yang bersangkutan.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
55
2. Membaca Sekilas (Skimming); Membaca sekilas atau skimming adalah sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi. (Tarigan 2008:33) Tujuan membaca sekilas adalah sebagai berikut: a. untuk memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku atau artikel, tulisan singkat; b. untuk menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan; c. untuk menemukan/menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan. 3. Membaca Dangkal (Superficial Reading). Membaca dangkal atau superficial reading pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bacaan. Membaca dangkal biasanya dilakukan apabila kita membaca untuk kesenangan di waktu senggang; misalnya novel ringan, cerita pendekdan sebagainya.Dalam membaca, seperti halnya membaca karya ilmiah, dapat dilakukan dengan santai tetapi menyenangkan. Kita telah membahas membaca tiga jenis membaca yang termasuk ke dalam membaca ekstensif. Membaca ekstensif ini biasanya dilakukan di luar kelas; tugas-tugas diberikan oleh guru beberapa kali secara teratur, dan di dalam kelas diperlukan sekelumit waktu untuk mengecek atau memeriksa apakah para pelajar mengerti ciri-ciri utama berita tersebut. (Brooks 1964:173).
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
56
C. Membaca Intensif Membaca intensif atau intensive reading adalah studi seksama, telaah teliti, dan penangan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Kuesioner, latihan pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte, dan diskusi umum merupakan bagian dan teknik membaca intensif. Teks-teks bacaan yang benarbenar sesuai dengan maksud ini harus dipilih oleh guru, baik dari segi bentuk maupun isinya. Para pelajar atau mahasiswa yang berhasil pada tahap ini secara langsung akan berhuungan dengan kualitas serta keserasian pilihan bahan bacaan tersebut. (Brooks 1964:172-173). Membaca intensif terbagi atas: 1. Membaca Telaah Isi (Content Study Reading); Menelaah isi suatu bacaan menuntut ketelitian, pemahaman, kekritisan berpikir, serta keterampilan menangkap ide-ide yang tersirat dalam bahan bacaan. Membaca telaah isi dapat dibagi atas membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide. a. Membaca Teliti; Membaca teliti ini menuntut suatu pemutaran pendidikan yang menyeluruh. Sama pentingnya dengan jenis kegiatan membaca lain, kita perlu membaca dengan teliti bahan bacaan yang kita sukai. Membaca teliti ini membuthkan sejumlah keterampilan, antara lain: 1) survey yang cepat untuk memperhatikan/melihat organisasi dan pendekatan umum; 2) membaca secara seksama dan membaca ulang paragraf-paragraf untuk menemukan kalimat-kalimat judul dan
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
57
perincian-perincian penting; 3) penemuan hubungan setiap paragraf dengan keseluruhan tulisan atau artikel. b. Membaca Pemahaman Membaca pemahaman yang dimaksud di sini adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami: 1) standar-standar atu norma-norma kesastraan (literary standards); 2) resensi kritis (critical review); 3) drama tulis (printed drama); 4) pola-pola fiksi (pattrens of fiction). 1) Standar Kesastraan Kalau beratus-ratus pembaca yang serius berbuat hal yang sama selama kurun waktu yang cukup lamasecara berkesinambungan, jelaslahbahwa di sini ada suatu yang mengandung kebenaran dan keindahan, sesuatu yang memenuhi kebutuhan umat manusia, sesuatu yang berkesinambungan memengaruhi para pembaca lama setelah pengaragnya meniggal dunia. Dalam hal serupa inilah, kesusatraan itu tercipta. Para penulis kreatif dalam bidang-bidang fiksi, drama, puisi, biografi, autobiografi, esai popuer, dan sebagainya memiliki pengalaman yang ingin disamapikan kepada pembaca. Sebagai seniman kreatif, pengarang sangat sensitif terhadap kekuatan dan keindahan katakata. Dia sadar benar akan seluk belu serta keelikannya; dia memahami anekarona konotasi kata, dia dapat dengan cepat menciptakan serangkaian impresi atau kesan yang mendalam;dia dapat memeras kata-kata
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
58
sehingga menjadi suatu kekuatan; dia dapat memperluas serta mengembangkannya demi pengayaan perincian, detail dan daya pesona, dia dapat menyusun kata-kata yang penuh semangat dan hebat untuk menciptakan efekefek yang hebat,menyusun kata-kata yang teang untuk menciptakan kedamaian serta pemikiran yang mendalam;dia merupakan seorang ahli seni sihir dalam hal sugesti;dia dapat membangkitkan imaji-imaji yang hidup yang dapat membuat tulisan atau karya yang hanya baikdan yang benar-benar mengagumkan. (Tarigan 2008:59). Kesusatraan dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, antar lain sebagai berikut: a) puisi atau prosa; b) fakta atai fiksi; c) klasik atau modern; d) subjektif atau objektif; dan e) eksposisi atau normatif. 2) Resensi Kritis Ditinjau dari segi batas kemampuan kita sebagai manusia, tidaklah mungkin membaca semua buku dan artikel yang baik yang terbit setiap hari.agar tetap mendapat informasi mengenai apa yang dipikirkan serta dituliskan oleh orang-orang besar dalam kehidupan seseorang dapat membaca resensi-resensi kritis mengenai fiksi maupun yang non fiksi.tulisantulisan singkat seperti itu, yang biasanya dapat dibaca dalam beberapa menit, mempunyai paling sedikit empat kegunaan,yaitu: a) mengetengahkan komentar-komentar mengenai kesegaran eksposisi ataucerita, memberikan pertimbangan serta penilaian mengenai betapa baiknya tugas tersebut
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
59
b)
c)
d)
3)
dilaksanakan, dipandang dari segi maksud dan tujuan pengarang; mengutarakan komentar-komentar mengenai gaya, bentuk, serta nilai atau manfaat kesastraan umum bagian tersebut; memberikan suatu rangkuman pandangan, pendirian, point of view (isi eksposisi atau suatu synopsis pola umum cerita yang secara seksama tidak dapat membeberkan hasilhasilnya); mengemukakan fakta-fakta untuk menunjang pertimbangan dan penilaiannya serta analisis isi dengan jalan mengutip atau menunjuk secara langsung pada karakter-karakter, situasi-situasi, dan bahkan halaman-halaman tertentu dalam buku atau artikel itu. (Tarigan, 2008:63) Drama Tulis Sepanjang ada kaitannya dengan masalah apresiasi, masalah pengertian dan penghargaan, ada dua cara untuk menikmati sandiwara/drama. Yang pertama adalah pada tingkatan aksi primitif, dalam hal ini hati penonton atau pemirsa bergetar karena ketegangan, kekejaman, sehingga menimbulkan keinginan besar untuk melihat berapa caranya hal itu dikeluarkan, diperankan. Pada tingkatan ini media visual seperti komik, gambar hidup, film televise, memang lebih mudah daripada membaca, karena sedikit imajinasi yang dibutuhkan. Yang kedua adalah tingkatan individual yang bersifat interpretatif, dalam hal ini pembaca dapat menarik kesimpulan-
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
60
a) b) c) 4)
kesimpulan, menvisualisasikan tokoh-tokoh, memproyeksikan akibat-akibat, serta mengadakan interpretasi-interpretasi ketika dia membaca, membawa kesempurnaan pengalamannya sendiri pada bacaam itu. Dia mempunyai kesempatan untuk mencari petunjuk-petunjuk bagi tokoh, karakter, motif, dan intensi. Dengan telinga rohaniah, dia dapat mendengar para tokoh berbicara. Tatkala dia membaca baris-baris, menciptakan dalam hatinya suatu ide bagaimana wajah-wajah akan melihat, suara-suara berbunyi, dan para tokoh bergerak pada saat-saat ketakutan, kebahagiaan, dan ketegangan. Dengan bantuan imajinasi, pembaca dapat menambah serta membangun suatu produksi yang jauh lebih mengikat daripada penampilan yang actual daripada actor di atas panggung. Agar pembaca dapat mengembangkan suatu sikap kritis yang logis terhadap drama, yang antara lain mengerti akan: prinsip-prinsip kritik drama; unsur-unsur drama: 1) plot, 2) karakterisasi, 3) dialog, 4) aneka sasaran kesastraan; jenis-jenis drama: 1) tragedi, 2) komedi, 3) melodrama, 4) farce. (Tarigan, 2008:63) Pola-pola Fiksi Agar kita dapat memahami pola-pola fiksi dengan sebaik-baiknya, kita harus terlebih dahulu memahami pengertian fiksi, perbedaannya dengan yang nonfiksi, unsurunsurnya, dan jenis-jenisnya. Di samping itu, kita pun perlu juga memiliki sejumlah pertanyaan yang dipergunakan sebagai
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
61
pembimbing untuk memahami, menilai, meresensi suatu fiksi. Berikut ini akan dibahas secara singkat: a) pengertian fiksi, fiksi adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk membedakan untuk membedakan uraian yang tidak bersifat historis dari uraian yang bersifat historis, dengan penunjukan khusus atau penekanan khusus pada segi sastranya. (Brooks, Pusper dan Waren, 1952:9). b) fiksi dan nonfiksi, perbedaan utama antara diksi dan nonfiksi terletak pada tujuan. Maksud dan tujuan dari cerita atau narasi yang nonfiksi, seperti sejarah, biografi, cerita berita, dan cerita perjalanan, adalah untuk menciptakan kembali (to re-create) apa-apa yang terjadi secara actual. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa cerita nonfiksi bersifat aktualitas. Aktualitas adalah apa-apa yang benar-benar terjadi; sedangkan realitas adalah apa-apa yang dapat terjadi. (Tarigan, 2008:77). c) unsur-unsur fiksi, dalam penulisan sebuah fiksi perlu diperhatikan bener-bener prinsip serta masalah-masalah teknis berikut: 1) permulaan dan eksposisi, 2) pemerian dan latar, 3) suasana, 4) pilihan dan sara, 5) saat penting, 6) puncak atau klimaks, 7) pertentangan atau konflik, 8) rintangan atau komplikasi, 9) pola atau model, 10) kesudahan atau kesimpulan, 11) tokoh dan aksi, 12) pusat minat, 13) pusat tokoh, 14) pusat narasi, 15) jarak, 16) skala, 17) langkah. (Brooks and Warren, 1959:644).
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
62
d) jenis-jenis fiksi, ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan fiksi, antara lain: 1) berdasarkan bentuk, 2) berdasarkan isi, 3) berdasarkan kritik sastra. (Tarigan, 2008:90). c. Membaca Kritis Kita tidak punya banyak waktu untuk mebaca semua bahan bacaan. Kita ingin menegtahui dan memerlukan informasi mengenai bahan bacaan yang sangat banyak. Resensi kritis dapat kita gunakan untuk mengetahui informasi tersebut. Resensi kritis yang memuat tulisan singkat mengenai fiksi maupun non fiksi akan sangat membantu kita dalam mendapatkan informasi mengenai informasi terbaru dan pikiran-pikiran penulis di dunia. Resensi juga bukan sekedar bahan referensi bagi para sarjana seperti di masa lalu.Resensi telah menjadi sarana yang sangat penting dalam dunia pendidikan. (Bachelor, Henry, and Salisbury, 1951:2999;Salisbury,1955:402-403). Demikian pentingnya resensi sebagai sarana mendapatkan informasi mengenai bahan bacaan. Seorang pendidik akan sangat baik bila memiliki kekayaan wawasan dan pengetahuan yang luas mengenai bahan-bahan bacaan, bakat dan minat siswa. Salah satu cara adalah dengan membaca resensi. Membaca kritis atau critical reading adalah membaca untuk mendapatkan informasi yang relevan dan diperlukan untuk tulisan yang akan dikembangkan. Manfaat yang dapat kita petik antara lain adalah: a) menggali makna yang lebih dari adanya membaca kritis; b) sebagai modal
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
63
bagi mahasiswa untuk memperoleh suatu pengetahuan yang mendalam. Di dalam membaca kritis, pembaca dituntut untuk: 1) memahami maksud penulis; 2) memahami organisasi dasar tulisan; 3) dapat menilai penyajian penulis; 4) dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari; 5) meningkatkan minat baca, kemampuan baca, dan berpikir kritis; 6) mengetahui prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan; 7) membaca sejarah atau publikasi-publikasi periodik yang serius. d. Membaca Ide Membaca ide atau reading for idea adalah sejenis kegiatan membaca yang mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan. Ada suatu prinsip yang harus selalu diingat, yaitu suatu sumber yang kaya akan ide merupakan dasar bagi komunikasi dan kita cendrung berbicara dan menulis dengan baik kalau mereka penuh dengan ide-ide. Membaca yang baik tahu mengapa ia harus membaca. Pada umumnya membaca adalah untuk memcari imformasi dan untuk menikmati apa yang disajikan dalam bacaan tersebut. Benar-benar memahami bacaan sangat menuntut pengetahuan mengenai kata-kata dan keresponsifan terhadap organisasi bagian sebagai suatu keseluruhan. Agar kita dapat mencari, menemukan, serta mendapat keuntungan dari ide-ide yang
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
64
terkandung dalam bacaan, kita harus berusaha membuat diri kita menjadi pembaca yang baik atau a good reader. Berikut akan dibahas mengenai apa yang disebut dengan pembaca yang baik yaitu: 1) pembaca yang baik tahu mengapa dia membaca 2) pembaca yang baik memahami apa yang dibacanya 3) pembaca yang baik harus menguasai kecepatan membaca 4) pembaca yang baik harus mengenal media cetak
Dalam menguasai kecepatan membaca, pembaca harus mengetahui beberapa hal, antara lain: 1) membaca sekilas untuk memproleh beberapa hal sebagai gambaran; 2) membaca cepat untuk mencari hal tertentu yang dia inginkan; 3) membaca demi kesenangan; 4) membaca secara serius bahan-bahan yang penting tanpa menghilangkan satupun hal yang penting dari bacaan. Sebagai seorang pembaca yang baik, harus mengenal media cetak. Bentuk-bentuk kontemporer media cetak, yang meliputi: 1) paperbacks ( buku saku; buku berjilid tipis; kulit kertas),
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
65
2) media grafika (komik; kartun;, poto; penyajian statistik, grafis, diagram, peta, dan lain-lain), 3) majalah, 4) suarat kabar (cf. Salisbury;1955:3172. Membaca Telaah Bahasa (Linguistic Study Reading) Membaca teliti ini menuntut suatu pemutaran pendidikan yang menyeluruh. Sama pentingnya dengan jenis kegiatan membaca lain, kita perlu membaca dengan teliti bahan bacaan yang kita sukai. Membaca teliti ini membuthkan sejumlah keterampilan, antara lain: 1) survey yang cepat untuk memperhatikan/melihat organisasi dan pendekatan umum; 2) membaca secara seksama dan membaca ulang paragrafparagraf untuk menemukan kalimat-kalimat judul dan perincian-perincian penting; 3) penemuan hubungan setiap paragraf dengan keseluruhan tulisan atau artikel. Tujuan membaca intensif ini adalah untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap argumen-argumen yang logis,urutanurutan retoris atau pola-pola teks, pola-pola simbolisnya; nada-nada tambahanyang bersifat emosionaldan sosial, pola-pola sikap dan tujuan sang pengarang, dan juga sarana-sarana linguistk yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. (Tarigan 2008:37). Pada hakikatnya segala sesuatu terlebih sesuatu yang konkret pasti terdiri dari bentuk dan isi (form and meaning). Begitu pula dengan bacaan yang terdiri atas isi (content) dan bahasa
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
66
(language). Isi dianggap sebagai yang bersifat rohaniah sedangkan bahasa sebagai yang bersifat jasmaniah. Keduanya merupakan dwitunggal yang utuh. Keserasian antara isi dan bahasa suatu bahan bacaan mencerminkan keindahan serta kemanunggalannya. Jadi Membaca telaah bahasa adalah suatu keterampilan membaca dengan cara membaca dari segi isi dan bahasa suatu bacaan sehingga mencerminkan keindahan. a. Jenis-jenis Membaca Telaah Bahasa Pada dasarnya jenis-jenis membaca telaah bahasa dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu membaca bahasa atau language reading dan membaca sastra atau literary reading. 1. Membaca Bahasa Tujuan utama membaca bahasa adalah mengembangkan daya kata (increasing word power) dan mengembangkan kosa kata (developing vocabulary). a) mengembangkan daya kata. Setiap orang mempunyai dua jenis umum daya kata. Daya kata yang pertama adalah daya kata yang dipergunakan dalam berbicara dan menulis. Berbicara adalah Kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau katakata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan sedangkan menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbolsimbol grafis. Ini merupakan daya memilih
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
67
serta mempergunakan kata-kata yang mengekspresikan makna secara jelas dan tepat. Daya yang satu lagi adalah daya kata yang dipergunakan dalam membaca dan menyimak. Membaca merupakan suatu proses menyusun makna melalui interaksi dinamis diantara pengetahuan pembaca yang telah ada, informasi yang dinyatakan oleh bahasa tulis dan konteks situasi pembaca. Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan. Ini adalah daya untuk menghadapi serta menggarap kata-kata baru dan yang belum lazim, memperoleh makna cukup dari kata-kata tersebut, sehinga bagian tempatnya muncul itu dapat dimengerti, masuk akal. Dalam kegiatan membaca ada beberapa hal yang harus kita ketahui untuk memperbesar daya kata. Hal tersebut antara lain : 1) ragam-ragam bahasa; 2) mempelajari makna kata dari konteks; 3) bagian-bagian kata; 4) penggunaan kamus; 5) makna-makna varian; 6) idiom; 7) sinonim dan antonim; 8) konotasi dan denotasi; 9) derivasi. Secara singkat berikut akan dijelaskan satu persatu. 1) Ragam-ragam Bahasa. Bahasa formal atau bahasa resmi adalah bahasa yang dipakai pada situasi resmi yang dengan sengaja disusun menurut aturan- aturan konseptual dan logis khusus dan digunakan untuk memenuhi suatu tujuan khusus secara konsisten, persis dan lengkap. Bahasa-bahasa formal digunakan untuk tujuan seperti melambangkan teori-teori dan hukum-hukum ilmiah; dan menyimbolkan bahasa-bahasa
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
68
seperti logika dan matematika misalnya saja digunakan pada pidato kenegaraan, kuliah di perguruan tinggi, yajuk rencana koran-koran terkenal, kritik sastra, khutbah-khutbah resmi, dan lain-lain. Ciri-ciri bahasa formal adalah simbolisme, aturan-aturan sintaksis yang menentukan bagaimana simbol-simbol ini disatukan, aturan-aturan sintaksis membolehkan kita untuk mengubah bentuk, maupun menggantikan simbol-simbol, aturanaturan semantik aturan-aturan semantis (termasuk setiap aturan definisi) dengannya bahasa formal akan diterjemahkan aturanaturan semantis membuat kita mampu menentukan dan menafsirkan arti-arti yang diberikan kepada istilah (kamus) bahasa dan terakhir aturan-aturan logika (seperti prinsipprinsip penarikan kesimpulan bagi tujuan deduktif). Bahasa informal atau bahasa tidak resmi adalah bahasa yang dipakai pada situasi-situasi yang tidak resmi. Lebih banyak dipakai secara lisan daripada tulisan. Bahasa informal biasanya digunakan dalam lingkungan keluarga, bercakap-cakap dengan teman, bercakap-cakap dalam buku harian, dan lainlain. Bahasa informal ini merupakan efek dari globalisasi. Bahasa informal memiliki ciri khas adanya kata, ungkapan, dan gaya bahasa baru, dan biasanya berasal dari generasi muda. Dalam pembentukan kosakata dalam bahasa Indonesia informal, ternyata banyak sekali “metode” yang ada, contohnya pemendekan
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
69
kata disertai imbuhan –in, pemberian imbuhan ke- untuk menggantikan imbuhan ter-, dan menghilangkan beberapa huruf untuk mempermudah pengucapan misalnya tahu jadi tau. Selain modifikasi pada imbuhan, pembentukan kosakata juga diambil dari penyerapan bahasa daerah, bahasa asing misalnya sorry – sori. Selain kosakata, partikel-partikel kalimat juga muncul dalam bahasa informal. Seperti partikel nih, loh/lho, kok, dong, ‘kan dan lah. Bahasa percakapan adalah bahasa yang umum dipakai dalam percakapan sehari-hari, bahasa yang telah kita pakai semenjak kecil. Bahasa percakapan banyak digunakan dalam bahasa lisan sehingga banyak kita jumpai kalimat-kalimat yang singkat atau dapat juga tidak lengkap. Bahasa kasar (vulgar language) adalah bahasa yang dianggap substandard, maksudnya bahasa orang yang tidak berpendidikan memang jelas mempunyai cara sendiri yang konvensional tetapi tidak digunakan oleh orang-orang yang telah mempelajari bentukbentuk baku, sehingga kasar disini bukanlah mengarh pada ketidaksenonohan melainkan menyangkut orang banyak. Bahasa slang adalah bahasa yang ditujukan kepada kelompok-kelompok khusus sert terbatas. Bahasa slang bersifat sementara misalnya hari ini bersifat suatu hal maka besok lusa tidak lagi. Bahasa teknis (technical language) adalah bahasa yang dipakai pada profesi-profesi
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
70
tertentu misalnya dokter, insyinyur, hakim, dan lain-lain yang telah mengembangkan kosa kata sendiri, ekspresi-ekspresi secara cepat dan efisien menyatakan kebutuhan mereka satu sama lain. 2) Mempelajari Makna Kata dari Konteks. Untuk menentukan makna kata dari suatu konteks dapat kita lakukan melalui pengalaman dan melalui bacaan. Semakin banyak pengalaman yang kita miliki semakin banyak pula kosa kata kita, misalnya dengan berkunjung ke tempat-tempat yang blum pernah kita kunjungi. Dengan banyak membaca misalnya saja cerpen, novel, dan lain-lain yang dapat memperkaya kosa kata kita. Bagian lisan atau tulisan tempat sebuah kata muncul disebut konteks. Konteks yang dapat mencerminkan makna adalah konteks yang memiliki karakteristik sebagai berikut : a) konteks dapat membatasi kata. Cara yang paling jelas adalah dengan mendefinisikan batasan yang ikhlas dan langsung. Setiap penulis yang seksama akan berusaha membatasi istilah-istilah yang dipakainya; b) konteks dapat memasukkan suatu perbandingan atau pertentangan suatu komparasi atau kontras yang dapat menolong kita memahami makna kata; c) suasana bagian sebagai suatu keseluruhan dapat mencerminkan kata. Kita tidak akan memperoleh segala makna dari sesuatu kata dalam satu konteks. Apa yang kita peroleh hanyalah sebuah makna
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
71
tunggal yang sesuai dengan bagian tertentu. Kalau kita temui kata-kata tersebut dalam konteks baru kita akan menemukan makna baru baginya. 3) Bagian-bagian Kata Terkadang kita dapat menentukan makna suatu kata dari pengetahuan mengenai bagianbagian kata. Perlu kita ketahui tidak semua kata memiliki bagian-bagian seperti prefiks (awalan), root (akar atau dasar kata), suffiks (akhiran), dan infiks (sisipan).
4) Penggunaan Kamus Untuk menentukan makna dari sebuah kata kita dapar menggunakan kamus dari kamus itulah kita dapat belajar bentuk, jenis, dan kekerabatan kata-kata. 5) Aneka Makna Kita harus memiliki suatu kebiasaan memperlihatkan makna-makna yang berbeda yang dikandung dalam sesuatu kata. Kita harus paham akan homonym, yaitu kata yang memiliki bunyi sama namun makna yang berbeda. Misalnya saja tanjung I maknanya sejenis bungan sedangkan tanjung II maknanya tanah yang menjorok ke laut. 6) Idiom Idiom merupakan ekspresi yang tidak dapat dimengerti dari makna terpisah, makna sendiri-sendiri setiap kata dalam kelompok itu.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
72
Kata-kata itu harus diperlakukan sebagai suatu keseluruhan. Misalnya saja buah baju yang artinya kancing baju, dan lain-lain. 7) Sinonim dan Antonim Sinonim adalah kata-kata yang memiliki makna umum yang sama atau kebersamaan (Barret :1956:302) tetapi berbeda dengan konotasi atau nilai kata (Perrrin:1968:384). Misalnya saja meninggal dunia sama dengan wafat, mampus, dan lain-lain. Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya (Albert (et al);1961:81). 8) Konotasi Konotasi cenderung menyentuh hati kita secara mendalam. Banyak kata umum yang mengandung konotasi namun tidak semua kata memiliki daya konotatif misalnya artikel, konjungsi, dan preposisi. Secara umum ada dua jenis konotasi yaitu konotasi pribadi dan konotasi umum. Sehingga setiap kata itu pasti memiliki arti pusat dari arti tambahan, mempunyai denotasi dan konotasi. Kalau denotasi mengacu pada batasan harfiah sesuatu kata, kepada makna yang diketahui banyak orang sedangkan konotasi mengacu pada segala sesuatu yang disarankan oleh sebuah kata (Moore;1960:213; Perrin, 1968:373374). 9) Derivasi Kata Untuk meningkatkan kosa kata kita, kita harus memahami derivasi atau asal-usul kata
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
73
sangat penting. Misalnya pada kata Indonesia banyak kosa kata asing yang turut memperkaya kosa kata bahasa kita.kata-kata asing tersebut antara lain berasalal dari bahasa Arab, portugis, dan lain-lain. b. Mengembangkan Kosa Kata Kritik Dalam upaya mengembangkan kosa kata kritik ini, perlu kita ketahui beberapa hal, antara lain : 1) bahasa kritik sastra; 2) memetik makna dari konteks; 3) petunjuk – petunjuk konteks. 1) Bahasa Kritik Sastra Dari pembicaraan terdahulu dapat ditarik kesimpulan serta harus disadari benar – benar akan adanya 2 fakta yang sangat penting mengenai kata – kata yaitu kebanyakan kata dalam pemakaian umum mengandung lebih dari satu dan kita tidak akan pernah memperoleh segala makna dari sesuatu kata dalam setiap pertemuan dengannya. 2) Memetik Makna dari Konteks Dalam mempergunakan petunjuk-petunjuk konteks itu, hendaklah selalu diingat bahwa kita tidaklah bermaksud mencoba memperoleh makna secukupnya agar dapat meneruskan bacaan, agar dapat memahami bagian tersebut sebagai suatu kebulatan. Berikut contohnya: Anak itu semenjak lahir sudah bisu. (bisu “ tidak dapat berbicara “).
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
74
Waktu ditanya oleh polisi, pencuri itu bisu seribu kata. (bisu “ diam “). Lebih baik membisukan diri daripada mengucapkan kata – kata makian. (membisukan diri “ menahan diri; berdiam diri“). 3) Makna Designative Makna designative adalah jumlah karakteristik yang harus dimiliki oleh benda tertentu kalau kata itu diterapka padanya. Misalnya, secara denotative pak tarigan dan setipa suami lainnya didunia, sedangkan secar designative berarti manusia pria yang telah mengawini seorang istri yang hidup. Jadi, sesuatu disini haruslah manusia, pria, kawin dan pasangannya itu harus hidup. Sesudah semua syarat itu dipenuhi, barlah sesuatu itu dapat dimasukkan kedalam kelas suami. 4) Makna Denotatif Makna deotatif adalah makna asli, makna asal, atau emkna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah laksem. Jadi makna denotatif ini sama dengan makna leksikal. Contohnya adalah sebagai berikut : Babi = sejenis hewan yang dapt diternakkan dan dimanafaatkan dagingnya. Kurus= keadaan seseorang yang kebih kecil dari ukuran yang normal.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
75
5) Makna Konotatif Makna konotatif adalah makna lain yang “ditambahkan” pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dadi orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Contohnya adalah sebagai berikut : Babi seperti contoh diatas, pada orang yang bergama islam atau dalam masyarakat islam memiliki konotasi yang negatif, ada rasa atau perasaan yang tidak enak ketika mendengar kata itu. Kata kurus, berkonotasi netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan. Tetapi kata ramping, yang sebenarnya bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotasi yang positif, nilai rasa yang mengenakkan, orang akan sennag apabla dikatakan ramping. 6) Petunjuk –Petunjuk Konteks Ada 5 Cara Konteks Mencerminkan Makna, yaitu : a) Devinisi atau Batasan adalah metode yang paling jelas dan langsung mencerminkan makna adalah dengan batasan atau devinisi pada saat itu juga. Contohnya adalah kadang – kadang seorang penulis mengemukakan satu atau lebih contoh untuk memperlihatkan makna apa yang hendak dimaksudkannya bagi kata itu. Kerapkali contoh – contoh ini diperkenalkan dengan kata – kata isyarat seperti : khususnya, seperti, terutama sekali ; b) Uraian Baru atau Restatement adalah untuk menunjukkan bahwa
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
76
seseorang membuat uraian dari terhadap sesuatu ide, maka seseorang tersebut mempergunakan prentesis, tanda kurung, atau tanda pisah; c) Mempergunakan Pengubah (Modifier) adalah ada pula kalanya dalam suatu frase atau klausa mengubah, seorang penulis memperkenalkan makna sesuatu istilah; d) Mempergunakan Kontras adalah suatu pertentangan yang akan memudahkan pembaca menguraikan serta menangkap makna suatu kata baru. 2. Membaca Sastra Apabila seorang pembaca dapat mengerti seluk beluk bahasa dalam suatu karya sastra, semakin mudahlah dia memahami isinya serta menikamti keindahannya. Untuk ini paling sedikit seorang pembaca harus dapat antara bahasa ilmiah dan bahasa sastra serta memahami jenis-jenis gaya bahasa. a. Bahasa ilmiah dan bahasa sastra Jika kita berbicara perbedaan penggunaan bahasa dalam karya ilmiah dan karya sastra, maka pada dasarnya kita memperbincangkan masalah konotasi dan denotasi dalam kegiatan menulis. Laporan-laporan penelitian dalam bidang kimia dan fisika hampir seluruhnya tertulis dalam kata-kata denotatif, karena laporan-laporan tersebut mengemukakan fakta, bukan perasaan. Kertas kerja eksposisional dalam ilmu-ilmu sosial dan dalam sejarah sebagian besar mempergunakan kata-kata denotatif juga, walaupun dalam menulisnya itu orang harus berhati-hati untuk menghindar kata-
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
77
kata yang mengandung konotasi-konotasi yang tersembunyi. Sebaliknya, kalau kita menulis cerita-cerita pendek,puisi,atau pidato untuk umum, maka biasanya kita mempergunakan kata-kata konotatif, Karena tulisan-tulisan seperti itu kerapkali menggarap hal-hal yang berhubungan dengan emosi dan nilai-nilai. Oleh karena itu, maka dalam kebanyakan tulisan kita, haruslah kita memperhatikan benarbenar konotasi kata,dan memang ada alasan kuat kenapa kita harus berhati-hati dalam hal itu. Satu hal misalnya, adalah merupakan suatu pemborosan yang keterlaluan membuat hubungan–hubungan yang tepat antara maknamakna designatif (designative meanings),tetapi hubungan-hubungan antara konotasi-konotasi itu jelek atau salah. Sebagai contoh mari kita perhatikan pernyataan berikut ini: Dengan lahapnya kami santap udang mati itu. Dari segi tata bahasa dan logika tidak ada yang salah dalam kalimat diatas. Strukturnya jelas dam makna designatifnya pun benar: kami santap dengan lahapnya dan udang itu memang benar-benar mati. Tetapi konotasinya, atau makna konotasinya benar-benar gawat. Kita tidak akan sering membuat kesalahan seperti itu dengan kata-kata yang telah kita ketahui dan jiwai benar-benar. Tetapi kita sesungguhnya akan membuat kesalahan dengan kata-kata yag kita ambil dari kamus, karena buku seperti itu pada umumnya memuat makna-makna designatif dan sedikit sekali memperbincangkan masalah-masalah konotasi. Kadang-kadang
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
78
akibat atau hasil percobaan mencari kata-kata baru didalamnya benar-benar menggelikan hati. Setiap tulisan yang ingin serta berusaha agar menarik hati serta menyakinkan harus mempergunakan konotasi-konotasi. Tulisan yang bermaksud menyakinkan orang untuk mempercayai secara lebih mendalam apa-apa yang telah diyakini oleh penulisnya, seperti beberapa pidato politik dan khotbah, kerapkali mempergunakan kata-kata abstrak yang mengandung konotasi-konotasi yang sudah basi, konotasi-konotasi bekas. Apabila seorang politikus memanggil para anggotanya terkumpul, semuanya yang sealiran dengan dia , maka maksudya bukanlah untuk mengubah pendirian mereka,tetapi justru membuat mereka lebih yakin lagi. Pada hakekatnya , dia menuntut serta mengharapkan agar mereka memperhatikan konotasi-konotasi bekas, yang sebenarnya telah ada dalam pikiran mereka , bukan sesutau yang baru. Tulisan yang bermaksud untuk menyakinkan orang-orang untuk mempercayai sesuatu yang sudah mereka mereka tidak percayai sebelumya mempergunakan lebih banyak lagi kata-kata kongkrit. Serta menuntut kontasi-konotasi yang dipelajari dari pengalaman nilai kekongritan itu misalnya terlihat pada iusrasi-ilustrasi iklan, foto seorang bayi, gadis cantik, rumah terbakar, atau kecelakaan mobil. Perlu dipahami benar-banar bahwa penggunaan kata-kata konotatif untuk
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
79
menyakinkan itu pada hakekatnya tidaklah dapat dikatakan ataukah baik ataupun jelek. Memang benar, kata-kata sepert itu yang dipakai dalam iklan dan propganda dan merupakan pembendaharaan dalam perdagangan yang bersifat menghasut, tetapi jangan pula kita lupa bahwa kata-kata tersebut dapat pula dipergunakan untuk menyakinkan penduduk sesuatu kota untuk mengganti pondok-pondok buruk mereka dengan proyek-proyek perumahan yang lebih sehat. Daya kata-kata itu dapat mempersatukan kita untuk menentang serta menyerang penyakit menular dan kanker. Mengerti kata-kata konotatif serta memahami daya yang dikandungnya terhadap kita adalah mengerti serta memahami salah satu dari caracara bahasa berkarya. Dengan memahinya, maka kita dapat lebih baik lagi melihat melalui tuntutan-tuntutan atau apeal-apeal yang salah dalam beberapa beberapa propaganda dan iklan atau reklame; dan setelah mempelajari bagaiman cara menggunakanya , maka kita mempelajari bagaiman cara menggunakanya. Maka kita dapat lebih mudah lagi membimbing serta mengarahkan orang-orang lain bersatu padu dalam aksi demi kepetingan umum. (Barrret;1956:294-6). Demikianlah, dari pembicaraan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut ini: Bahasa ilmiah. Pada umumnya bersifat denotatif; dan bahasa sastra pada umumnya bersifat konotatif.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
80
b. Gaya bahasa Dalam kekonotatifan bahasa sastra, yang melibatkan emosi-emosi dan nilai-nilai, maka dalam membaca sesuatu karya sastra haruslah kita terlebih dahulu dibekali dengan pengetahuan mengenai gaya bahasa. Dengan pengenalan serta pemahaman sejumlah gaya bahasa maka kita akan lebih mantap lagi menikmati keindahan karya sastra tersebut. Hal-hal yang umum dalam gaya bahasa, adalah perbandingan yang mencangkup metafora, kesamaan, dan analogi. Selain itu adalah hubungan, yang mencakup metonimia dan sinekdohe dan taraf pernyataan, yang mencakup hiperbola, litotes, dan ironi. 1) Perbandingan a. Metafora Metafora adalah sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, tersusun rapi. Di dalamnya terdapat dua ide : yang satu adalah suatu kenyataan, sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi objek dan yang satu lagi merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi dan kita menggantikan yang belakangan ini menjadi yang terdahulu tadi. Misalnya : “Nani adalah gadis ramah, tetapi sukar didekati, sukar ditebak isi hatinya”. Diganti dengan“Nani jinak-jinak merpati. b. Kesamaan Kesamaan berbeda dari metafora dalam hal : kalau metafora menyatakan secara tidak langsung adanya kesamaan
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
81
antara dua hal, maka gaya bahasa kesamaan atau persamaan menyataan serta menagaskan bahwa yang satu sama dengan yang lain; biasanya memperguanakan katakata seperti atau sebagai dan sejenisnya. Contohnya adalah para gembala Sardini adalah orang-orang asli. Pendek, konvensional, pendiam; mereka terlihat bak batu-batu negeri mereka yang tandus, seperti batu-batu besar yang agak perasa dikikis masa. c. Analogi Analogi agak berlainan dengan metafora dan kesamaan, biasanya melihat beberapa titik persamaan, bukan hanya satu saja. Analogi yang sugestif sering kali menekankan suatu ide. Contohnya adalah saluran-saluran spekulasi politik dan agama sejati dibendung, sampai Revolusi Besar membebaskan luapan buku-buku dan pamflet-pamflet yang meliputi negeri itu selama dua puluh tahun, mengenali serta memperlebar palung-palung baru saluran pikiran dan pendapat kita mengalir, serta meninggalkannya kalau tidak ada sedikitpun membawa emas murni pada pasir-pasir banjir besar yang menggelora itu. 2) Hubungan a. Sinekdohe dan metonimia Sinekdok dan metonimian termasuk gaya bahasa hubungan (relationship);
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
82
kedua-duanya menggantikan nama sesuatu dengan yang lainnya yang ada hubungannya. Sinekdohe memberi nama suatu bagian apabila yang dimaksud adalah keseluruhan; atau sebaliknya: pengganti sebagian. Contoh sidekdok adalah sebagai berikut: Bejuta-juta mulut harus diberi makan oleh pemerintah. Tangan-tangan lunglai menengadah memohon rahmat dan karunia Tuhan. ABRI menerima calon-calon polisi baru. Jang perbatasan buat pengganti banyak orang mati diperbatasan. Tabungannya berjuta-juta, emasnya berkilo-kilo sawahnya berpuluh-puluh hektar baut pengganti dia orang kaya. 3) Pernyataan Dari segi tarafnya, maka pernyataan ini terbagi menjadi 3 jenis yaitu : a. Hiperbola Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih–lebihan dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk meningkatkan pesan dan pengaruh.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
83
b. Litotes Litotes adalah kebalikan dari hiperbola, sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang dikecil – kecilkan,dikurang dari kenyataan yang sebenarnya, misalnya untuk merendahkan diri. Contohnya adalah sebagai berikut :
Mohammad Ali adalah bukan petinju yang jelek. Shakespeare bukan pengarang picisan. H.B. Jasin bukan kritikus jalanan. c. Ironi Ironi adalah sejenis gaya bahasa yang mengimplikasikan (menyatakan secar tidak langsung) sesuatu yang nyata berbeda, bahkan ada kalanya bertentangan darti apa yang sebenarnya dikatakan itu. Ironi ringan merupakan suatu bentuk rumor, tetapi ironi keras biasanya merupakan suatu bentuk sarkasme atau satire, walaupun pembatasan yang tegas antara hal-hal itu sangat sukar dibuat dan jarang sekali memuaskan orang.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
84
Latihan 1. Jelaskan pengertian membaca ekstensif! _____________________________________ _____________________________________ _____________________________________ 2. Jelaskan Perbedaan antara membaca survey, dangkal, dan sekilas! _____________________________________ _____________________________________ _____________________________________ 3. Jelaskan pengertian membaca intensif! _____________________________________ _____________________________________ _____________________________________ 4. Jelaskan perbedaan antara membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa! _____________________________________ _____________________________________ _____________________________________ 5. Sebutkan jenis-jenis membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa! _____________________________________ _____________________________________ _____________________________________ Tugas Kelompok Buatlah kelompok dan diskusikan mengenai materi membaca dalam hati, buat power point, lalu presentasikan di depan kelas!
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
85
Bab 6
METODE-METODE MEMBACA
A. Skimming Skimming merupakan tindakan untuk mengambil intisari atau saripati dari suatuhal. Oleh karena itu, skimming merupakan cara membaca hanya untuk mendapatkan ide pokok, yang dalam hal ini tidak selalu di awal paragraf, karena kadang ada di tengah, ataupun di akhir paragraf. Pada kegiatan skimming ini, kita dapat melompati bagian-bagian, fakta-fakta, dan detail-detail yang tidak terlalu dibutuhkan, sehingga kita hanya memusatkan perhatian dan cepat menguasai ide pokoknya. Kegiatan skimming ini sering kita lakukan meskipun tanpa kita sadari. Kegiatan itu untuk sekadar mengetahui apakah sebuah buku yang akan dibaca itu sesuai dengan yang dibutuhkan. Skimming seperti itu juga lazim disebut sebagai browsing buku. Skimming merupakan suatu keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien, untuk berbagai tujuan. Tujuan skimming adalah untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya. Selain itu, skimming juga bertujuan untuk: 1) mengenali topik bacaan; 2) mengetahui pendapat (opini) orang; 3) mendapatkan bagian penting yang kita perlukan tanpa membaca keseluruhan; 4) mengetahui organisasi penulisan, urutan idepokok, kesatuan pikiran, dan hubungan antar bagian dari bacaan tersebut; dan 5) penyegaran apa yang telah dibaca.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
86
Gerakan mata saat membaca dengan cara skimming ini hampir seperti jika membaca lengkap, kecuali jika kita akan melompati bagian-bagian tertentu. Cara yang efektif adalah menelusuri awal paragraf yang memuat ide pokok. Lalu cepat bergerak (melompat atau skipping) ke bagian lain paragraf itu dan berhenti (fixate) di sana-sini jika menemukan detail memahami, kemudian bergerak cepat lagi dan berhenti lagi untuk memungut detail atau gagasan yang penting. Detail penting dapat ditunjukkan oleh tipografi atau tanda-tanda rincian yang biasanya dengan mudah kita kenali. Skimming juga disebut sebagai review atau tinjauan balik. Langkah-langkah membaca skimming Soedarso (2006: 84): 1. Baca judul, sub judul dan subheading untuk mencari tahu apa yang dibicarakan teks tersebut. 2. Perhatikan ilustrasi (gambar atau foto) agar Anda mendapatkan informasi lebih jauh tentang topik tersebut. 3. Baca awal dan akhir kalimat setiap paragraf 4. Jangan membaca kata per kata. Biarkan mata Anda melakukan skimming kulit luar sebuah teks. Carilah kata kunci atau keyword-nya 5. Lanjutkan dengan berpikir mengenai arti teks tersebut. B. Scanning Scanning adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi tanpa membaca yang lain-lain, jadi langsung ke masalah yang dicari, yaitu fakta khusus dan informasi tertentu. Scanning sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk mencari: nomor telepon, arti kata pada kamus, entripada indeks, angka-
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
87
angka statistik, acara siaran TV, dan melihat daftar perjalanan. Gerakan mata dalam scanning tidak jauh berbeda dengan skimming. Untuk mengetahui tempat informasi tertentu, bantuan yang baik adalah judul-judul bab dan subjudulnya. Jika yang dicari itu suatu angka, gerakan mata dengan cepatd an berhentilah pada setiap angka yang kiranya mirip, jika kiranya bukan, jangan ditunda lagi, teruskan bergerak ke bawah. Demikian juga untuk mencari suatu nama. Jadi, kegiatan scanning adalah untuk mencari informasi khusus. Karena itu kita perlu terlebih dahulu mengetahui apa yang akan kita cari. Langkah-langkah membaca scanning Soedarso (2006: 84): 1. perhatikan penggunaan urutan seperti „angka‟, „huruf‟, „langkah‟, „pertama‟, „kedua‟, atau „selanjutnya‟. 2. carilah kata yang dicetak tebal, miring atau yang dicetak berbeda dengan teks lainnya. 3. terkadang penulis menempatkan kata kunci pada batas paragraph C. SQ3R Macam-macam membaca sudah saya paparkan pada post-post sebelumnya. Kini giliran kita untuk mempelajari teknik membaca. Teknik membaca dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan membaca. Keterampilan membaca yang perlu dilatih antara lain latihan membaca dengan kecepatan tertentu, latihan mengukur kecepatan membaca, latihan menempatkan secara tepat titik pandang mata, latihan memperluas jangkauan pandang mata. Berikut ini beberapa teknik membaca dan penjelasannya.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
88
SQ3R dikemukakan oleh Francis P. Robinson (seorang guru besar psikologi dari Ohio State University), tahun 1941. SQ3R merupakan proses membaca yang terdiri dari lima langkah: 1. Survey Survey (menyelidiki) atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca dengan maksud untuk: 1) mempercepat menangkap arti, 2) mendapat abstrak, 3) mengetahui ide-ide yang penting, 4) melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut, 5) mendapatkan minat perhatian yang seksama terhadap bacaan, dan 6) memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah. Dalam kegiatan survey (prabaca) ini dilakukan dalam beberapa menit, tujuannya untuk mengenal keseluruhan anatomi buku. Caranya dengan membuka-buka buku secara cepat dan menyeluruh yang langsung tampak oleh mata. Kegiatan survey tersebut bertujuan untuk memperoleh kesan atau gagasan umum tentang isinya. Kegiatan survey ini selain dilakukan terhadap sebuah buku yangakan dibaca, juga dapat dilakukan untuk melihat suatu artikel di koran atau majalah. 2. Question Bersamaan pada saat survey, ajukan pertanyaan-pertanyaan tentang isi bacaan, misalnya dengan mengubah judul dan subjudul menjadi sebuah pertanyaan. Kita dapat menggunakan 5W+1H (What, Who, Where, When, Why, dan How). Pada waktu survey buku, pertanyaan kita
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
89
mungkin masih terlalu umum, tetapi pada waktu survey bab, pertanyaan kita akan lebih khusus. Tujuan pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah membuat (pembaca lebih aktif dan lebih mudah menangkap gagasan yang ada. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan membangkitkan keingintahuan kita, sehingga lebih meningkatkan pemahaman dan mempercepat penguasaan seluruh isi bab. 3. Read Read (membaca) merupakan langkah ketiga, bukan langkah pertama atau satu-satunya langkah. Pada langkah ketiga ini membaca mencari jawaban berdasarkan pertanyaan-pertanyaan. Pada tahap ini konsentrasikan pada penguasaan ide pokok. Kita dapat sedikit memperlambat cara membaca pada bagian-bagian yang kita anggap penting dan mempercepatnya pada bagian yang kurang atau tidak penting. Konsentrasikan diri untuk mendapatkan ide pokoknya serta mengetahui detail yang penting. 4. Recite (Recall) Pada kegiatan recite atau recall (mendaras) kita berusaha untuk memperkokoh perolehan kita dari membaca. Pada kegiatan ini apa yang telah diperoleh dihubungkan dengan informasi yang diperoleh sebelumnya dan kita bersiap diri untuk pembacaan selanjutnya. Pada kesempatan ini kita juga dapat membuat catatan seperlunya. Jika masih mengalami kesulitan, ulangi membaca bab itu sekali lagi. Sekalipun bahan itu mudah dimengerti, tahap mengutarakan kembali hal-hal penting itu
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
90
jangan dilewatkan agar tidak mudah dilupakan. Pada tahap ini disediakan waktu setengah dari waktu untuk membaca. Hal ini bukan berarti pemborosan waktu, melainkan memang penting untuk tahap ini. 5. Review Review atau mengulangi merupakan kegiatan untuk melihat kembali keseluruhan isi buku. Kegiatan ini bertujuan untuk menelusuri kembali judul dan subjudul-subjudul atau bagian-bagian penting lainnya dengan menemukan pokok-pokok penting yang perlu untuk diingat kembali. Tahap ini selain membantu daya ingat dan memperjelas pemahaman juga untuk mendapatkan hal-hal penting yang barangkali kita terlewati sebelum ini. Pada langkah kelima ini berusahalah untuk memperoleh penguasaan bulat, menyeluruh, dan kokohatas bahan. D. SAVI SAVI adalah akronim dari Somatis (bersifat Raga), Auditori (bersifat suara), Visual (bersifat gambar), dan Intelektual (bersifat merenungkan). Menurut Meier, apabila sebuah pembelajaran dapat melibatkan seluruh unsur SAVI ini, pembelajaran akan berlangsung efektif sekaligus atraktif 1. Somantis Somatis berasal dari bahasa yunani yaitu tubuh – soma. Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat. Sehingga pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
91
dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung). Membaca secara Somatis ini berarti bahwa saat membaca, diperlukan melibatkan fisik kita. Membaca akan efektif apabila posisi tubuh kita dalam keadaan yang relaks, tidak tegang. Apabila selama membaca mengalami rasa jenuh, pembaca disarankan mencoba untuk menghentikan proses pembacaan sejenak dan menggerakkan seluruh tubuh. Hal ini bertujuan untuk menyegarkan kembali pikiran dan perasaan kita. 2. Auditoris Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat daripada uyang kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-maknan pribadi bagi diri mereka sendiri. Membaca auditoris dipakai ketika menemukan kalimat (yang kita baca) yang sulit sekali dicerna, atau, pada saat membaca menemukan baris-baris kalimat yang menarik, tetapi sulit untuk berkonsertrasi untuk memahaminya. Membaca
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
92
secara auditoris dalam hal ini maksudnya membaca dengan keras kalimat-kalimat tersebut sehingga telinga pembaca itu sendiri mendengar secara jelas. Hal itu dimaksudkan untuk mempercepat dan lebih menambah keakuratan dalan memahami kalimat tersebut. 3. Visual Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program computer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar. Seorang pakar pendidikan bernama Eric Jensen mengemukakan bahwa benak pembaca akan merasa fun apabila pada saat pertama kali menyerap informasi, benak kita tersebut diberi informasi dalam bentuk Gambar (ikon, symbol, atau ornamen) dan informasi itu memiliki kekayaan warna. Buku yang mampu membuat para pembacanya merasa senang, sebaiknya memang diberi sentuhan visual atau dalam bahasa lain menggunakan bahasa rupa. Apabila membaca buku-buku yang tanpa gambar, misalnya buku-buku fiksi, kita layak berhenti sejenak untuk membayangkan tokoh-tokoh yang dilukiskan oleh sang pengarang lewat katakata. Proses membayangkan ini, jelas, akan
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
93
mengefektifkan pembacaan buku tersebut. Juga, kadang-kadang ada pengarang buku nonfiksi (ilmiah) yang tidak menyertakan gambar. Pembaca dapat memanfaatkan potensi visual kita untuk menggambarkan sendiri apa-apa yang diuraikan oleh sang pengarang di benak pembaca agar pemahaman pembaca lebih efektif. 4. Intelektual Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan pembelajar yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, dan memecahkan masalah. Kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan oleh pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai pengalaman tersebut. Intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. Dalam proses membaca buku, potensi intelektual ini berkaitan erat dengan menulis. Apabila setiap kali selesai membaca sebuah buku (baik itu hanya satu halaman, satu bab, atau sekian bagian buku) kita lalu berhenti sejenak untuk memberikan catatan-catatan atau merumuskan secara tertulis apa pun yang kita peroleh dari pembacaan tersebut, tentulah kita akan memperoleh manfaat lebih besar
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
94
ketimbang membiarkan saja materi yang kita baca tanpa proses penulisan. Pembelajaran SAVI dapat direncanakan dan kelompok dalam empat tahap (Sugiyanto, 2008). 1. Tahap persiapan Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal: a. memberikan sugesi positif b. memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa c. memberikan tujuan yang jelas dan bermakna d. membangkitkan rasa ingin tahu e. menciptakan lingkungan fisik yang positif. f. menciptakan lingkungan emosional yang positif g. menciptakan lingkungan sosial yang positif h. menenangkan rasa takut i. menyingkirkan hambatan-hambatan belajar j. banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah k. merangsang rasa ingin tahu siswa l. mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal. 2. Tahap Penyampaian Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara menari, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal- hal yang dapat dilakukan guru:
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
95
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.
uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan pengamatan fenomena dunia nyata pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh presentasi interaktif grafik dan sarana yang presentasi berwarnawarni aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok) pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual pelatihan memecahkan masalah
3. Tahap Pelatihan Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu: a. aktivitas pemrosesan siswa b. usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali c. simulasi dunia-nyata d. permainan dalam belajar e. pelatihan aksi pembelajaran f. aktivitas pemecahan masalah g. refleksi dan artikulasi individu h. dialog berpasangan atau berkelompok i. pengajaran dan tinjauan kolaboratif j. aktivitas praktis membangun keterampilan k. mengajar balik
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
96
4. Tahap Penampilan Akhir Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal –hal yang dapat dilakukan adalah: a. penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera b. penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi c. aktivitas penguatan penerapan d. materi penguatan persesi e. pelatihan terus menerus f. umpan balik dan evaluasi kinerja g. aktivitas dukungan kawan h. perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung. Latihan 1. Jelaskan perbedaan membaca skimming dan scanning! _______________________________________ _______________________________________ _______________________________________ 2. Jelaskan langkah-langkah membaca skimming! _______________________________________ _______________________________________ _______________________________________ 3. Jelaskan langkah-langkah membaca scanning! _______________________________________ _______________________________________ _______________________________________
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
97
4. Jelaskan pengertian metode membaca SQ3R! _______________________________________ _______________________________________ _______________________________________ 5. Jelaskan pengertian metode membaca SAVI! _______________________________________ _______________________________________ _______________________________________ Tugas Kelompok Buatlah kelompok dan terapkan metode membaca SQ3R dan SAVI kemudian temukanlah kelemahan dan kelebihan dari kedua metode tersebut!
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
98
DAFTAR PUSTAKA
Albert; Brother H. (et. Al.) 1962 b. English Art Skills. New York: The Macmillan Company. Bachelor; J.S., Henry; R; and Salisbury :R. 1951. Current Thingking and Writing. New York: Appleton-Century Crofts. Barbe; Walter B. and Abbott; Jerryl. 1975. Personalized Reading Instruction. West Nijack N. Y. : Parker Publishing Company, Inc. Barret; Laurence: 1956. Writing For College. New York. American Book Company. Brooks; Nelson: 1964. Language and Language Learning. New York: Harceurt, Brace and World, Inc. Broughton; Geoffrey (et. al.) : 1978. Teaching English as a foreign Language. London : Routledge. Kegan Paul. Brown H. D. 2001. Teaching bye Principles: An Active Approach to Language Pedagogy. San Francisco: Addison Wesley Longman, Inc. Dawson; Mildred A. (et. al.) : 1963. Guiding Language Learning. New York: Harcourt. Brace & World, Inc. Djaali. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
99
Cole; Percibal R. : 1950. The Method Technique of Teaching. London: Oxford University Press. Haris A. J. & E.R. Sipay. 1980. How to Increase Reading Ability. New York: Longman. Harjasujana, A.S. & Damaianti, V.S. 2003. Membaca dalam Teori dan Praktik. Bandung: Mutiara. Kridalaksana, Harimurti. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Melvin L Silberman. 2011. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa. Moore: Robert Hamilton: 1960: Effektive Writing. New York: Holt, Rinehart and Winston. Mulyasa. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Perrin; Porter G. 1968: Writers Guide and Index to English. Chicago: Scott, Foresman and Company. Rahim, Farida. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta:PT. Bumi Aksara. Salisbury; Rachel. 1955. Better Language and Thingking. New York: Appleton-Century, Inc.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
100
Soedarso. 2002. Speed reading : Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka. Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13. Suryaman, Maman. 2009. Draf Panduan Pendidik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTS. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Syafi‟ie, Imam. 1999. Pengajaran Membaca Terpadu. Bahan Kursus Pendalaman Materi Guru Inti PKG Bahasa dan Sastra Indonesia. Malang: IKIP. Tampubolon, DP. 1987. Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Wiryodijoyo, S. (1989). Strategi meningkatkan kemampuan membaca (diktat). Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta. Zuchdi, D. (1995). Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca: Peningkatan Kemampuan Pemahaman Bacaan. Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca
101
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Saroni. Saya lahir pada 2 juni 1988 di sebuah perkampungan kecil yang biasa dikenal dengan “ngarot”. Lebih tepatnya di Desa Taman Sari Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu. Saya mengawali pendidikan di SD Negeri 1 Taman Sari lulus pada 2000 dan Saya melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Lelea lulus pada 2003. Kemudian saya melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Kertasemaya yang sekarang sudah berubah karena pemekaran desa menjadi SMA Negeri 1 Sukagumiwang . Saya juga sempat menempuh pendidikan nonformal di PonPes Cadang Pinggan. Pada tahun 2005 Saya terkena demam berdarah sehingga Saya harus dirawat di Rumah Sakit, karena sakit itulah Saya tidak dapat meneruskan pendidikan formal dan nonformal tersebut selama 1 tahun. Selama 1 tahun tersebut 6 bulan saya aktif di lembaga pendidikan ma‟arif NU Madrasah Diniyah Takmiliyah (DTA) sebagai tenaga pengajar, kemudian tahun 2006 Saya melanjutkan sekolah formal mutasi ke Madrasah Awaliyah Fatahillah lulus pada tahun 2008. Setelah lulus Saya melanjutkan ke perguruan tinggi (S-1) di Universitas Wiralodra Indramayu pada fakultas keguruan dan ilmu pendidikan program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia lulus pada 2012. Setelah lulus Saya bekerja sebagai dosen di Universitas Wiralodra Indramayu dan langsung melanjutkan pendidikan formal (S-2) di Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon program studi pendidikan bahasa Indonesia lulus pada 2014.
Bahan Buku Ajar Mata Kuliah Membaca