BAHAN AJAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS PENYULUH KEAMANAN PANGAN
DINAMIKA KELOMPOK
Oleh: Ir. DJOKO SUTRISNO, M.Si Widyaiswara Ahli Utama NIP. 19561112 198503 1 006
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH 2017
1
BAHAN AJAR Materi Dinamika Kelompok Disampaikan pada peserta Diklat PIM IV/LXIV Tanggal 18 April 2017 (3 JP @ 45 menit)
A. PENGERTIAN DINAMIKA KELOMPOK Secara umum Dinamika Kelompok dapat dibagi dua yaitu : Dinamika Kelompok sebagai suatu cabang ilmu, dan Dinamika Kelompok dalam pengertian biasa/ umum. Dinamika Kelompok berasal dari dua suku kata yaitu “dinamika” dan “kelompok”. a. Dinamika. Dinamika berarti bergerak, berkembang, berubah maju, dapat pula berarti kekuatan. Dalam dinamika kelompok, dinamika berarti tingkah
laku
seseorang
anggota
yang
secara
langsung
mempengaruhi anggota lain secara timbal balik. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan lain secara timbal balik dan antara anggota dengan kelompok secara keseluruhan. b. Kelompok. Beberapa pakar/ahli memberikan pengertian tentang kelompok sebagai berikut : 1. W.Y.H. Sprott mengatakan bahwa kelompok adalah beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lainnya. 2. Kurt Lewin berpendapat bahwa inti sari dari pada kelompok bukanlah kesamaan dari pada anggotanya, akan tetapi adanya saling ketergantungan antara anggota satu sama lain. 3. H. Smith menguraikan bahwa kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi.
2
Dinamika Kelompok mempunyai tujuan antara lain : a. Meningkatkan kerjasama antar individu dalam kelompok untuk mencapai hasil yang diinginkan sebagai tujuan bersama. b. Agar anggota kelompok mengetahui peranannya berinteraksi dalam kelompok. c. Menyadarkan bahwa kerjasama dalam kelompok bermanfaat karena mempunyai nilai lebih dalam pencapaian tujuan bersama. d. Agar dapat memahami diri sendiri dalam hubungannya dengan orang lain dan dapat menghargai orang lain. Dalam Bahan Ajar Dinamika Kelommpok ini dilakukan pembentukan pengurus kelas serta dibahas konsep dasar menciptakan suasana Diklat yang menyenangkan, dengan salah satu cara mengenal diri dan orang lain dalam kelompok belajar, mempraktikkan contoh cara membina suasana yang baik, membangun kerjasama antar anggota dan membangun disiplin diri serta etos belajar yang tinggi. B. MANFAAT BAHAN AJAR BAGI PESERTA Bahan Ajar ini membekali para Peserta Diklat dalam memahami dan menerapkan konsep belajar Dinamika Kelompok yang menyenangkan. C. TUJUAN PEMBELAJARAN a. Kompetensi Dasar Setelah selesai pembelajaran peserta diharapkandapat 1. Menciptakan suasana Diklat yang menyenangkan, dan 2. Mengenal faktor-faktor yang mempengaruhi suasana belajar yang menyenangkan.
b. Indikator Keberhasilan Setelah selesai pembelajaran peserta diharapkan dapat: 1.
Mengenal diri dan orang lain dalam kelompok belajar,
2.
Mempraktikkan contoh cara membina suasana yang baik,
3.
Membangun disiplin diri dan etos belajar yang tinggi
3
D. DALAM PROSES PEMBELAJARAN Dalam perencanaan latihan Dinamika Kelompok dikondisikan tujuannya, bentuk permainannya, alat bantu yang diperlukan, dan uraian singkat cara pelaksanaannya. Rencana tersebut dapat berubah bergantung pada situasi dan keadaan peserta. Oleh karena itu jumlah permainan yang akan digunakan biasanya dibuat lebih banyak daripada yang akan dilaksanakan. Berbagai jenis permainan dinamika kelompok pada hakekatnya adalah merupakan permainan yang membelajarkan. Memberikan pengalaman peserta dalam suatu proses belajar sehingga dapat mengungkit perubahan perilaku, kreatifitas dan keberanian. Menurut Sarwono (1987) permaninan yang dirancang dalam suatu proses belajar ini dapat dikelompokkan sesuai dengan sasaran belajar yang ingin dicapaI, yaitu : 1. Pencairan. 2. Komunikasi. 3. Kepemimpinan. 4. Kerja Tim. 5. Pembukaan diri. Selanjutnya, contoh-contoh permainan sesuai dengan sasaran tersebut diatas antara lain : Pencairan Nama dan kelompok. Tujuan : 1. Mengenal orang lain dalam kelompok. 2. Mengenal cara pembentukan kelompok. Besar kelompok : 6-12 orang. Waktu : kurang lebih satu jam. Materi : satu helai kertas dan pensil untuk setiap peserta. Penyusunan ruangan : anggota kelompok berdiri membentuk lingkaran. Prosedur : a. Fasilitator memulai acara ini dengan mempersilakan peserta berhitung. b. Fasilitator menyiapkan kartu-kartu yang berisi judul nyanyian sejumlah peserta dan menempatkan pada dua tempat. Sebagian
4
ditempatkan di sebelah kiri, dan sebagian yang lain di sebelah kanan. c. Kemudian semua peserta dipersilakan mengambil kartu judul nyanyian tersebut. Peserta dengan hitungan ganjil mengambil kartu di sebelah kiri. Peserta dengan hitungan angka genap mengambil kartu di sebelah kanan. d. Setelah peserta mengambil kartu dan sambil menyanyikan lagu dengan judul dalam kartu harus mencari anggota kelompoknya sampai semuanya dapat ditemukan. e. Pada saat pertama kali bertemu, kelompok membentuk lingkaran dan secara bergiliran memperkenalkan diri. f.
Setelah semua berkenalan, kemudia mebentuk lingkaran besar. Secara bergiliran setiap kelompok memperkenalkan anggotanya kepada kelompok lain. Seterusnya sampai selesai.
g. Setelah itu dicoba untuk menguji kecepatan perkenalan peserta dalam satu kelas. Kerjasama a. Menurunkan Magic Stake Tujuan : 1) Untuk membangun kerjasama antar anggota kelompok; 2) Memahami makna kebersamaan dan patuh terhadap pimpinan; 3) Melaksanakan perintah secara bersinergi untuk mencapai tujuan bersama. Jumlah anggota kelompok berkisar 8 orang dan ditunjuk seorang sebagai pemimpin kelompok. Waktu permainan : 15 menit. Materi : Untuk setiap kelompok sekitar 8 orang, diperlukan steak kayu yang ringan panjang 2 meter. Prosedur : 1) Setiap kelompok berbaris berhadap-hadapan sisi kanan 4 orang dan sisi kiri 4 orang. 2) Steake kayu diangkat dengan jari telunjuk kanan dan kiri saling menyilang setinggi dada.
5
3) Steak hanya menumpang di jari telunjuk dan tidak boleh dikait dengan jari. 4) Steake diturunkan sampai jari tangan semua anggota kelompok menyentuh tanah. 5) Dihitung
seberapa
cepat
kelompok
dapat
menyelesaikan
komunikasi
dalam
interaksi
tugasnya.
b. Bujur sangkar Pecah. Tujuan : 1) Membuktikan
pentingnya
dan
kerjasamakelompok 2) Meningkatkan kepekaan peserta terhadap kebutuhan yang lain. 3) Meningkatkan kemampuan menahan diri dan mengontrol emosi. Besar kelompok : lima orang atau kelipatan lima. Waktu : 45 menit. Materi : Untuk setiap kelompok @ 5 orang diperlukan 15 potongan kertas yang dapat membentuk 5 bujur sangkar yang sama besarnya. Biasanya 15 x 15 atau 20 x 20 atau 30 x 30 cm. Penyusunan ruangan : Setiap kelompok diberi satu meja cukup untuk 5 orang. Kursi yang diatur di sekitar meja tersebut.
Prosedur : 1) Fasilitator membagikan potongan-potongan bujur sangkar yang sudah diatur dalam amplop tertutup. 2) Peserta dilarang membuka amplop tersebut sebelum fasilitator memberikan aba-aba. 3) Aturan main : a) Setiap anggota memegang amplop berisi potongan kertas. b) Setiap kelompok diminta menyusun lima bujur sangkar dari potongan tersebut.
6
c) Setiap
peserta
diperkenankan
melakukan
tukar-menukar
potongan kertas dengan syarat : hanya boleh memberi, dilarang meminta. d) Selama bekerja dalam latihan ini peserta dilarang melakukan komunikasi, baik secara verbal maupun non-verbal.
4) Kelompok baru dikatakan berhasil apabila telah menyusun 5 buah bujur sangkar. 5) Waktu untuk mengerjakan adalah : 15 menit. 6) Selama latihan, fasilitator menugaskan seorang pengamat untuk memperhatikan : a. Pelanggaran aturan main. b. Sikap mereka yang telah menyelesaikan bujur sangkar. c. Jumlah bujur sangkar yang terbentuk sampai saat waktu sudah habis. d. Reaksi mereka yang tidak berhasil menyusun bujur sangkar. e. Bila ada yang selesai sebelum waktunya, dicatat waktunya dan diminta untuk tetap tidak bicara sampai waktunya habis. f.
Setelah waktu habis, semua kelompok diminta untuk berhenti, dan fasilitator memberikan kunci jawabannya.
7) Bersama para pengamat, fasilitator membicarakan hasil observasi serta membandingkan dengan proses yang terjadi pada kelompokkelompok. 8) Peserta diminta menceritakan perasaan dan pengalaman mereka selama latihan berlangsung. 9) Bersama-sama
peserta,
fasilitator
mendiskusikan
makna
dan
manfaat latihan ini, dikaitkan dengan tujuan latihan. Kelompok mempunyai unsur-unsur sebagai berikut : 1. Kelompok adalah sekumpulan individu. 2. Dalam suatu wadah organisasi. 3. Bekerja bersama-sama. 4. Adanya saling ketergantungan/ interdependensi. 5. Adanya tujuan bersama, sehingga tujuan individu sama dengan tujuan organisasi.
7
Pada dasarnya kelompok dapat terbentuk oleh karena beberapa alasan : 1. Alasan alamiah. Kelompok seperti ini terbentuk dengan sendirinya secara alamiah dari sekelompok orang yang mempunyai kepentingan tertentu, ingin menjadi teman akrab lkarena keterlibatannya dalam suatu organisasi. Kelompok seperti ini bercirikan pada saling tukar minat, niulai serta tujuan-tujuan. Sebagai contoh adalah kelompok remaja suatu lingkungan tetangga tertentu. 2. Alasan pengaruh dari luar. Kelompok terbentuk karena pengaruh dari luar. Dari unsur-unsur kelompok tersebut maka Dinamika Kelompok adalah merupakan “kunci keberhasilan” dari kegiatan organisasi.
E. MENCIPTAKAN SUASANA DIKLAT MENYENANGKAN Landasan Teori Suasana Diklaf Menyenangkan Para ahli psikologi pendidikan mengklasifikasi tiga asumsi dasar belajar. Psikologi daya mengasumsikan bahwa dalam diri manusia sudah ada sejumlah daya yang membuat menusia dinamis, senang melakukan aktivitas. Manusia mempunyai keinginan mengetahui sesuatu. Sejalan dengan anggapan itu proses beiajar adalah melatih daya yang dalam diri manusia agar berkembang menjadi suatu kemampuan atau kompetensi melakukan sesuatu dengan baik dan benar. Psikologi asosiasi beranggapan
bahwa
otak
manusia
mampu
mengasosiasikan,
menghubungkan sesuatu yang baru diterima dengan pengalaman lama atau pengetahuan lama yang dimiliki. Atas dasar asumsi ini kegiatan belajar adalah menyajikan sesuatu perangsang atau stimulasi yang menarik agar peserta senang meresponsinya, serta mengasosiasikannya dengan pengalaman masa lalu atau pengetahuan yang telah dimiliki.
8
F. HUBUNGAN SUASANA DIKLAT YANG MENYENANGKAN DENGAN EFEKTIFITAS BELAJAR
Dengan menciptakan suasana yang menyenangkan, diyakini peserta Diklat menjadi senang, bergairah melakukan interaksi dialogis dengan berbagai sumber belajar. Dengan memberikan pengalaman belajar dan fatihan secara berulang-ulang akan membuat peserta Diklat memperoleh hasil yang sama atau permanen, dan hasil permanen itulah yang menjadi kompetensi dasaryang dimiliki peserta Diklat. Suasana Diklat yang menyenangkan adalah suatu keadaan yang dikondisikan untuk membuat peserta Diklat senang menerima dan merespon pelajaran atau melakukan serangkaian pengalaman belajar yang telah dirancang untuk mencapai kompetensi yang dibutuhkan dalam kehidupan nyata. Jadi fungsi pendidikan adalah menciptakan suasana Diklat yang menyenangkan, yang membuat peserta bergairah mengembangkan daya yang dimiliki. Implementasinya pembelajaran bukan mengajarkan pengetahuan, melainkan menciptakan suasana yang membuat peserta senang menerima dan mengikuti seluruh rangkaian program Diklat yang telah dirancang atau dipersiapkan untuk mencapai kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia kerja. G. HASIL PENELITIAN DAN PENERAPAN KONSEP SUASANA DIKLAT YANG MENYENANGKAN Melalui
pengenalan
diri
dan
orang
lain
akan
dapat
dibangun
kebersamaan dan interaksi sebagai salah satu komponen vital dari suasana yang menyenangkan. a. Mengenal Diri dan Orang Lain Sebelum
pembahasan
menciptakan
suasana
diklat
yang
menyenangkan melalui aktivitas mengenal diri dan orang lain, serta program diklat yang akan dilaksanakan lebih dulu mengenal konsep suasana diklat yang menyenangkan. 9
1) Mengenal Konsep Suasana Diklat Yang Menyenangkan. Mengadaptasi keberhasilan orang lain dalam menerapkan konsep suasana
menyenangkan
dalam
Diklat
merupakan
langkah
strategis. Widyaiswara dituntut mampu merancang program Diklat Aparatur Pemerintah yang mampu menawan hati setiap peserta. Begitu peserta mengenal program diklat yang disajikan, mereka akan mengatakan “program ini sangat bermanfaat bagi aku dan aku senang belajar di tempat ini”. Setiap Widyaiswara yang datang mengajar ke lembaga Diklat Aparatur Pemerintah akan berkata “ wah... aku senang mengajar di sini”. Seolah-olah peserta dan Widyaiswara yang masuk dalam suatu Diklat Aparatur Pemerintah asyik belajar, sampai-sampai tidak ada yang mau lebih cepat pulang meninggalkan Diklat. 2) Mendobrak Mitos Dengan “Rule Breaking” Diakui ada kritik terhadap konsep belajar menyenangkan, menurut pendapat mereka bahwa sekolah itu tidak mudah, tidak mungkin pikiran
dapat
dikonsentrasikan
pada
pelajaran
kalau
ada
gangguan suara nyanyian hura-hura. Pikiran demikian sebaiknya diruntuhkan dengan rule breaking yakni. kemampuan mendobrak aturan aturanlkebiasaan yang mapan. 3) Mencairkan Kebisuan Menjadi Keceriaan, Kegembiraan Dengan Meruntuhkan Mitos Dalam Diklat. Tugas pertama Widyaiswara adalah mendobrak, meruntuhkan mitos “kebisuan, kesunyian, kekakuan dan kekhawatiran aku tidak bisa”. Mitos itu menghantui peserta Diklat. Peserta Diklat yang belum saling mengenal sering mengalami suasana kebekuanl kekakuan, kesunyian, kekhawatiran. Duduk bersama orang yang belum saling mengenal dan tidak saling menyapa, merupakan suatu suasana yang kurang nyaman (suasana beku; kaku, sunyi). 10
Berbagai cara atau aktivitas yang dapat digunakan untuk mencairkan suasana, salah satu adalah saling mengenal. Melalui aktivitas mengenal diri dan orang lain dalam kelompok belajar dapat
dirubah
suasana
kaku,
sunyi
menjadi
suasana
menyenangkan atau menjadi suasana persahabatan yang hangat. Ada beberapa cara pengenalan diri dan orang lain yang dapat digunakan untuk mencairkan kebekuan. Cara yang sangat simpel adalah menyebut nama, asal atau instansi atau profesi. Menjadi tugas
Widyaiswara
menentukan
dan
menggunakan
cara
pengenalan diri dan orang lain yang paling efektif merubah suasana'kebekuan
menjadi
suasana
gembira
atau
menyenangkan. b. Mempraktikkan
Cara
Menciptakan
Suasana
Belajar
yang
Menyenangkan Penerapan konsep suasana menyenangkan dalam pelaksanaan suatu proram diklat dapat diawali dengan menciptakan lingkungan dan program, kemudian dilanjutkan pengenalan diri dan orang lain. Orang lain yang urgen dikenal adalah penanggung jawab program Diklat, Widyaiswara, dan peserta. 1) Pengaiaman Pertama Berada Dalam Lingkungan Diklat. Pengalaman pertama saat memasuki lingkungan Diklat harus dipastikan peserta merasa kagum dan senang melihat lingkungan fisik Diklat. Untuk itu sebelum peserta datang, lingkungan telah dikondisikan seolah-olah mereka adalah orang penting disambut dengan spanduk berwarna-warni dengan tulisan bermakna istimewa, diperindah dengan taman, pohon hijau, warna cat gedung yang menawan. Setiap peserta bertemu dengan pegawai Diklat disapa dengan ramah dan diantar ketempat yang telah disediakan. Peserta 11
merasa mendapat layanan istimewa, semua kepentingan dan keperluannya telah disiapkan di kamar masing-masing. Ruangan kelas yang akan digunakan dipastikan sudah dalam kondisi siap pakai aman, nyaman, menyenangkan. Membayangkan dan memastikan saat peserta masuk ke dalam ruangan kelas disambut dengan tanaman dan kembang hidup, spanduk, poster warna-warni, lampu, udara sejuk, OHP, LCD Projector, flipchart, whiteboard, kursi, meja belajar tertata dengan baik dan alunan musik yang membuat peserta aman, nyaman, berada dalam kelas. Peserta benarbenar kagum dan akhirnya peserta berkata” wah... sangat menyenangkan, aku senang belajar di sini”. Pengalaman pertama sejak memasuki kampus dan ruangan kelas semuanya menyenangkan, membuat pserta gembira, ceria, senang, betah, suka belajar di tempat yang telah disediakan. menggembirakan. Pengalaman berikutnya saling mengenal. 2) Pengenalan Diri dan Orang Lain. Pengenalan Ketua Program dan Diri Widyaiswara Sebelum kegiatan pengenalan diri peserta dikklat, yang terbaik dilakukan adalah mengenal ketua programlmanajer Diklaw dan diri Widyaiswara. Mengenal ketua program dan para manajer penyelenggara Diklat, terutama komitmen dan dukungannya terhadap mutu Diklat merupakan langkah awal kegembiraan peserta Diklat. Diikuti dengan
pernyataan
ketua
program
untuk
menghadirkan
Widyaiswara profesional, yang memiliki prestasi akademik yang unggul dan pengalaman mengaplikasikan dalam kerja, untuk menjadi fasilitator peserta selama dalam
mengikuti Diklat
merupakan langkah yang membanggakan peserta Diklat. Pengenalan diri Widyaiswara melalui suatu daftar pengajar dengan
prestasi
akademiknya
serta
pengalaman
kerjanya 12
merupakan salah satu faktor yang membuat peserta bangga mengikuti suatu Diklat. Pada saat pertama kali Widyaiswara hadir dalam kelas diperkenalkan dengan membacakan curriculum vitaenya dan menonjolkan prestasi akademik serta pengalaman dalam mengaplikasikan mata pelajaran yang disajikan dalam dunia kerja. Informasi demikian membuat peserta semakin bergairah belajar. Memposisikan diri Widyaiswara sebagai mitra belajar,
teman
memfasilitasi
berdialog/berdiskusi
peserta
terutama
dalam
dan
komitmennya
setiap
menghadapi
kesulitan dalam proses belajar Perkenalan demikian membuat peserta senang, gembira mengikuti program Diklat. Kemudian dilanjutkan dengan pengenalan diri peserta. 3) Kegiatan Pengenalan Diri Peserta dan Orang Lain Dalam Kelompok Belajar. Ada beberapa game perkenalan yang dapat diterapkan dalam menciptakan suasana menyenangkan kelompok belajar, antara lain dengan topik cerita pengalaman berkesan, identitas diri, gembira, khawatir. (a) Topik pertama: “Cerita pengalaman mengesankan” atau topik bergandengan tangan. Cara mempraktikkan
Peserta diminta berpasangan.
Peserta diminta secara bergantian mengenalkan diri, dan bercerita mengenai pengalaman atau prestasinya masa lalu yang sangat mengesankan, menyenangkan serta mengemukakan
harapan-harapannya
selama
dalam
mengikuti program diklat dan hal-hal yang tidak di inginkan terjadi. Kemudian salah satu pasangan sambil memegang tangan
pasangannya
memperkenalkan
diri
dan
pasangannya dalam kelas dengan menyebutkan nama, 13
pekerjaan, instansi, dan pengalaman atau prestasinya di masa lalu yang sangat mengesankan dan hal-hal yang diinginkan serta tidak diinginkan selama dalam mengikuti program Diklat.
Kemudian dilelang siapa yang paling banyak mengenal oranglpeserta yang lain dan diberi hadiah (untuk itu harus ada persiapan misalnya tas tempat buku atau alat pensil atau mainan lucu untuk 3-5 orang.
(b) Topik kedua: Identitas diri (modifikasi dari “Who am 1”) Tujuannya untuk mengenal diri dan orang lain dalam kelompok belajar. Bahan terdiri dari kertas tulis, alat tulis, selotip. Cara mempraktikkan
Setiap peserta diberikan selembar kertas, satu alat tulis, dan selotip.
Peserta diminta menuliskan di atas selembar kertas identitas diri (dalam waktu 5 menit). Identitas diri itu disepakati, misalnya meliputi. nama lengkap dan julukan panggilan akrab, pekerjaan dan instansi, pendidikan terakhir, hobi menempelkan kertas Identitas Diri di bagian depan baju.
Setelah waktu persiapan habis, peserta diminta berjalan berkeliling dalam ruangan sambil membaca identitas diri orang Iain.Waktunya dibatasi misal 10 menit.
Kemudian dilelang siapa yang paling banyak mengenal orang/peserta yang lain dan diberi hadiah (untuk itu harus ada persiapan misalnya tas tempat buku atau alat tulis pensil atau mainan lucu untuk 3-5 orang.
14
H. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUASANA DIKLAT
Indikator keberhasilan: setelah mempelajari Materi ini, peserta diklat diharapkan mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan faktor-faktor yang menghambat suasana diklat yang menyenangkan serta merumuskan norma-norma dan etika dalam proses pembelajaran.
Dalam mencapai tujuan Diklat, proses pembelajaran merupakan faktor yang sangat menentukan. Disini terdapat tiga pihak yang perlu bekerjasama secara sinergis untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga proses pembelajaran dapat berjalan efektif. Pihak-pihak tersebut adalah penyelenggara diklat, peserta Diklat dan Widyaiswara. Masing-masing pihak memberikan kontribusi dalam menciptakan suasana Diklat yang menyenangkan atau sebaliknya. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam proses pembelajaran pada diklat, peserta diklat adalah orang-orang dewasa yang berbeda cara belajar dan tujuan belajar mereka dibandingkan dengan anakanak..Dalam
proses
pembelajaran
orang
dewasa,
mereka
lebih
menyukai proses pembelajaran yang memberikan perasaan bebas, berorientasi pada pemecahan masalah serta hal-hal praktis lainnya. Proses pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor : faktor fisik, seperti penataan ruang kelas/diskusi, susunan meja-kursi, cahaya, warna dsb. Serta faktor non-fisik, seperti faktor kebebasan, motivasi, dan faktor psikologis. Oleh karena itu hal-hal tersebut di atas perlu diatur, ditata, dan dikelola sedemikian
rupa
dalam
menciptakan
suasana
belajar
yang
menyenangkan bagi peserta diklat.
a. Norma dan etika dalam proses pembelajaran Dalam penyelenggaraan Diklat diperlukan adanya nilai-nilai, normanorma, dan etika yang dapat dijadikan pedoman atau pegangan 15
dalam bersikap dan berperilaku dalam proses pembelajaran, baik bagi peserta Diklat, maupun Widyaiswara dan penyelenggara Diklat Mengapa
nilai,
norma,
dan
etika
penting
dafam
proses
terhadap
proses
pembelajaran? Berdasarkan
pengamatan
yang
dilakukan
penyelenggaraan Diklat pada berbagai jenis Diklat dan di beberapa instansi terdapat banyak kasus yang umum terjadi yang menunjukkan adanya sikap dan perilaku yang tidak profesional dari penyelenggara Diklat dan Widyaiswara.
b. Pengertian Nilai, Norma, dan Etika. Nilai, Norma, dan Etika mempunyai arti yang saling berhubungan, misalnya Kejujuran merupakan nifai, kejujuran bisa juga berarti norma jika digunakan untuk menilai apakah suatu perbuatan tertentu bertentangan atau tidak dengan norma (kejujuran) yang ada di organisasilmasyarakat, atau sesuai tidak dengan etika. Pengertian nilai (values) tidak mudah untuk diberikan secara tegas. Nilai merupakan sesuatu yang sifatnya positif, yang pada umumnya diterima, disukai atau diinginkan semua orang. Nilai mempunyai banyak arti, ada harga suatu barang, nilai estetika seperti nilai estetika, dari sebuah karya seni: lukisan atau patung yang indah, ada pula nilai moral. Nilai moral ini hidup dalam masyarakat, dijunjung tinggi, dan dihormati, serta mewarnai dan menjiwai tindakan manusia. Norma merupakan aturan yang disepakati oleh semua anggota. Norma ini dibuat untuk menjamin bahwa nilai-nilai yang telah disepakati tersebut dilaksanakan oleh semua anggota selama diklat berlangsung.
Selanjutnya
masing-masing
kelompok
mempresentasikan nilai dan norma kelompok mereka yang kemudian melalui diskusi dan dialog kelompok menentukan lima nilai sebagai nilai dan norma kelas.
16
Nilai dan norma tersebut juga merupakan etika bagi peserta diklat, artinya jika tindakan atau perbuatan peserta melanggar nilai dan norma yang telah ditentukan, maka dapat dikatakan perilakunya tidak etis atau tidak sesuai dengan etika.
RANGKUMAN Dalam rangka mencapai tujuan diklat, maka diperlukan berbagai upaya untuk menciptakan suasana diklat yang menyenangkan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini terdapat berbagai faktor sebagai faktor penclukung dan faktor penghambat untuk menciptakan suasana diklat yang menyenangkan tersebut. Di samping hal-hal tersebut di atas, dalam menciptakan suasana Diklat yang me nyenangkan diperlukan adanya nilai-nilai, norma, dan etika yang dapat dijadikan acuan atau pegangan untuk berperilaku selama proses pembelajaran. Nilai, norma, dan etika dalam Diklat tersebut dirumuskan dan disepakati melalui proses diskusi dan dialog yang dipandu oleh fasilitator. LATIHAN 1. Mengapa upaya menciptakan suasana diklat yang menyenangkan adalah penting alam proses pembelajaran, jelaskan! 2. Jelaskan
faktor-faktor
pendukung
dan
penghambat
dalam
menciptakan suasana diklat yang menyenangkan! 3. Jelaskan pengertian, nilai, norma, dan etika, serta berikan contohnya pada Diklat!
Disampaikan oleh :
Ir. DJOKO SUTRISNO, M.Si Widyaiswara Ahli Utama
17
DAFTAR PUSTAKA Annonymous (1986), Dinamika Kelompok. Bagian Proyek Pembinaan Penataran dan
penyuluhan
Pertanian
(Ciawi),
Badan
Pendidikan
Latihan
dan
Penyuluhan Pertanian, Institut Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta. ----------------- (1993). Kumpulan Kelompok,
Permainan
dan
Simulasi Dinamika
Agribisnis Serie III. Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian,
Departemen Pertanian, Jakarta. ----------------- (1979).
Dinamika Kelompok. Direktorat Jenderal Perikanan,
Departemen Pertanian, Jakarta. ------------------ (1997). Bahan ajar Dinamika Kelompok (Pegangan Peserta). Badan Pendidikan
dan Latihan Pertanian,
Departemen Pertanian, Jakarta.
Munir, Baderel, Drs., MA. 2001. Dinamika Kelompok. Penerapannya Dalam Laboratorium Ilmu Perilaku. Penerbit Universitas Sriwijaya. Palembang. Slamet Santosa, Drs., M.P.D. (1983) Dinamika Kelompok. Bumi Karsa, Jakarta.
Sukresno, Paulus. 2008. Bahan ajar Dinamika Kelompok. Diklat Teknis 2008. Tidak diterbitkan.
18