BAHAN AJAR PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI
Tim Penyusun :
drg. Siti Nurbayani Tauchid, M.KM Pudentiana Rr RE,AMKG,SPd,M.KM Sri Lestari Subandini, AMKG,SPd
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA I
JAKARTA, 2014
DAFTAR ISI PRAKATA KATA PENGANTAR BAB I. KONSEP DASAR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN GIGI I.1 Pengertian Dasar Pendidikan .......................................................
1
I.2 Hakikat Pendidikan .....................................................................
3
I.3 Pengertian Pendidikan Kesehatan dan Kesehatan Gigi ...............
4
I.4 Tujuan Pendidikan Kesehatan Gigi ..............................................
6
I.5 Proses Pendidikan Kesehatan
6
.....................................................
I.6 Tingkat Pelayanan Pendidikan Kesehatan Gigi
.........................
I.7 Peran Tenaga Kesehatan Dalam Pendidikan Kesehatan Gigi ........ BAB
BAB
BAB
9 10
II KONSEP DASAR BELAJAR MENGAJAR 2.1 Pengertian Belajar Mengajar ........................................................
13
2.2 Hakikat Belajar Mengajar ............................................................
16
2.3 Proses Belajar Mengajar Dalam Pendidikan Kesehatan Gigi ......
16
2.4 Faktor-faktor Pengaruhi Belajar ...................................................
18
2.5 Hubungan antara perkembangan dengan belajar .........................
23
III. PENDEKATAN METODE DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI
3.1 Pendekatan Pendidikan Kesehatan Gigi .......................................
28
3.2 Pemilihan Metode Penyuluhan ......................................................
31
IV. PERANAN KOMUNIKASI, PERILAKU DAN MOTIVASI DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI
4.1 Pengertian Komunikasi ..................................................................
46
4.2 Komponen Komunikasi ..................................................................
47
4.3 Tujuan Komunikasi .............................................................................
53
4.4 Prinsip-prinsip Komunikasi ................................................................. 55
4.5 Komponen Komunikasi Saling Terkait ............................................... 61 4.6 Persepsi Dalam Konteks Komunikasi .................................................
63
4.7 Teori Kepribadian Implisit ..................................................................
65
4.8 Ramalan Dengan Sendirinya ...............................................................
65
4.9 Aksentuasi Perseptual .........................................................................
66
4.10 Primasi – Resensi ..............................................................................
67
4.11 Konsistensi ........................................................................................
68
4.12 Stereotyping ......................................................................................
68
4.13 Membuat Persepsi Lebih Akurat ......................................................
69
4.14 Meningkatkan Akurasi Persepsi .......................................................
70
4.15 Perilaku .............................................................................................
71
4.16 Perilaku Kesehatan ............................................................................
76
4.17 Teori Motivasi Abraham Maslow ....................................................
81
4.18 Teori Motivasi Kontemporer ............................................................. 82 4.19 Area Motivasi Manusia .....................................................................
84
BAB V. PROGRAM KESEHATAN GIGI DAN MULUT 5.1 Program Nasional dan Kesehatan Gigi ............................................... 86 5.1.1 Pengertian Perencanaan Program Penyuluhan .............................. 86 5.1.2 Ciri-Ciri Perencanaan Program Penyuluhan ................................. 87 5.1.3 Proses Perencanaan Program Penyuluhan ....................................... 87 5.1.4 Langkah-langkah Perencanaan Program Penyuluhan ..................... 87 BAB VI PENYULUHAN MELALUI CHAIR SIDE TALK 6.1 Latar Belakang ..................................................................................... 102 6.2 Pengertian Penyuluhan Kesehatan Gigi ............................................... 102
6.3 Tujuan Penyuluhan Kesehatan Gigi . ................................................... 102 6.4 Pendekatan Pendidikan Kesehatan Gigi .............................................. 103 6.5 Chair Side Talk .................................................................................... 108 6.6 Tehnik Penyuluhan ............................................................................. 108 6.7 Penyuluhan Tentang Kebersihan Mulut ................................................ 110 6.8 Beberapa Tehnik Pendekatan ................................................................ 110
BAB VII. PROGRAM KESEHATAN GIGI MULUT TERINTEGRASI DI PUSKESMAS
7.1 Program Kesehatan Umum dan Kesehatan Gigi .................................... 112 7.2 Materi-materi Kesehatan Gigi ............................................................... 113 7.3 Gula Permen Karet Menjaga Kesehatan Gigi ....................................... 124 7.4 Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati ......................................... 125 7.5 Obat Alamiah Atasi Rasa Nyeri/ Sakit Pada Gigi .................................. 128 7.6 Daun Sirih Sebagai Antibakteri Pasta Gigi ........................................... 130 7.7 Akibat Penyakit Gigi .............................................................................. 133
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA
............................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan YME yang telah memberikan berkah dan rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan bahan ajar Pendidikan Kesehatan Gigi bagi Dosen pengajar dan para mahasiswa dalam proses belajar mengajar mata kuliah tersebut (KG.401) Berkat penyelenggaraan workshop Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dalam rangka meningkatkan kemampuan para Dosen termasuk juga di dalam menyusun materi untuk bahan ajar yang sesuai kaidah, dengan karakteristik peserta didik dan berdasarkan paradigma baru pembelajaran di Perguruan Tinggi. Dan diharapkan pula dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu dan tehnologi serta dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi pembaca kalangan umum. Penyusunan bahan ajar ini mengacu pada GBPP Kurikulum Pendidikan Diploma III Keperawatan Gigi tahun 2010 juga dimaksudkan untuk melayani kebutuhan pendidikan dan pengajaran baik di kelas maupun di lapangan hingga kini. Dan materi dalam pendidikan Kesehatan Gigi ruang lingkup tenaga Perawat Gigi, yang adalah juga merupakan tenaga Kesehatan Gigi Indonesia ini maka secara khusus kami memberikan konsep seputar pendidikan dan pendidikan kesehatan gigi, penyuluhan kepada masyarakat termasuk individu juga dengan metode chair side talk, mendukung penyelenggaraan program kesehatan gigi dan mulut terintegrasi termasuk di Puskesmas, meningkatkan pengetahuan, keterampilan di dalam berkomunikasi, berperilaku serta motivasi khususnya kepada sasaran di dalam upaya peningkatan upaya promotif kesehatan gigi dan mulut masyarakat secara luas. Selama penyusunan bahan ajar ini penulis mendapatkan bantuan, dorongan dari berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, dan dengan ini kami mengucapkan terimakasih.
Penulis
BAB I KONSEP DASAR PENDIDIKAN KESEHATAN DAN KESEHATAN GIGI
I.1 Pengertian dasar pendidikan Pendidikan yang secara luas dikenal di masyarakat adalah pendidikan dalam arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh peserta didik melalui pendidik dan biasanya dilakukan pada suatu lembaga atau institusi. Dengan kata lain, esensi pendidikan (usaha sadar) mengandung makna suatu proses transaksional yang intensional, terjadi di lingkungan (sosial budaya) berstruktur yang disebut sekolah atau sejenisnya. Secara fenomenologis, Langevelt (1952) mengatakan bahwa pendidikan itu pda hakikatnya merupakan bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang sedang berusaha mencapai kedewasaannya dalam arti normatif dengan menggunakan cara berupa alat, bahasa, media. Pendidik atau lebih dikenal dengan sebutan guru atau dosen adalah orang yang diserahi tanggung jawab mendidik. Orang tua adalah pendidik kodrati. Karena anak merupakan keturunan dari orang tua, orang tua mempunyai tanggung jawab kodrati. Sebagian dari tugas mendidik, misalnya mengajar tidak dapat dilaksanakan oleh orang tua sehingga sekolah sebagai lembaga formal diserahi tanggung jawab untuk mendidik. Pendidikan sebagai salah satu bagian penting dari proses pembangunan nasional merupakan salah satu sumber penentu dalam pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Tujuan pendidikan di Negara kita sudah dijelaskan dalam UUD 1945, ketetapan MPR, undangundang tentang Sistem Pendidikan Nasional dan ketentuan lainnya. Olive (1984) mengemukakan petunjuk dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan melalui asumsi yang bersumber pada pandangan filsafat. Perumusan tujuan bertolak dari filsafat suatu bangsa. Bagi Bangsa Indonesia, manusia seutuhnya ialah manusia Pancasila. Bloom (1974) menggunakan taksonomi tujuan pendidikan yang didasarkan pada aspek psikologis. Rumusan tujuan menyangkut tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek psikomotorik dan aspek afektif.
Perlu dipahami pula bahwa di dalam UU RI Nomor 2 Tahun 1989: adalah usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan agar dapat berperan di masa yang akan datang.
1. Pedagogi Disiplin ilmu pendidikan atau ilmu kependidikan yang hingga saat ini berkembang, baik yang ada di lingkungan universitas maupun lembaga pendidikan tinggi lainnya pada dasarnya mempunyai dua sumber rujukan. Rujukan pertama berasal dari daratan Eropa (Negeri Belanda) yang disebut pedagogiek yang berarti ilmu mendidik anak. Rujukan kedua, berasal dari Amerika Serikat (USA), yang dikenal sebagai philosophy of education dan science of education (Henderson, 1960). Pedagogi atau pendidikan pada anak-anak berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu paes yang artinya “anak-anak” dan gogos artinya “memimpin” dan kata atau akhiran/berarti “ilmu”, jadi pedagogi adalah seni/ilmu untuk memimpin anak-anak. Dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 bahwa anak didik disebut peserta didik. Proses pendidikan pada anak-anak jauh lebih mudah dibandingkan dengan proses pendidikan pada orang dewasa karena anak-anak masih murni, belum mempunyai kepribadian sehingga akan lebih mudah untuk membentuknya.
2. Andragogi atau pendidikan orang dewasa Pendidikan pada orang dewasa terjadi karena adanya perasaan tidak puas dalam memenuhi kebutuhannya. Kompleksnya kehidupan akan semakin menuntut individu
untuk
meningkatkan
pengetahuannya
dan
mengembangkan
kemampuannya. Istilah androgogi berasal dari kata andro dan gogos yang berarti “memimpin” atau “membimbing”. Seseorang dikatakan dewasa tidak hanya dilihat dari segi biologis tetapi juga dari segi sosial dan psikologis. Secara biologis seseorang dikatakan dewasa bila ia telah mampu melakukan reproduksi. Secara sosial seorang yang dikatakan dewasa bila ia telah dapat melakukan peran-peran sosial yang dibebankan pada orang dewasa. Adapun secara psikologis seseorang dikatakan dewasa bila telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang telah dipilihnya.
Menurut Langevelt (1952), seseorang dikatakan dewasa bila pertumbuhan jasmaninya telah selesai atau anak telah mencapai batas pertumbuhannya, sedangkan secara rohani seorang anak dikatakan dewasa bila telah sanggup berdiri sendiri seperti dikemukakan oleh Soekidjo (1993) dewasa berarti:
a. Anak-anak telah mempunyai kemampuan mental, misal telah memahami hubungan sebab akibat, sanggup berpikir secara logis, mampu memahami pendapat orang lain, dapat menilai suatu pengalaman. b. Anak-anak telah mempunyai kemampuan moral, misalnya dapat membedakan baik buruk, sanggup bertanggung jawab atas perbuatannya, sanggup memikul kewajiban tertentu. c. Anak-anak telah mencapai perkembangan sosial, misalnya dapat berperilaku supaya disukai sesamanya. d. Anak-anak telah sanggup mengendalikan emosinya, misalnya sanggup bertindak atas dasar dorongan perasaannya, konsekuen dalam memenuhi peraturan atau norma. Pendidikan orang dewasa merupakan seluruh proses pendidikan yang terorganisasi di luar sekolah dengan berbagai bahan belajar, tingkatan dan mode, baik yang bersifat resmi maupun tidak, meliputi upaya kelanjutan atau perbaikan pendidikan yang diperoleh dari sekolah, akademi atau universitas, pendidikan itu diperuntukan bagi orang dewasa dalam lingkungan masyarakat supaya mereka dapat mengembangkan
kemampuan,
memperkaya
pengetahuan,
meningkatkan
kualifikasi teknik dan profesi yang telah dimilikinya, memperoleh cara-cara baru, serta mengubah hidup dan perilakunya. Tujuannya ialah supaya orang dewasa dapat mengembangkan pribadi secara optimal dan berpartisipasi secara seimbang dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya yang terus berkembang.
I.2 Hakikat pendidikan Secara umum, hakikat pendidikan adalah sebagai berikut: a. Pendidikan merupakan proses interaksi manusia yang ditandai oleh keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik b. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik untuk menghadapi lingkungan hidup yang mengalami perubahan
c. Pendidikan meningkatkan kualitas hidup pribadi dan masyarakat d. Pendidikan berlangsung seumur hidup
e. Pendidikan merupakan prinsip-prinsip pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.
I.3 Pengertian pendidikan kesehatan dan kesehatan gigi Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan atau aplikasi konsep pendidikan dan konsep sehat. Konsep sehat adalah konsep seseorang dalam keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosialnya serta bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahannya. Adapun konsep pendidikan kesehatan adalah proses belajar mengajar pada individu atau kelompok masyarakat tentang nilai-nilai kesehatan sehingga mereka mampu mengatasi masalah kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah suatu proses belajar yang timbul karena adanya kebutuhan akan kesehatan, dijalankan dengan pengetahuan mengenai kesehatan dan yang menimbulkan aktivitas perorangan dan masyarakat dengan tujuan menghasilkan kesehatan yang baik. Beberapa pengertian pendidikan kesehatan yang dikutip oleh Tarsilah (1978) antara lain: Menurut Tiglao, pendidikan kesehatan “bukan sekedar” memberitahukan kepada orang-orang bagaimana caranya untuk mempertinggi kesehatan tetapi mereka seharusnya menciptakan suatu keadaan untuk mendapatkan kesempatan untuk belajar, “dengan dan untuk” mereka sendiri, Akibatnya mereka dapat mengubah cara hidupnya yang kurang baik untuk kesehatan pribadinya dan untuk masyarakat dengan cara hidup sehat. Nyswander mengatakan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat. Pendidikan kesehatan bukanlah sesuatu yang dapat diberikan oleh seseorang kepada orang lain dan bukan pula suatu rangkaian tata laksana yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai, melainkan suatu proses perkembangan yang selalu berubah secara dinamis yang di dalamnya seseorang dapat menerima atau menolak keterangan baru, sikap baru dan perilaku baru yang ada hubungannya dengan tujuan pendidikan.
Division of Health Education Departemen of Public Health (1990) berpendapat bahwa pendidikan kesehatan adalah alat yang digunakan untuk memberi penerangan yang baik
kepada masyarakat supaya masyarakat dapat bekerja sama dan mencapai apa yang diinginkan.
Menurut stoll pendidikan kesehatan adalah hasil usaha yang dilakukan suatu organisasi untuk menolong orang belajar hidup secara sehat. Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan pendidikan kesehatan adalah sebagai berikut: 1. Alat bantu untuk mencapai taraf kesehatan setinggi mungkin, sedangkan orang yang dididik hendaknya diikutsertakan secara aktif
2. Untuk mengubah sikap seseorang terhadap kesehatan pribadinya sebagai hasil pengalaman belajar, yang kemudian dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Diakui pula bahwa pendidikan kesehatan itu penting untuk menunjang program kesehatan. Selanjutnya perilaku sehat akan berpengaruh terhadap peningkatkan indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (output) dari pendidikan kesehatan. Yang membedakan pendidikan kesehatan dari pendidikan umum adalah dalam pendidikan kesehatan teori dan praktik dilakukan dalam waktu yang hampir bersamaan. Teori yang diperoleh langsung dipraktikkan untuk mengetahui sampai sejauh mana penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan. Seperti halnya pendidikan kesehatan, konsep pendidikan kesehatan gigi pun merupakan penerapan dari konsep pendidikan dan konsep sehat. Bertitik tolak dari kedua konsep tersebut, maka pendidikan kesehatan gigi adalah suatu proses belajar yang ditujukan kepada individu dan kelompok masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan gigi yang setinggi-tingginya. Beberapa pengertian pendidikan kesehatan gigi yang dikutip dari tarsilah. Soemantri menyatakan bahwa pendidikan kesehatan gigi adalah suatu usaha atau aktivitas yang mempengaruhi orang-orang sedemikian rupa sehingga baik untuk kesehatan pribadi maupun kesehatan masyarakat.
Bastian berpendapat bahwa pendidikan kesehatan gigi adalah semua aktivitas yang membantu menghasilkan penghargaan masyarakat akan kesehatan gigi dan
memberikan pengertian akan cara-cara bagaimana memelihara kesehatan gigi dan mulut. Jadi dengan adanya pendidikan kesehatan gigi dan mulut ini diharapkan bertambah baik. Yang akhirnya akan diperoleh derajat kesehatan mulut yang setinggitingginya.
I.4 Tujuan Pendidikan Kesehatan Gigi Mengubah perilaku individu merupakan pekerjaan yang mudah, dalam hal ini dibutuhkan keterampilan khusus sebab perubahan tingkah laku individu selalu melibatkan perubahan mental. Perubahan itu sendiri dapat terjadi secara alamiah yaitu karena lingkungan atau masyarakat sekitarnya. Namun, ada pula perubahan yang terjadi secara terencana dan dilaksanakan secara sistematis, yaitu yang dikenal sebagai perubahan melalui pendidikan.
Menurut Noor (1972), tujuan pendidikan kesehatan gigi adalah: 1. Meningkatkan pengertian dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. 2. Menghilangkan atau paling sedikit mengurangi penyakit gigi dan mulut dan gangguan lainnya pada gigi dan mulut.
Jadi Pendidikan Kesehatan Gigi bertujuan: 1. Memperkenalkan kepada masyarakat tentang kesehatan gigi, 2. Mengingatkan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, 3. Menjabarkan akibat yang akan timbul dari kelalaian menjaga kebersihan gigi dan mulut, 4. Menanamkan perilaku sehat sejak dini melalui kunjungan ke sekolah 5. Menjalin kerjasama dengan masyarakat melalui RT, RW, Kelurahan dalam memberikan penyuluhan langsung kepada masyarakat, bila diperlukan dapat saja dilakukan tanpa melalui puskesmas.
I.5 Proses Pendidikan Kesehatan
Proses yang terjadi dalam pendidikan kesehatan sama dengan proses pendidikan pada umumnya. Pendidikan dalam arti formal merupakan proses penyampaian bahan materi pendidikan dari pendidik kepada peserta didik guna mencapai tujuan. Dengan kata lain, pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi, pengetahuan, keterampilan dari yang berwenang (guru, dosen) kepada peserta didik.
Pendidikan sebagai proses karenanya dipengaruhi pula oleh faktor-faktor lain seperti perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware).
Perangkat lunak, seperti kurikulum, metode pendidikan, tenaga pengajar dan sebagainya. Adapun perangkat keras yaitu, gedung, ruang, alat bantu pendidikan, perpustakaan dan sebagainya. Di bawah ini tampak bagan proses pendidikan kesehatan.
Bagan 1.5 Proses Pendidikan Kesehatan Perangkat Lunak Kurikulum, Metode, Staf Pengajar
Masukan
Proses Pendidikan
Perangkat Keras Gedung, Alat Pendidikan, Ruang dsb.
I.5.1 Komponen pendidikan : 1. Anak didik sebagai masukan akan diproses menjadi keluaran/ lulusan.
Keluaran
Anak didik biasa pula disebut sebagai peserta didik. Peserta didik adalah individu, kelompok atau masyarakat yang sedang belajar dengan berbagai latar belakang. Secara teoritis anak didik dilihat sebagai seorang yang harus mengembangkan diri. Untuk mengembangkan dirinya, anak didik memperoleh bantuan dan pengaruh yang baik dari innovator ( tenaga kesehatan, kader kesehatan). 2. Tujuan pendidikan sebagai target, atau kualifikasi yang ingin dicapai, yaitu perubahan tingkah laku ke arah perilaku sehat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. 3. Kurikulum, termasuk di dalamannya metode, alat, materi atau bahan yang akan disampaikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau program kesehatan yang akan ditunjang 4. Pelaksana pendidikan yaitu semua petugas kesehatan yang dapat mempengaruhi individu atau masyarakat untuk meningkatakan kesehatan mereka (innovator kesehatan). 5. Lingkungan didik, lingkungan didik berpengaruh besar terhadap pendidikan. Lingkungan dan subjek didik berada dalam situasi pendidikan, keterlibatan pendidik dan anak didik dibatasi oleh ruang dan waktu.
I.5.2 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan Pada dasarnya pendidikan harus dilaksanakan seumur hidup sesuai dengan proses perkembangan psikis dan biologis manusia. Demikian pula halnya dengan pendidikan kesehatan. Oleh karena itu lingkungan pendidikan kesehatan dapat kita bedakan atas: 1. Keluarga Lingkungan pendidikan ini biasanya disebut sebagai pendidikan informal dan merupakan pendidikan dasar yang diperoleh oleh setiap individu sebelum mendapatkan pendidikan lain. Penanaman pendidikan kesehatan sedini mungkin oleh orang tua terhadap anaknya akan berpengaruh besar dalam perubahan sikap pelihara diri anaknya.
2. Sekolah
Pendidikan yang diperoleh di sekolah disebut sebagai pendidikan formal. Sebagai bukti bahwa seseorang telah menyelesaikan suatu jenjang pendidikan formal akam memperoleh ijazah atau surat tanda tamat belajar. Pendidikan kesehatan di sekolah harus diterapkan melalui Mata Pelajaran Olah Raga dan Kesehatan. Penanaman pendidikan kesehatan akan berpengaruh terhadap pembentukan sikap pelihara diri yang diharapkan akan terus tertanam sampai akhir hayat
3. Masyarakat Pendidikan ini biasanya dilakukan untuk menambah atau melengkapi pendidikan di sekolah.
I.6 Tingkat pelayanan pendidikan kesehatan gigi Dimensi tingkat pelayanan kesehatan gigi, dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of prevention) dari leavel and Clark sebagai berikut: 1. Promosi Kesehatan ( Health Promotion) Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan gigi diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi, misalnya dengan memiliki makanan yang menyehatkan gigi, mengatur pola makanan yang mengandung gula 2. Perlindungan Khusus ( Specifie Protection) Yang termasuk dalam program upaya pelayanan perlindungan khusus ini, misalnya, pembersihan karang gigi, menyikat gigi segera setalah makan, topical aplikasi, fuloridasi air minum dan sebagainya. Pendidikan kesehatan gigi pada tingkat ini diperlukan agar masyarakat menjadi sadar untuk memelihara kesehatan gigi terutama untuk daerah yang belum menyadari pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi. 3. Diagnosis Dini dan pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment) Diagnosis dan pengobatan sedini mungkin perlu dilakukan, misalnya pemeriksaan gigi dengan sinar –X secara berkala, penambalan gigi yang baru terkena karies, penambalan fissure yang terlalu dalam dan sebagainya.
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat menganai kesehatan gigi, sehingga seringkali mereka membiarkan giginya berlubang tidak segera ditambal dan mengakibatkan penyakit yang lebih parah. 4. Pembatasan cacat ( Disability Limitation) Pembatasan cacat merupakan tindakan pengobatan penyakit yang parah, misalnya pulp capping, pengobatan urat saraf, pencabutan gigi dan sebagainya. Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena mereka sering tidak mengobati penyakitnya secara tuntas. Misalnya, pada perawatan uraf saraf yang memerlukan beberapa kali kunjungan atau mereka ingin segera mencabut giginya walaupun sebenarnya masih dapat dilakukan penambalan. 5. Rehabilitasi (Rehabilitation) Rehabilitasi merupakan upaya pemulihan atau pengembalian fungsi dan bentuk sesuai dengan aslinya. Misalnya, pembuatan gigi tiruan.
Pendidikan kesehatan pada tingkat ini masih diperlukan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya mengembalikan fungsi pengunyahan setelah dilakukan pencabutan dengan pembuatan geligi tiruan selain itu juga diberikan penerangan tentang kemungkinan yang dapat terjadi akibat tidak dilakukan pembuatan geligi tiruan.
I.7 Peran Tenaga Kesehatan Dalam Pendidikan Kesehatan Gigi Peranan tenaga kesehatan dalam pendidikan kesehatan gigi adalah untuk mengubah perilaku masyarakat dari perilaku yang tidak sehat kearah perilaku sehat. Seperti kita ketahui bersama faktor perilaku ini mempunyai kontribusi yang cukup besar di samping faktor lingkungan dalam mempengaruhi derajat kesehatan kesehatan masyarakat. Keadaan ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan msyarakat tentang hal ini. Untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat, biasanya dilakukan pendekatan dengan menggunakan metodologi pemecahan masalah. Untuk memecahkan masalah dengan metode ini seorang tenaga kesehatan harus mampu menjalankan peran ekspresif dan informatif.
Dalam menjalankan peran ekspresif dan infromatifnya, tenaga kesehatan harus mampu menyadarkan masyarakat tentang permasalahan yang terjadi. Ada pun untuk mengetahui permasalahan yang sedang terjadi, tenaga kesehatan harus dapat menggali permasalahan yang terdapat pada masyarakat dengan cara melakukan survey bersama antara tenaga kesehatan dan masyarakat. Jadi masyarakat betul-betul menyadari masalah yang sedang terjadi di daerahnya. Setelah masalah dapat diidentifikasi, tenaga kesehatan perlu memberikan penjelasan mengenai sebab-sebab timbulnya masalah. Bagaimana cara mengatasinya sehingga masyarakat menjadi tertarik dan ingin segera mengatasi permasalahan yang terjadi di daerahnya tersebut.
Langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk menjalankan peran ekspresif adalah sebagai berikut: a. Melaksanakan sensus masalah Kegiatan ini dapat dilakukan melalui survey epidemiologis maupun sosiologis. Data yang diperoleh dari hasil survey kemudian diolah dan disajikan. Penyajian data biasanya dilaksanakan pada pertemuan desa yang dihadiri oleh aparat desa, tokoh masyarakat, instansi yang terkait serta masyarakat sendiri, sehingga masyarakat mendapat gambaran tentang masalah yang terjadi di daerahnya. b. Menentukan pioritas masalah Dari beberapa masalah yang ditemukan, tentunya tidak semua dapat diselesaikan sekaligus. Oleh karena itu, perlu dilakukan penentuan prioritas masalah biasanya dilakukan analisis, misalnya dengan metode pembobotan. c. Memecahkan masalah Setelah ditemukan masalah yang diprioritaskan, langkah selanjutnya adalah menentukan jalan keluar dari masalah tersebut. Kita mencari lebih dahulu apa penyebab masalah tersebut, setelah itu baru dapat dicari beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencari jalan keluarnya. Baru setelah itu ditentukan jalan keluar yang paling efektif dan efisien untuk menyelesaikan masalah tersebut. d. Mengambil keputusan pelaksanaan Berdasarkan identifikasi yang dilakukan pada tahap pemecahan masalah, dibuat keputusan pelaksanaan yang sesuai dengan kebutuhan.
Di dalam keputusan pelaksanaan tercakup proses seperti penentuan tujuan, penentuan sasaran, jenis kegiatan, tenaga pelaksana, pemilihan metode penyuluhan, penentuan materi penyuluhan , penentuan rencana penilaian. ➢ Ringkasan
•
Konsep dasar mengenai pendidikan kesehatan dan kesehatan gigi meliputi beberapa kajian, yaitu, pengertian, tujuan, proses, komponen dan ruang lingkup.
•
Pendidikan pada dasarnya merupakan bantuan yang diberikan oleh pendidik terhadap subjek didik dalam rangka meningkatkan kualitas hidup yang berlangsung seumur hidup dengan menggunakan cara berupa alat, bahasa dan media lainnya. Ada pun pengertian pendidikan kesehatan gigi adalah semua aktivitas yang mempengaruhi orang-orang sedemikian rupa dengan cara memberikan pengertian tentang bagaimana memelihara kesehatan gigi dan mulut untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
•
Tujuan dan pendidikan kesehatan gigi yang paling penting adalah menghilangkan atau mengurangi penyakit gigi dan mulut serta gangguan lainnya pada gigi dan mulut. Proses yang terjadi dalam pendidikan kesehatan sama halnya dengan proses pendidikan pada umumnya yaitu berupa tranformasi bahan dan materi pendidikan dari pendidik kepada objek didik yang dipengaruhi oleh faktor- faktor lain berupa software (kurikulum, metode, dll) dan hardware (gedung, ruangan dan perangkat keras lainnya).
•
Pendidikan terdiri dari 5 komponen, yaitu anak didik, tujuan pendidikan, kurikulum, pelaksana pendidikan serta lingkungan didik. Ruang lingkup pendidikan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu; keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan menurut Leavel dan Clark dapat dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan sebagai berikut (1) promosi kesehatan, (2) perlindungan khusus, (3) diagnosis dini dan pengobatan segera, (4) pembatasan cacat, (5) rehabilitasi. Peran ekpresif dan peran informatif merupakan 2 cara metodologi pemecahan masalah dalam upaya pendekatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Kedua peran itu dilaksanakan tenaga kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan gigi.
➢ Pertanyaan dan latihan 1. Jelaskan pengertian pendidikan dalam arti formal dan arti pendidikan secara fenomenologis! 2. Seseorang dikatakan dewasa bila memenuhi kriteria secara jasmani dan rohani. Jelaskan kapan seseorang dapat dikatakan dewasa secara rohani! 3. Kemukakan perbedaan antara pendidikan secara umum dengan pendidikan kesehatan! 4. Berdasarkan dimensi sasaran, pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga, sebutkan dan jelaskan ketiga kelompok tersebut!
BAB II KONSEP DASAR BELAJAR MENGAJAR
2.1 Pengertian Belajar Mengajar Kata belajar pada umumnya merujuk pada aktifitas atau kegiatan yang dilakukan sesorang untuk mengetahui, memahami, atau melakukan sesuatu. Belajar merupakan proses perubahan atau perubahan tingkah laku hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam belajar yang bertujuan untuk mengetahui, memahami, dan atau melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan, membutuhkan waktu yang biasanya kita kenal dengan kata proses. Ada pun ciri-ciri perubahan perilaku yang terindentifikasi dari belajar antara lain : a. Bahwa perubahan itu intensional, dalam arti pengalaman atau praktik atau latihan ini dilakukan dengan sengaja dan disadari dilakukan dan bukan secara kebetulan. Dengan demikian, perubahan karena kemantapan dan kematangan, perubahan perilaku yang terjadi dalam keadaan tidak sadar atau mabuk sebagai perubahan hasil belajar. b. Bahwa perubahan itu positif, dalam arti sesuai seperti yang diharapkan (normative) atau kriteria keberhasilan (criteria of success) baik dipandang dari segi siswa (tingkat abilitas dan bakat khususnya, tugas perkembangan, dan sebagainya) maupun dari segi guru (tuntutan masyarakat orang dewasa sesuai dengan tingkatan standar kulturalnya. c. Bahwa perubahan itu efektif, dalam membawa pengaruh dan makna tertentu bagi pelajar itu (setidak-tidaknya sampai batas waktu tertentu) relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat direproduksi dan dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah, problem solving), baik dalam ujian, ulangan, dan sebagainya maupun dalam rangka penyesuaian diri dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya. d. Bahwa perubahan dalam belajar itu mempunyai tujuan atau terarah, hal ini berarti bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya tujuan yang ingin dicapai. e. Bahwa perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek tingkah laku, yaitu perubahan pengetahuan, sikap maupun keterampilan
Contoh, seorang mahasiswa belajar tentang penambalan gigi, maka perubahan yang tampak, ia akan melakukan penambalan gigi yang baik selain mempunyai keterampilan menambal yang baik, mahasiswa tersebut akan menangani pasien dengan baik asal mereka merasa nyaman selama dalam perawatan
Kata mengajar sendiri mempunyai makna pemberian pengetahuan, ilmu, keterampilan dari yang menguasai kepada yang belum menguasai, dan telah direncanakan sebelumnya. Dalam menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik, bukanlah suatu pelajaran yang mudah, karena pendidik harus membimbing dan membina peserta didik sampai mereka sadar akan tanggung jawabnya. Mengingat tugas yang besar tersebut, seorang pendidik harus mempunyai prinsip-prinsip mengajar dan harus dilaksanakan seefektif mungkin. Prinsip yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik antara lain sebagai berikut: 1. Seorang pendidik harus dapat membangkitkan perhatian perserta didik. Peserta didik akan menaruh perhatian yang besar apabila materi yang diberikan sesuai dengan minat, bakat ataupun kebutuhannya. Selain daripada itu untuk meningkatkan perhatian peserta didik dapat pula dilakukan dengan menggunakan media yang merangsang peserta didik untuk berfikir. 2. Seorang pendidik harus melibatkan peserta didik secara aktif. 3. Seorang pendidik harus dapat menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengalaman yang telah dimiliki oleh peserta didik sehingga peserta didik memperoleh hubungan antara pengetahuan yang telah dimilikinya dan materi yang akan diterimanya. Dengan demikian akan mempermudah penerimaan pelajaran. 4. Seorang pendidik harus melakukan pengulangan pemberian materi secara berulangulang oleh seorang pendidik hal ini akan mempermudah peserta didik untuk memahami materi dan tidak mudah dilupakan. 5. Seorang pendidik harus dapat mendalami bakat, minat, intelegensi dari setiap peserta didik sehingga dapat melayani pendidikan sesuai dengan latar belakang peserta didik. 6. Dalam memberikan materi, sebaiknya berikan materi yang lebih mudah dahulu kemudian lanjutkan pada materi yang lebih sulit. 7. Dalam proses belajar mengajar perlu melakukan evaluasi. Evaluasi ini akan memberi motivasi bagi pendidik maupun peserta didik, oleh karena itu seorang pendidik harus memahami tujuan, kegunaan dan macam-macam evaluasi.
Dari kedua pengertian di atas jelaslah jika menyebut belajar mengajar, yang dihadapi adalah suatu proses yang aktif dan berlangsung secara timbal balik. Proses yang seperti ini hanya dapat diwujudkan jika terjalin suatu komunikasi yang sempurna. Sekalipun dalam belajar mengajar terkandung adanya dua pihak yang saling berhadapan, yaitu antara pendidik dan peserta didik, tetapi bukan berarti belajar mengajar tersebut hanya berlangsung di dalam
suasana formal saja, misalnya di dalam ruang kuliah. Sesuai dengan batasan yang dimiliki maka proses belajar mengajar dapat berlangsung di mana saja, yang jika ingin disederhanakan dapat disebutkan dalam setiap peristiwa yang memberikan pengalaman terhadap seseorang.
2.2 Hakikat Belajar Mengajar Hakikat belajar mengajar adalah sebagai berikut: a. Peristiwa belajar mengajar yang terjadi bila subjek didik secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru. b. Proses belajar mengajar yang efektif yang memerlukan strategis dan media atau teknologi pendidikan yang tepat. c. Program belajar mengajar yang dirancang untuk dimplementasikan menjadi suatu sistem. d. Proses dan produk belajar yang perlu memperoleh perhatian seimbang di dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. e. Proses belajar mengajar bermanfaat dalam pembentukan kompetensi professional yang memerlukan pengintegrasian. Fungsional antara teori dan praktik serta materi dan metode penyampaiannya.
2.3 Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan Kesehatan gigi Seperti halnya dalam proses belajar dalam pendidikan umum, proses belajar mengajar yang terjadi di dalam pendidikan kesehatan gigi merupakan kegiatan interaksi antara penyuluh dengan sasaran yang mempunyai tujuan tertentu. Untuk memperoleh hasil yang optimal, proses belajar mengajar harus dilaksanakan dengan sadar, disengaja, serta terorganisasi dengan baik. Secara sederhana dalam kegiatan PKG (Pendidikan Kesehatan Gigi) paling tidak ada tiga komponen, yaitu sasaran, tujuan, dan penyuluhan kesehatan. a. Sasaran yang terus berusaha mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui berbagai kegiatan (belajar) guna mencapai tujuannya sesuai dengan tahapan perkembangan yang dijalaninnya. b. Tujuan (ialah apa yang akhirnya diharapkan tercapai setelah adanya kegiatan belajarmengajar), yang merupakan seperangkat tugas atau tuntunan atau kebutuhan yang harus dipenuhi atau sistem nilai yang harus tampak dalam perilaku dan merupakan karateristik keperibadian sasaran yang seharusnya diterjemahkan ke dalam berbagai bentuk kegiatan yang terencana dan dapat dievaluasi (terukur).
c. Penyuluh kesehatan (ialah orang dewasa yang karena jabatannya secara formal) selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat (mengajar) sehingga memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar (learning expearences pada diri siswa, dengan mengerahkan segala sumber (learning resources) dan menggunakan strategi belajar mengajar (teaching-learning stategy) yang tepat (appropriate).
Ada beberapa teori belajar yang dapat digunakan dalam penyampaian proses belajar mengajar antara lain teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi. Dari aliran ini menurut Sadirman (2000) ada dua teori yang sangat terkenal, yaitu teori connectionism dari Thorndike dan teori conditioning dari Pavlov. 1. Teori connectionism Menurut Thorndike, dasar dari belajar itu ialah asosiasi antar kesan panca indera dengan impuls untuk bertindak. Asosiasi seperti ini dinamakan connecting atau dengan kata lain konsep dasar dari teori ini adalah hubungan antara rangsangan dan tanggapan ini akan terjadi suatu hubungan yang erat apabila sering dilatih. Berkat latihan yang terus menerus, kita akan menjadi terbiasa. Contoh, kalau kita terus menerus memberikan contoh dan menyuruh anak untuk menyikat gigi sebelum tidur, anak akan terbiasa untuk menyikat gigi terlebih dahulu sebelum tidur.
2. Teori conditioning Seseorang yang terbiasa menerima rangsangan tertentu, akan menghasilkan tanggapan tertentu yang terwujud dalam tingkah laku serta tertentu pula
2.4 Faktor-faktor Pengaruhi Belajar Secara umum faktor yang mempengaruhi belajar terbagi atas dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. 2.4.1 Faktor intern yang mempengaruhi belajar Faktor intern adalah faktor yang ada di dalam diri individu. Faktor ini meliputi faktor jasmani dan psikologi. a. Faktor jasmani 1) Faktor kesehatan
Kesehatan merupakan faktor utama yang ikut menentukan atau mempengaruhi kegiatan belajar seseorang. Hal ini disebabkan jika seseorang dalam keadaan sakit akan merasa cepat lelah, kurang semangat, mudah mengantuk. Karena itu harus mengusahakan agar kesehatan tetap terjamin dengan menjalankan keseimbangan belajar, bekerja, istirahat, makan, olah raga dan ibadah. 2) Faktor cacat tubuh Cacat tubuh adalah suatu keadaan kurang sempurna dari anggota tubuh baik bentuk maupun fungsinya termasuk panca indera. Misalnya lumpuh, tuli, buta, bisu. Cacat tubuh ini akan mempengaruhi proses belajar seseorang, contoh seseorang yang kurang pendengarannya akan sulit menerima pelajaran yang diberikan secara lisan. Seseorang yang terganggu pandangan matanya akan sulit membaca tulis di papan tulis.
b. Faktor psikologi 1) Intelegensi Yang artinya merupakan kecakapan untuk menyesuaikan diri, maupun menggunakan konsep-konsep yang abstrak serta mengetahui relasi / hubungan dengan cepat.
2) Perhatian Perhatian adalah tingkat kesungguhan siswa dalam memperhatikan hal /objek yang sedang dihadapi. Perhatian itu akan mempengaruhi belajar seseorang.
3) Minat Minat dapat diartikan sebagai suatu yang menjadi sumber identifikasi anak dengan keberadaan pribadinya. Minat menurupakan sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya. Minat merupakan kecendrungan yang sifatnya tetap atau konstan dalam memperhatikan dan mengulang suatu kegiatan. Perlu dipisahkan pengertian minat dengan senang. Bila seseorang melihat bahwa sesuatu yang menguntungkan orang tersebut akan berminat. Ini kemudian mendatangkan kepuasan. Namun apabila kepuasan berkurang, minat pun akan berkurang.
Sebaliknya kesenangan adalah minat yang sementara, jadi karena minat dan kesenangan terletak, pada keajengan (persistence) karena minat lebih bersifat tetap/ konstan dan jika tidak disalurkan akan padam. Pada semua usia minat meruapakan hal yang penting dalam kehiduapan seseorang dan ini akan berdampak pada sikap dan perilaku
4) Bakat Bakat diartikan kemampuan dalam belajar. Kemapuan ini akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Bakat ini juga ikut mempengaruhi belajar karena seseorang yang berbakat dalam bidang sesuatu akan lebih menguasai keterampilan itu dibandingankan mereka yang tidak berbakat
5) Motif Biasanya diartikan sebagai daya atau dorongan yang akan mempengaruhi perilaku seseorang, sehingga motif erat kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai
6) Kematangan Suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang yaitu saat alat atau organ tubuhnya siap melakukan sesuatu yang baru. Kematangan ini memang tidak sama pada setiap orang, ada anak yang tepat ketika berusia sembilan bulan sudah dapat berdiri. Ada pula yang ketika berusia sepuluh bulan, baru dapat melakukannya.
7) Kesiapan Kesiapan merupakan kesediaan untuk memberi respons/reaksi dari dalam diri seseorang dan ini ada hubungannya dengan tingkat kematangan seseorang.
2.4.2 Faktor ekstern a. Keluarga
Keluarga sebagai lembaga pendidikan yang utama dan yang pertama tidak dapat dipandang sebelah mata perannya dalam membangun / mempengaruhi anak dalam belajar. Orang tua sebagai orang yang sangat dekat dengan anak, akan sangat menentukan pula cara / prestasi belajar anak. Perhatian dan respons yang ditunjukkan orang tua turut menentukan cara belajar anak. Orang tua yang tidak acuh akan menyebabkan anak merasa tidak termotivasi untuk belajar. Sebaliknya, anak yang senantiasa diperhatikan oleh orang tua, disediakan keperluan-keperluan yang dibutuhkan untuk belajar akan menaruh minat dan perhatian yang lebih besar terhadap pelajarannya. Dalam mendidik anak sikap terbaik orang tua adalah sikap yang demokratis, tidak terlalu otoriter/terlalu keras dan sebaliknya tidak pula terlalu lembek atau gampang kasihan kepada anak. Dengan sikap demokratis seperti ini, anak tidak akan takut mengemukakan sikap atas setiap masalah yang dihadapi dalam belajar karena ia tahu bahwa orang tuanya akan memberi solusi dan bukan serta merta marah. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam keluarga adalah hubungan yang harmonis antara semua anggota keluarga. Yang menjadi kunci di sini adalah pola hubungan ayah dan ibu. Hubungan yang baik/harmonis antar ayah dan ibu biasanya akan diikuti pula oleh anak-anaknya. Kita tidak boleh lupa anak selain mendengar juga dapat melihat kenyataan hidup / kelakuan dari orang tuanya. Sikap yang kasar dari ayah terhadap ibu dan sebaliknya akan mempengaruhi sikap anak. Oleh karena itu, dikatakan lebih baik memberi teladan melalui sikap/perbuatan daripada kata-kata. Dengan kata lain, kata dan perbuatan harus seiring berjalan. Yang tidak kalah penting untuk diperhatikan oleh orang tua adalah kesehatian/ kesepakatan orang tua dalam mendidik anak.
Harus ada komitmen di antara orang tua mengenai apa yang dapat dilakukan oleh anak dan apa yang tidak boleh. Komitmen ini penting mengingat anak sebagai individu yang bertumbuh dan berkembang akan merasa bingung bila dihadapkan pada dua kenyataan yang berbeda. Misalnya anak mengemukakan keinginannya untuk mengikuti kursus musik. Ayah mengizinkan sedangkan ibu tidak.
Hal ini akan membuat anak bingung. Keputusan-keputusan yang tidak sejalan di antara orang tua dapat pula dimanfaatkan anak untuk tidak berdisplin terhadap aturan yang sebelumnya ditetapkan. Seperti telah dikemukakan diatas, hubungan yang penuh kasih dan pengertian akan mempengaruhi ketentraman dan jiwa anak di dalam belajar. Ini harus diantisipasi sebab bila anak sudah merasa tidak nyaman, tidak betah di rumah, besar kemungkinan akan mencari ketenangan/pergaulan di luar rumah yang apabila tidak dikontrol dapat mengakibatkan si anak salah jalan /salah bergaul. Suwarno, dalam buku pengantar umum pendidikan mengemukakan sifat-sifat pendidikan keluarga adalah pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialami oleh anak dan lembaga pendidikan yang bersifat kodrati.
b. Faktor sekolah Sekolah adalah lembaga formal yang di dalamnya terdapat kurikulum, guru, siswa, metode belajar, dan fasilitas yang diperlukan dalam melakukan kegiatan belajar. Kurikulum adalah sejumlah kegiatan yang sudah ditentukan./disiapkan untuk diberikan kepada siswa yang dalam penyampaiannya diperlukan metode dan media yang tepat. Penggunaan metode yang monoton, misalnya hanya metode ceramah akan membuat siswa bosan. Oleh karena itu, metode belajar sebaliknya digunakan secara bervariasi, antara metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Media yang digunakan juga disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam metode ceramah, misalnya sebaiknya digunakan OHP (Over Head Projector). Proses belajar mengajar berlangsung antara guru dengan siswa. Dalam proses ini tentunya terjadi hubungan timbal balik antar siswa dan guru.
Hubungan yang terjalin sebaiknya tidak kaku, guru dapat menempatkan diri secara tepat dan bijak, sehingga guru dapat mengetahui sampai sejauh mana pemahaman siswa akan materi yang disampaikan serta guru dapat pula mengetahui kelemahan siswa sekaligus penyebabnya. Guru yang tanggap dan bersahabat akan mendorong siswa untuk bersikap terbuka, dan ini penting untuk meningkatkan semangat belajar siswa dalam belajar. Siswa yang merasa tidak dianggap keberadaannya oleh guru cenderung bersikap apatis,
sebaliknya siswa yang merasa diperhatikan oleh guru akan lebih responsif terhadap guru sekaligus terhadap materi yang disampaikan.
Kedisplinan sekolah erat kaitannya dengan kerajinan siswa . Kedisplinan ini antara lain tercermin lewat ketaatan untuk mematuhi tata tertib sekolah seperti jam masuk sekolah, jam pulang sekolah, melakukan piket kelas, mengerjakan pekerjaan rumah, dan sebagainya. Sebagai contoh siswa yang datang terlambat atau yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah diberi hukuman. Hal seperti ini akan menanamkan displin dalam diri siswa, sehingga pada gilirinnya akan mempengaruhi pula sikap siswa dalam belajar. Fungsi sekolah sebagai lembaga yang bertujuan mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan sekaligus bertugas mengembangkan kepribadian anak secara menyeluruh.
c. Faktor masyarakat Faktor masyarakat dalam pembahasan ini meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul serta bentuk lain kehidupan masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat pada dasarnya akan memberi dampak positif dalam perkembangan selanjutnya, selama kegiatan tersebut dapat dijaga keseimbangan dengan kegiatan belajar. Bila tidak dapat menjaga keseimbangan antara belajar dengan kegiatan yang dilakukan dalam masyarakat, di masa datang akan merugikan. Selanjutnya mass media khususnya radio, surat kabar dan televisi dapat memberi pengaruh positif dan dapat pula memberi pengaruh negatif. Untuk menghindari agar siswa tidak sepantasnya didengar perlu adanya pengawasan dari orang tua atau orang lebih dewasa yang dapat dipercaya.
Bahkan jika mungkin dalam menyaksikan acara televisi sebaiknya anak didampingi sehingga orang tua atau orang dewasa yang mendampingi dapat menjelaskan dan meluruskan informasi yang ditonton / didengar. Teman bergaul, sebaiknya juga mendapat pengawasan dan pengarahan dari orang tua. Sebab ada kecenderungan yang sangat kuat antara sikap teman terhadap sikap anak. Teman yang rajin belajar akan mempengaruhi perilaku anak, sebaliknya teman bergaul yang suka bergadang dan malas dapat mempengaruhi sikap anak. Selanjutnya, bentuk kehidupan masyarakat tempat anak tinggal juga turut
berpengaruh terhadap sikap belajar anak. Lingkungan yang sebagian besar masyarakatnya pengganggur, pemabuk, penjudi tentunya kurang menguntungkan bagi perkembangan kepribadian anak maupun dalam sikap belajar anak.
2.5
Hubungan antara perkembangan dengan belajar Perkembangan (development) merupakan bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Ada pun faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah faktor genetis dan faktor lingkungan bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, suku bangsa. Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawan, sedangkan yang kurang baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan yang kurang baik atau terhambat. Hurlock mengemukakan beberapa perkembangan umun pada anak, antara lain : 1. Perkembangan Kreatifitas Kreatifitas secara umum dikatakan sebagai perbuatan yang berbeda atau penciptaan sesuatu yang baru. Kreatifitas tidak selalu membuahkan hasil yang dapat diamati dan dinilai sehingga kreatifitas dianggap sebagai suatu proses yang baru dalam hal gagasan. Kreatifitas akan berkembang bila didukung oleh lingkungan, khususnya faktor keluarga (orang tua) dan sekolah dan mendapat pengaruh yang baik dari orang tua dan sekolah dan kreatifitas biasanya akan sejalan dengan kecerdasan.
Sebaliknya kreatifitas akan terhambat bila orang tua terlalu otoriter dan sekolah terlalu kaku/ketat tidak mendukung perkembangan kreatifitas sehingga kecerdasan yang dimiliki seorang anak tidak diiringi dengan kreatifitas. Beberapa hal yang dapat meningkatkan kreatifitas anak adalah : a.
Waktu. Kegiatan anak sebaliknya jangan diatur sedemikian rupa sehingga waktu bermain yang tersedia sangat terbatas, untuk mencoba gagasan dan konsep serta bentuk yang baru.
b.
Kesempatan untuk menyendiri. Bila tidak mendapat tekanan dari kelompok sosial, anak dapat menjadi kreatif. Kehidupan imajinatif membutuhkan kesempatan menyendiri untuk mengembangkan imajinatif.
c.
Dorongan. Seorang anak tetap membutuhkan dorongan khususnya dari orang – orang yang dekat dengannya, misalnya orang tua, anggota keluarga dewasa lainya dan guru. Hindari ejekan atau kritik terhadap anak yang kreatif.
d.
Sarana. Sarana bermain atau belajar harus disediakan untuk mendukung proses kreatifitas.
e.
Lingkungan yang merangsang. Lingkungan rumah dan sekolah dapat merangsang kreatifitas melalu kegiatan bimbingan dan dorongan untuk menggunakan sarana yang telah disediakan.
f.
Orang tua yang tidak posesif. Orang tua yang bersikap wajar, tidak terlalu melindungi, akan medorong anak yang mandiri dan percaya diri.
g.
Cara mendidik anak. Cara mendidik yang demokratis dan permisif di rumah maupun di sekolah yang akan membangun kreatifitas anak sebaliknya cara mendidik yang otoriter dapat memadamkan kreatifitas anak.
h.
Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan. Semakin banyak pengetahuan yang diperoleh anak, semakin baik dasar untuk mencapai hasil yang kreatif.
2. Perkembangan Pengertian Pengertian lahir dari kematangan kemampuan intelektual anak dan dari pengetahuan yang diperoleh dari belajar dalam periode waktu yang panjang. Kematangan membuat anak siap untuk mengerti. Sebelum pengertian berkembang, otak dan susunan saraf anak harus berkembang atau dengan kata lain harus matang secara fungsional
Pengertian didasarkan pada konsep-konsep yang bukan hasil indera langsung melainkan hasil pengolahan. Konsep bersifat simbolis sebab bergantung pada sifat situasi yang dihadapi maupun situasi lain dari sifat benda. Konsep dapat berhubungan seperti “diatas”, “kapan”. Berikut ini beberapa penyebab konsep yang salah pada diri anak: a. Informasi yang salah, yang berasal dari tiga sumber, yaitu
(1) Pada masa anak-anak menerima jawaban yang salah dari orang tua mengenai pertanyaan yang diajukan karena orangtua mengabaikan anak atau menjawab secara tidak tepat, (2) Informasi yang salah dari saudara atau dari teman sebaya, (3) Media masa yang tidak dapat dipercaya atau kadaluarsa b. Pengalaman terbatas, yang akan menutup kemungkinan untuk menilai hal-hal secara akurat c. Mudah percaya, yang biasanya terjadi pada anak yang di besarkan secara otoriter, anak harus mendengar kemudian melakukan apa yang di perintah. Hal ini membuat anak yakin bahwa setiap orang yang lebih besar/dewasa pasti benar. d. Penalaran yang salah, dipengaruhi oleh kurangnya latihan dan kesempatan untuk menggunakan kemampuan. Kurangnya latihan dan kesempatan ini umumnya juga karena sikap otoriter orang tua atau guru di sekolah. e. Imajinasi yang hidup, yang lebih cepat berperan dibandingkan penalaran, sehingga anak cenderung merasa apa yang ada di benak atau apa yang mereka bayangkan akan benar-benar terjadi. Dari sudut pandang tugas perkembangan, prinsip-prinsip mengajar hendaknya disesuaikan dengan upaya pemenuhan tugas perkembangan peserta didik. Havinghurst sebagaimana dikutip oleh Makmun (2000) memperinci tugas perkembangan berikut ini. a.
Masa bayi dan masa kanak-kanak awal •
Belajar berjalan;
•
Belajar mengambil benda-benda padat;
•
Belajar berbicara;
•
Belajar menguasai benda;
•
Mempelajari perbedaan jenis dan perilakunya;
•
Mencapai stabilitas fisiologis;
•
Pembentukan konsep (pengertian) sederhana tentang realitas fisik dan sosial;
•
Belajar menciptakan hubungan dirinya secara emosional kepada orang tuanya, saudara-saudara, dan orang lain;
•
Belajar membedakan salah-benar dan pengembangan kata hati.
b. Masa kanak-kanak akhir dan anak sekolah
•
Belajar keterampilan fisik untuk pertandingan biasa sehari-hari;
•
Membentuk sifat yang sehat terhadap dirinya sebagai organisme yang sedang tumbuh kembang;
•
Belajar bergaul dengan teman-teman sebayanya;
•
Mempelajari peran sosial yang sesuai sebagai laki-laki atau perempuan;
•
Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung;
•
Mengembangkan konsep-konsep yang perlu bagi kehidupan sehari-hari;
•
Mengembangkan kata hati,moralitas, dan skala nilai-nilai;
•
Mencapai kehidupan pribadi;
•
Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan institusi-institusi sosial.
c. Masa remaja •
Mencapai hubungan-hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman-teman sebaya dari kedua jenis;
•
Mencapai suatu peranan sosial sebagai pria atau wanita;
•
Menerima dan menggunakan fisiknya secara efektif;
•
Mencapai kebebasan emosional dari orang tua dan orang lainya;
•
Mencapai kebebasan keterjaminan ekonomis ;
•
Memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan/jabatan;
•
Mempersiapkan diri bagi persiapan perkawinan dan berkeluarga;
•
Mengembangkan konsep-konsep dan keterampilan intelektual yang diperlukan sebagai warga negara yang kompeten;
•
Secara sosial menghendaki dan mencapai kemampuan bertindak secara bertanggung jawab;
•
Mempelajari dan mengembangkan seperangkat sistem nilai dan etika pegangan untuk bertindak.
d. Masa dewasa •
Memilih pasangan;
•
Belajar hidup dengan pasangan;
•
Memulai hidup dengan pasangan;
•
Memelihara anak;
•
Mengelola rumah tangga;
sebagai
•
Memulai bekerja;
•
Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara;
•
Menemukan suatu kelompok yang serasi
3. Perkembangan minat pada anak dan perkembangan kepribadian ➢
Ringkasan -
Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkunganya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
-
Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuan.
-
Hakikat belajar meliputi interaksi secara aktif antara subjek didik dengan lingkungan belajar yang diatur guru, memerlukan strategi dan media/teknologi pendidikan yang tepat rancangan program yang diimplementasikan sebagai suatu sistem perhatian yang seimbang dengan proses dan produk belajar dalam pelaksanaan kegiatan dan yang memerlukan pengimplementasian fungsional antara teori, praktik serta materi/metode penyampaianya untuk membentuk kompetensi professional.
-
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah 1. Faktor fisiologi 2. Faktor psikologis yang terdiri atas intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. 3. Faktor kesiapan meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat.
-
Pengembangan umum pada anak antara lain perkembangan kreativitas, perkembangan pengertian, perkembangan minat pada anak, dan perkembangan kepribadian. BAB III
PENDEKATAN METODE DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI
3.1 .Pendekatan Pendidikan Kesehatan Gigi
Pendekatan Pendidikan Kesehatan Gigi adalah cara-cara sumber pesan (penyuluh) berhubungan dengan sasaran (yang disuluh) pada waktu memberikan penyuluhan. Pendidikan kesehatan gigi dapat dilakukan dengan berbagai macam pendekatan, antara lain: 1.Pendekatan berdasarkan jumlah sasaran Pendekatan ada tiga macam: a. Penyuluhan individu/ perorangan Penyuluhan secara individual secara formal dapat dilakukan secara: Formal: -di Puskesmas kita melakukan chair side talk pada waktu memberikan penyuluhan. -Kunjungan ke rumah pada waktu kita dipanggil untuk memberikan pengobatan
Penyuluhan individual secara formal biasanya dilakukan dengan metode wawancara. Informal : Penyuluhan dilakukan di sela obrolan dan bersifat tidak resmi, misalkan : *Kunjungan ke rumah ( anjang sana ) *Obrolan di warung kopi *Obralan di kereta api
b. Penyuluhan kelompok yang dimaksud penyuluhan kelompok adalah sekumpulan individu yang mempunyai ciri-ciri khusus yaitu yang jumlah orangnya masih dapat diketahui dan siapa orang yang berkelompok itu masih dapat diketahui. Penyuluhan pada kelompok tersebut dapat dilakukan dengan cara : 1) Sengaja mengundang/mengumpulkan orang
Umumnya kelompok yang mempunyai ciri-ciri khusus dan dilakukan jika di daerah tersebut jarang ada pertemuan misalnya dalam : •
Kelompok Karang Taruna
•
Kelompok ibu-ibu PKK
2) Menyelipkan pada pertemuan yang sudah ada, misal dalam : •
pertemuan agama
•
pertemuan arisan di desa
Metode yang dapat digunakan ialah : *Ceramah dengan diskusi, ceramah dengan tanya jawab *Ceramah dengan diskusi dan demonstrasi dll
c. Penyuluhan massa Adalah penyuluhan yang diberikan sekaligus kepada orang yang jumlahnya tidak terhitung dan bisa terdiri atas berbagai macam kelompok
Cara sederhana dalam penyuluhan kelompok: 1. memasang poster/tulisan di tempat ramai atau di tempat banyak orang lewat 2. melalui tontonan/hiburan yang disenangi masyarakat setempat seperti wayang golek, layar tancap dan ketoprak 3. memasang pesan di gerobak/ kendaraan lain, lalu dibawa berkeliling desa
2. Pendekatan Berdasarkan Cara Penyampaian a.Penyuluhan tatap muka yaitu kelompok sasaran yang disuluh berhadapan langsung dengan penyuluh. Karena berhadapan langsung dengan kelompok sasaran, penyuluh mengetahui kebutuhan dan permasalahan kelompok sasaran
b. Penyuluhan non- tatap muka Pada penyuluhan ini, kelompok sasaran tidak secara langsung berhubungan dengan penyuluh.
Penyuluh berhubungan dengan kelompok sasaran dengan menggunakan media cetak seperti brosur, leaflet ataupun media non cetak berupa kaset, film dan sebagainya
c Penyuluhan campuran
Penyuluhan dilakukan dengan cara penggabungan antara penyuluhan tatap muka dan non tatap muka. Jadi dalam menyampaikan pesan, penyuluh selain bertatap muka secara langsung juga menggunakan media cetak atau non cetak sebagai pendukung. Penyuluhan dengan cara ini lebih efektif dan efisien karena isi pesan dapat diterima dengan jelas
3. Pendekatan Berdasarkan Sifatnya a. Penyuluhan dengan teknik persuasi (ajakan) adalah penyuluhan yang dilakukan dengan cara menunjukkan manfaat suatu program dan kerugiannya bila tidak mengikuti program tersebut, sehingga kelompok sasaran menyadari akan manfaat dari suatu program dan termotivasi untuk melaksanakannya
b. Penyuluhan dengan teknik simulasi (rangsangan) adalah suatu teknik penyuluhan dengan cara penyuluh merangsang kelompok sasaran dengan pemberian hadiah dukungan atau perlombaan sehingga kelompok sasaran mau melaksanakan program yang ditawarkan
c. Penyuluhan dengan teknik riak air adalah teknik penyuluhan dengan cara penyuluh merangsang kelompok sasaran dengan pemberian hadiah dukungan atau perlombaan sehingga kelompok sasaran mau melaksanakan program yang ditawarkan
d. Penyuluhan dengan teknik tempat strategis adalah teknik penyuluhan dengan cara penyelenggaraan penyuluhan di tempat-tempat yang strategis dan banyak dikunjungi oleh kelompok sasaran
e. Penyuluhan dengan teknik paksaan sosial adalah teknik penyuluhan dengan pemberian ancaman ringan kepada kelompok sasaran jika tidak mau melaksanakan suatu program tanpa alasan yang jelas
3.1 Pemilihan Metode Penyuluhan Dalam proses penyampaian materi penyuluhan kepada sasaran maka pemilihan metode yang tepat sangat membantu pencapaian usaha mengubah tingkah laku sasaran. Pada garis besarnya hanya ada dua jenis metode dalam penyuluhan kesehatan gigi yaitu:
1. One way methode Metode ini menitikberatkan pendidik yang aktif, sedangkan pihak sasaran tidak diberi kesempatan untuk aktif. Yang termasuk metode ini antara lain: a.metode ceramah b.siaran melalui radio c.pemutaran film/ terawang (slide) d.penyebaran selebaran e.pameran
2. Two way methode Metode ini menjamin adanya komunikasi dua arah antara pendidik dan sasaran Yang termasuk metode ini adalah : a.wawancara, b.demonstrasi, c.simulasi, d.curah pendapat, e.permainan peran (roll playing), dan f.tanya jawab
1.a Ceramah Pengertian Ceramah adalah salah satu cara pendidikan kesehatan yang di dalamnya kita menerangkan atau menjelaskan sesuatu secara lisan disertai dengan tanya jawab, diskusi, dengan sekelompok pendengar serta dibantu dengan beberapa alat peraga yang dianggap perlu.
Ceramah adalah cara penyajian informasi yang dilakukan pengajar dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap pendengar atau sasaran.
Ceramah adalah suatu cara penyampaian informasi, fakta, pengetahuan atau masalah dari fasilitator atau tutor kepada sasaran yang dilakukan secara langsung antara penceramah dengan pendengar atau secara tidak langsung melalui kaset suara,TV,radio dan sebagainya untuk mencapai tujuan belajar tertentu
Dari ketiga pengertian tersebut dapat kita simpulkan, ceramah adalah salah satu cara penyampaian informasi secara lisan kepada sasaran yang dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung
2. Metode Ceramah dapat digunakan jika: * tujuan belajar yang ingin dicapai berkenaan dengan ranah kognitif * isi atau pesan belajar bersifat informatif * waktu yang terbatas, jumlah sasaran yang relatif besar dan fasilitas belajar yang terbatas
3. Keuntungan menggunakan metode ceramah *murah dan mudah mengunakannya *waktu yang diperlukan dapat dikendalikan oleh penyuluh *mempunyai sifat yang luwes *tidak perlu banyak menggunakan alat bantu atau alat peraga *penyuluh dapat menjelaskan dengan menekankan bagian yang penting
4. Kekurangan menggunakan metode ceramah *Dapat menimbulkan kebiasaan yang kurang baik yaitu sifat pasif, kurang aktif untuk mencari dan mengelola informasi jika sering digunakan *Hanya sedikit penyuluh yang dapat menjadi pembicara yang baik *Bahan ceramah sering tidak sesuai karena seringkali bahan ceramah yang diberikan adalah apa yang diingat dan bukan apa yang harus diketahui oleh sasaran *Tidak semua sasaran mempunyai daya tangkap yang sama *Sulit mendapat umpan balik dari sasaran *Sering menimbulkan verbalisme pada sasaran, sasaran dapat mengucapkan kata tetapi tidak mengetahui apa artinya
*Sering menimbulkan salah paham karena sasaran salah mengartikan uraian arti penyuluh *Ceramah dalam waktu yang lama dapat membosankan sehingga sering mengganggu konsentrasi berpikir sasaran
5. Ciri khas ceramah *Ada sekelompok pendengar yang sudah dipersiapkan *Ada ide yang akan disampaikan secara lisan *Pendengar mempunyai kesempatan bertanya yang harus dijawab oleh penceramah *Untuk menjelaskan sesuatu dengan lisan dapat digunakan alat peraga
6 .Langkah-langkah penggunaan metode ceramah Proses penggunaan metode ceramah dapat ditempuh langkah-langkah berikut sebagai pedoman; *Persiapkan tujuan yang akan dicapai *Tentukan siapa yang yang akan mendengarkan ceramah *Tentukan dan kuasai materi yang akan disampaikan *Siapkan alat peraga yang akan digunakan *Tentukan siapa yang akan diundang dan persiapkan undangan *Siapkan bahan yang mungkin akan dibagikan, misalnya leaflet
7. Pelaksanaan ceramah *Pertama kali kita memperkenalkan diri, mengemukakan maksud dan tujuan serta harapan yang ingin dicapai *Jelaskan secara sistematis isi ceramah yang akan diberikan *Suara harus cukup keras dan berirama atau turun naik sehingga tidak membosankan bagi yang mendengarkan *Dapat diselingi dengan humor segar *Untuk memperjelas materi yang belum jelas, digunakan alat peraga yang tepat dan benar *Buatlah suasana ceramah tersebut menyenangkan *Berikan waktu setiap tiga menit bagi sasaran untuk mengajukan pertanyaan *Gunakan bahasa yang mudah dipahami
*Jawablah pertanyaan dengan meyakinkan *Jadikanlah setiap pertanyaan sebagai bahan diskusi *Ketika akan mengakhiri ceramah buatlah tinjauan kembali *Setelah selesai ceramah, beramah tamahlah dahulu dengan para pendengar
2.b. Demonstrasi Demonstrasi adalah suatu cara penyajian pengertian atau ide yang dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan, atau menggunakan suatu prosedur. Demonstrasi adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran/penyuluhan dengan cara mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu atau mempertunjukkan suatu proses Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa demonstrasi adalah salah satu cara menyajikan informasi dengan cara mempertunjukkan secara langsung objeknya atau menunjukkan suatu proses atau prosedur. Penyajian ini disertai penggunaan alat peraga dan tanya jawab. Biasanya demonstrasi diberikan kepada kelompok individu yang tidak terlalu besar jumlahnya
1. Tujuan *memperlihatkan kepada kelompok bagaimana cara membuat sesuatu dengan prosedur yang benar, misal memperlihatkan bagaimana cara membersihkan gigi dan gusi yang benar, alat dan bahan apa yang dipergunkan, bentuk dan tipenya, dan bagaimana cara menggunakannya *Meyakinkan kepada kelompok bahwa ide baru tersebut bisa dilaksanakan setiap orang *Meningkatkan minat orang untuk belajar, dan mencoba sendiri denan prosedur yang di demonstrasikan. Biasanya yang ditunjukkan adalah cara-caranya atau teknik yang baru
2. Keuntungan *Dengan demonstrasi proses penerimaan sasaran terhadap materi penyuluhan akan lebih berkesan secara mendalam sehingga mendapatkan pemahaman atau pengertian
yang lebih baik dan sempurna, terlebih-lebih bila para peserta dapat turut serta secara aktif melakukan demonstrasi . Dapat mengurangi kesalahan dibandingkan membaca atau mendengar karena persepsi yang jelas diperoleh dari hasil pengamatan *Benda-benda yang digunakan benar-benar nyata sehingga hasrat untuk mengetahui lebih dalam dan rinci dapat dikembangkan *Peragaan dapat diulang dan dicoba oleh peserta *Dengan mengamati demonstrasi, masalah atau pertanyaan yang ada dapat terjawab
3. Kerugian * Demonstrasi merupakan metode yang tidak efektif apabila alat atau benda yang diperagakan termasuk alat berat atau tidak dapat diamati dengan jelas karena agak rumit, atau jumlahnya terbatas sehingga hanya beberapa orang yang mempunyai kesempatan untuk mempraktikannya * Apabila bendanya kecil, benda itu hanya dapat dilihat secara nyata oleh beberapa orang yang berdekatan dengan pembicara * Kurang cocok untuk jumlah peserta yang banyak
4.Pelaksanaan Dalam melaksanakan demonstrasi agar mendapatkan tujuan yang maksimal perlu ditempuh tahap-tahap sebagai berikut: @ Persiapan *Merumuskan dengan jelas maksud dan tujuan yang ingin dicapai *Menentukan materi yang akan didemonstrasikan *Menetapkan garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan *Menentukan sasaran *Memperhitungkan jumlahnya apakah memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas
* Menentukan alat peraga atau alat-alat yang akan digunakan dalam demonstrasi yang dianggap menarik dan cocok *Mengecek kembali secara keseluruhan persiapan serta peralatan yang sudah disediakan
@Pelaksanaan
*Menciptakan suasana akrab dengan menampilkan sikap yang ramah dan dapat dipercaya *Menjelaskan materi yang akan didemonstrasikan memperkenalkan nama dan bagianbagian penting dari alat tersebut dan memberi contoh bagaimana cara pemakaian atau penggunaannya *Memberikan tekanan pada hal-hal yang dianggap penting dengan cara mengulang-ulang *Memberikan kesempatan menjawab pertanyaan *Memberikan kesempatan kepada para hadirin untuk mengulang apa yang telah diinformasikan *Mengatur tempat sehingga peserta dapat melihat dan meraba atau mencoba sendiri. *Meletakkan alat-alat yang akan diperagakan di tempat yang dapat terlihat secara jelas
2.c. Simulasi Simulasi berasal dari kata Simulate yang berarti “pura-pura” atau dibuat seolah-olah seperti yang sebenarnya dan simulation artinya “tiruan” atau “perbuatan pura-pura” Simulasi adalah metode penyuluhan yang dalam pelaksanaannya penyuluh dapat melakukan suatu kegiatan belajar mengajar yang berorientasi pada penghayatan keterampilan aktualisasi dan praktik dalam situasi secara keseluruhan atau sebagian merupakan tiruan dari situasi sebenarnya. Sesuai dengan tujuan belajarnya di dalam metode ini, seseorang dapat bertingkah laku seperti orang lain, dengan tujuan agar orang tersebut dapat mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu
Macam-macam SIMULASI : *Peer Teaching *Sosiodrama *Simulasi Games
2.d. Curah Pendapat Bila dilihat dari arti kata, curah berarti “memindahkan” sesuatu dengan deras, dan pendapat berarti “ungkapan hasil pemikiran”. Jadi pengendalian curah pendapat adalah pengungkapan atau pemberian pendapat, gagasan, ataupun ide secara cepat (spontan)
1. Metode Curah Pendapat dapat digunakan dalam penyuluhan bila, *tujuan yang hendak dicapai berhubungan dengan kemampuan kognitif
*penyuluh ingin mengetahui dan menyamakan persepsi kelompok sasaran terhadap permasalahan yang akan dibahas *kelompok sasaran tidak lebih dari 30 orang
2.Kemampuan yang diharapkan dari penyuluh jika ingin menggunakan metode curah pendapat adalah : *menguasai prosedur teknik curah pendapat *memahami tujuan dan materi penyuluhan *membuat pernyataan yang sesuai dengan tujuan pada saat melaksanakan curah pendapat
3. Peran fungsi penyuluhan dalam curah pendapat adalah sebagai : *penyaji *pembimbing *perancang
Setiap penyuluhan yang menggunakan metode curah pendapat harus mampu menerapkan urutan langkah yang benar agar pemahaman kelompok sasaran terhadap materi penyuluhan benar dan kuat, sehingga tujuan penyuluhan dapat tercapai 4. Langkah-langkah di bawah ini dapat dipergunakan sebagai pegangan penyuluh dalam metode curah pendapat: *Penyuluh memahami tujuan dan materi penyuluhan *Memahami karakteristik kelompok sasaran *Menyiapkan media, tata ruang,dan perlengkapannya *Menyajikan media, tata ruang, dan perlengkapannya
*Menyajikan topik dan proses curah pendapat *Menghimpun dan menulis pendapat *Membahas pendapat * Menyimpulkan dan menegaskan hasil curah pendapat
5. Keuntungan *memotivasi kelompok sasaran untuk aktif mengemukakan pendapat
*memotivasi kelompok sasaran untuk berpikir cepat, spontan dan kritis *dalam waktu singkat dan serentak penyuluh dapat mengetahui persepsi kelompok sasaran *Pada kelompok sasaran tercipta saling bertukar pengalaman/saling belajar melalui pendapat yang dilontarkan
6. Kelemahan *Pendapat yang dikemukakan sangat beragam sehingga sulit mendapatkan kesatuan pendapat *Kadang-kadang diperlukan waktu lama untuk mendapatkan analisis yang tajam
2.e. Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah proses interaksi warga belajar yang berisi pertanyaanpertanyaan yang diajukan dan jawaban-jawaban dari topik belajar tertentu untuk mencapai tujuan belajar
Metode tanya jawab tepat digunakan bila; a.Tujuan belajar bersifat kognitif b.Hendak mengukur tingkat pemahaman warga belajar c.Untuk memperoleh masukan dari warga belajar d.Hendak mengarahkan pola pikir atau melatih warga belajar, berani mengemukakan pendapat secara sistematis e.Jumlah warga belajar tidak melebihi 30 orang
Kemampuan yang harus dimiliki fasilitator adalah : a. Menguasai prosedur tanya jawab b. Memahami tujuan belajar yang ingin dicapai c. Memiliki wawasan topik tanya jawab d. Memahami karakteristik warga belajar seperti adat istiadat dan agama
Di dalam penyuluhan, sasaran biasanya dibagi dua sebagai berikut; a. Sasaran langsung adalah kelompok yang langsung dikenai program pendidikan kesehatan gigi, misalnya murid-murid SD. Sasaran pada murid-murid SD juga perlu diperhatikan kelompok umurnya. Menurut Oshwald Kroh (teori perkembangan), anak-anak usia 6 – 8 tahun sekitar SD kelas 1 – 2 masih dipengaruhi fantasi menjadi kenyataan dicampur baur dengan fantasi, sedangkan usia 8 – 10 tahun sekitar kelas 3 – 4 adalah masa berpikir naif dan nyata atau masa mengumpulkan ilmu pengetahuan; dan usia 10 – 12 tahun adalah masa berpikir kritis dan nyata. Pengetahuan yang diberikan perlu disesuaikan dengan kelompok sasaran sehingga pesan yang diberikan dapat efektif. Hal-hal yang ada pada sasaran ini perlu diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan di dalam memilih metode untuk menyampaikan pendidikan kesehatan gigi
b. Sasaran tidak langsung yaitu kelompok yang menjadi sasaran antara, seperti orang tua murid SD dan guru, karena perilaku mereka mempunyai pengaruh besar pada anakanak atau murid-muridnya
Peran fasilitator antara lain sebagai berikut: a.Perancang Perkembangan usia Anak dan metode penyuluhan yang sesuai Masa anak pra – Sekolah *Usia 0 – 3 tahun Bahwa seorang anak dilahirkan tanpa membawa bekal pengertian akan apa yang baik dan yang tidak baik, dalam lingkungan di mana anak hidup. Pada masa ini, usia anak masih sangat muda, tingkah laku yang ditunjukkan hampir sepenuhnya dikuasai oleh dorongan naluriah.
Pada masa ini, anak melihat orang tua sebagai otoritas yang mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. Apa yang ditentukan oleh orang tua harus dituruti oleh anak. Menyadari ini, orang tua berperanan besar dalam membimbing dan mengarahkan tingkah laku anak. Apabila pada anak telah ditanamkan disiplin yang teratur, maka pada usia 3 tahun anak akan mengetahui perbuatan apa yang diperbolehkan karena itu benar, dan perbuatan apa yang tidak disetujui karena itu salah. Untuk ini maka kita sebagai penyuluh sangat perlu menyesuaikan metode bagi sasaran usia sebayanya
*Usia 1,5 - 3 tahun Anak merasa bebas dan ingin melakukan sendiri karena memang sudah bisa. Ia mulai melatih diri, mencoba kemampuan dan kemauannya. Kalau anak sudah bisa menguasai lingkungannya, merasa senang maka akan berkembang sikap dan kemampuan yang mengarah pada tumbuhnya rasa tanggung jawab. Masa ini disebut juga masa kanak-kanak awal, terbentang antara umur 2 – 6 tahun. Beberapa ciri perkembangan pada masa ini adalah : a) Perkembangan motorik dengan bertambah matangnya perkembangan otak yang mengatur sistem syaraf otak (neuro-muskuler) memungkinkan anak-anak usia ini lebih lincah dan aktif bergerak. Dengan meningkatnya usia nampak perubahan dari gerakan kasar mengarah ke gerakan yang lebih halus yang memerlukan kecermatan dan kontrol otot-otot serta koordinasi. Keterampilan dan koordinasi gerakan harus dilatih dalam hal kecepatannya, ketepatannya dan keluwesannya.
Beberapa permainan dan alat bermain yang sederhana seperti kertas koran, kubus, bola, balok titian, tongkat dapat digunakan untuk membantu memperkembangkan aspek motorik ini * Usia 3 – 5 tahun Pada masa ini anak dihadapkan pada lingkungan hidup yang lebih luas. Bisa melepaskan diri secara bebas dari lingkungan hidup orang tua, tidak lagi tergantung, melainkan sudah mempunyai inisiatif untuk melakukan sesuatu.
Orang tua perlu membiarkan tingkah laku anak yang masih dalam batas-batas dapat diterima atau yang sesuai dengan dasar yang ada dan ditentukan. Peranan orang tua sangat besar dalam mendisiplin anak untuk berbuat baik. Dengan adanya rangsangan-rangsangan dari orang tua untuk anak berbuat baik, diharapkan bahwa pada anak dapat tertanam nilai—nilai moral yang baik. Dan menghindari perbuatanperbuatan yang dapat mendatangkan hukuman. Untuk ini sangat perlu dan menyesuaikan metode penyuluhan misalnya cara menyikat gigi yang baik dan benar
*Usia 5 – 7 tahun Anak mulai memperkembangkan disiplin diri dan menyadari bahwa tingkah laku yang sesuai dengan norma lingkungannya harus sering dilakukan karena hal itu akan menyenangkan orang lain dan dirinya sendiri.
*Usia 7 -12 tahun Banyak ahli menganggap masa ini sebagai usia kelompok (gang-age) di mana anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan intim dalam keluarga ke kerjasama antar teman dan sikap-sikap terhadap kerja atau belajar. Pada masa ini anak sering gagal dan merasa cemas, akan tumbuh rasa rendah diri, sebaliknya bila ia tahu tentang bagaimana dan apa yang perlu dikerjakan dalam menghadapi tuntutan masyarakat nya dan ia berhasil mengatasi masalah dalam hubungan teman dan prestasi sekolahnya. Pada usia ini atau sebelumnya anak merumuskan “tingkah laku baik” sebagai suatu tindakan yang khusus seperti patuh pada ibu, dan tingkah laku buruk sebagai tidak melakukan tindakan-tindakan di atas, maka pada usia 8-9 tahun, konsep-konsep mereka bertambah luas dan umum. Pada masa-masa ini orang tua harus menjelaskan alasan-alasan sesuatu perbuatan yang dilarang dengan mengajak memikirkan bersama. Pada waktu berbicara dengan anak harus memperhatikan persiapan pada anak, artinya anak tidak lagi merasa kesal, kecewa atau ditekan dan juga pada orang tua tidak lagi dikuasai oleh emosi. Orang tua harus terus menerus memberikan contoh untuk dijadikan model dari tingkah laku yang diharapkan. Mengingatkan perbuatan yang salah tanpa tekanan dan emosi sambil menunjukkan apa yang sebaiknya dilakukan akan sangat banyak manfaatnya dalam menghadapi anak pada masa perkembangan ini. Semakin orang tua berhasil memperkuat disiplin diri sehingga sudah menjadi sebagian dari tingkah laku yang biasa dilakukan, semakin kecil kemungkinan mudah dipengaruhi oleh rangsang-rangsang yang tidak sesuai dari luar. Kalau dasar yang kuat sudah tertanam dan mengakar pada kepribadiannya, ia tidak mudah goyah untuk berubah. Disiplin dalam hal ini bukan maksudnya disiplin diri yang kaku melainkan disiplin yang mengikuti norma yang berakibat positif untuk pribadinya, dan tidak
merugikan orang lain serta mengikuti tata cara kehidupan dengan baik agar selalu serasi dengan lingkungan hidupnya.
Pada usia 10 -12 tahun, anak sudah dapat mengetahui dengan baik alasan-alasan atau prinsip yang mendasari suatu peraturan. Pada masa ini anak terdapat dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Orang tua yang penuh kasih dan pengertian akan anak-anaknya, yang tidak lagi terlalu bersikap otoriter seperti sikapnya terhadap anak-anak yang lebih kecil, serta yang selalu menunjukkan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari, diharapkan dapat mencegah anak dari berbuat hal yang tidak baik. Ada baiknya untuk penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, anak mulai diajarkan bagaimana mengatur pola makan yang sehat atau mengenali kebiasaan – kebiasaan yang buruk yang dapat merusak gigi ( menggigit pinsil, berpangku tangan dll ).
Menetapkan metode dan alat bantu ajar Pada tahapan ini perlu dipilih metode dan alat bantu ajar yang sesuai dengan sasaran sehingga PKG ini dapat menghasilkan perubahan perilaku dari sasaran. Contoh metode alat bantu ajar, dan media yang diberikan pada sasaran kelompok sekolah adalah sebagai berikut : Untuk murid-murid SD, masing-masing kelompok umur dibedakan metode, alat bantu dan media pendidikan kesehatan gigi yang sesuai dengan kemampuan berpikirnya. Dalam hal ini metode ceramah masih merupakan pilihan dengan modifikasi sesuai kelompok umur. Metode ceramah merupakan metode yang paling umum untuk berbagi pengetahuan dan fakta kesehatan.
Metode ceramah akan berhasil bila penceramah menguasai materi dan membawa alat-alat bantu pengajaran seperti slide, flip chart dan sebagainya. Sesuai dengan teori perkembangan di atas maka pembagian kelompoknya adalah sebagai berikut; a. Kelompok 6-8 tahun sekitar kelas I-II menggunakan metode ceramah dimodifikasi dengan bercerita /dongeng, bermain, dan bernyanyi, contohnya adalah sebagai berikut 1) Berceramah ringan dengan dibantu flip chart/slide/poster mengenai bentuk gigi, fungsi gigi susu dan gigi tetap, waktu yang tepat untuk menyikat gigi, serta dibantu
alat peraga lain seperti model gigi dan sikat giginya untuk melatih menyikat gigi yang benar
2) Bercerita/ mendongeng dapat menggunakan tokoh-tokoh fantasi anak-anak yang dijagokan sebagai tokoh yang bergigi kuat dan sehat. Perbuatan yang dilakukan oleh tokoh dalam dongeng dimaksud untuk mengajar anak-anak cara bertingkah laku yang baik terhadap kesehatan gigi dan mulut. Tujuan bercerita untuk memberikan informasi dan gagasan serta mendorong anak untuk melihat perilaku dan norma mereka. Untuk mengetahui apakah cerita atau dongeng bermakna bagi anak-anak, perlu ditanyakan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan si tokoh. Sebagai contoh, mengapa gigi tokoh X sehat dan kuat, apakah anak-anak ingin seperti tokoh X, dan sebagainya 3) Bermain dengan menggunakan alat-alat permainan atau pun gambar-gambar mengenai makanan yang sehat dan tidak sehat untuk gigi 4) Bernyanyi lagu-lagu jenaka dengan mengganti lirik yang mudah diingat dengan tujuan untuk memberi gagasan kesehatan gigi kepada anak. Apabila lagunya menarik, anak-anak akan mudah mengingat nyanyian dan informasi yang dikandungnya, misalnya lagu “Bangun Tidur” atau lagu “Aku Gigi” akan lebih menarik lagi bila nyanyian tersebut diiringi dengan alat musik b.Kelompok 8 –10 tahun sekitar kelas III-IV menggunakan metode ceramah dimodifikasi dengan peragaaan. Contohnya adalah sebagai berikut; 1) Berceramah mengenai bagian-bagian mulut dan gigi, fungsi dan jenis gigi, plak, proses gigi berlubang, cara menyikat gigi dibantu dengan alat peraga model gigi dan sikat gigi 2) Memperagakan merupakan cara yang menyenangkan untuk saling tukar pengetahuan dan keterampilan. Peragaan membantu dan memberi kesempatan kepada anak untuk mempelajari dan melaksanakan keterampilan baru. Sebagai contoh peragaan cara menyikat gigi yang kemudian dilaksanakan bersama-sama atau penggunaan disclosing solution
c. Kelompok 10 – 12 tahun sekitar kelas V-VI menggunakan metode ceramah dimodifikasi dengan diskusi kelompok. Contohnya adalah sebagai berikut; 1) Berceramah mengenai fluor, plak penyebab gigi berlubang, proses penjalaran gigi berlubang gusi sehat, proses terjadinya penyakit gusi, perawatan gigi berlubang, dan penyakit gusi, dibantu dengan poster dan alat peraga lainnya
2) Diskusi kelompok, yaitu memecahkan permasalahan bersama dari topik dan pertanyaan yang diberikan oleh penceramah. Agar semua anggota berpartisipasi, formasi duduk diatur supaya dapat saling memandang
Untuk dapat menguasai sasaran, penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut; a. Yakinkan presentasi tepat waktu dan tidak terlalu lama b. Jangan memulai presentasi sebelum sasaran siap untuk mendengarkan c. Jangan bergantung pada catatan d. Bersikap dan berpenampilan meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah e. Bersuara cukup keras dan jelas f. Menggunakan bahasa yang dimengerti oleh sasaran, disarankan menggunakan bahasa daerah setempat g. Pandangan harus tertuju ke seluruh pendengar h. Berdiri di depan dan tidak boleh duduk i. Menggunakan alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin j. Mengantisipasi masalah, misalnya ada kerusakan pada alat bantu k. Memancing pertanyaan agar terjadi partisipasi sehingga terjadi kontak dua arah
Dalam mengembangkan alat bantu lihat atau strategi interaktif lain pada saat presentasi, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut; a. Yakinkan bahwa semua orang dapat melihat demonstrasi, poster atau alat bantu lain b. Bila menggunakan alat peraga yang diperlihatkan ke semua orang, pastikan semua mendapat giliran c. Jangan mendemonstrasikan cara menyikat gigi atau hal lain hanya dengan cara lisan d. Yakinkan sasaran memulai latihan bersama
Menetapkan waktu dan tempat
Waktu yang ditetapkan dalam perencanaan sangat bergantung dengan jenis perencanaan yang dibuat serta kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan. Sebagai contoh, waktu pemberian pendidikan kesehatan gigi pada murid-murid SD harus disesuaikan dengan agenda sekolah sehingga perlu diperhatikan masa evaluasi hasil belajar, libur sekolah dan lain-lain. Untuk itu perlu koordinasi yang baik dengan pihak SD yang bersangkutan
BAB IV PERANAN KOMUNIKASI, PERILAKU DAN MOTIVASI DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI
4.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh banyak orang, jumlahnya sebanyak orang yang mendifinisikannya. Dari banyak pengertian tersebut jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan
(noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.
Gambar berikut menggambarkan apa yang dapat kita namakan model universal komunikasi. Ini mengandung elemen-elemen yang ada dalam setiap tindak komunikasi, terlepas dari apakah itu bersifat intrapribadi, antarpribadi, kelompok kecil, pidato terbuka, atau komunikasi masa. Konteks (Lingkungan Saluran/ media
Pesan Umpan balik
Sumber/
Sumber/
enkoder Penerima/
enkoder Gangguan
dekoder
Pesan
Penerima/ dekoder
Umpan balik
Saluran/ media
4.2. Komponen Komunikasi a. Lingkungan komunikasi Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga dimensi: a.1. Fisik, adalah ruang di mana komunikasi berlangsung yang nyata atau berwujud. a.2 Sosial-psikologis meliputi, misalnya tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau senda gurau a.3 Temporal (waktu) mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah di mana komunikasi berlangsung.
Ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi; masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Sebagai contoh, terlambat memenuhi janji dengan seseorang (dimensi temporal), dapat mengakibatkan berubahnya suasana persahabatan-permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan pemilihan rumah makan untuk makan malam (dimensi fisik). Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak perubahan lain. Proses komunikasi tidak pernah statis.
b. Sumber-Penerima Kita menggunakan istilah sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (atau pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar). Mengirimkan pesan ketika berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh. Dan menerima pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya. Tetapi, ketika mengirimkan pesan maka juga menerima pesan. Kita menerima pesan sendiri ( mendengar diri sendiri, merasakan gerakan sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh sendiri) dan menerima pesan dari orang lain (secara visual, melalui pendengaran, atau bahkan melalui rabaan dan penciuman). Ketika berbicara dengan orang lain, memandangnya untuk mendapatkan tanggapan (untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan, dan sebagainya).
Ketika menyerap isyarat-isyarat non-verbal ini, sekaligus adalah menjalankan fungsi penerima.
c. Enkoding-Dekoding Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau menulis) sebagai enkoding (encoding). Dengan menuangkan gagasangagasan kita ke dalam gelombang suara atau ke atas selembar kertas, kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu. Jadi, kita melakukan enkoding. Kita menamai tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding (decoding). Dengan menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas menjadi gagasan, adalah menguraikan kode tadi atau melakukan dekoding. Oleh karenanya kita menamai pembicara atau penulis sebagai enkoder (encoder), dan pendengar atau pembaca sebagai dekoder (decoder). Seperti halnya sumber-penerima, kita menuliskan enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa menjalankan fungsi-fungsi ini secara simultan ketika sedang berbicara (enkoding), maka juga menyerap tanggapan dari pendengar (dekoding). d. Kompetensi Komunikasi Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan anda untuk berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan Cupach, 1989). Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi (misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain). Pengetabuan tentang tatacara perilaku nonverbal (misalnya kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan fisik) juga merupakan bagian dari kompetensi komunikasi. Dengan meningkatkan kompetensi, akan mempunyai banyak pilihan berperilaku. Makin banyak tahu tentang komunikasi (artinya, makin tinggi kompetensi), makin banyak pilihan, yang dimiliki untuk melakukan komunikasi sehari-hari.
Proses ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan kata: Makin banyak kata diketahui (artinya, makin tinggi kompetensi perbendaharaan kata), maka makin banyak cara yang dimiliki untuk mengungkapkan diri.
e. Pesan Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indera kita. Walaupun biasanya kita menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata). Sebagai contoh, busana yang kita kenakan, seperti juga cara kita berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan. tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan komunikasi.
f. Saluran Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran, kita menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengarkan (saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali kita saling menyentuh, ini pun komunikasi (saluran taktil).
g. Umpan Balik Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan balik dapat berasal dari diri sendiri atau dari orang lain. Dalam diagram universal komunikasi tanda panah dari satu sumber-penerima ke sumber-penerima yang lain dalam kedua arah adalah umpan balik. Bila menyampaikan pesan misalnya, dengan cara berbicara kepada orang lain, adalah juga mendengar diri sendiri. Artinya, menerima umpan balik dari pesan diri sendiri. Mendengar apa yang dikatakan, maka akan merasakan gerakan, dan melihat apa yang ditulis.
Selain umpan balik sendiri ini, menerima umpan balik dari orang lain. Umpan balik ini dapat datang dalam berbagai bentuk: Kerutan dahi atau senyuman, anggukan atau
gelengan kepala, tepukan di bahu atau tamparan di pipi, semuanya adalah bentuk umpan balik.
h. Gangguan Gangguan (noise) adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Gangguan menghalangi penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima. Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik (ada orang lain berbicara), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala kita), atau semantik (salah mengartikan makna).
Tabel dibawah menyajikan ketiga macam gangguan ini secara lebih rinci. Macam
Definsi
Contoh
Fisik
Interferensi dengan Desingan mobil yang lewat, transmisi fisik isyarat dengungan komputer, kacamata atau pesan lain
Psikollogis
Interferensi atau mental
Semantik
Pembicaraan dan Orang berbicara dengan bahasa yang pendengar memberi berbeda, menggunakan jargon atau arti yang berlainan istilah yang terlalu rumit yang tidak dipahami pendengar
kognitif Prasangka dan bias pada sumberpenerima, pikiran yang sempit
Gangguan dalam komunikasi tidak terhindarkan. Semua komunikasi mengandung gangguan, dan walaupun kita tidak dapat meniadakannya samasekali, kita dapat mengurangi gangguan dan dampaknya. Menggunakan bahasa yang lebih akurat, mempelajari keterampilan mengirim dan menerima pesan nonverbal, serta meningkatkan keterampilan mendengarkan dan menerima serta mengirimkan umpan balik adalah beberapa cara untuk menanggulangi gangguan.
i. Efek Komunikasi
Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu atau lebih orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi. Sebagai contoh, mungkin ketika memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis, melakukan sintesis, atau mengevaluasi sesuatu; ini adalah efek atau dampak intelektual atau kognitif.
Kedua, mungkin dengan memperoleh sikap baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan anda; ini adalah dampak afektif. Ketiga, mungkin memperoleh cara-cara atau gerakan baru seperti cara melemparkan bola atau melukis, selain juga perilaku verbal dan noverbal yang patut; ini adalah dampak atau efek psikomotorik.
j. Etik dan Kebebasan Memilih Karena komunikasi mempunyai dampak, maka ada masalah etik di sini. Karena komunikasi mengandung konsekuensi, maka ada aspek benar-salah dalam setiap tindak komunikasi. Tidak seperti prinsip-prinsip komunikasi yang efektif, prinsipprinsip komunikasi yang etis sulit dirumuskan. Seringkali kita
dapat mengamati dampak komunikasi, dan berdasarkan
pengamatan ini, merumuskan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif. Tetapi, kita tidak dapat mengamati kebenaran atau ketidakbenaran suatu tindak komunikasi.
Dimensi etik dari komunikasi makin rumit karena etik begitu terkaitnya dengan falsafah hidup pribadi seseorang sehingga sukar untuk menyarankan pedoman yang berlaku bagi setiap orang. Meskipun sukar, pertimbangan etik tetaplah merupakan bagian integral dalam setiap tindak komunikasi. Keputusan yang kita ambil dalam hal komunikasi haruslah dipedomani oleh apa yang kita anggap benar di samping juga oleh apa yang kita anggap efektif. Apakah komunikasi itu etis atau tidak etis, landasannya adalah gagasan kebebasan memilih serta asumsi bahwa setiap orang mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri.
Komunikasi dikatakan etis bila menjamin kebebasan memilih seseorang dengan memberikan kepada orang tersebut dasar pemilihan yang akurat. Komunikasi
dikatakan tidak etis bila mengganggu kebebasan memilih seseorang dengan menghalangi orang tersebut untuk mendapatkan informasi yang relevan dalam menentukan pilihan.
Oleh karenanya, komunikasi yang tidak etis adalah komunikasi yang memaksa seseorang; (1) mengambil pilihan yang secara normal tidak akan dipilihnya atau (2) tidak mengambil pilihan yang secara normal akan dipilihnya
Sebagai contoh, seorang pejabat rekruting perusahaan mungkin saja membesarbesarkan manfaat bekerja di perusahaan X dan dengan demikian mendorong untuk menentukan pilihan yang secara normal tidak akan anda ambil (jika saja anda mengetahui fakta-fakta sebenarnya). Dalam etik yang didasarkan atas kebebasan memilih ini, ada beberapa persyaratan. Kita mengasumsikan bahwa orang-orang ini sudah cukup umur dan berada dalam kondisi mental yang memungkinkan mereka melaksanakan pilihan secara bebas. Selanjutnya, kita mengasumsikan bahwa kebebasan memilih dalam situasi mereka tidak akan menghalangi kebebasan memilih orang lain. Sebagai contoh, anak-anak berusia 5 atau 6 tahun tidak akan siap untuk menentukan pilihan sendiri (memilih menu mereka sendiri, memilih waktu untuk tidur, memilih jenis obat), sehingga harus ada orang lain yang melakukannya untuk mereka. Begitu juga, seseorang yang menderita keterbelakangan mental membutuhkan orang lain untuk mengambilkan keputusan tertentu bagi mereka.
Di samping itu, situasi lingkungan kehidupan seseorang dapat membatasi kebebasan memilih ini. Sebagai contoh, anggota tentara seringkali harus melepaskan kebebasan memilih dan makan nasi bungkus, bukan roti keju, mengenakan seragam militer, bukan jins, lari pagi, bukan tidur.
Dengan menjadi tentara, seseorang setidak-tidaknya harus melepaskan sebagian hak mereka untuk menentukan pilihan sendiri. Akhirnya, kebebasan memilih yang kita miliki tidak boleh menghalangi orang lain untuk menentukan pilihan mereka sendiri.
Kita tidak bisa membiarkan seorang pencuri memiliki kebebasan untuk mencuri, karena dengan memberikan kebebasan ini kita menghalangi korban pencurian untuk menikmati kebebasan memilih mereka—hak untuk memiliki barang dan hak untuk merasa aman dalam rumah mereka.
4.3.Tujuan Komunikasi Ada empat tujuan atau motif komunikasi yang perlu dikemukakan di sini. Motif atau tujuan ini tidak perlu dikemukakan secara sadar, juga tidak perlu mereka yang terlibat menyepakati tujuan komunikasi mereka. Tujuan dapat disadari ataupun tidak, dapat dikenali ataupun tidak. Selanjutnya, meskipun. teknologi komunikasi berubah dengan cepat dan drastis (kita mengirimkan surat elektronika, bekerja dengan komputer, misalnya) tujuan komunikasi pada dasarnya tetap sama, bagaimanapun hebatnya revolusi elektronika dan revolusi-revolusi lain yang akan datang. (Arnold dan Bowers, 1984; Naisbit.1984). a. Menemukan Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal discovery) Bila anda berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar mengenai diri sendiri selain juga tentang orang lain. Kenyataannya, persepsi-diri anda sebagian besar dihasilkan dari apa yang telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang lain selama komunikasi, khususnya dalam perjumpaan-perjumpaan antarpribadi. Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain kita memperoleh umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku kita. Dari perjumpaan seperti ini kita menyadari, misalnya bahwa perasaan kita ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan orang lain. Pengukuhan positif ini membantu kita merasa "normal." Cara lain di mana kita melakukan penemuan diri adalah melalui proses perbandingan sosial, melalui perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai, dan kegagalan kita dengan orang lain. Artinya, kita mengevaluasi diri sendiri sebagian besar dengan cara membanding diri kita dengan orang lain. Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi, komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar—dunia yang dipenuhi objek, peristiwa, dan manusia lain.
Sekarang ini, kita mengandalkan beragam media komunikasi untuk mendapatkan informasi tentang hiburan, olahraga, perang, pembangunan ekonomi, masalah kesehatan dan gizi, serta produk-produk baru yang dapat dibeli. Banyak yang kita peroleh dari media ini berinteraksi dengan yang kita peroleh dari interaksi antarpribadi kita. Kita mendapatkan banyak informasi dari media, mendiskusikannya dengan orang lain, dan akhirnya mempelajari atau menyerap bahan-bahan tadi sebagai hasil interaksi kedua sumber ini.
b. Untuk berhubungan Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain (membina dan memelihara hubungan dengan orang lain). Kita ingin merasa dicintai dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan memelihara hubungan sosial. Anda berkomunikasi dengan teman dekat di sekolah, di kantor, dan barangkali melalui telepon. Anda berbincang-bincang dengan orangtua, anak-anak, dan saudara anda. Anda berinteraksi dengan mitra kerja
c. Untuk meyakinkan Media masa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita. Media dapat hidup karena adanya dana dari iklan, yang diarahkan untuk mendorong kita membeli berbagai produk. Sekarang ini mungkin anda lebih banyak bertindak sebagai konsumen ketimbang sebagai penyampai pesan melalui media, tetapi tidak lama lagi barangkali anda-lah yang akan merancang pesan-pesan itu—bekerja di suatu surat kabar, menjadi editor sebuah majalah, atau bekerja pada biro iklan, pemancar televisi, atau berbagai bidang lain yang berkaitan dengan komunikasi.
Tetapi, kita juga menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan antarpribadi sehari-hari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba cara diit yan baru, membeli produk tertentu, menonton film, membaca buku, rnengambil mata kuliah tertentu, meyakini bahwa sesuatu itu salah atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu, dan sebagainya. Daftar ini bisa sangat
panjang. Memang, sedikit saja dari komunikasi antarpribadi kita yang tidak berupaya mengubah sikap atau perilaku.
d. Untuk bermain Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, dan film sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula banyak dari perilaku komunikasi kita dirancang untuk menghibur orang lain (menceritakan lelucon mengutarakan sesuatu yang baru, dan mengaitkan cerita-cerita yang menarik). Adakalanya hiburan ini merupakan tujuan akhir, tetapi adakalanya ini merupakan cara untuk mengikat perhatian orang Iain sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan lain. Tentu saja, tujuan komunikasi bukan hanya ini; masih banyak tujuan komunikasi yang lain. Tetapi keempat tujuan yang disebutkan di atas tampaknya merupakan tujuantujuan yang utama. Selanjutnya tidak ada tindak komunikasi yang didorong hanya oleh satu faktor; sebab tunggal tampaknya tidak ada dunia ini. Oleh karenanya, setiap komunikasi barangkali didorong oleh kombinasi beberapa tujuan bukan hanya satu tujuan.
4.4 Prinsip- Prinsip Komunikasi Dalam pembahasan yang lalu kita mendefinisikan komunikasi dan menjelaskan beberapa komponen komunikasi. Selanjutnya kita akan menggali sifat atau hakikat atau karakteristik komunikasi dengan menyajikan delapan prinsip komunikasi. Memahami prinsip-prinsip ini sangat penting untuk memahami komunikasi dalam segala bentuk dan fungsinya sebagai berikut;
4.4.1.Komunikasi adalah paket isyarat Perilaku komunikasi, apakah ini melibatkan pesan verbal, isyarat tubuh, atau kombinasi dari keduanya, biasanya terjadi dalam "paket". Biasanya, perilaku verbal dan nonverbal saling memperkuat dan mendukung. Semua bagian dari sistem pesan biasanya bekerja bersama-sama untuk mengkomunikasikan makna tertentu. Kita tidak mengutarakan rasa takut dengan kata-kata sementara seluruh tubuh kita bersikap santai. Kita tidak mengungkapkan rasa marah sambil tersenyum. Seluruh
tubuh—baik secara verbal maupun nonverbal—bekerja bersama-sama untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan kita.
Dalam segala bentuk komunikasi, apakah antarpribadi, kelompok kecil, pidato di muka umum, atau media masa, kita kurang memperhatikan sifat paket dari komunikasi. Ia berlalu begitu saja. Tetapi bila ada ketidakwajaran---bila jabatan tangan yang lemah menyertai salam verbal, bila gerak-gerik gugup menyertai pandangan yang tajam, bila kegelisahan menyertai ekspresi nyaman dan santai—kita memperhatikannya. Selalu saja kita mulai mempertanyakan ketulusan, dan kejujuran orang yang bersangkutan.
4.4.2 Pesan yang kontradiktif Bayangkanlah seseorang yang mengatakan "Saya begitu senang bertemu dengan anda," tetapi. berusaha menghindari kontak mata langsung dan melihat kesanakemari untuk mengetahui siapa lagi yang hadir. Orang ini mengirimkan pesan yang kontradiktif. Kita menyaksikan pesan yang kontradiktif (juga dinamai "pesan berbaur" oleh beberapa penulis) pada pasangan yang mengatakan bahwa mereka saling mencintai tetapi secara nonverbal melakukan hal-hal yang saling menyakiti, misalnya datang terlambat untuk suatu janji penting, mengenakan pakaian yang tidak disukai pasangannya, menghindari kontak mata, atau tidak saling menyentuh.
Pesan-pesan tersebut ada juga yang mengatakan sebagai "diskordansi" (discordance) merupakan akibat dari keinginan untuk mengkomunikasikan dua emosi atas perasaan yang berbeda.
Sebagai contoh, anda mungkin menyukai seseorang dan ingin mengkomunikasikan perasaan positif ini, tetapi anda juga tidak menyukai orang itu dan ingin mengkomunikasikan
perasaan
negatif
ini
juga.
Hasilnya
adalah
anda
mengkomunikasikan kedua perasaan itu, satu secara verbal dan lainnya secara nonverbal.
4.4.3 Komunikasi adalah proses penyesuaian Komunikasi hanya dapat terjadi bila para komunikatornya menggunakan sistem
isyarat yang sama. Ini jelas kelihatan pada orang-orang yang menggunakan bahasa berbeda. Anda tidak akan bisa berkomunikasi dengan orang lain jika sistem bahasa anda berbeda. Tetapi, prinsip ini menjadi sangat relevan bila kita menyadari bahwa tidak ada dua orang yang menggunakan sistem isyarat yang persis sama.
Orang tua dan anak, misalnya, bukan hanya memiliki perbedaan kata yang berbeda, melainkan juga mempunyai arti yang berbeda untuk istilah yang mereka gunakan. Sebagian dari seni komunikasi adalah mengidentifikasikan isyarat orang lain, mengenali bagaimana isyarat-isyarat tersebut digunakan, dan memahami apa artinya. Mereka yang hubungannya akrab akan menyadari bahwa mengenali isyaratisyarat orang lain memerlukan waktu yang sangat lama dan seringkali membutuhkan kesabaran. Jika kita ingin benar-benar memahami apa yang dimaksud seseorang, bukan sekadar mengerti apa yang dikatakan atau dilakukannya, kita harus mengenal sistem isyarat orang itu.
4.4.4 Komunikasi mencakup dimensi isi dan hubungan Komunikasi, setidak-tidaknya sampai batas tertentu, berkaitan dengan dunia nyata atau sesuatu yang berada di luar (bersifat ekstern bagi) pembicara dan pendengar. Tetapi, sekaligus, komunikasi juga menyangkut hubungan di antara kedua pihak. Sebagai contoh, seorang atasan mungkin berkata kepada bawahannya, "Datanglah ke ruang saya setelah rapat ini." Pesan sederhana ini mempunyai aspek isi (kandungan, atau content) dan aspek hubungan (relational).
Aspek isi mengacu pada tanggapan perilaku yang diharapkan—yaitu, bawahan menemui atasan setelah rapat. Aspek hubungan menunjukkan bagaimana komunikasi dilakukan. Bahkan penggunaan kalimat perintah yang sederhana sudah menunjukkan adanya perbedaan status di antara kedua pihak Atasan dapat memerintah bawahan. Ini barangkali akan lebih jelas terlihat bila kita membayangkan seorang bawahan memberi perintah kepada atasannya. Hal ini akan terasa janggal dan tidak layak karena melanggar hubungan normal antara atasan dan bawahan.
Dalam setiap situasi komunikasi, dimensi isi mungkin tetap sama tetapi aspek hubungannya dapat berbeda, atau aspek hubungan tetap sama sedangkan isinya berbeda. Sebagai contoh, atasan dapat mengatakan kepada bawahan "Sebaiknya anda menjumpai saya setelah rapat ini" atau "Dapatkah kita bertemu setelah rapat ini?" Dalam kedua hal, isi pesan pada dasarnya sama—artinya, pesan dikomunikasikan untuk mendapatkan tanggapan perilaku yang sama—tetapi dimensi hubungannya sangat berbeda. Dal kalimat pertama, jelas tampak hubungan atasan-bawahan, bahkan terasa kesan merendahkan bawahan. Pada yang kedua, atasan mengisyaratkan hubungan yang lebih setara dan memperlihatkan penghargaan kepada bawahan.
ketidakmampuan membedakan dimensi isi dan hubungan Banyak masalah di antara manusia disebabkan oleh ketidakmampuan mereka mengenali perbedaan antara dimensi isi dan hubungan dalam komunikasi. Perbedaan/perselisihan yang menyangkut dimensi isi relatif mudah dipecahkan: Relatif mudah untuk memeriksa fakta yang dipertengkarkan. Sebagai contoh, kita dapat memeriksa buku atau bertanya kepada seseorang tentang apa yang sesungguhnya terjadi. Tetapi, pertengkaran yang menyangkut dimensi hubungan jauh lebih sulit diselesaikan, sebagian karena kita jarang sekali mau mengakui bahwa per tengkaran itu sesungguhnya menyangkut soal hubungan, bukan soal isi.
4.4.5 Komunikasi melibatkan transaksi simetris dan komplementer Hubungan dapat berbentuk simetris atau komplementer. Dalam hubungan simetris dua orang saling bercermin pada perilaku lainnya. Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang lainnya.
Jika salah seorang mengangguk, yang lain mengangguk, jika yang satu menampakkan rasa cemburu, yang lain memperlihatkan rasa cemburu; jika yang satu pasif, yang lain pasif. Hubungan ini bersifat setara (sebanding), dengan penekanan pada meminimalkan perbedaan di antara kedua orang yang bersangkutan. Cara lain melihat hubungan simetris adalah dalam bentuk persaingan dan perebutan pengaruh di antara dua orang. Masing-masing orang dalam hubungan simetris perlu menegaskan kesebandingan atau keunggulannya dibanding yang lain. Hubungan simetris bersifat kompetitif; masing-masing pihak berusaha mempertahankan kesetaraan atau keunggulannya dari yang lain.
Jika, misalnya, salah satu pihak mengatakan bahwa sesuatu itu harus dilakukan dengan cara tertentu, pihak yang lain akan menangkapnya sebagai pernyataan bahwa ia tidak cukup kompeten untuk memutuskan bagaimana sesuatu itu harus dilakukan. Terjadilah perebutan pengaruh. Tentu saja, kericuhan ini sebenarnya tidak menyangkut tentang bagaimana sesuatu itu harus dilakukan. Kericuhan lebih menyangkut tentang siapa yang berhak memutuskan. Kericuhan ini lebih menyangkut siapa pihak yang lebih kompeten. Seperti dapat dengan mudah dipahami, tuntutan pengakuan akan kesetaraan (atau keunggulan) seringkali menimbulkan pertengkaran dan permusuhan. Dalam hubungan komplementer kedua pihak mempunyai perilaku yang berbeda. Perilaku salah seorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain.
Dalam
hubungan
komplementer
perbedaan
di
antara
kedua
pihak
dimaksimumkan. Orang menempati posisi yang berbeda; yang satu atasan, yang lain bawahan; yang satu aktif, yang lain pasif; yang satu kuat, yang lain lemah . Pada masanya, budaya membentuk hubungan seperti ini —misalnya, hubungan antara guru dan murid, atau antara atasan dan bawahan—. Walaupun hubungan komplementer umumnya produktif di mana perilaku salah satu mitra melengkapi atau menguatkan perilaku yang lain, masih ada masalah. Salah satu masalah dalam hubungan komplementer, yang dikenal baik oleh banyak mahasiswa, adalah yang disebabkan oleh kekakuan yang berlebihan.
Sementara hubungan komplementer antara seorang ibu yang melindungi dan membimbing dengan anaknya yang sangat bergantung kepadanya pada suatu saat sangat penting dan diperlukan untuk kehidupan si anak, hubungan yang sama ketika anak ini beranjak dewasa menjadi penghambat bagi pengembangan anak itu selanjutnya. Perubahan yang begitu penting untuk pertumbuhan tidak dimungkinkan terjadi.
4.4.6 Rangkaian komunikasi Peristiwa komunikasi merupakan transaksi yang kontinyu. Tidak ada awal dan akhir yang jelas. Sebagai pemeran serta atau sebagai pengamat tindak komunikasi, kita
membagi proses kontinyu dan berputar ini ke dalam sebab dan akibat, atau ke dalam stimulus dan tanggapan. Artinya, kita mensegmentasikan arus kontinyu komunikasi ini ke dalam potongan-potongan yang lebih kecil. Kita menamai beberapa di antaranya sebagai sebab atau stimulus dan lainnya sebagai efek atau tanggapan.
Setiap tindakan merangsang tindakan yang lain. Masing-masing tindakan berfungsi sebagai stimulus bagi yang lain. Tetapi, tidak ada stimulus awal. Masing-masing kejadian dapat dianggap sebagai stimulus dan masing-masing kejadian dapat pula dianggap sebagai efek, tetapi tidak bisa ditentukan mana yang stimulus dan mana yang tanggapan. Jika kita menghendaki komunikasi efektif—jika kita ingin memahami maksud orang lain—maka kita harus melihat rangkaian kejadian seperti yang dipunktuasi orang lain. Selanjutnya, kita harus menyadari bahwa punktuasi kita tidaklah mencerminkan apa yang ada dalam kenyataan, melainkan merupakan persepsi kita sendiri yang unik dan bisa keliru.
Komunikasi adalah proses transaksional Komunikasi adalah transaksi. Dengan transaksi dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses, hahwa komponen-komponennya saling terkait, dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan.
Komunikasi adalah Proses Komunikasi merupakan suatu proses, suatu kegiatan. Walaupun kita mungkin membicarakan komunikasi seakan-akan ini merupakan suatu yang statis, yang diam, komunikasi tidak pernah seperti itu. Segala hal dalam komunikasi selalu berubah — kita, orang yang kita ajak berkomunikasi, dan lingkungan kita—.
4.5 Komponen Komunikasi Saling Terkait Dalam setiap proses transaksi, setiap komponen berkaitan secara integral dengan setiap komponen yang lain. Komponen komunikasi saling bergantung, tidak pernah independen: Masing-masing komponen dalam kaitannya dengan komponen yang lain. Sebagai contoh, tidak mungkin ada sumber tanpa penerima, tidak akan ada pesan tanpa sumber, dan tidak akan umpan balik tanpa adanya penerima. Karena sifat saling
bergantung ini, perubahan pada sembarang komponen proses mengakibatkan perubahan pada komponen yang lain.
Misalnya, anda sedang berbincang-bincang dengan sekelompok teman, kemudian ibu anda datang masuk ke kelompok. Perubahan "khalayak" ini akan menyebabkan perubahan-perubahan lain. Barangkali anda atau teman-teman anda akan mengubah bahan pembicaraan atau mengubah cara membicarakannya. Ini juga dapat mempengaruhi berapa sering orang tertentu berbicara, dan seterusnya. Apa pun perubahan yang pertama, perubahan-perubahan lain akan menyusul sebagai akibatnya.
4.5.1 Komunikator bertindak sebagai satu kesatuan Setiap orang yang terlibat dalam komunikasi beraksi dan bereaksi sebagai satu kesatuan yang utuh. Secara biologis kita dirancang untuk bertindak sebagai makhluk yang utuh. Kita tidak dapat bereaksi, misalnya, hanya pada tingkat emosional atau intelektual saja, karena kita tidak demikian terkotak-kotak. Kita pasti akan bereaksi secara emosional dan intelektual, secara fisik dan kognitif. Kita bereaksi dengan tubuh dan pikiran. Barangkali akibat terpenting dari karakteristik ini adalah bahwa aksi dan reaksi kita dalam komunikasi ditentukan bukan hanya oleh apa yang dikatakan, melainkan juga oleh cara kita menafsirkan apa yang dikatakan.
Reaksi kita terhadap sebuah film, misalnya, tidak hanya bergantung pada kata-kata dan gambar dalam film tersebut melainkan pada semua yang ada pada kita — pengalaman masa lalu kita, emosi kita saat itu, pengetahuan kita, keadaan kesehatan kita, dan banyak lagi faktor lain. Jadi, dua orang yang mendengarkan sebuah pesan seringkali menerimanya dengan arti yang sangat berbeda. Walaupun kata-kata dan simbol yang digunakan sama, setiap orang menafsirkannya secara berbeda.
4.5.2 Komunikasi tak terhindarkan Anda mungkin menganggap bahwa komunikasi berlangsung secara sengaja, bertujuan, dan termotivasi secara sadar. Dalam banyak hal ini memang demikian. Tetapi, seringkali pula komunikasi terjadi meskipun seseorang tidak merasa berkomunikasi atau tidak ingin berkomunikasi. Dalam situasi interaksi, anda tidak bisa tidak berkomunikasi. Tidaklah berarti bahwa semua perilaku merupakan
komunikasi; misalnya, jika seorang mahasiswa melihat ke luar jendela dan Dosent tidak melihatnya, komunikasi tidak terjadi.
Selanjutnya, bila kita dalam situasi interaksi, kita tidak bisa tidak menanggapi pesan dari orang lain. misalnya, jika kita melihat seseorang melirik ke arah kita, kita pasti bereaksi dengan cara tertentu. Seandainya pun kita tidak bereaksi secara aktif atau secara terbuka, ketiadaan reaksi ini sendiri pun merupakan reaksi, dan itu berkomunikasi. Kita tidak bisa tidak bereaksi. Sekali lagi, jika kita tidak menyadari lirikan itu, jelas bahwa komunikasi tidak terjadi.
4.5.3 Komunikasi bersifat tak reversibel Anda dapat membalikkan arah proses beberapa sistem tertentu. Sebagai contoh, anda dapat mengubah air menjadi es dan kemudian mengembalikan es menjadi air, dan anda dapat mengulang-ulang proses dua arah ini berkali-kali sesuka anda. Proses seperti ini dinamakan proses reversibel. Tetapi ada sistem lain yang bersifat tak reversibel (irreversible). Prosesnya hanya bisa berjalan dalam satu arah, tidak bisa dibalik. Anda, misalnya, dapat mengubah buah anggur menjadi minuman anggur (sari anggur), tetapi anda tidak bisa mengembalikan sari anggur menjadi buah anggur. Komunikasi termasuk proses seperti ini, proses tak reversibel.
Sekali
anda
mengkomunikasikan
sesuatu,
anda
tidak
bisa
tidak
mengkomunikasikannya. Tentu saja, anda dapat berusaha mengurangi dampak dari pesan yang sudah terlanjur anda sampaikan; anda dapat saja, misalnya, mengatakan, "Saya sangat marah waktu itu; saya tidak benar-benar bermaksud mengatakan seperti itu." Tetapi apa pun yang anda lakukan untuk mengurangi atau meniadakan dampak dari pesan anda, pesan itu sendiri, sekali telah dikirimkan dan diterima, tidak bisa dibalikkan. (Ada pepatah Indonesia yang mengatakan, nasi telah menjadi bubur).
Prinsip ini mempunyai beberapa implikasi penting komunikasi dalam segala macam bentuknya. Sebagai contoh, dalam interaksi antarpribadi, khususnya dalam situasi konflik, kita perlu hati-hati untuk tidak mengucapkan sesuatu yang mungkin nantinya ingin kita tarik kembali. Pesan yang mengandung komitmen—pesan "aku cinta kepadamu" dengan segala macam variasinya— juga perlu diperhatikan, jika
tidak, kita mungkin terpaksa mengikatkan diri kita pada suatu posisi yang mungkin nantinya disesali. Dalam situasi komunikasi publik atau komunikasi massa, di mana pesan-pesan didengar oleh ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang, sangatlah penting kita menyadari bahwa komunikasi kita bersifat tak reversibel.
4.6 Persepsi Dalam Konteks Komunikasi Proses Persepsi Persepsi bersifat kompleks. Tidak ada hubungan satu lawan satu antara pesan yang terjadi di "luar sana" dengan pesan yang akhirnya memasuki otak kita. Apa yang terjadi di dunia luar dapat sangat berbeda dengan apa yang mencapai otak kita Mempelajari bagaimana dan mengapa pesan-pesan ini berbeda sangat penting untuk memahami komunikasi.
1. Terjadinya Stimulasi Alat Indra (Sensory Stimulation) Pada tahap pertama alat-alat indra distimulasi (dirangsang): Kita mendengar suara musik. Kita melihat seseorang yang sudah lama tidak kita jumpai. Kita mencium parfum orang yang berdekatan dengan kita, Kita mencicipi sepotong kue. Kita merasakan telapak tangan yang berkeringat ketika berjabat tangan.
2. Stimulasi terhadap Alat Indra Diatur Pada tahap kedua, rangsangan terhadap alat indra diatur berbagai prinsip. (makalah persepsi) 3. Stimulasi Alat Indra Ditafsirkan-Dievaluasi Tahap ketiga dalam proses perseptual adalah penafsiran-evaluasi. Kita menggabungkan kedua istilah ini ini untuk menegaskan bahwa keduanya tidak bisa dipisahkan. Langkah ketiga ini merupakan proses subyektif yang melibatkan evaluasi di pihak penerima. Penafsiran-evaluasi kita tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik, dan emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada kita. Perbedaan individual ini janganlah sampai membutakan kita akan validitas beberapa generalisasi tentang persepsi. Meskipun generalisasii ini belum tentu berlaku untuk seseorang tertentu, tampaknya ia berlaku untuk sebagian cukup besar orang.
Proses yang mempengaruhi persepsi Antara kejadian stimulasi dengan evaluasi atau penafsiran terhadap stimulasi, persepsi dipengaruhi oleh berbagai proses psikologis penting. Diantarannya : teori kepribadianl implisit (implicit personality theory), ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya (self-fulfilling prophecy), aksentuasi perseptual (perceptual accentuation),
primasi-resensi
(primacy-recency),
konsistensi
(consistency),
dan
stereotiping (stereotyping). Lihat Gambar dibawah ini : Teori kepribadian implisit Ramalan yang terpenuhi dengan senidrinya
Stereotipe
PERSEPS I ORANG
Aksentuasi Konsistensi
4.7 Teori Kepribadian Implisit
perseptual Teori kepribadian implisit
Bacalah pernyataan singkat berikut. Tandailah karakteristik dalam tanda kurung yang kelihatannya paling cocok untuk melengkapi kalimat tersebut: Agus bergairah, memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan (cerdas, kurang cerdas) Dewi berani, tegar, dan (ekstrovert, introvert), Sintha periang, lincah, dan
(langsing,
gemuk), Hari yang ramah, posiif, dan (menarik, tidak menarik) Kata-kata tertentu tampaknya benar dan lainnya kelihatannya salah. Yang membuatnya kelihatannya salah dan kelihatan benar adalah teori kepribadian implisit. Sistem aturan yang mengatakan mana karakteristik yang sesuai untuk karakteristik yang lain.
Kebanyakan teori mengatakan bahwa seseorang yang bergairah dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar pasti juga cerdas. Tentu saja tidak ada alasan logis untuk mengatakan bahwa orang yang tidak cerdas tidak bergairah dan tidak mempunvai rasa ingin tahu yang besar.
"Efek halo" yang banyak dikenal merupakan fungsi dari teori kepribadian implisit kita. Jika kita percaya bahwa seseorang memiliki sejumlah kualitas positif, kita menyimpulkan bahwa seseorang juga memiliki kualitas positif yang lain. "Efek halo terbalik" juga ada. Jika kita tahu bahwa seseorang memiliki sejumlah kualitas negatif, kita cenderung menyimpulkan bahwa orang itu memiliki kualitas negatif yang lain.
Hambatan Potensial Mempersepsikan kualitas-kualitas dalam diri seorang yang menurut "teori" seharusnya dimilikinya, padahal kenyataannya tidak demikian Mengabaikan kualitas atau karakteristik yang tidak sesuai dengan teori Penggunaan teori kepribadian implisit ini, bersama dengan efek halo dan efek halo terbalik seringkali membawa kita pada ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya.
4.8 Ramalan Dengan Sendirinya Ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya terjadi bila kita membuat perkiraan atau merumuskan keyakinan yang menjadi kenyataan karena kita meramalkannya dan bertindak seakan-akan itu benar.
Ada empat langkah dasar dalam proses ini: 1. Kita membuat prediksi atau merumuskan keyakinan tentang seseorang atau situasi. 2. Kita bersikap kepada orang atau situasi tersebut seakan-akan ramalan atau keyakinan kita benar. 3. Karena kita bersikap demikian, dan menjadi kenyataan . 4. Kita mengamati efek diri kita terhadap seseorang atau akibat terhadap situasi, dan apa yang kita saksikan memperkuat keyakinan kira.
Hambatan Potensial Mempengaruhi perilaku orang lain sehingga sesuai dengan ramalan kita Melihat apa yang diramalkan ketimbang apa yang sebenarnya, misalnya. ini dapat membuat kita karena ramalan itu kita buat, bukan karena adanya kegagalan yang aktual, menganggap diri kita gagal.
4.9 Aksentuasi Perseptual “Tiada rotan akar pun jadi” adalah pepatah yang banyak kita jumpai dalam komunikasi: Untuk menjadi calon aktor, peran sekecil apapun dan seperti apa pun dalam sebuah film adalah lebih baik ketimbang tidak mendapat peran apapun. Bayam barangkali rasanya tidak enak tetapi bila anda lapar rasanya akan sama lezat dengan ayam panggang. Proses tersebut yang dinamai aksentuasi perseptual, membuat kita melihat apa yang kita harapkan dan kita inginkan. Kita melihat orang yang kita sukai sebagai lebih tampan dan lebih pandai ketimbang orang yang tidak kita sukai. Kontra argumen yang jelas adalah bahwa sebenarnya kita lebih menyukai orang pandai dan tampan dan oleh karenanya kita mencari-cari orang seperti ini, bukan karena orang yang kita sukai itu kelihatan tampan dan pandai. Proses umum yang sering terjadi setiap hari. Orang yang haus melihat bayangan air (fatamorgana).
Hambatan Potensial Mendistorsi persepsi kita tentang realitas; membuat kita melihat apa yang kita butuhkan atau inginkan ketimbang apa yang nyatanya ada, dan tidak melihat apa yang tidak ingin kita lihat. Misalnya, anda mungkin tidak merasa akan gagal dalam mata kuliah komunikasi karena anda memusatkan perhatian pada apa yang anda inginkan. Menyaring atau mendistorsi informasi yang mungkin merusak atau mengancam citradiri kita dan dengan demikian sangat mernpersulit upaya peningkatan-diri Memandang orang lain memiliki karakteristik atau kualitas negatif yang sebenarnya ada pada diri kita. Melihat dan mengingat kualitas atau karakteristik positif lebih daripada yang negatif, dan dengan demikian mendistorsi persepsi kita tentang orang lain Merasakan perilaku tertentu dari orang lain sebagai menunjukkan bahwa ia menyukai kita hanya karena sebenarnya kita ingin disukai. Sebagai contoh, sikap bersahabat dan ramah dari seorang wiraniaga kita terima sebagai tanda bahwa yang bersangkutan menyukai kita, padahal sebenarnya itu hanya bagian dari strategi persuasi tertentu.
4.10 Primasi-Resensi Anggaplah sementara bahwa jika sedang mengambil mata kuliah di mana separuh kegiatan kelas sangat membosankan dan separuh lainnya sangat menyenangkan. Pada
akhir semester diminta mengevaluasi mata kuliah ini dan pengajarnya, apakah evaluasi akan lebih baik jika kegiatan kelas yang membosankan terjadi selama tengah pertama semester dan kegiatan yang menyenangkan terjadi selama tengah kedua semester itu? Ataukah evaluasi akan lebih baik jika urutannya dibalik? Jika yang muncul pertama lebih kuat pengaruhnya, kita mengalami apa yang dinamakan efek primasi (Primacy Effect). Jika yang muncul terakhir (atau paling baru) lebih kuat pengaruhnya kita mengalami efek resensi (Recency Effect) Implikasi praktis dari efek primasi-resensi ini adalah bahwa kesan pertama yang tercipta tampaknya paling penting. Melalui kesan pertama ini, orang lain akan menyaring tambahan informasi untuk merumuskan gambaran tentang seseorang yang mereka persepsikan.
Hambatan Potensial Merumuskan gambaran menyeluruh tentang seseorang berdasarkan kesan awal yang belum akurat. Mendistorsi persepsi yang datang kemudian untuk tidak merusak kesan pertama kita.
4.11 Konsistensi Mempunyai kecenderungan yang kuat untuk menjaga keseimbangan atau konsistensi di antara persepsi-persepsi. Konsistensi menggambarkan kebutuhan untuk memelihara keseimbangan diantara sikap-sikap. Selanjutnya kita berharap seseorang yang kita sukai memiliki karakteristik yang kita sukai atau kita puja, dan kita berharap musuh-musuh kita tidak memiliki karakteristik yang kita sukai atau kita puja. Sebaliknya kita berharap orang yang kita sukai tidak memiliki sifat-sifat yang tidak menyenangkan dan orang yang tidak kita sukai memiliki sifat-sitat yang tidak menyenangkan.
Hambatan Potensial Mengabaikan atau mendistorsi persepsi tentang perilaku yang tidak konsisten dengan gambaran kita mengenai seseorang secara utuh.
Mempersepsikan perilaku spesifik sebagai terpancar dari kualitas positif orang yang kita sukai dan dari kualitas negatif orang yang tidak kita sukai. Oleh karenanya kita tidak mampu melihat perilaku positif maupun negatif. Melihat perilaku tertentu sebagai positif jika perilaku yang lain ditafsirkan sebagai positif (efek halo) atau sebaliknya
4.12 Stereotyping Jalan pintas yang sering digunakan dalam persepsi adalah stereotiping (stereotyping). Stereotipe spsiologis atau psikologis adalah citra yang melekat atas sekelompok orang. Kita semua mempunyai stereotipe tentang kelompok bangsa. kelompok agama, kelompok ras, atau barangkali tentang kaum penjahat, kaum waria, atau guru.
Hambatan Potensial Stereotipe dapat menimbulkan dua hambatan utama. Kecenderungan kita untuk mengelompokkan orang ke dalam kelas-kelas dan bereaksi terhadap seseorang terutama sebagai anggoata kelas-kelas ini dapat membuat kita: Mempersepsikan orang seakan-akan memiliki kualitas-kualitas tertentu dan, karenanya tidak mampu mengenali sifat multi aspek dari semua orang dan semua kelompok. Mengabaikan ciri khas yang dimilili seseorang dan karenanya tidak mampu menarik manfaat dari konstruibusi khusus yang dapat diberikan setiap pihak dalam suatu interaksi
4.13 Membuat persepsi lebih akurat Efektifitas komunikasi dan hubungan bergantung sebagian besar pada keakuratan kita dalam mempersepsi suatu pesan yang muncul. Kita dapa meningkatkan akurasi kita dengan (1) menerapkan strategi untuk mengurangi ketidakpastian, dan (2) mengikuti beberapa pedoman atau prinsip yang diusarankan. Strategi Untuk Mengurangi Ketidakpastian Asumsi umum yang digunakan disini adalah bahwa komunikasi merupakan proses bertahap (gradual) di mana orang saling mengurangi ketida kpastian tentang yang lain. Dengan tiap-tiap interaksi kita semakin mengenal pihak lain dan secara berangsur-angsur mulai mengenal orang itu pada tingkat yang lebih bermakna.
Ada 3 strategi utama untuk mengurangoiketidakpastian : strategi pasif, aktif, dan interaktif. Strategi pasif, Bila kita mengamati orang lain tanpa orang itu sadar bahwa dia sedang kita amati. Yang paling bermanfaat dalam observasi pasif ini adalah mengamati seseorang dalam tugas aktif tertentu, misalnya dalam interaksinya dengan orang lain dalam situasi informal.
Strategi aktif, Bila kita secara aktif mencari informasi tentang seseorang dengan cara apapun selain berinteraksi dengan orang itu. Sebagai contoh, anda dapat bertanya kepada orang lain tentang orang itu (“Seperti apa rupanya?” “Apakah bekerja di luar?, dan sebagainya). Kita juga dapat memenipulasi lingkungan dengan cara tertentu sehingga dapat mengamati seseorang secara lebih spesifik dan jelas.
Strategi interaktif, Bila kita sendiri berinteraksi dengan seseorang. Kita juga mendapatkan pengetahuan tentang orang lain dengan mengungkapkan informasi tentang diri kita sendiri. Pengungkapan-diri mencipatkan lingkungan yang santai mendorong pengungkapan dari orang lain yang ingin ebih kita kenal. Ketiga strategi ini bermanfaat untuk mengurangi ketidakpastian anda mengenai orang lain. Sayangnya banyak orag merasa bahwa mereka sudah cukup mengena; seseorang setelah menerapkan hanya startegi pasif. Strategi aktif lebih bersifat megungkapkan, dan startegi interaktif lebih banyak mengungkapkannya. Menerapkan ketiga macam strategi ini akan membuat persepsi anda seakurat mungkin.
4.14 Meningkatkan akurasi persepsi Disamping menghindari hambatan-hambatan potensial; dalam beragai proses persepsi yang dikemukakan sebelumnya dan menerapkan ketiga strategi untuk mengurangi ketidakpastian, berikut ini beberapa saran yang akan membantu meningkatkan akurasi persepsi antar pribadi anda. 1. Carilah berbagai petunjuk yang menunjuk ke arah yang sama. Makin banyak petunjuk perseptual yang menuju ke arah yag sama, makin besar kemungkinan kesimpulan anda benar..
2. Berdasarkan pengamatan kita atas perilaku, rumuskan hipotesis. Ujilah hipotesis ini terhadap informasi dan bukti-bukti tambahan; jangan menarik kesimpulan yang nantinya akan kita coba konfirmasikan. 3. Perhatikan khususnya petunjuk-petunjuk yang kontradiktif, petunjuk yang akan menolak hipotesis awal kita. Akan lebih mudah menerima yang mendukung hipotesis ketimbang menerima petunjuk yang menentangnya. 4. Jangan menarik kesimpulan sampai kita memiliki kesempatan untuk menproses beragam petunjuk. 5. Hindari membaca pikiran orang lain. Kita hanya dapat membuat asumsi berdasarkan perilaku yang tampak. Motif, sikap, atau nilai seseorang tidak terbuka bagi inspeksi pihak luar. 6. Jangan menganggap orang lain seperti diri kita, berpikir seperti cara diri kita, atau bertindak seperti yang koita lakukan. Sadarilah keragaman dan keunikan manusia. 7. Waspadalah terhadap bias diri kita sendiri. Sebagi contoh, hanya menerima hal-hal positif pada diri oarang yang kita sukai dan hanya menerima hal-hal pelayanan negatif pada diri orang yang tidak kita sukai.
4.15 Perilaku 4.15.1 Konsep perilaku Perilaku diartikan sebagai aktivitas yang dapat diobservasi, direkam, dan diukur; termasuk perubahan jasmaniah (fisiologik). Proses mental termasuk pikiran, memori, emosi, motivasi, mimpi, persepsi, dan kepercayaan. Perilaku juga dapat diartikan kelakuan, tindak tanduk, jalan. (Kamus Inggris Indonesia John M.Echols dan Hasan Shadily, Jakarta: Gramedia, 1996). Definisi lain dari perilaku adalah apapun yang melibatkan
suatu
organisme
melakukan
tindakan
dan
respon
terhadap
rangsangan.(Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary). Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dibedakan menjadi perilaku tertutup (covert behaviour), dimana respon terhadap stimulus dalam bentuk tertutup misalnya ibu balita yang tahu pentingnya cuci tangan pakai sabun, dan perilaku terbuka (overt behaviour), dimana respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka,
misalnya ibu balita melakukan cuci tangandengan air mengalir, dan melakukan tahapan cuci tangan pakai sabun dengan baik dan benar. 4.15.2 Domain perilaku Perilaku menurut Benyamin S.Bloom (1956), mempunyai beberapa domain (ranah, kawasan) yaitu Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri dan Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin (Taksonomi Bloom - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.mht).
Teori Bloom ini kemudian dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yaitu : 1). Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi
yang dilakukan secara empiris
dan rasional. Definisi lainnya pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu atau diperoleh dari pengalaman. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui indera penglihatan dan pendengaran. Sehingga hasil dari sumber yang diperoleh ini manusia dapat berpikir,
mengamati, mengalami dan melakukan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmojo, 2005) Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, diantaranya pendidikan, media, keterpaparan informasi. Menurut John Locke, pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman (aliran empirisme). Dalam hal ini harus ada 3 hal, yaitu yang mengetahui (subyek), yang diketahui (obyek) dan cara mengetahui (pengalaman). Menurut Rene Descartes akal merupakan dasar kepastian dan kebenaran pengetahuan, walaupun belum didukung oleh fakta empiris (aliran rasionalisme). August Compte berpendapat bahwa indera itu sangat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen (aliran positivisme). Henry Bergson menganggap intuisi merupakan hasil dari evolusi pemikiran yang tertinggi, tetapi bersifat personal.
Dengan intuisi, manusia memperoleh
pengetahuan secara tiba-tiba tanpa melalui proses penalaran tertentu (aliran Intuisionisme). b. Cara Mengukur Pengetahuan Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Pengetahuan tentang caracara memelihara kesehatan meliputi : Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait/mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional maupun tradisional dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan Untuk mengukur Pengetahuan kesehatan adalah dengan mengajukan pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan tertulis atau angket. Indikator pengetahuan kesehatan adalah tingkat (tinggi–rendah) pengetahuan responden tentang kesehatan, atau besarnya persentase kelompok responden atau masyarakat tentang variabel-variabel atau komponen-komponen kesehatan.
2).Sikap a. Definisi Sikap adalah perasaan seseorang tentang tentang obyek, aktivitas, peristiwa dan orang lain. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka atau tidak sukanya (positif, negatif, atau netral) seseorang pada sesuatu. Sikap muncul dari berbagai bentuk penilaian. Sikap dikembangkan dalam tiga model, yaitu afeksi, kecenderungan perilaku, dan kognisi. Respon afektif adalah respon fisiologis yang mengekspresikan kesukaan individu pada sesuatu. Kecenderungan perilaku adalah indikasi verbal dari maksud seorang individu. Respon kognitif adalah pengevaluasian secara kognitif terhadap suatu objek sikap. Kebanyakan sikap individu adalah hasil belajar sosial dari lingkungannya. [http://en.wikipedia.org/wiki/Attitude_(psychology). Menurut Utami (2008) sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung (unfavourable) pada suatu obyek. Sikap merupakan bentuk evaluasi dari perasaan yang dapat mendukung terhadap obyek/bersifat positif atau tidak mendukung terhadap obyek/bersifat negatif. Konsep ini didukung oleh Thurstone (1928) dan Likert (1932). Sikap dapat mengalami perubahan sebagai akibat dari pengalaman. Tesser (1993) berargumen bahwa faktor bawaan dapat mempengaruhi sikap tapi secara tidak langsung. Sikap seseorang juga dapat berubah akibat bujukan. Hal ini bisa terlihat saat iklan atau kampanye mempengaruhi seseorang. b. Cara Mengukur Sikap Sikap dapat diukur dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan skala sikap. Skala sikap yang sering digunakan adalah skala Thurstone dan Likert Mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya pada suatu komitmen afektif berkisar dari “sangat positif” hingga ke “sangat negatif” terhadap suatu obyek sikap. Dalam teknik penskalaan Likert, kuantifikasi ini dilakukan dengan mencatat penguatan respon dan untuk pernyataan kepercayaan positif dan negatif tentang
obyek sikap. Butir-butir skala Likert menggunakan kategori jawaban berkisar dari “sangat setuju” hingga “sangat tidak setuju”. Lima kategori itu sudah standar (“sangat setuju”, “ setuju”, “tidak tahu”, “tidak setuju”, “sangat tidak setuju”), namun beberapa orang menyukai empat kategori jawaban tanpa kategori tengah. Semua pilihan ini tampaknya dapat digunakan, karena hasilnya semua memuaskan. Harus dicatat dalam pertimbangan ini bahwa pengurangan banyaknya kategori jawaban akan mengurangi penyebaran skornya. Dalam skala Likert “ sangat setuju” mendapat nilai 5, “setuju” bernilai 4, dan seterusnya.
L.Thurstone (1928) percaya bahwa sikap dapat diukur dengan menggunakan Skala Pendapat. Metode Thurstone terdiri dari kumpulan pendapat/memiliki rentang dari sangat posistif ke arah sangat negatif terhadap obyek sikap. Prosedur penyusunan items pada skala ini ditempuh dengan cara meminta pada sekelompok orang memberikan pernyataan pada suatu obyek dengan satu muatan ide yang menyetujui dan menolak. Sikap yang diperoleh kemudian ditetapkan berdasarkan “equal appearing interval” yaitu dengan cara menghitung mediannya. Thurstone membagi skala sikapnya dalam sebelas skala 3). Praktik atau kebiasaan a. Definisi Praktik/kebiasaan merupakan aktualisasi dari sikap yang mempunyai kecenderungan untuk bertindak. Untuk terwjudnya suatu tindakan perlu ada faktor lain yaitu faktor fasilitas, sarana dan prasarana. Praktik atau kebiasaan ini adalah hal-hal yang kita lakukan berulang-ulang Definisi lain dari kebiasaan adalah titik temu dari pengetahuan, keterampilan, dan keinginan. Praktik juga merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki.
Menurut Berger, kebiasaan merupakan transmisi pengetahuan.
Kebiasaan tidak
hanya berupa gagasan, tetapi juga dipentaskan dalam praktik Kebiasaan mengacu pada segala hal yang dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan kelompok tertentu. Bisa jadi dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama. Substansi kebiasaan adalah informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik secara lisan maupun tulisan. Penemu konsep habitus ( Mauss dan Bourdie ) menyatakan bahwa kebiasaan dilatarbelakangi oleh praktek kolektif.
b. Cara mengukur praktik/ tindakan Praktik kesehatan atau tindakan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan. Tindakan atau praktik kesehatan ini juga meliputi paling tidak 4 komponen seperti di atas. Sehingga pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara, secara langsung, maupun secara tidak langsung.
Pengukuran secara langsung dengan cara pengamatan (observasi), yaitu mengamati tindakan dari subyek dalam rangka memelihara kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap subyek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan obyek tertentu.
4.16 Perilaku kesehatan a.Definisi Menurut Sarwono (1985), perilaku kesehatan merupakan “segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan”. Sedangkan Cals dan Cobb mengemukakan perilaku kesehatan sebagai: “perilaku untuk
mencegah penyakit pada tahap belum menunjukkan gejala (asymptomatic stage). (http://id.wikipedia.org/wiki/perilaku_manusia).
Becker (1979) menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yakni pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan praktek kesehatan (health practice).
Klasifikasi dimensi perilaku kesehatan menurut Becker adalah; 1) Pengetahuan tentang kesehatan, mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait. dan atau mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.
2) Sikap terhadap kesehatan, merupakan pendapat atau penilaian seseorang terhadap halhal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan.
3) Praktik untuk hidup sehat, adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari kecelakaan. [http://id.wikipedia.org/wiki/perilaku_manusia]
b. Perubahan (adopsi) perilaku atau indikatornya sebagai berikut;
Adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama. Secara teori perubahan atau seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap yaitu: 1) Pengetahuan yang dikelompokkan menjadi Pengetahuan tentang sakit dan penyakit, Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan 2) Sikap, yang dikelompokkan menjadi Sikap terhadap sakit dan penyakit, Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat, dan c.Sikap terhadap kesehatan lingkungan.
3) Praktik atau tindakan dengan indikator tindakan sehubungan dengan penyakit, Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tindakan (praktik) kesehatan lingkungan. c. Aspek sosio-psikologi perilaku Di dalam proses pembentukan dan
atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain : susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan belajar persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dsb. Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku. 4.16.1. Teori dan model perilaku Beberapa teori dan model perilalu dapat menjelaskan determinan perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antara lain:
No.
1.
Teori/Model
Konsep
Teori difusi inovasi
▪ Menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan)
melalui
saluran-saluran
tertentu
sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.
▪ Elemen pokok proses difusi inovasi adalah a).Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang,
b).
Saluran
komunikasi;
’alat’
untuk
menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. c).Jangka waktu; proses keputusan inovasi d).Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama ▪ Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi mencakup a) atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion), ▪ b) jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions), ▪ c) saluran komunikasi (communication channels), ▪ d) kondisi sistem sosial (nature of social system), dan ▪ e) peran agen perubah (change agents).
Kehidupannya melalui 3 tahap yaitu 1) Pengetahuan yang dikelompokkan menjadi Pengetahuan tentang sakit dan penyakit, Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
2) Sikap, yang dikelompokkan menjadi sikap terhadap sakit dan penyakit, sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat, dan sikap terhadap kesehatan lingkungan.
3) Praktik dan Tindakan dengan indikator tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit, Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tindakan (praktik) kesehatan lingkungan. a. Aspek sosio-psikologi perilaku Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara
lain : susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan belajar persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dsb. Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku. 2.
▪ Dikembangkan oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein (1980).
Teori aksi beralasan (Theory of Reasond Action)
▪ Menjelaskan bahwa perilaku (behavior) dilakukan karena individual
mempunyai
minat
atau
keinginan
untuk
melakukannya (behavioral intention) ▪ Minat perilaku adalah suatu fungsi dari sikap (attitude) dan norma-norma subjektif (subjective norms). TRA hanya dimaksudkan untuk menjelaskan perilaku-perilaku yang dikerjakan secara sukarela. 3.
Theory
▪ Merupakan pengembangan lebih lanjut dari TRA
Planned
Behavior (TPB)
▪ Icek Ajzen (1991) mengembangkan teori ini dengan menambahkan sebuah konstruk yaitu kontrol perilaku persepsian (percieved behavioral control). ▪ Asumsi dasarnya adalah banyak perilaku tidak semuanya di bawah kontrol penuh individual sehingga perlu ditambahkan konsep kontrol perilaku persepsian. Jika semua perilaku dapat dikontrol sepenuhnya oleh individual mendekati maksimum maka TPB akan kembali menjadi TRA.
4.
▪ Dikembangkan oleh Bandura, didasarkan pada pandangan
Teori Social Cognitive
bahwa lingkungan dan konteks dari sebuah perilaku merupakan faktor yang saling berkait. •
Perilaku seseorang di satu situasi tertentu akan dipengaruhi oleh faktor situasional dan kontekstual.
Sebaliknya, perilaku itu juga mempengaruhi situasi dan konteks di mana seseorang berperilaku. ▪ Perilaku manusia dituntun oleh insentif internal dan harapan-harapan (expectancies). Selain itu rasa percaya seseorang terhadap ‘self-effifacy‘ berperan amat penting dalam perilaku seseorang.. 5.
Health Belief Model
Didasarkan kepada pemahaman seseorang percaya
(HBM)
memelihara kesehatanya dihubungkan dengan aktifitasnya. ▪ Konsep : perilaku kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap. Perubahan perilaku tergantung :dari perceived severity, perceived threat, perceived benefit, perceived barriers dan self efficacy.
6.
Precede Model
▪ Fokus pada
dua kegiatan yaitu diagnosis dan evaluasi
ekosistem ▪ Diagnosis ekosistem berisi kegiatan penilaian kualitas hidup melalui penilaian umum terhadap masalah-masalah sosial (identifikasi masalah kesehatan dan diidentifikasi perilaku). ▪ Diagnosis edukasional yaitu menentukan faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), pemungkin (enabling factors) dan penguat (reinforcing factors) yang berpotensi mempengaruh perilaku kesehatan yang telah diidentifikasi
7.
Snehandu B. Kar Perilaku kesehatan merupakan fungsi dari niat seseorang untuk Model
bertindak sehubungan dengan obyek atau stimulus di luar dirinya (behavior intention), dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support), ada atau tidak adanya informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang (acesssebility
of
information),
otonom
pribadi
yang
bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau mengambil
keputusan (personal autonomy), dan situasi dan kondisi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situastion).
4.17 Teori Motivasi Abraham Maslow. Beliau membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa lapar, haus, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional), sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan), penghargaan (faktor penghargaan internal dan eksternal), dan aktualisasi diri (pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri). Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan., yakni Kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah sedangkan kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas. Perbedaan antara kedua tingkat tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara eksternal. Teori kebutuhan Maslow telah menerima pengakuan luas di antara manajer pelaksana karena teori ini logis secara intuitif.. Namun, penelitian tidak memperkuat teori ini dan Maslow tidak memberikan bukti empiris dan beberapa penelitian yang berusaha mengesahkan teori ini tidak menemukan pendukung yang kuat. Douglas McGregor menemukan teori X dan teori Y setelah mengkaji cara para manajer berhubungan dengan para karyawan. Kesimpulan yang didapatkan adalah pandangan manajer didasarkan atas beberapa kelompok asumsi
mengenai sifat manusia
tertentu dan bahwa mereka cenderung
membentuk perilaku mereka terhadap karyawan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.
Ada empat asumsi yang dimiliki manajer dalam teori X.
•
Karyawan pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan sebisa mungkin berusaha untuk menghindarinya.
•
Karena karyawan tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dipakai, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
•
Karyawan akan mengindari tanggung jawab dan mencari perintah formal, di mana ini adalah asumsi ketiga.
•
Sebagian karyawan menempatkan keamanan di atas semua faktor lain terkait pekerjaan dan menunjukkan sedikit ambisi .
Bertentangan dengan pandangan-pandangan negatif mengenai sifat manusia dalam teori X, ada pula empat asumsi positif yang disebutkan dalam teori Y. •
Karyawan menganggap kerja sebagai hal yang menyenangkan, seperti halnya istirahat atau bermain.
•
Karyawan akan berlatih mengendalikan diri dan emosi untuk mencapai berbagai tujuan.
•
Karyawan bersedia belajar untuk menerima, mencari, dan bertanggungjawab. Karyawan mampu membuat berbagai keputusan inovatif yang diedarkan ke seluruh populasi, dan bukan hanya bagi mereka yang menduduki posisi manajemen .
4.18 Teori motivasi kontemporer David McClelland, pencetus Teori Kebutuhan. Teori motivasi kontemporer bukan teori yang dikembangkan baru-baru ini, melainkan teori yang menggambarkan kondisi pemikiran saat ini dalam menjelaskan motivasi karyawan . Teori motivasi kontemporer mencakup sebagai berikut; 4.18.1 Teori kebutuhan McClelland Teori kebutuhan McClelland dikembangkan oleh David McClelland dan temantemannya.. Teori kebutuhan McClelland berfokus pada tiga kebutuhan yang didefinisikan sebagai berikut: •
kebutuhan berprestasi: dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, berusaha keras untuk berhasil.
•
kebutuhan berkuasa: kebutuhan untuk membuat individu lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.
•
kebutuhan berafiliasi: keinginan untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan akrab.
4.18.2 Teori evaluasi kognitif Teori evaluasi kognitif adalah teori yang menyatakan bahwa pemberian penghargaan-penghargaan ekstrinsik untuk perilaku yang sebelumnya memuaskan secara intrinsik cenderung mengurangi tingkat motivasi secara keseluruhan. Teori evaluasi kognitif telah diteliti secara eksensif dan ada banyak studi yang mendukung. 4.18.3 Teori penentuan tujuan Teori penentuan tujuan adalah teori yang mengemukakan bahwa niat untuk mencapai tujuan merupakan sumber motivasi kerja yang utama. Artinya, tujuan memberitahu seorang karyawan apa yang harus dilakukan dan berapa banyak usaha yang harus dikeluarkan. 4.18.4 Teori penguatan Teori penguatan adalah teori di mana perilaku merupakan sebuah fungsi dari konsekuensi-konsekuensinya jadi teori tersebut mengabaikan keadaan batin individu dan hanya terpusat pada apa yang terjadi pada seseorang ketika ia melakukan tindakan. 4.18.5 Teori Keadilan Teori keadilan adalah teori bahwa individu membandingkan masukan-masukan dan hasil pekerjaan mereka dengan masukan-masukan dan hasil pekerjaan orang lain, dan kemudian merespons untuk menghilangkan ketidakadilan. 4.18.6 Teori harapan Teori harapan adalah kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dalam cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti dengan hasil yang ada dan pada daya tarik dari hasil itu terhadap individu tersebut
4.19 Area motivasi manusia Empat area utama motivasi manusia adalah makanan, cinta, seks, dan pencapaian.
Tujuan-tujuan yang mendasari motivasi ditentukan sendiri oleh individu yang melakukannya, individu dianggap tergerak untuk mencapai tujuan karena motivasi intrinsik (keinginan beraktivitas atau meraih pencapaian tertentu semata-mata demi kesenangan atau kepuasan dari melakukan aktivitas tersebut), atau karena motivasi ekstrinsik, yakni keinginan untuk mengejar suatu tujuan yang diakibatkan oleh imbalanimbalan eksternal. Di samping itu terdapat pula faktor yang lain yang mendukung diantaranya ialah faktor internal yang datang dari dalam diri orang itu sendiri. 4.19.1 Variabel-variabel Motivasi Kerlinger, N. Fred dan Elazar J. Pedhazur (1987) dalam Cut Zurnali (2004) menyatakan bahwa variabel motivasi terdiri dari: (1) motif atas kebutuhan dari pekerjaan (motive); (2) Pengharapan atas lingkungan kerja (expectation); (3) kebutuhan atas imbalan (insentive). Hal ini juga sesuai dengan yang dikemukakan Atkinson (William G Scott, 1962: 83), memandang bahwa motivasi adalah merupakan hasil penjumlahan dari fungsi-fungsi motive, harapan dan insentif (Atkinson views motivation strengh in the form of an equattion-motivation =
f (motive +
expectancy + incentive). Jadi, mengacu pada pendapat-pendapat para ahli di atas, Cut Zurnali (2004) mengemukakan bahwa motivasi karyawan dipengaruhi oleh motif, harapan dan insentif yang diinginkan. Dalam banyak penelitian di bidang manajemen, administrasi, dan psikologi, variabel-variabel motivasi ini sering digunakan. Berikut akan dijelaskan masing-masing variabel motivasi tersebut. 4.19.1.1 Motif Menurut Cut Zurnali (2004), motif adalah faktor-faktor yang menyebabkan individu bertingkah laku atau bersikap tertentu. Jadi dicoba untuk menjawab pertanyaanpertanyaan seperti kebutuhan apa yang dicoba dipuaskan oleh seseorang yaitu apa yang menyebabkan mereka melakukan sesuatu pekerjaan atau aktivitas. Ini berarti bahwa setiap individu mempunyai kebutuhan yang ada di dalam dirinya (inner needs) yang menyebabkan mereka didorong, ditekan atau dimotivasi untuk memenuhinya. Kebutuhan tertentu yang mereka rasakan akan menentukan tindakan yang mereka lakukan. Lebih lanjut Cut Zurnali mengutip pendapat Fremout E. kast dan james E. Rosenzweig (1970) yang mendefinisikan motive sebagai : a motive what prompts a person to act in a certain way or at least develop appropensity for spesific behavior.
The urge to action can tauched off by an external stimulus, or it can be internally generated in individual thought processes.
Jadi motif adalah suatu dorongan yang datang dari dalam diri seseorang untuk melakukan atau sedikitnya adalah suatu kecenderungan menyumbangkan perbuatan atau tingkah laku tertentu. William G Scott (1962: 82) menerangkan tentang motive adalah kebutuhan yang belum terpuaskan yang mendorong individu untuk mencapai tujuan tertentu. Secara lengkap motif menurut Scott motif are unsatiesfied need which prompt an individual toward the accomplishment of aplicable goals. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan, motif adalah dorongan yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan perbuatan guna memenuhi kepuasannya yang belum terpuaskan. Selain itu, Maslow sebagaimana diungkap pada halaman sebelumnya membagi kebutuhan manusia ke dalam beberapa hirarki, yakni kebutuhan-kebutuhan fisik, keselamatan dan keamanan, sosial, penghargaan atau prestise dan kebutuhan aktualisasi diri.
BAB V PROGRAM KESEHATAN GIGI DAN MULUT
5.1 Program Nasional dan Kesehatan Gigi Pembangunan nasional bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku sehat. Melalui program penyuluhan diharapkan pengertian dan kesadaran masyarakat dapat ditingkatkan sehingga mereka ikut berpartisipasi secara aktif dalam meningkatkan upaya pelihara diri. Tanpa adanya partisipasi dari masyarakat, perencanaan program yang telah disusun dengan baik tidak akan berhasil secara optimal. Betapa pentingnya peran serta masyarakat perencanaan program yang telah disusun dengan baik tidak akan berhasil secara optimal. Betapa pentingnya peran serta masyarakat dalam pembangunan dapat kita simak dalam UU kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 yang menyatakan bahwa “ Hak, kewajiban setiap orang untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal serta wajib ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan keluarga serta lingkungan”. Keberhasilan program penyuluh dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal tergantung pada perencanaan yang dibuat. Hal ini berarti petugas kesehatan harus dapat membuat perencanaan program yang baik dan untuk itu setiap petugas kesehatan perlu dibekali ilmu-ilmu yang berkenaan dengan perencanaan.
5.1.1 Pengertian Perencanaan Program Penyuluhan Sebelum kita menjelaskan pengertian perencanaan penyuluhan terlebih dahulu akan diuraikan pengertian perencanaan. Pengertian perencanaan banyak sekali, dari beberapa pengertian perencanaan yang dikutip oleh Azwar (1996), Deacon mengatakan bahwa perencanaan adalah upaya menyusun berbagai keputusan yang bersifat pokok yang dipandang paling penting dan yang akan dilaksanakan menurut urutannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Drucker mengatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses yang diorganisasi dan dilaksanakan secara sistematis dengan menggunakan pengetahuan yang ada sesuai keputusan yang telah ditetapkan bersama. Untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan dapat dilihat dari perbandingan antara hasil yang dicapai dengan target yang telah ditetapkan.
Menurut Goetz, perencanaan adalah kemampuan memilih satu kemungkinan dari berbagai kemungkinan yang tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan. Dari berbagai pengertian perencanaan tersebut dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan yang ditetapkan/ diputuskan perencanaan penyuluhan merupakan serangkaian kegiatan yang disusun secara sistematis dan ditetapkan bersama untuk mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku sehat. 5.1.2 Ciri-ciri Perencanaan Program Penyuluhan (PKG) Suatu perencanaan yang baik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Dapat dilakukan secara terus menerus 2. Berorientasi ke masa depan 3. Dapat menyelesaikan suatu masalah 4. Mempunyai tujuan. 5.1.3 Proses perencanaan program penyuluhan Seperti telah disebutkan di atas, program penyuluhan kesehatan merupakan bagian dari program kesehatan. Dengan demikian, perencanaan program tersebut harus mengacu pada program kesehatan yang sedang berjalan. Supaya program tidak berdiri sendiri, dalam penyusunannya perlu dilibatkan unsur pimpinan pelaksanaan program kesehatan yang ditunjang oleh petugas pelatihan dalam penelitian, petugas penyuluhan, dan masyarakat. Dalam penyusunan perencanaan program penyuluhan harus diperhatikan bahwa perencanaan yang dibuat harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat, mudah diterima masyarakat, bersifat praktis dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi setempat, dan sesuai dengan program yang ditunjang dan didukung oleh kebijaksanaan yang ada.
5.1.4 Langkah-langkah Perencanaan Program Penyuluhan Untuk melaksanakan program penyuluhan, kita harus membuat perencanaan penyuluhan terlebih dahulu. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penyusunan perencanaan penyuluhan adalah :
5.1.4.1 Analisis Situasi (wilayah, masalah dan keadaan masyarakat) Analisis situasi merupakan suatu kegiatan dalam mengumpulkan data tentang keadaan wilayah, masalah-masalah, dan masyarakat sehingga diperoleh informasi yang akurat tentang masalah yang sedang dihadapi. Dengan melakukan analisis situasi, kita akan memahami permasalahan kesehatan yang sedang terjadi, faktor – faktor yang dapat mempengaruhi masalah dan sumber daya potensial yang dapat digunakan untuk mempermudah penentuan prioritas masalah kesehatan serta penyusunan dan penentuan alternatif pemecahan masalah. Dengan demikian, pemilihan jalan keluar yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut akan lebih mudah. Dalam melaksanakan pengumpulan data, tidak selalu petugas kesehatan harus terjun langsung sendiri ke lapangan. Akan tetapi, apabila dalam pelaksanaan pengumpulan data tenaga kesehatan dapat terjun sendiri ke lapangan, ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh tenaga kesehatan tersebut, diantaranya pertama akan terjadi hubungan yangn akrab antara petugas kesehatan dan masyarakat yang dimungkinkan karena ia sering bertemu langsung dengan masyarakat dan melakukan kegiatan bersama dengan masyarakat selama pencarian data; kedua, data yang berhasil dikumpulkan lebih akurat dan sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat digunakan sebagai bahan pokok pembahasan pemecahan masalah bersama-sama dengan masyarakat pada pertemuan tingkat desa; ketiga, petugas kesehatan akan benar-benar menyadari dan mengenal situasi yang harus dihadapi sehingga akan mempermudah mereka dalam menanggulangi permasalahan. *Jenis data yang harus dikumpulkan dalam melakukan analisis situasi Untuk menentukan jenis data apa saja yang harus dikumpulkan,petugas kesehatan harus melihat waktu, tenaga, sarana dan dana yang tersedia. Apabila sumber daya di atas mencukupi, data dapat diambil sesuai dengan kebutuhan.
Akan tetapi, menurut Blum (1976), apabila sumber daya terbatas, jenis data yang dikumpulkan cukup mengacu kepada faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan, yakni lingkungan perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan.
Jenis data yang kita kumpulkan dapat dibagai menjadi : •
Data umum
Data umum mengenai : 1. Wilayah 2. Demografi 3. Sosial budaya 4. Sosial ekonomi 5. Transportasi dan komunikasi •
Data khusus
Data khusus tentang kesehatan meliputi: 1. Fasilitas kesehatan 2. Keadaan sakit penyakit 3. Institusi pendidikan kesehatan 4. Anggaran yang tersedia untuk kesehatan 5. Tenaga kesehatan •
Data tentang perilaku Cara pengumpulan data Pengumpulan data yang dibutuhkan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan metode wawancara, pemeriksaan, pengamatan, dan peran serta.
5.1.4.2 Pengolahan data
Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data, pengolahan data ialah penyusunan data yang sudah terkumpul sedemikian rupa sehingga jelas sifat yang dimiliki oleh tiap-tiap data. 5.1.4.3 Penyajian data Data yang telah selesai diolah kemudian harus disajikan. Biasanya penyajian data dilakukan di dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh seluruh staf kesehatan, staf dari program lain yang terkait, misalnya dari pihak pertanian, tokoh masyarakat, kader, dan seluruh masyarakat, sehingga mereka akan mengetahui permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian, mereka akan merasa terlibat untuk ikut serta dan bertanggung jawab dalam mengatasi masalah tersebut. Cara penyajian data yang akan disampaikan dapat dilakukan secara tekstular, tabular, atau grafikal. 5.1.4.4 Penentuan prioritas masalah Prioritas masalah adalah urutan masalah dari masalah yang dianggap paling penting sampai dengan urutan yang kurang penting. Penentuan prioritas masalah dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, antara lain dengan cara pembobotan. Penentuan prioritas masalah merupakan bagian yang sangat penting dalam proses perencanaan program kesehatan, dalam hal ini program penyuluhan. Hal ini disebabkan oleh tidak semua permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan sekaligus dalam waktu tersedia. Selain keterbatasan sumber daya yang tersedia, penetapan prioritas masalah dilakukan karena kemungkinan adanya hubungan antara masalah yang satu dengan masalah yang lainnya, sehingga apabila salah satu masalah sudah dapat dipecahkan, masalah yang lain pun akan dapat diselesaikan, yang akan menghemat baik dari segi waktu maupun biaya. Dalam perencanaan program penyuluhan, sebenarnya kita tidak perlu lagi menentukan prioritas masalah karena masalah yang harus dipecahkan dengan penyuluhan harus sesuai dengan prioritas masalah dari program yang ditunjangnya. Hanya dalam hal ini perlu kita perhatikan beberapa masalah, penyebab masalah, akibat jika masalah tidak ditanggulangi, perilaku yang mendorong terjadinya masalah, dan potensi di masyarakat yang dapat menunjang mengatasi masalah. Dengan demikian kita dapat menentukan materi mama yang perlu diberikan terlebih dahulu. 5.1.4.5 Penentuan tujuan
Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku masyarakat kearah perilaku sehat sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tentunya perubahan perilaku yang diharapkan setelah menerima pendidikan tidak dapat terjadi sekaligus. Oleh karena itu, pencapaian target dibagi menjadi tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Hasil yang diharapkan dari penyuluhan dalam jangka pendek adalah tercapainya perubahan pengetahuan dari masyarakat.
Dalam tujuan jangka menengah, hasil yang diharapkan adalah adanya peningkatan pengertian, sikap, dan keterampilan yang akan mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku sehat. Tujuan jangka panjang adalah masyarakat dapat menjalankan perilaku sehat dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan semikian, dalam merumuskan tujuan dari program penyuluhan harus jelas dapat diukur, dapat dicapai sehingga dapat dilakukan penilaian secara akurat. 5.1.4.6 Penentuan sasaran Sasaran untuk penyuluhan secara umum dapat dibedakan menjadi: a. Masyarakat umum dengan orientasi masyarakat perdesaan sesuai dengan orientasi kebijakan pembangunan b. Masyarakat sekolah, sebagai mayarakat yang mudah dicapai, meliputi sekolah umum, sekolah kejuruan terutama yang menghasilkan tenaga yang kelas bertugas dalam pembinaan masyarakat. c. Kelompok masyarakat tertentu, misalnya kader kesehatan yang membantu menggerakkan dan menyebarkan informasi. 5.1.4.7 Penentuan pesan Pesan adalah informasi yang akan kita sampaikan kepada sasaran. Pesan yang disusun harus disesuaikan dengan sasaran yang akan diberikan penyuluhan. Supaya dapat diterima oleh masyarakat, pesan harus memenuhi syarat berikut: a. Pesan harus jelas dan tidak rumit b. Bahasa yang digunakan mudah dipahami
c. Pesan harus singkat d. Pesan dapat diterima, artinya tidak bertentangan dengan norma adat istiadat, agama e. Pesan tersebut mudah dilaksanakan f. Pesan diberikan sesuai dengan kebutuhan 5.1.4.8 Penentuan metode Pemilihan metode biasanya mengacu pada penentuan tujuan yang ingin kita capai, apakah pengubahan pada tingkat kognitif, afektif atau psikomotor.
Apabila tujuan kita hanya pengubahan kognitif, metode yang kita pilih adalah ceramah ataupun diskusi, dan pesan cukup disampaikan secara lisan. Dalam mengembangkan sikap, sasaran perlu menyaksikan kejadian baik secara langsung maupun melalui film. Metode yang disarankan untuk pengubahan sikap tersebut adalah simulasi. Apabila ingin dikembangkan sampai tingkat keterampilan, sasaran harus diberi kesempatan untuk mencoba sendiri. Metode yang digunakan dalam hal itu adalah demonstrasi/pertunjukan dengan melibatkan peserta di dalamnya.
5.1.4.9 Penentuan media Media merupakan sarana untuk menyampaikan pesan penyuluhan kepada sasaran sehingga mudah dimengerti oleh sasaran yang dituju. Pemilihan media dan metode yang tepat didukung kemampuan tenaga kesehatan merupakan suatu hal yang mempermudah proses belajar mengajar. Jenis media yang dapat digunakan untuk memberikan penyuluhan dapat dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu: 1. Media cetak jenis buku, misalnya buku pedoman 2. Media cetak bukan jenis buku, misalnya poster dan leaflet. 5.1.4.10 Penentuan rencana penilaian Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya pendidikan kesehatan gigi yang telah dilaksanakan, diperlukan penilaian. Oleh karena itu perlu dibuat perencanaan untuk melakukan penilaian. Materi yang perlu disusun untuk merencanakan penilaian meliputi:
a. Penentuan tujuan penilaian b. Penentuan bagian mana dari program yang akan dinilai c. Penentuan tolak ukur yang akan digunakan untuk penilaian d. Penentuan instrument apa yang akan digunakan. 5.1.4.11 Penyusunan jadwal kegiatan Rencana kegiatan, yang biasanya dibuat untuk kurun waktu satu hingga tiga tahun merupakah langkah terakhir dari perencanaan penyuluhan, rencana kegiatan disebut juga rencana operasional atau plan of action.
Rencana kegiatan ini disusun berdasarkan langkah-langkah yang rela dikumpulkan dari semua potensi serta sumber daya yang ada dan dari masalahmasalah yang telah ditemukan. Dengan adanya perencanaan kegiatan, dapat ditentukan apa yang akan dikerjakan, siapa yang akan mengerjakan dan siapa yang akan bertanggung jawab. Demi kemudahan membaca, rencana kegiatan biasanya dibuat dalam bentuk bagan khusus yang terdiri atas kolom-kolom, anatara lain kolom masalah, rumusan masalah, tujuan, sasaran, materi, metode, alat peraga, pelaksana, pertanggung jawab, biaya, waktu, dan rencana penilaian. Contoh: Rencanan kegiatan penyuluhan kesehatan gigi di SD X. Kecamatan T, tahun 2000-2001 (lihat lampiran) 5.1.4.12 Persiapan program penyuluhan Sebagaimana kita ketahui, mengajar atau memberikan penyuluhan kepada masyarakat, baik masyarakat sekolah maupun masyarakat umum, adalah suatu usaha untuk membimbing anak /masyarakat ke arah suatu perubahan perilaku yang kita harapkan. Keberhasilan seorang penyuluh kesehatan setelah memberikan penyuluhan harus terlihat dengan adanya perubahan perilaku sasaran yang diharapkan dapat menolong dirinya sendiri maupun orang lain dalam memelihara dan menjaga kesehatan gigi dan mulutnya. Perubahan perilaku ini tentunya tidak dapat terjadi secara langsung tetapi melalui suatu proses belajar yang dapat dinilai dari hasilnya.
Indikator pengajaran penyuluhan yang berhasil menurut James L Mursell memiliki 3 (tiga ) ciri, yaitu: 1. Tahan lama 2. Dapat ditransfer atau dipergunakan dalam kehiduapan sehari-hari 3. Sasaran dapat menggunakannnya. Untuk mencapai keberhasilan ini, hendaknya sebelum memberikan penyuluhan sebaiknya dibuat persiapan/perencanaan penyuluhan. Persiapan perencanaan penyuluhan ini merupakan pedoman dalam proses belajar mengajar/proses kegiatan selama penyuluhan yang lazim dikenal dengan sebutan satuan pelajaran atau sering disebut SATPEL.
1. Manfaat membuat satuan pelajaran sebelum penyuluhan a. Hasil penyuluhan akan segera diketahui, mengingat sebelum penyuluhan kita melakukan tes awal. Kemudian setelah selesai penyuluhan, kita melakukan/ memberikan tes akhir. Hasil kedua test ini dapat kita bandingkan. Soal yang diberikan pada test awal dan test kedua harus dibuat sama. Test akhir yang menunjukkan prestasi lebih baik daripada test awal menandakan penyuluhan telah berhasil dalam mencapai tujuan penyuluhan. b. Kegiatan penyuluhan akan lebih lancar, karena penyuluh telah merencanakan kegiatan apa yang harus dilaksanakan oleh penyuluh dan kegiatan apa yang harus dilakukan oleh sasaran sejak pendahuluan sampai dengan penutupan. Kegiatan dilakukan secara sistematis sesuai dengan materi dan tujuan penyuluhan. c. Pengetahuan dalam memberikan penyuluhan akan bertambah, karena penyuluh dalam mempersiapakan materi harus selalu membuka buku sumber untuk mencari bahan yang sesuai dengan kebutuhan. d. Bahan/materi penyuluhan akan lebih dikuasai. Dalam menyampaikan materi penyuluh tidak tersendat-sendat dan tidak canggung sehingga materi yang dipersiapkan sesuai dengan waktu yang tersedia. e. Alat bantu dalam penyuluhan dapat dipersiapkan terlebih dahulu. 2.
Dalam membuat satuan pelajaran hendaknya dirumuskan secara jelas yaitu; a. Tujuan yang hendak dicapai b. Bahan atau materi yang akan diberikan
c. Metode yang akan digunakan d. Kegiatan belajar mengajar / kegiatan penyuluhan e. Alat yang digunakan f. Sumber yang digunakan g. Evaluasi Add.a Tujuan Tujuan
pengajaran/penyuluhan
adalah
hasil
yang
harus
dicapai
setelah
pengajaran/penyuluhan selesai diberikan yang berupa terjadinya perubahan perilaku. Tujuan pengajaran ini disebut dengan tujuan instruksional.
Tujuan instruksional ini dibagi 2 macam, yaitu: 1. Tujuan instruksional umum Rumusan tujuan instruksional umum menggambarkan perubahan tingkah laku yang masih umum, yang masih banyak sekali jumlahnya, sehingga sukar sekali bagi kita untuk mengadakan pengukuran. Dikatakan sukar diukur karena itu tujuan ini menggambarkan perubahan perilaku yang tidak dapat ditentukan dengan pasti dan bukan merupakan tingkah laku yang spesifik. Rumusan TIU ini sebaiknya ditulis dalam membuat persiapan pengajaran karena TIU mempunyai peranan yang sangat penting sekali dalam tujuan instruksional khusus (TIK). Fungsi
TIU,
yaitu
membantu
mempercepat
penyusunan TIK.
Sebagai
perbandingan, dapat diukur apakah TIK yang kita buat sudah benar-benar spesifik dalam menggambarkan pola tingkah laku yang mudah diukur.
2. Tujuan instruksional khusus Adalah rumusan kata-kata dalam kalimat yang menggambarkan perubahan tingkah laku sasaran yang diinginkan setelah sasaran menyelesaikan satu kegiatan belajar. Perubahan tingkah laku ini dapat diketahui dengan jelas baik melalui pengamatan maupun melalui tes. Kedua tujuan instruksional tersebut pada prinsipnya
harus
dirumuskan
secara
lengkap
dari
mengandung
empat
unsur/komponen, yaitu: a. Audience, sasaran yang harus dapat mengerjakan perbuatan yang dinyatakan dalam tujuan
b. Behavior, perilaku yang harus dimiliki oleh sasaran setelah mereka menerima pelajaran. c. Condition, persyaratan yang harus ada atau diperhatikan pada saat perilaku yang diharapkan dimiliki oleh audiensi itu dievaluasi. d. Degree, target tujuan yang harus dicapai atau tingkatan minimal yang harus dimiliki audiensi. Persyaratan dalam membuat TIK a. harus menggunakan istilah kata kerja yang operasional yaitu kata kerja yang menunjukkan tingkah laku yang dapat diamati
b. Harus berorientasi pada sasaran berbentuk tingkah laku sasaran. c. Harus dalam bentuk hasil belajar d. Hanya meliputi satu jenis tingkah laku. Contoh: Setelah pelajaran selesai, siswa dapat menerjemahkan uraian tentang kesehatan dalam bahasa Inggris ke bahasa Indonesia paling sedikit sebanyak satu halaman dalam tempo 60 menit, tanpa membuka kamus.
Audience
: para siswa
Behavior
: dapat menterjemahkan uraian tentang kesehatan dalam bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia
Condition
: tanpa membuka kamus
Degree
: sebanyak satu halaman selama 60 menit.
Add.b. Bahan materi Bahan/materi yang diberikan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan latar belakang sasaran agar materi mudah dipahami oleh sasaran, penyusunan materi harus sistematik. Istilah asing sebaiknya sudah diterjemahkan ke dalam bahasan Indonesia dan penggunaan istilah harus ajeg dari awal sampai akhir penyuluhan.
Add.c. Pemilihan metode
Pemilihan metode yang tepat akan menentukan keberhasilan proses penyuluhan. Untuk memperoleh metode yang tepat, seorang penyuluh harus dapat memahami kriteria pemilihan metode serta mengerti tentang prinsip-prinsip penggunaan metode mengenai jenis-jenis metode beserta karakteristiknya. Pemilihan metode harus mengacu pada kriteria tertentu, yaitu: 1) Menunjang penyampaian TIK yang telah ditetapkan. Hal ini tergantung pada perubahan perilaku yang diharapkan, berdasarkan taksonomi. Blom yang membagi perilaku manusia dalam 3 ranah, yaitu: a. Kognitif (pengetahuan) b. Afektif (sikap) c. Psikomotor (keterampilan)
Tujuan Instuksional Khusus Membentuk Pengetahuan
Membentuk Ketrampilan
Membentuk Sikap
Metode yang Digunakan : ~ Ceramah ~ Diskusi ~ Pemberian Tugas
Metode yang digunakan : ~ Demonstrasi ~ Eksperimen
Metode yang digunakan : ~ Permainan ~ Simulasi
2) Sesuai dengan materi yang akan disajikan 3) Sesuai dengan karakteristik siswa/sasaran/usia/tingkat pendidikan 4) Bergantung pada waktu yang tersedia 5) Bergantung pada sarana dan prasarana 6) Bergantung pada banyak sasaran 7) Bergantung pada kemampuan penyuluh 8) Bergantung pada besar kecilnya ruangan Prinsip penggunaan metode a. tidak ada satu pun metode yang dapat digunakan untuk mencapai semua tujuan b. sebaiknya digunakan lebih dari satu metode dalam satu penyuluhan Add.d. Kegiatan penyuluh
Kegiatan penyuluhan merupakan pemikiran langkah yang harus ditempuh oleh guru/penyuluh untuk membantu audiensi mencapai tujuan istruksional atau terjadinya perubahan tingkah laku. Kegiatan penyuluhan dalam mengatur strategi pembelajaran meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Pendahuluan Tahap ini membutuhkan waktu 10% dari waktu pertemuan yang dialokasikan dan bertujuan membawa siswa ke bagian pokok pembelajaran. Peristiwa belajar yang perlu dilaksanakan pada tahap ini, antara lain: a. menyiapkan siswa atau menenangkan siswa b. memberi salam
c. memperkenalkan diri d. menarik perhatian siswa e. menimbulkan atau meningkatkan motivasi\ f. memberitahukan TIK yang akan dicapai g. menjelaskan KBM h. menyajikan bahan pengait dengan cara apersepsi/test awal. Fungsi tahapan ini untuk merangsang terciptanya kondisi internal pada diri siswa. 2. Pengembangan Banyak orang yang beranggapan bahwa tahap ini merupakan pengajaran sesungguhnya. Sebanyak 65% dari alokasi waktu yang tersedia digunakan untuk menyampaikan materi yang bersifat pengetahuan, dan 25% sisanya untuk materi yang bersifat ketrampilan. KBM yang dilaksanakan, meliputi: a. Penyampaian materi b. Pemotivasian dan pembimbingan siswa belajar c. Pemerolehan umpan balik.
3. Konsolidasi
Mengkonsolidasi bagian materi yang telah diajarkan menjadi satu kesatuan dilakukan dengan cara merangkum. Dalam proses konsolidasi kita harapkan adanya persamaan pandangan antara penyuluh dan sasaran terhadap pesan yang telah disampaikan.
4. Pemberian tugas Pemberian tugas meliputi: a. Menghubungkan apa yang didapat dengan apa yang akan diajarkan/diberikan b. Menutup pelajaran/penyuluhan c. Menenangkan sasaran d. Memberi salam Add.d.1 Kegiatan sasaran Bila di dalam kelas •
Anak duduk dengan tenang
•
Menyiapkan alat pelajaran
•
Mendengarkan/melaksanakan perintah penyuluh
•
Mencatat
•
Menjawab pertanyaan
Bila di masyarakat: •
Sasaran duduk dengan tenang
•
Mendengarkan
•
Menjawab dan bertanya
•
Dalam metode demontrasi sasaran mungkin ikut serta mempraktikannya
•
Menekankan apa yang sedang diberikan
Add.e. Alat peraga •
Klasikal : papan tulis, flip chart dan lain-lain
•
Individual : buku tulis, alat tulis
Add.f. Sumber pelajaran
Sumber pelajaran adalah buku, bahan bacaan yang digunakan sebagai acuan pengembangan materi yang akan disampaikan pada saat penyuluhan
Add.g. Evaluasi Untuk mengetahui sampai sejauh mana materi dapat ditangkap oleh sasaran, evaluasi dapat berupa, tes lisan, tes tertulis, tes perbuatan
FORMAT SAT-PEL Bidang studi Subbidang studi Pokok bahasan Sub pokok bahasan Sasaran Tempat Waktu TIU TIK MATERI METODE ALAT PERAGA EVALUASI
:
: …………………….. : …………………….. : ……………………… …………………….. : …………………….. : …………………….. : ……………………..
: : : : : :
Mengetahui Pembimbing, (
➢ Ringkasan
Penyuluh, )
(
)
Perencanaan program penyuluhan adalah suatu rangkaian kegiatan yang disusun secara sistematik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan /diputuskan bersama untuk mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku sehat. Perencanaan program penyuluhan harus memiliki ciri-ciri: dapat dilaksanakan secara terus menerus, berorientasi ke masa depan, dapat menyelesaikan suatu masalah, dan mempunyai tujuan. Perencanaan program penyuluhan perlu melibatkan unsur pimpinan pelaksana program kesehatan yang ditunjang
petugas pelatihan dan penelitian, prtugas
penyuluhan, serta masyarakat. Perencanaan yang dibuat harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat, mudah diterima masyarakat, praktis, dapat dilaksanakan sesuai situasi setempat, sesuai program yang ditunjang, dan didukung kebijaksanaan.
Langkah-langkah perencanaan penyuluhan adalah analisis situasi, penentuan prioritas masalah, penentuan tujuan, penentuan sasaran, penentuan pesan, penentuan metode, penentuan media, penentuan rencana penilaian, dan penyusunan jadwal. Ciri-ciri pengajaran/penyuluhan yang berhasil adalah tahap lama, dapat ditransfer atau dipergunakan sehari-hari dan sasaran dapat menggunakannya. Persiapan perencanaan penyuluhan/SATPEL merupakan pedoman dalam proses belajar mengajar/proses kegiatan selama penyuluhan. Manfaat pembuatan SATPEL adalah hasil dari kegiatan penyuluhan diketahui dengan segera, kegiatan penyuluhan akan lebih lancar, pengetahuan dalam persiapan materi bertambah, materi lebih dikuasai, dan alat bantu dipersiapkan dahulu. Dalam membuat SATPEL, semua kemampuan harus dirumuskan secara jelas, komponen SATPEL terdiri dari tujuan yang hendak dicapai, bahan/materi yang akan diberikan, metode yang digunakan, kegiatan belajar mengajar/kegiatan penyuluhan alat yang digunakan, sumber yang akan digunakan, dan evaluasi. Penilaian adalah suatu proses untuk menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan yang sudah dipersiapkan.
BAB VI PENYULUHAN MELALUI CHAIR SIDE TALK 6.1 Latar Belakang Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut merupakan aktifitas yang bertujuan mengingatakan, memberikan contoh, sampai memberikan peringatan mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Program ini bisa dikatakan merupakan salah satu bagan penting dari program kesehatan secara komperhensif. Kementerian kesehatan sendiri telah mempunyai program untuk mengadakan penyuluhan tersebut secara berkala kepada masyarakat, khususnya anak-anak di sekolah. Penyuluhan dapat dilakukan di sekolah, balai kesehatan, posyandu, dan juga bisa dilakukan pada saat dilakukan perawatan yakni diatas kursi gigi.
6.2 Pengertian Penyuluhan Kesehatan Gigi Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut adalah usaha terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat mau mengubah perilaku lama yang kurang menguntungkan untuk kesehatan gigi, menjadi lebih menguntungkan untuk kesehatan giginya. Pendidikan kesehatan gigi (Dental Health Education) merupakan salah satu program kesehatan gigi dengan tujuan menanggulangi masalah kesehatan gigi di Indonesia. Program pendidikan kesehatan gigi merupakan salah satu program yang harus dilaksanakan Pusat
Kesehatan Masyarakat secara terpadu dengan usaha kesehatan lainnya dan ditujukan kepada individu (Budiharto, 2009). Kesehatan gigi merupakan metode untuk memotivasi pasien agar membersihkan mulut mereka dengan efektif, pendekatan ini ditujukan sedini mungkin pada anak-anak, dan orang dewasa yang belum memiliki pemahaman yang benar (Pratiwi, 2009). Program penyuluhan/ pendidikan kesehatan gigi merupakan bagian dari program pembangunan nasional yang bertujuan mengubah perilaku masyarakat kearah perilaku sehat (Artini, dkk, 2000). 6.3 Tujuan Penyuluhan Kesehatan Gigi Menurut Herijulianti, dkk (2000), tujuan penyuluhan kesehatan gigi adalah adanya perubahan perilaku dari masyarakat kearah perilaku sehat sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, tentunya perubahan perilaku yang diharapkan setelah menerima pendidikan tidak dapat terjadi sekaligus. Oleh karena itu, pencampaian target penyuluhan kesehatan gigi dibagi menjadi tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Hasil yang diharapkan dari penyuluhan kesehatan gigi dalam jangka pendek adalah tercapainya perubahan pengetahuan dari masyarakat. Dalam tujuan jangka menengah, hasil yang diharapkan adalah adanya peningkatan pengertian, sikap, dan keterampilan yang akan mengubah perilaku masyarakat kearah perilaku sehat. Tujuan jangka panjang adalah masyarakat dapat menjalankan perilaku sehat dalm kehidupan sehari-harinya. 6.4 Pendekatan Pendidikan Kesehatan Gigi Pendekatan Pendidikan Kesehatan Gigi adalah cara-cara sumber pesan (penyuluh) berhubungan dengan sasaran (yang disuluh) pada waktu memberikan penyuluhan. Pendidikan kesehatan gigi dapat dilakukan dengan berbagai macam pendekatan, antara lain: 6.4.1 Pendekatan Berdasarkan Jumlah Sasaran Pendekatan ada tiga macam: 6.4.1.1 Penyuluhan Individu/Perorangan Penyuluhan secara individual dapat dilakukan secara Formal. Di puskesmas kita melakukan chair side talk pada waktu memberikan pengobatan. Kunjungan ke
rumah pada waktu kita dipanggil untuk memberikan pengobatan. Penyuluhan individual secara formal biasanya dilakukan dengan metode wawancara. Informal :Penyuluhan dilakukan di sela obrolan dan bersifat tidak resmi, misalkan: a. Kunjungan ke rumah (anjang sana) b. Obrolan di warung kopi c. Obrolan di kereta api 6.4.1.2 Penyuluhan kelompok Yang dimaksud penyuluhan kelompok adalah sekumpulan individu yang mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu yang jumlah orangnya masih dapat dihitung dan siapa orang yang berkelompok itu masih dapat diketahui.
Penyuluhan pada kelompok tersebut dapat dilakukan dengan: 1) Sengaja mengundang/mengumpulkan orang 2) Umumnya kelompok yang mempunyai ciri-ciri khusus dan dilakukan jika di daerah tersebut jarang ada pertemuan, misalnya: a. Kelompok karang taruna b. Kelompok ibu-ibu PKK 3) Menyelipkan pada pertemuan yang sudah ada, misal dalam: a. Pertemuan agama b. Pertemuan arisan di desa Metode yang dapat digunakan ialah: a. Ceramah dengan diskusi, ceramah dengan tanya jawab b. Ceramah dengan diskusi dan demonstrasi, dll 6.4.1.3 Penvuluhanan Massa Adalah penyuluhan yang diberikan sekaligus kepada orang yang jumlahnya tidak terhitung dan bisa terdiri atas berbagai macam kelompok. Cara sederhana dalam penyuluhan kelompok: a. Memasang poster/tulisan di tempat ramai atau di tempat banyak orang lewat.
b. Melalui tontonan/hiburan yang disenangi masyarakat setempat, seperti wayang olek, layar tancap, dan ketoprak. c. Memasang pesan di gerobak kendaraan lain, lalu dibawa berkeliling desa.
6.4.2 Pendekatan berdasarkan cara penyampaian 6.4.2.1 Penyuluhan tatap muka Yaitu kelompok sasaran yang disuluh berhadapan langsung dengan penyuluh. Karena berhadapan langsung dengan kelompok sasaran, penyuluh mengetahui kebutuhan dan permasalahan kelompok sasaran. 6.4.2.2 Penyuluhan non-tatap muka Pada penyuluhan ini, kelompok sasaran tidak secara langsung berhubungan dengan penyuluh. Penyuluh berhubungan dengan kelompok sasaran dengan menggunakan media cetak, sepeni brosur, leaflet, ataupun media non-cetak berupa kaset, film, dan sebagainya. 6.4.2.3 Penyuluhan campuran Penyuluhan dilakukan dengan cara penggabungan antara penyuluhan tatap muka dan nontatap muka. Jadi dalam menyampaikan pesan, penyuluh selain bertatap muka secara langsung juga menggunakan media cetak atau non-cetak sebagai pendukung. Penyuluhan dengan cara ini lebih efektif dan efisien karena isi pesan dapat diterima dengan jelas. Cara memberi penyuluhan 1. Melakukan Persiapan a. Tempat Lokasi dimana akan dilakukan penyuluhan, dimana penentuan tempat ini harus disusuaikan dengan jumlah orang atau warga yang akan diberi penyuluhan. b. Materi Bahan yang akan diberikan dalam penyuluhan, agar dalam pelaksanaan penyuluhan dapat berjalan dengan lancar. c. Media
Yang dimaksud media pendidikan adalah alat bantu pendidikan. Disebut media pendidikan karena alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan kesehatan bagi masyarakat.
2. Memberikan Penyuluhan Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan, dibagi menjadi 3 yaitu : a. Media cetak ➢ Booklet adalah suatu media menyampaikan pesan kesehatan dan bentuk buku, baik tulisan maupun gambar ➢ Leaflet, suatu media menyampaikan pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat, dapat berupa kalimat atau gambar. ➢ Flyer/selebaran ialah seperti leaflet tetapi tidak dilipat ➢ Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/ informasi kesehatan yang biasa ditempel ditembok-tembok, ditempat umum atau kendaraan umum.
➢ Flipchart/ lembar balik : suatu media menyampaikan pesan kesehatan dalam bentuk lembar balik, bentuk buku berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi berkaitan dengan gambar tersebut.
b. Media elektronik ➢ TV , Radio ➢ Video ➢ Slide dan lain-lain.
c. Media papan/papan tulis Papan tulis biasanya ditempel ditempat umum atau kelas.
3. Metode Pelaksanaan a. Ceramah – Diskusi Ceramah adalah salah satu cara dalam penyuluhan kesehatan dimana kita menerangkan atau menjelaskan sesuatu dengan lisan disertai dengan tanya jawab (diskusi) kepada sekelompok pendengar, serta dibantu oleh beberapa alat peraga yang dianggap perlu.
Ciri-ciri ceramah : ➢ Ada sekelompok pendengar yang sudah dipersiapkan ➢ Ada suatu ide yang akan disampaikan dengan lisan (uraian lisan) ➢ Ada kesempatan bertanya bagi pendengar, yang harus dijawab oleh penceramah. ➢ Ada alat-alat peraga yang dipakai untuk menjelaskan sesuatu yang sudah dijelaskan
b. Demonstrasi Adalah suatu cara penyajian pengertian atau ide yang dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara menjelaskan suatu prosedur. Cara penyajian ini disertai dengan penjelasan-penjelasan lisan atau dengan menggunakan alat peraga dan tanya jawab.
Dalam demonstrasi pelatih menunjukkan, mempragakan dalam mengerjakan sesuatu hal atau kegiuatan, misalnya : ➢ Memilih sayuran yang baik yang mengandung vitamin A ➢ Memperagakan pembuatan larutan gula garam Catatan : dalam demonstrasi, pelatih mengerjakan dulu kemudian diikuti oleh peserta, dan dalam memperagakan contoh atau bahan, pelatih diharapkan berdiri lebih dekat dengan peserta. c. Simulasi Adalah suatu metode untuk menyiapkan situasi yang nyata dalam kelas dimana peserta melakukan suatu kegiatan dalam keadaan yang mirip keadaan sesungguhnya. Misalnya : peserta bertindak sebagai seorang kader dalam rangka memberikan penyuluhan perorangan kepada ibu balita, ibu hamil d. Bermain Peran Bermain peran adalah bentuk sederhana dimana peserta memerankan suatu tokoh tertentu dan berbuat seperti dalam kenyataan. Karena tidak ada skenario maka
mereka terpaksa berbuat sesuai dengan pendapatnya. Peserta kemudian mencoba mengambil makna sandiwara untuk memecahkan masalah yang dihadapi e. Curah Pendapat Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (cara pendapat). Tanggapan ditampung dengan ditulis pada papan tulis atau flipchart. Sebelumnya tidak boleh diberi komentar apapun oleh siapapun, baru setelah semua memberikan komentar tiap anggota dapat mengomentari akhirnya terjadilah diskusi. 4. Sasaran dan Target a. Sasaran : Cakupan area warga yang akan diberi penyuluhan b. Target : misalnya ibu hamil atau lansia
5. Strategi pelaksanaan a. Hari b. Tanggal c. Waktu
6.5 Chair side talk 6.5.1 Pengertian penyuluhan chair side talk Kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh pada saat pasien sedang dilakukan perawatan. 6.5.2 Penyuluhan tentang kebersihan mulut melalui Chair side talk Penyuluhan mengenai kebersihan mulut diberikan oleh perawat gigi atau dokter gigi yang dilakukan diatas kursi gigi, bisa sebelum ataupun sesudah dilakukan perawatan . 6.5.2.1 Sasaran : pasien yang sedang dirawat 6.5.2.2 Topik : Cara memelihara kebersihan mulut 6.5.2.3 Alat Bantu Penyuluhan : ➢ Model Rahang Gigi
➢ Model sikat gigi ➢ Flip chart cara memelihara kesehatan gigi dan mulut dan karang gigi
6.6 Teknik penyuluhan Penyuluhan chair side talk diberikan pada saat pasien sedang dilakukan perwatan , dalam chair side talk ada beberapa hal yang harus disampaikan pada pasien : ➢ Tujuan perawatan ( tergantung kasus ) ➢ Menjelaskan langkah-langkah perwatan ➢ Instruksi setelah perawatan dilakukan (tergantung kasus)
Dalam memberikan penyuluhan tentang kebersihan gigi dan mulut, berikut CONTOH materi yang harus disampaikan : 1. Fungsi Gigi Gigi pada manusia mempunyai beberapa fungsi : a. Sebagai alat estetika / kecantikan karena manusia tanpa gigi depan akan kelihatan jelek. b. Gigi juga membantu alat pencernaan , yaitu sebagai alat untuk memotong makanan, mencabik dan menghaluskan makanan c. Sebagai alat bantu berbicara yaitu untuk mengucapkan kata-kata dengan jelas. 2. Tujuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut c. Agar kebersihan gigi dan mulut tetap terjaga d. Untuk mencegah kelainan-kelainan dan keparahan kesehatan gigi dan mulut e. Agar gigi tidak mudah rusak atau berlubang 3. Akibat kurang adanya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut Jika kita tidak memelihara kesehatan gigi dan mulut, akan berakibat: a. Gigi mudah berlubang (karies) b. Bau mulut c. Terjadinya radang gusi d. Terjadinya penumpukan plak yang mengakibatkan timbulnya karang gigi 4. Cara membersihkan gigi dan mulut Dengan menggosokkan gigi 3x sehari, yaitu pagi setelah sarapan, siang setelah makan siang, dan malam setelah makan malam atau sebelum tidur 5. Syarat-syarat sikat gigi yang baik dan benar a. Tangkai sikat gigi lurus agar mudah digenggam
b. Kepala sikat harus kecil agar mencapai permukaan gigi yang paling belakang c. Bulu sikat gigi harus lembut d. Permukaan sikat gigi harus rata agar tidak melukai jaringan permukaan sekitarnya 6. Cara menyikat gigi a. Kedua rahang tertutup, permukaan gigi yang menghadap ke pipi dan bibir disikat dengan gerakan ke atas ke bawah (sesuai arah tumbuhnya gigi) b. Untuk permukaan gigi yang menghadapa ke langit-langit dan lidah dilakukan gerakan yang sama dengan mulut terbuka c. Permukaan pengunyahan disikat dengan gerakan maju-mundur d. Bila ada kebiasaan menggosok gigi dengan gerakan pendek-pendek (2-3 gigi) sampai seluruh permukaan gigi tersikat e. Biasakanlah menggosok gigi di muka cermin gar dapat terlihat apakah sudah semua permukaan gigi tersikat bersih
7. Tips pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut a.Menyikat gigi 3x sehari b. Mengurang makanan yang mnis dan melekat c. Perbanyak makanan yang berair dan berserat d. Rajin ke kontrol gigi atau ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali
6.7 Penyuluhan tentang kebersihan mulut 6.7.1 Tujuan perawatan pembersihan karang gigi agar gusi sehat, terhindar dari penyakit gusi dan bau mulut 6.7.2 Menjelaskan langkah-langkah pembersihan karang gigi : ➢ Plak kontrol : melihat kebersihan gigi nya ➢ Scalling : pembersihan karang gigi dengan alat scaller ➢ Pemolesan : membersihkan sisa-sisa karang gigi dengan brush dan pepsodent ➢ Pemberian alat antiseptik : memberikan betadine agar gusi tidak infeksi 6.7.3 Instruksi setelah pembersihan karang gigi ➢ Rajin menyikat gigi 3 kali sehari usai makan ➢ Kontrol 6 bulan sekali ➢ Perbanyak makan buah-buahan yang berair dan berserat ➢ Kurangi makanan manis dan mudah melekat
6.8 Beberapa tehnik pendekatan 6.8.1 Penyuluh dengan teknik persuasi (ajakan) Adalah penyuluhan yang dilakukan dengan cara menunjukkan manfaat suatu program dan kerugiannya bila tidak mengikuti program tersebut, sehingga pasien menyadari
akan
manfaat
dari
suatu
program
dan
termotivasi
untuk
melaksanakannya 6.8.2 Penyuluhan dengan teknik simulasi (rangsangan) Adalah suatu teknik penyuluhan dengan cara penyuluh merangsang pasien dengan pemberian hadiah dukungan sehingga pasien mau melaksanakan program yang ditawarkan.
6.8.3 Penyuluhan dengan teknik paksaan sosial Adalah teknik penyuluhan dengan pemberian ancaman ringan kepada pasien jika tidak mau melaksanakan suatu program tanpa alasan yang jelas, misalnya pada pasien perawatan saluran akar untuk rajin kunjung melakukan perawatan karena kalau tidak giginya akan berlubang tambah parah dan bisa menambah biaya pengobatan karena gigi nya sudah tidak ada, maka harus buat gigi palsu.
Hal-hal yang diperhatikan dalam memberikan penyuluhan chair side talk : 1. Bahasa yang digunakan mudah dimengerti, jangan menggunakan istilah kedokteran gigi 2. Memberikan penjelasan sesuai kasus pasien 3. Berikan kesempatan pasien untuk bercerita tentang keluhan giginya 4. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya 5. Pastikan pasien mengerti apa yang disampaikan
BAB VII PROGRAM KESEHATAN GIGI MULUT TERINTEGRASI DI PUSKESMAS 7.1 Program Kesehatan Umum dan Kesehatan Gigi 7.1.1 KIA bumil, bufas promotif-preventif penyuluhan tentang : cara menyusukan bayi dengan kasih sayang, hindari stress/depresi selama kehamilan, persiapan melahirkan secara mantap termasuk persiapan mental, dokter pendidikan perkembangan anak secara kesehatan jiwa dengan bantuan tenaga bidan, perawat, kader, dokter, baik secara individu maupun keluarga untuk upaya promotif, dan preventif . Melalui penyuluhan juga kesehatan gigi agar tercipta keluarga yang bahagia dan sejahtera (bidan, perawat, perawat gigi dan kader). 7.1.2 Gizi individu dan keluarga promotif-preventif penyuluhan tentang gizi makanan, penggunaan dan manfaat garam berjodium untuk mencegah gangguan mental pada anak juga memperhatikan kesehatan gigi sejak bayi dalam janin (ahli gizi, perawat, kader, dan dokter) 7.1.3 Kesling kelompok, masyarakat dan lingkungan diberikan layanan promotifpreventif serta diharapkan melalui penyuluhan cara hidup sehat antara lain pelihara kebersihan gigi dan mulut dimulai dari individu oleh tenaga perawat, perawat gigi dan tenaga kesling
7.1.4 P2M kelompok, dan masyarakat melalui upaya promotif- preventif dalam kegiatan penyuluhan dapat diinformasikan bahwa penyakit jiwa bukan penyakit menular dan dapat disembuhkan oleh tenaga kesehatan perawat dan atau dokter. Perlunya pendekatan khusus termasuk pelihara kesehatan giginya 7.1.5 PKM keluarga, kelompok dan masyarakat melalui upaya promotif- preventif dalam kegiatan penyuluhan
tentang pentingnya peranan orang tua dalam keluarga;
pentingnya menciptakan hubungan dan komunikasi tenaga kesehatan termasuk perawat gigi yang baik kepada keluarga dan masyarakat agar tercapai status kesehatan gigi yang optimal 7.1.6 Pengobatan individu, keluarga kuratif-rehabilitatif memberikan penjelasan bahwa pasien jiwa diharapkan untuk pengobatan kepada dokter secara teratur dan perawatan.
7.1.7 PHN keluarga, masyarakat
melalui upaya promotif- preventif dalam kegiatan
penyuluhan, dan rehabilitatif. Dan diharapkan dengan kegiatan penyuluhan oleh tenaga kesehatan tentang kesehatan jiwa bekerjasama dengan anggota keluarganya 7.1.8 UKS murid, guru, orang tua murid promotif-peventif-rehabilitatif penyuluhan kesehatan jiwa; deteksi dini gangguan/kesulitan belajar; gangguan perkembangan; merujuk ke RSJ oleh dokter perawat, dan guru uks 7.1.9 Kesehatan lansia individu, keluarga,dan masyarakat melalui upaya preventif-kuratif dengan rujukan dalam kegiatan penyuluhan kesehatan jiwa usia lanjut; dan pengobatannya oleh dokter perawat, dan guru uks 7.1.10 Kesehatan olah raga individu, dan masyarakat melalui upaya promotif-preventif dalam kegiatan penyuluhan tentang pentingnya olah raga bagi kesehatan mental baik teori maupun praktik oleh dokter, perawat, dan kader 7.2 Materi – Materi Kesehatan Gigi 7.2.1 Kesehatan gigi dan cara menjaganya Selain gosok gigi dan menggunakan benang gigi, pola makanan yang sehat (dengan tambahan fluoride atau fluorida natural) akan melindungi gigi dan gusi dari pembusukan dan berbagai masalah lainnya. Pembusukan gigi (lubang dan karang gigi) dan berbagai penyakit gusi disebabkan oleh koloni bakteri yang terus menerus melapisi permukaan gigi dengan lapisan lengket yang disebut plak. Jika plak ini tidak dihilangkan (gosok gigi), maka bakteri
yang menempel akan mengubah gula dan zat tepung dalam makanan menjadi asam yang akan merusak enamel gigi. Plak ini juga dapat mengeras menjadi tartar, yang akan membuat radang gusi, atau gingvitis. Makanan yang sehat akan memberikan mineral, vitamin dan nutrisi lain yang mendukung kesehatan gusi dan gigi. Fluorida, yang sangat umum ditemukan pada makanan dan air, atau ditambahkan di suplai air, akan dapat menjadi alat yang kuat untuk melawan kerusakan gigi. Makanan ini bahkan dapat mengurangi lubang gigi sampai 60 persen. 7.2.2 Tuntunan Kesehatan Gigi. Kesehatan gigi dimulai dengan makan-makanan yang pas selama kehamilan. Pastikan bahwa kesehatan gigi dimulai ketika masih anak-anak dan bahkan mulai dalam kandungan, dengan makan- makanan yang banyak mengandung kalsium dan vitamin D.
Yang diperlukan tubuh untuk menyerap kalsium, sehingga tulang dan gigi kuat. Butuh banyak sekali kalsium untuk gigi dan gusi yang kuat. Makanan olahan susu rendah lemak, olahan kedelai, salmon atau sardin tulang lunak, almond, dan sayuran hijau gelap, adalah sumber kalsium yang bagus. Juga butuh vitamin D karena vitamin D dibutuhkan untuk menyerap kalsium. Vitamin D didapatkan dari susu cair, olahan kedelai, margarin, ikan seperti salmon, dan juga sinar matahari. Kunci dari semuanya adalah Fluorida. Gigi berlubang dapat dicegah dengan memberikan fluorida pada masa awal perkembangan kehidupan anak. Fluorida dapat disuplai melalui air yang diperkaya fluorida, ikan-ikanan, pasta gigi, atau cairan pencuci mulut (mouthwash). Tapi ingat, konsumsi fluorida berlebihan juga membuat gigi tampak bercak-bercak. Selain fluorida, dibutuhkan juga fosfor, magnesium, vitamin A, dan beta karoten. Selain kalsium dan fluorida, mineral yang dibutuhkan untuk pembentukan enamel gigi antara lain adalah fosfor (ditemukan dalam daging, ikan, dan telur), magnesium (dalam sereal, bayam dan pisang). Vitamin A juga dibutuhkan membangun tulang dan gigi yang kuat. Sumber beta karoten (bahan vitamin A), ditemukan banyak dalam buah dan sayuran bewarna oranye dan dalam sayuran. Berwarna hijau. Sehabis makan jangan langsung gosok gigi. Sehabis makan langsung menggosok gigi sudah menjadi kebiasaan setiap orang karena hal tersebut sangat baik untuk memelihara kesehatan gigi. Bangun tidur ‘ku terus mandi, tidak lupa menggosok gigi. Habis mandi kutolong ibu… “Demikianlah penggalan lagu anak-anak” yang masih sering dinyanyikan sampai sekarang, bahkan mungkin sampai masa
mendatang. Mungkin, lagu ini sangat besar pengaruhnya pada anak-anak untuk membiasakan diri menggosok gigi ketika mandi pagi atau sore. Kebiasaan tersebut tentu baik sekali untuk memelihara kesehatan gigi. Sayangnya, upaya pemeliharaan gigi ini kadang dibingungkan oleh berbagai informasi dari media massa, guru, orangtua, bahkan dokter gigi. Sering dikatakan, untuk menjaga kesehatan gigi khususnya agar gigi tidak berlubang, harus selalu menyikat gigi setelah makan, minimal dua kali sehari yaitu setelah sarapan pagi dan setelah makan malam atau sebelum tidur. Sebenarnya, gigi kita selalu diselaputi oleh semacam selaput tipis akibat rongga mulut tidak pernah kering dari liur. Selaput ini menjadi media subur bagi tumbuhnya berbagai kuman. Ketika pertama kali Antonie dan Leewenhoek melaporkan penelitiannya tentang selaput ini pada abad ke-17, mereka menyebutnya sebagai material alba, yang dilukiskan sebagai selaput tipis mengandung berbagai bakteri berjumlah besar. Selaput tersebut akan menjadi plak (plaque), bila koloni kumannya sudah mencapai jumlah tertentu. Dibutuhkan waktu berabad-abad sampai dapat dibuktikan adanya hubungan yang jelas antara material alba dengan karies gigi. Setelah makan, sisa makanan, khususnya makanan karbohidrat, akan mengalami fermentasi terhadap gula (glukosa) makanan. Hasilnya berupa senyawa bersifat asam dan membuat lingkungan sekitar gigi bersuasana asam. Dalam beberapa menit derajat keasaman tadi akan meningkat atau pH-nya turun. Bila berlanjut, penurunan nilai pH akan sampai ke nilai pH kritis, yaitu nilai pH yang dapat memicu dekalsifikasi (hilangnya garam kalsium) pada email gigi. Bila zat gula pada plak habis difermentasi, sejumlah bakteri lain, di antaranya Veillonella alcalescens, akan merusak kembali senyawa asam hasil fermentasi tersebut. Dengan demikian setelah beberapa waktu, pH plak akan berangsur naik kembali mencapai pH normal. Demikianlah yang selalu terjadi setelah kita makan, terutama makan makanan yang mengandung gula. Berbagai penelitian memperlihatkan bahwa pH akan kembali normal setelah 20 - 30 menit pasca makan. Dari kenyataan di atas, dapat dikatakan bahwa masa 20 – 30 menit setelah kita makan, makanan karbohidrat (mengandung gula) merupakan saat-saat sangat rentan untuk terjadinya kerusakan gigi. Penyikatan gigi pada saat derajat keasaman dalam mulut masih pada tingkat kritis ini akan menambah kerusakan permukaan gigi.
Tujuan menyikat gigi adalah membersihkan mulut dari sisa makanan agar fermentasi sisa makanan tidak berlangsung terlalu lama, sehingga kerusakan gigi dapat dihindari. Bila menyikat gigi dengan benar, permukaan gigi juga bersih dari plak. Tetapi sekali lagi, plak akan senantiasa terbentuk dari waktu ke waktu. Memang, tak ada salahnya menyikat gigi ketika mandi pagi atau sore hari. Namun, manfaatnya lebih hanya untuk memelihara kesegaran mulut, atau kurang effektif dalam pemeliharaan gigi dan kurang berpengaruh besar. Nah, agar plak gigi hilang perlu cara menyikat gigi yang benar. Celakanya, banyak orang tidak tahu cara menyikat gigi secara benar. Karena plak tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, mungkin saja plak tidak pernah hilang benar walaupun rajin menyikat gigi. Oleh karena itu, cobalah periksakan ke klinik gigi, apakah teknik menyikat gigi sudah benar. Bila belum, dengan bantuan disclosing agent dapat membimbing menyikat gigi secara benar. Nah, menyikat gigi dengan benar dan pada waktu yang tepat.
7.2.3 Kesehatan Gigi & Mulut Balita. Kesehatan gigi & mulut balita usia dini sedang dalam pertumbuhan yang pesat. Maka gigi geligi yang sehat diperlukan agar anak dapat mengunyah dengan sempurna, hingga sari makanan dapat diserap dengan baik. Sementara dua pertiga dari wajah dimulai dari dasar mata sampai ke dagu ditentukan oleh dasar rahang. Dan rahang dapat dirangsang pertumbuhannya dengan pemberian ASI, di samping fungsi pengunyah yang sempurna. Gigi berlubang pastilah menimbulkan rasa sakit, terutama waktu mengunyah sehinggga anak takut untuk makan dan cendrung memilih makanan yang lembut. Hal ini mengakibatkan gangguan pertumbuhan rahang dan pola makan yang tidak seimbang. Oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut harus dijaga sejak dini, karena kelainan pada gigi dan mulut yang sering ditemukan, seperti gigi berlubang, kelainan pada gusi, juga kelainan yang disebabkan karena kebiasaan buruk. Gigi berlubang, bila terkena infeksi maka dapat menyebabkan pembengkakan. " Gigi berlubang disebabkan makanan yang manis dan melekat pada gigi yang sangat disukai oleh anak-anak. Dan mereka pada umumnya belum mampu memelihara kebersihan mulutnya sendiri dan kebiasaan minum susu botol, terutama sebelum tidur." Sedangkan kelainan pada gusi, yakni pembengkakan karena infeksi dari gigi keropos, luka-luka pada gusi karena kekurangan vitamin C serta luka karena tertembus akar gigi susu "Kelainan yang disebabkan karena
kebiasaan buruk, antara lain, menghisap ibu jari,menggigit bibir bawah yang mengakibatkan terjadinya kelainan pada gigi dan rongga mulut,". Cara pencegahannya dengan memelihara kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut secara teratur dan benar. "Untuk usia 0-2 tahun dengan menggunakan waslap atau handuk basah. Setelah usia dua tahun, sebaiknya ibu membantu dan mengajari menggosok gigi dengan menggunakan sikat gigi kecil dan pasta yang mengandung fluor." Saat yang tepat untuk menggosok gigi adalah, pagi hari sesudah makan malam hari sebelum tidur, memperhatikan diet makanan, memilih makanan yang menguatkan dan menyehatkan gigi. Mengurangi makan-makanan yang manis karena dapat mempercepat kerusakan gigi. "Pemeriksaan gigi dan mulut secara berkala enam bulan sekali, dan minumlah tablet flour setiap hari selama dua tahun untuk menguatkan gigi terhadap serangan karies"
7.2.4 Merawat Gigi Bayi pada usia 0-24 bulan. Tidak perlu menunggu waktu yang tepat sampai anak mau ke klinik gigi atau cukup umur untuk memulai perawatan pada giginya. Umumnya penyakit dan kelainan gigi pada anak merupakan salah satu gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Sejak gigi susu mulai tumbuh, orangtua harus bertanggungjawab membersihkan gigi bayi mereka. Walaupun gigi anak hanya merupakan gigi susu yang keberadaannya hanya sementara, namun kesehatan gigi susu berpengaruh terhadap kesehatan gigi anak di kemudian hari.
7.2.5 Karena itu, sebagai orangtua perlu mengetahui bagaimana merawat gigi anak sejak bayi dengan cara yang benar, agar kesehatan gigi dan mulut anak teratasi. Cara merawat mulut bayi pada saat usia 0 – 6 bulan: 1. Bersihkan gusi bayi dengan kain lembab, setidaknya dua kali sehari . 2. Jangan biarkan bayi tidur sambil minum susu dengan menggunakan botol susunya. 3. Selesai menyusui, ingatlah untuk membersihkan mulut bayi dengan kain lembab 4. Jangan menambah rasa manis pada botol susu dengan madu atau sesuatu yang manis.
Cara merawat mulut dan gigi bayi pada usia 7-12 bulan: 1. Tanyakan petugas kesehatan apakah bayi mendapat cukup fluor 2. Ingatlah untuk membersihkan mulut bayi dengan kain lembab ( tidak basah sekali), sehabis menyusui.
3. Jangan biarkan bayi tidur dengan botol susunya (sambil minum susu dari botol) kecuali air putih. 4. Berikan air putih bila bayi anda ingin minum diluar jadwal minum susu. 5. Saat gigi mulai tumbuh, mulailah membersihkannya dengan menggunakan kain lembab. Bersihkan setiap permukaan gigi dan batas antara gigi dengan gusi secara seksama, karena makanan seringkali tertinggal di permukaan itu. 6. Saat gigi geraham bayi mulai tumbuh, mulai gunakan sikat gigi yang kecil dengan permukaan lembut dan dari bahan nilon. 7. Jangan gunakan pasta gigi dan ingat untuk selalu membasahi sikat gigi dengan air. 8. Periksakan gigi anak ke klinik gigi, setelah 6 bulan sejak gigi pertama tumbuh, atau saat usia anak setahun. Cara merawat mulut dan gigi bayi pada usia 13-24 bulan: 1. Mulailah perkenalkan pasta gigi berfluoride 2. Jangan biarkan anak tidur dengan botol susu (sambil minum susu dari botol), kecuali air putih. 3. Pergunakan pasta gigi seukuran sebutir kacang hijau. 4. Sikat gigi anak setidaknya dua kali sehari (sehabis sarapan dan sebelum tidur di malam hari) 5. Gunakan sikat gigi yang lembut dari bahan nilon. 6. Ganti sikat gigi tiap tiga bulan atau bila bulu-bulu sikat sudah rusak. 7. Jadilah teladan dengan mempraktekkan kebiasaan menjaga kesehatan mulut dan lakukan pemeriksaan rutin ke klinik gigi setiap 6 bulan sekali 8. Biasakan anak untuk memakan makanan ringan yang sehat, seperti buah segar dan sayuran segar 9. Hindari makanan ringan yang mengandung gula.
7.2.6
Melatih anak menjaga kebersihan dan kesehatan gigi sejak usia dini. Anak adalah pribadi yang unik, ia bukanlah seorang dewasa yang bertubuh kecil. Namun ia adalah sosok pribadi yang berada dalam masa pertumbuhan baik secara fisik, mental dan intelektual. Mereka mengalami berbagai fase dalam perkembangannya,dimana pada usia 2 sampai 5 tahun merupakan fase yang paling aktif, terutama pada perkembangan otak anak. Oleh karena itu periode tersebut dikenal sebagai masa keemasan anak atau golden age. Dalam memberikan pendidikan kesehatan fisik pada anak seringkali orangtua dan guru hanya membatasi pada kesehatan tubuh saja. Pendidikan kesehatan gigi (Dental Health Education) seringkali menjadi topik yang kurang mendapat perhatian baik di rumah maupun sekolah. Ada beberapa alasan mengapa seringkali orangtua kurang memperhatikan kebersihan dan kesehatan gigi anak. Alasan yang paling banyak ditemukan adalah masih banyak orangtua yang beranggapan bahwa gigi pada anak adalah gigi susu ,jadi tidak usah dirawat karena nanti juga akan berganti dengan gigi tetap. Padahal sebenarnya justru pada masa gigi susu itulah anak harus mulai dajarkan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan giginya. Karena alasan berikut : 1. Pada masa gigi susu, sedang terjadi pembentukan gigi tetap didalam tulang. Sehingga jika ada kerusakan gigi susu yang parah dapat mengganggu proses pembentukan gigi tetapnya. Hal ini dapat mengakibatkan gigi tetap nya tumbuh dengan tidak normal. 2. Mulut adalah pintu utama masuknya makanan kedalam perut. Mulut adalah lokasi pertama yang dilalui makanan dalam proses pencernaan. Jika terjadi gangguan pada mulut maka akan mengganggu kelancaran proses pencernaan. 3. Infeksi yang terjadi pada gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan organ didalam tubuh seperti jantung, paru-paru, ginjal,dll. Karena infeksi dalam mulut dapat menyebar kedalam organ-organ tersebut yang disebut dengan fokal infeksi. 4. Infeksi gigi dan mulut yang diderita anak akan membuat anak menjadi malas beraktivitas dan akan mengganggu proses belajar mereka. Melihat alasanalasan tersebut, maka saat ini beberapa sekolah tertentu gencar memberikan pendidikan kesehatan gigi bagi siswa mereka. Bahkan ada sekolah yang
menjadikan pendidikan kesehatan gigi bersama dengan pendidikan kesehatan umum sebagai bagian dari kurikulum sekolah. Bagi para orangtua di rumah pendidikan kesehatan gigi sudah harus dimulai sejak gigi pertama ada dalam mulut anak.
Yaitu dengan selalu membersihkan gigi anak setiap selesai minum susu atau selesai makan. Tidak perlu menggunakan sikat gigi, namun bisa dilakukan dengan menggunakan kain kasa lembut yang dibasahi dengan air hangat. Sepertinya hanya sebuah perlakuan yang biasa saja, namun sesungguhnya hal itu memberikan sebuah pengalaman baru yang luar biasa pada anak. Ketika ibu membersihkan gigi dengan kain lembut yang dibasahi air hangat, anak merasa bahwa kegiatan membersihkan gigi adalah kegiatan yang menyenangkan dan itu akan terekam dalam memori anak. Dampaknya, ketika anak akan diperkenalkan dengan sikat gigi pada usia 1 tahun tidak akan ada lagi keluhan anak tidak mau menyikat gigi karena takut melihat sikat gigi yang akan dimasukkan dalam mulut mereka. Ketika anak berusia dua tahun, jumlah gigi dalam mulut sudah lengkap dua puluh buah. Mulailah anak diajarkan menyikat gigi sendiri dan orangtua tetap mengawasi. Saat mereka sudah bisa berkumur, boleh ditambah dengan pasta gigi. Ajaklah anak untuk biasa mengkonsumsi sayur atau buah dan kontrol makanan manis yang mereka konsumsi. Bukan tidak boleh anak memakan makanan yang manis karena itu makanan kesukaan mereka. Hanya orang tua perlu mengontrol banyaknya atau macam dari makanan manis yang mereka makan. Usia dua tahun merupakan usia yang pas bagi anak untuk belajar mengenal dunia kesehatan gigi. Ajaklah anak ke klinik gigi untuk memeriksa gigi mereka walaupun belum ada keluhan. Karena bisa saja sudah terjadi lubang kecil pada gigi anak yang tidak dirasakan mereka namun sudah harus dilakukan tindakan. Jadikanlah pendidikan kesehatan gigi sebagai sebuah pengalaman yang menyenangkan bagi anak. Karena dengan demikian kita sebagai orangtua tidak akan berteriak-teriak lagi menyuruh anak menyikat gigi saat mandi pagi dan Insya Allah kita tidak akan mengalami bangun tengah malam karena
anak menangis karena giginya sakit. Dan yang lebih penting lagi proses tumbuh kembang anak tidak terganggu akibat anak sakit gigi.
7.2.7 Tanaman obat untuk kesehatan gigi. Banyak tanaman yang berkhasiat bagi kesehatan gigi. Rasa yang khas dari dari cengkih misalnya, membuat tanaman ini sering dimanfaatkan. Selain cengkih, ada sejumlah tanaman lain yang memiliki khasiat serupa. Cengkih memiliki sifat antiseptika (antikuman), carminativa (peluruh
angin),
rubefaciencia
(memanaskan
kulit),
antispasmodica
(menghilangkan kejang), dan analgesik. Karenanya tanaman ini bisa digunakan untuk obat sakit gigi. Selain juga bisa untuk nyeri haid, rematik/pegal linu, masuk angin/mual, suara parau (serak), dan selesma. Demikian pula dengan sirih. Tanaman yang berasal dari India, Sri Lanka, dan Malaysia ini telah dikenal sejak tahun 600 SM. Pada daunnya yang berbentuk bulat telur melebar, elips melonjong, atau bulat telur melonjong dengan pangkal berbentuk seperti jantung dan ujung meruncing pendek ini, terkandung minyak atsiri yang dapat menguap. Di antaranya yang terbesar chavicol dan betlephenol. Aroma khas dari daun dan minyak sirih itu karena kandungan chavicol tadi. Senyawa ini memiliki daya antiseptik yang kuat dan daya bunuh bakterinya bisa sampai lima kali lipat dari fenol biasa. Daun berukuran panjang 6-17,5 cm dan lebar 3,5-10 cm ini juga mengandung allylrocatechol, cineole, caryophyllene, menthone, eugenol, dan methyl ether. Bahkan, ia berisikan vitamin C dan alkaloid arakene yang khasiatnya sama dengan kokain. Beberapa tulisan ilmiah juga menyebutkan, daun sirih mengandung enzim diastase, gula, dan tanin. Namun, daun muda mengandung diastase, gula, dan minyak atsiri lebih banyak ketimbang yang tua, sedangkan tanin relatif sama. Senyawa yang membuat daun sirih mampu meredam seriawan memang belum terlacak. Yang pasti, dalam beberapa buku kuno India dan Yunani, seperti dikutip Darwis S.N., disebutkan daun yang merupakan bahan utama menginang ini memiliki sifat styptic (menahan perdarahan), vulnerary (menyembuhkan luka kulit), stomachic (obat saluran pencernaan), menguatkan gigi, dan membersihkan tenggorokan. 7.2.8 Berikut ini beberapa ramuan lain pereda gangguan gigi yang berbagai sumber 7.2.8.1 Kunyit
➢ Ramuan 1 : Siapkan kunyit satu rimpang dan minyak kayu putih secukupnya. Setelah kunyit dicuci bersih, lalu kupas. Rendam sebentar dalam minyak kayu putih, kemudian tempelkan dalam gigi yang berlubang. Lakukan hingga sakit mereda. ➢ Ramuan 2 : Siapkan kunyit 10 gram, daun dan akar serai masing-masing 50 dan 25 gr, garam dapur secukupnya. Setelah semua bahan dicuci bersih dan kunyit dipotongpotong, rebus dengan setengah liter air. Biarkan hingga air menjadi satu gelas. Minum untuk tiga kali sehari. ➢ Ramuan 3 : Siapkan kunyit 10 gram, daun meniran 50 gram, buah pinang setengah biji, garam dapur secukupnya. Setelah semua bahan kecuali garam dicuci, tumbuk hingga halus. Jangan lupa garam. Seduh dengan air panas sebanyak satu gelas, lalu saring. Bila sudah hangat, gunakan untuk kumur. Lakukan tiga kali sehari. 7.2.8.2
Minyak kelapa Siapkan minyak kelapa sebanyak satu sendok teh. Rendam sejumput kapas dalam minyak tersebut, lalu panaskan di atas api selama kurang lebih 2-3 menit. Setelah agak hangat, tempel dengan kapas pada bagian gigi yang berlubang.
7.2.8.3 Biji Cengkih Siapkan biji cengkeh sebanyak satu genggam. Setelah disangrai, tumbuk halus hingga menjadi bubuk. Lalu, taburkan pada gigi yang sakit. Lakukan hingga sakit mereda. 7.2.8.4 Getah Pohon Kamboja Siapkan getah pohon kamboja secukupnya, bisa diambil dari tangkai daun. Teteskan pada gigi yang berlubang atau gusi yang bengkak. Lakukan hati-hati, jangan sampai terkena gigi yang sehat. Harap hati-hati, karena getah kamboja bisa merusak gigi yang sehat.
7.2.7.5 Biji Asam Siapkan setengah ons biji asam. Kemudian disangrai (goreng tanpa minyak) sampai hangus. Setelah hangus, tumbuk halus menjadi bubuk. Gosokkan bubuk tersebut pada bagian gigi yang hitam atau kuning. Lakukan hingga terjadi perubahan sesuai keinginan
Manfaat mengunyah makanan lebih lama makanan yang telah hancur lembut saat dimasak, tentu saja amat memudahkan kerja pencernaan lambung. Ibarat mesin, jika kerjanya relatif ringan, mesin itu akan lebih awet. Begitu juga lambung, akan bekerja keras jika makanan itu berasal dari bahan nabati yang seratnya lebih keras dan padat. Namun, kini sudah banyak makanan yang tidak perlu dikunyah puluhan kali sebelum ditelan. Dengan kata lain, cukup langsung ditelan. Memang, jenis makanan seperti itu meringankan kerja lambung. Akan tetapi, bagaimana halnya dengan kesehatan gigi? Ini yang perlu dipertanyakan. Para arkeolog mencatat bahwa keadaan gigi fosilfosil nenek moyang manusia pada umumnya baik, padahal hampir dapat dipastikan bahwa saat ini cara merawat dan memelihara gigi belum selengkap sekarang. Selain sarananya belum memadai, teknologi di bidang kesehatan gigi pun belum semaju sekarang. Lalu, di mana letak rahasianya? Jawaban yang paling bias diterima adalah pada jenis makanannya. Manusia zaman dahulu sebagian besar makanannya berasal dari bahan nabati, termasuk buah-buahan. Untuk itu, mereka biasa mengunyah kuat dan dalam waktu lama. Dugaan bukannya tanpa alasan dan dukungan yang kuat. Para pakar kesehatan di Amerika sejak lama mengumumkan hasil penelitiannya, yakni anak-anak yang biasa mengunyah lebih lama, cenderung memiliki gigi yang lebih bersih dan kuat. Risiko terserang penyakit gigi bagi mereka relatif kecil. Ditambahkan pula bahwa mengunyah dalam waktu yang lama makanan dari nabati, khususnya buah-buahan, akan menunjang kesehatan gigi. Secara umum, orang berpendapat bahwa buah-buahan berguna sebagai pencuci mulut sehabis makan. Selain menambah kandungan karbohidrat dan vitamin pada makanan pokok, juga membersihkan sisa-sisa makanan di celah gigi. Namun, hasil
penelitian pakar tersebut menunjukkan lebih dari itu. Setiap melakukan kunyahan, berarti pula merangsang timbulnya air liur. Semakin banyak mengunyah, semakin banyak pula air liur yang keluar. Dalam lima menit mengunyah, air liur yang tertinggal di mulut jumlahnya ratusan kali lebih banyak dibandingkan saat diam (tidak mengunyah). Air liur mengandung beberapa zat, termasuk kalsium yang dapat membentengi email gigi dari kerusakan. Dengan begitu, kesehatan gigi akan lebih terjaga. Bahkan, ada sebagian pakar kesehatan gigi yang berpendapat mengunyah buahbuahan selama lima menit, lebih baik dan efektif daripada menggosok gigi. Tentunya anggapan pakar kesehatan itu bukan bermaksud yang sudah mengunyah buah-buahan tidak perlu menggosok gigi. Keadaan masyarakat sekarang tidak sama dengan masyarakat nenek moyang kita di zaman batu. Oleh karenanya, tidaklah cukup mengunyah buah-buahan saja untuk memperoleh kesehatan gigi yang baik. Ada estetika pergaulan yang sepertinya menuntut semua orang untuk biasa tersenyum cerah dengan gigi sehat. Aromanya yang senantiasa harus segar sepanjang waktu. Kesehatan gigi tidak dapat tercipta dalam sekejap. Itu sebabnya, orang harus membiasakan diri menjaga kesehatan gigi. Sejak dini, anak-anak mesti diajarkan mengunyah makanan, khususnya makan buah-buahan dalam frekuensi kunyahan yang cukup. Selain itu, selalu mengingatkan mereka jika lupa menggosok gigi. Orang tua dahulu pernah berkata, ”Kunyahlah makanan 28 kali.” 7.3 Gula permen karet menjaga kesehatan gigi Hingga kini kesadaran orang untuk merawat kesehatan gigi dan mulut secara serius masih sangat kurang. Tingkat kesehatan mulut dapat dijadikan indikator derajat kesehatan tubuh seseorang secara keseluruhan. Telah banyak hasil riset yang membuktikan bahwa adanya infeksi mulut berkaitan dengan penyakit jantung dan paru-paru, berat bayi lahir yang rendah, kelahiran prematur dan diabetes. Ada empat faktor penyebab kerusakan gigi yaitu: makanan, terutama senyawa gula dan asam, bakteri mulut, kepekaan gigi dan lama kontak. Bahan pangan berpati yang telah dimasak dan gula dapat secara mudah difermentasi oleh bakteri mulut menjadi senyawa asam. Sukrosa (gula tebu) sering disebut ‘penjahat’ penyebab gigi berlubang (cavity) merupakan gula yang mudah difermentasi hingga membentuk makromolekul yang lengket (sticky) yang membikin plak dapat melekat kuat pada gigi dan menghalangi air ludah (saliva) mencuci asam-asam yang ada.
Berikut ini disampaikan lima tips agar mulut kita lebih sehat. ➢ Gosoklah gigi sampai bersih dengan sikat yang lembut. Menyikat gigi berarti membuang plak (timbunan bakteri) gigi dan sisa makanan sehingga dapat mencegah kerusakan gigi. Kebanyakan orang hanya menyikat gigi selama 45 detik, cobalah sampai dua menit agar gigi benar-benar bersih dan sebaiknya dilakukan sehabis makan. ➢ Jangan lupa menyikat lidah. Di dalam rongga mulut selain gigi, juga terdapat organ penting lainnya yaitu lidah. Mulut mengandung berbagai bakteri dan beberapa jenis bakteri dapat tumbuh di lidah. Pada beberapa orang, tumbuhnya bakteri tersebut menyebabkan napas berbau tak sedap. ➢ Kurangi mengkonsumsi panganan ringan. Pangan ini cukup tinggi kadar gulanya sehingga berpotensi sebagai makanan untuk pertumbuhan bakteri mulut. Dalam waktu sekitar 20 menit setelah makan panganan ringan, bakteri akan menghasilkan senyawa asam seperti asetat, format, dan laktat. yang menyerang email gigi. Ngemil berarti menambah waktu kontak senyawa asam dengan gigi sehingga memperburuk kesehatan gigi. Berkumur sehabis ngemil dapat membantu mengurangi sisa makanan dan mengencerkan zat asam di mulut. ➢ Kurangi atau tinggalkan minuman bersoda. Gula di dalam minuman ringan bersoda dapat menjadi nutrisi untuk pertumbuhan bakteri di mulut, sebagaimana pada snack. Kalaupun komposisi minumannya tanpa gula, adanya asam sitrat dan fosfat hingga pH 2 ( sangat asam), dapat menggerus akar dan email gigi. ➢ Mengunyah permen karet (gum) yang bahan pemanisnya xilitol. Xilitol (C5H12O5 ) merupakan kelompok gula alkohol yang dalam penelitian selama 25 tahun terakhir ini terbukti dapat mencegah karies/ kerusakan gigi. Untuk mengurangi paparan (expose) gula baik sukrosa maupun glukosa, khususnya dari produk gula-gula (permen), kini telah ditawarkan bahan pemanis alami pelindung gigi, yaitu xilitol. Xilitol tidak dapat dimetabolisme oleh bakteri perusak gigi, maka senyawa asam tak diproduksi sehingga pH permukaan gigi terpelihara berada di atas
7.4 Mencegah lebih baik daripada mengobati Tuhan telah memberikan kenikmatan pada kita berupa gigi geligi dengan beragam fungsinya. Sebagian berfungsi untuk menggigit, mengoyak, dan sebagian untuk memotong. Sementara yang lain untuk menghancurkan makanan hingga halus. Keseharian kita tak lepas dari aktivitas gigi ini. Betapa gigi merupakan bagian tubuh kita yang penting untuk dipelihara dan kita cegah dari kerusakan. Selera makan kita bisa hilang di kala sakit gigi, meski makanan yang amat lezat ada di hadapan kita. Gigi adalah jaringan tubuh yang paling keras dibanding yang lainnya. Strukturnya berlapis-lapis mulai dari email yang amat keras, dentin (tulang gigi) di dalamnya, pulpa yang berisi pembuluh darah, pembuluh saraf, dan bagian lain yang memperkokoh gigi. Namun demikian, gigi merupakan jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami kerusakan. Ini terjadi ketika gigi tidak memperoleh perawatan semestinya. Proses kerusakan gigi geligi diawali dengan adanya lubang gigi atau disebut juga karies. Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin (tulang gigi). Struktur email sangat menentukan proses terjadinya karies. Sekedar untuk diketahui, permukaan email luar lebih tahan terhadap karies dibanding lapisan di bawahnya, karena lebih padat dan lebih keras. Untuk menjaga kekerasannya ini, email sangat membutuhkan ion kimia yang disebut fluor. Penjalaran karies mula-mula terjadi pada email. Bila tidak segera dibersihkan dan tidak segera ditambal, karies akan menjalar ke bawah hingga sampai ke ruang pulpa yang berisi pembuluh saraf dan pembuluh darah, sehingga menimbulkan rasa sakit dan akhirnya gigi tersebut bisa mati. Faktor Penyebab Banyak sekali faktor yang menyebabkan karies. Faktor yang utama, antara lain: a. Gigi dan air ludah, Bentuk gigi yang tidak beraturan dan air ludah yang banyak lagi kental, mempermudah terjadinya karies. b. Adanya bakteri penyebab karies, Bakteri yang menyebabkan karies adalah dari jenis Streptococcus dan Lactobacillus. c. Makanan yang dikonsumsi, makanan yang mudah lengket dan menempel di gigi seperti permen dan coklat, memudahkan terjadinya karies. Sementara itu faktor lain yang turut andil adalah tingkat kebersihan mulut, frekuensi makan, usia dan jenis
kelamin, penyakit yang sedang diderita seperti kencing manis dan TB, serta sikap/ perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi.
Mencegah Lebih Baik daripada Merawat Gigi yang mudah sekali terserang karies adalah gigi sulung (gigi anak). Ini disebabkan karena struktur giginya lebih tipis dan lebih kecil dibandingkan dengan gigi dewasa (gigi tetap). Perawatan gigi anak yang rusak termasuk sulit. Di samping itu juga memerlukan waktu dan dana yang tidak sedikit. Sering dijumpai, anak-anak di sekitar kita yang giginya “dimakan ulat”. Apakah ini dibiarkan begitu saja? Bukankah gigi yang tanggal nanti akan diganti gigi yang baru? Tidak demikian. Justru perawatan gigi dan mulut pada masa balita dan anak ikut menentukan kesehatan gigi dan mulut mereka pada tingkatan usia selanjutnya. Mereka harus dibiasakan merawat gigi sejak dini. Fluor yang sangat dibutuhkan lapisan email tadi, telah lama diyakini dan digunakan secara luas untuk pencegahan karies gigi. Fluor efektif bila diberikan pada saat pertumbuhan dan perkembangan gigi, mulai dari awal kehamilan hingga pasca melahirkan. Di Indonesia, pemberian fluor melalui air minum masih sulit terwujud. Air minum baik yang berasal dari air tanah, air PDAM, dan air kemasan hanya mempunyai kadar fluor di bawah 0,3 ppm. Padahal dari hasil penelitian, kadar fluor dalam air minum yang dapat mengurangi terjadinya karies sekitar 1 ppm. Selain melalui air minum, masih ada cara lain dalam memberikan fluor seperti melalui pemberian fluor dalam bentuk tablet, bisa melalui garam, susu, ataupun vitamin. Bisa juga melalui pasta gigi yang mengandung fluor. Kita juga masih mempunyai sumber dari alam. Secara umum, fluor terdapat pada sayur-sayuran, buahbuahan, minuman, ikan, dan daging. Namun kadar yang tertinggi ditemukan pada ikan teri, sawi, dan teh. Tips di bawah ini beberapa kiat yang bisa dilakukan untuk segala umur: ➢ Kurangi konsumsi makanan manis dan mudah melekat pada gigi seperti permen dan coklat. Pada anak mungkin melarangnya sama sekali dapat menimbulkan dampak psikis, maka perlu dipikirkan alternatif penyelesaiannya. ➢ Menggosok gigi secara teratur dan benar. Sebaiknya dilakukan pada pagi, sore dan menjelang tidur. Lebih baik lagi bila dilakukan tiap usai makan. Dalam hal ini pilihlah
sikat gigi yang berbulu halus dan pasta gigi yang mengandung fluor. Biasakan pula berkumur-kumur setelah makan makanan manis. ➢ Siapkan makanan yang kaya akan kalsium (seperti ikan dan susu), fluor (sayur, daging dan teh), vitamin A (wortel), vitamin C (jeruk), vitamin D (susu), vitamin E (kecambah). ➢ Menjaga higiene gigi dan mulut. Bila ada karang gigi sebaiknya dibawa ke klinik gigi untuk dibersihkan. Sebaiknya pula memeriksakan gigi tiap enam bulan sekali. 7.5 Obat alamiah atasi rasa nyeri/ sakit pada gigi Sakit gigi sering dianggap penyakit sepele, terutama bagi orang yang belum pernah menderita sakit gigi. Sakit gigi memang bukan merupakan penyakit berat dan mematikan seperti halnya kanker atau tumor. Namun akibat yang ditimbulkan sakit gigi dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Meski bagian tubuh yang terserang sakit adalah gigi, tetapi dampaknya menimpa pada organ tubuh lain seperti sakit kepala susah tidur, cepat marah, dan lain-lain. Sering kali kesehatan gigi kurang mendapat perhatian serius dan tatkala terserang sakit gigi barulah disadari betapa pentingnya arti kesehatan gigi. Gigi merupakan alat penting bagi manusia untuk membantu pencernaan makanan. Pada umumnya gangguan penyakit gigi yang banyak dikeluhkan masyarakat kita di antaranya adalah karies gigi (plak), kerusakan jaringan ikat akar gigi (periodonsium), kerapuhan gigi (flurosis) dan gigi berlubang. Karies gigi dan gangguan gigi berlubang merupakan gangguan kesehatan gigi yang paling umum dan terbesar luas di sebagian penduduk dunia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di eropa, Amerika, dan Asia disimpulkan 90-100 persen anak-anak di bawah usia 18 tahun terserang karies gigi. Namun pada saat ini banyak orang dewasa yang terserang penyakit karies gigi tersebut. Timbulnya karies disebabkan oleh beberapa faktor diantarannya, adanya mikroorganisme streptocacus mutans atau kuman yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang yang mengleuarkan toksin (racun), cairan saliva dan air liur, sisa-sisa makanan yang terselip pada gigi dan gusi terutama makanan yang mengandung karbohiodrat dan makanan yang lengket seperti coklat dan biskuit. Permukaan dan bentuk gigi yang tidak teratur dapat mengakibatkan sisa-sisa makanan terselip dan bertahan sehingga produksi asam oleh bakteri berlangsung cepat dan mengakibatkan terjadinya pembusukan gigi yang memicu timbulnya karies gigi.
Gejala timbulnya karies gigi ditandai dengan permukaan yang kasar dan terdapat nodanoda putih atau kecoklatan pada permukaan gigi. Pada kondisi yang parah, gigi menjadi berlubang dan timbul spontan tetapi berjalan melalui proses yang panjang. Penyakit karies gigi banyak dialami oleh masyarakat saat ini. Latar belakang timbulnya karies gigi antara lain kurangnya perhatian masyarakat atau pribadi akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut serta didorong pola konsumsi bahan makanan yang dapat memicu timbulnya serangan karies gigi. Gangguan flourosis disebabkan oleh penggunaan fluroide yang berlebihan pada masa pembentukan gigi dan hal tersebut biasanya terjadi tanpa disadari. Timbulnya gangguan flurosis ini biasanya terjadi ditandai dengan adanya garis putih kecil pada email yang secara terus-menerus menyerang seluruh lapisan email gigi. Jika kondisinya sudah parah, lapisan email gigi berubah warna menjadi putih seperti kapur dan secara bertahap hingga gigi akhirnya rapuh dan akan patah. Kiat mencegah timbulnya fluorosis, jangan terlalu sering/banyak menggunakan fluoride untuk mengatasi karies gigi (gigi berlubang). Dianjurkan banyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung kalsium, seperti kacang kedelai, sayuran hijau, dan minyak wijen serta mengkonsumsi susu yang mengandung kalsium tinggi. Gangguan peridonsium menyerang jaringan di sekeliling gigi yang terjadi pada pertemuan dental plague (plak gigi) dengan gusi. Gangguan ini disebabkan oleh toksin dan enzim yang dihasilkan kuman yang ada pada plak gigi. Kuman tersebut selanjutnya merembes ke luar dari lapisan plak gigi dan akhirnya masuk ke dalam jaringan gusi sehingga timbul iritasi, peradangan (inflamasi) dan kerusakan jaringan. Akibatnya jaringan tersebut diserang oleh bakteri lain yang menimbulkan infeksi pada alat gigi dan merusak ligamentum periodonsium. Akibatnya, gigi menjadi goyah dan akhirnya tanggal lebih dini. Terapi alamiah mengatasi sakit gigi, yaitu gunakan 10 butir cengkeh disangrai lalu ditumbuk hingga menjadi bubuk, kemudian bubuk cengkeh dimasukkan ke dalam gigi yang berlubang lalu ditutup dengan kapas. Bawang putih secukupnya ditumbuk hingga halus kemudian ditempelkan pada gigi yang berlubang. Atau gunakan cabai hijau dipotong ujungnya sedikit lalu dibakar. Setelah panas, tempelkan cabai tersebut pada gigi yang sakit. Bisa juga dengan menggunakan daun kembang sore direbus dengan air 600 cc hingga tersisa 300 cc, lalu selagi hangat digunakan berkumur-kumur.
(Prof HM Hembing Wijayakusuma adalah ahli pengobatan taradisional dan akupunktur, Ketua Umum Himpunan Pengobat Tradisional & Akupunktur se-Indonesia [HIPTRI])
7.6 Daun sirih sebagai antibakteri pasta gigi Dr Hasim Dea Dosen Biokimia dan Toksikologi FMIPA dan Pascasarjana IPB serta Direktur Eksekutif Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA-WATCH) apa yang dirasakan tatkala sakit gigi? Badan meriang, kepala pusing, tidak bersemangat untuk beraktivitas apa pun. Sakit terutama disebabkan oleh karies (demineralisasi) itu memang menjengkelkan. Karies gigi timbul karena adanya plak gigi, yaitu lengketan berisi bakteri dan produkproduknya yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Bakteri yang berperan penting dalam pembentukan plak adalah bakteri yang mampu membentuk polisakarida ekstraseluler, yaitu bakteri dari genus Streptococcus. Bakteri Streptococcus yang ditemukan dalam jumlah besar pada plak penderita karies adalah Streptococcus mutans (Roeslan, 1996). Koloni streptococcus mutans selanjutnya memfermentasi sukrosa menjadi asam. Asam yang dihasilkan dapat mempercepat pemasakan plak yang berakibat pada turunnya pH permukaan gigi. Apabila pH tersebut terus turun hingga angka kritis (5,2-5,5), maka email gigi akan larut dan timbullah karies gigi. Pencegahan akumulasi plak diperlukan guna menghindari sakit gigi sekaligus menjaga kesehatan mulut. Pencegahan akumulasi plak dilakukan dengan memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi dan menggosok gigi secara teratur dengan pasta gigi yang mengandung antibakteri plak. Fluor memang bertindak sebagai senyawa antibakteri. Meski demikian, penggunaan pasta gigi dengan konsentrasi fluor tinggi dapat menimbulkan efek samping berupa fluorosis email dan belum efektif membunuh bakteri karena lebih bersifat menghambat. Selain itu bahan kimia ini masih diimpor dari luar negeri dengan harga relatif mahal. Karena itu, para ilmuwan berupaya mencari alternatif. Hasilnya adalah pasta gigi yang mengandung minyak atsiri daun sirih sebagai zat antibakteri. Pasta gigi yang mengandung minyak atsiri daun sirih memang tergolong relatif baru. Tetapi sebenarnya, khasiat daun sirih (Piper betle) sebagai antibakteri mulut dan gigi sudah diketahui dan dibuktikan sejak lama. Masyarakat Indonesia sudah sejak lama mengenal daun sirih sebagai bahan untuk menginang dengan keyakinan bahwa daun sirih dapat menguatkan gigi, menyembuhkan
luka-luka kecil di mulut, menghilangkan bau mulut, menghentikan pendarahan gusi, dan sebagai obat kumur. Keyakinan masyarakat yang berlangsung turun-temurun tersebut menggelitik para ilmuwan untuk meneliti guna membuktikan khasiat daun sirih secara klinis. Salah satu penelitian dilakukan di laboratorium biokimia Institut Pertanian Bogor (IPB). Tujuannya untuk mengetahui aktivitas antibakteri oleh daun sirih sekaligus membandingkannya dengan aktivitas antibakteri oleh fluor. Penelitian dilakukan dengan cara menuangkan biakan bakteri Streptokokus mutans sebanyak 0,5 ml ke media padat SSB (Streptococcus Selection Broth). Pada tempat lain disiapkan kertas saring Whatman yang steril dan dicelupkan pada larutan uji berupa larutan minyak atsiri daun sirih dan NaF. Kertas tersebut dikeringkan kemudian dipindahkan pada media SSB yang berisi bakteri uji. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37° C. Hasilnya bisa dilihat pada tabel. NaF dan minyak atsiri daun sirih sudah menunjukkan aktivitas antibakteri pada konsentrasi 0,1persen (b/v). Aktivitas antibakteri ini ditunjukkan oleh adanya zona hambat. Zona hambat pada NaF berdiameter 0,016 cm sedangkan pada minyak atsiri daun sirih berdiameter 0,049 cm (tiga kali lipat NaF). Semakin besar angka zona hambat berarti semakin besar pula aktivitas antibakterinya. Zona hambat minyak atsiri daun sirih lebih besar dibandingkan zona hambat NaF di semua konsentrasi. Ini menunjukkan bahwa minyak atsiri daun sirih memiliki aktivitas antibakteri yang lebih besar dibandingkan senyawa fluor terutama terhadap Streptokokus mutans. Lalu, bagaimana senyawa fluor dan minyak atsiri daun sirih beraktivitas sebagai antibakteri? Fluor bekerja menginaktifkan enzim yang berperan dalam proses pembentukan energi bagi bakteri S mutans. Substrat berupa karbohidrat untuk energi S mutans mengalami metabolisme melalui proses glikolisis. Proses glikolisis hanya akan terjadi dengan bantuan beberapa enzim, salah satunya adalah enzim enolase. Enolase mempunyai kofaktor berupa ion Mg2+. Bila terdapat ion fluor, maka ion Mg2+ tersebut akan berikatan dengan ion fluor. Akibatnya, enzim enolase menjadi tidak aktif. Tidak aktifnya enzim enolase ini menyebabkan fosfoenolpiruvat tidak dapat disintesis sehingga proses glikolisis yang merupakan mekanisme pembentukan energi tidak berjalan. Dampaknya, pertumbuhan Streptokokus mutans terhambat karena kekurangan energi. Meski demikian, aktivitas NaF sebagai antibakteri hanya bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri), bukan bakterisidal (membunuh bakteri).
Hal ini diketahui dari fakta pada zona hambatan. Zona hambatan yang dibentuk NaF setelah diinkubasi selama empat hari ternyata ditumbuhi oleh bakteri. Berbeda dengan NaF, aktivitas minyak atsiri daun sirih sebagai antibakteri bersifat zona hambatan dan tidak lagi ditumbuhi bakteri. Daya antibakteri minyak atisiri daun sirih disebabkan oleh adanya senyawa fenol dan turunannya yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri. Heyne (1987) menyebutkan, komponen utama minyak atsiri terdiri dari fenol dan senyawa turunannya. Salah satu senyawa turunan itu adalah kavikol yang memiliki daya bakterisida lima kali lebih kuat dibandingkan fenol. Kehadiran fenol yang merupakan senyawa toksik mengakibatkan struktur tiga dimensi protein terganggu dan terbuka menjadi struktur acak tanpa adanya kerusakan pada struktur kerangka kovalen. Hal ini menyebabkan protein terdenaturasi . Deret asam amino protein tersebut tetap utuh setelah denaturasi, namun aktivitas biologisnya menjadi rusak sehingga protein tidak dapat melakukan fungsinya. Melihat cara kerjanya, aktivitas antibakteri minyak atsiri daun sirih tampak lebih efektif dibandingkan fluor. Faktanyapun demikian, minyak atsiri daun sirih memiliki aktivitas antibakteri yang lebih besar dibanding NaF yang banyak dipakai pada pasta gigi selama ini. Selain dalam bentuk larutan murni, pengujian aktivitas antibakteri dilakukan juga dalam bentuk pasta gigi, yaitu pasta gigi yang mengandung NaF (F) dan pasta gigi yang mengandung minyak atsiri daun sirih (S). Pasta gigi F baru menunjukkan aktivitas antibakteri pada konsentrasi 0,75persen (b/b). Konsentrasi tersebut cukup tinggi mengingat kadar NaF yang biasa diberikan dalam pasta gigi hanya 0,2-0,3 persen (Hartono, 1988). Maka dapat diduga, pasta gigi biasa yang mengandung NaF tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap streptokokus mutans. Pasta gigi sudah menunjukkan aktivitas antibakteri pada konsentrasi 0,1persen(b/b). Aktivitasnya terus meningkat dengan meningkatnya konsentrasi minyak atsiri. pasta gigi
memiliki aktivitas antibakteri lebih besar dibandingkan pasta gigi F di semua
konsentrasi. Ditilik dari sifat antibakterinya, pasta gigi daun sirih lebih unggul daripada pasta gigi NAF, namun tidak berarti pasta gigi daun sirih tanpa kelemahan. Warna pasta gigi ini bisa berubah dari putih menjadi kecoklatan, diduga akibat reaksi oksidasi minyakatsiri.
Oksidasi terjadi karena pada pasta gigi terdapat CaCO yang melepaskan panas ketika dicampur dengan bahan lain. Funayama dan kawan-kawan (1995) menyebutkan, pasta gigi
minyak atsiri mengandung kavikol yang sangat mudah teroksidasi dan dapat menyebabkan perubahan warna. Kelemahan ini dapat diatasi dengan pemberian pewarna pada pasta gigi, misalnya warna hijau.
Dengan demikian, perubahan warna dari putih ke coklat tadi tidak banyak berpengaruh, pasta gigi tetap saja berwarna hijau. Selain perubahan warna, ada satu lagi kelemahan pasta gigi minyak atsiri. Minyak atsiri daun sirih mengandung banyak komponen yang sangat mudah menguap (volatil). Banyaknya penguapan akan mempengaruhi jumlah dan konsentrasi senyawa aktif yang tentunya berpengaruh pada daya antibakterinya. Kelemahan ini pun dapat diatasi dengan pemakaian zat pembawanya yang bersifat mempertahankan senyawa atsiri.
7.7 Akibat Penyakit Gigi Jangan abaikan kesehatan gigi dan mulut. Salah-salah, penyakit lain pun menyerang. Yang terjadi ketika migroorganisma yang berasal dari gigi dan mulut menyebabkan infeksi atau penyakit di bagian tubuh yang lain. "Infeksi di akar gigi maupun di jaringan penyangga gigi melibatkan lebih dari 350 bakteri dan mikroorganisma. Karena letak infeksinya sangat dekat dengan pembuluh darah, produk bakteri berupa toksin dapat menyebar keseluruh tubuh." Lanjut Bobby Sejak ditemukan mikroskop oleh Antoni Van Leeuwenhoek pada abad ke-17, ditemukan lebih dari 6 milyar mikroba tinggal dan hidup di dalam mulut yang berasal lebih dari 500 strain yang berbeda. Yang terbanyak adalah candida albicans, porphyromonas gingivalis, streptococus mutans, antinobacillus actinomycetemcomitans, treponema denticola, dan streptococcus sanguis. Gigi
dan
mulut,
sebetulnya
merupakan
tempat
yang
sangat
jorok.
"Bayangkan, ada lebih dari 350 mikroorganisme (bakteri) di dalam mulut. Bakteri ini sebetulnya tak akan "bermasalah" jika jumlahnya seimbang dan hidup harmonis. Tetapi bisa menjadi tidak harmonis jika muncul gangguan, seperti karies (gigi berlubang), penyakit penyangga gigi (periodontal), atau ada infeksi". Contohnya, karies (gigi berlubang). "Kalau kariesnya masih kecil dan belum begitu dalam, mungkin tidak akan menganggu. Namun, begitu karies membesar dan makin dalam, bisa terjadi infeksi. Nah, infeksi inilah yang bisa memicu penyakit". Gaya hidup harus diakui, sebagian besar orang Indonesia masih belum begitu memperhatikan kesehatan gigi dan mulut.
Gigi sakit hanya minum obat-obat painkiller, sementara penyebab utamanya tidak dihilangkan. Minum obat sembuh, tapi apakah menyembuhkan penyakitnya. Tidak, ini hanya membuat penyakit makin terlokalisir." Pada karies (gigi berlubang), misalnya, makanan yang menempel akan mengundang bakteri, yang kemudian terisap lewat pembuluh darah. Lama-lama jika tak sering ditangani, karies gigi akan makin dalam dan gigi makin rusak. "Akhirnya, terkena saraf gigi (pulpa) akibatnya, akan semakin susah dibersihkan. Pulpa itu isinya pembuluh darah dan saraf. Nah, infeksi yang menjalar sampai ke ujung akar akan membuat bakteri masuk. Bakteri ini berjalan lewat pembuluh darah, dan bisa mampir kemana saja. "Tapi ini bukan satu-satunya penyebab. masih ada penyebab-penyebab lain, misalnya daya tahan tubuh, atau memang orang itu sudah punya faktor risiko. "Orang dengan gaya hidup yang tidak sehat, bisa dipastikan tidak pernah ke klinik gigi. Contohnya perokok, "Orang yang merokok umumnya punya penyakit periodontal, karena kondisi mulutnya selalu panas". Gaya hidup sehat ternyata juga tak hanya menyangkut makanan sehat atau olahraga teratur, tapi juga rutin melakukan general check-up dan ke klinik gigi. "Jadi, konsep gaya hidup sehat sekarang harus lebih luas lagi. Ini yang belum dipahami masyarakat. Orang yang nge-gym tiap hari belum tentu sehat, kalau ia tidak pernah melakukan general check-up atau tidak pernah ke klinik gigi.
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo S, Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan .Ed. Ke-1, 2003, Jakarta: PT Asdi Mahastya Astoeti T, Total Quality Management dalam Pendidikan Kesehatan Gigi di Sekolah.Ed,Ke1,2006, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Penyuluhan Kesehatan Gigi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007, Jakarta Sardiman : Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar, 2000, Jakarta: Grafindo Syamsudin, Abin : Psikologi pendidikan, 1996, Jakarta, Bina Rupa Akasara A.A. Gede Manunjaya, Pendidikan Kesehatan Gigi, 1999, Jakarta : EGC
Notoatmodjo, Soekidjo; Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Ansa Offset Sadulloh, Uyoh, Pengantar Umum Pendidikan, 1994, Bandung: Media IPTEK
Dr. Benny Soegianto, MPH , Kebijakan Dasar Puskesmas ( Kepmenkes No. 128 Thn 2004 ), Jakarta, 2007
Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Departemen Kesehatan RI, 2007, Jakarta
Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut bagi Ibu Hamil, Departemen Kesehatan RI, 2007, Jakarta :Buku Pegangan Kader
Anwar, Anzul, Pengantar Adminitrasi Kesehatan, 2000, Jakarta: Binaspa Askara Charles V. Larson, Persuasion: Perception and Responsibility (fourth Edition), Wadsworth Publishing Company, 1986, California. Deborah Tannen, Seni komunikasi Efektif: membangun relasi dengan membina gaya percakapan, (alih bahasa dra. Amitya Komara), 1996, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Joseph A. Devito, Komunikasi antar manusia (edisi kelima),1997, Jakarta: Profesional Books Larry King, Bill Gilbert, Seni Berbicara: kepada siapa saja, kapan saja, dimana saja (editor Tanti Lesmana), 2002, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
R. Wayne Pace, Don F. Faulos, 2002, Komunikasi Organisasi: Strategi meningkatkan kinerja perusahaan (editor Deddy Mulyana, MA, Ph.D.), PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Fajar Novianto (2010), Manajemen Kesehatan Gigi pada Kehamilan, dari http://www.sledeshare.net/guest2735210a/manajemen-kesehatan -gigi-pada-kehamilan, 20 Juli 2011
Delta Dental (2007), Quick Guide to Early Childhood Dental Care dari http://hrweb.mit.edu/system/files/all/benefits/.../health_dental chilhood.pdf, 4 Agustus 2011
Eriska Riyanti, drg,Sp.KGA (2005), Pengenalan dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini. http://resource.unpad.ac.id, 20 Juli 2011
Isnaniah Malik, drg,Sp.Orto (2008), Kesehatan Gigi dan Mulut, dari http:// pustaka.unpad.ac.id / wp-content/uploads/.../ kesehatan gigi dan mulut.pdf, 20 Juli 2011 New York State Departement of Health (2007).Oral Health Care during Pregnancy and Early Childhood Practice Guidelinde. dari www.health.state.ny.us/publication/0824.pdf, 3 Agustus 2011 Sayuti Hasibuan (2004), Perawatan dan Pemeliharaan Kesehatan Gigi Mulut pada Masa Kehamilan, dari http://library.usu.ac.id/downlaod/fkg/sayuti3.pdf, 20 Juli 2011
Shwn Watson (2010), Oral Health Guidance for Pregnant Women, dari http://dentistry.about.com/od/basicdentalcare/qt/perinatlguidenlines,htm, 5 september 2011