BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG
B M KG
Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 )
Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262 Website : http://www.staklimpondoketung.net
Tromol Pos. 7019 / Jks KL email :
[email protected]
TANGERANG, 24 SEPTEMBER 2010
ANALISIS CUACA EKSTRIM WILAYAH DKI JAKARTA TANGGAL 23 SEPTEMBER 2010
Oleh : Stasiun Klimatologi Pondok Betung – Tangerang 1 PENDAHULUAN Pada Tanggal 23 September 2010 telah terjadi hujan yang cukup lebat disertai petir di DKI Jakarta khususnya wilayah Jakarta Selatan. Hujan yang lebat disertai petir tersebut dilaporkan menyebabkan berbagai genangan air berupa banjir dibeberapa wilayah. Di wilayah Jakarta Selatan, khususnya di wilayah Bintaro dilaporkan terjadi genangan air dan banjir hingga memutus arus lalu lintas Misalnya di ruas Jalan Raya Jombang ke arah Bintaro sektor IX yang lumpuh akibat genangan air yang cukup tinggi. Kali Pesanggahan meluap sehingga menggenangi jalanan depan pom bensin Bintaro Sektor IX (Kompas). Ketinggian air diprakirakan setinggi 30-50 cm. Pada laporan ini kami coba untuk menganalisis penyebab kejadian hujan lebat disertai petir yang terjadi di Jakarta Selatan pada tanggal 24 September 2010 yang terjadi antara pukul 14.00 s/d 17.00 WIB. Pada akhirnya akan diuraikan prospek cuaca untuk wilayah Banten dan DKI Jakarta untuk tiga hari kedepan. 2
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Satelit Cuaca dan TLAPS
Gambar 1. Analisis Satelit Cuaca Tanggal 23 September 2010 Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Berdasarkan gambar satelit cuaca di atas pada tanggal 23 September 2010 mulai pukul 15.00 sampai 18.00 WIB terlihat bahwa sebaran awan-awan hujan dimulai dari sekitar Wilayah Selatan DKI Jakarta yaitu wilayah Bogor dan Depok kemudian menyebar cepat menutupi seluruh Jakarta hingga Banten pada pukul 16.00 s/d 17.00 WIB. Awan-awan
1
tersebut merupakan awan-awan hujan seperti Cumulus, Cumulunimbus (Cb) serta Alto Stratus (As), sehingga hujan yang terjadi memiliki sifat hujan yang sifatnya cepat pertumbuhan awannya dan memiliki durasi yang cukup cepat (± 1 Jam).
Gambar 2. Analisis Stream Line dan Satelit Global Sumber : www.bmkg.go.id dan www.bom.gov.au Hasil Analisis TLAPS (Tropical Limited Area Prediction System) berupa gambar Stream Line dan Satelit Infra Merah Global terlihat terdapat palung tekanan yang memanjang dari Australia hingga Pulau Jawa sehingga membentuk pumpunan awan yang memanjang
sepanjang
wilayah
tersebut.
Palung
Tekanan
(Through)
tersebut
mengindikasikan bahwa sebaran atau kumpulan uap air pembentuk terjadinya hujan akan berada pada area-area tersebut. Palung Tekanan rendah ini juga yang menyebabkan hujan ekstrim > 100 mm pada tanggal 14 September 2010 yang lalu.
B. Data Curah Hujan B.1 Intensitas Curah Hujan Intensitas curah hujan tertinggi yang diolah dari pias hujan Hillman yang dicatat Stasiun Pondok Betung tanggal 23 September 2010 untuk periode waktu sangat signifikan terdapat pada periode 30 menit dan 60 menit berturut-turut sebesar 37.5 mm dan 48.2 mm. (Tabel 1) Tabel 1. Curah Hujan Periode Waktu Staklim Pondok Betung 23 September 2010 Periode
5
10
15
30
45
60
120
3
6
12
Waktu
Menit
Menit
Menit
Menit
Menit
Menit
Menit
Jam
Jam
Jam
11.0
17.5
24.5
37.5
44.0
48.2
49.4
49.4
49.4
49.4
CH (mm)
Sumber : Staklim Pondok Betung, 2010
Sedangkan berdasarkan pengolahan hujan jam-jam an, hujan terjadi antara pukul 14.00 sampai dengan 16.00 WIB dengan intensitas pada pukul 14-15 sebesar 1.2 mm dan pukul
2
15-16 sebesar 48.2 mm. Sehingga jumlah total 24 jam menurut pias hujan Hillman menjadi 49.4 mm (Tabel 2) Tabel 2. Curah Hujan periode Jam-Jam an Tanggal 23 September 2010 Periode
07-
.....
14 -
15 -
......
06 -
Jumlah
Jam
08
.....
15
16
.....
07
24 Jam
0
0
1.2
48.2
0
0
49.4
CH (mm)
Sumber : Staklim Pondok Betung, 2010
B.2 Sebaran Curah Hujan Berdasarkan pengukuran curah hujan menggunakan penakar hujan obs yang tersebar diwilayah DKI Jakarta dan sebagian Tangerang baik yang ada di Stasiun BMKG wilayah Banten dan DKI dan pos hujan kerjasama dapat terlihat dalam Tabel 3, sebagai berikut : Tabel 1. Data Curah Hujan Stasiun BMKG dan Pos Hujan Tanggal 23 September 2010 No
Pos Hujan
Curah Hujan (mm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Staklim Pondok Betung Stamet Serang Stamar Tanjung Priuk Stamet Kemayoran Stamet Cengkareng Stamet Curug Balai II Ciputat Pos Lebak Bulus Pos Pasar Minggu Pos Ragunan Pos Setiabudi Pos Bendung Ciputat Pos Cipondoh
50.5 16.0 5.0 37.0 3.0 5.0 47.8 55.6 8.0 8.3 3.0 72.0 13.0
Sumber : Stasiun Klimatologi Pondok Betung
Berdasarkan data diatas maka curah hujan tanggal 23 September 2010 yang paling besar (> 50 mm/hari) yaitu yang tercatat di wilayah Bendung Ciputat sebesar 72.0 mm, Pondok Betung sebesar 50.5 mm dan Lebak Bulus sebesar 55.6 mm. Sedangkan yang memiliki kategori sedang yaitu diwilayah Kemayoran (37.0 mm) dan Balai II Ciputat (47.8 mm).
3
Gambar 3. Sebaran Spasial Curah Hujan Wilayah DKI Jakarta Sumber : Staklim Pondok Betung Berdasarkan sebaran spasial dari gambaran distribusi curah hujan wilayah DKI Jakarta tanggal 23 September 2010 terlihat wilayah yang terjadi hujan lebat (> 50 mm/hari) berada diwilayah Jakarta Selatan bagian barat daya dan pada umumnya sebaran curah hujan memiliki curah hujan yang ringan hingga sedang (0 – 40 mm/hari) 3
PROSPEK CUACA HINGGA 26 SEPTEMBER 2010
1. Pertimbangan Dinamika Secara Umum Posisi Matahari per tanggal 23 September 2010 berada pada posisi Ekuator (0°). Konsekuensi dari hal tersebut adalah sehingga masih dimungkinkan pada terjadinya penguapan yang mendukung terbentuknya awan-awan konvektif yang cepat yang mengakibatkan terjadinya hujan. Berbagai bentuk vortek berupa pusat tekanan rendah mulai terbentuk di perairan Indonesia yang disebabkan akibat dari suhu muka laut yang menghangat di wilayah tersebut sehingga menyebabkan terjadinya penumpukkan massa udara basah yang menyebabkan konsentrasi awan banyak tersebar di sepanjang wilayah Indonesia. Pusat tekanan rendah pada 3 hari kedepan ini diprakirakan akan tumbuh di wilayah sekitar Samudera Hindia sebelah barat daya Sumatera hingga selatan Nusa Tenggara seiring masih menghangatnya suhu muka laut di wilayah tersebut.
4
2. Pertimbangan Dinamika Atmosfer Global Wilayah letak terjadinya penguapan maksimum yang dilihat dari Phase MJO (Madden Julian Oscillation) diprakirakan berada pada phase yang tidak aktif. Suhu muka laut per tanggal 20 September 2010 mengalami anomali yang positif secara signifikan di wilayah perairan Indonesia, khususnya di perairan Laut Jawa dan perairan selatan Jawa hingga Laut Banda di wilayah timur Indonesia dan dampaknya secara langsung banyaknya uap air disekitar wilayah-wilayah tersebut. Perairan Samudera Pasifik Tengah yang diindikasikan dengan nilai pada indek nino3.4 masih mengalami pendinginan suhu (Nino 3.4), dimana memiliki nilai anomali yang negatif mencapai -3.0 °C, disatu si si nilai Dipole Mode juga memiliki nilai yang negatif dan cenderung bergerak negatif secara konstan. 3. Prospek cuaca Melalui kedua pertimbangan dinamika atmosfer diatas maka wilayah Banten dan DKI Jakarta dalam 3 (tiga) hari kedepan hingga tanggal 26 September secara umum didominasi oleh potensi terjadinya cuaca yang yang didominasi oleh keadaan berawan serta hujan seiring sudah akan masuknya musim hujan yang diprakirakan mulai bulan September untuk wilayah Banten dan berangsur-angsur wilayah Jakarta pada bulan Oktober-Nopember dengan intensitas yang bervariasi mulai ringan-sedang, kondisi cerah berawan mendominasi mulai pagi hingga siang hari dan berawan pada siang hingga sore hari, potensi hujan lebih banyak diprakirakan terjadi sore-malam hari. Sesekali dimungkinkan terjadi hujan dengan intensitas sedang kadang lebat dalam waktu yang singkat, tetapi masih dimungkinkan terdapat potensi pemanasan maksimum pada pagi hingga siang hari menyebabkan cuaca berubah cepat dari kondisi cerah menjadi hujan. 4
KESIMPULAN DAN PENUTUP Hujan lebat disertai petir yang terjadi pada tanggal 23 September 2010 adalah akibat
adanya pola tekanan yang disebut sebagai palung tekanan rendah (Through) yang memanjang mulai dari konfluen sepanjang wilayah Australia hingga Pulau Jawa, sehingga menyebabkan kumpulan uap air yang menumbuhkan awan-awan hujan yang sifatnya konvektif diwilayah tersebut yang cepat tumbuh dan hilang di sekitar wilayah Banten dan DKI Jakarta. Diprakirakan hujan tersebut akan masih berpotensi terjadi, seiring sudah mulai masuknya musim hujan diwilayah tersebut. Intensitas curah hujan harian menunjukkan curah hujan tidak terlalu signifikan masih < 100 mm/hari, tetapi apabila dilihat berdasarkan intensitas jam-jam an yang di olah di Stasiun Klimatologi Pondok Betung menunjukkan curah hujan periode 30 menit sebesar 37,5 mm dan periode 60 menit sebesar 48,2 mm, sehingga hujan yang terjadi dalam waktu
5
singkat tersebut dapat dimungkinkan salah satu faktor, selain daya dukung lingkungan yang kurang, sebagai penyebab terjadinya genangan dan Banjir di wilayah Bintaro Jakarta Selatan. Demikianlah Analisis Keadaan Cuaca Wilayah DKI Jakarta ini kami buat berdasarkan kejadian hujan lebat disertai petir pada tanggal 23 September 2010.
Tangerang, 24 September 2010 Kepala Stasiun Klimatologi Pondok Betung - Tangerang
Ir. Zubaidah Sri Handayani NIP.195710191979102001
6